• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Sitti Mariati S.

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 318

Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

http://kelasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kelasa

p-ISSN : 1907-7165 e-ISSN: 2721-4672

ADVERBIA BAHASA TARFIA

Adverb in Tarfia Language

Sitti Mariati S.

Balai Bahasa Provinsi Papua sittimariati18@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adverbia dalam bahasa Tarfia. Penelitian ini bersifat kualitatif yang menggunakan metode deskriptif dengan tiga tahapan strategis, yaitu pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode cakap semuka dan teknik catat. Untuk menganalisis data digunakan metode agih (bagi) dengan teknik bagi unsur langsung. Berdasarkan hasil analisis, adverbia bahasa Tarfia dari segi bentuk terdiri atas adverbia yang berupa kata dasar dan adverbia yang berupa kata ulang. Berdasarkan perilaku sintaksis, adverbia bahasa Tarfia terdapat dua posisi, yaitu adverbia yang mendahului kata yang diterangkan atau yang terletak di sebelah kiri kategori dan adverbia yang mengikuti kata (setelah kata) yang diterangkan atau posisi adverbia di sebelah kanan kategori. Dari segi makna, adverbia dalam bahasa Tarfia dapat menyatakan beberapa makna, yaitu sangkalan, penjumlahan, pembatasan, derajat, kala, keseluruhan, kepastian, menyuguhkan, keharusan, keinginan, frekuensi, dan kesanggupan.

Kata-kata kunci: adverbia, kelas kata tertutup, bahasa Tarfia

Abstract

The aim of this study is to describe the adverb in Tarfia Languge. This study is qualitative that used descriptive method with three stages, namely colllecting data, analyzing data, and presentating of data result. This study used face to face interview method and note tecnique to collect the data. To analyzed the data used shared method with immediate share component. According to analysis, adverb in Tarfia, refers to its form, consist of two forms, they are word-base adverb and reduplication word adverb. Based on its syntax, adverb of Tarfia has two positions. One is preceding adverb (on the left side of adverb) and another is following adverb (on the right side of adverb). In term of sense, Tarfia language is able to express several meanings, such as, negation, calculation, limitation, degree, tense, entirely, probability, serving, must, desire, frequency, and ability.

Keywords: adverb, closed sentence class, Tarfia language

Naskah Diterima Tanggal 24 September 2020—Direvisi Akhir Tanggal 12 Desember 2020—Disetujui Tanggal 14 Desember 2020 doi: https://doi.org/10.26499/kelasa.v15i2.114

(2)

319 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338

PENDAHULUAN

Salah satu bahasa daerah di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua yang dipandang perlu untuk diteliti adalah bahasa Tarfia. Bahasa Tarfia dituturkan oleh masyarakat Kampung Kamdera, Distrik Demta, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Tarfia berbatasan dengan bahasa Warry di sebelah timur, bahasa Muaif di sebelah barat, dan bahasa Genyem di sebelah utara. SIL (2006) mengidentifikasi bahasa Tarfia di Provinsi Papua dengan nama bahasa Tarpia (Kaptiauw, Kapitiauw, Tarfia, Sufrai). Dinyatakan pula bahwa bahasa ini terdiri atas dua dialek, yaitu Sufrai dan Tarpia atau Tarfia (hlm. 54).

Bahasa Tarfia sebagai sebuah bahasa, terdiri atas beberapa kelas kata, yaitu kata-kata dari kelas terbuka dan kata-kata dari kelas tertutup. Menurut Chaer (2015) yang termasuk anggota kelas kata terbuka adalah kata-kata yang berkategori nomina, verba, dan ajektiva. Yang termasuk anggota kelas kata tertutup adalah kata-kata yang berkategori adverbia, preposisi, konjungsi, interogatifa (kata tanya), pronomina persona (kata ganti orang), pronominal demonstratifa (kata ganti penunjuk), numeralia (dengan kata bantu bilangannya), interjektifa (kata seru),

artikulus (kata sandang), kata-kata fatis, dan partikel penegas (hlm. 48). Dari beberapa kelas kata yang telah dikemukakan, objek kajian dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kelas kata adverbia terutama pada kelas kata adverbia bahasa Tarfia. Bagaimanakah adverbia sebagai kelas kata tertutup yang jumlahnya sangat terbatas dalam bahasa Tarfia? Penelitian adverbia bahasa Tarfia bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dan makna yang dimiliki oleh sebuah adverbia bahasa Tarfia. Penelitian ini akan menghasilkan rekaman kosakata adverbia bahasa Tarfia sehingga dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk lebih memahami dan mengetahui kosakata adverbia bahasa Tarfia.

Sudah banyak penelitian lain yang membahas adverbia bahasa-bahasa yang ada di Papua dalam bidang morfologi, antara lain adalah Morfologi Bahasa Kayupulau oleh Theodorus Purba, dkk. (1991); “Morfologi Bahasa Nafri” oleh Dharmojo, dkk. (1993); “Morfologi Bahasa Dani Barat” oleh Theodorus Purba, dkk. (1994); “Morfologi Bahasa Ormu” oleh Theodorus Purba, dkk. (1995); “Morfologi Bahasa Gresi” oleh Theodorus Purba, dkk. (1996); “Morfologi Bahasa Ekagi” oleh Simin Althur, dkk. (1996); “Morfologi Bahasa

(3)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 320 Skou” oleh Upessy Pieter, dkk. (1996);

“Morfologi Bahasa Namblong” oleh Rachel L. Manggo, dkk. (2003); dan “Morfologi Bahasa Amungkal” oleh Theodorus Purba, dkk. (2003).

Penelitian adverbia dalam bahasa daerah sudah pernah dilakukan oleh Sudaryat (2016) yang mengkaji adverbia statif dalam bahasa Sunda. Dalam artikelnya, Sudaryat mengungkapkan bahwa (a) adverbia statif merupakan adverbia yang secara khusus dan kolokatif menerangkan adjektiva; (b) adverbia statif berfungsi sebagai pewatas belakang adjektiva; (c) adverbia statif dengan adjektiva memiliki keterikatan yang sangat erat dan berkolokatif; (d) jumlah unsur adverbia statif dan adjektiva bersifat saling melengkapi; (e) posisi adverbia statif selalu di belakang adjektiva; (f) adverbia statif memiliki makna inhern ‘sifat kesangatan (kualitas elatif )’ yang dapat di dahului kata mani ‘sangat’; dan (g) adverbia statif pada umumnya berbentuk kata tunggal (71,42%).

Penelitian lain mengenai adverbia dilakukan oleh Nusarini (2017) yang mengkaji adverbia dalam bahasa Indonesia. Dalam artikelnya, Nusarini mengemukakan bahwa (1) adverbia dalam bahasa Indonesia bisa berupa tunggal dan gabungan. Adverbia tunggal

berupa kata dasar, berupa kata afiks, berupa kata ulang, sedangkan gabungan bentuk dari adverbia tidak berdampingan satu dengan lainnya; (2) perilaku semantiknya terdiri atas adverbia kualitatif, kuantitatif, limitatif, frekuentatif, kewaktuan, konstratif, keniscayaan, dan keinginan (hlm. 36).

Noviatri & Aslinda (2020) mengkaji penggunaan adverbia bahasa Indonesia dalam media cetak di Kota Padang. Dalam artikelnya, Noviatri dan Aslinda mengemukakan bahwa berdasarkan bentuknya, ada dua bentuk adverbia yang digunakan di surat kabar lokal, yaitu adverbial monomorfemis dan advebia polimorfemik. Berdasarkan perilakunya, adverbia yang digunakan di surat kabar lokal memiliki perilaku yang berbeda (hlm. 61).

Adverbia bisa dikaji dari beberapa aspek, yakni (1) bentuk, (2) perilaku sintaksis, (3) makna dan perilaku semantik, dan (4) penanda modalitas. Pada setiap bahasa belum tentu semua aspek tersebut sudah diteliti. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dari hasil penelitian-penelitian morfologi bahasa-bahasa daerah di Papua mengemukakan klasifikasi dan jenis-jenis adverbia bahasa daerah yang diteliti dari aspek makna. Penelitian Sudaryat mengkaji

(4)

321 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 adverbia yang secara khusus dan

kolokatif menerangkan adjektiva bahasa Sunda. Nusarini mengkaji adverbia dari bentuk dan perilaku semantis dalam bahasa Indonesia. Noviatri dan Aslinda mengkaji adverbia berdasarkan bentuk dan perilakunya, baik perilaku morfologis, perilaku sintaksis, maupun perilaku semantisnya dalam bahasa Indonesia. Sementara penelitian ini, akan mengkaji adverbia dari segi bentuk, adverbia dari segi perilaku sintaksis, dan adverbia dari segi makna dalam bahasa Tarfia.

LANDASAN TEORI

Chaer (2015) menyatakan bahwa dalam kajian morfologi lazim dibedakan adanya dua macam kelas kata, yaitu kata dari kelas terbuka dan kata-kata dari kelas tertutup (hlm. 48). Salah satu kelas kata tertutup dalam kajian morfologi adalah adverbia. Menurut Kridalaksana (2005), adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari kategori verba, ajektiva, numeralia, dan adverbia lainnya (hlm. 84). Masih menurut Kridalaksana (2008) menyatakan bahwa adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, ajektiva, proposisi, atau adverbia lain (hlm. 2).

Chaer (2015) mengemukakan bahwa adverbia disebut sebagai kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Malah adverbia ini yang dijadikan dasar kriteria untuk menentukan kata-kata berkelas nomina, verba, atau ajektifa (hlm. 83). Masih menurut Chaer (2015), adverbia adalah kategori yang mendampingi nomina, verba, dan ajektifa dalam pembentukan frase atau dalam pembentukan sebuah klausa. Pada umumnya adverbia berupa bentuk dasar, tetapi ada juga yang berupa bentuk turunan berafiks dan berkonfiks. Sebagai pendamping kelas terbuka, adverbia dalam kategori yang didampinginya membentuk sebuah frase untuk mengisi salah satu fungsi sintaksis. Kategori mana yang didampingi tergantung dari makna inheren yang dimiliki oleh adverbia itu. Sejauh ini ada adverbia yang menyatakan makna sangkalan, jumlah, pembatasan, penambahan, keseringan (frekuensi), kualitas, waktu (kala), keselesaian, kepastian, keharusan, derajat, kesanggupan, harapan, keinginan, dan kesungguhan (hlm. 49— 50).

Alwi dkk. (2010) menyatakan bahwa dilihat dari tatarannya, perlu dibedakan adverbia dalam tataran frasa dari adverbia dalam tataran klausa.

(5)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 322 Dalam tataran frasa, adverbia adalah

kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lainnya. Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Ada sejumlah adverbia yang selain dapat menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lainnya, juga dapat menerangkan nomina dan frasa preposisional. Adverbia dapat pula mewatasi atau menjelaskan pronomina dan numeralia (hlm. 203).

Anggraini & Jaka Torta Bayu (2019) menyatakan bahwa adverbia lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat dan jenis kata yang lainnya. Adverbia disebut sebagai kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba dan adjektiva, bahkan adverbia inilah yang dijadikan dasar kriteria untuk menentukan kata-kata berkelas nomina, verba atau adjektiva (hlm. 47). Chaer (2000) menyatakan bahwa kata keterangan adalah kata-kata yang digunakan untuk memberi penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat lain yang sifatnya tidak menerangkan keadaan atau sifat (hlm. 162).

Arifin & Junaiyah (2009) menyatakan bahwa Adverbia dari segi bentuk terdiri atas adverbia tunggal dan adverbia gabungan. Adverbia tunggal dapat berupa kata dasar, kata berafiks, ataupun kata ulang; adverbia gabungan dapat berupa adverbia gabungan yang berdampingan atau yang tidak berdampingan (hlm. 114).

Alwi dkk. (2010) menyatakan bahwa perilaku sintaksis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbia yang bersangkutan (hlm. 208). Chaer (2015) menyatakan bahwa adverbia sebagai pendamping kelas kata terbuka, ada adverbia yang mendampingi salah satu kategori terbuka dan ada juga yang dapat mendampingi lebih dari satu kategori terbuka. Posisi adverbia ini, ada yang terletak di sebelah kiri kategori dan ada pula yang terletak di sebelah kanan kategori (hlm. 50). Untuk memudahkan dalam proses analisis, penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2015).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakana tiga tahapan strategis. Menurut Sudaryanto (2015), tiga tahapan strategis itu adalah

(6)

323 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 penyediaan data, penganalisisan data

yang telah disediakan, dan penyajian hasil analisis data yang bersangkutan (hlm. 6).

Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan secara bersemuka dengan informan. Pengumpulan data menggunakan metode dan teknik yang dikemukakan Sudaryanto (2015), yaitu menggunakan metode cakap. Teknik dasar yang digunakan untuk mendapatkan data-data dari narasumber adalah teknik pancing. Pada kegiatan ini, teknik yang digunakan adalah teknik cakap semuka sebagai teknik lanjutan. Agar data-data atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan tidak hilang, data-data atau jawaban tersebut harus langsung dicatat. Pada kegiatan ini, teknik yang digunakan adalah teknik catat (hlm. 208—210). Sementara itu, analisis data masih menggunakan metode yang dikemukakan Sudaryanto (2015), yaitu metode agih (bagi) dengan teknik bagi unsur langsung sebagai teknik dasar dan teknik lanjutan (hlm. 37—46). Setelah data dianalisis, metode yang digunakan untuk menyajikan hasil penelitian masih menggunakan metode yang dikemukakan Sudaryanto (2015), yaitu metode penyajian informal. Hasil penelitian disajikan dengan perumusan kata-kata biasa, walaupun dengan

terminologi yang teknis sifatnya (hlm. 241).

PEMBAHASAN

Adverbia sebagai kelas kata tertutup jumlahnya sejak dulu tidak pernah bertambah dan boleh dikatakan tidak pernah menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Meskipun jumlahnya terbatas, adverbia ini yang dijadikan dasar kriteria untuk menentukan kata-kata berkelas nomina, verba, atau adjektiva. Sama halnya dengan bahasa Tarfia, jumlah kata untuk menyatakan adverbia itu sangat terbatas. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, akan dideskripsikan adverbia bahasa Tarfia dari segi bentuk, dari segi perilaku sintaksis, dan dari segi makna. Berikut uraian adverbia dalam bahasa Tarfia.

Adverbia dari Segi Bentuk

Bentuk adverbia dalam bahasa Tarfia ada dua, yaitu adverbia yang berupa kata dasar dan adverbia yang berupa kata ulang. Kedua bentuk adverbia ini akan diuraikan sebagai berikut.

Adverbia yang Berupa Kata Dasar Adverbia yang berupa kata dasar dalam bahasa Tarfia jumlahnya sangat terbatas. Ada beberapa kata dasar adverbia bahasa Tarfia yang dapat

(7)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 324 mewakili beberapa konsep dalam bahasa

Indonesia. Berikut uraian adverbia yang berupa kata dasar dalam bahasa Tarfia. (1) atak ‘ingin, mau, dan suka’ (2) ausi ‘cukup’

(3) awa ‘sudah’ (4) ka’dek ‘kembali’

(5) ka’ma ‘saja, juga, hanya, cuma, dan belaka’

(6) kamtoni ‘terus’ (7) kapuri ‘perlu’

(8) madaute ‘secepatnya’ (9) makon ‘kurang’

(10) menma ‘hampir, kira-kira, agak, segera, sempat, dan sekitar’

(11) mom ‘amat, cukup, lebih, paling, sangat, sekali, dan terlalu’

(12) naka ‘akan, boleh, hendak, masih, mau, paling, pasti, tengah, dan sedang’ (13) pite ‘lagi’ (14) pipiu ‘baru’ (15) pok ‘banyak’ (16) puni-puni ‘jarang’ (17) sin ‘agak’

(18) tap ‘belum dan tidak’

(19) yankani ‘tentu, sesungguhnya

sebaiknya, sebenarnya, benar, dan seharusnya’

(20) yenamen ‘rupanya’ (21) yatakni ‘rasanya’

Meskipun dari segi bentuk adverbia tidak banyak jumlahnya, frekuensi

penggunaannya cukup tinggi dalam kalimat. Kata dasar adverbia dapat menerangkan verba, frasa verba, nomina, frasa nomina, adjektiva, frasa adjektifa, dan adverbia lainnya dalam kalimat.

Berikut beberapa contoh pemakaian adverbia kata dasar dalam kalimat bahasa Tarfia yang berfungsi untuk menerangkan frasa nomina, verba, dan adjektiva.

(1) Tasi atak sunsun pipiu. adik ingin baju baru Adik ingin baju baru. (2) Ide ka’ma yende asiu tap. dia hanya itu mandi belum Hanya dia yang belum mandi. (3) Kayap ta’poni yende menma a’ror. rumah tua itu hampir roboh Rumah tua itu hampir roboh.

(4) Karpa yende sinikmanu mom. anak itu cantik sangat Anak itu sangat cantik.

(5) Sunsun yen auneini di’ mom. baju yang dipakainya mahal sekali Baju yang dipakainya mahal sekali. (6) Dada naka a’siu wai i. kakak sedang mandi sungai di Kakak sedang mandi di sungai. (7) Dide naka di’wa pip warek. mereka hendak pergi laut ke Mereka hendak pergi ke laut. (8) Ide sini yatebapi’.

(8)

325 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 Dia agak pintar.

(9) Yankani ken de dikde tawani. sebaiknya hari ini kita pulang Sebaiknya hari ini kita pulang. (10) Duk yapu’di dide madaute saya minta mereka secepatnya di’mai.

datang

Saya minta mereka datang secepatnya.

Berdasarkan data (1) dapat diketahui bahwa adverbia atak ‘ingin’ berfungsi untuk menerangkan frasa nomina sunsun pipiu ‘baju baru’ dan adverbia terletak sebelum frasa nomina. Pada data (2) dapat diketahui bahwa adverbia tap ‘belum’ berfungsi untuk menerangkan verba asiu ‘mandi’ dan adverbia terletak sesudah verba. Pada data (3) dapat diketahui bahwa adverbia menma berfungsi untuk menerangkan adjektiva a’ror ‘roboh’ yang dan adverbia terletak sebelum adjektiva. Dari data (4) dan (5) dapat diketahui bahwa adverbia berfungsi untuk menerangkan adjektiva dan adverbia terletak sesudah adjektiva. Adverbia mom ‘sangat’ menerangkan adjektiva sinikmanu ‘cantik’ dan adverbia mom ‘sekali’ menerangkan adjektiva di’ ‘mahal’. Pada data (6) dan (7) dapat diketahui bahwa adverbia berfungsi untuk menerangkan verba dan adverbia terletak sebelum verba.

Adverbia naka ‘sedang’ menerangkan verba a’siu ‘mandi’ dan adverbia naka ‘hendak’ menerangkan verba di’wa ‘pergi’. Berdasarkan data (8) dapat diketahui bahwa adverbia sini ‘agak’ menerangkan verba yatebapi’ ‘pintar’ dan adverbia terletak sebelum adjektiva. Pada data (9) dapat diketahui bahwa adverbia yankani ‘sebaiknya’ berfungsi untuk menerangkan frasa nomina ken de ‘hari ini’ dan adverbia terletak sebelum frasa nomina. Dari data (10) dapat diketahui bahwa adverbia madaute ‘secepatnya’ berfungsi untuk menerangkan verba di’mai ‘datang’ dan adverbia terletak sebelum verba.

Adverbia yang Berupa Kata Ulang Adverbia yang berupa kata ulang dalam bahasa Tarfia jumlahnya sangat terbatas. Bentuk pengulangan adverbia dalam bahasa Tarfia berupa pengulangan kata dasar secara utuh. Berikut uraian adverbia yang berupa kata ulang dalam bahasa Tarfia.

(1) kende-kende ‘sekarang-sekarang’ (2) madaute-madaute ‘cepat-cepat dan kuat-kuat’

(3) makom-makom ‘sedikit-sedikit dan kurang-kurang’

(4) manekte-manekte ‘pelan-pelan’ (5) maram-maram ‘siang-siang’ (6) mi’tapu-mi’tapu ‘sore-sore’

(9)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 326 (7) miriu-miriu ‘malam-malam’ (8) miriute-miriute ‘pagi-pagi’ (9) munukte-munukte ‘diam-diam’ (10) naka-naka ‘seakan-akan’ (11) pipiu-pipiu ‘baru-baru’ (12) pok-pok ‘banyak-banyak’ (13) sini-sini ‘dekat-dekat’ (14) tani-tani ‘sering-sering, sekali-kali, dan senantiasa’ (15) tawai-tawai ‘lama-lama’ (16) tomte-tomte ‘besok-besok’ (17) wa’dai-wa’dai ‘hati-hati’ (18) yada-yada ‘berkali-kali,

sudah-sudah, mula-mula, dan acapkali’ (18) yankani-yankani ‘benar-benar’

Sama halnya dengan adverbia bentuk dasar, adverbia berupa bentuk ulang juga dapat menerangkan verba, frasa verba, nomina, frasa nomina, adjektiva, frasa adjektifa, dan adverbia lainnya dalam kalimat.

Berikut beberapa contoh pemakaian adverbia kata ulang dalam kalimat bahasa Tarfia yang berfungsi untuk menerangkan verba dan frasa nomina. (11) Duk madaute-madaute yakom. saya cepat-cepat jalan Saya jalan cepat-cepat. (12) Ide miriu-miriu diwani. dia malam-malam pulang Dia pulang malam-malam. (13) Duk miriute-miriute yaduk. saya pagi-pagi bangun

Saya bangun pagi-pagi. (14) Dide makom-makom dikan. kalian sedikit-sedikit makan Kalian makan sedikit-sedikit. (15) Baram tado yen munukte- gadis itu diam- munukte awa.

diam pergi

Gadis itu pergi diam-diam. (16) Duk wa’dai-wa’dai yamtom. saya hati-hati berjalan Saya berjalan hati-hati.

(17) Dide tani-tani a’kan mereka sering-sering makan

kayap i. rumah di

Dia sering-sering makan di rumah. (18) Ide tawai-tawai awa.

dia lama-lama pergi Dia pergi lama-lama. (19) Duk ide yada-yada yarau. saya dia berkali-kali memukul Saya berkali-kali memukul dia. (20) Dide maram-maram pip warek. mereka siang-siang laut ke Mereka siang-siang ke laut.

Berdasarkan data kalimat (11), (12), (13), (14), (15), (16), (17), (18), dan (19) dapat diketahui bahwa adverbia yang berupa kata ulang berfungsi untuk menerangkan verba dan letak adverbia sebelum verba. Pada data (11) adverbia madaute-madaute ‘cepat-cepat’

(10)

327 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 berfungsi untuk menerangkan verba

yakom ‘jalan’. Pada data (12) adverbia miriu-miriu ‘malam-malam’ berfungsi untuk menerangkan verba diwani ‘pulang’. Pada data (13) adverbia miriute-miriute ‘pagi-pagi’ berfungsi untuk menerangkan verba yaduk ‘bangun’. Pada data (13) adverbia miriute-miriute ‘pagi-pagi’ berfungsi untuk menerangkan verba yaduk ‘bangun’. Pada data (14) adverbia makom-makom ‘sedikit-sedikit’ berfungsi untuk menerangkan verba dikan ‘makan’. Pada data (15) adverbia munukte-munukte ‘diam-diam’ berfungsi untuk menerangkan verba awa ‘pergi’. Pada data (16) adverbia wa’dai-wa’dai ‘hati-hati’ berfungsi untuk menerangkan verba yantom ‘berjalan’. Pada data (17) adverbia tani-tani ‘sering-sering’ berfungsi untuk menerangkan verba a’kan ‘makan’. Pada data (18) adverbia tawai-tawai ‘lama-lama’ berfungsi untuk menerangkan verba awa ‘pergi’. Pada data (19) adverbia yada-yada ‘berkali-kali’ berfungsi untuk menerangkan verba yarau ‘memukul’. Pada data (20) dapat diketahui bahwa adverbia maram-maram ‘siang-siang’ berfungsi untuk menerangkan frasa nomina pip warek ‘laut ke’ dan adverbia terletak sebelum frasa nomina.

Adverbia dari Segi Perilaku Sintaksis Perilaku sintaksis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbia yang bersangkutan. Dalam bahasa Tarfia terdapat dua posisi adverbia, yaitu adverbia yang mendahului kata yang diterangkan atau yang terletak di sebelah kiri kategori dan adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan atau posisi adverbia di sebelah kanan kategori. Berikut beberapa contoh pemakaian adverbia dalam kalimat yang mendahului kata yang diterangkan atau yang terletak di sebelah kiri kategori nomina.

(21) Duk naka takei yasok. saya sedang keladi menanam Saya sedang menanam keladi. (22) Duk naka pan yanran. saya sedang ikan membakar Saya sedang membakar ikan. (23) Dide naka tapan dikpok. mereka sedang rumput mencabut Mereka sedang mencabut rumput. (24) Dide naka takei disok.

kalian akan keladi menanam Kalian akan menanam keladi. (25) Mama naka takei a’sok. bapak akan keladi menanam Bapak akan menanam keladi.

(11)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 328 Dalam bahasa Tarfia terdapat posisi

adverbia yang mendahului kata yang diterangkan atau yang terletak di sebelah kiri kategori verba. Berikut beberapa contoh dalam kalimat.

(26) Dada naka a’siu. kakak sedang mandi Kakak sedang mandi. (27) Karpau yende pite a’kan. anak itu lagi makan Anak itu makan lagi. (28) Tamu’ yende naka a’wa. orang itu hendak pergi Orang itu hendak pergi. (29) Karpau sombro naka waror anak-anak sedang bermain Anak-anak sedang bermain. (30) Mamade naka munayon. bapak masih tidur Bapak masih tidur.

Selain mendampingi nomina dan verba di sebelah kiri, terdapat pula pemakaian adverbia dalam kalimat yang mendahului kata yang diterangkan atau terletak disebelah kiri kategori adjektiva. Berikut beberapa contoh dalam kalimat. (31) Mama dende sinin mu’su.

suaminya agak gemuk Suaminya agak gemuk.

(32) Kayap ta’pom yende menma rumah tua itu hampir a’ror.

roboh

Rumah tua itu hampir roboh. Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan atau posisi adverbia di sebelah kanan kategori adjektiva. Berikut beberapa contoh pemakaian adverbia yang mendampingi kategori adjektiva dalam kalimat.

(33) Supur yende pi mom. bunga itu indah sangat Bunga itu sangat indah. (34) Sunsunde di’ mom. bajunya mahal terlalu Bajunya terlalu mahal.

(35) Sambumpi mom kayap pipiu besar sekali rumah baru yende.

itu

Besar sekali rumah baru itu. (36) Wero mom nimpurde. jelek benar kelakuannya Jelek benar kelakuannya.

(37) Sunsun yen auneini di’ mom. bajunya yang dipakai mahal sekali Bajunya yang dipakai mahal sekali. (38) Ide di’ mom namki namen. dia tinggi lebih kakaknya dari Dia lebih tinggi dari kakaknya. (39) Wayau yende di’ mom. mobil itu mahal amat kabem tayade.

harganya

(12)

329 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 (40) Karpau yende sinikmanu mom.

anak itu cantik sangat Anak itu sangat cantik.

Selain mendampingi adjektiva, terdapat pula adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan atau posisi adverbia di sebelah kanan kategori verba dalam bahasa Tarfia. Seperti beberapa contoh kalimat dalam bahasa Tarfia sebagai berikut.

(41) Duk takei yasok awa. saya keladi menanam sudah Saya sudah menanam keladi. (42) Duk kiri’ ya’em awa. saya papeda membuat sudah Saya sudah membuat papeda. Dalam bahasa Tarfia, terdapat adverbia yankani ‘seharusnya, sebaiknya, benar-benar, dan sebenarnya’ yang berfungsi untuk menerangkan satuan klausa atau kalimat. Berikut beberapa contoh dalam kalimat.

(43) Yankani ide amai maram seharusnya dia datang pukul mana arko’.

tujuh

Seharusnya dia datang pukul tujuh. (44) Yankanide kamde damai tap. sebaiknya kamu datang tidak Sebaiknya kamu tidak datang. (45) Ide yankani aram ansar dia benar-benar memperhatikan kasi’tau dini pinsi.

orang tua nasihat

Dia benar-benar memperhatikan nasihat orang tuanya.

Berdasarkan perilaku sintaksisnya dapat diketahui bahwa posisi adverbia bahasa Tarfia dapat terletak sebelum dan sesudah kategori yang diterangkannya. Meskipun kosakata adverbia jumlahnya sangat terbatas, adverbia dapat mendampingi kategori nomina, verba, dan adjektiva dalam kalimat.

Adverbia dari Segi Makna

Berdasarkan makna inheren, adverbia dapat menyatakan beberapa makna. Pembagian makna ini terdapat pula pada bahasa Tarfia. Berikut uraian pembagian makna dalam bahasa Tarfia.

Adverbia Sangkalan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia sangkalan yang menyangkal atau mengingkari kategori yang didampinginya. Untuk menyatakan adverbia sangkalan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata tap ‘bukan’ dan ‘tidak’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(46) Dide diwa tap kayotau mereka pergi bukan Jayapura warek dide Tarfi ke melainkan Tarfi tau warek.

(13)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 330 kampung ke

Mereka bukan pergi ke Jayapura melainkan ke Kampung Tarfi. (47) Dukde yai’ tap pan yende. saya mencuri tidak ikan itu Saya tidak mencuri ikan itu. (48) Tanamte dukde kiri’ yankin sudah lama saya papeda makan

tap. tidak

Sudah lama saya tidak makan papeda.

Adverbia Penjumlahan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia penjumlahan yang menyatakan banyak atau kuantitas terhadap kategori yang didampinginya. Untuk menyatakan adverbia penjumlahan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata pok ‘banyak, semua, dan sejumlah’, kapsiri ‘sedikit’, pi’pi ‘beberapa’ rarode ‘seluruh’, paru ‘separuh, setengah’, dan menmanide ‘kira-kira dan sekitar’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(49) Tamu’ yende inni karpau orang itu memiliki anak pok.

banyak

Orang itu memiliki banyak anak. (50) Keuri makomte kapsiri.

garam tambahkan sedikit

Tambahkan sedikit garam. (51) Kayap pi’pi yende

rumah beberapa karena abroroinei unsup asok hancur gempa

Beberapa rumah hancur karena gempa.

(52) Sini rarode niritor tubuhnya seluruh gatal-gatal akik.

terasa

Seluruh tubuhnya terasa gatal- gatal.

(53) Tamu’ pok di’koi korban sejumlah dipindahkan ditau ditap.

belum

Sejumlah korban belum dipindahkan.

(54) Kabem taya parude a’bor uangnya separuh habis waror dar i.

tempat judi di

Separuh uangnya habis di tempat judi.

(55) Tamu’ yen dimaini menmanide tamu yang hadir kira-kira arko’ panoma.

dua puluh

Tamu yang hadir kira-kira dua puluh.

(56) Kai marasi yende menmanide kayu panjang itu sekitar

(14)

331 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 dapu suwse.

meter satu

Panjang kayu itu sekitar satu meter.

Adverbia Pembatasan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia pembatasan yang menyatakan batas dari suatu hal. Untuk menyatakan adverbia pembatasan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata ka’ma ‘hanya, cuma, saja dan belaka’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(57) Ide ka’ma yende asiu tap. dia hanya yang mandi belum Hanya dia yang belum mandi. (58) Ide yangwero ka’ma, arau

dia mengejek cuma memukul tap.

tidak

Dia cuma mengejek, tidak memukul.

(59) Tani-tani waror ka’ma. setiap hari bermain saja Setiap hari bermain saja.

(60) Pinsi yende pinsi dapu ka’ma. kata-kata itu bohong belaka Kata-kata itu bohong belaka. Adverbia Derajat (Kualitas)

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia derajat yang menyatakan tingkatan mutu keadaan atau kegiatan.

Untuk menyatakan adverbia derajat dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata mom ‘amat, cukup, lebih, paling, sangat, sekali, dan terlalu’, sin ‘agak’, dan menma ‘hampir’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(61) Kayap yende sambum mom. rumah itu besar amat Rumah itu amat besar. (62) Dimni dardende suk mom. kami perjalanan jauh cukup Perjalanan kami cukup jauh. (63) Kayap yende sambumpi mom

rumah ini besar lebih kayap yende ma.

rumah itu dari

Rumah ini lebih besar dari rumah itu.

(64) Karpau yende sinikmanu mom. anak itu cantik sangat Anak itu sangat cantik.

(65) Pinsi yende sindim ancaman itu agak

amarkekdim. menakutkan

Ancaman itu agak menakutkan. (66) Kayap ta’poni yende menma rumah tua itu hampir

a’ror. roboh

Rumah tua itu hampir roboh. (67) Nin a’kemni nani kiuri makom. masakan ibu garam kurang

(15)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 332 Masakan ibu kurang garam.

(68) Nimpur yende dimni perbuatan itu kamu sindim manin mom. memalukan sangat

Perbuatan kamu itu sangat memalukan.

(69) Kayap yende sambum mom. rumah itu besar amat Rumah itu amat besar.

(70) Duk sinikmanu mom dende saya cantik paling ini tau i.

kampung di

Saya paling cantik di kampung ini.

Adverbia Kala

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia kala yang menyatakan waktu tindakan dilakukan. Untuk menyatakan adverbia kala dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata awa ‘sudah’, pite ‘lagi’, dan naka ‘akan, hendak, mau, dan sedang’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(71) Dimde kiri’ ankan awa. kami papeda makan sudah Kami sudah makan papeda. (72) Karpau yende pite nin anak itu lagi makanan a’kan.

makan

Anak itu makan makanan lagi.

(73) Dukde naka namai tomte. saya akan datang besok Saya akan datang besok. (74) Tamu’ yende naka a’wa. orang itu hendak pergi Orang itu hendak pergi. (75) Dada naka a’siu wai i. kakak sedang mandi sungai di Kakak sedang mandi di sungai. (76) Kayap yende naka diyi’ni. rumah itu mau dijual Rumah itu mau dijual.

Adverbia Keselesaian (Aspek)

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia keselesaian yang menyatakan apakah tindakan atau perbuatan sudah selesai, belum selesai, atau sedang dilakukan. Untuk menyatakan adverbia keselesaian dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata tap ‘belum’, pite ‘lagi’, naka ‘baru, masih, tengah, dan sedang’ tawu ‘mulai’, dan menma ‘sempat’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(77) Dide dikan tap. mereka makan belum Mereka belum makan. (78) Mama naka awa tau i. bapak baru tiba kampung di Bapak baru tiba di kampung. (79) Dide naka waror di’war mereka tengah bermain

(16)

333 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 wen i.

pantai di

Mereka tengah bermain di pantai. (80) Kaim-kaim tawu di’mai.

orang-orang mulai berdatangan Orang-orang mulai berdatangan. (81) Dide menma nin di’kan mereka sempat makanan makan ni.

dulu

Mereka sempat makan dulu. (82) Mama naka munayon. bapak masih tidur Bapak masih tidur.

Adverbia Kepastian

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia kepastian yang menyatakan tindakan atau keadaan yang pasti terjadi. Untuk menyatakan adverbia kepastian dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata naka ‘pasti, mungkin, dan tentu’, yankani ‘memang dan rasanya’, dan yemen ‘kiranya’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(83) Mama naka a’mai. bapak pasti datang Bapak pasti datang.

(84) Mama naka murute a’mai. bapak mungkin terlambat datang Mungkin bapak terlambat datang. (85) Ide yankani kabem taya apandi dia memang utang bayar

tap. belum

Dia memang belum bayar utang. (86) Yankani dide nin dikan rasanya mereka makanan makan

tap. belum

Rasanya mereka belum makan. (87) Dik yemen tawa madaute kita kiranya datang cepat mom.

lebih

Kiranya kita datang lebih cepat.

Adverbia Menyungguhkan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia menyungguhkan yang menyatakan kesungguhan. Untuk menyatakan adverbia menyungguhkan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata yankani ‘sebaiknya, sesungguhnya, sebenarnya, sebetulnya, dan memang’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(88) Yankani ken de dikde tawani. sebaiknya hari ini kita pulang Sebaiknya kita pulang hari ini. (89) Dimde yankani ken de kami sesungguhnya hari ini dawani.

pergi

Kami sesungguhnya pergi hari ini.

(17)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 334 (90) Yankanide ide karpau yende

sebenarnya dia anak yang sinik manu.

cantik

Sebenarnya dia anak yang cantik. (91) Dukde yankani pasuk atak ide. saya sebetulnya suka sama dia Saya sebetulnya suka sama dia. (92) Ide yankani dukni mama. dia memang saya bapak Dia memang bapak saya.

Adverbia Keharusan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia keharusan yang menyatakan keharusan dan ketidakharus melakukan sesuatu. Untuk menyatakan keharusan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata naka ‘harus, mesti, dan boleh’ dan tap ‘jangan’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(93) Ide naka a’mai bobo mupin kamu harus datang nenek nikayap warek.

rumah ke

Kamu harus datang ke rumah nenek.

(94) Ide naka nin a’kan. dia harus nasi makan Dia harus makan nasi.

(95) Mama naka a’wa tomte. bapak mesti berangkat besok Bapak mesti berangkat besok.

(96) Dide porni manu dakan tapte. kalian babi lemak makan jangan Kalian jangan makan lemak babi.

Adverbia Keinginan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia keinginan yang menyatakan keinginan partisipan akan sesuatu. Untuk menyatakan keinginan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata atak ‘ingin, mau, dan suka’ dan naka ‘mau, hendak, dan segan’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(97) Bobo mupin atak tau warek nenek ingin kampung ke

a’wa. pergi

Nenek ingin pergi ke kampung. (98) Ide atak kiri’ a’kan.

dia mau papeda makan Dia mau makan papeda. (99) Kayap yende naka di’yi. rumah itu mau dijual Rumah itu mau dijual.

(100) Bobo mupin atak kanak a’kan. nenek suka sirih makan Nenek suka makan sirih.

(101) Dide naka di’wa bobo tamu’ mereka segan pergi kakek

kayap warek. rumah ke

Mereka segan pergi ke rumah kakek.

(18)

335 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 Adverbia Frekuensi

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia frekuensi yang menyatakan berapa kali suatu perbuatan atau tindakan dilakukan. Untuk menyatakan frekuensi dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata yada suwse ‘sekali’, tani-tani ‘sesekali, sekali-kali, sekali-sekali, sering, sering-sering, dan senantiasa, puni-puni ‘jarang dan kadang-kadang’, yada-yada ‘acapkali’, dan yende ‘biasa dan selalu’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(102) Na’powa dende naka nasi ini untuk yada suwse di’kan. sekali makan

Nasi ini untuk sekali makan. (103) Dimde tani-tani diwa u’raro kami sesekali pergi kebun warek.

ke

Kami sesekali pergi ke kebun. (104) Puni-puni duk ide kadang-kadang saya dia yetek e’kik

teringat

Kadang-kadang saya teringat dia. (105) Dimde yada-yada ide yetek e’kik. kami acapkali dia teringat Kami acapkali teringat dia. (106) Ide yende murute aimi.

dia selalu terlambat datang Dia selalu datang terlambat. (107) Kamde yante tani-tani kalian jangan sekali-kali wai i damromi. sungai di mandi

Kalian jangan sekali-kali mandi di sungai.

(108) Karpau yende puni-puni ausiu. anak itu jarang mandi Anak itu jarang mandi.

(109) Ide tani-tani nin kamu sering-sering makanan a’kan kayap i.

makan rumah di

Kamu sering-sering makan di rumah.

(110) Yende dide miriute pip biasa mereka pagi-pagi laut warek.

ke

Biasa mereka ke laut pagi-pagi.

Adverbia Kesanggupan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia yang menyatakan kesanggupan. Untuk menyatakan kesanggupan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata sinik soko ‘sanggup’, dan naka ‘dapat dan bisa’. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(111) Dukde sinik soko nimpur dende saya sanggup pekerjaan ini

(19)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 336 na’kemni.

menyelesaikan

Saya sanggup menyelesaikan pekerjaan ini.

(112) Karpau yende naka darsuk. anak itu dapat jauh a’tomni.

berjalan

Anak itu dapat berjalan jauh. (113) Ide naka dende yateba’ pite. dia dapat dengan berpikir baik Dia dapat berpikir dengan baik. (114) Bobo tamu’ naka a’pakoi kakek bisa menerima dik tomte.

kita besok

Kakek bisa menerima kita besok. (115) Duk naka kiri’ napar.

saya bisa papeda membuat Saya bisa membuat papeda.

Adverbia Harapan

Dalam bahasa Tarfia terdapat adverbia yang menyatakan harapan. Untuk menyatakan harapan dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata simbram tap ‘moga-moga dan se‘moga-moga’, wari-warini ‘mudah-mudahan’, yankani ‘hendaknya, sebaiknya, dan seharusnya’, dan yemen ‘sepatutnya. Berikut contoh pemakaian dalam kalimat.

(116) Simbram tap ide pite

semoga dia selamat dar raroi.

perjalanan dalam

Semoga dia selamat dalam perjalanan.

(117) Wari-warini ide madaute. mudah-mudahan kamu cepat

pi a’pakem. sembuh

Mudah-mudahan kamu cepat sembuh.

(118) Yankanite dide pite hendaknya kalian berhasil di namain.

mereka seperti

Hendaknya kalian berhasil seperti mereka.

(119) Yemen ide nani nide sepatutnya kamu ibu pada mi tatapur.

minta maaf

Sepatutnya kamu minta maaf pada ibu.

(120) Yankanide dikde tawa

Sebaiknya kita berangkat kende.

sekarang

Sebaiknya kita berangkat sekarang.

PENUTUP

Dari seluruh uraian pada pembahasan, ada beberapa simpulan yang dapat dikemukakan sebagai

(20)

337 | © 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 berikut. Adverbia sebagai kelas kata

tertutup jumlahnya sejak dulu tidak pernah bertambah. Dalam bahasa Tarfia, jumlah kata untuk menyatakan adverbia itu sangat terbatas. Dari hasil pembahasan dapat diketahui adverbia bahasa Tarfia baik dari segi bentuk, perilaku sintaksis, maupun dari segi makna. Dari segi bentuk, adverbia dalam bahasa Tarfia ada dua, yaitu adverbia yang berupa kata dasar dan adverbia yang berupa kata ulang. Kedua bentuk adverbia ini dapat berfungsi untuk menerangkan verba, nonima, dan adjektiva dalam kalimat. Dari segi perilaku sintaksis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbia yang bersangkutan. Dalam bahasa Tarfia terdapat dua posisi adverbia, yaitu adverbia yang mendahului kata yang diterangkan atau yang terletak di sebelah kiri kategori dan adverbia yang mengikuti kata (setelah kata) yang diterangkan atau posisi adverbia di sebelah kanan kategori.

Dari segi makna, ada beberapa makna adverbia yang terdapat dalam bahasa Tarfia, yaitu adverbia sangkalan yang ditandai dengan penggunaan kata tap ‘bukan’ dan ‘tidak’; adverbia penjumlahan ditandai dengan penggunaan kata pok ‘banyak, semua,

sejumlah’, kapsiri ‘sedikit’, pi’pi ‘beberapa’ rarode ‘seluruh’, paru ‘separuh, setengah’, dan menmanide ‘kira-kira dan sekitar’; adverbia pembatasan yang ditandai dengan penggunaan kata ka’ma ‘hanya, cuma, saja dan belaka’; adverbia derajat ditandai dengan penggunaan kata mom ‘amat, cukup, lebih, paling, sangat, sekali, dan terlalu’, sin ‘agak’, dan menma ‘hampir’; adverbia kala ditandai dengan penggunaan kata awa ‘sudah’, pite ‘lagi’, dan naka ‘akan, hendak, mau, dan sedang’; adverbia keselesaian dalam bahasa Tarfia ditandai dengan penggunaan kata tap ‘belum’, pite ‘lagi’, naka ‘baru, masih, tengah, dan sedang’ tawu ‘mulai’, dan menma ‘sempat’; adverbia kepastian ditandai dengan penggunaan kata naka ‘pasti, mungkin, dan tentu’, yankani ‘memang dan rasanya’, dan yemen ‘kiranya’; adverbia menyuguhkan ditandai dengan penggunaan kata yankani ‘sebaiknya, sesungguhnya, sebenarnya, sebetulnya, dan memang’; adverbia keharusan ditandai dengan penggunaan kata naka ‘harus, mesti, dan boleh’ dan tap ‘jangan’; adverbia keinginan ditandai dengan penggunaan kata atak ‘ingin, mau, dan suka’ dan naka ‘mau, hendak, dan segan’; adverbia frekuensi ditandai dengan penggunaan kata yada suwse

(21)

© 2020, Kelasa, 15 (2), 318– 338 | 338 ‘sekali’, tani-tani ‘sesekali, sekali-kali,

sekali-sekali, sering, sering-sering, dan senantiasa, puni-puni ‘jarang dan kadang-kadang’, yada-yada ‘acapkali’, dan yende ‘biasa dan selalu’; dan adverbia kesanggupan ditandai dengan penggunaan kata sinik soko ‘sanggup’, dan naka ‘dapat dan bisa’.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Ketiga). Balai Pustaka.

Anggraini, A. E., & Jaka Torta Bayu. (2019). Morfologi: Proses Pembentukan Kata. Pustaka Mandiri.

Arifin, Z., & Junaiyah. (2009). Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. PT Gramedia.

Chaer, A. (2000). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Rineka Cipta. Chaer, A. (2015). Morfologi Bahasa

Indonesia: Pendekatan Proses. Rineka Cipta.

Chaer, A. (2015). Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Rineka Cipta.

Kridalaksana, H. (2005). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (Kedua). PT Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, H. (2008). Kamus

Linguistik. PT Gramedia Pustaka Utama.

Noviatri, & Aslinda. (2020). "Penggunaan Adverbia Bahasa Indonesia dalam Media Cetak Lokal di Kota Padang: Kajian Morfologis dan Sintaksis". Puitika, 16(1), 2020.

Nusarini. (2017). "Adverbia dalam Bahasa Indonesia: Tinjauan Bentuk dan Perilaku Semantisnya". Caraka, 3(2).

SIL. (2006). Bahasa-Bahasa di Indonesia. SIL.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Sanata Dharma University Press.

Sudaryat, Y. (2016). "Adverbia Statif dalam Bahasa Sunda: Kajian Struktur dan Semantik". Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra. https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v 12i2.3705

Referensi

Dokumen terkait

Laybarge yang digunakan untuk proses instalasi pipa bawah laut dapat berupa kapal biasa atau semisubmersible yang sudah dimodifikasi. Pada laybarge terdapat welding

Institusi zakat menjadi unsur penting dalam kebijakan sosio-ekonomi baik di Indonesia melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun di Brunei

Sementara itu, bahasan yang secara khusus mengkaji nama berdasarkan pendekatan sosio-onomastika masih sangat terbatas, yang salah satunya adalah Toponimi di Jantung

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kritik sosial yang muncul pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo dengan menggunakan pendekatan

kehidupan sebagai manusia. Cinta ideal itu baru mereka peroleh utuh setelah mereka mengalami kematian dan reinkarnasi menjadi sepasang kupu-kupu. Cinta ideal itu

Dalam hal ini remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai akibat dari perilaku seks bebas akan lebih mudah melalui setiap tugas perkembangannya, namun

pelaksanaan Pelayanan yang kurang memadai seperti terbatasnya sarana computer, ruang tunggu, dan kuantitas pegawai membuat pelayanan menjadi terhambat dan berefek

Pada contoh (5), penggunaan fukushi あまり yang diikuti oleh bentuk positif mempunyai arti terlalu atau sangat, dan menjelaskan bahwa terlalu banyak minum, atau sangat banyak