commit to user 13
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestrasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2006).
b. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak (Resmi, 2009), yaitu: a) Fungsi Budgetair/Finansial
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran negara.
b) Fungsi Regulerend/Mengatur
Pajak berfungsi untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan sosial dibidang sosial dan ekonomi.
c. Jenis-Jenis Pajak
Pajak dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar menurut golongan, sifat, lembaga pemungutnya (Mardiasmo, 2008). Berikut ini adalah pengelompokannya:
commit to user 1) Menurut golongannya
a) Pajak Langsung
Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan
b) Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang yang akhirnya dapat dialihkan atau dibebankan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut Sifatnya a) Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan
b) Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPN dan PPnBM
3) Menurut Lembaga Pemungutnya a) Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PPB dan Bea Materai.
commit to user b) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas: Pajak Propinsi, contoh: Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Pajak kabupaten/Kota, contoh: Pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan.
d. Sistem Pemungutan Pajak
Waluyo (2007) mengemukakan sistem pemungutan pajak, yaitu: 1) Official Assesment System
Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak
dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus.
2) Self Assesment System
Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak
dimana wewenang sepenuhnya untuk menghitung besarnya pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak. Sehingga dengan sistem ini wajib pajak harus aktif menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus hanya bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.
commit to user 3) Withholding System
Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memungut atau memotong besarnya pajak yang terutang.
3. Wajib Pajak
a. Pengertian wajib pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayaran pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Resmi, 2009).
b. Jenis-jenis Wajib Pajak 1) Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak Orang Pribadi adlah orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di indonesia atau di luar Indonesia, dan tidak melihat batasan umur dan juga jenjang sosial ekonomi dengan kata lain berlaku sama untuk semua (non drescrimination).
2) Wajib Pajak Badan
Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, persereoan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam
commit to user
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi dan pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial, politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif atau usaha tetap.
3) Wajib Badan Bendaharawan
Wajib Badan Bendaharawan adalah bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, Lembaga Negara lainnya dan kedutaan besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
3. Surat Pemberitahuan (SPT) a. Pengertian SPT
Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, Objek pajak dan atau bukan Objek Pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
commit to user b. Fungsi SPT
Adapun Fungsi Pajak dapat dilihat dari Wajib Pajak, Pengusaha Kena pajak atau Pemotong/Pemungut Pajak adalah sebagai berikut:
1) Wajib Pajak PPh
a) Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
i. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; ii. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan
objek pajak;
iii. Harta dan kewajiban;
iv. Pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.
2) Pengusaha Kena Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a) pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
b) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa
commit to user
pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3) Pemotong/ Pemungut Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkanannya (Waluyo, 2007).
c. Pengisian dan Penyampaian SPT
Cara mengisi dan penyampaian SPT adalah:
1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan;
2) Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan. d. Jenis SPT
Memerhatikan saat pelaporannya SPT dibedakan menjadi dua (waluyo, 2007):
1) SPT-Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat;
commit to user
2) SPT-Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Tahun Pajak.
e. Batas waktu penyampaian SPT
Sesuai Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT diatur:
1) Untuk SPT Masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak;
2) Untuk SPT Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Untuk memudahkan dalam menetapkan batas waktu penyampaian SPT baik Masa maupun Tahun, berikut disampaikan batas waktu penyampaian SPT sebagai berikut:
a) SPT Masa
Untuk mengetahui batas waktu yang lebih jelas tentang SPT Masa, dapat dilihat di tabel II.1.
commit to user Tabel II.1
Batas Waktu Penyampaian SPT Masa
No Jenis Pajak Yang Menyampaikan Pajak
Batas Waktu Penyampaian 1. PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal 21 Paling lambat 20 (dua puluh)
hari setelah Masa Pajak berakhir
2. PPh pasal 22-Impor
Bea Cukai 14 (emapt belas) hari setelah Masa Pajak berakhir
3. PPh Pasal 22 Bendaharawan pemerintah 14 (emapt belas) hari setelah Masa Pajak berakhir
4. PPh Pasal 22 oleh DJBC
Pemungut Pajak (DJBC) Secara mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran berakhir
5. PPh Pasal 22 Pihak yang melakukan penyerahan
Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
6. PPh Pasal 22 badan
tertentu
Pihak yang melakukan penyerahan
Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
7. PPh Pasal 23 Pemotongan PPh Pasal 23 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
8. PPh Pasal 23 Wajib Pajak yang mempunyai NPWp
Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
9. PPh Pasal 26 Pemotong PPh Pasal 26 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
10. PPN dan PPnBM
Pengusaha Kena Pajak Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
11. PPN dan PPnBM DJBC
Bea Cukai Paling lambat 7 (tujuh) harii setelah batas waktu
penyampaian pajak berakhir 12. PPN dan
PPnBM
Pemungut pajak selain Bendaharawan
Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir
commit to user
Wajib Pajak yang melakukan pembukuan, SPT Tahunan PPh harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa Neraca dan Perhitungan Laba Rugi serta keterangan lain yang digunakan sebagai dasar menghitung Penghasilan Kena pajak. b) SPT Tahunan
Tabel II.2
Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan No
.
Jenis pajak Yang Menyampaikan SPT
Batasan Waktu Penyampaian 1. SPT Tahunan PPh Orang
Pribadin(1770)
Wajib Pajak yang mempunyai NPWP
Selambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir 2. SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi (1770SS) yang tidak melakukan kegiatan usaha pekerjaan bebas
Wajib Pajak yang mempunyai NPWP
Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak
berakhir 3. SPT Tahunan PPh Badan Wajib Pajak yang
mempunyai NPWP
Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak
berakhir 4. SPT Tahunan PPh Pasal
21 (1721)
Pemotong PPh Pasal 21 Selambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir
Sumber: Dalam buku Waluyo, 2007
f. Sanksi Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam waktu yang telah ditetapkan atau melebihi batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda. Besar dendanya adalah sebagai berikut (Waluyo, 2007): 1) Sebesar Rp500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah) untuk Surat
commit to user
2) Sebesar Rp100.000,00 (Seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya;
3) Sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan;
4) Sebesar Rp100.000,00 (Seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Orang Pribadi.
4. E-filing
Penyampaian SPT melalui e-filing ada dua jenis, antara lain:
a. Melalui ASP untuk semua jenis SPT baik orang pribadi maupun badan
1) Pengertian e-filing
Menurut KEP-05 /PJ./2005 pengertian e-filing adalah adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT secara elektronik yang dilakukan secara on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).
2) Alat kelengkapan e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) Alat kelengkapan e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)meliputi:
commit to user
a) ASP adalah Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak untuk menyalurkan penyampaian SPT secara elektronik ke DJP.
b) Surat permohonan e-FIN adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagai permohonan untuk melaksanakan
e-filing.
c) Electronic Filing Identification Number (e-FIN) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e–Filing).
d) Digital Certificate adalah sebuah sertifikat berbentuk digital yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk kepentingan pengamanan data SPT. Sertifikat ini digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encription (Pengacakan) sehingga hanya bisa dibaca oleh sistem tertentu dalam hal ini sistem penerimaan Penyedia Jasa aplikasi (ASP) dan Direktorat Jendral Pajak dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tertentu pula.
e) Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan
commit to user
Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), yang tertera pada hasil cetakan SPT lnduk, dalam hal e-Filing dilakukan melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). f) SPT yang dapat disampaikan tidak hanya SPT Tahunan PPh,
namun juga SPT Masa, yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer (e-SPT). SPT yang dilaporkan melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service
Provider-ASP) yang telah ditunjuk oleh Dirketorat Jenderal
Pajak, yaitu:
i. http://www.pajakku.com; ii. http://www.laporpajak.com; iii. http://www.layananpajak.com; iv. http://www.spt.co.id.
Perusahaan ASP wajib memberikan jaminan kepada wajib pajak bahwa SPT yang disampaikan secara e-filing dijamin kerahasiaannya, diterima di Ditjen Pajak secara lengkap dan
real time serta diakui oleh pihak wajib pajak dan Ditjen
Pajak.
b. Melalui web http://www.pajak.go.id untuk jenis SPT 1770 S dan 1770 SS
1) Pengertian e-filing
Menurut PER- 39 /PJ/2011 pengertian e-filing adalah suatu cara
commit to user
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id).
2) Kelebihan fasilitas e-filing
Kelebihan fasilitas e-filing melalui www.pajak.go.id, antara lain: a) Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan
kapan saja (24/7);
b) Murah, tidak dikenakan biaya pada saat pelaporan SPT; c) Penghitungan dilakukan secara tepat karena menggunakan
sistem komputer;
d) Kemudahan dalam mengisi SPT karena pengisian SPT dalam bentuk wizard;
e) Data yang disampaikan WP selalu lengkap karena ada validasi pengisian SPT;
f) Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas; g) Dokumen pelengkap (Fotokopi Formulir 1721 A1/A2 atau
bukti potong PPh, SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29, Surat Kuasa Khusus, Perhitungan PPh terutang bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta dan/atau Mempunyai NPWP Sendiri, Fotokopi Bukti Pembayaran Zakat) tidak perlu dikirim lagi kecuali diminta oleh KPP melalui Account Representative (AR).
commit to user
3) Alat kelengkapan e-filing melalui www.pajak.go.id
Alat kelengkapan e-filing melalui www.pajak.go.id, meliputi: a) SPT Tahunan adalah SPT Pajak Penghasilan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
b) Formulir SPT Tahunan 1770S adalah bentuk formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja; dari dalam negeri lainnya; dan/atau yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final. c) Formulir SPT Tahunan 1770SS adalah bentuk formulir SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dan tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi.
d) e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. e) Electronic Filing Identification Number yang selanjutnya
commit to user
Kantor Pelayanan Pajak kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-Filing. f) Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi
nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) yang tertera pada hasil cetakan bukti penerimaan, dalam hal e-Filing dilakukan melalui website Direktorat Jenderal Pajak. Tanda Tangan Elektronik atau Tanda Tangan Digital adalah informasi elektronik yang dilekatkan, memiliki hubungan langsung atau terasosiasi pada suatu informasi elektronik lain termasuk sarana administrasi perpajakan yang ditujukan oleh Wajib Pajak untuk menunjukkan identitas dan status yang bersangkutan.
g) Kode verifikasi adalah sekumpulan angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf yang di-generate oleh Sistem Direktorat Jenderal Pajak yang digunakan untuk keamanan dalam proses e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id).
h) Notifikasi adalah pemberitahuan kepada Wajib Pajak mengenai status e-SPT yang disampaikan melalui e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id).
commit to user B. Teknik Analisis Data
1. Metode Penelitian
Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan (Azwar, 1997).
a. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diambil penulis yaitu analisis penyampian SPT melalui e-filing di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali. b. Jenis Data
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Nazir, 2003). Penulis menggunakan data kuantitatif berupa jumlah wajib pajak yang menyampaikan SPT melalui
e-filing pada tahun 2008 sampai dengan 2013.
2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat sketsa dan gambar (Nazir, 2003). Penulis menggunakan data kualitatif tentang prosedur penyampaian SPT melalui e-filing. c. Sumber Data
Sumber data menurut Moleong (2002) dalam bukunya metode penelitian Kualitatif menyatakan bahwa “sumber data yang pertama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya”.
commit to user 1) Data Primer
Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung pada bagian Pengolahan Data Informasi (PDI) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dan data tentang aplikasi e-filing.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari undang-undang yang berlaku, literatur, makalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan.
d. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data dan informasi yaitu:
1) Wawancara
Metode wawancara adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan terwawancara (nara sumber) yang dilakukan berhadap-hadapan (Hanitijo, 1994). Dengan metode wawancara, penulis dapat langsung bertanya secara langsung kepada pegawai bagian Pengolahan Data dan Informasi (PDI) di KPP Pratama Boyolali mengenai sistem penyampaian SPT melalui e-filing, kendala-kendala yang muncul dalam penyampaian SPT melalui e- filing. 2) Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dan informasi dengan cara mengambil dari literatur-literatur seperti undang-undang perpajakan yang
commit to user
berkaitan dengan tema, Keputusan Dirjen Pajak dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 3) Studi Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu bentuk instrument pengumpulan data yang fleksibel dan relatif mudah digunakan (Azwar, 1997). Untuk penyusunan kuesioner, penulis melakukan prasurvai terlebih dahulu ke wajib pajak dan fiskus guna memperoleh gambaran umum mengenai data e-filing.
e. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, 2004). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskrptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 1997).
C. Pembahasan
1. Pelaksanaan penyampaian SPT melalui e-filing di KPP Pratama Boyolali. a. Mekanisme Penyampaian SPT melalui e-filing di KPP Pratama
commit to user Wajib Pajak Kantor Pelayanan
Pajak Direktorat Jenderal Pajak Penyedia Jasa Aplikasi Gambar II.1
Proses E-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)
Mulai meneruskan ke KPP Menerima e-FIN
dimana WP terdaftar Menerbitkan eFIN Menerbitkan Digital Certificate dari DJP Digital Certificate Menerima surat permohonan e FIN secara tertulis e-FIN
Menerima pendaftaran e-FIN, lalu mengirimkan tata cara penyampaian SPT mll e-filing, Aplikasi eSPT disertai dengan petunjuk penggunaannya dan informasi lainnya. Menerima penyampaian SPT beserta lampirannya SPT Dinyataka n lengkap Membubuhkan bukti penerimaan secara elektronik pada bawah SPT induk Mencetak dan menanda tangani SPT induk
commit to user
Penulis meneliti Prosedur penggunaan e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) langsung ke wajib Pajak atas nama CV. Karunia Jaya Abadi dengan alamat Jl. Bandara Adi Sumarmo Taman Loby kedatangan Ngesrep Ngemplak. CV. Karunia Jaya Abadi menyampaian SPT secara e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) sesuai prosedur yang sudah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai berikut ini.
a) Wajib pajak mengajukan surat permohonan Electronic
Filing Identification Number (eFIN) secara tertulis kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan melampirkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak disertai dengan fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
b) Surat Permohonan e-FIN dapat disetujui apabila:
i. Alamat yang tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (master file) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak; dan
ii. Bagi Wajib Pajak yang telah mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan, telah menyampaikan:
commit to user
i) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau Badan untuk Tahun Pajak terakhir;
ii) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Tahun Pajak terakhir;
iii) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk 6 (enam) Masa Pajak terakhir.
c) Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification
Number (eFIN) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
permohonan diterima secara lengkap.
d) Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filing
Identification Number (eFIN) dapat mendaftarkan diri
melalui website satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
e) Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) mengirimkan kepada Wajib Pajak tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filing), aplikasi eSPT disertai dengan petunjuk penggunaannya dan informasi lainnya.
commit to user
f) Wajib Pajak meminta Sertifikat (digital certificate) ke Direktorat Jenderal Pajak melalui website Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)
g) Sertifikat (digital certificate) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke Direktorat Jenderal Pajak.
h) Wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang telah diisi secara benar, jelas dan lengkap secara elektronik melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) oleh Wajib Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak.
i) Apabila Surat Pemberitahuan telah dinyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, kepada Wajib Pajak diberikan Bukti Penerimaan secara elektronik yang dibubuhkan pada bagian bawah induk Surat Pemberitahuan yang telah diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak.
j) Bukti Penerimaan secara elektronik berisi informasi yang meliputi Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Transaksi Penyampaian Surat Pemberitahuan (NTPS) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
commit to user
k) Wajib Pajak mencetak dan menandatangani induk Surat Pemberitahuan yang telah diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak
l) Wajib Pajak wajib menyampaikan induk Surat Pemberitahuan beserta Surat Setoran Pajak (bila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui pos secara tercatat, paling lama: i. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan Surat
Pemberitahuan dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan sebelum batas akhir penyampaian;
ii. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian.
m) Surat Pemberitahuan dianggap telah diterima dan tanggal penerimaan Surat Pemberitahuan sesuai dengan tanggal yang tercantum pada Bukti Penerimaan secara elektronik.
commit to user Wajib Pajak Server e-Filing Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan Pelaksanaan Seksi PelayananKPP dimana WP terdaftar Kepala Seksi Pelayanan Gambar II.2
Tata Cara Pemberian e-FIN melalui website DJP www.pajak.go.id
Mulai Mengisi formulir permohonan e-FIN melalui website DJP Menerima permohonan meneruskan ke KPP dimana WP terdaftar Menerima permohonan mencetak e-FIN serta meneruskan ke Kepala
Seksi Pelayanan
Meneliti dan mendatangani
e-FIN
Mencatat pada buku
registrasi e-FIN dan
mengirimkan e-FIN ke
alamat WP yang tercantum dalam Materi File WP e-FIN
commit to user Wajib Pajak Petugas
TPT Pelaksana Seksi Pelayanan
Kepala Seksi Pelayanan
Gambar II.3
Tata Cara Penerbitan e-Fin melalui www.pajak.go.id di Kantor Pelayanan Pajak
Ya Tidak Tidak Ya Mulai Surat Permohonan e-Fin Menerima, meneliti kelengkapan surat, dan meneruskan
Merekam permohonan, mencetak e-Fin serta meneruskan e-Fin ke Kepala Seksi
Pelayanan Alamat WP berbeda dengan MF Nasional ? Member dan mengisi formulir perubahan data/perpindahan WP Alamat WP di wilayah kerja KPP ? Mengisi formulir perubahan serta lampiran ke KPP dimana WP terdaftar
SOP Tata Cara penyampaian
Dokumen di KPP
SOP Tata Cara Perubahan Data Identitas WP
Mencatat pada buku register e-FIN dan menyerahkan e-FIN
kepada WP
SOP Tata Cara penyampaian Dokumen di WP Selesai e-FIN Meneliti dan menandatangani e-FIN
commit to user Server e-Filing Direktorat
Teknologi Informasi Perpajakan Wajib Pajak Gambar II. 4
Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak e-Filing melalui Website DJP
Mulai
Membuka aplikasi pendaftaran Wajib Pajak e-Filing melalui website DJP di www.pajak.go.id
Memasukkan NPWP dan e-FIN
Memasukkan alamat email, nomor telepon yang dapat menerima SMS dan password yang akan digunakan
1. Login dengan memasukkan alamat email sebagai username dan password 2. Logout
Validasi NPWP dan e-FIN by sytem
Cocok
Merekam alamat email, nomor telepon dan password, membuat
account WP dengan username berupa alamat email WP
Halamn Login Wajib Pajak e-Filling melalui website DJP (www.pajak.go.id) Selesai Ya Tidak
commit to user Server e-Filing Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan Wajib Pajak Gambar II.5
Alur Pengelolahan SPT secara e-Filing malalui website Direktorat Jenderal Pajak
Mulai
Membuka aplikasi e-Filing di website Direktorat Jenderal Pajak
Login ke aplikasi e-Filing dengan memasukkan username berupa alamat email dan password
Mengisi aplikasi e-SPT dan meneliti kembali data yang sudah di-entry
Meminta kode verifikasi untuk pengiriman SPT e-Filing
1. Menerima kode verifikasi melalui email dan SMS 2. Memasukkan kode verifikasi
3. Mengirimkan e-SPT secara e-Filing melalui website DJP
(www.pajak.go.id)
Nontifikasi melalui email dan SMS
Bukti Penyampaian SPT berupa BPE
Selesai Validasi username dan
password by sytem
Cocok
Generate Kode Verifikasi by system
Generate Notifikasi by system
Meneliti e-SPT by system
Lengkap?
Tidak
Tidak
commit to user
. Penulis menganalisis Prosedur Penyampaian SPT secara e-filing melalui
www.pajak.go.id yang dilakukan oleh Saudara Okky Cahyo Wibowo dengan Alamat Krangkungan Rt 03 Rw 06 Gagaksipat Ngemplak Boyolali. Menurut Saudara Okky selama menyampaikan SPT secara e-filing hampir tidak ada kendala. Karena beliau sudah paham dengan istilah-istilah dalam e-filing. Justru beliau merasa dimudahkan penyampaian SPTnya melalui e-filing. Prosedur yang dilakukan saudara Okky sesuai dengan PER- 39 /PJ/2011. Berikut prosedurnya:
a) Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan secara e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) harus memiliki e-FIN.
b) e-FIN diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau kuasanya.
c) Permohonan disampaikan secara :
i. on-line melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id); atau
ii. langsung ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat dengan menggunakan formulir.
d) Dalam hal permohonan disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak atau kuasanya harus :
i. menunjukkan asli kartu identitas diri Wajib Pajak atau kuasanya; dan ii. menyampaikan surat kuasa bermeterai dan fotokopi identitas diri Wajib
commit to user
f) Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan e-FIN paling lama :
i. 3 (tiga) hari kerja, dalam hal permohonan e-FIN disampaikan secara on-line melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id); atau ii. 1 (satu) hari kerja, dalam hal permohonan e-FIN disampaikan secara
langsung ke Kantor Pelayanan Pajak, sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar.
g) e-FIN disampaikan kepada Wajib Pajak atau kuasanya dengan :
i. dikirimkan melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi, atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke alamat Wajib Pajak yang tercantum pada Master File Nasional Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal permohonan e-FIN disampaikan secara on-line melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id); atau
ii. disampaikan secara langsung, dalam hal permohonan e-FIN disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak.
h) Untuk terdaftar sebagai Wajib Pajak e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id), Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e-FIN harus mendaftarkan diri paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterbitkannya e-FIN.
Pajak dalam hal permohonan disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak. e) Permohonan dianggap lengkap dan benar dalam hal :
nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang tercantum sesuai dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam Master File Nasional Direktorat Jenderal Pajak; dan
commit to user
i) Pendaftaran e-filing dilakukan melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) dengan mencantumkan :
i. alamat surat elektronik (e-mail address); dan ii. nomor telepon genggam (handphone),
untuk pengiriman kode verifikasi dan notifikasi.
j) Dalam hal Wajib Pajak yang sudah mendapatkan e-FIN tetapi tidak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-Filing melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) sampai batas waktu yang ditentukan atau e-FIN hilang sebelum Wajib Pajak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id), Wajib Pajak dapat mengajukan kembali permohonan e-FIN .
k) Wajib Pajak yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) dapat menyampaikan SPT Tahunan dengan cara mengisi e-SPT dengan benar, lengkap dan jelas. l) Wajib Pajak yang telah mengisi e-SPT) meminta kode verifikasi pada
website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id).
m) SPT Tahunan dibubuhi tanda tangan elektronik atau tanda tangan digital dengan cara memasukkan kode verifikasi yang didapat dari Direktorat Jenderal Pajak.
n) Dalam hal SPT Tahunan menunjukkan status kurang bayar, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) atas pembayaran PPh Pasal 29 harus diisikan pada e-SPT sebagai bukti pembayaran yang telah divalidasi.
commit to user
o) Wajib Pajak mendapatkan notifikasi setiap menyampaikan SPT Tahunan secara e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)
p) Dalam hal e-SPT dinyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, kepada Wajib Pajak diberikan Bukti Penerimaan Elektronik sebagai tanda terima penyampaian SPT Tahunan.
q) Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan wajib menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain terkait SPT Tahunan yang tidak dapat disampaikan secara e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar apabila diminta oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakan.
b. Data-data Wajib Pajak yang menyampaikan SPT secara e-filing melalui ASP dan www.pajak.go.id.
Penggunaan e-filing di KPP Pratama Boyolali melalui ASP dimulai dari tahun 2008, sedangkan aplikasi e-filing melalui www.pajak.go.id dimulai tahun 2011. Berikut ini data Wajib Pajak yang menggunakan aplikasi e-filing melalui ASP dan www.pajak.go.id, yaitu:
commit to user Tabel II.2
Jumlah Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT secara e-filing melalui ASP Tahun 2008-2013 (Per 18 Maret 2013) Tahun SPT Masa PPh Pasal 21/26 SPT Masa PPh Pasal 23/26 SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) SPT Masa PPN dan PPnBM Grand Total 2008 1 1 2009 9 9 2010 36 3 10 49 2011 101 24 16 13 154 2012 162 53 33 41 289 2013 15 6 3 4 28 Grand Total 324 86 62 58 530
Sumber: KPP Pratama Boyolali
Analisis yang dilakukan penulis tentang Tabel.II.2 adalah jumlah wajib pajak yang meyampaikan SPT secara e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan dari wajib pajak yang sudah tahu dan paham menggunakan fasilitas e-filing, sehingga wajib pajak lebih mudah dan cepat dalam menyampaikan SPTnya. Kendala dalam penyampaian SPT secara e-filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi adalah sinkronisasi antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dengan Direktorat Jenderal Pajak yang tiba-tiba terputus koneksinya atau membutuhkan waktu lama dalam
commit to user
pemrosesan datanya. Fiskus berharap agar pelaporan SPT dengan e-filing setiap tahunnya meningkat, karena membantu kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dalam mengurangi penumpukan antrian dan volume proses penerimaan SPT, sehingga menciptakan suasana nyaman dalam bekerja. Dengan cepat dan mudahnya pelaporan pajak ini berarti juga akan memberikan dukungan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dalam hal percepatan penerimaan laporan SPT dan perampingan kegiatan administrasi, pendataan (juga akurasi data), distribusi dan pengarsipan laporan SPT.
Tabel II.3
Jumlah Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT secara e-filing melalui www.pajak.go.id
Tahun 2011-2013 (Per 18 Maret 2013)
Tahun SPT 1770 S dan 1770 SS Grand Total
2011 34 34
2012 1 1
Grand Total 35 35
Sumber: KPP Pratama Boyolali
Analisis yang dilakukan oleh penulis tentang Tabel II.3 adalah Jumlah wajib pajak yang Menyampaikan SPT secara e-filing melalui www.pajak.go.id cenderung menurun. Menurut salah satu fiscus di KPP Pratama Boyolali, hal tersebut dikarenakan sinkronisasi antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dengan Direktorat Jenderal Pajak pusat tiba-tiba terputus koneksinya dan membutuhkan waktu lama dalam pemrosesan data. Hal lain juga dikarenakan Wajib Pajak orang pribadi masih
commit to user
banyak yang awam dengan e-filing. Istilah-istilah dalam e-filing yang masih sangat teknis, mengakibatkan wajib pajak rawan ketidakpahaman cara memanfaatkan e-filing.
b. Format kuesioner untuk Wajib Pajak dan Fiskus sebagai operator Untuk mengetahui lebih jelas tentang format kuesioner untuk Wajib pajak dan Fiskus sebagai operator terlampir di lampiran 7dan 8. 2. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan penyampaian SPT melalui e-filing
di KPP Pratama Boyolali.
E-filing Membantu para Wajib Pajak untuk memanfaatkan fasilitas
pelaporan SPT secara elektronik (via internet), sehingga wajib pajak orang pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja, sedangkan wajib pajak badan dapat melakukannya dari lokasi kantor atau usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses dan melaporkan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali secara benar dan tepat waktu.
a. Berikut ini faktor-faktor yang dapat meningkatkan penyampaian SPT melalui e-filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
1) Sosialisasi secara Langsung
Sosialisasi yang dilakukan oleh sebagian Account Representatif dengan mengarahkan wajib pajak untuk menyampaikan SPT melalui e-filing.
commit to user 2) Sosialisasi secara tidak langsung
Sosialisasi secara tidak langsung mengenai e-filing dan tentang perpajakan lainnya contohnya melalui media televisi lokal, radio lokal, spanduk dan media cetak lainnya.
3) Wajib pajak
Meningkatnya penyampaian SPT melalui e-filing berasal dari wajib pajak. Kembali kepada wajib pajak badan maupun orang pribadi yang tertarik dan mau ataupun tidak tertarik untuk memanfaatkan
e-filing. Salah satu contoh yang menyebabkan wajib pajak
menggunakan e-filing, yaitu dikarenakan hari kerja wajib pajak yang sama dengan fiscus. Jadi hal tersebut membuat wajib pajak lebih memilih menggunakan e-filing dalam melaporkan SPTnya di tempat kerja atau di rumah selama 24 jam dan 7 hari seminggu dengan standar waktu indonesia bagian barat.
b. Berikut ini adalah pengumpulan data hasil dari kuesioner mengenai penyampaian SPT melalui e-filing oleh Fiskus dan Wajib Pajak.
1) Kuesioner untuk Wajib Pajak
Wajib Pajak sebagian besar yang berasal dari pedesaan menyatakan bahwa mereka tidak tahu apa itu e-filing dan belum pernah menyampaikan SPTnya melalui e-filing. Sedangkan sebagian kecil Wajib Pajak yang menggunakan e-filing menyatakan bahwa
commit to user
mereka merasa mendapat kenyamanan, kemudahan dan keuntungan-keuntungan lainnya dalam menyampaikan SPTnya.
2) Kuesioner untuk Fiskus sebagai Operator
Pihak Fiskus menyatakan bahwa dengan aplikasi e-filing, beban pengolahan SPT menjadi lebih ringan. Kedepannya e-filing akan berprospek baik. Fiskus berharap e-filing dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPTnya.
3) Hasil data kuesioner di lapangan
Wajib pajak yang tahu tentang penyampaian SPT melalui
e-filing ada 10 orang, yang menggunakan cara e-e-filing untuk
menyampaikan SPT ada 10 orang, bagi yang sudah menggunakan
e-filing dan mendapat kenyamanan serta kemudahan dalam
menggunakan aplikasi e-filing ada 10 orang. Menurut fiskus e-filing dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT ada 5 orang, yang berpendapat e-filing berprospek baik ke depannya ada 5 orang, yang berpendapat dengan cara e-filing beban pengolahan SPT menjadi lebih ringan ada 5 orang.
3. Kendala-kendala yang terjadi dalam penyampaian SPT melalui e-filing di KPP Pratama Boyolali serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.
commit to user a. Kendala
1) Sinkronisasi server pusat dan lokal membutuhkan waktu yang lama. Dalam penyampaian SPT melalui e-filing, proses diterimanya data antara kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak dengan kantor wilayah membutuhkan waktu yang lama. Sehingga penyampaian SPT melalui e-filing menjadi tidak efektif dan efisien.
2) Minimnya sosialisasi kepada masyarakat
Kurangnya sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak kepada masyarakat, sehingga banyak yang tidak tahu apa itu e-filing, kelebihan e-filing, dan penggunaan e-filing untuk menyampaikan SPT.
3) Jaringan Internet yang belum menyebar ke seluruh wilayah
Masih banyak wilayah yang belum adanya akses internet, sehingga Wajib Pajak sulit untuk mengakses website yang sudah disediakan Direktorat Jenderal Pajak dan tidak dapat menikmati pelayanan dan kemudahan yang diberikan Direktorat Jenderal pajak secara online.
b. Upaya
1) Perlu adanya perbaikan sistem yag lebih berkualitas dari Direktorat Jenderal Pajak untuk peningkatan pelayanan melalui on-line.
Sinkronisasi server pusat dengan lokal harus menjadi perhatian bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dan pada khususnya bagi Direktorat Jenderal Pajak dengan langkah seperti
commit to user
meningkatkan kualitas alat jaringan telekomunikasi seperti (LAN, modem, wireless, dan lain-lain) agar kecepatan durasi waktu analisis processing pada aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan kecepatan akses data/informasi melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dapat meningkat. Sehingga penyampaian SPT melalui e-filing lebih efektif dan efisien.
2) Adanya sosialisasi mengenai penyampian SPT melalui e-filing kepada Wajib Pajak
Memberikan sosialisasi yang rutin kepada Wajib Pajak mengenai apa itu SPT, cara mengisi SPT, syarat apa saja yang dilengkapi dalam penyampaian SPT dan cara menyampaikan SPT melalui e-filing. Sehingga Wajib Pajak dapat menikmati pelayanan dan kemudahan yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak secara
online.
3) Penyebaran internet ke seluruh wilayah, baik perkotaan maupun pedesaan.
Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya Internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu dan pandangan dunia. Kementerian Keuangan sebagai instansi pemerintah menyelenggarakan dalam menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Dalam
commit to user
melaksanakan tugas dan kewenanganannya Kementerian Keuangan, melalui Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan dan memberikan layanan on-line kepada masyarakat wajib pajak dalam tatacara pengadministrasian dan pembayaran pajak, baik untuk perseorangan maupun perusahaan dengan memanfaatkan teknologi elektronik, internet global. Jadi Pemerintah Daerah harus menyediakan akses internet ke seluruh daerah.
4) Penyebaran Informasi
Selain sosialisasi, petugas harus rutin dalam penyebaran informasi kepada Wajib Pajak agar mereka tahu dan tidak ketinggalan tentang informasi yang ada. Penyebaran informasi bisa secara langsung maupun melalui brosur, spanduk, media cetak, media elektronik dan sebagainya.