• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction. May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction. May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction

May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841)

Tujuan mini riset online ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dan self-control dengan internet addiction di Indonesia. Subjek yang bersedia mengisi dengan lengkap kuesioner yang diberikan adalah sebanyak 43 orang dengan latar belakang pendidikan SMA, S1, dan S2. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara self-esteem dan self-control dengan internet addiction. Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menambahkan prediktor lain yang lebih dapat memprediksi kecanduan pada penggunaan internet.

A. Pendahuluan

Internet telah dikenal sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari oleh hampir semua kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Hal ini terlihat dari banyaknya pengguna internet di tempat-tempat umum seperti restoran, mall, perpustakaan, kendaraan umum, bahkan di jalan. Internet sudah menjadi bagian yang sulit terpisahkan dari kehidupan manusia.

Penggunaan internet dalam beberapa tahun ini di Indonesia semakin meningkat secara signifikan. Internet pada umumnya digunakan sebagai sarana yang menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengguna. Namun, penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa para pengguna internet telah menjadi sangat ketagihan pada ruang mengobrol (chat room), permainan interaktif (interactive games), hingga media sosial.

Internet addiction mulai diteliti hampir dua dasawarsa yang lalu oleh Young. Dalam penelitiannya, Young juga mengaitkan pengguna internet berat dengan tanda-tanda klinis kecanduan (Young, 2011). Kecanduan (addiction) didefinisikan sebagai kebiasaan kompulsif untuk terlibat dalam

(2)

aktivitas tertentu atau penggunaan zat tertentu dengan mengabaikan konsekuensi yang menghancurkan fisik, sosial, mental dan kesejahteraan keuangan individu (Young, 2011). Kecanduan internet (internet addiction) tentunya berefek buruk hampir setiap aspek kehidupan individu.

Internet Addiction (IA) dikarakteristikkan sebagai suatu perilaku keasyikan berlebihan (excessive preoccupational) pada internet yang menyebabkan kerusakan atau tekanan pada suatu individu. Sindrom ini telah dikaitkan dengan berbagai kemungkinan dampak yang signifikan terkait pada khususnya remaja. Pengaruh-pengaruh tersebut termasuk dampak negatif pada area pembentukan identitas, fungsi kognitif, performa akademik, perilaku makan, hubungan interpersonal, keterlibatan pada perilaku berisiko, tendensi melukai diri sendiri, hingga perkembangan otak (Stavropoulos, Kuss, Griffiths, & Motti-Stefanidi, 2015). Selain itu, kecanduan internet juga berkaitan dengan symptom afektif seperti gugup, cemas, mudah marah, kelesuan, hingga hilangnya minat pada hal-hal selain internet (Lan & Lee, 2013).

Para peneliti menunjukkan bahwa banyak masalah perilaku dikaitkan dengan tingkat pengendalian diri individu yang rendah. Menurut (Wikström & Treiber, 2007), kebanyakan orang yang terlibat dalam tindakan kriminalitas adalah mereka yang kurang melatih self-control-nya. Pengendalian diri (self-control) didefinisikan kemampuan diri seseorang untuk memantau, menghambat, dan mengubah pikiran, perasaan dan perilaku, guna mancapai suatu tujuan dan menyesuaikan diri dengan suatu standar tertentu (Muusses, Finkenauer, Kerkhof, & Righetti, 2015). Dalam konteks penggunaan internet, individu yang pengendalian diri yang rendah mungkin gagal untuk menahan godaan dari internet dan tidak dapat mengontrol penggunaan internet dan menjaga terhadap potensi adiktif.

(3)

Self-esteem merupakan sikap terhadap diri sendiri, baik sikap positif maupun negatif. Self esteem merupakan ukuran keterikatan interpersonal suatu individu yang mengingatkan seseorang ketika suatu keterikatan mengalami kemunduran atau kekurangan (Bernstein et al., 2013). Orang-orang dengan self-esteem yang rendah cenderung mengungkapkan diri mereka secara negatif, sehingga mengundang komentar negatif pula dari orang lain. Sementara itu, penelitian menunjukkan bahwa self esteem berkorelasi negatif dengan kecanduan internet (Aydin & Sari, 2011). Artinya, semakin tinggi tingkat kecanduan internet maka semakin rendah self-esteemnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara self-esteem dan self-control dengan internet addiction di Indonesia.

B. Metodologi Penelitian B. 1 Subjek

Subjek yang diminta untuk mengisi survey online (melalui situs www.survey.ugm.ac.id) yang diberikan adalah sebanyak 79. Namun, subjek yang bersedia menjawab dengan lengkap atau secara statistik dapat dianalisis adalah sebanyak 43 orang (17 laki-laki dan 26 perempuan) dengan latar belakang pendidikan (SMA, S1, dan S1) dari berbagai wilayah di Indonesia.

B. 2 Internet Addiction

Internet addiction dievaluasi menggunakan Tes Internet Addiction Young yang telah diadaptasi dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kuesioner ini terdiri dari 20 aitem pernyataan. Setiap pernyataan diberi skor pada skala Likert (1, 2, 3, 4, 5), skor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor keseluruhan internet addiction dari rentang 20 sampai 100. Skor tertinggi diindikasikan memiliki tingkat kecanduan yang tertinggi. Berdasarkan kriteria Young, subjek dengan

(4)

skor lebih besar dari 40 dikategorikan sebagai kecanduan (atau kemungkinan kecanduan).

B. 3 Self-Esteem

Self-esteem dihitung menggunakan skala self-esteem dari Rosenberg yang diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Skala yang berisi 10 pertanyaan ini diukur menggunakan skala Likert (1, 2, 3, 4, 5) dengan tingkat terendah self-esteem-nya adalah mulai dari 10 sampai 50 dan skor tertinggi diindikasikan memiliki tingkat self-esteem yang tinggi dan sebaliknya.

B. 4 Self-Control

Self-control diukur menggunakan skala Brief Self-control Scale Tangney yang telah diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Skala ini terdiri dari 13 aitem pernyataan dan jawaban diukur menggunakan skala Likert (1, 2, 3, 4, 5) dengan tingkat terendah 13 sampai 65. Skor tertinggi diindikasikan memiliki self-control tinggi.

B. 5 Analisis Statistik

Data dari survey online yang telah dikonversikan dalam bentuk Excel diolah dengan menggunakan perangkat IBM SPSS Statistics 22. Hubungan antara self-esteem dan self-control dengan internet addiction dihitung dengan metode regresi linier berganda.

C. Hasil

Data yang telah dikumpulkan dan diolah kemudian dihitung menggunakan IBM SPSS Statistics 22 dengan metode regresi linier berganda. Pada Tabel 1,dapat dikihat nilai rata-rata skor internet addiction dari 43 subjek adalah 51,39 (>40), artinya dapat dikategorikan subjek secara rata adalah kecanduan (kemungkinan kecanduan). Skor rata-rata pada skala self-esteem adalah sebesar 38,25 atau memiliki tingkat

(5)

self-esteem sedang. Akhirnya, skor rata-rata skala self-control adalah sebesar 41,93 atau memiliki tingkat self-control yang sedang.

Tabel 1 Analisis Regresi Berganda self-esteem, self-control, dan internet addiction

Internet Addiction Self-esteem Self-control

N 43 43 43 Mean 51,39 38,25 41,93 R 0,419 - - R2 0,176 - - F Change 4,264 - - Sig. F Change 0,021 - -- VIF - 1,328 1,328

Besar koefisien korelasinya adalah 0,419 dan dikonversikan ke dalam nilai F = 4,264 dan nilai p=0,021 (p<0,05), maka signifikan. Artinya, self-esteem dan self-control secara signifikan bersama-sama dapat memprediksi atau dapat mempengaruhi internet addiction dan besarnya pengaruh adalah 17,6%. Dari tabel di atas, nilai VIF sebesar 1,328 (VIF<5), maka tidak terjadi multikolinearitas (lihat Tabel 1).

D. Pembahasan

Tujuan dari mini riset ini adalah untuk menunjukkan hubungan antara self-esteem, self-control, dan internet addiction. Meskipun besarnya pengaruh hanya 17,6%, penelitian ini sudah cukup menunjukkan secara signifikan terdapat hubungan antara antara esteem, self-control, dan internet addiction. Peneliti berasumsi, masih dibutuhkan prediktor lain yang merupakan faktor yang mempengaruhi internet addiction.

Dari data survey yang diperoleh dilaporkan bahwa kegiatan yang dilakukan para pengguna internet dengan kemungkinan kecanduan antara lain adalah browsing mencari informasi, cek sosial media (facebook, twitter, bbm, dll) membaca berita, bermain game, dan menonton YouTube.

(6)

Perasaan yang ditunjukkan subjek tersebut secara rata-rata menunjukkan perasaan menyesal, bersalah, bosan, dan merasakan kondisi fisik yang lemah.

Penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperhitungkan jumlah subjek yang lebih besar. Hal ini untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang kecenderungan kecanduan pada tingkat yang sangat tinggi. Selain itu, masih banyak prediktor yang mungkin cukup banyak mempengaruhi atau memprediksi internet addiction selain self-control dan self-esteem. Penelitian (KOÇ, 2011) menunjukkan bahwa internet addiction berkaitan dengan gejala-gejala psikiatrik seperti depresi, obsesif kompulsif, sensitivitas interpersonal, hostilitas, phobic anxiety, paranoid ideation, dan psikotisisme.

Daftar Pustaka

Aydin, B., & Sari, S. V. (2011). Internet addiction among adolescents: the role of self-esteem. Procedia Social and Behavioral Sciences, 15, 3500–3505.

Bernstein, M. J., Claypool, H. M., Young, S. G., Tuscherer, T., Sacco, D. F., & Brown, C. M. (2013). Never Let Them See You Cry: Self-Presentation as a Moderator of the Relationship Between Exclusion and Self-Esteem. Personality and Social Psychology Bulletin, 39(10), 1293–1305. http://doi.org/10.1177/0146167213495281 KOÇ, M. (2011). Internet addiction and psychopatology. The Turkish

Online Journal of Educational Technology, 10(1), 143–148.

Muusses, L. D., Finkenauer, C., Kerkhof, P., & Righetti, F. (2015). Partner Effects of Compulsive Internet Use: A Self-Control Account. Communication Research, 42(3), 365–386. http://doi.org/10.1177/0093650212469545

(7)

Stavropoulos, V., Kuss, D., Griffiths, M., & Motti-Stefanidi, F. (2015). A Longitudinal Study of Adolescent Internet Addiction: The Role of Conscientiousness and Classroom Hostility. Journal of Adolescent Research, 1–32. http://doi.org/10.1177/0743558415580163

Wikström, P.-O. H., & Treiber, K. (2007). The Role of Self-Control in Crime

Causation, 4(2), 237–264.

http://doi.org/10.1177/1477370807074858

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan tahap evaluasi dan pembuktian kualifikasi dalam proses pengadaan pekerjaan PENINGKATAN JALAN HOTMIX – JALAN MENUJU WISATA GUNUNG TUMPA dengan

[r]

1) Kegiatan pengabdian pada masyarakat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun sebelumnya. 2) Pemberian contoh perencanaan

Hasil peneltian dengan uji korelasi product moment menunjukkan adanya hubungan antara terpaan iklan kampanye partai politik dengan preferensi masyarakat terhadap calon presiden

- Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman

Berdasarkan kajian teori tersebut, maka penulis dapat memberikan sedikit hipotesa mengenai dampak kemajuan iptek yang menuntut akan adanya model baru dan inovatif

Dalam tugas akhir ini dibuat aplikasi berbasis web yang menyediakan sarana pencatatan dan pengolahan data proses pengiriman uang mulai dari pencatatan tanggal pelaksanaan,

Untuk mengetahui signifikan adanya pengaruh modifikasi ransel dan core stability dan core stability terhadap nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah intervensi maka