• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya pembelajaran. Kesuksesan sebuah pendidikan dapat dilihat dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya pembelajaran. Kesuksesan sebuah pendidikan dapat dilihat dari"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya pembelajaran. Kesuksesan sebuah pendidikan dapat dilihat dari penyelenggaraan proses pembelajaran. Daryanto (2014: 1) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran akan bermakna apabila dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya. Pembelajaran bermakna juga akan tercipta jika pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama. Pembelajaran di sekolah berkaitan dengan suatu mata pelajaran. Mata pelajaran memudahkan siswa dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara lebih mendalam. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah matematika.

Matematika menjadi suatu ilmu pengetahuan yang mengembangkan kemampuan berpikir manusia untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupannya. Matematika mengembangkan kemampuan berpikir yang logis, kritis, sistematis, analitis dan kreatif. Kemampuan berpikir yang dikembangkan inilah yang akan mewujudkan suatu perkembangan kehidupan manusia. Uno dan Kuadrat (2009: 109) menyatakan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan indivisualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika membuat siswa menjadi kritis dalam menganalis suatu permasalahan. Penguasaan matematika sangat diperlukan untuk menunjang perkembangan kehidupan dan pemecahan masalah, sehingga matematika perlu dikusai sejak dini.

(2)

Penguasaan matematika melalui pembelajaran di sekolah terletak pada mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika di SD akan membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir yang logis, kritis, sistematis, analisis dan kreatif untuk dapat memecahkan masalah. Mata pelajaran matematika juga membekali peserta didik untuk menjadi seseorang yang bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah dengan alasan yang logis dan sistematis. Pada pembelajaran matematika, peserta didik dilatih untuk mengkomunikasikan ide dalam bentuk bahasa numerik. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dimulai dengan mengenalkan suatu bahasa numerik paling sederhana yaitu bilangan. Penggunaan bahasa numerik berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menghitung. Kemampuan menghitung menjadi dasar kemampuan siswa untuk mempelajari matematika. Oleh karena itu, kemampuan menghitung peserta didik menjadi kemampuan yang paling penting dikembangkan oleh seorang guru dalam pembelajaran matematika di SD. Pada jenjang kelas V SD, siswa dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menghitung bilangan pecahan.

Pembelajaran matematika pada materi menghitung pecahan khususnya pada penjumlahan dan pengurangan masih dianggap sulit oleh siswa. Kemampuan menghitung pecahan yang kurang terjadi pada siswa kelas V SDN Tirtoyoso No.111 Surakarta. Hal itu dibuktikan dengan hasil tes pratindakan yang dilakukan pada tanggal 27 November 2015 . Hasil tes menunjukkan masih banyak siswa yang nilainya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran matematika adalah 65. Dari 26 siswa, 20 siswa atau 76,92% siswa mempunyai nilai di bawah KKM, sedangkan 6 siswa atau 23,08% sudah melampaui KKM. Hasil tes pratindakan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 165. Hasil tes pratindakan tersebut membuktikan bahwa sebagian besar siswa masih kurang dalam kemampuan menghitung pecahan.

Hasil tes tersebut didukung oleh analisis hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 26 November 2015. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa masih kurang tertarik dengan pembelajaran matematika. Siswa banyak yang kurang memperhatikan saat belajar di kelas. Siswa juga kurang teliti dalam

(3)

mengerjakan soal. Hasil observasi aktivitas siswa pratindakan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 172. Hal itu diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa pada tanggal 27 November 2015. Hasil wawancara siswa menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menghitung khususnya bilangan pecahan. Siswa masih kebingungan dengan penjelasan guru tentang konsep bilangan pecahan. Hasil wawancara siswa pratindakan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 157. Hasil wawancara siswa didukung oleh hasil wawancara terhadap guru kelas V yang menyatakan bahwa siswa memang masih belum menguasai konsep menghitung pecahan, sehingga ketika berhadapan dengan konsep pecahan siswa kebingungan dalam melakukan penghitungan. Guru menyatakan bahwa dalam pembelajaran banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dan pembelajaran cenderung pasif. Hasil wawancara guru pratindakan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 161.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan guru belum menarik perhatian siswa sehingga siswa cenderung bersikap pasif dalam kelas. Permasalahan dalam pembelajaran matematika yang terjadi pada kelas V SDN Tirtoyoso No.111 Surakarta tentang kemampuan menghitung pecahan yang masih rendah harus segera dilakukan perbaikan. Materi pecahan pada kelas V semester II mempunyai kompetensi dasar melakukan penjumlahan dan pengurangan pecahan. Penjumlahan pecahan terdiri dari penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Pengurangan pecahan terdiri dari pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Fakta menunjukkan bahwa kemampuan menghitung pecahan siswa masih rendah sehingga akan menyebabkan penguasaan materi pecahan menjadi berkurang, sehingga kompetensi dasar tentang menghitung pecahan tidak akan tercapai.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna. Guru harus mampu memberikan kesempatan untuk siswa untuk mempelajari matematika sesuai dengan karakter siswa seperti pernyataan Wares (2013) “in mathematics classroom it is essential to provide opportunities for students to understand mathematical concepts in a

(4)

variety of ways”. Terjemahan dari pernyataan tersebut adalah dalam kelas matematika sangat penting untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep matematika dengan berbagai cara. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Suasana pembelajaran yang aktif dapat tercipta dengan keterlibatan siswa dalam proses menggali pengetahuannya. Pelibatan siswa dalam proses pembelajaran akan membuat siswa menggali pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh akan bermakna dan bertahan lama. Untuk memberikan kebermaknaan pembelajaran, guru dapat menggunakan media pembelajaran dan melibatkan siswa dalam penggunaannya.

Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu yang digunakan guru untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Daryanto (2012: 4) menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran membantu guru dalam mengkonstruksikan konsep-konsep yang abstrak menjadi lebih konkret agar mudah dipahami siswa. Penggunaan media pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Untuk memudahkan siswa dalam mempelajari cara menghitung pecahan guru harus menggunakan media yang menarik dan mampu mengkonstruksikan pecahan yang abstrak menjadi konkret. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu penguasaan kemampuan menghitung pecahan adalah kertas origami.

Kertas origami merupakan kertas yang digunakan dalam origami. Origami berasal dari negara Jepang. Origami merupakan seni melipat kertas untuk membuat suatu bentuk tertentu. Kertas yang digunakan dalam origami berbentuk persegi dan mudah untuk dilipat. Kemudahan dalam penggunaan ini merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki kertas origami. Kertas origami juga menjadi pengganti benda-benda nyata yang sulit diperoleh seperti buah-buahan, dan benda lainnya. Penggunaan kertas origami sebagai media pembelajaran matematika sangat sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya untuk memperolehnya. Keunggulan lain dari media kertas origami merupakan media yang sangat mudah diperoleh dan mempunyai daya tarik yang tinggi untuk usia siswa SD. Kertas

(5)

origami tersedia di toko alat tulis dengan berbagai macam warna. Kertas origami yang berwarna-warni akan membuat anak tertarik dan memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi. Kertas origami juga aman digunakan oleh semua kalangan termasuk anak. Kertas origami merupakan media yang mudah digunakan oleh semua kalangan karena prinsip penggunaan kertas origami hanyalah melipat-lipat. Kegiatan melipat kertas origami akan membuat siswa melakukan aktivitas yang positif. Lipatan-lipatan inilah yang dapat menunjukkan konsep pecahan kepada siswa. Kegiatan melipat kertas menggunakan media kertas origami ini akan membuat siswa mengalami pembelajaran matematika yang lebih bermakna.

Pada tahun 2014, Rica Hariyanti melakukan suatu penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Kertas Origami”. Pada penelitian tersebut terdapat permasalahan tentang aktivitas pembelajaran matematika yang diperbaiki dengan penggunaan media kertas origami. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik pada pratindakan sebesar 33,33%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 50%, siklus II menjadi 66,66% dan siklus III menjadi 76,66%. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah penggunaan media kertas origami dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa media kertas origami dapat membuat siswa aktif secara fisik dalam pembelajaran. Siswa menjadi lebih konsentrasi dan memperhatikan.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa media kertas origami sangat sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran matematika. Penggunaan media kertas origami dalam pembelajaran khususnya tentang pecahan akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa karena siswa menggunakan langsung media yang ada. Pelibatan siswa secara langsung dalam menggunakan media pembelajaran akan mampu membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan membuat siswa berkesan dengan pembelajaran yang dialami, sehingga siswa tidak hanya sekedar mengingat, tetapi juga memahami betul cara menghitung pecahan yang benar khususnya pada penjumlahan dan pengurangan. Pembelajaran yang berkesan dan bermakna akan membuat siswa lebih mampu dalam menghitung pecahan.

(6)

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “ Penggunaan Media Kertas Origami Untuk Meningkatkan Kemampuan Menghitung Pecahan pada Siswa Kelas V SDN Tirtoyoso No.111 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :

“Apakah melalui penggunaan media kertas origami dapat meningkatkan kemampuan menghitung pecahan pada siswa kelas V SDN Tirtoyoso No.111 Surakarta tahun ajaran 2015/2016?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung pecahan dengan menggunakan media kertas origami pada siswa kelas V SDN Tirtoyoso No.111 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi teoritis untuk pengembangan pembelajaran matematika di sekolah dasar.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti bidang pendidikan khususnya tentang media pembelajaran dalam matematika.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik

1) Memberikan pengalaman belajar yang menarik kepada siswa dengan menggunakan media yang mudah digunakan dan menarik.

(7)

2) Media kertas origami dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung pecahan pada pembelajaran matematika.

b. Bagi Guru

1) Guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan suasana pembelajaran matematika.

2) Guru menjadi lebih mempunyai wawasan yang luas terhadap media pembelajaran yang menarik untuk memudahkan pemahaman bagi siswa dalam belajar matematika.

3) Guru mendapatkan pengalaman dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan menggunakan media yang menarik dan mudah digunakan.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha peningkatan kualitas proses pembelajaran.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah dengan adanya pembelajaran yang menggunakan media yang aman, menarik, dan mudah digunakan.

3) Memberikan sumbangan motivasi terhadap guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh nyata varietas tanaman yang diuji terhadap tinggi tanaman, namun tidak terdapat pengaruh nyata

Menurut Undang-undang tersebut Hak Cipta adalah sebuah Hak Eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:59). Penggunaan metode pembelajaran merupakan

Sistem tanam legowo merupakan salah satu bentuk rekayasa teknologi untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman padi dengan pengaturan populasi sehingga

47 Data sumur yang digunakan berisikan top dari setiap formasi yang berfungsi sebagai marker dan digunakan sebagai petunjuk pada saat interpretasi horizon pada penampang

Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan top down yaitu inisiatif pengembagan yang dimulai dari lapangan atau dimulai dari guru-guru sebagai implementator,

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang hendak diurai melalui program ini adalah: cara meningkatkan penguasaan bidang studi Astronomi para guru

Dalam kehidupan sosial politik Indonesia yang plural dan menganut asas demokrasi, maka toleransi menjadi sikap yang penting untuk dianut masyarakat Indonesia.. Namun