• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Hakikat lari sprint 100 meter dalam olahraga atletik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Hakikat lari sprint 100 meter dalam olahraga atletik"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Hakikat lari sprint 100 meter dalam olahraga atletik

Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar. Atletik berasal dari bahasa Yunani “athlon” yang berarti “kontes”. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama tahun 776 SM (sebelum masehi).

Induk olahraga cabang atletik tingkat internasional adalah IAAF ( International Amateur Athletic Federation ). Sedangkan induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI ( Persatuan Atletik Seluruh Indonesia ).

Munasifah ( 2008 : 13 ) Lari sprint atau lari cepat adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Disebut dengan lari cepat karena jarak yang ditempuh adalah pendek atau dekat. Jadi dalam nomor lari ini yang diutamakan adalah kecepatan yang maksimal mulai dari awal lari ( start ) sampai akhir lari (finish). Mengngat dalam lari ini yang diutamakan adalah kecepatan, maka kekuatan fisik yang prima sanagt diperlukan.

Kemampuan yang harus di lakukan oleh seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari sprint yang paling nyata adalah „kecepatan‟. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang

(2)

halus, lancar dan efisien sangat dibutuhkan untuk berlari dengan kecepatan tinggi.

Adapun jarak yang ditempuh dalam lari sprint adalah 100 m, 200 m, dan 400 m.kelangsungan gerak sprint secara teknis semua sama. Kalau ada perbedaan hanyalah terletak pada penghematan penggunaan tenaga, karena perbedaan jarak yang harus ditempuh,karena kurangnya suatu program latiahan yg terarah pada saat berlatih,maka dari itu di perlukan latihan interval untuk melatih fisik seorng atlet.

2.1.1.1 Hakikat lari 100 meter

Lari jarak pendek adalah berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh, atau sampai jarak yang telah ditentukan. Pelarinya bisa juga disebut dengan sprinter.

a.Nomor-Nomor lari

- Lari jarak pendek 100, 200, 400 meter -. Lari jaraj menengah 800 , 1500 meter

-. Lari jarak jauh 5000, 10000 meter dan marathon 42,195 km

secara teknis penggunaan start jongkok yang digunakan sama. yang membedakan hanyalah pada penghematan penggunaan tenaga, karena perbedaan jarak yang harus ditempuh. Makin jauh jarak yang harus ditempuh makin banyak tenaga yang harus dibutuhkan.

(3)

Gerakan lari jarak pendek dibagi menjadi tiga tahap ialah: star, gerakan lari cepat (sprint), gerakan finis.

1.Start

Dalam perlombaan lari, ada tiga cara star, ialah : - star berdiri (standing start)

- star jongkok (crouching start)

- start melayang (flying start) dilakukan hanya untuk pelari ke II, III dan IV dalam lari estapet 4 x 100 m.

2.Teknik Start

Pada aba-aba bersedia pelari maju menuju garis start untuk menempatkan kaki tumpu pada balok start, kaki yang kuat diletakan di depan. letakkan tangan tepat di belakang garis start.

3.Bunch start/start jongkok jarak pendek

Letak kaki belakang terpisah kira-kira 25 – 30 cm. ujung kaki belakang ditempatkan segaris dengan tumit kaki muka bila dalam sikap berdiri. Jarak kaki dari garis star kira-kira: kaki depan 45 cm, kaki belakang 70 cm, tergantung dari panjang tungkai.

4.Medium start/start jongkok jarak menengah

Pada waktu sikap berlutut, letak lutut kaki belakang di samping ujung kaki depan, jarak kaki dari garis star kira-kira kaki depan 37 cm, kaki belakng 85 cm, tergantung dari panjang tungkai.

(4)

Pada waktu sikap lutut, letak lutut kaki belakang di samping bagian belakang dari tumit kaki depan, jarak kaki dai agis star kira-kira: kaki depan 32 cm, kaki belakang 100 cm, tergantung dari panjang tungkai masing-masing pelari. c. Gerakan finis

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada waktu pelari mencapai finis. Lari terus tanpa perubahan apapun. Dada dicondongkan ke depan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang, atau dalam bahasa jawa disebut ambyuk. Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan, yang lazim disebut The String.

Jarak 20 meter terakhir sebelum garis finis meupakan perjungan untuk mencapai kemenangan dalam perlombaan lari, maka yang perlu diperhatikan adalah kecepatan langkah, jangan menengok lawan, jangan melompat, dan jangan perlambat langkah sebelum melewati garis finis.

2.1.2 Hakikat Latihan

Dalam kegiatan olahraga,latihan atau treining dapat d artikan sebagai suatu preses penyesuaian tubuh terhadap tuntunan kerja yang lebih berat dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi situasi pertandingan dan meningkatkan keterampilan,skill atlet untuk nomor-nomor tertentu atau cabang olahraga tertentu(Basuki,2003:13) mangatakan bahwa fungsi utama dari latihan adalah agar tubuh mampu menggerakan tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal.dengan latihan-latihan,organ-organ vital seperti;otot-otot,jantung,paru-paru,serta pusat susunan syaraf akan mengalami perkembangan prestasi akan meningkat.

(5)

Latihan bukan merupakan sesuatu yang baru atau ditemukan pada zaman sekarang ini.Latihan sudah ada sejak zaman dahulu dimana orang-orang secara sistematis dalam usaha pencapaian tujuan.Baik sekarang ini maupun pada zaman dahulu, melalui latihan seseorang berlatih mempersiapkan diri dan melatih kemampuan yang dimilikinya.

Menurut Noer (1995 : 90 ) Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan.

Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan ketrampilan atau prestasi semaksimal mungkin. Menurut Pomatahu (2008 : 22 ) aktifitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang-ulang dan punya tujuan dalam hal untuk meningkatkan atau mempertahankan level kesegaran jasmani. Untuk mencapai tujuan itu ada delapan unsur yang harus diperhatikan dalam latihan, yaitu :

a. Kemampuan atlit, baik fisik maupun mental

b. Waktu pelaksanaan program latihan untuk mengembangkan tenaga/kekuatan, daya tahan, kecepatan, fleksibility dan lain-lain untuk dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

c. Cabang olahraga yang akan disiapkan

d. Standar atau tingkatan nasional atau internasional e. Keadaan daerah setempat : Tradisi, Iklim, dan lain-lain f. Faktor latihan : Prestasi, Volume, Intensitas

(6)

h. Periodisasi latihan

Untuk membina atlit agar dapat ditingkatan prestasinya setinggi-tingginya, diperlukan jangka waktu yang lama. Oleh karena membutuhkan waktu yang lama, maka latihan-latihan tersebut dilaksanakan secara bertahap, yang terdiri dari : Program Jangka Panjang dan Program Tahunan.

Harsono dalam Hartono, (1992 : 2) : latihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya.

2.1.3 Tujuan Latihan

Tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlit menigkatkan ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan :

1. Latihan Fisik, yaitu latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik. 2. Latihan teknik, yaitu latihan yang bertujuan untuk mempermahir penguasaan

ketrampilan gerak dalam suatu cabang olahraga tertentu.

3. Latihan taktik, yaitu latihan yang bertujuan untuk mengembangkan dan menumbuhkan daya tafsir pada atlit ketika melakasanakan kegiatan olahraga yang bersangkutan.

4. Latihan mental, yaitu latihan yang lebih banyak menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) serta emosional atlit, seperti semangat bertanding, sikap pantang menyerah, fair play, percaya diri dan lain-lain.

(7)

Menurut tohar (2002 : 4) prinsip-prinsip latihan yang paling penting untuk dijadikan pedoman dalam meningkatkan prestasi dan performa dalam olahraga sebagai berikut :a) pemanasan tubuh,b) metode latihan,c)berfikir,d) prinsip beban latihan,e)intensitas latihan

2.1.5 Hakikat latihan interval

Latihan interval adalah suatu jenis latihan yang paling banyak digunakan orang atau pelatih pada masa sekarang dalam usaha peningkatan kemampuan dan prestasi seorang atlet.ciri khas dari pada latihan interval ini ialah adanya waktu selingan untuk beristirahat setelah menjalankan latihan.pengertian istrahat di sini bukan berarti setelah selesai kita menjalankan suatu program latihan lalu kita boleh beristirahat penuh. Tetapi istirahat disini mempunyai arti bahwa setiap pembebanan kerja berat harus diselingi pembebanan kerja yang ringan. Pembebanan kerja yang ringan ini merupakan waktu istirahat dalam arti masih melakukan kegiatan namun dalam frekuaensi yang rendah. jadi pengertian istrahat di sini merupakan istrahat aktif, karena setelah itu kita masih melanjutkan latihan-latihan tersebut.

Menurut Holoubek dalam Noer ( 1995 : 163 ) latihan interval adalah suatu bentuk atau rentetan latihan yang diberi selingan interval atau istrahat tertentu.

Latihan interval adalah latihan yang efektif untuk mengembangkan stamina. Stamina adalah tingkatan daya tahan yang lebih tinggi dari pada daya tahan. Oleh karena itu, sebelum berlatih untuk stamina, seorang atlet harus berlatih terlebih dahulu dalam meningkatkan daya tahan tertentu atau telah memiliki suatu tingkatan daya tahan tertentu. Kerja stamina adalah kerja dalam

(8)

tingkat anaerobik, dimana pemasukan oksigen tidak cukup untuk meladeni kebutuhan pekerjaan yang dilakukan otot. Oleh karena pemasukan oksigen tidak cukup, maka kerja anaerobik akan selalu mengakibatkan atlet berhutang oksigen (

oxygen-debt ). Hutang ini akan mudah dilunasi pada waktu istrahat.

Anaerobik adalah system yang tidak memerlukan oksigen oleh karena itu pembakaran lemak tidak lengkap dan system anaerobic ini menggunakan karbohidrat.

Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun pelatihan interval, yaitu :

1. Lamanya latihan

2. Beban (intensitas) latihan

3. Jumlah ulangan ( repetition ) melakukan latihan 4. Masa istrahat ( recovery ) antarlatihan.

Sifat dari latihan ini sangat fleksibel, artinya suatu kegiatan atau latihan dapat dilakukan dalam jarak-jarak tertentu, relatif pendek serta dilakukan dengan berulang-ulang. Pembebabanan kerja ditingkatkan setahap demi setahap yaitu dari kecepatan mula-mula rendah kemudian meningkat ke kecepatan menengah dan akhirnya mencapai kecepatan yang tinggi. Dengan cara ini maka akhirnya seorang atlet dapat memperoleh cara lari yang relaks, harmonis serta halus dalam kelangsungan geraknya.

Lima prinsip yang dilakukan untuk latihan interval dijelaskan oleh Fox, Bowers dan, Foss (1994) sebagai berikut:

(9)

1. Ukuran dan jarak interval

2. Jumlah ulangan dalam setiap kegiatan

3. Interval istrahat atau waktu diantra interval kerja 4. Jenis kegiatan selama interval sela

5. Frekuensi latihan per minggu

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan latihan lari sprint 100 meter. Aktifitas persiapan lari 100 meter dapat dimulai dengan semua bentuk latihan daya tahan diantaranya seperti :

1. Latihan interval : salah satu jenis latihan fisik yang efektif untuk mengembangkan stamina. Untuk latihan pada hari pertama, Siswa diharuskan menempuh jarak 100 meter dengan waktu tempuh 15 detik, kemudian istrahat/istrahat aktif selama 90 detik ( waktu recovery ), ini dilakukan 4-5 kali ulangan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Hal ini karena mengingat perlunya penyesuaian tubuh terhadap pembebanan latihan. Kemudian minggu berikutnya jumlah latihannya ditingkatkan menjadi 2 seri (set) dengan jumlah pengulangan(repetition) tetap 5 kali antar set, dan istrahat antar set selama 3 menit, sedangkan untuk tiap pengulangan tetap 90 detik untuk masa istrahatnya (wkatu

recovery).

Cara melakukan latihan dengan metode latihan interval untuk pelari jarak pendek 100 meter :

(10)

 Jumlah seri (set) : 2 set

 Jumlah ulangan : 5 kali ulangan

 Waktu : 15-16 detik

 Waktu istrahat (recovery) : 90-120 detik

Untuk seterusnya latihan-latihan yang dilakukan kian hari kian ditingkatkan pembebanannya hingga akhirnya tujuan latihan tersebut dapat tercapai.

Prinsip peningkatan pembebanan untuk lari cepat dapat dilakukan dengan meningkatkan salah satu butir atau kombinasi dari butir-butir di bawah ini :

 Mengurangi waktu istrahat  Memperpendek waktu tempuh

 Menambah jarak yang harus ditempuh

Lamanya waktu istrahat ( recovery ) tergantung pada kecepatan yang digunakan dan panjangnya jarak yang ditempuh.

Perhitungan lamanya waktu istrahat dapat dilakukan berdasarkan atas tekanan darah, pernapasan dan denyut nadi. Bagi seorang pelatih cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan perhitungan denyut nadi. Disamping untuk menetukan lamanya waktu istrahat setelah melakukan latihan juga untuk menentukan berat ringannya suatu latihan.

Untuk mengetahui apakah suatu pembebanan telah sesuai atau belum bagi atlet dan untuk menentukan waktu istrahat antara ulangan maka dapat dilakukan perhitungan-perhitungan denyut nadi sebagai berikut :

1) Selesai menjalankan latihan atlet disuruh duduk dan denyut nadi diambil satu menit setelah latihan dan diambil selama satu menit. Catat denyut nadinya.

(11)

2) Dua menit kemudian denyut nadi diambil dan dihitung kembali, catat denyut nadi. Pengambilan denyut nadi selama satu menit.

3) Tiga menit kemudian denyut nadi diambil dan dihitung kembali, catat denyut nadi. Pengambilan denyut nadi selama satu menit.

Bila setelah menjalankan latihan denyut nadi mencapai 180 per menit maka latihan-latihan harus segera dihentikan karena latihan tersebut terlampau berat. Apabila selesai latihan, denyut nadi satu menit pertama mencapai 170 per menit, maka latihan tersebut telah sesuai. Dua menit kemudian denyut nadi dihitung kembali misalnya 150 permenit dan pada menit ke tiga mencapai 130-120 per menit maka latihan-latihan selanjutnya sudah dapat dimulai lagi. Jadi setelah tiga menit beristirahat maka atlet tersebut sudah dapat meneruskan la-tihan berikutnya. Demikian seterusnya

Cara mengukur intensitas latihan dapat dilakukan dengan training zone yaitu latihan yang dilakukan dengan mengukur denyut jantung maksimal :

Denyut Jantung Maksimal ( DNM ) = 220 – umur Contoh :

Denyut Jantung Max = 220 – 20 = 200

x 200

=

x 200 = 150

Jadi denyut jantung maksimal adalah 150 per menit.

Latihan daya tahan dengan metode latihan interval, tujuannya untuk melatih daya tahan dan stamina, agar dalam melakukan gerakan lari

(12)

kemampuanya bisa meningkat.dengan mengukur denyut nadi seorang atlit kita dapat mengetahui apa seorang atlet masih mampu untuk melanjutkan kembali latihan.

Menurut Pomatahu ( 2008 : 59 ) banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode interval training atau latihan interval jika dibandingkan dengan metode lain, diantaranya :

1. Pengontrolan latihan lebih teliti

2. Lebih sistematis, karena memungkinkan seorang pelatih lebih mudah untuk mengetahui kemajuan dari hari ke hari.

3. Peningkatan potensi energy lebih cepat dari pada metode kondisioning lainnya.

4. Program latihan ini dapat dilaksanakan dimanapun dan tidak memerlukan peralatan khusus

Metode ini terutama digunakan pada waktu periode menjelang pertandingan, khususnya dalam rangka peningkatan kecepatan daya tahan (speed

endurance).metode ini merupakan metode yang lebih efektif, karena memerlukan

pengawasan yang terus menerus dari hasil-hasilnya. Jika dilakukan dengan tidak baik, akan mengakibatkan kelelahan psykis, karena sifat latihannya yang monoton.

2.1.5.1 Tujuan latihan Interval

Tujuan latihan interval adalah untuk meningkatkan daya tahan paru-paru dan jantung seorang atlet.

(13)

substansi latihan interval merupakan jenis latihan yang memaksa tubuh untuk bekerja keras.selain itu latihan interval juga dapat meningkatkan metabolism tubuh dan daya tahan tubuh meningkat.

2.1.5.3 Metode latihan

Metode latihan merupakan metode yang labih efektif,karena memerlukan pengawasan yang terus menerus dari hasil-hasilnya.latihan interval jika di bandingan dengan metode lain di antaranya:

a).ukuran dan jarak interval b).Jumlah ulangan setiap latihan

c).interval sela atau waktu di antaranya interval kerja d).Jenis kegiatan selama interval sela

e).frekuensi latiahan perminggu

Dengan penyusunan metode latihan yang baik maka tingkat kondisi fisik dan koordinasi,keterampilan atlet seperti kekuatan,kecepatan,daya tahan,mobilitas dan ekstensibilitas dapat di tingkatkan

2.1.5.4 Evaluasi latihan interval

Evaluasi latiahan interval di tinjau dimana tingkat ketangkasan atlet secara individual.

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori-teori diatas maka seorang pelari 100 meter harus memiliki daya daya tahan, disamping teknik-teknik gerakan dan koordinasi.

(14)

Seorang atlit lari 100 meter yang menguasai teknik dasar lari jarak pendek dengan baik dan prima, perlu ditunjang dengan factor-faktor kondisi fisik yang baik pula, terutama adalah daya tahan. Peningkatan daya tahan ini dapat dilakukan dengan metode latihan interval. Pelatihan interval adalah pelatihan yang efektif untuk mengembangkan stamina. Stamina adalah tingkatan yang lebih tinggi dari pada daya tahan.

Latihan daya tahan harus makin lama makin ditingkatkan menjadi latihan stamina. Oleh karena itu, atlit harus dilatih makin lama makin berat, sehingga kemampuannya untuk bertahan terhadap rasa lelah (the ability to withstanfatique), makin lama makin berkembang. tentunya dengan latihan yang dilakukan secar sistematis.

Dengan demikian penulis berasumsi bahwa pelari jarak pendek khususnya lari 100 meter mengutamakan latihan daya tahan dengan metode interval training, karena dengan metode interval training dapat meningkatkan kemampuan lari pada lari jarak pendek 100 meter, mulai dari awal start hingga melewati finish.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “terdapat pengaruh latihan interval terhadap kemampuan lari 100 meter pada siswa putra SMP Negeri 1 Bulango Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui: (1) Pengaruh latihan sprint training menggunakan parasut running dengan rasio recovery 1:10 terhadap kecepatan lari

Menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu. 1) Kuantitas

Penelitian yang dilakukan oleh Beny Yonas Septiyawili “Penggunaan metode jarimatika dalam meningkatkan kecepatan berhitung perkalian bilangan 6 sampai 10 untuk peserta didik

Dari berbagai teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan efektif membaca adalah membaca dengan waktu yang relatif cepat disertai pemahaman yang tinggi... terhadap isi

Upaya pengembangan dan peningkatan olahraga dalam senam ketangkasan dalam pembelajaran bagian yang dilakukan salah satunya adalah dengan latihan

Alat bantu visual dapat membantu anak mengerti tentang sesuatu yang akan terjadi, jenis kegiatan yang telah dilakukan waktu lampau dan waktu yang akan datang,

Harsono mengatakan kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan

Penelitian ini mengunakan jenis penelitian analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik non-tes menggunakan observasi, karena dalam penelitian ini tujuan yang ingin