BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Manajemenen Risiko Usaha Ternak Ayam Potong di Kecamatan Bathin Solapan
Sebagian besar peternak yang berada di Kecamatan Bathin Solapan merupakan plasma dari perusahaan-perusahaan inti yang bergerak dibidang peternakan. Dari informasi yang diperoleh bahwa peternakan ayam broiler yang berada di Kecamatan Bathin Solapan ada 24 peternak, dengan jumlah populasi yang berbeda-beda. Jika dilihat berdasarkan klasifikasi termasuk golongan peternak menengah, hal tersebut dilihat dari jumlah populasi yang dibudidayakan oleh para peternak, total rata-rata populasi di Kecamatan Bathin Solapan adalah 4000 ekor sampai 5000 ekor.
Ayam broiler merupakan jenis hewan yang memiliki prospek baik untuk dilakukan budidaya pembesaran, hal tersebut dikarenakan waktu pemeliharaan relatif singkat bila dibandingkan dengan hewan ternak lainnya. Hal ini yang menjadi alasan banyak peternak termasuk di Kecamatan Bathin Solapan yang membudidayakan ayam broiler. Akan tetapi dalam melakukan budidaya ayam broiler, para peternak menghadapi berbagai macam risiko, salah satunya yaitu risiko produksi baik itu keadaan kandang, cuaca, penyakit, maupun hama predator.
Setiap peternak memiliki manajemen peternakan berbeda-beda, tujuannya untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh masing-masing peternak. Dan peternak yang berlokasi di Kecamatan Bathin Solapan pada umumnya usahanya telah berjalan lebih dari 1 tahun, akan tetapi dalam
perkembangannya yang berbeda-beda dengan tingkat masalah yang dihadapi oleh masing-masing peternak.
1. Gambaran Umum Peternak Ayam Potong di Kecamatan Bathin Solapan Dilihat dari tingkat pendidikan peternak ayam potong di Kecamatan Bathin Solapan masih banyak yang belum mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Agar lebih terperinci lagi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Klasifikasi Pendidikan Peternak Ayam Potong di Kecamatan Bathin Solapan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1 2 3 SD SMP SMA 8 6 10 30% 20% 50% Jumlah 24 100%
Dari hasil wawancara penulis terlihat pada tabel di atas bahwa para peternak ayam potong di Kecamatan Bathin Solapan yang paling banyak tingkat pendidikan terakhirnya ialah SMA berjumlah 10 orang (50%), sedangkan yang kedua tingkat pendidikan terakhirnya ialah SD berjumlah 8 orang (30%) dan yang terakhir tingkat pendidikan terakhirnya ialah SMP berjumlah 6 orang (20%). Ini sangat berpengaruh pada penerapan manajemen risiko peternakan mereka, karena kurangnya pemahaman mereka terhadap penerapan manajemen risiko yang mereka lakukan.
Adapun alasan mereka untuk memulai bisnis ternak ayam potong ini pun sangatlah berbeda-beda. Salah satu peternak ayam potong, Bapak Heri Afandi yang beternak sejak 5 tahun yang lalu, beralasan memilih usaha ternak ayam potong karena beternak ayam ini sangat mudah dari
perawatannya hingga pemanenannya, kemudian masa panennya pun cepat hanya dalam 25 hari sampai 40 hari. Sedangkan peternak lain, Bapak Lamser yang beternak sejak 2 tahun yang lalu, beralasan memilih usaha ini karena hanya sebagai usaha sampingan, selain perawatannya yang mudah, keuntungannya pun cukup besar.
2. Rata-Rata Biaya Produksi Ayam Broiler
Rata-rata biaya peternak pada saat budidaya ayam broiler yakni biaya dari awal DOC masuk hingga masa pemanenan, biaya ini sewaktu-waktu bisa naik dan bisa turun sesuai dengan fluktuasi harga. Berikut biaya yang dikeluarkan pada saat budidaya ayam broiler setiap periode:
Tabel 4.2
Rata-Rata Biaya pada Budidaya Ayam Broiler per Periode di Kecamatan Bathin
Solapan Tahun 2018
Jenis Biaya Jumlah Biaya
Biaya Variabel
1. Biaya Tenaga Kerja 2. Biaya Sarana Produksi
a. DOC (Day Old Chick) Ayam Broiler b. Pakan Ayam Broiler
c. Vaksin, Obat dan Vitamin 3. Biaya Lain-lain
a. Biaya Listrik b. Biaya Bensin
c. Biaya Pemanasan Ayam Broiler d. Biaya Formalin
e. Biaya Gulajawa
f. Biaya Penyisipan Kandang
Rp. 3.000.000 Rp.20.000.000 Rp.70.000.000 Rp.3.000.000 Rp.300.000 Rp.250.000 Rp.800.000 Rp.76.000 Rp.160.000 Rp.700.000 Total Biaya Rp.98.286.000
Pada tabel 8 tersebut menjelaskan rata-rata biaya untuk budidaya ayam broiler yang dikeluarkan oleh peternak setiap periodenya, baik itu
biaya DOC, pakan, obat-obatan, dan biaya-biaya tambahan lainnya yang dilakukan di Kecamatan Bathin Solapan. Biaya sewaktu-waktu bisa naik dan bisa juga turun sesuai dengan fluktuasi harga pasar.
3. Sumber-Sumber Risiko a. Risiko Produksi
Produksi dalam ayam broiler terbilang sangatlah cepat, pemeliharaannya juga mudah, perputaran modal juga cepat, keuntungannya pun lumayan besar bila dibandingkan dengan usaha ternak lainnya. Namun peternak juga mengalami berbagai risiko yang harus dihadapi setiap periodenya. Berdasarkan hasil identifikasi sumber risiko ada beberapa faktor kematian pada ayam:
1) Keadaan Kandang
Keadaan kandang merupakan penyebab utama terjadinya risiko produksi. Apabila keadaan kandang ini tidak dibersihkan hingga steril maka dalam budidaya ayam broiler akan terganggu dengan serangan penyakit-penyakit ataupun sebaliknya. Selain itu, juga disebabkan oleh beberapa sumber risiko dalam budidaya ayam broiler. Sumber risiko yang dapat menyebabkan dalam budidaya ayam broiler yaitu keadaan DOC (day old chick). Apabila DOC ini memiliki kualitas yang baik maka angka mortalitas rendah akan tetapi kualitas DOC yang tidak baik maka angka mortalitas akan tinggi. Angka mortalitas yang rendah maupun tinggi ini juga dapat menyebabkan terjadinya kerugian dan pengurangan populasi.
Mengacu pada data produksi peternakan ayam pedaging pola kemitraan PT. Satwa Mitra Anugerah di Kecamatan Bathin Solapan pengaruh kepadatan ruang terhadap kematian ayam pedaging terjadi pada semua periode produksi. Berdasarkan pemaparan di awal, bahwa proses identifikasi harus melihat sumber risiko yang paling dekat dengan kematian. Risiko kepadatan ruang ini terjadi pada saat ayam berusia 20 hari hingga panen, karena di saat-saat itu bobot ayam semakin membesar dan ayam akan berdesak-desakan antara satu dengan yang lain akibat dari keadaan ruang yang sempit.
Solusi yang dilakukan peternak dalam masalah ini adalah memberikan tempat yang memadai untuk ayam ataupun mengurangi populasi DOC. Agar terhindar dari banyaknya angka mortalitas dan mengurangi kerugian. Kepadatan ruang tidak menjadi masalah besar dalam budidaya ayam broiler ini, karena peternak sudah mengukur berapa luas kandang untuk DOC yang di tampung.
2) Perubahan cuaca
Cuaca merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi suatu kegiatan budidaya pembesaran ayam broiler. Kegiatan budidaya pembesaran ayam broiler memiliki standar suhu dimana suhu yang normal untuk kegiatan budidaya ayam broiler yaitu
35°C hingga 27°C usia 0-14 hari, selanjutnya 27°C hingga 25°C jika ayam memasuki usia 15 hari hingga panen.
Dari hasil wawancara oleh beberapa peternak dapat disimpulkan bahwa perubahan cuaca di musim panas mengakibatkan ayam broiler banyak mengalami kematian pada saat usia ayam 25-30 hari, karena pertumbuhan ayam yang membesar dan pendingin yang kurang memadai sehingga ayam merasa pengap, berdesak-desakan antara satu dengan yang lain. Sebaliknya pada musim hujan juga dirasakan pada saat ayam berusia 15-20 hari yang rentan terkena penyakit. Sementara pada usia 0-14 hari angka kematian sedikit karena pada usia tersebut ayam masih menggunakan penghangat ruangan.
Ciri-ciri ayam broiler yang mati karena cuaca yaitu mati kaku, selain itu saat kondisi hujan deras atau cuaca buruk ayam broiler rentan terkena penyakit, cuaca cukup berpengaruh bagi daya tahan tubuh. Salah satu pengaruh cuaca buruk yaitu saat hujan deras percikan air hujan dapat terhirup oleh ayam sehingga hidung ayam menjadi terisi air, dengan berjalannya waktu ayam dapat terkena penyakit pilek atau sebelum terkena SNOT. Selain itu kondisi kandang menjadi lembab, sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Begitupun pada kondisi periode lainnya saat kondisi panas tiba-tiba hujan, ayam pun dapat menjadi stres mengakibatkan ayam
menjadi tidak mau makan, sehingga daya tahan tubuh ayam berkurang dan dapat mengakibatkan kematian. Perubahan dari hujan hingga panas membuat kondisi ayam tersebut tidak dalam kondisi baik, mengakibatkan ayam tidak dapat bertahan. Kematian pada keadaan cuaca bisa mencapai 200 ekor per tahun pada setiap peternak.
3) Hama Predator
Hama merupakan organisme pengganggu atau pemangsa. Peternakan ayam pedaging pola kemitraan dengan PT. Satwa Mitra Anugerah di Kecamatan Bathin Solapan berdiri diatas lahan terbuka sehingga kemungkinan terdapatnya serangan hama cukup besar.
Organisme yang menjadi hama pemangsa bagi peternakan ayam pedaging ini adalah tungau (kutuan) dan musang. Tungau adalah hama yang sangat kecil tetapi bisa mematikan dan menyebarkan penyakit pada ayam, gejala yang terjadi apabila tungau hinggap pada tubuh ayam yaitu: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus. Musang yaitu pemangsa yang kebanyakan melakukan kegiatannya pada malam hari sehingga para anak kandang cukup kesulitan untuk mendeteksi dan melakukan pencegahan. Hal yang menjadi pendukung stabilitas hama tersebut adalah karena lingkungan peternakan ayam pedaging
pola kemitraan PT. Satwa Mitra Anugerah di Kecamatan Bathin Solapan masih alami dan memiliki banyak pepohonan.
Satu-satunya cara yang dilakukan oleh anak kandang selama ini adalah dengan mengecek kondisi keadaan kandang lebih sering pada malam hari. Proses identifikasi kematian yang disebabkan oleh hama ini tidak terlalu sulit, karena hama predator tersebut tidak memakan semua bagian tubuh ayam.60 Oleh sebab itu perhitungan kematian ayam karena serangan hama menjadi lebih mudah. Kematian ayam terjadi karena keberadaan hama berdasarkan hasil wawancara dengan peternak yaitu terjadi setiap periodenya mulai dari periode 1-10. Serangan hama ini terjadi pada waktu umur ayam masih dibawah 2 minggu karena pemangsa lebih leluasa untuk memangsa, sebab ayam yang masih kecil tidak dapat menghindar atau takut. Ayam yang masih kecil dengan bobot tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pemangsa tidak akan memberikan perlawanan terhadap serangan hama, sehingga hama predator akan lebih leluasa dalam menjalankan aksinya. Sedangkan apabila ayam sudah lebih dari 2 minggu atau sudah memiliki bobot yang besar, predator tersebut juga takut untuk memangsa.
Pergerakan ayam yang terkejut pada waktu masuknya hama ke dalam kandang akan memberikan efek takut terhadap hama
60
Husni Sartika, Wawancara, Peternak Lapangan Helly Km 12-Rangau, pada tanggal 10 Januari 2019
tersebut, terlebih lagi bobot ayam yang besar menjadikan hama enggan untuk memakan korbannya itu. Namun karena pada waktu ayam pedaging umur di bawah 2 minggu selalu terjadi serangan hama maka hal tersebut menunjukkan frekuensi terjadinya risiko produksi yang disebabkan serangan hama ini sangat tinggi dan mengindikasikan perlunya penanganan yang lebih signifikan terhadap serangan hama.
Jumlah kematian ayam tertinggi yang disebabkan oleh serangan hama terjadi pada periode terakhir sebanyak 76 ekor. Pada kurun waktu terjadi curah hujan yang tinggi, hal tersebut memiliki korelasi dengan serangan hama karena pada waktu hujan yang terjadi terus menerus membuat musang yang memiliki habitat alami disekitar kandang pemeliharaan lebih sering masuk kedalam kandang. Hipotesis ini memang belum dibuktikan secara ilmiah, namun berdasarkan wawancara dengan pihak peternak dan juga dari jumlah kematian ayam, hal ini cukup relevan.
4) Penyakit
Penyakit yang menyerang ayam pedaging merupakan faktor terbesar penyebab mortalitas. Ada beberapa jenis penyakit yang menyerang pada peternakan ayam pedaging pola kemitraan PT. Satwa Mitra Anugerah di Kecamatan Bathin Solapan yaitu Chronic
Respiratory Disease, adalah penyakit infeksi pada saluran
gallisepticum. Gejala-gejalanya antara lain ayam sering bersin,
ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernafas. Infectious
Bursal disease, yaitu penyakit yang menyerang sistem kekebalan
tubuh ayam broiler yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejalanya diawali hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar.
Coccidiosis adalah penyakit berak darah, gejalanya: tinja
berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam dan menggigil kedinginan. New Casstle Disease adalah penyakit tetelo, gejalanya: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala
tortikolis yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh. Pullorum adalah penyakit berak kapur, dikatakan penyakit berak
kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Salmonella pullorum, kematian dapat terjadi pada hari keempat
setelah infeksi.
Penyakit ayam ini kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri. Selain itu ada beberapa faktor pendukung penyebaran penyakit diantaranya perubahan kelembaban dan temperatur
lingkungan, perubahan musim, kebersihan kandang dan peralatan, kualitas ransum serta keadaan ayam.
Kematian ayam yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut terjadi pada beberapa periode produksi diantaranya periode ketiga hingga periode akhir. Selain frekuensi terjadinya yang cukup tinggi, dampak yang ditimbulkannya juga besar, tentu saja ini akan sangat merugikan bagi peternak. oleh karena itu penanganan terhadap penyakit yang menyerang ayam pedaging pola kemitraan dengan PT. Satwa Mitra Anugerah di Kecamatan Bathin Solapan ini harus dilakukan dengan baik dan benar. Kemunculan penyakit menjadi sumber risiko yang teridentifikasi pada peternakan ayam pedaging pola kemitraan PT. Satwa Mitra Anugerah di Kecamatan Bathin Solapan memiliki hubungan erat dengan SDM dan sarana prasrana yang ada pada peternakan ayam.
Kebersihan peralatan, sumber air dan struktur kandang terindikasi menjadi faktor penyebab seringnya penyakit menyerang pada peternakan ayam pedaging. Peralatan seperti tempat pakan dan minum tidak dibersihkan pada waktu pemberian pakan dan minum buat ayam dan cenderung kotor. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang anak kandang, kegiatan sterilisasi peralatan ini tidak begitu penting menurut anak kandang khususnya tempat minum, asalkan air yang diberikan tidak terlihat keruh. Selain itu proses pemberian minum yang tidak steril juga
merupakan faktor pendukung lain. Kegiatan ini dilakukan dengan memasukkan tempat minum yang sebelumnya sudah kotor karena dipakai ke dalam tong penampungan air minum.61 Hal ini akan sangat merugikan bagi perkembangan ayam. Perlakuan seperti ini tentu saja akan sangat berbahaya karena tempat minum yaang akan kembali digunakan telah terkontaminasi kotoran.
5) Risiko Sumber Daya Manusia
Risiko sumber daya manusia yang banyak terjadi pada peternakan pola kemitraan dengan PT. Satwa Mitra Anugerah di Kecamatan Bathin Solapan yaitu terletak pada sumber daya alat yang masih konvensional dan perilaku manusianya yang kurang baik. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tidak adanya alat ukur suhu udara kandang, dan pengatur suhu di dalam kandang secara otomatis. Sehingga membuat tingkat kematian ayam lebih tinggi karena sistem bangunan kandang terbuka yang digunakan oleh peternak membuat kondisi di dalam kandang kurang sesuai dengan perubahan cuaca yang cepat sehingga ayam lebih mudah terkena penyakit yang berdampak pada produktivitas yang tidak maksimal.
Sedangkan pada perilaku manusianya yang tidak baik yaitu terletak pada perilaku anak kandangnya. Perilaku yang tidak baik pada anak kandangnya pun juga sangat berpengaruh besar terhadap budidaya ayam broiler. Hal ini di keluhkan oleh salah satu peternak
61
terhadap pekerjaan anak kandangnya yang tidak baik yaitu Bapak Arzoni. Bapak Arzoni mengeluh karena anak kandangnya yang melakukan kecurangan, pemalas dan ceroboh. Kecurangan yang di maksud yaitu pada saat pemanenan tiba, anak kandangnya selalu mengambil beberapa ekor ayam untuk di jual kepada orang luar untuk menambah uang saku anak kandang itu sendiri, sehingga hal ini membuat peternak harus kehilangan beberapa ekor ayamnya untuk diserahkan kepada perusahaan. Solusi pada masalah ini yaitu peternak harus mencatat di buku laporan catatan harian sebagai kematian untuk dilaporkan kepada perusahaan pada saat selesai pemanenan.
Kemudian anak kandangnya pemalas dan juga ceroboh yaitu tidak menjaga kebersihan kandang, mengontrol keadaan ayam dan juga tidak teratur memberi makan dan minum. Keadaan kandang yang tidak bersih membuat ayam terserang penyakit dan menyebabkan kematian. Dengan perilaku anak kandang yang seperti ini membuat peternak bisa mengalami kerugian yang besar. Solusi pada masalah ini yaitu apabila teguran 3 kali tidak bisa berubah menjadi lebih baik maka peternak wajib memecatnya dan mencari anak kandang yang lebih baik.62
Risiko produksi ini yang menjadi kegagalan utama bagi peternak, hal ini dikatakan oleh salah satu peternak yaitu Bapak
62
Abdul karim. Risiko produksi yang terjadi karena alam dan juga berbagai penyakit yang dirasakan oleh Bapak Abdul Karim setiap hari tidak dapat dihindari. Kematian pada risiko produksi ini lebih banyak angka kematiannya yaitu pada cuaca yang tidak menentu, serangan penyakit dan juga hama predator, setiap periode kematiaannya bisa mencapai 100 hingga 200 ekor bahkan lebih.63
Solusi dalam menghadapi risiko ini yaitu lebih memperhatikan keadaan kandang, memantau pekerjaan anak kandang setiap hari, kebersihan yang selalu dijaga dengan baik, pemberian ruang pemanas dan pendingin yang cukup dan pemberian makan dan minum maupun obat-obatan secara teratur agar bisa mengurangi angka kematian dan kerugian yang besar. b. Risiko Rendahnya Kualitas DOC
Kualitas DOC merupakan salah satu penyebab risiko kematian pada budidaya pembesaran ayam broiler. Penyebabnya dikarenakan DOC ada yang berasal dari indukan muda atau indukan berumur afkir, hal tersebut mempengaruhi kualitas DOC yang dihasilkan. DOC yang memiliki kualitas rendah dapat dilihat dengan ciri-ciri yaitu kaki DOC kering. Selain itu DOC terlihat stres ditandai dengan ciri-ciri DOC tidak mau makan, akibatnya fisik DOC menjadi lemah.
DOC juga dapat dikatakan rendah apabila ketahanan tubuh DOC rendah, hal tersebut dapat dilihat jika DOC yang dikirim tidak
63
mampu beradaptasi dengan kondisi jalan saat proses pengiriman DOC kekandang berlangsung. Sehingga DOC yang tidak dapat bertahan selama proses pengiriman mengalami stres atau kurang lincah saat masuk kedalam kandang. Khusus periode ke 5 dan ke 6 kualitas DOC dari perusahaan inti cukup rendah, hal tersebut dirasakan hampir semua peternak yang berada di Kecamatan Bathin Solapan. DOC tersebut berasal dari induk muda dan induk afkir, hal tersebut dapat dilihat dari kaki DOC yang kecil dan kering. Sehingga angka kematian pada kondisi ini bisa mencapai 150 ekor pertahun pada setiap masing-masing peternak.
Peternakan ayam adalah salah satu andalan dalam salah satu bisnis di Indonesia. Ayam pedaging pun menjadi komoditas utama karena pertumbuhannya yang cepat. Citra rasa ayam pedaging ini pun bermacam-macam sehingga banyak peminatnya, kualitas ayam pun tidak menjadi masalah besar bagi perusahaan dan juga masyarakat, yang terpenting adalah harga yang murah.
Tetapi ini sangat dikeluhkan sekali oleh peternak apabila mereka mendapatkan kualitas DOC yang tidak baik. Salah satu peternak yang mengeluh karena kualitas DOC yang rendah yaitu Bapak Lubis. Bapak Lubis mengatakan dalam 1 tahun atau 6 periode pembudidayaan ayam broiler ini peternak pasti mendapatkan DOC yang tidak baik dalam 2 atau 3 periode. DOC yang tidak baik atau DOC yang tidak bisa besar pada usianya membuat para peternak
mengeluh karna mereka tidak mendapatkan tonase sebagaimana yang sudah ditentukan oleh perusahaan inti berapa ton yang harus diangkut setiap periodenya. Sehingga peternak tidak mendapatkan keuntungan bahkan bisa mengalami kerugian belasan juta yang harus dibayar kepada perusahaan inti. Pembayaran kerugian peternak ini bisa dicicil pada setiap periode kepada perusahaan inti.64 Berikut data keuntungan dan kerugian peternak:
Tabel 4.3
Rata-Rata Pendapatan Peternak Per Periode di Kecamatan Bathin Solapan
Periode Keuntungan Kerugian
Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Periode 6 Rp. 14.000.000 Rp. 13.000.000 Rp. 11.000.000 Rp. 12.000.000 - Rp. 7.000.000 - - - Rp. -13.000.000
10 menjelaskan salah satu peternak pernah mengalami kerugian sebesar Rp. -13.000.000 pada periode ke 5. Kerugian ini karena bibit ayam yang diterima dari perusahaan tidak bagus, ayam tidak bisa besar, pada usia 30 hari bobot ayam hanya mencapai 1.2 kg. Pada umumnya 1.2 kg itu ayam yang baru berusia 22 hari, dengan kualitas ayam yang tidak dapat berkembang peternak hanya bisa mendapatkan tonase sebesar 4,5 ton. Sementara pada kualitas ayam yang bagus peternak biasanya mendapatkan tonase hingga 8 ton setiap periode.
64
Dalam keadaan ini peternak tidak bisa menolak apapun dan bagaimana pun kondisi ayam, karena melihat kualitas ayam baik atau tidaknya yaitu setelah beberapa hari pemeliharaan. Dalam risiko ini, solusi yang dapat diberikan adalah perusahaan harus selalu memantau dan melihat langsung kualitas dan mutu bibit tersebut sebelum dikirim kepada para mitra. Karena jika tidak dipantau secara langsung dan dilihat secara serius bisa saja terjadi loss (terlupakan) dan ini bisa berakibat pada kerugian yang lebih besar bagi peternak.
c. Risiko harga pasar yang tinggi
Risiko pasar yang tinggi juga menjadi salah satu kendala yang bisa merugikan peternak dalam budidaya ayam broiler. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, fluktuasi harga merupakan salah satu yang harus didapati peternak broiler tiap tahunnya. Dengan harga ayam yang melambung tinggi, perusahaan inti lebih lambat dalam pengangkutan ayam ke peternak, dikarenak agen-agen ayam menunda pembelian terhadap perusahaan inti. Pemanenan normalnya hanya 25 hari sampai 30 hari, dikarekan harga yang tinggi pemanenan melambat hingga 40 bahkan 45 hari. Kerugian ini ditanggung oleh peternak, kerugian yang di tanggung oleh peternak ialah biaya pakan untuk ayam broiler semakin bertambah, dan angka kematianpun tidak menutup kemungkinan akan bertambah. Kematian pada saat harga tinggi bisa mencapai 200 ekor pertahun.
Tabel 4.4
Rata-Rata DOC Hidup dan Mati dalam Budidaya Ayam Broiler di Kecamatan Bathin Solapan
Budidaya 1 No DOC Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 1 2 Hidup Mati 3975 25 3942 33 3904 38 3874 30 Budidaya 2 No DOC Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 1 2 Hidup Mati 3986 14 3948 38 3908 40 3871 37 Budidaya 3 No DOC Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 1 2 Hidup Mati 3978 22 3930 48 3875 55 3851 24 Budidaya 4 No DOC Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 1 2 Hidup Mati 3981 19 3948 33 3879 42 3857 22 Budidaya 5 No DOC Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 1 2 Hidup Mati 3977 23 3947 30 3908 39 3875 33 Budidaya 6 No DOC Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 1 2 Hidup Mati 3973 27 3927 46 3865 62 3827 38 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dalam budidaya ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan ini dapat melakukan budidaya 6 kali dalam 1 tahun, 1 kali budidaya ayam membutuhkan waktu 30 hari
atau 4 minggu. Waktu dimana ayam broiler dipelihara hingga panen. Pemeliharaan hingga panen dalam usaha ayam broiler ini dapat terjadi angka mortalitas. Jadi angka mortalitas ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan ini dapat terjadi pada minggu ke 3 dimana mulai tumbuh besar sehingga penyebab kematian ayam karena saling berdesak-desakan dan memperebutkan makan atau minum. Selain itu, angka kematian pada minggu ke 1 angka mortalitas tidak besar karena ayam hanya butuh penghangat yang cukup. Pada minggu ke 4 kematiannya menurun dari pada minggu ke 3, karena peternak mencegah dengan pemberian skat atau dibagi menjadi 4 skat sehingga membantu untuk kematian yang meningkat.
Fluktuasi harga yang tidak menentu di pasaran adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri maupun di cegah. Dengan adanya harga yang tinggi membuat perusahaan mendapat keuntungan yang sedikit lebih besar dibandingkan pada saat harga yang menurun. Karena harga yang ditetapkan kepada peternak adalah harga yang jauh dibawah pasarannya. Sehingga jika harga dipasar mengalami kenaikan inilah yang menjadi sedikit peluang bagi perusahaan untuk mendapat keuntungan. Apalagi kenaikan harga pasar pada saat hari-hari besar yaitu seperti Idul Fitri, Idul Adha dan juga Tahun baru, perusahaan akan mendapat keuntungan yang sangat besar.
Namun risiko pasar yang tinggi dikeluhkan oleh salah satu peternak yaitu Bapak Yusran, bahwa dengan harga yang tinggi
dipasaran para agen akan lebih sedikit mengambil ayam ke peternak, karena permintaan ayam sedikit. Akibatnya pemanenannya lambat, sehingga biaya pakan bertambah dan kematian pun juga bertambah.65 Naiknya harga ayam dipasaran tidak menjadikan Bapak Yusran mendapatkan keuntungan yang lebih, baik itu hari-hari besar maupun hari biasa malah sebaliknya, keuntungan ini justru didapat oleh pihak perusahaan inti.
Ayam potong menjadi komoditas utama karena pertumbuhannya yang cepat, perkembangan ayam potong memberikan manfaat yang besar bagi pelaku usaha. Peternakan ayam ini adalah andalan dalam salah satu usaha bisnis yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Dengan adanya ayam potong yang menjadi komoditas utama dan banyak diminati dari kalangan muda maupun tua. Usaha ternak ayam potong ini pun memiliki banyak risiko yang tidak kita ketahui, risiko yang dihadapi peternak ayam potong ialah serangan penyakit, cuaca yang tidak menentu, hama predator, fluktuasi harga dan kualitas DOC yang tidak baik.
Manajemen risiko merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan risiko yaitu dari perencanaan (planning), penilaian (assesment), penanganan (handling) dan pemantauan (monitoring). Perencanaan (planning) biasanya direncanakan sebelum
65
DOC (Day Old Chick) datang di kandang atau persiapan kandang dibudidayakan, adanya perencanaan (planning) ini dapat mengurangi penyebab yang tidak diinginkan pada saat budidaya ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan. Hal yang dapat menyebabkan adanya kendala pada saat budidaya yaitu keadaan kandang dan DOC (Day Old
Chick).
Penanganan (Handling), proses budidaya ayam broiler ini perlu adanya penanganan secara cepat. Penanganan yang paling diutamakan disaat ayam terkena penyakit, karena penyakit merupakan faktor yang dapat merugikan peternak karena dapat menurunkan produksi ayam broiler dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi. Pemantauan (monitoring), pemantauan dalam budidaya ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan ini dipantau oleh peternak dan PPL yang sudah disediakan oleh PT yang bekerjasama dengan peternak. Penilaian (assesment), dilakukan setelah ayamnya siap dipanen dan PPL juga mengontrol bobot ayam broiler yang akan siap dipanen. Penilaian yang terutama pada keadaan ayam yang sehat, karena ayam yang sehat akan mudah untuk dilakukan pemanenan. Penilaian pada pakan, pakan yang sudah dipatok per 4000 ekor menggunakan 200 zak, PPL melihat menggunakan bagaimana peternak menggunakan pakan sesuai target atau melebihi target yang sudah ditetapkan oleh PT.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa setelah menentukan sumber risiko utama penentu keberhasilan usaha ayam pedaging di
Kecamatan Bathin Solapan, maka sangat perlu memutuskan bagaimana penanganan risiko tersebut. Peternak-peternak di Kecamatan Bathin Solapan sadar betul bahwa dalam usaha ayam pedaging akan menghadapi berbagai macam risiko. Oleh karena itu peternak harus mempunyai strategi dalam menghadapi risiko tersebut. Pada dasarnya peternak ayam pedaging di Kecamatan Bathin Solapan belum menerapkan manajemen risiko dengan baik, hal ini disebabkan peternak memiliki pengetahuan yang terbatas akan hal itu. Peternak hanya mampu mengantisipasi risiko usaha dengan belajar berdasarkan pengalaman sebelumnya tanpa mampu memperhitungkan besarnya risiko yang dihadapi.
Dalam menghadapi risiko pada sektor pertanian, maka peternak dapat melakukan berbagai cara atau strategi untuk mengurangi dampak kerugian. Strategi pengelolaan risiko terdiri dari: 1) Diverifikasi Usaha
(enterprise diverification), 2) Integrasi Vertikal (vertical integration),
3) Kontrak Produksi (production contract), 4) Kontrak Pemasaran
(marketing contract), 5) Perlindungan Nilai (hedging), dan 6) Asuransi (insurance).
4. Teknik Analisis Data
Analisis data ini yaitu data peternak yang membudidayakan ayam potong selama 1 tahun terakhir. Teknik analisis ini adalah analisis deskriptif yang penulis dapatkan langsung dari hasil wawancara kepada peternak ayam potong di Kecamatan Bathin Solapan. Berikut data 1 tahun terakhir dari peternak:
Gambar 4.1
Gambaran Umum Risiko yang dialami Peternak dari Periode ke Periode.
Berdasarkan gambar 2, bahwa rata-rata produksi diambil dari 24 responden peternak ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan. Ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan mengalami ketidakstabilan, dimana pada periode keempat mengalami hasil yang cukup baik yaitu 95.50%, sedangkan pada periode keenam yaitu pada bulan September hingga Oktober tahun 2018 mengalami hasil produksi yang kurang maksimal yaitu 92.70%. Selain adanya fluktuasi produksi, indikasi adanya risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan yaitu adanya gap antara hasil produksi yang diharapkan dengan hasil produksi aktual.
Berdasarkan gambar 2, rata-rata kematian ayam broiler tertinggi yaitu pada periode ke 5, hal ini dilihat dari kecilnya nilai survival rate budidaya pembesaran ayam broiler. Produksi ayam broiler terendah terjadi
95.70% 95.10% 95.20% 95.50% 92.70% 94.30% 91.00% 91.50% 92.00% 92.50% 93.00% 93.50% 94.00% 94.50% 95.00% 95.50% 96.00%
pada periode ke 5 sebesar 89.35%. Periode ke 5 ini beberapa sumber risiko sangat berpengaruh, mulai dari serangan penyakit, timbul beberapa penyakit yang jarang terjadi, kondisi cuaca yang panas sehingga mengakibatkan suhu dalam kandang terlalu tinggi, dan juga kualitas DOC pada periode ke 5 ini sangat rendah.
Dengan berpengaruhnya beberapa risiko produksi pada periode ke 5 ini mengakibatkan tingkat mortalitas produksi ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan tinggi. Jika mengacu pada taraf toleransi kematian yang yang dibuat oleh perusahaan inti yaitu tingkat kematian 5%, maka hampir setiap periode beberapa peternak hasil produksinya tidak sesuai dengan hasil produksi yang diharapkan oleh perusahaan inti. Hal ini merupakan suatu risiko produksi yang terjadi pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Bathin Solapan.
B. Tinjauan Ekonomi Islam tentang Penerapan Manajemen Risiko Usaha Ternak Ayam Potong di Kecamatan Bathin Solapan
Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi Islam memiliki perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip-prinsip syari’ah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, serta dilengkapi dengan ijma’ dan qiyas. Sistem ekonomi Islam saat ini dikenal dengan sistem ekonomi syari’ah. Kaedah hukum asal syari’ah yang berlaku dalam urusan muamalah adalah bahwa semuanya dibedakan kecuali ada ketentuan Al-Qur’an dan Hadits yang melarangnya.
Kerjasama merupakan karakteristik yang melekat kuat dalam sistem ekonomi Islam, sekaligus membedakannya dengan sistem ekonomi lain. Nilai
kerjasama dalam sistem ekonomi Islam harus dapat tercermin dalam semua tingkat kegiatan ekonomi, produksi, distribusi barang dan jasa. Pengertian kerja dalam ekonomi Islam mencakup semua pekerjaan fisik. Hal ini berbeda dengan pekerjaan dalam ekonomi konvensional yang hanya menghasilkan barang dan jasa untuk mendapatkan imbalan tertentu dari suatu pekerjaan.66
Tanpa kita sadari bahwa Al-Qur’an sudah memberikan petunjuk bagi manusia bahwa ada peluang usaha yang terbuka lebar di bidang peternakan ayam dari masa lalu, sekarang dan akan datang. Peternak tidak perlu susah payah dalam melakukan survey terhadap tingkat konsumsi daging unggas. Sebab, didalam Al-Qur’an yang merupakan pedoman kehidupan bagi manusia sudah menuliskannya, sehingga tidak diragukan lagi akan kebenarannya.
Peluang usaha yang menjanjikan. Dunia bisnis selalu mengkaji dua persoalan yaitu supply (ketersediaan) dan demand (kebutuhan). Kebutuhan daging ayam yang selama ini sudah tertulis didalam Al-Qur’an akan abadi hingga akhir zaman. Bisnis di bidang peternakan ayam sudah dipastikan berlanjut sampai masih ada yang membutuhkan, sehingga selama masih ada manusia maka kebutuhannya akan daging ayam selalu tinggi bahkan sampai akhir zaman.
Usaha ternak pedaging saat ini tidak lagi bergerak secara tradisional melainkan menjadi industri yang melihat beberapa pihak yaitu pihak perusahaan dan peternak selaku mitra. Melalui kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga
66
Jaribah Bin Ahmad Al-haritsi, Fiqih Ekonomi Umar Bin Khattab, (Jakarta: Khalifa, 2006), h. 63
memperkuat posisi tawar peternak, berkurangnya risiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan peternak. kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan usaha yang dilandasi kerjasama antara perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya merupakan kerjasama vertikal (vertical partnership).67 Kerjasama tersebut mengandung
pengertian bahwa kedua belah pihak harus memperoleh keuntungan dan manfaat. Peternak pola kemitraan (sistem kontrak harga) adalah peternak yang menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga output dan input yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima selisih dari perhitungan input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola kemitraan cukup dengan menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik dan air, sedangkan bibit day old chick (DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta pemasaran disediakan oleh perusahaan inti. Pada saat panen perusahaan inti akan memotong utang peternak plasma berupa day old chick (DOC), pakan dan obat-obatan.
Ketentuan mengenai prosedur teknik pola kemitraan dalam fiqih Muamalah tidak dijelaskan terutama yang berkaitan dengan prosedur pola kemitraan seperti: pola inti plasma, pola sub kontrak, pola dagang umum, pola keagenan, dan bentuk-bentuk lainnya. Adanya ketentuan tersebut, meskipun tidak ditentukan dalam fiqih Muamalah secara esensial dan prinsipal tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada sebab persoalan prosedural
67
dalam bermuamalah dikalangan umat Islam selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi atau tingkat kebutuhan masyarakat yang ada.68
Keuntungan yang diperoleh peternak berasal dari jumlah harga ayam siap panen yang dipelihara dikurangi dengan jumlah biaya SAPRONAK (Sarana Produksi Ternak) yang dikeluarkan pihak inti/perusahaan selama satu periode panen. Seperti yang telah disebutkan dalam surat perjanjian kerjasama, Pasal 4 nomor 6 tentang hak pihak plasma yang berbunyi: “Mendapatkan keuntungan yang dihitung dari Rekapitulasi Hasil Pemeliharaan Peternak (RHPP)”. Jadi diakhir masa panen semua kebutuhan yang digunakan selama proses pemeliharaan ayam dan keuntungan yang berhak didapatkan oleh peternak akan dirangkum dalam laporan yang dibuat oleh perusahaan yang disebut RHPP (Rekapitulasi Hasil Pemeliharaan Peternak).
Adapun keuntungan yang didapatkan pihak perusahaan inti berasal dari penjualan ke tengkulak atau agen-agen resmi di pasar umum yang tentu harganya jauh lebih tinggi. Jadi perusahaan bebas menjual ulang ayam hasil kerjasama dengan peternak selama masa panen dan dijual kepada tengkulak. Pada praktik pembagian proporsi keuntungan antar perusahaan dan peternak sudah dilakukan dengan proporsional sesuai dengan surat perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pembagian tersebut tentu sudah sesuai dengan hukum Islam karena persentase keuntungan sudah
68
ditentukan diawal kontrak/akad dan berdasarkan keuntungan nyata yang sudah diperoleh dari usaha bukan dari modal yang diberikan oleh kedua pihak.
Selain memperoleh keuntungan, dalam kerjasama tentu tidak menutup kemungkinan adanya kerugian yang terjadi. Pembagian kerugian dalam kerjasama pola kemitraan antara PT. Satwa Mitra Anugerah dengan peternak adalah bagi perusahaan inti kerugian yang diperoleh pada saat harga SAPRONAK mengalami kenaikan, karena harga sudah ditentukan didalam kotrak sebelum melakukan kerjasama. Jadi apabila harga SA PRONAK naik, maka kerugian ditanggung oleh perusahaan. Adapun kerugian yang ditanggung oleh peternak adalah ketika kematian ayam terlalu banyak dan melebihi persentase yang diharapkan dan DOC yang diterima tidak bisa berkembang dengan baik, maka kemungkinan besar peternak mengalami kerugian.
Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas dasar kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko usaha ternak ayam potong di Kecamatan Bathin Solapan menurut tinjauan ekonomi Islam masih kurang efisien, diantaranya:
1. Risiko kualitas DOC yang buruk
Dilihat dari segi kualitas DOC yang dikirim oleh perusahaan inti kepada plasma tidak selalu bagus, yang akibatnya akan merugikan peternak. Sedangkan menurut Ekonomi Islam kemitraan adalah bentuk kerjasama baik dari segi profit maupun non profit. Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya.
Akan tetapi kerjasama antara peternak dan perusahaan yang berada di Kecamatan Bathin Solapan masih merugikan satu pihak. Karena kurangnya ilmu pengetahuan peterrnak dalam ilmu peternakan, maka jika DOC masuk ke kandang dan tidak adanya perjanjian antara peternak dengan perusahaan mengenai kualitas DOC sebelum melakukan kerjasama. Akibatnya jika kualitas DOC yang masuk itu tidak bagus peternak harus menanggung kerugian itu sendiri dan tidak ada tanggung jawab perusahaan.
2. Risiko kematian
Di dalam kontrak telah disepakati bahwa ayam mati adalah menjadi tanggung jawab peternak, sehingga pihak peternak harus dikenakan biaya potongan untuk ayam mati pada saat panen tiba. Hal
tersebut tidak sesuai dengan syariah Islam dikarenakan tidak adanya proses konfirmasi tindak lanjut apakah penyebab dari kematian ayam pedaging. Jika memang ayam mati karena kelalaian pihak peternak, maka sudah sepantasnya jika pihak peternak diharuskan untuk membayar biaya ganti rugi. Namun, jika ayam mati karena faktor alam maka sudah seharusnya kerugian ditanggung bersama atau berdasarkan proporsi modal masing-masing pihak.
3. Risiko sumber daya manusia
Risiko sumber daya manusia lebih kepada perilaku pekerja yang tidak jujur dan melakukan kecurangan kepada pemilik ternak. Dan tidak adanya kontrak perjanjian antara peternak dengan karyawan atau anak kandang mengenai tata tertib sebagai pekerja. Sehingga mengakibatkan peternak mengalami kerugian yang harus ditanggung sendiri. Dalam ekonomi Islam kecurangan ini tidaklah dibenarkan.
4. Risiko pasar
Risiko pasar yang tinggi mengakibatkan pemanenan terhambat dan berisiko pada kematian. Jika hal ini terjadi maka peternak akan menanggung kerugian ini sendiri. Dari kerjasama antara peternak dengan perusahaan inti di Kecamatan Bathin Solapan kerugian lebih banyak ditanggung oleh peternak.
Sebagaimana Alah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Shaad ayat 24:
Artinya:“Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh”.69
Kemudian diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: “Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.” (H.R Abu Daud).70
Maksud dari hadist diatas adalah bahwa Allah Swt akan selalu bersama orang yang berserikat dengan memberi pertolongan dan limpahan rezeki dalam perniagaan mereka. Apabila diantara mereka telah melakukan khianat kepada yang lain, maka Allah akan mencabut pertolongan dan limpahan berkah dari keduanya.71
Agama Islam menganjurkan setiap umat manusia ketika melaksanakan akad atau perjanjian dengan sesamanya, harus memenuhi akad-akad yang telah dibuatnya tersebut. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 1:
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu, hewan
ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.72
69
M. Abdul Mujieb, Op.Cit., h. 344
70
Abu Daud, Kitab Sunah Darul Fikri, Jilid 2, Bairut: 1994/1414, h. 127
71
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid V, (Depok: Gema Insani, 2011), h. 514
72
Prinsip ekonomi syariah yang dapat dijadikan pedoman oleh umat muslim dalam bekerja untuk menghadapi dirinya dan keluarganya adalah menerima risiko yang terkait dengan pekerjaan, keuntungan dan manfaat yang diperoleh juga terkait dengan jenis pekerjaan. Karena itu, tidak ada keuntungan yang diperoleh seseorang tanpa sebuah risiko. Hal ini merupakan jiwa dari prinsip “dimana ada manfaat di situ ada risiko”.