• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan, terencana dengan mengintegrasikan seluruh stakeholder yang terlibat di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan, terencana dengan mengintegrasikan seluruh stakeholder yang terlibat di"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan, terutama bagi negara-negara di dunia ketiga. Angka kemiskinan yang semakin meningkat menjadi permasalahan tersendiri dan harus segera diselesaikan secara terencana dengan mengintegrasikan seluruh stakeholder yang terlibat di dalamnya. Banyak ahli yang berpendapat bahwa permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional. Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (2012) menyebutkan bahwa kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan morbiditas; lingkungan yang tidak aman; dan diskriminasi sosial dan pengecualian.

Permasalahan kemiskinan seringkali dihubungkan dengan unsur spasial. Hasil penelitian dari SMERU (2008) dalam memetakan kemiskinan di Indonesia menunjukkan bahwa kemiskinan memiliki pola yang cenderung memusat di daerah-daerah tertentu. Perbedaan karakteristik sumberdaya alam, ekonomi, sosial, penduduk, dan pendidikan di setiap lokasi yang berbeda akan menimbulkan permasalahan kemiskinan yang berbeda pula. Kasim (2006) menjelaskan bahwa dalam memahami masalah kemiskinan, perlu untuk

(2)

2

mencermati dimana lokasi kelompok masyarakat miskin itu beraktivitas dan melangsungkan kehidupan sehari-harinya.

Trenggalek merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki angka kemiskinan di atas rata-rata provinsi maupun nasional. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa di tahun 2015, angka kemiskinan rata-rata di Kabupaten Trenggalek mencapai 13,37%. Sedangkan untuk rata-rata-rata-rata kemiskinan di tingkat Provinsi Jawa Timur adalah 12,28% dan tingkat nasional sebesar 11,13%. Kemiskinan yang terdapat di Kabupaten Trenggalek penyebarannya cenderung merata, yakni hampir seluruh wilayahnya mengalami permasalahan kemiskinan. Akan tetapi jika dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk miskin tiap desa, persentase kemiskinan tertinggi terdapat pada desa-desa yang berada di wilayah perbukitan, kemudian wilayah pesisir berada di posisi kedua, dan wilayah dataran rendah menempati posisi ketiga.

Tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi telah mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan dan melaksanakan program pengentasan kemiskinan secara lebih fokus dan terkoordinir. Sejalan dengan kebijakan pengentasan kemiskinan dari pemerintah pusat, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) pun mulai diberlakukan di Kabupaten Trenggalek semenjak tahun 2003. Program ini kemudian dilanjutkan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di tahun 2008. Semenjak diberlakukan, terdapat 12 dari 14 kecamatan di Kabupaten Trenggalek yang menjadi lokasi PNPM Mandiri Perdesaan.

(3)

3

Pelaksanaan program di lapangan tentu membutuhkan evaluasi. Begitu pula dengan implementasi PNPM Mandiri Perdesaan yang ada di Kabupaten Trenggalek. Hampir sepuluh tahun diterapkan, tentunya ada capaian yang sudah sesuai dan ada pula yang belum sesuai dengan tujuan awal program. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi apakah PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Trenggalek sudah berjalan secara efektif atau belum. Selanjutnya, berkaitan dengan kondisi geografis yang beragam di Kabupaten Trenggalek, yaitu perbukitan, dataran rendah, dan pesisir, maka penting juga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi PNPM Mandiri Perdesaan di ketiga tipe daerah tersebut. Pemilihan tiga jenis wilayah ini didasarkan pula pada pandangan bahwa karakteristik sosial budaya masyarakat (termasuk lembaga) dan kegiatan perekonomian yang ada di dalamnya berbeda satu dengan yang lainnya.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berbagai program seperti IDT, P2KP, PEMP, PDM-DKE, P3DT, dan juga Gerdu Taskin telah diluncurkan pemerintah sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Akan tetapi berdasarkan pada evaluasi yang dilakukan BAPPENAS, ternyata hasil penerapan program-program tersebut masih dinilai kurang efektif.

Tidak jauh berbeda, PNPM Mandiri yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat pun dipandang kurang efektif dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Padahal program ini, termasuk di dalamnya PNPM Mandiri Perdesaan, merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang disusun berdasar

(4)

4

pada pembelajaran dan penyempurnaan dari program-program pemberdayaan masyarakat yang telah ada sebelumnya.

Kritisi pun muncul karena selama ini pendekatan yang diterapkan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, baik di tingkat nasional, regional, maupun lokal, cenderung melalui pendekatan ekonomi semata dan seringkali mengabaikan konteks lokasi masyarakat. Seperti kritisi yang dikemukakan oleh Kusnadi (2003) bahwa masyarakatlah yang akan menjadi korban dari kurang tepatnya pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan program pembangunan, yang mana program tersebut hanya bersifat proyek jangka pendek. Lebih lanjut lagi, Kusnadi memandang bahwa penting pula untuk mempertimbangkan kondisi sosial budaya, karakteristik sumberdaya, serta keadaan geografis. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari Bradshaw (2006) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah karena adanya kesenjangan geografis. Kesenjangan geografis yang dimaksudkan Bradshaw disini adalah sebagai bentuk pemusatan pertumbuhan di wilayah tertentu sehingga menimbulkan kemiskinan di daerah lainnya. Sementara Bradshaw membahas aspek geografis kaitannya dengan bentuk fisik tata ruang dalam mempengaruhi fenomena kemiskinan, maka Epprecht M, et al (2008) lebih membahas fenomena kemiskinan tersebut ditinjau dari aspek fisik geografis alami berupa, elevasi (ketinggian), kemiringan lereng, temperatur, serta akses menuju kota dan sungai.

Selama ini banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa faktor geografis memiliki pengaruh terhadap terjadinya fenomena kemiskinan. Akan

(5)

5

tetapi, masih sedikit penelitian tentang keterkaitan antara kondisi geografis dengan efektivitas program pengentasan kemiskinan.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Sejauh mana capaian pelaksanaan program pengentasan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Trenggalek ?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi capaian pelaksanaan program pengentasan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Trenggalek ?

3. Bagaimana keterkaitan antara capaian PNPM Mandiri Perdesaan dengan efektivitas program pengentasan kemiskinan ?

1.3 Tujuan dan Keluaran Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengukur capaian pelaksanaan program pengentasan kemiskinan

seperti PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Trenggalek, dengan melihat perbedaan karakteristik geografis antara wilayah perbukitan, dataran rendah, dan pesisir.

2. Untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi capaian pelaksanaan program pengentasan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Trenggalek, terutama didasarkan pada perbedaan karakteristik geografis wilayah.

(6)

6

3. Untuk mengukur / mengkaji hubungan antara capaian PNPM Mandiri Perdesaan dengan efektivitas program pengentasan kemiskinan.

Keluaran yang ingin dicapai dari tujuan penelitian ini adalah :

1. Tingkatan efektivitas program dan penilaian faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap program pengentasan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perdesaan di wilayah yang memiliki keragaman karakteristik geografi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, yaitu :

1. Sebagai masukan penyempurnaan program pengentasan kemiskinan berdasarkan perbedaan karakteristik wilayah.

2. Sebagai upaya pengembangan pengetahuan teoritik mengenai hubungan antara karakter geografis wilayah dan capaian program pengentasan kemiskinan.

3. Sebagai tambahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kriteria efektivitas pelaksanaan PNPM-Mandiri Perdesaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(7)

7

1.5 Batasan Penelitian

1.5.1 Fokus

Adapun fokus penelitian ini menekankan pada evaluasi pelaksanaan PNPM-MPd di Kabupaten Trenggalek dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.5.2 Lokus

Lokus penelitian ini adalah desa-desa yang terletak di tiga kecamatan di Kabupaten Trenggalek, yaitu Kecamatan Dongko, Durenan, dan sebagian desa di wilayah pesisir Kecamatan Watulimo. Desa-desa yang terletak di Kecamatan Dongko merepresentasikan wilayah perbukitan/dataran tinggi. Sedangkan desa-desa yang terletak di Kecamatan Durenan merepresentasikan wilayah dataran rendah, dan sebagian desa di Kecamatan Watulimo merepresentasikan wilayah pesisir.

1.6 Keaslian Penelitian

Pengkajian terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk dilakukan guna memberikan pemahaman yang komprehensif terkait posisi penelitian. Penentuan posisi penelitian ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini dengan penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini adalah tabel ringkasan dari pengkajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu.

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

No Nama

Peneliti Judul Metode Hasil dan Kesimpulan

1 Haryanto Evaluasi

Program PNPM

Metode analisis data : deskriptif kualitatif

Ada beberapa tahap dalam pelaksanaan PNPM Mandiri :

(8)

8 Mandiri dalam Peningkatan Prasarana Kehidupan di Kelurahan Taroada Kabupaten Maros

dengan model analisis interaktif. Teknik pengumpulan data : observasi, interview/wawancara, studi pustaka, dokumentasi 1. Pemberian sosialisasi 2. Penjaringan aspirasi masyarakat 3. Proses pelaksanaan Faktor pendukung keberhasilan program : Sosialisasi, SDM, dan partisipasi yang tinggi. Faktor penghambat keberhasilan program : Masalah pendanaan yang cenderung lambat dan faktor fisik lingkungan (hujan).

2 Orthinus Ferdinando Samfar Kawer Evaluasi Pelaksanaan PNPM Mandiri-Respek Berbasis Pemberdayaan Masyarakat di Distrik Heram

Metode analisis data : deskriptif kualitatif Teknik pengumpulan data : observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi PNPM di Distrik Heram berjalan lancar dengan fokus pada empat kategori, yaitu pembangunan sarana dan prasarana fisik, peningkatan kesehatan masyarakat, pemberdayaan perempuan, dan pengadaan inventaris. Faktor yang mempengaruhi kekurangberhasilan PNPM :

1. Faktor internal : kurangnya partisipasi masyarakat dan kurangnya kesesuaian harapan antara pemerintah dan masyarakat.

2. Faktor eksternal : Masih kuatnya pengaruh dari atas, lemahnya koordinasi antar instansi, dan rendahnya kualitas SDM pelaksana pembangunan. 3. Efendi Heru Setiawan Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Desa Sesulu, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam, Paser Utara

Metode analisis data : deskriptif kualitatif Teknik Pengumpulan data : observasi, wawancara, penelitian dokumen Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Desa Sesulu Kabupaten Penejam Paser Utara ini ditinjau dari indikator sukses :

1. Tingkat partisipasi masyarakat

2. Tingkat perkembangan kelembagaan

3. Sarana dan prasarana yang dibangun Selanjutnya, ditinjau dari

(9)

9 indikator kerja : 1. Peningkatan partisipasi masyarakat 2. Peningkatan kualitas kelembagaan 3. Peningkatan anggaran dari pemerintah daerah Faktor pendukung keberhasilan program : Tingkat partisipasi masyarakat Faktor penghambat keberhasilan program : Tidak ada faktor penghambat yang cukup berarti

Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengentasan kemiskinan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Trenggalek dengan melihat perbedaan karakteristik geografis wilayah, yaitu antara wilayah perbukitan, dataran rendah, dan juga pesisir. Sedangkan pada analisis faktor pengaruh, penelitian terdahulu sebatas menggunakan analisis deskriptif untuk menjabarkan faktor-faktor yang mendukung atau pun menghambat pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Akan tetapi, pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan pengolahan data statistik berupa multiple regression analysis atau analisis regresi berganda untuk semakin memperkuat hasil dari analisis yang dilakukan. Melalui uji regresi ini nantinya akan diketahui seberapa besar pengaruh dari masing-masing faktor terhadap efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di ketiga karakteristik wilayah di Kabupaten Trenggalek.

Gambar

Tabel 1.1   Keaslian penelitian  No  Nama

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar penggunaan dari jerami jagung dalam ransum ruminansia, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Quraish Shihab menggunakan metode penulisan tafsir tahlili dan maudhu’i (tematik) dan menjelaskan isi kandungan ayat satu persatu terlebih dahulu mengulas secara global

Kekuatan hukum sertifikat hak milik atas tanah yang dibuat berdasarkan putusan pengadilan dalam hal transaksi jual beli yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap adalah sama

Hasil penelitian mekanisme pembuatan part modifikasi sepeda motor melalui media internet yang tidak menimbulkan prestasi yang multitafsir adalah harus dilihat

Ketika seorang anak sekolah berada pada suatu keadaan lingkungan yang tidak mendukung dan atau menyenangkan dan memiliki konsep diri rendah maka sangat rentan

dapat diketahui bahwa tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah berdasarkan variabel sumber daya manusia tahun 2009 dari tingkat tertinggi hingga tingkat paling rendah

ProperPostfix (atau PoperSufix) string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan satu atau lebih simbol-simbol paling depan dari string w tersebut..

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing