• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dibandingkan dengan negara lainnya di dunia. Sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan luas daratan

seluas 1,904,569 km² 1 serta wilayah yang membentang sepanjang ekuator dari

95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS2 tentu

menggambarkan seberapa luas wilayah Negara Indonesia ini. Luas wilayah yang terhitung besar ini tentu berbanding lurus dengan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya maupun di permukaannya baik yang dapat di

perbaharui (renewable) maupun yang tidak dapat di perbaharui (unrenewable),

salah satunya adalah bahan galian.

Bahan galian adalah bahan-bahan yang mencakup bahan galian logam/bijih, energi, dan industri, seperti emas, perak, tembaga, timah, minyak,

dan gas bumi, batu bara, dan lain-lain3. Bahan galian termasuk dalam sumber

1 Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Geografi Indonesia”

http://indonesia.go.id/?page_id=479&lang=id, INDONESIA.GO.ID, diakses tanggal 17 Oktober 2016

2 Anonim, “Letak Astronomis Wilayah Indonesia”,

http://www.ilmusiana.com/2015/08/letak-astronomis-wilayah-indonesia.html, Ilmusiana, diakses tangaal 17 Oktober 2016

(2)

daya alam yang dikuasai oleh Negara, sebagaimana tertulis dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia yaitu “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Pasal ini adalah dasar dari Konsep Hak Penguasaan Negara, dimana hak tersebut mencakup wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau

penguasaan sumber daya alam, yang dalam hal ini yaitu bahan galian4.

Bahan galian sebagai bahan hasil sektor pertambangan merupakan hal yang sangat penting dan berharga karena bahan galian merupakan salah satu komoditas yang dapat memberi keuntungan yang cukup besar bagi siapapun yang bisa mendapatkannya. Hal inilah yang menyebabkan siapapun ingin dapat mendapatkan atau bahkan menguasai bahan tambang, sehingga sektor pertambangan menjadi sektor yang sangat rawan terhadap pelanggaran. Pelanggaran di bidang pertambangan, yaitu penambangan liar, menjadi masalah yang cukup berat di daerah-daerah yang kaya akan hasil tambang. Penambangan liar berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan hidup dan menyebabkan kerusakan pada ekosistem di wilayah sekitar penambangan liar tersebut, karena operasional penambangan liar sering dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Selain itu, penambangan liar pun mempersulit pemerintah dalam melakukan pengawasan

4 Pan Mohamad Faiz, “Penafsiran Konsep Penguasaan Negara Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945

dan Putusan Mahkamah Konstitusi”,

http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/PENAFSIRAN-KONSEP-PENGUASAAN-NEGARA.pdf, WebBlog Dosen Universitas Narotama Surbaya, diakses tanggal 17 Oktober 2016

(3)

terhadap berlangsungnya penambangan. Oleh sebab itu, Negara harus dapat melindungi bahan-bahan tambang sebagai harta kekayaan milik Negara. Hingga saat ini salah satu upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam rangka melindungi sumber dayanya adalah dengan membuat peraturan-peraturan terkait pemanfaatan sumber daya alam, dengan ancaman sanksi pidana untuk setiap pelanggaran. Sayangnya hingga saat ini masih banyak terjadi masalah dalam sektor tambang, seperti pertambangan liar di daerah-daerah yang kaya akan hasil tambang.

Bekerjanya suatu sistem hukum sangat dipengaruhi tiga hal: substansi

hukum (legal substance), struktur hukum (legal structure), dan budaya hukum

(legal culture5). Yang dimaksud dengan “substansi hukum” adalah substansi sebagai aturan-aturan yang berlaku, norma-norma dan perilaku manusia

didalam sistem6, sementara itu “struktur hukum” adalah struktur dari sistem

hukum yang terdiri dari elemen-elemen jumlah dan ukuran pengadilan, juridikasi, cara-cara banding dari satu pengadilan dengan lainnya, bagaimana

badan pembuat undang-undang diatur dan sebagainya7, dan “budaya hukum”

merupakan sikap masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan,

pandangan-pandangan, pikiran-pikiran, sikap-sikap, dan harapan8. Substansi

hukum terkait tambang sendiri telah diatur dalam Undang-undang Nomor 4

5 H. Syaiful Bakri, 2012, Hukum Migas: Telaah Penggunaan Hukum Pidana dalam Perundang-undangan, Total Media, Yogyakarta, hlm. 3.

6Ibid 7Ibid 8Ibid

(4)

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba). Undang-undang ini sendiri dibuat dalam rangka melindungi hasil-hasil tambang dan menjamin kelestarian lingkungan hidup sebagai bagian dari kekayaan Indonesia

serta untuk menambah penghasilan Negara9. Didalam Undang-undang ini

terdapat pengaturan pidana khusus guna mencegah terjadinya praktik-praktik tambang illegal, tepatnya dalam Bab XXIII.

Agar dapat berjalan secara efektif, suatu peraturan hukum juga harus ditegakkan dengan baik oleh aparat yang berwenang dan terintegrasi dalam

menjalankan tugasnya10. Untuk melihat bagaimana penegakan hukum pidana

pertambangan, ada baiknya melihat dari wilayah yang memiliki kekayaan hasil tambang yang luar biasa, yaitu Bangka Belitung.

Salah satu kasus tambang ilegal yang terjadi di Bangka Belitung dan akan menjadi dasar dalam penulisan Hukum ini adalah kasus Bong Sun Loy alias Asun yang ditangani sejak Januari 2014 dan telah diputus pada Mei 2014. Dalam kasus ini Asun diketahui melanggar Pasal 161 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara karena dalam melakukan kegiatan usaha berupa membeli, menampung dan menjual pasir timah ke Singapura Asun tidak memiliki perizinan yang sah dari pihak yang

berwenang11.

9 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 10 H. Syaiful Bakri, Loc.cit.

(5)

Sekalipun berdasarkan Pasal 161 Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Asun diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), namun pada kenyataannya dalam Putusan PN SUNGAI LIAT Nomor 218/Pid.B/2014/PN Sgl Tahun 2014 hanya dipidana penjara selama 7 (tujuh) bulan, dikurangi masa penangkapan dan

penahanan serta denda hanya sebesar Rp 10.000.000,00 (10 juta rupiah)12.

Menurut penulis sanksi ini kurang sesuai dengan seberapa besar kerugian yang telah ia timbulkan terhadap negara dan keuntungan yang telah didapatkan pelaku dari praktek tambang illegal tersebut.

Lingkup pidana petambangan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara secara luas adalah mencakup pidana yang terjadi dalam kegiatan usaha tambang, namun yang akan dibahas dalam skripsi ini secara spesifik adalah mengenai pidana pertambangan tanpa Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), maupun IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) dan pidana bagi pemilik izin IUP, IPR, maupun IUPK yang menggunakan, mengangkut, ataupun mengolah hasil yang berasal dari IUP, IUPK, ataupun izin sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Pertambangan Mineral dan Batubara.

(6)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, permasalahan yang hendak diangkat dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana pertambangan ilegal

di Provinsi Bangka Belitung dilaksanakan?

2. Bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana

pertambangan ilegal di Provinsi Bangka Belitung diberikan?

3. Apakah penegakan hukum dan penerapan sanksi pidana terhadap tindak

pidana pertambangan ilegal di provinsi Bangka Belitung sudah dapat membuat masyarakat Provinsi Bangka Belitung pada umumnya enggan melakukan tindak pidana pertambangan ilegal dan pelaku enggan mengulangi perbuatan mereka?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui pembuatan penulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Tujuan Subjektif

a. Sebagai salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar

(7)

b. Menambah wawasan dan memperluas pengetahuan serta pemahaman penulis terkait teori-teori hukum yang telah diterima penulis selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

2. Tujuan Objektif

a. Mendapatkan pengalaman berpikir ilmiah secara komprehensif

terkait praktik penegakan hukum pidana pertambangan di provinsi Bangka Belitung serta efektifitasnya dalam mengurangi tingkat kejadian tersebut;

b. Melatih menuangkan hasil dan kajian pemikiran dalam bentuk

karya ilmiah penelitian tentang penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pertambangan ilegal.

D. KEASLIAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, sumber-sumber lainnya serta sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah ada tulisan lain yang sama persis membahas tema atau permasalahan seperti yang diangkat dalam penelitian ini. Namun demikian ada beberapa penelitian yang mengangkat tema yang di dalamnya terdapat variabel

(8)

yang serupa dengan variabel yang diangkat dalam penelitian ini, tulisan tersebut antara lain:

1. Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin

pada Kawasan Hutan di Kolaka (Tanggapan atas Putusan Nomor 62/Pid.B/2014/PN. Kolaka). 2015. Achmad Fauzi HM. Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar. Rumusan Masalah yang dibahas yaitu: Pertama, bagaimanakah pertimbangan hukum Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap Pelaku Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin Kawasan Hutan Di Kolaka Dalam Perkara Putusan Nomor 62/Pid.B/2014/PN.Kolaka. Kedua, bagaimanakah penerapan hukum Hakim terhadap Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin pada kawasan Hutan di Kolaka Dalam

Perkara Putusan nomor 62/Pid.B/2014/PN.Kolaka13.

2. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Di Bidang

Pertambangan. 2007. Dody Prihatman Purba. Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara. Rumusan Masalah yang dibahas yaitu: Pertama, bagaimanakah pengaturan tindak pidana pertambangan dalam hukum positif di Indonesia. Kedua, bagaimana pula proses penegakan hukum terhadap tindak pidana pertambangan

13 Achmad Fauzi HM., 2015, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin pada Kawasan Hutan di Kolaka (Tanggapan atas Putusan Nomor 62/Pid.B/2014/PN. Kolaka), Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar.

(9)

timah di Bangka. Dan ketiga, apa hambatan-hambatan dalam proses

penegakan hukum tersebut14.

3. Tindak Pidana Pertambangan dalam Perspektif Hukum Pidana

Indonesia (Studi Kasus Di Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan). 2014. Nur Hidayat. Skripsi Bagian Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rumusan Masalah yang dibahas yaitu: Pertama, bagaimana proses terjadinya tindak pidana pertambangan dan kedua, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pertambangan di

wilayah Jorong Kalimantan Selatan15.

Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian penulis aantara lain adalah berkaitan dengan subjek dan objek penelitian yang diangkat oleh penulis, seperti pada skripsi pertama yang secara spesifik membahas mengenai tindak pidana pertambangan tanpa izin di Kolaka dan skripsi ketiga yang membahas mengenai tindak pidana pertambangan di Jorong, Kalimantan Selatan. Selain penelitian serta kajian hukum dengan rumusan masalah yang berbeda. Walaupun terdapat beberapa variabel yang sama antara penelitian penulis dengan penelitian di atas, namun tidak ada satupun dari skripsi diatas yang mengangkat bagaimana pengaruh tindakan penegakan hukum dan

14 Dody Prihatman Purba, 2007, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Di Bidang Pertambangan, Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, Medan.

15 Nur Hidayat, 2014, Tindak Pidana Pertambangan dalam Perspektif Hukum Pidana Indonesia (Studi Kasus Di Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan), Skripsi Bagian Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.

(10)

pemberian sanksi terhadap pelaku pertambangan ilegal berpengaruh terhadap efek jera baik secara umum maupun khusus.

Oleh karena itu, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka dan dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya konstruktif (membangun).

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran berupa khasanah keilmuan dalam

bidang hukum, khususnya hukum pidana;

b. Menambah referensi hukum yang dapat digunakan sebagai acuan

bagi penelitian dalam bidang yang relevan dengan penelitian ini dimasa mendatang dalam lingkup yang lebih detail, mendalam dan jelas.

2. Manfaat Praktis

a. Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi acuan

(11)

dalam melakukan penegakan hukum tertama terhadap illegal mining sehingga dapat membawa kemajuan bagi pelrindungan hukum dan aset Sumber Daya Alam Indonesia dapat lebih terlindungi lagi.

b. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

selain itu, kami juga memberikan menu pilihan berupa sate, gulai dan tongseng yang sudah tidak asing lagi dengan nuansa ibadah aqiqah.. Kami lebih mengutamakan terpenuhinya

Berdasarkan penjelasan pada pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan teknik token economy terhadap

Hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari pemahaman nilai persatuan Indonesia dan minat belajar terhadap pemahaman materi Menjelajah

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang

Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3,

Melalui penelitian ini peneliti berharap mampu memberi sumbangan informasi bagi ilmu keperawatan khususnya manajemen keperawatan dan keperawatan jiwa serta bagi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, yang menjadi preferensi utama bagi nasabah dalam memilih produk pembiayaan Bank Aceh Syariah di kota Banda Aceh