• Tidak ada hasil yang ditemukan

Roadmap Reformasi Birokrasi Ditjen. Bina Marga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Roadmap Reformasi Birokrasi Ditjen. Bina Marga"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

ROAD MAP

REFORMASI BIROKRASI

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

2010-2014

(3)

3

Daftar

Isi

PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF

A. Gambaran Kondisi Saat Ini. B. Kondisi Yang Diinginkan.

C. Program/Kegiatan dan Anggaran.

D. Rencana Penghematan Yang Diharapkan. E. Rencana Waktu Pelaksanaan

F. Kriteria Keberhasilan. BAB I PENDAHULUAN

A. Umum

1. Latar Belakang Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Ditjen. Bina Marga 2. Peran Ditjen. Bina Marga

B. Permasalahan Ditjen. Bina Marga 1. Permasalahan Umum

2. Pengguna dana APBN Terbesar Tahun 2011 3. Permasalahan Birokrasi

C. Langkah – Langkah Pembenahan

1. Pembenahan Pelayanan Infrastruktur Ditjen. Bina Marga 2. Pembenahan Database Pegawai

3. Pembenahan Tata Kelola Yang Baik Dan Pemerintahan Yang Bersih BAB II KONSOLIASI RENCANA AKSI PROGRAM/KEGIATAN R.B.

A. Pencapaian s.d. Tahun 2010 1. Manajemen Perubahan

2. Penataan Peraturan Perundang-undangan 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur 6. Penguatan Pengawasan

7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. B. Rencana Program/Kegiatan Tahun 2011 – 2014

1. Rencana Tahun 2011

a. Persiapan Rencana Quick Win

b. Penyusunan Strategi Manajemen Perubahan c. Penyusunan Manajemen Kinerja

(4)

4 2. Rencana Tahun 2012-2014

a. Implementasi, Monev, dan Perbaikan Quick Win

b. Implementasi, Monev, dan Perbaikan 9 Program/26 Kegiatan C. Kriteria Keberhasilan Tahun 2011 – 2014

1. Kriteria Keberhasilan RB Tahun 2014

a. Dukungan terhadap 6 Indikator Keberhasilan RB Nasional b. Meningkatkan Kinerja Organisasi

c. Meningkatkan Kinerja IKU Ditjen. Bina Marga 2. Kriteria Keberhasilan 9 Program / 26 Kegiatan

a. Manajemen Perubahan

b. Penataan Peraturan Perundang-undangan c. Penataan dan Penguatan Organisasi d. Penataan Tatalaksana

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur f. Penguatan Pengawasan

g. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. D. Agenda Prioritas.

1. Peningkatan Pelayanan Infrasturktur Ditjen. Bina Marga a. Pelaksanaan Quick Win Ditjen. Bina Marga tahun 2012

b. Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan Infrastruktur Ditjen. Bina Marga tahun 2011 – 2014

2. Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi Ditjen. Bina Marga

a. Pembangunan Database Pegawai b. Meningkatkan Kualitas LAKIP

c. Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan d. Penerapan Tunjangan Kinerja

3. Pengembangan Upaya Pemberantasan Korupsi a. Peningkatan Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi b. Pelaksanaan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

c. Penguatan Pengawasan Internal E. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan.

1. Tahun 2011 : Persiapan a. Persiapan Quick Win

b. Penyusunan Strategi Manajemen Perubahan c. Peyusunanan Manajemen Kinerja

2. Tahun 2012 : Pelaksanaan a. Pelaksanaan Quick Win

b. Pelaksanaan 9 Program/26 Kegiatan

(5)

5 a. Lanjutan Pelaksanaan 9 Program/26 Kegiatan

b. Lanjutan Monitoring dan Evaluasi 9 Program/26 Kegiatan F. Penanggungjawab Pelaksanaan.

1. Tim Ditjen. Bina Marga 2. Tim Pelaksana Satminkal 3. Tim Manajemen Perubahan G. RencanaAnggaran.

1. Rencana Tahun 2011 2. Rencana Tahun 2012 3. Rencana Tahun 2013 4. Rencana Tahun 2014 BAB III PENUTUP DAFTAR ISTILAH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

A. Lampiran Pencapaian Program/Kegiatan s.d. Tahun 2010 B. Lampiran Evaluasi Kinerja Organisasi Tahun 2010

C. Lampiran Quick Win D. Lampiran 26 Kegiatan E. Lampiran Job Grading

(6)

6

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. GAMBARAN KONDISI SAAT INI

Gambarkan kondisi terkait dengan reformasi birokrasi saat ini akan diawali dengan menunjukkan komitmen Direktorat Jenderal Bina Marga pada proses reformasi birokrasi. Informasi spesifik tentang peran Direktorat Jenderal Bina Marga akan memberikan pemahaman tentang Bina Marga secara proporsional. Penggambaran kondisi saat ini didekati pada tingkatan sasaran reformasi birokrasi, pendekatan ini akan memberi fokus yang kuat pada perwujudan tiga sasaran reformasi birokrasi. Ketiga sasaran tersebut adalah terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Selain gambaran kondisi saat ini yang didekati berdasarkan tingkatan sasaran, untuk memberikan gambaran menyeluruh kondisi saat ini dilengkapi dengan informasi berbagai kegiatan Direktorat Jenderal Bina Marga yang status capaiannya dievaluasi menurut program/kegiatan reformasi birokrasi dengan tingkatan program/kegiatan yang sudah, sedang, dan belum dilaksananakan.

1. Komitmen dan Peran Direktorat Jenderal Bina Marga

Road Map Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal Bina Marga 2010- 2014 disusun sebagai

wujud komitmen melaksanakan proses reformasi birokrasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan

Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 –

2025, bahwa pada tahun 2011 seluruh kementerian dan lembaga telah memiliki komitmen dalam melaksanakan proses reformasi. Reformasi Birokrasi mempunyai visi “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis.

Sejalan dengan visi reformasi tersebut, Direktorat Jenderal Bina Marga dalam upaya mencapai visinya, yaitu “Terwujudnya sistem jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan di seluruh wilayah nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial” akan mewujudkan melalui ukuran tingkat pelayanan jaringan

jalan. UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yang dimandatkan secara tegas kepada

kementerian PU/Direktorat Jenderal Bina Marga untuk mewujudkan pembangunan

infrastruktur Jalan dan Jembatan yang berperan untuk mendukung lalu-lintas barang dan manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah.

Dalam upaya mewujudkan tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur bidang Bina Marga yang semakin mencukupi dan berkualitas, antara lain telah dirumuskan strategi penataan aparatur yang searah dengan Rencana Strategis Kementerian PU 2010-2014 yang mencakup pengembangan institusi, pembenahan regulasi, dan pengembangan SDM. Strategi tersebut dijalankan dalam rangka reformasi birokrasi mengingat, belum optimalnya kualitas pelayanan publik; perlunya peningkatan efisiensi, efektivitas, serta produktivitas;

(7)

7 akuntabilitas; rendahnya disiplin dan etos kerja pegawai; adanya tumpang tindih regulasi; adanya tumpang tindih fungsi unit kerja; dan perlunya penigkatan kinerja organisasi secara keseluruhan.

2. Kondisi Pelayanan Direktorat Jenderal Bina Marga

Sesuai Perpres Nomor 81 tahun 2010, dinyatakan bahwa “ Pemerintah belum dapat menyediakan pelayanan publik sesuai tantangan yang dihadapi, yaitu perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan persaingan global yang semakin ketat”.

Lebih lanjut, dinyatakan juga dalam Perpres “Dalam hal kemudahan berusaha (doing

busness), menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat memberikan pelayanan yang baik

bagi para investor yang berbisnis atau akan berbisnis di Indonesia”.

Dalam upaya memberikan pelayanan kementerian PU telah menerbitkan Kepmen Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM tersebut diterbitkan sebagai acuan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan program untuk mencapai target SPM. Selain itu juga telah diterbitkan SPM tentang Jalan Tol dengan Permen Nomor: 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol. Dengan berbagai program dan kegiatan yang ada, pada saat ini tingkat pelayanan bidang Bina Marga masih belum Optimal, antara lain masih adanya isu-isu nasional tentang kualitas hasil kondisi jalan nasional. Belum optimalnya pelayanan

tersebut disebabkan utamanya masih minimnya berbagai standar pelayanan infrastruktur Bina Marga yang diturunkan dari Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Bina Marga, misalnya antara lain SPM tentang Jalan Nasional

Mantap.

3. Kondisi Upaya Pemberantasan KKN

Mengacu kondisi saat ini sesuai Perpres nomor 81 tahun 2010 di atas, data Transparency

International menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia masih rendah (2,8 dari 10).

Demikian pula hasil survei KPK tahun 2009 menunjukkan kualitas pelayanan publik

Indonesia baru mencapai skor 6,64 dari skala 10. Demikian pula data dari World Economic

Forum (WEF) 2010-2011, menunjukkan bahwa korupsi yang menjadi penghambat ke-dua

kemudahan berusaha pada tahun 2010-2011 mempunyai skor 16 terhadap 30 atau pada rasio 0,53. Dibandingkan tahun 2019-2010 dimana korupsi menjadi faktor penghambat ke-empat dengan skor 8,7 terhadap 30 atau 0,29. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari kedua data tersebut adalah bahwa pada tahun 2010-2011 menurut WEF adalah bahwa korupsi di Indonesia dalam kaitan kemudahan berusaha semakin memburuk. Memperhatikan perkembangan kondisi korupsi tersebut, menjadi perhatian serius Direktorat Jenderal Bina Marga, sebagai pengguna dana APBN terbesar di Kementerian PU. Sebagai tindak lanjut Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, kementerian menerbitkan Permen PU Nomor 21/PRT/M/2008 tentang Pedoman Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK), kementerian mempunyai program untuk menghilangkan kebocoran dan keborosan, menjaga mutu hasil pekerjaan konstruksi sesuai

(8)

8 persyaratan, serta mencegah terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan kerugian negara dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih. Tidak hanya disitu, pada tahun ini kementerian telah mengikuti program KPK, yaitu Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK). Sangat mendasar dan sesuai dengan jiwa reformasi birokrasi, keikutsertaan pada program PIAK menunjukkan keterbukaan kementerian untuk diukur oleh pihak eksternal, karena PIAK bertujuan mengukur: “ Apakah kementerian PU telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif dalam mencegah dan mengurangi korupsi di lingkungannya? ”. Selain itu Kementerian PU juga telah menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan menerbitkan Instruksi Menteri PU Nomor 02/IN/M/2011 tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Juga menjadi perhatian serius kementerian bahwa sejak tahun 2008 sampai saat ini KPK masih melakukan kajian dan pemantauan terhadap sistem penyelenggaraan jalan nasional kepada Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) yang selalu menjadi pengguna anggaran terbesar di kementerian PU, dengan anggaran pada tahun 2011 mencapai Rp. 29,83 trilyun. Langkah KPK memilih Bina Marga dengan tujuan:

a. Mengetahui sistem penyelenggaraan jalan Nasional yang dilakukan oleh DJBM dan mengidentifikasi kelemahan pada sistem penyelenggaraan jalan nasional yang menyebabkan tidak efektif dan efisiennya penyelenggaraan jalan nasional dan berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi;

b. Memberikan saran perbaikan pada sistem penyelenggaraan jalan nasional untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi;

c. Mendorong dilakukannya reformasi birokrasi DJBM.

4. Kondisi Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi

Laporan keuangan Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 2009 mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), setelah selama empat tahun berturut-turut Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) menolak memberikan opini (disclaimer). Kondisi tersebut menjadi perhatian

Direktorat Jenderal Bina Marga untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Gambaran kapasitas kinerja birokrasi antara lain diperoleh dari hasil evaluasi kinerja birokrasi yang dilakukan sesuai Permenpan Nomor : PER/19/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah. Hasil evaluasi menunjukkan tiga aspek organisasi perlu mendapat perhatian adalah Manajemen Proses, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), serta Pengukuran, analisis, dan manajemen informasi kinerja.

Manajemen Proses, menunjukkan bahwa ketersediaan SOP, ketersediaan SPM, dan

manajemen pemberian pelayanan menjadi masih lemah. Kondisi tersebut terkait dengan masih terbatasnya ketersediaan SOP dsn SPM, utamanya SPM yang menjadi tanggung jawab langsung atau dikerjakan sendiri Direktorat Jenderal Bina Marga.

Manajemen SDM, mencakup perencanaan pegawai, rekruitmen pegawai, penempatan

pegawai, pendidikan dan pelatihan, pengembangan karier pegawai, dan sistem reward and

punishment masih lemah. Kondisi tersebut memberi tanda bahwa perlu dikelolah dengan

baik, karena masih besar potensi SDM aparatur PU untuk ditingkatkan profesionalisme dan integritasnya.

(9)

9 Sistem Informasi masih rendah dengan indikatornya, manajemen dan teknologi informasi, serta penyajian dan komunikasi teknologi informasi. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa sistem informasi belum memberikan sumbangan yang efektif bagi peningkatan kinerja organisasi. Sistim informasi masih terbatas dan belum terstruktur indikatornya belum mencakup berbagai indikator kepemimpinan, perencanaan kinerja, organisasi, SDM, anggaran, dan manajemen proses. Demikian pula dalam manajemen dan teknologi informasi kerterandalan data kinerja dan pemeliharaan sistem informasi dianggap lemah. Yang terakhir cara penyajian dan pengkomunikasiannya informasi kinerja masih terkendala pada penyampaiannya, kualitasnya, pemanfaatannya, dan integrasinya.

5. Capaian Program/Kegiatan Reformasi Birokrasi Ditjen. Bina Marga Saat ini. Penilaian capaian program/kegiatan reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Bina Marga akan menjadi titik awal pelaksanaan reformasi. Penilaian dinyatakan dalam status akhir dari dokumen yaitu:

a. Warna Hijau berarti program dan kegiatan yang dinilai sudah selesai dilaksanakan , dengan hasil yang sesuai dengan yang dimandatkan dalam program dan kegiatan refprmasi birokrasi.

b. Warna Kuning berarti program dan kegiatan yang dinilai masih berlangsung atau sedang dilaksanakan.

c. Warna Merah berarti bahwa program dan kegiatan yang dinilai belum atau akan dilaksanakan.

Hasil status sebagaimana diuraian diatas adalah:

Kesimpulan hasil penilaian adalah 8 program berstatus Kuning dan 1 program berstatus Merah (Program Monnitoring dan Evaluasi Reformasi Birokrasi). Sedangkan pada tingkatan kegiatan 3 kegiatan berstatus Hijau ( A.1. Pembentukan Tim Manajemen Perubahan; C.1. Restrukturisasi/Penatan Tugas dan fungsi kementerian; dan G.3. Penyusunan Indikator Kinerja Utama). Status Kuning sejumlah 20 kegiatan. Status Merah 3 kegiatan ( I.1. Monitoring, I.2. Evaluasi, dan I.3. Evaluasi Menyeluruh). Kondisi status secara keseluruhan memberikan gambaran bahwa keberhasilan reformasi birokrasi akan membawa dampak yang signifikan kepada peningkatan kinerja organisasi dan Individu. Melalui perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring serta evaluasi yang berkualitas terhadap 9 program dan 26 kegiatan reformasi birokrasi akan dicapai status Hijau yang optimal sesuai perencanaan. Status rinci disampaikan di bawah ini.

a. Program Manajemen Perubahan, Kuning:

i. Pembentukan tim manajemen perubahan, Hijau.

ii. Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi, Kuning.

iii. Sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi,

Kuning.

b. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan, Kuning:

i. Penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang diterbitkan kementerian,

(10)

10

c. Program Penguatan dan Panataan Organisasi. Kuning:

i. Restrukturisasi/penataan tugas dan fungsi unit kerja kementerian, Hijau.

ii. Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepegawaian, dan diklat, Kuning.

d. Penataan Tatalaksana , Kuning:

i. Penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, Kuning.

ii. Pembangunan atau pengembangan e-government, Kuning.

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur , Kuning:

i. Penataan sistem rekrutmen pegawai, Kuning.

ii. Analisis jabatan, Kuning. iii. Evaluasi jabatan, Kuning.

iv. Penyusunan standar kompetensi jabatan, Kuning.

v. Asesmen individu berdasarkan kompetensi, Kuning.

vi. Penerapan sistem penilaian kinerja individu, Kuning.

vii. Pembangunan/pengembangan database pegawai, Kuning.

viii. Pengembangan pendidikan dan pelatihan, Kuning.

f. Penguatan Pengawasan, Kuning.:

i. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Kuning.

ii. Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality

assurer dan konsultan, Kuning.

g. Penguatan Akuntabilitas, Kuning :

i. Penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, Kuning.

ii. Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi, Kuning.

iii. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU), Hijau.

h. Peningkatan Pelayanan Publik , Kuning:

i. Penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing kementerian, Kuning.

ii. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik, Kuning.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan, Merah:

i. Monitoring setiap triwulan ( B03, B06, B09, B12), Merah.

ii. Evaluasi dilakukan setiap tahun (B13 dari kegiatan), Merah.

iii. Evaluasi menyeluruh 2014 ( B07-B12 tahun 2014), Merah.

B. KONDISI YANG DIHARAPKAN

Penggambaran kondisi yang diharapkan sebagaimana kondisi yang ada di atas didekati pada tingkatan sasaran. Acuan harapan atau keinginan pada tahun 2014 adalah sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi 2010-2014. Kondisi yang diharapkan atau diinginkan pada tahun 2014 adalah mencapai penguatan dalam beberapa hal ketiga sasaran reformasi birokrasi yang telah diuraikan di atas. Penguatan dilakukan dengan mewujudkan enam target indikator keberhasilan reformasi birokrasi untuk tahun 2014, yang tertera pada tabel di bawah.

(11)

11 Untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan reformasi birokrasi tahun 2010-2014, ditetapkan agenda prioritas berdasarkan kondisi obyektif yang berkembang, maka urgensi sasaran yang hendak dicapai mengikuti prioritas berikut.

Prioritas pertama adalah terwujudnya “Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik”.

Pada dasarnya Direktorat Jenderal Bina Marga sebagai bagian dari kementerian PU dituntut melaksanakan perannya yang lebih berorientasi ke pelayanan publik yang semakin baik. Prioritas pertama juga berdasarkan fakta bahwa masyarakat sangat menginginkan adanya jalan yang kondisinya baik, kapasitasnya cukup yang akan membuat pergerakan mereka dalam melakukan aktivitasnya memberi kepastian waktu yang rasional dan biaya yang terjangkau.

Prioritas Ke-dua adalah terwujudnya sasaran “Peningkatan Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi”. Memahami kondisi obyektif mayoritas para pegawai

negeri sipil yang menginginkan lingkungan kerja yang menumbuh kembangkan profesionalisme SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi, transparan, dan mampu mendorong mobilitas aparatur antardaerah, antarpusat, dan antar pusat dengan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan.

Prioritas ke-tiga adalah terwujudnya sasaran “Birokrasi Yang Bersih dan Bebas KKN”. Sasaran ke-tiga ini penting, tetapi memerlukan pra-kondisi yang akan membuat

sasaran ini berhasil dicapai secara optimal. Pra-kondisi tersebut adalah

menumbuhkembangkan secepatnya budaya aparatur yang berorientasi melayani masyarakat dan mewujudkan secepatnya iklim kerja yang kondisif di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga. Menempatkan sasaran Birokrasi Yang Bersih dan Bebas KKN sebagai prioritas ke-tiga merupakan strategi yang efektif untuk mendukung pencapaian Visi Reformasi Birokrasi.

(12)

12 Berdasarakan agenda prioritas di atas, maka kondisi yang diharapkan juga disusun berdarkan prioritas yang ditetapkan.

1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Bidang PU.

Gambaran kondisi saat ini yang telah uraikan di atas bahwa belum optimalnya

pelayanan tersebut disebabkan utamanya oleh masih minimnya standar pelayanan yang diturunkan dari Indikator Kinerja Utama. Oleh karena itu, fokus

peningkatan pelayanan menuju tahun 2014 utamanya adalah mengembangkan standar pelayanan bidang Bina Marga dan penerapannya. Dengan fokus tersebut, peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur Bina Marga direncanakan secara bertahap berdasarkan prioritas yang memperhatikan persepsi pemangku kepentingan utama dan dengan mempertimbangkan kesiapan sumber daya.

Peningkatan pelayanan yang sifatnya mendesak (tahun 2012) ditujukan untuk

merespons burning issues yang dengan mudah diikuti di berbagai media yang kredible.

Termasuk kelompok burning issues adalah ketidakpuasan pemangku kepentingan utama

Bina Marga terhadap kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU). Contoh, antara lain kerusakan berat jalan Pantura Jawa di ruas Pati-Kudus pada awal tahun 2011. Peningkatan pelayanan

mendesak ini dilakukan dengan mekanisme Quick Win, yaitu program yang dilakukan

diawal, sesuai harapan pemangku kepentigan utama, dapat diselesaikan kurang dari 12 bulan, mudah terlihat dan manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh pemangku kepentingan, memicu area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi, dan memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan kualitas produk utama Direktorat Jenderal Bina Marga.

Quick Win dapat berupa pelayanan infrastuktur yaitu penerapan standar pelayanan

preservasi jalan terukur yang direncanakan untuk menjawab masalah jalan nasional

Pantura Jawa.

Dalam peningkatan pelayanan jangka pendek (tahun 2012) melalui Quick Win Direktorat Jenderal Bina Marga adalah :

Pengananan Preservasi Jalan Terukur di Jalan Nasional Pantura Jawa ruas Cikampek-Semarang.

Peningkatan Pelayanan dalam jangka menengah (tahun 2014)ditujukan untuk

meningkatkan capaian IKU kementerian melalui kegiatan penerapan 60% standar pelayanan bidang Bina Marga mencakup kinerja pelayanan fisik dan non fisik. Untuk itu skenario peningkatan pelayanan dilakukan dengan tahapan berikut:

a. Tahun 2011, penyiapan dan penetapan Standar Pelayanan untuk melaksanakan Quick

Win dan pemetaan kebutuhan standar pelayanan infrastruktur Bina Marga.

b. Tahun 2012, penerapan standar pelayanan untuk Quick Win dan penetapan 30%

(13)

13 c. Tahun 2013, penerapan 30% standar pelayanan yang telah ditetapkan di tahun 2012 dan penetapan standar pelayanan infrastruktur Bina Marga sudah mencapai 60% (kumulatif);

d. Tahun 2014, penerapan 60% standar pelayanan yang telah ditetapkan di tahun 2012 dan 2013 serta penetapan standar pelayanan infrastruktur Bina Marga sudah mencapai 100% (kumulatif).

Masih dalam target tahun 2014, dalam rangka peningkatan pelayanan Jangka panjang bidang Bina Marga, upaya meningkatkan akuntabilitas outcome Direktorat Jenderal Bina Marga yang bersifat lintas sektor, difokuskan pada upaya mendorong ditetapkannya berbagai peraturan perundangan yang mengatur integrasi, sinkronisasi, dan keterpaduan manajemen kinerja kluster yang mempengaruhi kinerja IKU Direktorat Jenderal Bina Marga. Kluster yang dimaksud adalah kluster keandalan lalu lintas angkutan jalan.

2. Pengembangan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi

Pengembangan database pegawai dalam jangka panjang ditujukan untuk membangun Sistem informasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mendukung pengambilan keputusan untuk mendayagunakan SDM secara optimal. Data SDM yang terkumpul dikembangkan menjadi informasi SDM, selanjutnya menjadi pengetahuan tentang SDM, dan akhirnya menjadi SDM Intelligence Information System yang berfungsi sebagai decision

support system. Data base bukan sekedar pengumpul data administratif kepegawaian

seperti daftar riwayat hidup, daftar urutan kepangkatan dan lainnya, namun harus mencakup semua elemen-elemen manajemen SDM yang terkelompok dalam Penilaian Kinerja Pegawai, Pengembangan Karir Pegawai, Asesmen Kompetensi Individu, Rekrutmen dan Seleksi, serta Pendidikan dan Pelatihan.

Pengembangan database pegawai memerlukan waktu jangka panjang dan memerlukan

prioritas sesuai dengan dinamika organisasi. Dalam road map reformasi birokrasi 2010-2014

yang menjadi prioritas Direktorat Jenderal Bina Marga adalah pengembangan manajemen kinerja organisasi dan individu. Manajemen kinerja tersebut sebagai langkah awal untuk mengukur capaian program/kegiatan reformasi yang direncanakan. Adanya ukuran capaian menjadi masukan proses selanjutnya untuk meningkatkan kinerja reformasi birokrasi secara berkelanjutan. Selain itu, adanya penilaian kinerja individu juga sangat dibutuhkan karena akan segera diterapkannya tunjangan kinerja pegawai. Penilaian tersebut sebagai alat

untuk menerapkan reward and punishment dengan efektif. Berdasarkan hasil evaluasi

kinerja organisasi diperoleh prioritas selanjutnya adalah pengembangan elemen Asesmen Kompetensi Individu, kemudian elemen Pendidikan dan Pelatihan, dan akhirnya elemen Pengembangan Karir. Pada saat ini elemen Rekrutmen Pegawai yang sudah lebih maju akan terus dikembangkan sehingga memenuhi lebih baik harapan dari pemangku kepentigannnya.

Urutan prioritas tersebut di atas masih bersifat permulaan. Direktorat Jenderal Bina Marga

(14)

14 tidak sampai tahun 2025, dalam rangka mendukung terwujudnya profesionalisme SDM aparatur sebagai kondisi yang diinginkan reformasi birokrasi pada tahun 2014. Tercapainya kualifikasi SDM aparatur yang profesional tersebut, maka SDM aparatur Bina Marga akan mampu memberikan konstribusi nyata pada pencapaian kinerja tinggi pada tingkat kementerian PU, yang akan berdampak pada kinerja pemerintahan serta pembangunan nasional dan daerah.

Masalah akuntabilitas kinerja terkait dengan masalah perencanaan dan pengukuran kinerjanya. Adanya IKU yang diturunkan dari standar kinerja organisasi serta adanya penilaian kinerja pegawai yang diawali dengan analisa jabatan, maka akan terukur pencapaian kinerja baik secara organisasi maupun secara individu. Pencapaian kinerja tersebut merupakan umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi bagi perbaikan kinerja secara menyeluruh. Dalam reformasi birokrasi yang direncanakan akan dimulai pada tahun 2012, kondisi yang diinginkan adalah:

a. Tahun 2011, membangun manajemen kinerja untuk Quick Win.

b. Tahun 2012, menerapkan manajemen kinerja pada kegiatan yang mempunyai Quick

Win.

c. Tahun 2012-2013, Membangun manajemen Kinerja.

d. Tahun 2013, menerapkan manajemen kinerja secara menyeluruh pada balai, kasatker dan PPK .

e. Tahun 2014, menerapkan manajemen kinerja untuk kantor pusat.

Selain pembangunan database SDM-PU dan Manajemen Kinerja, peningkatan kualitas

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan laporan keuangan menjadi penting karena menjadi dua indikator dari enam indikator keberhasilan reformasi birokrasi tahun 2014. Dalam rangka sasaran terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN target opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) harus dicapai seluruh Kementerian / lembaga pada tahun 2014. Direktorat Jenderal Bina Marga mendukung Kementerian PU dalam menetapkan target WTP terhadap laporan keuangan tahun 2012 dan mempertahankannya sampai tahun 2014. Sedangkan untuk sasaran meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, termasuk mendukug kementerian PU menetapkan target nilai LAKIP B pada tahun 2012 dan 2013 dan meningkat menjadi A pada tahun 2014.

Dalam proses reformasi birokrasi sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan kualitas pelayanan publik, birokrasi yang bersih dan bebas KKN, peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, dan birokrasi yang sejahtera. Dalam mendukung sasaran tersebut, terutama sasaran keempat pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk memberikan tunjangan kinerja. Tunjangan kinerja dikaitkan dengan kinerja pelaksanan IKU dan berdasarkan pemeringkatan jabatan (job grading). Artinya semakin tinggi peringkat jabatan akan semakin tinggi tunjangan kinerjanya. Rencana penerapan tunjangan kinerja yang diusulkan adalah mengikui tahapan pada alternatif 1, dengan kondisi minimal sesuai alternatif 2.

(15)

15 i. Tahun 2012, 70% tunjangan kinerja maksimal.

ii. Tahun 2013, 85% tunjangan kinerja maksimal. iii. Tahun 2014, 100% tunjangan kinerja maksimal. b. ALTERNATIF 2

i. Tahun 2012, 50% tunjangan kinerja maksimal. ii. Tahun 2013, 75% tunjangan kinerja maksimal. iii. Tahun 2014, 100% tunjangan kinerja maksimal.

Pengusulan menurut alternatif 1 berdasarkan pertimbangan beban tugas dari Direktorat Jenderal Bina Marga yang cukup berat sebagai pengguna dana APBN terbesar dari total anggaran kementerian PU sebagai penyedia infrastruktur jalan, yang berperan strategis pada perkembangan perekonomian Indonesia.

3. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan KKN

Setelah mengoperasionalkan WBK di tahun 2008 dan mengikuti PIAK di tahun 2011 serta adanya fakta “perhatian khusus KPK” terhadap sistem penyelenggaraan jalan nasional,

dalam road map reformasi birokrasi 2010-2014 kementerian PU akan mewujudkan

peningkatan kepatuhan penyelenggaraan infrastruktur yang bebas KKN, melalui kegiatan penguatan pengawasan yang meliputi penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan peningkatan peran Aparat Pengendalian Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality assurer dan sebagai konsultan.

SPIP dilakukan dengan menerapkan berbagai prosedur dan peningkatan kualitas pejabat dan pegawai pengelolaan keuangan. Prosedur-prosedur penerapan unsur SPIP tersebut mencakup : Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi

dan Komunikasi, Pemantauan Pengendalian Intern. Peningkatan peran APIP sebagai quality

assurer dan peran sebagai konsultan dilakukan dengan cara:

a. Penerapan Risk Base Internal Audit (RBIA) pada pelaksanaan audit. b. Penyempurnaan kode etik auditor.

c. Pengelolaan pengaduan masyarakat dan penerapan whistle blower system.

d. Pendampingan penyusnan Laporan Keuangan termasuk Barang Milik Negara (BMN). e. Penyusunan dan kaji ulang peraturan menteri yang terkait SPIP.

Upaya tersebut di atas merupakan langkah-langkah nyata dalam pencegahan terjadinya KKN di kementerian PU.

C. PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN

Penggambaran kondisi Direktorat Jenderal Bina Marga saat ini dan kondisi yang diharapkan pada tingkatan sasaran selanjutnya dijabarkan dalam tingkat program yang dirinci menurut kegiatan. Status capaian Secara lengkap 9 program reformasi birokrasi dan 27 kegiatan reformasi birokrasi. Untuk kementerian hanya hanya mempunyai 26 kegiatan, karena

kegiatan H.2. “Penerapan SPM pada Kabupaten/Kota” tidak berlaku bagi kementerian/lembaga sesuai ketentuan Permen PAN dan RB No: 8 Tahun 2011 tentang

(16)

16

Pedoman Penilaian Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi

Kementerian/Lembaga, halaman 19.

Informasi setiap kegiatan disajikan dalam tiga kelompok yaitu:

1. Rencana Umum sebagai kelompok pertama berisi informasi aktivitas, indikator keberhasilan (output dan outcme), dan agendanya.

2. Kondisi Yang Ingin Dicapai sebagai kelompok ke-dua berisi informasi tentang: sasaran perubahan, kondisi yang ingin dicapai per-tahun, indikator pencapaian, dan target kondisi 2014.

3. Rencana Aksi Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi sebagai kelompok ke-tiga berisi informasi Pembangunan Sistem, Implementasi, serta Monitoring dan Evaluasi. Masing-masing informasi mempunyai rincian tentang Hasil Yang Diharapkan; Penanggungjawab; Waktu; Agenda; Hal Yang Diperlukan:; dan Estimasi Anggaran.

Catatan: rencana Aksi Program dan kegiatan sebanyak 26 dibuat satu Konsolidasi

Rencana Aksi Program/Kegiatan untuk melihat hubungan antar program/kegiatan dan menganalisa proporsionalitasnya.

1. Program dan Kegiatan.

a. Program Manajemen Perubahan, mempunyai tiga kegiatan berikut ( Tabel ..., hal...):

i. Pembentukan tim manajemen perubahan

ii. Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi.

iii. Sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi.

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan ( tabel ..., hal....):

i. Penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang diterbitkan kementerian.

c. Program Penguatan dan Panataan Organisasi (tabel ..., hal ...):

i. Restrukturisasi/penataan tugas dan fungsi unit kerja kementerian.

ii. Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepegawaian, dan diklat.

d. Penataan Tatalaksana (tabel ..., hal...):

i. Penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi.

ii. Pembangunan atau pengembangan e-government.

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur (tabel..., hal...):

i. Penataan sistem rekrutmen pegawai.

ii. Analisis jabatan. iii. Evaluasi jabatan.

iv. Penyusunan standar kompetensi jabatan.

v. Asesmen individu berdasarkan kompetensi.

vi. Penerapan sistem penilaian kinerja individu.

vii. Pembangunan/pengembangan database pegawai.

(17)

17

iv. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

v. Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality

assurer dan konsultan.

g. Penguatan Akuntabilitas (tabel ..., hal... ):

i. Penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

ii. Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi.

iii. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU).

h. Peningkatan Pelayanan Publik (tabel..., hal...):

i. Penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing kementerian.

ii. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (tabel...., hal ....):

i. Monitoring setiap triwulan ( B03, B06, B09, B12). ii. Evaluasi dilakukan setiap tahun (B13 dari kegiatan).

iii. Evaluasi menyeluruh 2014 ( B07-B12 tahun 2014).

2. Anggaran.

Untuk melaksanakan seluruh program/kegiatan reformasi birokrasi kementerian PU diperlukan anggaran untuk melaksanakan 26 kegiatan dan menyediakan tunjangan kinerja. Estimasi anggaran untuk melaksanakan 26 kegiatan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 adalah Rp. ... milyar, dengan rencana alokasi per-tahun adalah:

a. Tahun 2011 sebesar Rp...

b. Tahun 2012 sebesar Rp...

c. Tahun 2013 sebesar Rp...

d. Tahun 2014 sebesar Rp...

Sedangkan untuk kebutuhan penyediaan tunjangan kinerja sesuai alternatif yang diusulkan adalah:

a. Tahun 2012, 70% tunjangan kinerja maksimal sebesar Rp. 903,029 milyar. b. Tahun 2013, 85% tunjangan kinerja maksimal sebesar Rp. 1.096,54 milyar. c. Tahun 2014, 100% tunjangan kinera maksimal sebesar Rp. 1.290,04 milyar.

(18)

18 Rincian alternatif 1 penyediaan anggran untuk tunjangan kinerja adalah:

D. RENCANA PENGHEMATAN YANG DIHARAPKAN

Dengan tercapainya ketiga sasaran reformasi birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih dan bebas KKN, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan peningkatan kapasitas dan akuntabililitas kinerja birokrasi banyak penghematan yang akan diperoleh.

Birokrasi bersih dan bebas KKN akan memperkecil kebocoran dan keborosan sumber daya untuk melaksanakan tugas dan fungsi kementerian. Sedangkan peningkatan kualitas pelayanan publik akan memberikan kepastian baik dari segi biaya maupun waktu, utamanya bagi para pemangku kepentingan. Sedangkan peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi akan memberikan penghematan sumber daya yang digunakan birokrasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perbaikan Indikator Kinerja Utama dan penyempurnaan tatalaksana juga akan memberikan penghematan dalam bentuk peningkatan pelayanan berupa singkatnya waktu pelayanan bahkan biaya pelayanan yang lebih murah.

Pengukuran penghematan yang diharapkan akan merupakan suatu kegiatan tersendiri, dan akan diprogramkan Direktorat Jenderal Bina Marga untuk mengukur manfaat pelaksanaan reformasi birokrasi. Pembangunan model akan dilakukan di tahun 2012-2013 sebagai bagian dari pembangunan manajemen kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga. Adapun penghematan yang akan dievaluasi adalah:

1. Penghematan bagi para pemangku kepentingan, berupa penghematan waktu, biaya. 2. Penghematan bagi Direktorat Jenderal Bina Marga, berupa penghematan waktu, dana.

(19)

19

E. RENCANA WAKTU PELAKSANAAN

Secara garis besar rencana waktu pelaksanaan reformasi birokrasi akan dibagi menjadi: 1. Tahun 2011, Persiapan Pelaksanaan terdiri dari:

a. Pembuatan Dokumen Road Map Reformasi Birokrasi.

b. Persiapan Quick Win.

c. Penyusunan Strategi Manajemen Perubahan. d. Penyiapan Job Grading.

e. Internalisasi dan Sosialisasi Reformasi Birokrasi.

2. Tahun 2012, pelaksanaan Quick Win Bina Marga dan pelaksanaan kegiatan reformasi lainnya yang tidak mempunya quick win.

3. Tahun 2013 dan 2014, lanjutan pelaksanaan 26 kegiatan reformasi birokrasi.

F. KRITERIA KEBERHASILAN

Untuk menilai keberhasilan reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Bina Marga secara internal akan ditinjau dari keberhasilan jangka pendek, yaitu keberhasilan di tahun 2012 dan keberhasilan jangka menengah yaitu pada tahun 2013 dan 2014. Kedua penilaian jangka pendek dan jangka menengah akan memetakan kontribusi keberhasilan reformasi birokrasi Bina Marga dalam mendukung tiga sasaran dan enam indikator keberhasilan reformasi birokrasi kementerian PU.

1. Dukungan Direktorat Jenderal Bina Marga terhadap keberhasilan

mewujudkan sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi kementerian PU.

Sasaran mewujudkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN pada tahun 2014 diukur melalui dua indikator keberhasilan. Indikator pertama adalah membaiknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yaitu dari base line tahun 2009 sebesar 2,8 menjadi 5,0 pada tahun 2004. Untuk mendukung indikator tersebut, kementerian PU melakukan kegiatan peningkatan operasionalisasi WBK , mengikuti program PIAK-KPK, dan melakukan penguatan pengawasan internal. Keberhasilan ketiga kegiatan tersebut menunjukkan keberhasilan kementerian mendukung sasaran dan indikator di atas.

Indikator kedua dalam rangka sasaran mewujudkan birokrasi bersih dan bebas KKN adalah Opini BPK dengan target pada tahun 2014 semua instansi pusat telah mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kementerian PU pada tahun 2010 telah mendapat nilai Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Program kementerian PU mengenai Opini BPK menetapkan target laporan keuangan tahun 2012 untuk mendapat predikat WTP. Target yang optimis tersebut akan mendukung sasaran reformasi birokrasi nasional dalam pencapaian 100% peringkat WTP pada tahun 2014 untuk kementerian dan lembaga pusat.

Sasaran kedua meningkatkan integritas pelayanan publik yaitu dari base line tahun 2009 sebesar 6,46 mejadi 8,0 pada tahun 2014. Dukungan terhadap sasaran ini adalah dengan

(20)

20 memprogramkan penetapan dan penerapan standar pelayanan dan target kinerja pelayanan yang diturunkan dari IKU kementerian PU. Pada tahun 2011 direncanakan dilakukan pemetaan standar pelayanan kementerian. Pada tahun yang sama akan ditetapkan standar pelayanan untuk melaksanakan quick win kementerian di tahun 2012. Pada tahun 2012 direncanakan telah ditetapkan 30% standar pelayanan, menjadi 60% pada tahun 2013, dan menjadi 100% pada tahun 2014. Program penerapan standar pelayanan pada tahun 2012 khusus untuk quick win. Pada tahun 2013 akan diterapkan 30% standar pelayanan, dan pada tahun 2014 mencapai 60% standar pelayanan yang diterapkan. Pada sasaran peringkat kemudahan berusaha kementerian PU akan meningkatkan kualitas pelayanan perijinan jasa konstruksi asing.

Dukungan kepada sasaran meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dilakukan melalui program-program terkait dengan SDM, Organisasi dan Tatalaksana yang menjadi fokus program reformasi birokrasi. Tersedianya kuantitas dan kualitas SDM sesuai dengan beban kerja menjadi kriteria keberhasilan. Demikian pula tersedianya secara lengkap dan diterapkannya tatalaksana dan SOP dengan baik akan membuat kinerja organisasi meningkat secara signifikan. Selain itu, peningkatan nilai LAKIP juga berarti meningkatnya akuntabilitas kementerian PU. Target pada tahun 2012 dan 2013 mendapat peringkat B, dan ditargetkan mendapat peringkat A pada tahun 2014.

2. Keberhasian jangka pendek tahun 2012, keberhasilan pelaksanaan quick win.

Keberhasilan mewujudkan rencana quick win Direktorat Jenderal Bina Marga pada tahun 2012 akan menjadi momentum strategis kelangsungan reformasi birokrasi Bina Marga.

Kegagalan quick win dapat menjadi awal kegagalan reformasi birokrasi Bina Marga.

Masyarakat dengan mudah mengatakan bahwa kementerian PU khususnya Direktorat Jenderal Bina Marga gagal melaksanakan reformasi, karena gagal quick win-nya. Oleh karena itu menjadi perhatian utama Bina Marga untuk merencanakan quick win secara matang dan sesuai harapan pemangku kepentingan utama, serta merencanakan secara

rasional sehingga memenuhi persyaratan bahwa rencana quick win implementable.

Quick win Direktorat Jenderal Bina Marga adalah penerapan standar Preservasi Jalan

Terukur dengan target penambalan lubang jalan maksimum lima hari di jalan Pantura Jawa ruas Cikampek-Semarang.

3. Keberhasilan jangka menengah, tahun 2013 dan 2014.

Keberhasilan pada tahun 2013 dan tahun 2014 diukur dari capaian Direktorat Jenderal Bina Marga terhadap 26 kegiatan reformasi yang direncanakan. Ukuran capaian kegiatan adalah realisasi rencana terhadap: Sasaran Perubahan, Kondisi yang ingin dicapai per-tahun, Target Kondisi tahun 2014. Pengukuran capaian sasaran menggunakan Indikator Pencapaian. Semua elemen penilaian keberhasilan dicantumkan pada Tabel..., pada halaman ....). Keberhasilan pada tingkatan program merupakan hasil penggabungan keberhasilan kegiatan di dalam programnya.

(21)

21

BAB I

PENDAHULUAN

a) Umum

Roadmap reformasi birokrasi Ditjen. Bina Marga 2010-2014 disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2015 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2101 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014. Penyusunan roadmap ini sebagai tindak lanjut ketentuan perpres di atas, bahwa pada tahun 2011, seluruh unit kerja ditargetkan telah memiliki komitmen dalam melaksanakan proses reformasi birokrasi.

Grand Design Reformasi Birokrasi ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi reformasi birokrasi “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, dengan pola pikir pencapaiannya seperti terlihat pada gambar 1. Visi tersebut adalah keputusan strategis birokrasi untuk memaksimalkan perannya guna mewujudkan visi pembangunan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Visi tersebut adalah “ Indonesia yang Maju Mandiri, Adil dan Makmur “. Untuk melaksanakan Grand Design 2010-2025 telah ditetapkan Roadmap Reformasi Birokrasi lima tahun pertama periode 2010 – 2014 dengan kondisi yang diinginkan pada tahun 2014 berupa penguatan empat hal sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

2. Kualitas pelayanan publik;

3. Kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi;

4. Profesionalisme SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi, transparan, dan mampu

mendorong mobilitas aparatur antarpusat, dan antara pusat dengan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan.

(22)

22 Ditjen. Bina Marga Umum berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dimandatkan secara tegas untuk mewujudkan pembangunan infrastuktur berbasiskan penataan ruang, yang mencakup pembangunan infrastruktur Jalan dan jembatan yang berperan untuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan manusia maupun pembentuk struktur ruang wilayah.

Peran infrastruktur Ditjen. Bina Marga sebagai pendorong perekonomian

nasional dan juga sebagai salah satu kekuatan untuk meningkatkan daya saing di dunia internasional akan makin meningkat kinerjanya bila reformasi birokrasi di Indonesia direncanakan, dilaksanakan, dimonitor dan dievaluasi serta diperbaiki secara profesional, berintegritas dan berkelanjutan.

b) Permasalahan Ditjen. Bina Marga

i) Permasalahan Umum

(1) Ditjen. Bina Marga Infrastruktur multisektor berciri outcome

lintas sektor

Infrastruktur jalan dan jembatan adalah merupakan hasil kegiatan sector / sub sektor sebagai derivasi dari sektor di atasnya. Dengan posisi tertentu tersebut (given position) memberikan ciri spesifik tugas dan fungsi Ditjen. Bina Marga yang bersifat multisektor. Konsekuensi sebagai Ditjen. Bina Marga multisektor tadi mewarnai outcome pelaksanaan misi, sasaran strategis dan indikator kegiatan utamanya. Posisi spesifik ini menuntut Ditjen. Bina Marga merumuskan outcome-nya secara tajam, agar terumuskan sistem akuntabilitas yang akuntabel.

Sub sektor jalan Sebagai unsur pembentuk struktur ruang, maka sub sistem jalan yang tepat adalah berbasiskan penataan ruang. Dengan basis tersebut berarti berbagai kegiatan yang ditimbulkan oleh interaksi kawasan budi daya yang berupa pergerakan arus barang dan orang, sebagian gerakan tersebut menjadi beban jaringan jalan. Bagaimana sebagian beban tersebut terjadi sangat tergantung dari sistem logistiknya (hubungan produsen – konsumen ) dan sistem transportasinya. Transportasi darat saat ini didominasi oleh tranportasi jalan raya, hamper90% gerakan tadi menggunakan jalan raya. Outcome jalan raya yang menjadi tanggungjawab Ditjen. Bina Marga merupakan fungsi dari kualitas output jalan, kondisi penggunaan dan pemanfaatan jalan serta kondisi penegakan aturan berlalulintas. Outcome tadi jelas bersifat lintas sektor, oleh karenanya reformasi dalam penyelenggaraan jalan akan tuntas bilamana merupakan bagian integral dari reformasi lalu lintas angkutan jalan raya.

(2) Pengguna Dana APBN tahun 2011 Terbesar.

Infrastruktur Ditjen. Bina Marga sebagaimana diuraikan di atas memerlukan pembiayaan yang besar. Untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur tersebut alokasi anggaran pembangunan tahun 2005 meningkat sebesar 376 % sampai saat ini. Besarnya kebutuhan pembiayaan sebanding dengan luas wilayah dan intensitas yang diperlukan untuk mendukung kepada sektor produksi dan distribusi barang serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

Sebagai penggguna anggaran dan sebagai penyelenggara infrastruktur strategis sebagaimana dijelaskan diatas, Ditjen. Bina Marga melaksanakan pengelolaan anggaran melalui proses perencanaan, implementasi, dan pertanggungjawaban dengan permasalahan- permasalahannya sebagai berikut:

(23)

23 tahun 2009. Sejak tahun 2010, telah dilakukan restrukturisasi program yang lebih beririentasi kepada output dan outcome. Bersamaan dengan restrukturisasi program telah pula diterapkan Medium Term Expenditure Frameworks (MTEF). Perhitungan anggaran cara ini memungkinkan dilakukan perhitungan anggaran berbasis outcome yang dinyatakan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Dengan demikian akan didapat hubungan yang jelas antara pembiayaan dengan IKU, program, kegiatan, output dan komponen kegiatan.

2. Audit internal maupun eksternal menunjukkan masih terjadinya kesalahan berulang antara lain meningkatnya pengelaran anggaran menjelang akhir tahun, masih terjadinya kelebihan pembayaran atas pekerjaan, ketidaksesuaian administratif pada pengeloalaan barang persediaan, kelemahan pencatatan aset, kesalahan memasukan mata anggaran yang seharusnya.

3. Dengan berlakunya performance based budgeting, belum dilakukan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh atas efektivitas anggaran untuk mencapai kinerja yang ditetapkan. Pada saat ini review Rencana Strategis Ditjen. Bina Marga telah dilakukan untuk memperjelas hubungan antara IKU dengan biaya yang dikeluarkan. Disamping itu masih diperlukan evaluasi atas kemanfaatan dan sinergi pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah.

Dengan memeperhatikan ketiga permasalahan di atas, dalam rangka reformasi birokrasi ini diperlukan beberapa perbaikan dan peningkatan kapasitas kelembagaan antara lain:

1. Menetapkan IKU yang sesuai dengan tugas dan fungsi untuk setiap satminkal dan menetapkan kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran kinerja;

2. Menyiapkan sistem untuk mengukur efisiensi dan efektivitas program dan kegiatan dalam mencapai sasaran IKU;

3. Meningkatkan konsistensi penyusunan program jangka menengah dan KPJM samapai tingkat Balai dan Satker untuk mendukung pencapaian efektivitas dan efisienasi pelaksanaan program dan anggaran.

4. Meningkatkan dan memperkuat struktur unit-unit yang memproses penyusunan, pengendalian dan pertanggungjawaban keuangan dan asset.

(3) Permasalahan Birokrasi

Menggaris bawahi penekanan Perpres nomor 81 Tahun 2010 di atas, bahwa birokrasi Indonesia menghadapai berbagai permasalahan utama birokrasi yang mencakup permasalahan organisasi, peraturan perundang- undangan, SDM Aparatur, kewenangan, pelayanan publik dan pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set). Berbagai permasalahan tersebut berdampak pada kemudahan berusaha (doing business). Internasional Finance Corporation (IFC) menyatakan bahwa : “Indonesia belum dapat memberikan pelayanan yang baik bagi para investor yang berbisnis atau akan berbisnis di Indonesia”. Data IFC pada tahun 2009 menetapkan Indonesia menempati peringkat doing business ke 122 dari 181 negara atau berada pada peringkat ke-6 dari 9 negara ASEAN. Pernyataan dari World Economic Forum (WEF) tentang “ the most probelmatic

(24)

24 factors for doing business “ baik di tahun 2009-2010 maupun tahun 2010-2011 menempatkan tidak efisiennya pemerintah menjadi persoalan pertama dalam kemudahan beruhahadari 15 persoalan yang harus ditangani.

Yang kemudian juga memerlukan perhatian serius, ternyata pada periode tersebut inefisiensi birokrasi pemerintah, tidak mencukupinya infrastruktur, dan Korupsi menjadi tiga besar persoalan utama kemudahan berusaha. Dengan posisi Ditjen. Bina Marga sebagai penerima alokasi APBN terbesar pada tahun 2011 sebagaimana diuraikan di atas dan sebagai salah satu pembangun infrastruktur utama di bidang ekonomi, maka mau tidak mau Ditjen. Bina Marga memegang peran sentral dalam upaya meningkatkan kemudahan usaha di Indonesia. Berbagai persoalan birokrasi Ditjen. Bina Marga yang akan diuraikan ditujukan memberikan arah strategis bagaimana reformasi birokrasi yang akan dilakukan oleh Ditjen. Bina Marga.

(a) Masalah Pelayanan Publik

Peraturan Menteri Negara PAN Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman Penigkatan Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat menegaskan: “ Good Governance menuntut siapapun yang berperan dan peran apapun yang dijalankan dalam penyelenggaraan kepemerintahan dituntut untuk lebih berorientasi ke pelayanan pubik yang semakin baik “. Pada era reformasi birokrasi ini good governance tidak lagi dipandang sebagai keharusan karena ada desakan dari lingkungan strategis tetapi sudah ditempatkan sebagai kebutuhan organisasi untuk mempertahankan keberadaanya. Tanpa melaksanakan prinsip good governance setiap organisasi dipastikan akan terancam keberadaan dan keberlanjutannya.

Orientasi pelayanan publik yang semakin baik adalah bertujuan pada terwujudnya pelayanan prima, yaitu “ Pelayanan terbaik yang diberikan sesuai standar pelayanan yangmemuaskandan sesuai denganharapan pemangku kepentingan atau melebihi harapan mereka “. Pelayanan publik selain memerlukan standar atau tolok ukur yang menjadi rujukan mutu pelayanan, juga secara prinsip harus fokus pada pemangku kepentingan, merupakan pelayanan nurani, diperbaiki berkelanjutan, dan memberdayakan pemangku kepentingan.

Ditjen. Bina Marga telah menerbitkan Sistem Manajemen Mutu (SMM), yaitu Permen PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu. SMM tersebut memberikan indikator pencapaian sampai dengan tahun 2014 digunakan oleh pemerintah daerah sebagai acuan pemerintahan daerah dalam perencanaan program pencapaian target SMM.

Dalam rangka reformasi birokrasi dengan salah satu sasaran utamanya adalah peningkatan kualitas pelayanan publik, maka menjadi salah satu program utama Ditjen. Bina Marga untuk membangun dan menerapkan berbagai standar pelayanan Ditjen. Bina Marga sendiri yang diturunkan dari Indikator Kegiatan Utama (IKU) Ditjen. Bina Marga sesuai Permen PU Nomor 03/PRT/M/2010.

Standar pelayanan tersebut sesuai dengan keterkaitan kegiatan program reformasi birokrasi berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2011 tantang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah, halaman 8. Fokus standar pelayanan sebagaimana pada gambar 2. di bawah ini yang mengambil contoh standar pelayanan jalan mantap.

(25)

25 Gambar 2. Penetapan Standar Pelayanan dan Target Kinerja Layanan

(b) Masalah Kinerja Organisasi

Evaluasi Kinerja Organisasi telah dilakukan oleh Ditjen. Bina Marga sesuai Peraturan Menteri Negara PAN Nomor : PER/19/ M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah. Evaluasi kinerja organisasi dilakukan terhadap delapan aspek yang dikelompokan menjadi tiga kelompok (gambar.3.), sebagai berikut: 1. Kelompok Proses (46%): a. Kepemimpinan (8%); b. Perencanaan Kinerja (12%); c. Manajemen Proses (8%) d. Organisasi (6%); e. Manajemen SDM (8%); f. Penganggaran (4%).

(26)

26 2. Kelompok Sistem Informasi (9%):

a. Pengukuran, analisis, dam manajemen informasi kinerja (9%).

Gambar 3. Kerangka Penilian Kinerja Organisasi

Dari kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap delapan aspek organisasi, diperoleh hasil berdasarkan Indeks Prestasi terdapat tiga aspek organisasi yang paling perlu mendapat perhatian adalah:

1. Manajemen SDM, nilai 2,3 2. Perencanaan Kinerja, nilai 2,4 3. Pencapaian Hasil, nilai 2,4.

Sedangkan berdasarkan Nilai Komulatif terdapat Tiga nilai kinerja yang berada di bawah rata, yaitu:

1. Kepemimpinan 2. Perencanaan Kinerja 3. Manajemen SDM

Dengan mempertimbangkan evaluasi kinerja organisasi cara “referenced test” adalah baru pertama kali dilakukan di Ditjen. Bina Marga, maka diambil suatu pendekatan sederhana yaitu menggunakan nilai Indeks Prestasi yang dianggap lebih mendekati pemahaman para pengisi questioner dalam menjawab berbagai pertanyaan.

Manajemen Proses mencakup tiga sub komponen yaitu: ketersediaan SOP, ketersediaan standar pelayanan minimal, dan manajemen pemberian pelayanan. Selanjutnya dalam komponen ini terdiri dari delapan unsur dari sub komponen.

Manajemen SDM mencakup delapan sub-komponen, yaitu: perencanaan pegawai, rekruitmen pegawai, penempatan pegawai, pendidikan dan pelatihan, penilaian kinerja pegawai, pengembangan karir pegawai, system reward and punishment, dan pengembangan sistem informasi pegawai. Komponen ini mempunyai 19 unsur dari sub- komponen.

(27)

27 komponen, yaitu: indikator, pengukuran & analisis kinerja organisasi; manajemen dan teknologi informasi; dan penyajian dan pengkomunikasian informasi kinerja. Komponen ini mempunyai 13 unsur sub-komponen.

Selanjutnya informasi rinci hasil evaluasi kinerja organisasi terlihat pada tabel 1 dan gambar 4.

Tabel 1. Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Ditjen.

Gambar 4.Profil Kinerja Ditjen. Bina Marga

KOMPONEN IP NK NK MAKS GAP NK

KEPEMIMPINAN 2.7 5.42% 8% 2.58% PERENCANAAN KINERJA 2.4 7.22% 12% 4.78% ORGANISASI 2.7 4.12% 6% 1.88% MANAJEMEN SDM 2.3 4.67% 8% 3.33% PENGANGGARAN 2.6 2.62% 4% 1.38% PENGUKURAN, ANALISIS, dan

MJN INFO. KINERJA 2.6 5.77% 9% 3.23% MANAJEMEN PROSES 2.6 5.25% 8% 2.75% PENCAPAIAN HASIL 2.4 4.50% 7.5% 3.00% JUMLAH 20.40 39.55% 62.50% 22.95% RATA-RATA 2.55 4.94% 7.81% 2.87%

PROFILE KINERJA

(28)

28

(c) Masalah Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemerintahan yang Bersih.

Sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden Republik Indonesia no. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, khususnya instruksi KELIMA: Menetapkan program dan wilayah yang menjadi lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawabnya sebagai program dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK), pada hari Selasa tanggal 9 Desember 2008 telah dilakukan “ Pencanangan Wilayah Bebas Korupsi di lingkungan Kementerian PU “. Pencanangan tersebut dilakukan dalam rangka peringatan hari anti korupsi. Segera setelah pencanangan, pada tanggal 30 Desember tahun 2008 telah diterbitkan Permen PU Nomor: 21/PRT/M/2008 tentang Pedoman Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi di Lingkungan Departemen Pekerjaan umum.

Operasionalisasi WBKditujukanmenghilangkankebocorandankeborosan, menjaga mutu hasil pekerjaan konstruksi sesuai dengan persyaratan, serta mencagah terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan kerugian negara dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih di lingkungan Ditjen. Bina Marga. Sasaran opeasionalisasi WBK adalah seluruh unit kerja di lingkungan Ditjen. Bina Marga, dengan lingkupnya di bidang penyusunan program dan pengalokasian anggaran serta pelaksanaan pengawasan dan pengadaan barang /jasa. Kegiatan WBK menliputi:

1. Melaksanakan sumpah jabatan secara konsisten sesuai dengan berita acara yang telah ditandatangani.

2. Penegakan disiplin pegawai.

3. Efisiensi alokasi dan penggunaan aggaran.

4. Penerapan ketentuan perundang-undangan pengadaan barang dan jasa. 5. Pelayanan Prima.

6. Meningkatkan pelaksanaan sumpah jabatn bagi seluruh jajaran pejabat di bawahnya.

7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasionalisasi WBK.

Selanjutnya dalam road map reformasi birokrasi Ditjen. Bina Marga tahun 2010 – 2015, kegiatan WBK akan menjadi salah satu program yang secara langsung akan mendukung sasaran reformasi birokrasi mewujudan birokrasi yang bersih dan bebas KKN.

Dengan dioperasionalkanya WBK di lingkungan Ditjen. Bina Marga akan memperkecil berbagai risiko negatif di Ditjen. Bina Marga yang pada tahun 2011 menjadi pengguna dana APBN terbesar di Kementerian PU. Komisi Pemberantasan Korupsi dimulai pada tahun 2008 sampai sekarang melakukan kajian di unit kerja direktorat jenderal Bina Marga yang selalu menjadi pengguna anggaran di kementerian PU. KPK memandang perlu melakukan kajian sistem penyelenggaraan jalan nasional dalam upaya untuk mencegah tindak pidana korupsi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan penyelenggaraan jalan nasional.

Direktorat jenderal Bina Marga yang tugasnya menyelenggarakan jalan nasional sangat strategis, pada tahun 2005 masih menggunakan anggaran sebesar Rp. 6,02 trilyun, tetapi pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp. 28,70 trilyunatau selama 6 tahun meningkat meningkat sangat besar yaitu 476% (gambar. 5 ).

(29)

29 Gambar 5. Alokasi Dana APBN Ditjen Bina Marga 2005 - 2011

d) Langkah-Langkah Pembenahan

Berbagai permasalahan yang diuraikan diatas memberikan gambaran spesifik Ditjen. Bina Marga. Ditjen. Bina Marga penyedia infrastruktur jalan. Ditjen. Bina Marga yang outcome-nya lintas sektor. Ditjen. Bina Marga yang pada tahun 2011 menggunakan dana APBN terbesar. Ditjen. Bina Marga yang berperan besar meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan pencapaian sasaran strategis Ditjen. Bina Marga yang tercermin dalam Indikator Kinerja Utama (IKU), maka melalui agenda reformasi birokrasi akan mewujudkan peningkatan dimaksud. Langkah pembenahan dalam reformasi birokrasi haruslah memberikan kontribusi nyata pada capaian kinerja Ditjen. Bina Marga. Langkah pembenahan juga akan mewujudkan kondisi birokrasi yang diinginkan pada tahun 2014 dan tahun 2025 sebagaimana pada gambar 3 di bawah. Sesuai sasaran reformasi birokrasi, maka pembenahan akan fokus mendukung tiga sasaran tersebut yaitu peningkatan pelayanan infrastuktur Ditjen. Bina Marga, peningkatan manajemen SDM aparatur, dan mewujudkan birokrasin bersih dan bebas KKN.

(30)

30 i) Pembenahan pelayanan infrastruktur Ditjen. Bina Marga

Pembenahan pelayanan infrastruktur Ditjen. Bina Marga akan berdimensi jangka pendek yang bersifat mendesak (tahun 2012) , jangka menengah (tahun 2012 – 2014) dan jangka panjang (2012 – 2015).

Dalam jangka pendek difokuskan untuk merespons burning issues yang menjadi perhatian utama para pemangku kepentingan antara lain terhadap persoalan kerusakan jalan pantura jawa. Respons jangka pendek menggunakan mekanisme quick win dapat berupa pelayanan fisik, pelayanan informasi ataupun pelayanan fasilitasi dan kordinasi. Pada prinsipnya respon jangka pendek yang dilakukan menggunakan mekanisme quick win diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas, reputasi dan kepercayaan terhadap Ditjen. Bina Marga di mata para pemangku kepentingan.

Untuk jangka menengah akan ditetapkan berbagai Standar Pelayanan dan Target Kinerja Pelayanan Ditjen. Bina Marga yang diturunkan dari IKU-nya. Penetapan standar pelayanan kemudian untuk diterapkan dan dievaluasi guna memberikan tindakan perbaikan. hasil evaluasi tersebut akan memberi upan balik terhadap kebutuhan kapasitas dan akuntabilitas unit kerja pelayanan, dan juga memberikan masukan bagaimana merumuskan IKU Ditjen. Bina Marga yang makin baik.

Upaya-upaya jangka pendek dan menengah saja tidak cukup untuk membuat Ditjen. Bina Marga mewujudkan IKU-nya secara efektif dan efisien. Kondisi ini disebabkan sifat Ditjen. Bina Marga yang multi sektor dan juga outcomenya lintas sektor. Dalam jangka panjang sangat diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang terpadu. Sebagai contoh sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan perlunya dibentuk Forum Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan (FLLAJ). Forum tersebut berfungsi untuk menyinergiskan tugas

dan fungsi setiap instansi penyelenggara LLAJ dalam rangka : menjembatani, menemukan solusi, serta meningkatkan kualitas pelayanan, dan bukan sebagai aparat penegak hukum. FLLAJ bertugas melakukan kordinasi antar instansi penyelenggara

LLAJ yang memerlukan keterpaduan dala merencanakan dan menyelesaikan

masalah LLAJ. Keanggotaan FLLAJ terdiri atas unsur pembina, penyelenggara,

akademisi, dan masyarakat.

ii) Pembenahan Database Pegawai

Database pegawai yang berisi data tentang penilaian kinerja pegawai, pengembangan karir, asesmen kompetensi individu, rekruitmen dan seleksi, dan pendidikan pelatihan berbasis kompetensi. Pada saat ini data yang ada baru pada taraf administrasi kepegawaian. Pembangunan data base bagi keperluan manajemen SDM sifatnya berjangka panjang. Prioritas jangka pendek pembenahan dilakukan terkait dengan program reformasi birokrasi adalah tentang Penilaian Kinerja Pegawai. Hal ini terutama terkait dengan salah satu sasaran reformasi birokrasi adalah “Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi”, khususnya setiap pegawai dituntut mempertanggungjawabkan tunjangan kinerja yang akan diterimanya. Dalam jangka menengah dan panjang akan dilakukan pembenahan sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(31)

31 Gambar 7. Data Base Pegawai

iii) Pembenahan Tata Kelola Yang Baik Dan Pemerintahan Yang Bersih

Untuk mewujudkan tata kelola yang baik dan pemerintahan yang bersih pembenahan yang sedang dilakukan adalah dengan mengukur upaya mewujudkan tata kelola yang baik dan pemeritahan yang bersih. Oleh karena itu pada tahun 2011 Ditjen. Bina Marga telah mengikuti PIAK ( Penilaian Inisiatif Anti Korupsi). PIAK adalah alat ukur dalam menilai kemajuan Ditjen. Bina Marga untuk mengembangkan upaya pemberantasan korupsinya. PIAK akan mengukur apakah Ditjen. Bina Marga telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di lingkungan Ditjen. Bina Marga. PIAK diteapkan untuk dilaksanakan di Direktorat Jenderal Bina Marga. Masih dalam jangka pendek, upaya pembenahan juga dilakukan pada kegiatan pengadaan barang dan jasa di kegiatan-kegiatan utama, antara lain di Kegiatan Jalan di Pantura Jawa. Pembenahan jangka menengah dan panjang diarahan untuk melakukan penguatan pengawasan internal.

(32)

32

BAB II

KOORDINASI RENCANA AKSI

PROGRAM DAN KEGIATAN

REFORMASI BIROKRASI

A. Pencapaian Program dan Kegiatan RB s.d. Tahun 2010

Pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen. Bina Marga yang mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/15/M.PAN/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2009. Namun hingga ahir tahun 2010 dokumen usulan reformasi birokrasi belum dapat diselesaikan dengan sempurna. Sehingga seiring dengan terbitnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dokumen yang telah disusun disesuaikan dengan pedoman tersebut.

Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap setiap program dan kegiatan reformasi birokrasi yang telah dilaksanakan sampai tahun 2010, dapat diketahui bahwa hampir semua program dan kegiatan telah dilaksanakan walaupun belum optimal sebagaimana diuraikan dalam tabel Pencapaian Program dan Kegiatan RB Tahun 2010 terlampir.

Dengan demikian upaya yang harus dilakukan terhadap program dan kegiatan RB yang telah dilaksanakan namun belum optimal adalah dengan upaya melengkapi, mendokumentasikan serta melegalisasikan konsep yang telah dimiliki. Upaya tersebut selanjutnya akan menjadi program dan kegiatan RB kedepan yang dituangkan dalam road map reformasi birokrasi Ditjen. Bina Marga tahun 2011-2014.

Tabel Pencapaian Program dan Kegiatan RB Tahun 2010

NO PROGRAM DAN KEGIATAN RB TINGKAT PENYELESAIAN TAHUN 2010

A Manajemen Perubahan

A.1. Pembentukan Tim Manajemen

Perubahan Ditjen. Bina Marga telah membentuk Tim Persiapan Reformasi Birokrasi tahun 2010. Tim Manajemen Perubahan belum terbentuk. A.2. Penyusunan strategi manajemen

perubahan dan strategi komunikasi Ditjen. Bina Marga

Dokumen strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi belum tersedia. Beberapa dokumen pendukung telah dihasilkan antara lain Naskah Akademis RB, Permen PU No 04/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu dan Buku Budaya Kerja PNS PU.

A.3. Sosialisasi dan internalisasi

manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi

Gambar

Gambar 1. Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi 2010 – 2025
Gambar 3.  Kerangka Penilian Kinerja Organisasi
Tabel 1. Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Ditjen.
Gambar 6. Kondisi Birokrasi yang Diinginkan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan kebutuhan daya listrik yang dihasilkan tidak menentu, ketika operator di control room menaikkan daya listrik maka control valve membuka sehingga steam

Pengetahuan tacit yang dapat diperoleh mahasiswa di industri boga melalui aktivitas work-based learning adalah: Persiapan dan pemotongan bahan dari daging, ayam,

Dilihat dari aspek penyediaan RTH untuk tingkat RW dan tingkat RT berdasarkan hasil survei didapatkan, selain RW dan RT yang ditempati RTH tingkat kelurahan di Kelurahan

Salah satu cara untuk mengetahui interaksi obat rivaroxaban yaitu dengan mengetahui pengaruh verapamil terhadap profil farmakokinetika (C maks , t 1/2 dan AUC)

Apabila sub tema terdiri dari satu ayat dan ayatnya cukup panjang, maka digunakan pupuh yang jumlah barisnya lebih banyak, yang dalam pola berurutan K-S-A-D pupuh yang jumlah

Yang pertama akan disajikan adalah gambaran deskriptif tentang ketiga konstruk yang akan dianalisis dalam model prestasi belajar, yaitu self efficacy, attitude, dan

Bawaslu juga akan melakukan adaptasi terhadap perkembangan yang ada dengan cara melakukan perubahan (revisi) terhadap muatan Renstra Bawaslu Daerah Istimewa

Puji Syukur yang teramat dalam saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Segala, atas percikan kasih, hidayat, dan taufiq-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Sistem