• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Sistem Informasi

a. Konsep Dasar Sistem

Terdapat dua pendekatan dalam pendefinisian sistem, yaitu kelompok yang menekankan pada prosedur dan kelompok yang menekankan pada elemen atau komponennya. Model dasar dari sebuah sistem adalah masukan, proses, dan keluaran.

1) Pengertian Sistem

Gordon B. Davis dalam bukunya menyatakan, “Sistem bisa berupa abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi yang saling bergantung.” (Tata Sutabri, 2005)

Norman L. Enger dalam bukunya menyatakan, “Suatu sistem dapat terdiri atas kegiatan-kegiatan yang berhubungan guna mencapai tujuan – tujuan perusahaan seperti pengendalian inventaris atau penjadwalan produksi.” (Tata Sutabri, 2005)

Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudiro dalam bukunya menyatakan, “Suatu sistem terdiri atas objek-objek atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain sedemikan rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu.” (Tata Sutabri, 2005)

Jadi dari definisi diatas suatu sistem mempunyai maksud tertentu. Ada yang menyebutkan, maksud dari suatu sistem adalah untuk mencapai sebuah tujuan (goal) dan ada yang menyebutkan untuk mencapai suatu sasaran (objectives). Tujuan dihubungkan dengan ruang lingkup yang lebih luas sementara sasaran memiliki ruang lingkup yang lebih sempit.

(2)

2) Karakteristik Sistem

Model umum sebuah sistem terdiri dari input, proses, dan output. Hal tersebut merupakan sebuah konsep yang sederhana mengingat sebuah sistem dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran sekaligus. Menurut (Tata Sutabri, 2012) sistem juga mempunyai karakteristik atau sifat sebagai berikut:

a) Komponen Sistem (Components)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu bentuk subsistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

b) Batasan Sistem (Boundary)

Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem lainnya atau dengan sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. c) Lingkungan Luar Sistem (Environment)

Bentuk apapun yang ada diluar lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut dengan lingkungan luar sistem. Lingkungan luar yang menguntungkan bagi sistem tersebut harus selalu dijaga dan dipelihara. Sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan.

d) Penghubung Sistem (Interface)

Pengubung sistem merupakan media yang menghubungkan sistem dengan subsistem yang lain. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lain. Dengan demikian terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.

(3)

e) Masukan Sistem (Input)

Energi yang dimasukan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). Dalam suatu unit komputer, “program” adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputer. Sementara “data” adalah signal input yang akan diolah menjadi informasi.

f) Keluaran Sistem (Output)

Keluaran sistem merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi, dimana informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang merupakan input bagi subsistem lainnya.

g) Pengolah Sistem (Procces)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. Sistem ini akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.

h) Sasaran Sistem (Objective)

Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministik. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.

b. Konsep Dasar Informasi

Informasi merupakan proses lebih lanjut dari data yang sudah memiliki nilai tambah. Informasi dapat merujuk kesuatu data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah saluran komunikasi, dan lain sebagainya. 1) Pengertian Informasi

Informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk mengambil keputusan. (Eko Nugroho, 2008)

Menurut Gordon B. Davis, “Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam

(4)

keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.” (Moekijat, 1991)

Menurut George R. Terry, Ph.D menyatakan bahwa “Informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna.” (Moekijat, 1991)

Dari beberapa definisi tentang informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang sudah diolah dari bentuk semula tidak berguna menjadi berguna bagi yang menerimanya dan dapat digunakan sebagai langkah untuk pengambilan sebuah keputusan. Fungi utama informasi adalah menambah pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian pemakai informasi.

2) Kualifikasi Informasi

Menurut (Eko Nugroho, 2008) informasi yang baik harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut:

a) Akurat

Akurat ialah informasi tersebut bebas dari kesalahan dan bebas dari bias atau teliti.

b) Tepat Waktu

Informasi harus diberikan pada waktu yang tepat. Informasi yang sudah kedaluwarsa hanya bernilai sampah, sekalipun informasinya sama dan tidak berubah.

c) Relevan

Relevan berarti informasi tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan pihak yang membutuhkan informasi.

3) Nilai Informasi

Nilai informasi (Tata Sutabri, 2012) didasarkan atas sepuluh sifat, yaitu:

a) Mudah diperoleh

Sifat ini menunjukan kemudahan dan kecepatan untuk memperoleh informasi.

(5)

b) Luas dan lengkap

Sifat ini menunjukan kelengkapan isi informasi. c) Ketelitian

Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran informasi.

d) Kecocokan

Sifat ini menunjukan seberapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan permintaan para pemakai.

e) Ketepatan waktu

Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui. Masukan, pengolahan, dan pelaporan keluaran kepada para pemakai, biasanya tepat waktu.

f) Kejelasan

Sifat ini menunjukan tingkat kejelasan informasi. Informasi hendaknya terbebas dari istilah-istilah yang tidak jelas.

g) Keluwesan

Apakah informasi tersebut dapat digunakan untuk membuat lebih dari satu keputusan, tetapi juga apakah dapat digunakan untuk lebih dari seorang pengambil keputusan.

h) Dapat dibuktikan

Sifat ini menunjukan sejauh mana informasi itu dapat diuji oleh beberapa pemakai hingga sampai didapatkan kesimpulan yang sama.

i) Tidak ada prasangka

Sifat ini berhubungan dengan dengan ada tidaknya keinginan untuk mengubah informasi tersebut guna mendapatkan kesimpulan yang telah diarahkan sebelumnya.

j) Dapat diukur

Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi formal.

(6)

c. Sistem Informasi

1) Pengertian Sistem Informasi

Dari definisi sistem dan informasi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebagai integrasi antara orang, data, alat dan prosedur yang bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Sistem informasi merupakan, “suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.” (Tata Sutabri, 2005)

2) Perencanaan Sistem Informasi

Perencanaan sistem informasi menceritakan bagaimana menerapkan pengetahuan tentang sistem informasi kedalam organisasi. perubahan sistem, baik besar maupun kecil, akan melalui tingkatan – tingkatan sebagai berikut:

Tingkat I : Ide, mengetahui perlu adanya perubahan Tingkat II : Design, merancang cara pemecahannya

Tingkat III : Pelaksanaan, menerapkan design kedalam sistem

Tingkat IV : Kontrol, memeriksa tingkat pelaksanaan dijalankan sesuai dengan design

Tingkat V : Evaluasi, memeriksa apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan semula

Tingkat VI : Tindak lanjut, melaksanakan perubahan sesuai dengan hasil evaluasi yang ada

Oleh karena itu, bahan perencanaan sistem informasi berkisar pada keempat tingkatan ini.

IDE --- > DESIGN --- > PELAKSANAAN --- > EVALUASI Keempat tingkatan ini telah menjadi kunci yang digunakan untuk memecahkan bagian masalah baik itu secara menyeluruh maupun per bagian. (Tata Sutabri, 2012)

(7)

2. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Siti Resmi, 2014)

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprsetasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” (Siti Resmi, 2014)

S. I. Djajadiningrat, “Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu.” (Tunggul Anshari S.N, 2005)

Prof.Dr.J.J.A. Adriani, “Pajak adalah pungutan oleh pemerintah dengan paksaan yuridis untuk mendapatkan alat penutup bagi pengeluaran-pengeluaran umum (anggaran belanja) tanpa adanya jasa timbal balik khusus terhadapnya.” (Tunggul Anshari S.N, 2005)

Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pajak adalah iuran kepada negara yang bersifat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran secara umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Oleh karena itu, intisari dari definisi-definisi pajak diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada definisi pajak adalah sebagai berikut:

1) Pajak dipungunt secara undang-undang serta aturan pelaksanaannya sehingga pajak bersifat memaksa.

2) Dalam pembayaran pajak tidak ditunjukan adanya kontraprestasi yang diberikan secara langsung oleh pemerintah kepada individu.

(8)

3) Secara undang-undang serta aturan pelaksanaanya pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak diperuntukkan bagi sarana pencapaian tujuan tertentu pemerintah.

b. Fungsi Pajak

Dalam (Tunggul Anshari S.N, 2005) fungsi perpajakan antara lain: 1) Fungi Anggaran (Budgetair)

Pajak difungsikan sebagai alat untuk menarik dana dari masyarakat untuk dimasukan kedalam kas negara.

2) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat penggerak masyarakat dalam sarana perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3) Fungsi Sosial

Besarnya pemungutan pajak harus disesuaikan dengan kekuatan seseorang untuk dapat mencapai pemuasan kebutuhan setinggi-tingginya setelah dikurangi (dengan yang mutlak) untuk kebutuhan primer. Fungsi sosial mengatur masalah-masalah yang ada hubungannya dengan kebijaksanaan perpajakan kepada masyarakat. c. Jenis Pajak

Dalam (Siti Resmi, 2014) pembagian jenis pajak dikelompokan berdasarkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya:

1) Menurut Golongan a) Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

(9)

b) Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh : Pajak Pertambahan

2) Menurut Sifat a) Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaanya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

b) Pajak Objektif

Pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak.

3) Menurut Lembaga Pemungutnya a) Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b) Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

d. Asas Pemungutan Pajak

Dalam (Siti Resmi, 2014) terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu:

1) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

(10)

2) Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3) Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. e. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam (Siti Resmi, 2014) memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu:

1) Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang member kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan. 2) Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang member kewenangan Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besar pajak terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Wajib Pajak

a. Pengertian Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Mardiasmo, 2006)

(11)

b. Jenis Wajib Pajak

Menurut (Nufransa Wira S. 2015) jenis Wajib Pajak antara lain: 1) Wajib Pajak Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia atau di luar Indonesia. Yang dimaksud dengan orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia yaitu orang pribadi yang mempunyai tempat domisili di Indonesia, yaitu orang orang/pribadi yang dilahirkan di Indonesia yang masih berada di Indonesia.

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia yang kemudian pergi keluar negeri tetap dianggap bertempat tinggal di Indonesia, apabila keberadaanya di luar negeri berpindah-pindah dan berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Waktu 183 hari ditentukan dengan menghitung lamanya subjek pajak orang pribadi di Indonesia, yang keberadaannya di Indonesia dapat secara terus-menerus atau terputus-putus, dan bagian dari hari dihitung penuh 1 (satu) hari. 2) Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, serta bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. c. Hak Wajib Pajak

Dalam (Mardiasmo, 2006) Wajib Pajak mempunyai hak sebagai Wajib Pajak, sebagai berikut:

1) Mengajukan surat keberatan dan surat banding. 2) Menerima tanda bukti penerimaan SPT.

(12)

3) Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukan. 4) Mengajukan permohonan penundaan pemasukan SPT. 5) Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak. d. Kewajiban Wajib Pajak

Dalam (Mardiasmo, 2006) Wajib Pajak mempunyai kewajiban, sebagai berikut:

1) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

2) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. 3) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

4) Mengisi dengan benar SPT, dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

5) Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan. 4. Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Pengertian SPT

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.(Tunggul Anshari S.N, 2005)

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. (Siti Resmi, 2014)

Jadi, dari definisi diatas Surat Pemberitahuan merupakan surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. b. Fungsi SPT

Menurut (Nufransa Wira S, 2015) Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

(13)

1) Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan.

2) Melaporkan harta dan kewajiban.

3) Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dam pemungutan pajak yang telah dilakukan.

c. Jenis SPT

Secara garis besar, menurut (Tunggul Anshari S.N, 2005) SPT dapat dibedakan menjadi dua, yakni SPT Masa dan SPT Tahunan.

1) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak terutang dalam suatu masa pajak atau dalam bagian dalam satu tahun.

2) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

d. Pengisian dan Penyampaian SPT

Dalam (Siti Resmi, 2014) Tata cara pengisian SPT diatur sebagai berikut:

1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya.

2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.

3) Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan. 4) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang

wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. 5) Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik, tetapi tidak

(14)

dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan.

e. Batas Waktu Pelaporan SPT

Dalam (Waluyo, 2011) sesuai Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diikuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tanggal 5 April 2010, batas waktu penyampaian SPT diatur:

1) Untuk SPT Masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak.

2) Untuk SPT Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.

f. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Dalam (Mardiasmo, 2006) terdapat sanksi jika Wajib Pajak terlambat atau tidak menyampaiakn SPT, sebagai berikut:

1) Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT dikenakan denda untuk SPT Masa sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) dan untuk SPT Tahunan sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah).

2) Tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan isinya tidak benar karena kealpaan Wajib Pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda setinggi-tingginya 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

3) Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dengan sengaja sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(15)

5. E-Filing

a. Pengertian E-Filing

e-Filing adalah salah satu cara penyampaian SPT melalui pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara online yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id), penyedia jasa aplikasi atau application service provider (ASP). (Nufransa Wira S, 2015)

b. Jenis SPT untuk e-Filing

Dalam (Nufransa Wira S, 2015) menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2014 tentang Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan Formulir 1770 S atau 1770 SS secara e-Filing melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id). Jenis surat pemberitahuan yang dapat disampaikan adalah SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi formulir 1770 S dan 1770 SS.

c. Alat Kelengkapan e-Filing

Alat kelengkapan e-Filing menurut Salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2015 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik, sebagai berikut:

1) SPT Elektronik adalah SPT dalam bentuk dokumen elektronik. 2) Aplikasi SPT Elektronik adalah perangkat lunak yang dapat

digunakan untuk membuat SPT Elektronik.

3) Aplikasi e-SPT adalah Aplikasi SPT Elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

4) e-FIN adalah nomor identitas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang melakukan transaksi elektronil dengan Direktorat Jenderal Pajak.

5) Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan terasosiasi atau terkait dengan Infomasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi atau autentikasi.

(16)

6) Kode verifikasi adalah sekumpulan angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf yang dihasilkan oleh sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak yang digunkana untuk keamanan dalam proses penyampaian SPT Elektronik.

7) Notifikasi adalah pemberitahuan kepada Wajib Pajak mengenai status SPT Elektronik yang disampaikan melalui saluran tertentu. 8) Sertifikat Elektronik (Digital Certificate) adalah sertifikat yang

bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukan status subjek hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.

9) Penyalur SPT Elektronik adalah badan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai pihak yang dapat menyalurkan penyampaian SPT melalui saluran tertentu ke Direktorat Jenderal Pajak

10) Saluran suara digital adalah sarana penyampaian SPT Elektronik melalui interaksi antara Wajib Pajak dengan sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak menggunakan suara Wajib Pajak dan/atau nada tombol papan kunci (keypad) telepon yang digunakan oleh Wajib Pajak.

11) Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi nama, NPWP, tanggal, jam, dan Nomor Tanda Terima Elektronik yang tertera pada hasil cetakan bukti penerimaan, dalam hal penyampain SPT Elektronik dilakukan melalui laman Direktorat Jenderal Pajak, atau Informasi yang meliputi nama, NPWP, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik, yang tertera pada hasil cetakan bukti penerimaan, dalam hal penyampain SPT Elektronik dilakukan melalui Penyalur SPT Elektronik yang berfungsi sebagai tanda terima penyampaian SPT Elektronik.

(17)

12) Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat NTPN adalah nomor bukti transaksi penerimaan yang diterbitkan melalui Modul Penerimaan Negara.

B. Metode Pengamatan

Berdasarkan tentang tinjauan pustaka tersebut, maka akan diuraiakn tentang metode pengamatan.

1. Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan ini bertempat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo di bagian Seksi Pelayanan.

2. Jenis Pengamatan

Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka jenis pengamatan yang dipilih adalah pengamatan deskriptif kualitatif, yaitu pengamatan mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (Sutopo, 2002:111).

3. Penentuan Sampel dan Sumber Data a. Teknik Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini penulis memilih teknik penentuan sampel “purposive sampling” karena didalam penelitian kualitatif, cuplikan yang diambil bersifat selektif. Artinya peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi, dan sebagainya.(Sutopo, 2002:56). Dalam penelitian ini, peneliti memilih orang atau informan yang dianggap tepat yaitu informan yang tahu permasalahan dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. b. Sumber Data

Data merupakan suatu fakta dari objek yang diamati. Sumber data dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:

1) Narasumber

Orang atau beberapa orang yang memberikan informasi kepada penulis tentang informasi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan diamati. Dalam pengamatan ini yang menjadi narasumber

(18)

adalah Kepala Seksi Pelayanan yaitu Bp. Sumitro dan staff lainnya yaitu Bp. Espana Romadhona yang mengetahui tentang masalah sistem informasi pelaporan SPT tahunan Wajib Pajak dengan e-Filing. 2) Dokumen dan arsip

Dokumen yang diperoleh dari hasil pengamatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo adalah dari buku referensi, pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo dan internet.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan sesuai dengan pengamatan ini digunakan teknik:

a. Wawancara

Yaitu teknik yang paling banyak digunakan dalam pengamatan kualitatif, terutama pada pengamatan lapangan. Teknik wawancara yang digunakan, yaitu wawancara terstuktur dan wawancara tidak terstruktur. (Sutopo, 2002:58). Pengamatan lapangan dengan melakukan Tanya jawab secara lisan dan langsung kepada pegawai yang mengurusi sistem informasi pelaporan SPT tahunan Wajib Pajak e-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

b. Observasi

Yaitu teknik yang digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. (Sutopo, 2002:64). Dalam pengamatan ini penulis melakukan observasi dengan magang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo selama kurang lebih 1 (satu) bulan.

c. Mengkaji Dokumen dan Arsip

Adalah sumber data pokok dalam penelitian kesejarahan, terutama untuk mendukung proses interpretasi dari setiap peristiwa yang diteliti. (Sutopo, 2002:69). Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi sangat penting dalam pengamatan kualitatif agar pengamat dapat memahami latar belakang suatu peristiwa itu bila terjadi.

(19)

5. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis maka data akan dapat diberi arti dan maknda yang berguna dalam memecahkan masalah dalam pengamatan.

Dalam teknik analisis data ini penulis menggunakan model analisis interaktif, teknik analisis interaktif ini terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. (Sutopo, 2002:94). Teknik analisis data ini juga dipakai untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai Sistem Informasi Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

Data-data dan informasi yang diperoleh dengan membaca, mencatat, bertanya dan mempelajari buku maupun literature yang berkaitan dan mendukung pengamatan. Selanjutnya dikelompokan dan diklasifikasikan menurut jenisnya. Dari data tersebut diolah dan dianalisa berdasarkan permasalah yang ada dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan.

Referensi

Dokumen terkait

SPT elektronik merupakan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk program aplikasi yang merupakan fasilitas dari Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang

Pelaporan e-SPT merupakan SPT dalam bentuk program aplikasi yang merupakan fasilitas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kepada wajib pajak yang digunakan untuk

Salah satu aplikasi pajak yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dapat digunakan oleh wajib pajak baik wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan

Salah satu kebijakan pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak adalah pemeriksaan pajak terhadap perusahaan kena pajak tertentu, dalam rangka menyelasaian permohonan

Menurut Gita (2010), e-filing sebagai suatu layanan penyampaian SPT secara elektronik untuk Orang Pribadi atau Badan melalui internet pada website Direktorat

Sementara itu, untuk e-filling melalui Dirjen Pajak situs pajak, tata caranya diatur melalui Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER- 1/PJ/2014 tentang tata

dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak sebagai alternatif dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dimana data-datanya telah direkam atau

Penyampaian SPT Elektronik © Direktorat Jenderal Pajak Berikut ini adalah Bukti Penerimaan Elektronik Anda.. Penyampaian SPT Elektronik © Direktorat Jenderal Pajak Berikut ini