• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tinjauan Teori

1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini, merupakan program yang sedang gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu.

Inisiasi menyusu dini (early initiation breastfreeding) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segara setelah lahir atau kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008, p.3).

Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut early inisiation breastfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contac) merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara.

(2)

Inisiasi menyusu dini disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar (Roesli, 2008, p.23)

Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 20- 30-40 menit setelah lahir (Roesli, 2008, p.25).

Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran. b. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi

(3)

dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri.

Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu.

Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan terlebih dahulu, bayi diletakkan di dada ibunya dan secara naluriah bayi akan mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu (Rosita, 2008, p.32).

Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran. c. Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut:

1) Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.

(4)

Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.

2) Bayi

Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

d. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Berikut ini persiapan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (Roesli, 2008, p.15-16)

1) Pertemuan pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.

2) Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong Inisiasi Menyusu Dini yang benar. 3) Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga

kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, Inisiasi Menyusu Dini

(5)

termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat – obatan atau tindakan.

4) Di Rumah Sakit Sayang Ibu, Inisiasi Menyusu Dini termasuk langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui.

e. Tata laksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum

Menurut (Roesli, 2008, p.21) tata laksana IMD adalah sebagai berikut:

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan 2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi

saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya, pijat,aromaterapi,gerakan atau hypnobirthing.

3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan tidak normal di dalam air atau dengan jongkok

4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan

5) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi

6) Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

(6)

7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

8) Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan

9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,diukur dan dicap setelah satu jam

10) Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam. f. Inisiasi menyusu dini yang kurang tepat

Pada umumnya praktik Inisiasi Menyusu Dini yang kurang tepat menurut (Roesli, 2008, p. 9) adalah sebagai berikut :

1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong, lalu diikat

3) Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi

4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10 – 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.

(7)

5) Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata. g. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah – langkah melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan (Roesli, 2008, p. 10) :

1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.

2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua tangannya.

3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.

4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5) Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama – sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

(8)

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

Ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan IMD diantaranya:

1) Kesiapan fisik dan psikologis ibu

Fisik dan psikologi ibu harus sudah dipersiapkan dari awal kehamilannya, konseling dalam pemberian informasi mengenai Inisiasi Menyusu Dini bisa diberikan selama pemeriksaan kehamilan. Pemeliharaan puting payudara dan cara massase payudara juga perlu di ajarkan agar ibu lebih siap menghadapi persalinan dan dapat langsung memberikan ASI pada bayinya, rasa cemas, tidak nyaman dan nyeri selama proses persalinan sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya untuk itu perlu adanya konseling.

2) Tenaga atau pelayan kesehatan

Untuk keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, konsultasi dengan dokter ahli kandungan di perlukan untuk membantu proses Inisiasi Menyusu Dini. Memilih BPS/RS atau fasilitas pelayanan kesehatan yang mendukung pemberian ASI.

3) Bayi akan kedinginan

4) Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada

(9)

ibu yang melahirkan menjadi 1°C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.

5) Ibu kelelahan

Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang dan keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

6) Kurang dukungan suami dan keluarga

Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi yang masih di dada ibu dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

7) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan dengan bayi masih di dada ibu, berikan kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

8) Ibu harus di jahit.

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara dan lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.

(10)

9) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir.

Menurut American college of obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

10) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

11) Bayi kurang siaga.

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibatnya obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

12) Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain.

Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan .dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

(11)

13) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.

Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

i. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.

WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa IMD dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang sesuai.

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) mengeluarkan beberapa kebijakan tentang Inisiasi Menyusu Dini dalam Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :

(12)

1) Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kehidupannya.

2) Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .

3) Mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk pencegahan kesehatan.

4) Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.

5) Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang Inisiasi Menyusu Dini

2. Ibu Bersalin

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Dalam pengertian lain suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal adalah proses bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala atau

(13)

ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan Partus abnormal adalah proses bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi, cunam, vakum, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan seksio sesaria (Depkes, 2004, p.72)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (prawirohardjo, 2006, p. 180).

Partus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Winkjosastro, 2005, p. 181).

Menurut (varney, 2008, p. 672) Sebelum persalinan yang sebenarnya mulai, terdapat beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa tidak lama lagi persalinan akan terjadi. Tanda gejala tersebut adalah :

1) Lightening, yaitu perasaan subyektif dari ibu yang terjadi karena bagian bawah janin lebih mapan dalam SBR dan pelvis. Ibu akan merasa janin turun, sesak nafas berkurang, tetapi disertai sakit

(14)

pinggang dan sering kencing serta dirasakan lebih sulit bila berjalan. Hal ini terjadi 2-3 minggu sebelum aterm.

2) Engagement, yaitu peristiwa masuknya kepala janin dalam panggul. Pada primigravida, terjadi 2-3 minggu menjelang aterm. Lightening tidak sama dengan engagement meskipun keduanya dapat terjadi bersamaan.

3) Sekresi vagina meningkat. 4) Persalinan palsu

5) Ketuban pecah dini

6) Bloody show yaitu keluarnya cairan kemerahan atau darah yang disertai dengan lendir dari vagina.

7) Perubahan serviks menjadi lunak dan datar. 8) Sakit pinggang yang terus menerus.

b. Tahapan dalam proses persalinan pada ibu bersalin

Menurut (Prawirohardjo, 2005, p.182-186) proses persalinan di bagi dalam 4 kala yaitu :

1) Kala I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm). kala 1 terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif

Fase laten pada kala 1 persalinan:

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap

(15)

b) Berlangsung hingga serviks membuka < 4cm c) Pada umumnya berlangsung hingga 8 jam

d) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik

Fase aktif pada kala 1 persalinan :

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi akan dianggap adekuat jika terjadi >3x atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik. b) Dari pembukaan 4cm hingga 10cm, akan terjadi dengan

kecepatan rata-rata 1cm per jam (primigravida) atau 2cm (multipara).

c) Terjadi penurunan bagian bawah janin. 2) Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

3) Kala III

Di mulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4) Kala IV

Di mulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tingkat

(16)

kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan jumlah perdarahan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan pada ibu bersalin

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tiga faktor utama yang menentukan prognosis persalinan adalah jalan lahir (passage), janin (passanger), kekuatan (power) dan ada dua factor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan asuhan persalinan yaitu factor posisi dan psikologis.

1) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. (Sumarah, 2009, p. 23)

2) Passanger (janin dan plasenta)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang

(17)

menyertai janin namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. (Sumarah,2009, p. 35)

3) Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kekuatan primer dan sekunder bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kekuatan primer yaitu adanya his yang menyebabkan penipisan serviks dan penurunan janin. Kekuatan sekunder terjadi setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar sehingga ibu ingin mengedan. (Sumarah, 2009, p. 42-43)

4) Posisi ibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan.Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, member rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk jongkok. (Sumarah, 2009, p. 44)

5) Psikologi

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Perilaku dan penampilan wanita serta pasangannyamerupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya. (Sumarah, 2009, p. 45)

(18)

d. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Selama Persalinan

Menurut (Sumarah, 2009, p.52) kebutuhan dasar ibu selama persalinan meliputi lima hal yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri.

1) Kebutuhan fisiologis a) Oksigen

b) Makan dan minum

c) Istirahat selama tidak ada his

d) Kebersihan badan terutama genetalia e) Buang air besar dan buang air kecil f) Pertolongan persalinan yang berstandar g) Penjahitan perineum bila perlu.

2) Kebutuhan rasa aman

a) Memilih tempat dan penolong persalinan

b) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan

c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu d) Pendampingan oleh keluarga e) Pantauan selama persalinan 3) Kebutuhan dicintai dan mencintai

a) Pendampingan oleh suami / keluarga b) Kontak fisik (memberikan sentuhan ringan)

(19)

c) Masase untuk mengurangi rasa sakit

d) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan. 4) Kebutuhan harga diri

a) Merawat bayi sendiri dan menetekinya

b) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati

d) Informasi bila akan melakukan tindakan

e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yangibu lakukan

5) Kebutuhan aktualisasi diri

a) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan b) Memilih pendamping selama persalinan

c) Bounding and attachment

3. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian pengetahuan

Menurut (Bloom, 1975) dalam buku Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang, melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh. Sedangkan menurut (Rachman, 2003, p.23) yang dimaksud pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui. Mengetahui artinya mempunyai bayangan dalam pikirannya tentang sesuatu. Pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah

(20)

diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Nursalam, 2008,p.47)

Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007,p.26).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok, 2007,p.29). b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut (Notoatmodjo, 2003, p. 121-123) mempunyai 6 tingkatan.

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

(21)

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(22)

c. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003 p.11 dikutip oleh Wawan, 2010, p.14) adalah sebagai berikut :

1). Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c). berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu

(23)

2) Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah d. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut (Sukmadinata, 2003, p. 33) pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :

1) Faktor internal a) Jasmani

Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan indera seseorang. b) Rohani

Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif individu.

2) Faktor eksternal a) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana

(24)

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

b) Paparan Media Massa

Melalui berbagai media cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamphlet, dll) akan memperoleh informasi media ini, berarti paparan media massa mempunyai tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

c) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

d) Pengalaman

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misal sering mengikuti kegiatan yang mendidik, misalnya seminar. Organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang satu hal dapat diperoleh.

(25)

e. Alat Ukur Pengetahuan

Menurut (Wawan dan Dewi 2010, p.15) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari obyek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka, hasil hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasikan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif sebagai berikut :

1) Pengetahuan baik (76-100%) 2) Pengetahuan cukup (56-75%) 3) Pengetahuan kurang (< 56%)

4. Kepatuhan

Menurut (Poerwadaminta, 2003, p.1012) patuh berarti suka menurut perintah,taat kepada perintah,aturan,dsb. Jadi kepatuhan berarti pula sifat patuh, ketaatan kepada perintah atau aturan. Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan, dari perilaku yang disarankan Tenaga kesehatan atau orang lain.

Menurut (Refina, 2002, p.14) kepatuhan atau ketaatan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau petugas kesehatan lain. Perhitungan tingkat kepatuhan

(26)

dapat sebagai kontrol bahwa pelaksana program telah melaksanakan kegiatan sesuai standar. Kepatuhan pasien yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku tersebut dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkannya. Motivasi ini belum dapat dijadikan sebagai jaminan bahwa pasien akan mematuhi seterusnya karena jika pasien sudah merasa jenuh atau bosan maka dia merasa tidak perlu lagi melanjutkan perilaku tersebut.

5. Praktik

a. Pengertian praktik

Praktik adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung atau tidak diamati oleh pihak luar. Apabila seseorang telah mengetahui objek kesehatan maka akan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui dan selanjutnya diharapkan seseorang akan mempraktikkan apa yang telah diketahuinya atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003, p.49)

b. Tingkatan praktik

(27)

1) Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon Terpimpin (guided respon)

Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat kedua.

3) Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut. Adaptasi praktik (tindakan) memiliki beberapa indikator, antara lain:

5) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan ini mencakup antara lain:

a) Pencegahan penyakit, misalnya mengimunisasikan anak. b) Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk

(28)

6) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, dan praktik perawatan kesehatan sebagainya.

7) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan.

Perilaku ini mencakup buang air besar dijamban, membuang sampah pada tempatnya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2005, p.60) menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku manusia pada tingkat kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors) a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena perilaku tersebut akan langgeng apabila didasari oleh pengetahuan, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan berlangsung lama.

b) Sikap

Sikap itu tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup, sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap

(29)

stimulus. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dapat dinyatakan bagaiimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak sikap merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan reaksi terbuka.

c) Nilai budaya

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan sikap kita. Apabila kita dibesarkan dalam budaya yang mengutamakan kehidupan berkelompok, maka kita akan mendukung kehidupan individu yang hanya mementingkan kehidupan sendiri. Pengaruh lingkungan merupakan kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian, tidak lain dari pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcing yang kita alami.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor)

Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumber-sumber atau fasilitas. Untuk memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan secara efektif diperlukan faktor-faktor pendukung yang berupa sumber-sumber dan fasilitas tersebut sebagian harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus

(30)

mengorganisasi komunitasnya sendiri untuk berperan serta dalam penyediaan fasilitas-fasilitas. Untuk memasyarakatkan produksi kesehatan baik yang berupa peralatan, fasilitas maupun jasa- jasa pelayanan perlu usaha pemasaran. Pemasaran jasa-jasa pelayanan ini menurut istilh dunia bisnis disebut pemasaran sosial.

3) Faktor-faktor penguat

Faktor penguat atau pendorong meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatannya padadasarnya adalah pendidikan kesehatan. Ditengah-tengah masyarakat petugas kesehatan adalah menjadi tokoh panutan dibidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Demikian pula petugas- petugas lain atau tokoh masyarakat juga merupakan panutan perilaku termasuk perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005 p. 60).

d. Cara mengukur perilaku (praktik)

Cara mengukur indikator perilaku dan memperoleh data atau informasi indikator-indikator perilaku tersebut, antara pengetahuan dan praktik agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan cukup dilakukan melalui wawancara sedangkan untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui wawancara atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan responden beberapa tahun yang lalu.

(31)

e. Bentuk perilaku

Menurut (Notoatmodjo, 2003, p.65) bentuk perilaku secara lebih operasional dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon ini berbentuk dua macam, yaitu:

1) Bentuk pasif

Perilaku bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin atau pengetahuan. Misalnya seseorang ibu yang menganjurkan kepada temannya untuk merawat payudara setelah melahirkan meskipun ia sendiri tidak atau belum pernah merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku seperti ini juga disebut perilaku yang masih terselubung (covert behavior).

2) Bentuk aktif

Perilaku bentuk aktif dapat diobservasi dengan jelas secara langsung. Misalnya ibu yang menganjurkan temannya untuk merawat payudara setelah melahirkan setelah ia sendiri mempraktikkannya atau merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku tersebut sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata sehingga disebut “overt behavior”.

(32)

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu : 1) Faktor intern

Faktor intern berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar, faktor ini meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi.

2) Faktor ekstern

Faktor ekstern ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi dan budaya.

B. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Lawrence & Green(1980) ,dimodifikasi oleh Notoatmodjo (2007) a. Faktor predisposisi (predisposing factor) :

1. Pengetahuan

2. Sikap 3. Nilai

b. Faktor pendukung (enabling factor) : 1. Ketersediaan sarana

2. Sumber daya / dana 3. Keterampilan

4. Keterjangkauan

c. Faktor penguat (reinforcing factor) : 1. Motivasi

2. Sikap dan perilaku masyarakat 3. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 4. Fasilitas dan peralatan yang memadai

Kepatuhan Praktik IMD

(33)

C. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ha: Ada hubungan pengetahuan IMD pada ibu bersalin dengan kepatuhan praktik IMD.

Pengetahuan IMD ibu bersalin

Referensi

Dokumen terkait

Metode Material Requirement Planning (MRP) merupakan salah satu metode manajemen pengadaan bahan baku dan digunakan untuk memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan

[r]

Meta konsep educability memungkinkan masyarakat (warga belajar) “fully able to take advantage of any available educational opportunities”, lebih giat mencari

disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang

Beberapa temuannya adalah: (1) Media dengan efektif memberi tahu kepada kita mengenai masalah politik dan mempengaruhi persepsi kita terhadap pentingnya masalah politik; (2)

Sawah dijadikan pemukiman, terletak di koridor jalan provinsi dan kabupaten 17 231 ha Prtanian lahan basah di pola ruang 44 594 ha (merupakan aktual) (dan LCP2B 4831 ha)

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang selanjutnya disebut PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian niOati

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan variasi penambahan asam sitrat pada sirup yang dihasilkan yang terbaik adalah sirup jeruk nipis dengan penambahan