• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI DISAIN PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI DISAIN PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTEK"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

DISAIN PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTEK

6.1. Latar Belakang

Penanganan sampah di sumbernya, yang meliputi pemilahan/sortasi, pewadahan, pemindahan, penampungan sementara/penyimpanan, pemindahan, dan pengolahan di Tempat Penampungan Sampah Sementara Reduce-Reuse-Recycle (TPS-3R), dan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPA). Karena kegiatan penanganan sampah di sumbernya khusus sumber sampah perkantoran ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komposisi dan karakteristik sampah, kesehatan masyarakat di lingkungan perkantoran, serta sikap para karyawan dan pengguna gedung perkantoran terhadap sistem pengelolaan sampah, maka sangatlah penting untuk memahami bagaimana sebaiknya kegiatan penanganan sampah on-site dilakukan.

Berdasarkan Undang-undang Persampahan No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; Sedangkan tata cara pengelolaan sampah dari sumbernya, teknik operasional penanganannya mengacu pada SNI 03-3243-2008 yang meliputi: penerapan pemilahan sampah organik dan non organik dan penerapan teknik 3R di sumber dan di TPS.

Didalam kegiatan ini dilakukan perencanaan dan disain TPS sampah yang sesuai dengan karakteristik sampah gedung perkantoran. Disain yang dibuat juga melingkupi konsep 3R dalam pengelolaan sampah, seperti pemanfaatan sampah organik sisa-sisa makanan dan dedaunan dari taman, untuk diproses menjadi pupuk organik kompos yang akan digunakan sebagai media pupuk dalam area ruang terbuka hijau (RTH) gedung Geostek, Serpong.

6.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat detail design engineering (DED) sistem pengelolaan sampah gedung Geostek. DED ini dibuat berdasarkan hasil-hasil kajian kegiatan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelum. DED hasil kajian ini

(2)

Annual Report 2014

Sasaran kegiatan adalah diperoleh satu paket DED pengelolaan sampah gedung kantor Geostek, Serpong yang akan dipakai untuk membangun TPS sampah.

6.3. Hasil Kegiatan

6.3.1. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Perkantoran

Untuk menerapkan pengelolaan sampah perkantoran terpadu berbasis masyarakat di perkantoran, perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Komposisi dan karakteristik sampah untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan

2. Karakteristik lokasi dan kondisi social ekonomi masyarakat perkantoran, untuk mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat perkantoran;

3. Metode penanganan sampah 3R, untuk mendapatkan formula teknis dan prasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat perkantoran; 4. Proses pemberdayaan masyarakat untuk menyiapkan penghuni kantor dalam

perubahan pola penangan sampah dari proses konvensional (kumpul angkut buang) menjadi pola 3R;

5. Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi penghuni kantor dalam melaksanakan berbagai metode 3R;

6. Kelanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat/penghuni kantor secra mandiri. 7. Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu

dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah;

8. Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali sampah sesuai fungsinya seperti penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya;

6.3.2. Potensi Daur Ulang Sampah Perkantoran Geostek

Guna mengetahui potensi daur ulang sampah yang ada di perkantoran Geostek, serpong, telah dilakukan penelitian komposisi dan karakteristik sampah. Dari hasil penelitian tersebut diketahui jumlah potensi daur ulang sampah tersebut sebagai berikut: Jumlah sampah organik sebesar 32,02% yang sebagian besar berasal dari

(3)

smpah kantin dan sampah dari taman dan halaman Gedung Geostek, dan sampah anorganik sebesar 67,08% yang terdiri dari sampah kertas/kardusas keras 3,02%, sampah aluminium foil 0,16%; Kertas HVS 1,55%; Tissue 4,05%; Kertas Duplek 2,99%; Kertas Boncos sebesar 11,99%; Mainan 1,13%; Sampah kertas ini merupakan jumlah sampah yang terbanyak dari sampah yang diproduksi di Geostek. Kemudian sampah plastic yang terdiri dari aqua gelas 0,88%; Botol aqua sebesar 3,84%; Plastik mika sebesar 3,49% dari total sampah anorganik; Plastik yang berupa lembaran kresek sebesar 3,30%; Plastik lembaran bening 5,52%; Plastik kemasan 0,76%; sampah kayu sebesar 0,16%; sampah kain/sampah tekstil 0,14%; sedangkan sampah karet 1,03%; sampah logam yang berupa zeng sebesar 0,21%; Sampah yang berupa logam aluminium sebesar 0,15%; sampah beling bening 0,73% dari sampah anorganik; sampah yang mengandung B3 yang berupa kemasan sebesar 0,32%; sampah Styrofoam sebesar 1,62%; sedangkan sisanya yang berupa residu seperti, tanah, pasir, kerikil sebesar 20,95% plastic sebesar 8,60%, sampah karet 0,07%, sampah logam 0,35%, sampah kaca 0,29%, sampah Styrofoam sebesar 0,42%, sampah tissue o,63%, sampah lainnya sebesar 1,23%. (Tabel 6.1. Grafik 6.1.).

Tabel 6.1. Komposisi Sampah Perkantoran di Gedung Geostek Tahun 2014

KOMPONEN SAMPAH JUMLAH (%)

Organik (sisa makanan, daun, dll) 32.02

Kardus/Kertas keras 3.02

aluminium foil 0.16

kertas kantor (HVS, dll) 1.55

Tissue 4.05

Duplek 2.99

Boncos (kertas nasi) 11.99

Mainan 1.13

aqua gelas 0.88

Botol aqua 3.84

Plastik Mika 3.49

Plastik Lembaran kresek 3.30

(4)

Annual Report 2014 Kayu 0.16 Kain 0.14 Karet 1.03 Seng 0.21 Aluminium 0.15 Beling bening 0.73

Sampah Khusus Beracun (B3) 0.32

Styrofoam 1.62

residu 20.95

Jumlah 100.00

Sumber: Sumber: Penelitian Team Sampah PTL-BPPT

6.3.3. Pengolahan sampah di Sumber (intermediate treatment)

Pengolahan sampah disumber akan mudah dilakukan apabila sampah tersebut dari sumbernya sudah dipilahkan. Pemilahan ini berdasarkan atas kegunaan yang akan diinginkan. Saat ini pemilahan umumnya baru sampah basah dan kering atau sampah organic dan sampah anorganik. Sampah yang sudah dipilahkan ini apabila sampah tersebut akan didaur ulang maka akan lebih mudah dan lebih baik materialnya yang diperoleh. Sebagai contoh daur ulang kertas, plastic, karton, logam. Apabila sampah sudah dipilahkan akan lebih mudah memperolehnya. Demikian pula apabila pengolahan sampah dari sumbernya akan diproses/dibuat kompos, material/bahan baku sampah sampah organic yang dibutuhkan lebih banyak dari sampah anorganiknya. Hal ini akan diperoleh kwalitas dan jumlah bahan baku kompos dari sampah oraganik yang lebih berkwualitas apabila sampah tersebut sudah dipilahkan dari sumbernya.

6.3.4. Disain Penampungan Sampah Sementara 3R [TPS-3R] (Temporary Dumping-3R)

Tempat penampungan sampah sementara (TPS) perlu dikondiskan sesuai dengan sumber sampah yang sudah dipilahkan. Jadi TPS yang dibuat harus dipisahkan/dipilahkan untuk sampah organic dan sampah anorganik. (sampah basah dan sampah kering). Dilokasi TPS ini selain dipisahkan untuk sampah basah dan kering di lokasi TPS ini juga dapat melakukan kegiatan pemilahan lagi, apabila sampah

(5)

yang berasal dari sumber belum dilakukan pemilahan, atau sampah dari sumber sudah dilakukan pemilahan tetapi belum sempurna.

Selain kegiatan pemilahan sampah di Tempat penampungan sampah sementara (TPS), dapat dilakukan pengolahan sampah (intermediate treatment) dengan melakukan program pengomposan untuk sampah organic, dan kegiatan daur ulang sampah anorganik (BANK Sampah) seperti kertas, plastic, besi, aluminium, karton,

bulky waste, sampah elektronik/e-Waste dll. Jadi dengan adanya pemilihan dan

pengolahan yang ada di setiap sumber sampah sampah yang akan diangkut ke TPA akan berkurang semaksimal mungkin; demikian pula proses pengolahan dengan daur ulang kompos dan sampah organic akan menjadi lebih optimal.

Dari hasil penelitian dari sumber sampah kemudian sampah dipilahkan menjadi sampah anorganik (30%) dan sampah organic (70%). Kompos yang diperoleh sebesar 25% dari total sampah organik atau 7,5% dari total sumber sampah. Dan residu yang diperoleh hanya 3% dari total sumber sampah atau 10% dari sampah organik, sisanya menguap dan berupa air yang mengalir/meresap ke tanah sebesar 65% dari total jumlah sumber sampah.

Sedangkan untuk sampah yang dipilahkan menjadi sampah anorganik sejumlah 70%. Dan apabila dilakukan kegiatan daur ulang, sampah yang diperoleh dari hasil daur ulang sebesar: 28% dari total sampah, atau sebesar 40% dari total sampah anorganik. Sedangkan residu yang diperoleh dari kegiatan daur ulang sampah anorganik sebesar 42% dari total sumber sampah atau sebesar 60% dari total sampah anorganik. (lihat Gambar sketsa TPS untuk sampah domestik perkantoran dan sampah laboratorium yang ber B-3).

(6)

Annual Report 2014

Sumber: Penelitian Team Sampah PTL-BPPT

(7)

6.3.5. Disain TPS 3R

Tempat Penampungan sampah Sementara 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) terbagi menjadi dua lokasi, terdiri dari:

1. Tempat Penampungan Sampah Sementara yang terbagi menjadi 4 bagian lokasi yang mempunyai fungsi berbeda dengan kegiatan kegiatan sebagai berikut:

a. Tempat penampungan sampah (loading) yang berasal dari semua sumber dari perkantoran Geostek baik sampah yang sudah terpilahkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik berikut sampah yang masih tercampur [belum terpilahkan dari sumbernya]

b. Tempat/ruangan untuk melakukan pemilahan sampah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Hasil dari pemilahan tersebut ditempatkan di area atau tempat penampungan sementara sampah organik dan sampah anorganik;

c. Tempat penampungan sampah anorganik yang terdiri dari beberapa kotak/bangunan berbentuk kotak segi empat, untuk penampungan sampah anorganik seperti: kertas, plastik, logam, dll;

d. Tempat penampungan sementara sampah organik yang dipakai sebagai hasil penampungan sampah organik baik yang berasal dari taman maupun dari hasil pemilahan di sumber maupun di TPS, Kemudian sampah organik ini dibawa ke tempat pengolahan kompos sebagai bahan baku;

e. Pos Tempat penimbangan dan pencatatan karakteristik sampah ber B3

f. Tempat Penampungan sampah yang mengandung B3, di TPS ini dibangun kotak/kubus yang tertutup sebagai penampungan/penyimpanan sementara sampah yang mengandung B3 sebelum dibawa ke PPLI-Cilengsi untuk di

treatment. Kotak/bangunan persegi empat ini digolongkan sesuai dengan

karakteristik sampah seperti: mudah terbakar, mudah reaktif, infeksius, korosif, beracun, dll;

g. Area/lokasi untuk loading dan unloading truk pengangkut sampah untuk dibawa ke TPA;

h. Area penunjang untuk melakukan kegiatan penunjang kegiatan secara keseluruhan, seperti: tempat peralatan, tempat pencucian, tempat penyimpanan alat dan perlengkapan, dll. (lihat gambar skema di bawah)

(8)

Annual Report 2014

Gambar 6.2. Skema TPS-3R Sampah Perkantoran, Geostek

2. Tempat Proses Komposting sampah Organik, terdiri dari:

a. Tempat penampungan sampah organik yang bersifat compostable, untuk menampung sampah organik yang berasal dari sampah taman dan kebon disekitar Gedung Geostek, dan juga sampah yang berasal dari sampah perkantoran yang sudah dipilahkan baik dari sumbernya maupun dari pemilahan di TPS-3R;

b. Ruang mesin pencacah untuk melakukan pencacahan (crushing) sampah organik sebelum diproses untuk komposting;

c. Ruang proses komposting yang berupak kotak/bangunan berbentuk kubus terbuka dengan penutup yang berengsel, sehingga dapat dibuka dan ditutup. Jumlah bangunan ini terdiri minimal lima kubus/kotak sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dalam proses komposting menjadi kompos. Ditambah lagi beberapa kubus/kotak untuk menampung kompos curah;

(9)

e. Ruang/area untuk penampungan kompos yang sudah dihasilkan sekaligus sebagai gudang dan etalase/ruang paper;

f. Ruang demplot tanaman hias, bunga maupun pembibitan yang dipupuk dengan menggunakan kompos yang dihasilkan;

g. Ruang/area untuk menempatkan peralatan biogas yang dipakai untuk pemrosesan sampah organik menjadi biogas;

h. Lokasi/area Tempat sampah yang terdiri dari tiga kategori tempat sampah dengan warna yang berbeda yang dipergunakan untuk: sampah organik, sampah anorganik dan sampah campuran/residu yang sudah tidak dapat dimanfaatkan.

Gambar 6.3. Skema Lokasi Komposting Sampah Organik, Geostek

Gambar-gambar berikut adalah rancangan yang merupakan hasil dari penjabaran dari sketsa gambar awal yang kemudian dilakukan detail disainnya, sebagai berikut:

(10)

Annual Report 2014

Gambar 6.4. Site Existing TPS-3 R, Gedung Geostek

(11)

Gambar 6.7. Denah Pondasi dan Sloof Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

(12)

Annual Report 2014

Gambar 6.9.Tampak Belakang Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

Gambar 6.10. Tapak Samping Kanan & Kiri Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

(13)

Gambar 6.11. Denah Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

Gambar 6.12. Denah Taman Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

(14)

Annual Report 2014

Gambar 6.13. Denah Pedestal dan Kolom Praktis Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

Gambar 6.14. Denah Pondasi & Sloof Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

(15)

Gambar 6.16. Detail Penulangan Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

(16)

Annual Report 2014

Gambar 6.18. Potongan A-A Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

Gambar 6.19. Potongan B-B Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

(17)

Gambar 6.20. Tapak Belakang Komposting Bangunan/Gedung TPS-3R, Gedung Geostek

Pada diagram alir dalam sistem pengelolaan sampah perkantoran terpadu di Geostek, apabila menggunakan prinsip 3R dari sumber sampah akan diperoleh hasil upaya sebesar 45% sampah yang tersisa dari proses tersebut. Komposisi sampah perkantoran di Geostek dari hasil kaJian diperoleh 30% sampah organik dan 70% sampah anorganik. Sampah organik yang telah dipilahkan kemmudian diolah menjadi kompos dengan hasil kompos sebesar 25% dari sampah yang dapat dikomposkan, atau sebesar 7,5% dari total sampah yang dihasilkan di Kantor Geostek. Residu yang

(18)

Annual Report 2014

dikomposkan (compostable) atau 3% dari jumlah sampah yang dihasilkan oleh perkantoran Geostek. Sedangkan sampah anorganik yang dihasilkan 28% jumlah sampah dari total produk sampah Geostek, atau 40% dari jumlah sampah anorganik yang dapat didaur ulang (recyclable). Sedangkan residua atau sisa proses yang tidak dapat dimanfaatkan yang berupa residu sebesar 60% dari jumlah sampah anorganik atau 42% dari jumlah sampah yang diproduksi oleh perkantoran Geostek. Sedangkan residu atau sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi sebesar 45%, yang kemudian akan diangkut ke TPA.

Jadi jumlah sampah yang dapat dikurangi baik jumlah dalam berat maupun jumlah dalam volume sebesar 55%. Hal ini berarti bahwa biaya untuk transportasi dari TPS-3R ke TPA akan berkurang sebesar 55% dari jumlah biaya transportasi ke TPA apabila tidak dilakukan/diemplementasikan system pengelolaan sampah perkantoran secara terpadu dengan pemilahan sampah di sumbernya dan prinsip 3R (reduce,

reuse, recycle).

(19)

6.4. Kesimpulan dan Saran

6.4.1. Kesimpulan

Pemilihan disain TPS sampah sangat ditentukan oleh karakteristik sampah yang akan ditampung. TPS untuk jenis sampah domestik akan berbeda dengan TPS sampah kategori limbah B-3. Demikian juga untuk sampah domestik sendiri juga akan berbeda untuk sampah domestik (organik) yang mudah rusak (membusuk) seperti sampah dari dapur dengan sampah dari gedung perkantoran yang didominasi sampah kertas.

Disain yang disajikan sebagai hasil kegiatan ini adalah disain TPS sampah dengan konsep melakukan proses 3R, seperti proses pemillahan dan pemanfataan sampah. Pemanfaatan sampah organik disini adalah komposting, dimana kompos hasil proses komposting dimanfaatkan untuk RTH disekitar gedung Geostek, Serpong.

6.4.2. Saran

Perlu dilakukan penyusunan Standard Operation Procedure [SOP] untuk proses pengolahan sampah dari setiap sumber di TPS-3R, yang menyangkut tentang: teknologi dan system yang digunakan dlam upaya pengurangan jumlah sampah baik volume maupun beratnya serta pengurangan jumlah pencemaran yang ditimbulkannya. Untuk sampah organic digunakan dengan proses composting, biogas, dan mempergunakan Bank sampah untuk sampah anorganik. Waktu proses dilakukan, frekwensi, petugas, job discribtion, job specification, lokasi/wilayah kerja, peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan, pengawasan, manajemen produksi, pemasaran, permodalan, dan bussines plan, serta lainnya.

(20)

Annual Report 2014

Daftar Pustaka

1. Japan International Coopertion Agency, Tokyo, Training and Course Integrated

Solid Waste Management and Night Soil Treatment, 1987.

2. KLH, Jakarta, Rangkuman Isian Kuesioner Adipura tahun 2009/2010.

3. BPPT, P3TL, Penelitian Produksi, Komposisi, dan Karakteristik Sampah di DKI

Jakarta, 2010.

4. BPPT, PTL, Penelitian Sistem Pengelolaan Sampah Perkantoran Terpadu dan

Produksi, Komposisi, serta Karakteristik Sampah Perkantoran di Gedung BPPT Thamrin, 2013.

5. McDougall, F., Thomas, B. and Dryer, A. (2012) Life Cycle Assessment for

sustainable solid waste management -an introduction. Wastes Management, May

2012, pp. 43-45.

6. Philip B. Shepherd , (2003), Integrated Solid Waste Management in Japan and

Waste Management Resources, 2003, Boston, Massachusatts.

7. BPPT, PTL, Penelitian Produksi, Komposisi, dan Karakteristik Sampah di Gedung

Gambar

Grafik 6.1. Komposisi Sampah Perkantoran di Gedung Geostek, Puspitek (2014)
Gambar 6.2. Skema TPS-3R Sampah Perkantoran, Geostek
Gambar 6.3. Skema Lokasi Komposting Sampah Organik, Geostek
Gambar 6.4. Site Existing TPS-3 R, Gedung Geostek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adalah tabungan yang berasal dari semua jenis sampah baik sampah. Organik Maupun Non- Organik yang dikirim secara periodik ke

Tempat sampah area luar gedung di area Telkom University, masih membutuhkan pengembangan lebih dalam, karena terlihat banyak tempat sampah yang mudah penuh dan bahkan

Sanitary Landfill adalah sistem penimbunan sampah secara sehat dimana sampah dibuang di tempat yang rendah atau parit yang digali untuk menampung sampah, lalu sampah

Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Dalam operasional pengumpulan sampah,

Pada gedung seni pertunjukan di Semarang ini menggunakan sistem dengan pengumpulan sampah pada masing-masing bagian bangunan pada tempat sampah yang tersedia

Sedangkan sistem pengangkutan yang ada di Mal GTC adalah sampah dari masing-masing sumber akan dikumpulkan dalam suatu wadah Tempat Penampungan Sementara yang

Setiap rumah tangga memisahkan sampah mereka ke dalam tiga tempat (tong) sampah. Masing-masing diisi oleh sampah organik, anorganik yang dapat didaur ulang. Sampah

Pengelolaan sampah di Kampung Nitiprayan direncanakan secara terpadu, dimana sampah dilakukan pemilahan Sejak dari sumbernya atau dari setiap rumah, untuk sampah yang bersifat