• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UPAYA PENGELO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UPAYA PENGELO"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PT

M

AKMUR

S

EJAHTERA

W

ISESA

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

DAN

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

PLTU BATU BARA 2 X 30 MW

DI TANJUNG – TABALONG

(2)

KATA PENGANTAR

Berdasarkan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 27 tahun 1999, dan Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, PT Makmur Sejahtera Wisesa tidak

wajib melaksanakan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi

kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) di Daerah Tanjung -

Tabalong, Kalimantan Selatan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka disusunlah dokumen Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan

dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) Tanjung – Tabalong, Provinsi Kalimantan

Selatan.

Penyusunan dokumen UKL-UPL ini menyesuaikan kepada format dalam Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL).

Dengan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini, PT Makmur Sejahtera Wisesa

menunjukkan kesungguhannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan

pengopersian PLTU Tanjung-Tabalong yang berwawasan lingkungan, serta

berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan daerah secara berkelanjutan

sesuai dengan komitmen dan kebijakan perusahaan di bidang lingkungan hidup.

Jakarta, Januari 2007 Pemrakarsa,

Chander Vinod Laroya

(3)

Halaman 1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL ... 1-2 1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusunan UKL-UPL …… 1-3 1.3.1. Identitas Pemrakarsa ……….. 1-3 1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL ……….. 1-3

1.4. Peraturan dan Perundang-undangan yang dipergunakan sebagai Acuan

UKL dan UPL ……… 1-4 2.4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan yang Menimbulkan Dampak ….. 2-2 2.4.1. Kegiatan pada Tahap Pra Konstruksi ……… 2-3 2.4.2. Kegiatan pada Tahap Konstruksi ………... 2-5 2.4.3. Kegiatan pada Tahap Operasi ……… 2-11 2.4.4. Kegiatan pada Tahap Pasca Operasi ……… 2-17 2.5. Sumber-sumber Polutan dan Penanganannya ……… 2-17 2.5.1. Penanganan Polutan Limbah Padat ... 2-20 2.5.2. Penanganan Polutan Limbah Cair ... 2-20 2.5.3. Penanganan Polutan Buangan Gas ... 2-21

BAB III RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1. Komponen Fisik Kimia ………. 3-1

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(4)

3.3.2.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 3-25 3.3.3. Kegiatan Kemasyarakatan Keamanan dan Ketertiban ... 3-26 3.3.4. Sikap dan Persepsi Masyarakat ... 3-26 3.3.5. Kesehatan Masyarakat ... 3-28 3.3.5.1. Pola Penyakit ... 3-28 3.3.5.2. Status Gizi ... 3-29 3.3.5.3. Sanitasi Lingkungan ... 3-29 3.3.5.4. Pembuangan Sampah ... 3-30 3.3.5.5. Pembuangan Kotoran ... 3-30 3.3.5.6. Sumber Air Bersih ... 3-30

BAB IV DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI 4-2

4.1. Dampak pada Tahap Pra Konstruksi 4-2

4.1.1. Dampak terhadap komponen Sosial Budaya 4-2

4.2. Dampak pada Tahap Konstruksi 4-4

4.2.1. Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia 4-4

4.2.2. Dampak terhadap komponen Biologi 4-12

4.2.3. Dampak terhadap komponen Sosial, Ekonomi, Kesehatan Masyarakat 4-13

4.3. Dampak pada Tahap Operasi 4-22

4.3.1. Dampak terhadap komponen Geo Fisik Kimia 4-22

4.3.2. Dampak terhadap komponen Biologi 4-29

4.3.3. Dampak terhadap komponen Sosial, Budaya, dan Ekonomi 4-35 4.3.4. Dampak terhadap komponen Kesehatan Masyarakat 4-38 4.4. Dampak padaTahap Pasca Operasi ………. 4-39 4.4.1. Dampak terhadap Fisik Kimia dan Biologi ……… 4-39 4.4.2. Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan ………. 4-40

BAB V PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB VI PERNYATAAN PEMRAKARSA 6-1

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(5)

Halaman

Tabel 2-1 Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU ……. 2-2

Tabel 2-2 Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap

Konstruksi ... 2-5

Tabel 2-3 Jenis-jenis material yang dibutuhkan ... 2-7

Tabel 2-4 Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU ……… 2-8

Tabel 2-5 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi ... 2-9

Tabel 2-6 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi ... 2-9

Tabel 3-1 Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada

rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya ………….. 3-3

Tabel 3-2 Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU ………... 3-4

Tabel 3-3 Hasil analisis contoh pada berbagai lokasi pengambilan sampel

3-12

Tabel 3-4 Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan

tanah ………. 3-16

Tabel 3-5 Pendugaan besarnya erosi tanah ……… 3-17

Tabel 3-6 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya

bahaya erosi ……… 3-18

Tabel 3-7 Jenis Satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU 3-20

Tabel 3-8 Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas

Murung Pudak, Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan 2006 ... 3-28

Tabel 4-1 Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan dan

pengoperasian PLTU ……… 4-1

Tabel 4-2 Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan

Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ……….. 4-2

Tabel 4-3 Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan

Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ………... 4-3

Tabel 4-4 Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap

Kualitas Udara pada Tahap Konstruksi ………. 4-4

Tabel 4-5 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap

Fisiografi pada Tahap Konstruksi ……… 4-5

Tabel 4-6 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap

Tanah pada Tahap Konstruksi ……… 4-7

Tabel 4-7 Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana

terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi ……….. 4-9

Tabel 4-8 Dampak kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap

Fisiografi pada Tahap Konstruksi ………. 4-10

Tabel 4-9 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap

Biota Darat pada Tahap Konstruksi ……… 4-12

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(6)

terhadap Ekonomi pada Tahap Konstruksi ………

Tabel 4-11 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja

terhadap Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi ………. 4-15

Tabel 4-12 Dampak kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material

terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap

Konstruksi ……… 4-17

Tabel 4-13 Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap

Konstruksi ……… 4-18

Tabel 4-14 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja

terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap

Konstruksi ……… 4-19

Tabel 4-15 Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap

Kesehatan Masyarakat pada Tahap Konstruksi ……….. 4-21

Tabel 4-16 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas

Udara pada Tahap Operasi ………. 4-22

Tabel 4-17 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan 4-23

Tabel 4-18 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada

Tahap Operasi ……… 4-24

Tabel 4-19 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air

pada Tahap Operasi ……….. 4-26

Tabel 4-20 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air

pada Tahap Operasi ……….. 4-28

Tabel 4-21 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat

pada Tahap Operasi ……….. 4-29

Tabel 4-22 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik

pada Tahap Operasi ... 4-31

Tabel 4-23 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik

pada Tahap Operasi ……….. 4-33

Tabel 4-24 Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU

terhadap ekonomi pada Tahap Operasi ………. 4-35

Tabel 4-25 Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU

terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi 4-37

Tabel 4-26 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan

Masyarakat pada Tahap Operasi ……… 4-38

Tabel 4-27 Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan

Biologi pada Tahap Pasca Operasi ………. 4-39

Tabel 4-28 Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan

Kesehatan Masyarakat Tahap Pasca Operasi ………. 4-40

Tabel 5-1 Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan

pengoperasian PLTU ………. 5-1

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(7)

kegiatan survey lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat

pada Tahap Pra Konstruksi ……….. 5-2

Tabel 5-3 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi

masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ………. 5-3

Tabel 5-4 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas

Udara pada Tahap Konstruksi ………. 5-4

Tabel 5-5 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi

pada Tahap Konstruksi ………. 5-5

Tabel 5-6 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap

Tanah pada Tahap Konstruksi ……… 5-6

Tabel 5-7 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap

Fisiografi pada Tahap Konstruksi ……… 5-7

Tabel 5-8 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi pada

Tahap Konstruksi ……… 5-8

Tabel 5-9 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota

Darat pada Tahap Konstruksi ……….. 5-9

Tabel 5-10 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap

Ekonomi pada Tahap Konstruksi ……… 5-10

Tabel 5-11 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap

Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi ……….. 5-11

Tabel 5-12 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material terhadap Sikap

dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi ……….. 5-12

Tabel 5-13 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengadaan material pembangunan terhadap Sikap

dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi ……….. 5-13

Tabel 5-14 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap

Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Konstruksi ……… 5-15

Tabel 5-15 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan

Masyarakat pada Tahap Konstruksi ……… 5-16

Tabel 5-16 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan PLTU terhadap Kualitas Udara pada Tahap Operasi 5-17

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(8)

kegiatan PLTU terhadap Kebisingan pada Tahap Operasi ……

Tabel 5-18 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada Tahap

Operasi ……… 5-20

Tabel 5-19 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air pada

Tahap Operasi ………. 5-21

Tabel 5-20 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap

Operasi ……… 5-23

Tabel 5-21 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan PLTU terhadap Biota Darat pada Tahap Operasi …… 5-24

Tabel 5-22 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik pada

Tahap Operasi ………. 5-25

Tabel 5-23 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik pada Tahap Operasi ... 5-26

Tabel 5-24 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap

Ekonomi pada Tahap Operasi ………. 5-27

Tabel 5-25 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap

Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi …………. 5-28

Tabel 5-26 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat

pada Tahap Operasi ……….. 5-29

Tabel 5-27 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap fisik, kimia, dan biologi pada Tahap Pasca Operasi ... 5-30

Tabel 5-28 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap

sosial dan kesehatan masyarakat pada Tahap Pasca Operasi 5-31

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN TEKS

Lampiran Teks 2-1 Peta Situasi Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan Lokasi Pengelolaan/Pemantauan Lingkungan

Lampiran Teks 2-2 Lay Out Rencana PLTU 2 x 30 MW Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 2-3 Flow Diagram PLTU PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 2-4 Schematic Diagram DM Water System

Lampiran Teks 2-5 Water Balance Diagram

Lampiran Teks 2-6 Spesifikasi Batubara Wara

Lampiran Teks 2-7 Schematic Diagram Coal Handling System

Lampiran Teks 2-8 Analisa Kandungan Abu

Lampiran Teks 2-9 Schematic Diagram Ash Handling System

Lampiran Teks 3-1 Data Uji Kualitas Udara, Kebisingan, dan Emisi di Dalam dan Sekitar Llingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 3-2 Analisis Probabilitas Frekuensi Debit Minimum Sungai

Tabalong (Metode Gumbel Type III)

Lampiran Teks 3-3 Data Hasil Uji Kualitas Air di Dalam dan Sekitar Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 3-4 Data Hasil Uji Kualitas Tanah di Dalam Lingkungan

Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 3-5 Data Hasil Uji Biota Akuatik di Dalam dan Sekitar Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 3-6 Prakiraan Kadar Emisi Rencana PLTU Tanjung-Tabalong

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(10)

Lampiran 1 Surat Izin Persetujuan Prinsip Pembangunan PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran 2 Memorandum of Understanding for Fuel Supply Agreement

between PT Makmur Sejahtera Wisesa and PT Adaro Indonesia (Adaro)

Lampiran 3

Lampiran 4

Dokumentasi (foto) Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan Sekitarnya

TANGGAPAN PEMRAKARSA dan TIM PELAKSANA UKL-UPL terhadap EVALUASI DOKUMEN UKL-UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG tanggal 30 Januari 2007

UKL & UPL PLTU TANJUNG-TABALONG

(11)

1. PENDAHULUAN 1- 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah

Kalimantan Selatan-Tengah-Timur, pemerintah memberikan kesempatan kepada

pihak swasta untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang energinya baik

untuk memenuhi kepentingan sendiri maupun dimanfaatkan untuk kepentingan

masyarakat melalui PLN.

Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Makmur Sejahtera Wisesa

(MSW), perusahaan yang bergerak dalam bidang kelistrikan yang berpusat di

Jakarta, yang merencanakan pembangunan dan pengoperasian pembangkit

baru berupa Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 2 x 30 MW (selanjutnya

disebut PLTU) yang berlokasi di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan

Selatan. Energi listrik yang dihasilkan rencananya akan disalurkan untuk

memenuhi kegiatan pertambangan batubara PT ADARO INDONESIA, dan

sebagian lagi akan disalurkan ke PT PLN.

Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai

perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan yang

akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis

Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan PLTU Tanjung termasuk kategori

kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan Studi AMDAL, sehingga harus

melakukan studi UKL-UPL sebagai bagian dari studi kelayakan kegiatan proyek

dilihat dari aspek lingkungan hidup.

Di samping berbagai dampak positif yang diharapkan, muncul juga

berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan terhadap lingkungan hidup sebagai

efek dari kegiatan pembangunan PLTU. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan

pembangunannya harus pula diikuti dengan kegiatan pengelolaan lingkungan yang

diarahkan pada upaya untuk mencegah atau menanggulangi dampak negatif dan

mengembangkan dampak positif agar manfaat yang diperoleh dari kegiatan

(12)

1. PENDAHULUAN 1- 2

MSW memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan hidup yang

dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup bagi seluruh

kegiatan di lingkungan kerja kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang potensial

menimbulkan dampak penting.

Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses

perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan lingkungan

hidup.

1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL

Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong

adalah:

• Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin timbul dan

upaya pemantauannya untuk menilai keberhasilan upaya pengelolaan

yang telah dilakukan.

• Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat tentang

pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagai akibat

kegiatan yang telah dilaksanakan.

• Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai

wujud upaya menunjang konsep pembangunan yang berwawasan

lingkungan.

Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU

Tanjung-Tabalong adalah:

• Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup, yang diprakirakan akan

terkena dampak akibat pelaksanaan kegiatan PLTU.

• Mengidentifikasikan kegiatan yang diprakirakan berpotensi

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.

• Menyusun dokumen UKL dan UPL sebagai pedoman dalam

melaksanakan pengelolaan dan pemantauan dampak penting terhadap

lingkungan hidup baik bersifat positif maupun negatif berkenaan

(13)

1. PENDAHULUAN 1- 3

• Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan

guna mengoptimalkan dampak penting kegiatan terhadap lingkungan

hidup dan saran tindak dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup.

Penyusunan UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong memiliki kegunaan

sebagai berikut:

• Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam hal ini

PLTU Tanjung-Tabalong untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan

dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang

diselenggarakan.

• Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong serta institusi

pengawas yang berwenang.

1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL

1.3.1. Identitas Pemrakarsa

Nama perusahaan : PT Makmur Sejahtera Wisesa

Alamat : Menara Kadin Indonesia, Lantai 19

Jl HR Rasuna Said Blok X5, Kav 2-3, Jakarta

Telepon : 021-57903722/ 021-57903723

Direktur Utama : Chander Vinod Laroya

1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL

Nama Lembaga : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga

Penelitian Universitas Lambung Mangkurat

Alamat : Kampus Unlam Jln Jend. Achmad Yani KM 36

Banjarbaru – Kalimantan Selatan

(14)

1. PENDAHULUAN 1- 4

Penanggung jawab : Ir. Mauluddin Agus

Jabatan : Kepala

Ketua Tim : Ir. Gt. Chairuddin, MSi.

Anggota Tim : Junaidi, SKM, MS

(Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan

Masyarakat)

Ir. Achmad Rusdiansyah, MT

(Hidrologi)

: Ir. Gt. Chairuddin, MSi

(Kualitas Air, dan Ekologi Akuatik)

: Ir. Kissinger, MS

(Ekologi Terrestrial)

: Ir. Abdul Harris, MS

(Geologi, Tanah, Tata Ruang)

: Ir. Adrias Mashuri, SU

(Ekonomi, Sosial, Budaya, Keamanan dan

Ketertiban Masyarakat)

1.4. Peraturan dan Perundang - undangan yang Dipergunakan sebagai Acuan UKL dan UPL

Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan hukum

dan pedoman dalam pelaksanaan UKL-UPL PLTU Tanjung - Tabalong, antara

lain :

1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(15)

1. PENDAHULUAN 1- 5

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup

7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah

8. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah

9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

10. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Ketenagalistrikan

11. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah

Nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 18 Tahun 1999 tersebut

13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun

16. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

17. Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung

18. Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 tentang Tata Cara

Perolehan Tanah Untuk Pengembangan dan Implementasi

Kepentingan Umum.

19. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Nomor KEP-03/MENKLH/6/1987 tentang Prosedur Penanggulangan

Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor KEP-13/MENLH/1995

(16)

1. PENDAHULUAN 1- 6

21. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor

KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Standar Indeks Pencemar Udara

23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002

tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor 11 Tahun 2006

tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib

Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

25. Keputusan Menteri Kesehatan No. 718/MENKES/PER/XI/1987

tentang Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Kesehatan

26. Keputusan Menteri Dalam NegeriNomor 86 Tahun 1990 tentang Tata

Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan Pengawasannya

27. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 31 Tahun 1996 tentang

Pelaksanaan PHK dan Penetapan Pesangon, Uang Jasa dan Ganti

Kerugian di Perusahaan Swasta

28. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor

KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak

Besar dan Penting.

29. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang

Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak

Pelumas Bekas

30. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor

KEP-105 Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL).

31. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

103.K/00/M.PE/1994 tentang Pengawasan Atas Pelaksanaan

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan

(17)

1. PENDAHULUAN 1- 7

32. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

1899.K/09/M.PE/1994 tentang Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

Tenaga Listrik.

33. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XII/1987

tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan

34. Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi

Nomor 75-12/008/600.2/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengawasan Atas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tenaga

Listrik

35. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 1992

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah.

36. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2000

tentang Pola Dasar Pembangunan Provinsi.

37. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000

tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi.

38. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

39. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 28 Tahun 1994

tentang Penggolongan, Baku Mutu dan Peruntukan Air di Kalimantan

Selatan

40. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58 Tahun 1995

tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Propinsi

Kalimantan Selatan

41. Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 10 Tahun 1995

(18)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

1 BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1. Nama Kegiatan : Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara (PLTU Batubara) 2 x 30 MW

2.2. Lokasi Kegiatan : Desa Mabu’un, Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong – Kalimantan Selatan

Peta Lokasi PLTU dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1.

Titik koordinat lokasi terletak pada:

20 9’ 08.87” LS 1150 26’ 44.54” BT

20 9’ 17.88” LS 1150 26’ 58.08” BT

20 9’ 55.51” LS 1150 26’ 33.24” BT

20 9’ 46.19” LS 1150 26’ 19.98” BT

2.3. Skala Kegiatan

2.3.1. Tipe Pembangkit : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

berbahan bakar batubara, 2 X 30 MW

2.3.2. Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi PLTU yang termasuk ke

dalam Desa Mabuun dideskripsikan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kebun campuran, kebun karet

Sebelah Timur : Perkebunan kelapa sawit dan karet PT.

Cakung Permata Nusa

Sebelah Selatan : Kebun karet, kebun kelapa sawit

Sebelah Barat : Kebun campuran, kebun karet

2.3.3. Areal Kegiatan

Luas lahan ± 86 ha

lihat peta Lampiran Teks 2-1.

Rencana lokasi lahan telah ditetapkan. Izin lokasi sedang dalam proses.

Luas bangunan ± 16,3 ha Lay out bangunan lihat Lampiran

(19)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

2

2.3.4. Jadwal Kegiatan

Tabel 2-1

Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU

Kegiatan Tahun

2006 2007 2008 2009

Tahap Pra Konstruksi:

1. Survey Sept – Des.

2. Penguasaan lahan Jan - Feb

3. Persetujuan dana Februari

Tahap Konstruksi:

1. Pekerjaan Enjiniring Maret

2. Pengadaan alat September

3. Persiapan lapangan dan

pekerjaan sipil Mei

4. Pemasangan struktur baja September

5. Pemasangan alat Januari

6. Hydro Test Boiler Unit 1 Agustus

7. Hydro Test Boiler Unit 2 September

8. Pemasangan Boiler Unit 1 Agustus

9. Pemasangan Boiler Unit 2 Oktober

10. PemasanganTurbine Unit 1 September

11. PemasanganTurbine Unit 2 November

Tahap Operasi:

1. Pengoperasian dan sinkronisasi

Turbin Unit 1 Desember

2. Pengoperasian dan sinkronisasi

Turbin Unit 2 Februari

3. Pengoperasian komersial Unit 1 Maret

4. Pengoperasian komersial Unit 2 Maret

2.4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 4 (empat) tahapan, yaitu Tahap Pra

Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan

diringkaskan sebagai berikut:

(1) Tahap Pra-Konstruksi :

1. Survei Lapangan

(20)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

3

(2) Tahap Kontruksi :

1. Mobilisasi Peralatan

2. Pembukaan dan Pematangan lahan

3. Pengadaan Material Pembangunan

4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana

4b. Konstruksi Bangunan PLTU

5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja Konstruksi

(3) Tahap Operasi :

1. Pengoperasian PLTU

2. Pemeliharaan PLTU

(4) Tahap Pasca Operasi :

1. Pemanfaatan eks PLTU

2.4.1. Rencana Kegiatan Tahap Pra Konstruksi 2.4.1.1. Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa, meliputi

(1) pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi terkait,

penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi PLTU, (2) pekerjaan survei untuk

melakukan pengukuran dan penyelidikan antara lain penyelidikan mekanika

tanah dan hidrogeologi, dengan pekerjaan sebagai berikut :

• Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat dalam

menentukan elevasi, batas areal proyek, penempatan patok batas bangunan

yang akan dibangun, serta menetapkan posisi patok bench mark sebagai titik

dasar survei pekerjaan selanjutnya.

• Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis pondasi yang

sesuai guna mendukung beban berat bangunan dan perlengkapannya.

Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan terutama

mesin pembor dengan berbagai perlengkapan lainnya yang dilakukan oleh

tenaga berpengalaman yang akan didatangkan dari luar daerah Kalimantan

Selatan. Beberapa pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus dapat

(21)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

4

Pekerjaan survei dilakukan pula oleh Team Studi UKL-UPL PLTU

Tanjung yang meliputi pekerjaan: pra survei, survei dan pengamatan, sampling,

interview dan sosialisasi yang dilaksanakan di dalam tapak proyek dan sekitar

tapak proyek.

2.4.1.2. Pengadaan Lahan

Lahan untuk PLTU adalah milik Pemerintah Kabupaten Tabalong. Pada

saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan. Pemerintah

Kabupaten membentuk Tim untuk memberikan tali asih atas tanaman dan

bangunan dengan dana dari MSW. MSW akan mendapat SHGU. Pengadaan

lahan di areal tapak proyek dan di jalur lintasan pipa air akan dilaksanakan

melalui proses pemberian kompensasi dan/atau ganti rugi. Pengadaan lahan

melalui proses: pertemuan dengan masyarakat pengguna lahan, inventarisasi

dan klarifikasi luasan dan status lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai

lahan, tanaman di atas lahan dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan

penyerahan ganti rugi atau kompensasi.

Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan lahan

Pemerintah Kabupaten Tabalong. Proses ini dimulai dengan kegiatan public

hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat yang

lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan, dan

tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah untuk

mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku.

Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak proyek PLTU (± 86

ha), sebagian lahan untuk jalur pipa pengambilan air dari Sungai Tabalong, dan

water intake di Sungai Tabalong.

Lahan masyarakat Desa Warukin (Permukiman Dayak Manyaan) tidak

(22)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

5 2.4.2. Rencana Kegiatan Tahap Konstruksi

2.4.2.1. Mobilisasi Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU Tanjung -

Tabalong umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Tabalong Provinsi

Kalimantan Selatan. Peralatan tersebut sebagian besar dikirim dengan

transportasi laut (terutama pelabuhan laut utama di Pulau Jawa) menuju

pelabuhan Klanis di Kalimantan Selatan. Kemudian dilanjutkan dengan

transportasi darat dari Pelabuhan Klanis menuju lokasi proyek yang berjarak

sekitar 70 km. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi

tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.

Tabel 2-2

Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi

No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit)

1 Crawler crane 8

2 Mobile crane 2

3 Dump truck/ trailer 50

4 Jack hammer 2

5 Diesel hammer 6

6 Vibro hammer 1

7 Bulldozer 3

8 Excavator 5

9 Truck loader 1

10 Wheel loader 2

11 Vibro roller 5

12 Tandem roller 2

13 Motor grader 1

14 Pontoon 1

15 Light truck 1

16 Water tank truck 2

17 Water tank 1

18 Asphalt sprayer 1

19 Asphalt finisher 1

20 Screen plant 1

21 Batching plant 1

22 Truck mixer 2

23 Concrete mixer 4

24 Concrete vibrator 4

(23)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

6 Tabel 2-2 (lanjutan)

No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit)

25 Concrete pump 2

26 Bar bending machine 2

27 Bar cutter machine 2

28 Stone crusher 1

29 Water pump 2

30 Water pass 2

31 Genset 2

32 Air compressor 1

33 Welding machine 40

34 Theodolite 2

35 Spirit level 10

2.4.2.2. Pembukaan dan Pematangan Lahan

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara

lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut :

• Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top soil) meliputi

pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan permukaan dan

pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk pembuatan jalan sementara

menuju area penempatan material pembersihan itu sendiri. Khusus top soil

akan ditempatkan di pinggiran lokasi yang selanjutnya digunakan untuk

keperluan landscaping.

• Pekerjaan pembongkaran dan pemindahan apabila terdapat bangunan, jalan,

dan bangunan konstruksi lainnya yang tidak diperlukan lagi di lokasi.

• Pekerjaan galian dan pengurugan yang akan dilakukan sesuai dengan

kondisi lahan. Untuk daerah yang terlalu tinggi dari elevasi yang

direncanakan perlu dilakukan pekerjaan galian. Sedangkan untuk area yang

lebih rendah akan diurug dengan material yang memenuhi kriteria tanah urug

untuk selanjutnya dipadatkan. Apabila tanah galian di lokasi memenuhi

kriteria tanah urug, maka hasil galian tersebut ditempatkan di lokasi

sementara untuk selanjutnya digunakan sebagai tanah urug. Tetapi apabila

tidak memenuhi syarat, maka hasil galian akan dibuang ke luar lokasi.

• Pekerjaan stabilisasi lereng (rock slope stabilization) perlu dilakukan apabila

(24)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

7

diperlukan beda elevasi antara bangunan utama pembangkit dengan

bangunan penunjang seperti coal yard, ash disposal area atau switchyard.

Jenis stabilitas lereng sangat tergantung dari kondisi beda tinggi, jenis tanah

dan sudut kemiringan lereng.

• Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang

diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan digunakan dan

mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi proyek.

2.4.2.3. Pengadaan Material Bangunan

Material bangunan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU meliputi

batu, pasir, semen, tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, genteng (multiroof),

dan sebagainya. Batu dan pasir didatangkan dari daerah terdekat lokasi.

Sedangkan tanah urug (apabila diperlukan) dapat didatangkan langsung dari

lokasi tambang batubara PT Adaro Indonesia dengan memanfaatkan overburden

dari lokasi dumping site. Kecuali bahan material kayu yang juga dapat diperoleh

di lokal wilayah Kabupaten Tabalong – Kalimantan Selatan, maka sebagian

besar jenis material lainnya yang terbuat dari logam semuanya didatangkan dari

luar daerah melalui Pelabuhan Klanis. Perkiraan material bangunan dapat dilihat

pada Tabel 2-3.

Tabel 2-3

Jenis-jenis material yang dibutuhkan

No. Jenis Material

1 Tanah timbun

2 Pasir

3 Batu kerikil

4 Batu

5 Batu split

6 Batu pecah

7 Beton asphalt

8 Semen

9 Besi beton

10 Rangka baja

(25)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

8

Tabel 2-3 (lanjutan)

No. Jenis Material

11 Baja sheet pile

12 Beton pile

13 Keramik

14 Dinding slab

15 Atap (roof)

2.4.2.4. Pembangunan Prasarana dan Sarana, dan Bangunan Unit Sistem Pembangkit

Bangunan dan fasilitas yang akan dibangun direncanakan memerlukan

areal ±16,3 ha dalam lokasi PLTU Tanjung yang luasnya ± 86 ha, diperinci

dalam Tabel 2-4.

Tabel 2-4

Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU Tanjung

No. Bangunan Luas (m2)

1. Peralatan Utama Pembangkit 15000

2. Fasilitas Penanganan Batubara 8000

3. Penampungan debu 80000

4. Gedung Pompa dan Gudang Oli 10000

5. Sistem Penyediaan Air 6000

6. Switchgear & Switchyard 15000

7. Tempat Parkir dan Pintu Gerbang Kantor 5000

8. Gedung Administrasi 1000

9. Bengkel 1000

10. Kantin dan Toko 800

11. DG & Cooling Tower 3000

12. Jalur Hijau 10000

(26)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

9 2.4.2.5. Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat kegiatan

tahap konstruksi diperkirakan 400 orang, dan 20 orang diantaranya tenaga kerja

asing. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal dari daerah sekitar

proyek yang berdasarkan kriteria keahlian dan keterampilannya diperkirakan

dapat mencapai sekitar 230 orang. Sedangkan lainnya sekitar 170 orang tenaga

kerja berasal dari luar daerah. Tenaga kerja dari luar daerah dan tenaga kerja

asing akan memerlukan perumahan.

Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja

tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang, mandor, buruh dan

personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat bervariasi mulai dari tingkat

SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau Diploma, dan Sarjana (S1). Perkiraan

jumlah tenaga kerja yang diperlukan tersebut disajikan pada Tabel 2-5.

Tabel 2-5

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi

No. Posisi / Keahlian Jumlah (orang)

A Pekerjaan Sipil

1 Tenaga Ahli dan Spesialis 10

2 Tenaga Kerja Terampil 70

3 Tenaga Kerja Kasar 130

B Pemasangan Alat dan Komisioning

1 Tenaga Ahli dan Spesialis 10

2 Tenaga Kerja Terampil 100

3 Tenaga Kerja Kasar 80

Jumlah A + B 400

Pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 144 orang dengan

perincian ditunjukkan dalam Tabel 2-6. Sebagian tenaga kerja ini direkrut dari

tenaga kerja konstruksi setelah melalui tahap seleksi, sedangkan lainnya

diperoleh dari pengangkatan tenaga baru yang memenuhi kualifikasi secara

(27)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

10 Tabel 2-6

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi

A Operasi PLTU Jumlah

(Orang)

1 Operator PLTU 12

2 Operator Boiler dan Alat Bantu 10

3 Operator Bag Filter / ESP, Tata Udara 4

4 Operator TG dan Sistem Pelumasan 4

5 Penanganan Debu dan Gas Buang 4

6 Sistem Suplai Air 7

7 Sistem Penanganan Batubara 11

B Pengolah Air dan Lingkungan

1 Ahli Kimia 2

2 Tenaga Analis 6

C Pemeliharaan

1 Ahli Mekanik 4

2 Supersvisor Mekanik 7

3 Teknisi Mekanik 25

4 Ahli Listrik 3

5 Supervisor Listrik 4

6 Teknisi Listrik 16

7 Ahli Instrumen dan Sistem Kontrol 3

8 Supervisor Instrumen dan Kontrol 3

9 Teknisi Instrumen dan Kontrol 12

10 Ahli Sipil dan Pemeliharaan Gedung 1

11 Supervisor Sipil dan Pemeliharaan Gedung 2

12 Kepala Keamanan 1

13 Tenaga Keamanan 3

(28)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

11 2.4.3. Rencana Kegiatan Tahap Operasi

2.4.3.1 Pengoperasian Sistem Pembangkit

Secara umum proses pembangkitan PLTU Tanjung-Tabalong dapat

dilihat pada Gambar Flow Diagram Sistem Pembangkit PLTU Tanjung (lihat

Lampiran Teks 2-3).

Sistem Boiler

Dengan spesifikasi batubara Wara sebagai bahan bakar, maka untuk

PLTU Tanjung didisain dengan menggunakan CFB Boiler (Circulating Fluidized

Bed Boiler). Boiler CFB ini berkapasitas 140 ton / jam uap, jenis semi outdoor,

sirkulasi alami (natural circulation). Boiler akan dilengkapi dengan Tungku

Berpendingin Air (Water Cooled Furnace), Drum pemisah uap dan air (steam

water separating drum), pemanas lanjut (super heater), attemperator,

economizer, pemanas udara (air heater), soot blowers, sistem pembakaran

batubara (coal firing system), draft system, perpipaan, peralatan instrumentasi

dan kontrol, penahan panas (insulation), batu tahan api (refractory), tangki

penggelontor (blow down tank). Untuk start up dan beban rendah, boiler

menggunakan LDO. Suhu udara yang masuk cerobong dipertahankan sekitar

140 oC tergantung kandungan sulphur bahan bakar.

Sistem Turbin

Masing-masing unit pembangkit beroperasi dengan memutar satu turbin

uap yang berkapasitas 30 MW pada terminal generator. Turbin uap yang dipakai

adalah jenis kondensing dengan tekanan masuk 90 bar (a) dan temperatur

masuk 535 oC. Untuk meningkatkan efisiensi, sistem turbin dilengkapi dengan

Pemanas Tekanan Tinggi dan Pemanas Tekanan Rendah serta Deaerator.

Turbin dilengkapi dengan Electrohydraulic Governing System untuk pengaturan

aliran uap sesuai dengan beban. Sistem pelumasan turbin terdiri dari tangki baja,

pompa utama pelumas yang dikopel dengan turbin, pompa pelumas dengan

penggerak motor, pompa pelumas DC untuk operasi darurat, pendingin pelumas

(29)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

12 Sistem Suplai Air Pembangkit

Kebutuhan air untuk keperluan pembangkit diambil dari Sungai Tabalong.

Pengambilan air dilakukan dengan membuat bangunan pengambil air di tepi

Sungai Tabalong yang terletak di desa Sulingan Kecamatan Murung Pudak.

Dengan menggunakan pompa yang berkapasitas 175 m3/jam air dari Sungai

Tabalong disalurkan melalui pipa air dengan diameter 25 cm yang ditanam dalam

tanah sepanjang 7,5 km. Jalur pipa diupayakan di tanam di bahu jalan yang ada.

Sebelum digunakan, air tersebut terlebih dahulu harus diproses pada

pre-treatment plant yang dilengkapi dengan clarifier untuk menghilangkan berbagai

kotoran seperti kandungan padatan tersuspensi dan silika koloida. Selanjutnya

air yang telah bersih dialirkan ke treated water basin yang mempunyai kapasitas

penampungan sekitar 8 jam kebutuhan air PLTU.

Demineralized Plant

Untuk penambah air boiler (make-up water), air tersebut harus diproses

lagi menggunakan demineralizer plant untuk menghasilkan air demin.

Demineralized plant system direncanakan menggunakan cation resin beds,

degassifier towers, anion resin beds dan mixed bed exchanger. Sebelum masuk

DM plant, air disaring dengan presure filter dan karbon aktif. Kapasitas DM plant

adalah 2 x 25 m3/jam. Hasil proses ini disimpan dalam 2 buah tangki penyimpan.

Skematik Diagram DM Water System dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-4.

Deaerator.

Deaerator berfungsi untuk membersihkan kondensat dari kandungan

oksigen dengan menggunakan pemanasan uap yang diambil dari auxiliari steam.

Kandungan oksigen yang ada dalam kondensat disyaratkan tidak boleh lebih dari

7 ppb. Kapasitas tangki kondensat di dearator direncanakan tidak kurang dari

jumlah aliran kondenser selama 10 menit pada saat turbin operasi dengan daya

(30)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

13 Spesifikasi penyediaan air dan fasilitasnya :

1) Pompa Suplai Air

Lokasi : Sungai Tabalong, desa Sulingan Kec. Murung Pudak

Kapasitas pompa : 175 m3/jam

Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

2) Pompa make-up menara pendingin (Cooling Tower)

Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas : 170 m3/jam

3) Pompa Suplai DM plant

Jumlah Pompa : 2 Unit ( 1 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas : masing-masing25 m3/jam

4) Fasilitas Pengolah Awal (Pretreatment Plant)

Tipe : Tube sttler

Jumlah Pompa : 2 Unit (1 operasi + 1 cadangan)

Kapasitas : 350 m3/jam

Neraca Pemakaian Air PLTU (water balance diagram) dapat dilihat pada

Lampiran Teks 2-5.

2.4.3.2 Sistem Bahan Bakar Batubara

Bahan bakar yang digunakan PLTU adalah batubara dari Tambang Wara

dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada

Lampiran Teks 2-6. Dengan kapasitas 2 X 30 MW, diperkirakan PLTU ini akan

memerlukan batubara sebanyak 50 ton / jam atau sekitar 1200 ton per hari.

Penanganan batubara dalam proses pembangkitan diperlihatkan dengan bagan

alir Coal Handling System pada Lampiran Teks 2-7. Dalam proses tersebur

terdiri dari beberapa sistem utama, di antaranya :

• Coal yard direncanakan mempunyai kapasitas penimbunan batubara yang

tertutup untuk keperluan selama 14 hari atau sekitar 16800 ton. Untuk

memudahkan penimbunan dan pengambilan batubara, coal yard akan

dilengkapi dengan peralatan Grab Crane jenis Bridge, Pay Loader dan

(31)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

14

• Pada sistem penanganan batubara (coal handling system) PLTU akan

dilengkapi pula dengan alat penghancur (crusher) 2 tingkat, yaitu Primary

Crusher dan Secondary Crusher. Dengan Crusher ini akan diperoleh butiran

batubara dengan ukuran 6 mm atau lebih kecil. Jumlah unit masing-masing

jenis crusher adalah 2 unit ( 1 operasi + 1 cadangan ) dengan kapasitas 100

Ton / jam.

• Seluruh sistem penanganan batubara tersebut termasuk conveyor dan

crusher akan beroperasi untuk 2 shift (± 16 jam) dan shift 3 digunakan untuk

pemeliharaan. Jadi sistem penanganan batubara PLTU Tanjung 2 X 30 MW

ini didisain dengan kapasitas 100 Ton / jam.

• Butiran batubara dikirim ke coal bunker menggunakan 2 (dua) jalur belt

conveyor masing-masing dengan kapasitas 100 ton/jam. Kapasitas coal

bunker didisain untuk kebutuhan 12 jam operasi PLTU.

Sistem Penanganan Abu

Untuk mencegah pencemaran debu sisa pembakaran, PLTU Tanjung dilengkapi

dengan sistem penangkap abu menggunakan Bag Filter (BF). Sistem

Penanganan Abu (Ash Handling System) PLTU ini didisain berdasarkan

kandungan abu batubara Wara sebesar 4 %. Diperkirakan total komposisi abu

terdiri dari 80 % fly ash dan 20 % abu yang jatuh didasar boiler (bottom ash),

hasil analisa kandungan abu batubara dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-8.

Kapasitas sistem penanganan abu sekitar 2 ton / jam atau 48 ton / hari. Sistem

Penanganan Abu terdiri dari dua jenis utama :

• Bottom Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu dan

batubara yang tidak terbakar yang jatuh dan terkumpul di bed ash hopper.

Bottom ash dipindahkan secara pneumatik dengan Dense Phase System dari

bed as hopper ke bed ash silo.

• Fly Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu yang

terkumpul di bag filter hopper. Setiap hopper dilengkapi pemindah abu

secara pneumatik menggunakan udara bertekanan. fly ash dikirim ke fly ash

(32)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

15

Lampiran Teks 2-9 memperlihatkan skematik diagram sistem penanganan abu

(Ash Handling System)

2.4.3.3 Peralatan Utama PLTU

Spesifikasi unit-unit dalam sistem pembangkitan adalah:

1) Unit Penghasil Uap (Steam Generating Unit)

Jumlah Boiler : 2 Unit

Jenis Boiler : CFB (Circulating Fluidized Bed)

Kapasitas (MCR) : 140 Ton / jam

Tekanan Uap : 100 bar(a)

Temperatur Uap : 540 oC

Bahan Bakar : Batubara

2) Turbin Uap

Jumlah : 2 Unit

Tipe : Kondensing

Daya : 30 MW

Tekanan masuk : 90 bar(a)

Temperatur kerja : 535 oC

Laju aliran uap : 125 Ton / jam

Tekanan keluar : 0.1 bar(a)

3) Pompa Umpan Boiler (Boiler Feed Pump)

Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas : 150 m3/jam (masing-masing)

Tekanan dorong : 116 bar(a)

4) Deaerator

Jumlah : 2 Unit

Tipe : Spray & Tray

Tekanan kerja : 6 bar(a)

Temperatur kerja : 159 oC

Kapasitas : 10 menit penyimpanan antara level minimum dan

(33)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

16

5) Sistem demineralisasi (DM water system)

Jumlah : 2 X 100%

Kapasitas : 2 x 25.0 m3/jam

6) Kondensor

Jumlah : 2 Unit

Tipe : Shell &Tube

Kapasitas aliran uap : 83 Ton / jam (masing-masing)

Tekanan kerja : 0.1bar(a) @ 30°C Amb. Temp.

7) Menara Pendingin (Cooling Tower)

Jumlah : 2 Unit, jenis Induced Draft

Jumlah Cell : 3 Unit (2 operasi + 1 cadangan)

Kapasitas : 6600 m3/jam (masing-masing)

Range Pendinginan : 9 oC

Approach : 5 oC

Bahan Konstruksi : RCC diisi dengan PVC

Kolam : RCC

2.4.3.4 Sistem Kelistrikan

Generator dikopel dengan turbin untuk dapat menghasilkan tenaga listrik.

Dengan menggunakan trafo penaik tegangan 11 KV / 20 KV yang berkapasitas

37,5 MVA kemudian melalui jaringan 20 KV, listrik yang dihasilkan PLTU

disalurkan ke beban ADARO. Generator PLTU berkapasitas 30 MW dan

beroperasi dengan tegangan 11 KV, frekwensi 50 Hz, power factor 0,8 (lag).

Power availability and fuel efficiency

Power plant capacity : 60 MW

Power plant auxiliary consumption : 8 MW

Net power available : 52 MW

Turbine heat rate : 2500 kCal/kWh

Boiler efficiency : 85% HHV

(34)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

17

Specific Coal Consumption (Gross) : 0.80 kg/kWh

Coal consumption : 1200 TPD

2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi

Masa berlangsungnya operasional PLTU sangat tergantung kepada

sumber batubara. Dalam Tahap Pasca Operasi, sumber dampak utama

(pemanfaatan eks PLTU) dan pengelolaan-pemantauannya diuraikan lebih lanjut

dalam UKL-UPL ini.

2.5. Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya

Dalam rangkaian sistem operasi pembangkitan tenaga listrik, disamping

menghasilkan energi listrik, juga dihasilkan bahan buangan (limbah) baik padat,

cair, gas maupun panas.

Sumber-sumber polutan pada PLTU Batubara adalah :

1. Cerobong akan mengeluarkan zat partikulat, gas (CO, SOx, NOx) dan

panas. Polutan – polutan ini dapat menyebabkan korosi pada material,

iritasi saluran pernafasan dan berbagai macam efek pada

tumbuh-tumbuhan.

Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka

cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi

polutan dipermukaan tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan

(Lihat Lampiran 3-6, Prakiraan Kadar Emisi PLTU). Disain cerobong

PLTU Tanjung ini sekitar 120 m.

Abu sisa pembakaran yang berupa fly ash yang keluar bersama dengan

udara panas akan tersaring dalam bag filter. Dengan efisiensi penyerapan

bag filter yang mencapai 99 %, maka fly ash yang keluar lewat cerobong

jumlahnya relatif kecil. Untuk PLTU Tanjung ini partikulat yang keluar dari

cerobong akan lebih kecil dari 50 mg / Nm3 (Standar World Bank).

Penggunaan batubara Wara yang kandungan sulfurnya sekitar 0,4 %,

(35)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

18

yang keluar dari cerobong akan dibawah standar emisi yang diijinkan

yaitu sekitar 750 mg / Nm3 (Standar Indonesia).

Dengan boiler CFB pembakaran batubara dapat dilkukan dengan

sempurna, sehingga tidak menghasilkan polutan Karbon Monoksida.

Sedangkan polusi Nox dapat dibatasi teknik abatement yang baik. PLTU

diperkirakan mengeluarkan emisi NOx maksimal 150 mg / Nm3 rata-rata

dalam 24 Jam.

Polusi panas buangan yang dihasilkan PLTU lewat cerobong kira-kira

sekitar 8 % - 10 % dari panas input didalam boiler. Dengan penggunaan

cerobong setinggi 120 m maka polusi panas yang turun ke permukaan

tidak banyak berpengaruh pada suhu permukaan.

2. Blowdown menara pendingin (CT)

Konsep disain PLTU adalah memaksimalkan daur ulang air yang dipakai

dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan

mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan

kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan

pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari

blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam

pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling

system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran

air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah

kurang dari 3°C melebihi suhu badan air penerima.

Debu batubara dari proses penanganan batubara dan zat partikulat.

Proses penanganan batubara merupakan sumber polusi debu batubara

yang menyebar tertiup angin. Unutk mencegah abu berterbangan, maka

dilakukan penyemprotan air di coal yard. Disamping itu pada sistem

penanganan batubara dilengkapi pula dengan alat dust extraction.

Penanganan debu batubara agar tidak berterbangan dilakukan dengan

cara berikut :

• Pada lokasi pembongkaran batubara (coal unloading) dilakukan

(36)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

19

• Pada lokasi penimbunan (storage) dilakukan dengan

penyemprotan air atau dengan membuat penimbunan tertutup

(covered storage).

• Pada Titik Perpindahan (Transfer Point) dilakukan dengan

memasang Sistem Dust Extraction yang dilengkapi penyaring

(fabric filter) dengan efisiensi 99 %.

• Pada Bangker Batubara (Coal Bunker) dilakukan dengan Sistem

DE seperti diatas.

• Untuk Conveyor dilakukan dengan memasang Gallary Conveyor

yang tertutup dan Telescopic Chute Work.

3. Abu sisa pembakaran di boiler.

PLTU Tanjung dalam operasinya dilengkapi dengan sistem penanganan

abu, baik untuk abu terbang maupun abu dasar (bottom ash). Abu yang

terkumpul pada penampung abu dasar (bottom ash hopper) maupun

penampung abu terbang (ash silo) kemudian dibasahi dan diangkut

dengan truk untuk ditimbun pada areal penimbunan abu (ash disposal

area). Areal penimbunan abu untuk PLTU Tanjung ini disediakan seluas 8

Ha. Untuk mencegah rembesan ke tanah, areal ini dilapisi dengan HDPE/

HLPE.

4. Hasil keluaran dari Ion Exchangers pada DM Plant.

Proses demineralisasi air penambah (make up water) boiler dilakukan

dengan memasang DM plant. Untuk proses demineralisasi air sebanyak

25 m3 / jam dibutuhkan HCl sekitar 75 kg/hari dan NaOH sekitar 20

kg/hari. Peralatan ini beroperasi 18 jam/hari dan proses regenerasi

selama 6 jam / hari. Selama proses regenerasi ion exchanger, DM plant

ini akan menghasilkan larutan asam dan basa. Agar limbah keluaran DM

Plant tidak mencemari lingkunngan, maka larutan ini disalurkan ke kolam

(37)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

20 2.5.1. Penanganan Polutan Limbah Padat.

Limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU Batubara

adalah berupa:

• Debu batubara, yang dihasilkan selama penampungan dan pemindahan

batubara.

• Abu terbang (fly ash), yang merupakan sisa pembakaran batubara yang

terbawa bersama-sama gas buang

• Abu dasar (bottom ash), yang merupakan abu sisa pembakaran batubara

yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran.

• Endapan lumpur (sludge), yang terkumpul di dasar kolam pengendapan air

larian permukaan lapangan penumpukan batubara dan kolam instalasi

pengolahan air limbah lainnya.

Abu dasar dan debu batubara akan ditimbun di tempat penimbunan khusus

yang dilengkapi dengan lapisan kedap air (HDPE / LDPE) dan penampungan air

lindi.

Untuk memenuhi ketentuan batasan emisi partikel abu yang keluar dari

chimney, yaitu maksium 50 mg/m3 (Standar Bank Dunia), maka dipasang alat

penangkap abu (bag filter) dengan effisiensi minimum 99%.

2.5.2. Penanganan Polutan Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat

diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses

operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Limbah cair

tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat

fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak).

Limbah cair yang dihasilkan akan diolah hingga memenuhi kriteria

kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan yang berlaku, dalam hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah

Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air, serta Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58

(38)

2. RENCANA KEGIATAN 2 -

21

Secara garis besar upaya pengolahan tersebut dilakukan dengan teknik

koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan netralisasi. Khusus untuk limbah yang

mengandung minyak (oli dan BBM) akan diolah dalam unit pemisahan minyak

(oil water separator), ditampung dalam drum, dan selanjutnya dijual ke

padagang pengumpul oli bekas. Air limbah domestik dari kamar mandi dan dapur

akan dibuang ke sistem sumur resapan. Limbah dari WC dibuang ke septic tank.

Air yang telah memenuhi syarat baku mutu akan digunakan kembali di

dalam sistem resirkulasi atau pasokan tambahan, atau kemungkinan juga dilepas

ke badan air.

2.5.3. Penanganan Polutan Buangan Gas

Gas yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara yang akan

dilepaskan ke udara terdiri dari SO2, NOx, CO dan CO2. Dengan kandungan

sulphur untuk batubara Wara sekitar 0,2 % – 0,4 %, maka PLTU ini tidak

memerlukan alat Desulphurisasi karena emisi yang dihasilkan jauh lebih kecil

(39)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 1 BAB III

RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1. Komponen Fisik Kimia 3.1.1 Iklim

Wilayah sekitar rencana lokasi PLTU Tanjung-Tabalong (selanjutnya

diringkas PLTU) termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya membuat curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya,

karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei - Oktober,

curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah Barat menyebabkan

musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam bulan Mei – Oktober.

Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Muara Uya sebagai

stasiun terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 10 tahun

antara 1990 - 2000, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara

29,23 - 31,17 OC (Sumber Data : Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Suhu

maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan

Desember sampai Januari.

Pengumpulan data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar curah

hujan terdekat milik PT Adaro Indonesia, diperoleh data selama tahun 1997 –

2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 68,38 – 264,25

mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada

bulan Agustus.

Pola iklim mikro dalam wilayah studi tidak berbeda dengan pola dalam

dataran Banua Lima yang dipengaruhi oleh lereng Barat Pegunungan Meratus

yang berhutan dan bentangan rawa yang luas di sebelah Barat. Kelembaban

relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi tergolong tinggi berkisar antara

74.6 % – 85.6 % (Sumber Data: Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru).

Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7 knot

atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot atau 1,65 m/det (bulan

Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau 0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober

(40)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 2

sedangkan pada musim hujan (Nopember – April) angin berhembus dari arah

Timur (E) dan Tenggara (SE).

Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini

seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1, menunjukkan arah

angin Timur Laut – Barat Daya dan kecepatan 2 – 5 m/s, kelembaban 45 – 65%

dan suhu 30 – 320C.

3.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan

Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi awal

sebelum adanya proyek PLTU di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1) dalam

kawasan rencana Lokasi PLTU, (2) persimpangan Jalan Akses dengan jalan

Raya, dan (3) dalam kawasan pemukiman penduduk Desa Warukin (permukiman

Suku Dayak Manyaan).

Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu

menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa Warukin)

sudah berada di atas baku mutu maksimum yang dipersyaratkan oleh PP Nomor

41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik lainnya masih berada di bawah baku

mutu. Kadar debu yang terukur di Desa Warukin ini bersumber dari arus lalu

lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh

kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik ukur

kualitas udara pada Desa Warukin ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga

kadar debu yang terukur juga relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran

kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 3-1.

Dari parameter tingkat kebisingan, seluruh titik pengamatan memiliki

tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu maksimum yang

dipersyaratkan untuk masing-masing baku mutu yang ditetapkan sesuai dengan

peruntukkannya. Pada titik (1) memiliki tingkat kebisingan yang paling rendah

dibandingkan dengan dua titik pantau lainnya, hal ini disebabkan karena pada

titik (1) = rencana lokasi PLTU) ini tidak ada kegiatan yang menimbulkan tingkat

kebisingan, kecuali suara-suara yang ditimbulkan dari hembusan angin yang

menggoyang daun. Selengkapnya hasil pengukuran kebisingan dapat dilihat

(41)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 3 Tabel 3-1

Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya

No Parameter Satuan KU.1 KU.2 KU.3 Baku mutu

1 Kondisi Pengukuran

Cuaca - cerah cerah Cerah -

Arah angin - BL BD BD -

Kecepatan angin m/s 2 – 4 2 – 5 3 – 5 -

Temperatur udara

OC 30 32 32 -

Kelembaban udara

% 65 46 45 -

2 Debu μg/m3 39,31 64,27 274,34 230

3 Kebisingan dBA 36,45 50,12 50,04 55 / 70

Keterangan : (lihat Lampiran Teks 2-1)

KU.1 : Rencana Lokasi PLTU

KU.2 : Jalan Akses PLTU

KU.3 : Desa Warukin

ƒ Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

ƒ Baku Mutu Kebisingan menurut Kepmen LH Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

Sumber : Lampiran Teks 3-1

Sebagai perbandingan, data Tabel 3-2 ditunjukkan hasil pengukuran

tahun 2003 pada lokasi berdekatan dengan rencana lokasi PLTU, antara 2 – 6

km (Sumber Data: Studi Amdal PLTU Mulut Tambang (2 x 50 MW)

(42)

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 4 Tabel 3-2

Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU

Kadar (µg/m3) No Titik Pengukuran

Debu SO2 NO2 CO

1 4 km dari rencana lokasi PLTU 126,98 1,0057 6,3945 94,27

2 Desa Tepian 261,44 0,5106 2,5107 2.232,68

3 Simpang tiga masuk ke Tepian 522,88 6,4527 6,7644 4.798,77

4 Desa Maburai 526,32 2,9864 3,2505 6.509,50

5 Pemukiman Transmigrasi 233,92 0,5106 2,6956 1.377,32

6 Desa Blimbing / water intake 233,92 0,5106 1,4010 9.930,50

Baku mutu*) 230 900 400 30.000

*) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Hasil pengukuran debu dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL

ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 – 274,38 (µg/m3)

lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 – 526,32

µg/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di

udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora

tumbuhan yang terbang ditiup angin.

Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik

pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45

– 50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik

pantau di sekitar rencana lokasi PLTU adalah 43,8 – 58,9 dBA. Kebisingan ini

bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang

ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh

ditiup angin.

3.1.3 Fisiografi dan Morfologi

Sistem fisiografi yang berkembang di daerah rencana pembangunan PLTU

menjadi bagian dari perkembangan tatanan sistem fisiografi regional Pegunungan

Meratus. Secara morfologi kondisi regional sistim fisiografi Pegunungan Meratus

mengacu pada pengelompokkan satuan geomorfik Van Zuidam (1979) terletak

Gambar

Tabel 2-3 (lanjutan)
Tabel 3-3 (lanjutan)
Tabel 3-8
Tabel 4-1
+7

Referensi

Dokumen terkait