• Tidak ada hasil yang ditemukan

RONA LINGKUNGAN AWAL 3 161.11 Kesuburan Tanah

Dalam dokumen PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UPAYA PENGELO (Halaman 54-59)

RONA LINGKUNGAN AWAL

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3 161.11 Kesuburan Tanah

Penilaian kesuburan tanah dilakukan menurut kriteria yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT, 1983). Kriteria ini digunakan karena belum ada baku mutu kualitas tanah dari instansi yang berwenang. Kriteria yang digunakan ini cukup representatif karena dibuat secara emperis. Ada lima sifat kimia tanah penting yang digunakan untuk menilai kesuburan tanah secara emperik, yaitu : kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), P2O5-total, K2O-total dan C-organik. Berdasarkan kriteria tersebut dilakukan penilaian kesuburan tanah pada lokasi pemantauan dan hasilnya disajikan pada Tabel 3-4. Hasil penilaian kesuburan tanah pada lokasi pemantauan menunjukkan bahwa status kesuburan tanah pada semua lokasi pemantauan adalah rendah.

Tabel 3-4

Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan sampel tanah

Sifat Kimia Tanah No. Lokasi Sampel

KTK KB P2O5 K2O C-org.

Status Kesuburan

1 T 1 (0-30 cm) Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

2 T 1 (30-60 cm) Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3 T 2 (0-30 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

4 T 2 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

5 T 3 (0-30 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

6 T 3 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3.1.12 Erosi Tanah

Hasil pengamatan lapangan dan data hasil analisis contoh tanah di laboratorium yang berkaitan dengan erosi tanah adalah tekstur, C-organik, struktur, dan permeabilitas. Variabel-variabel tersebut nantinya akan menentukan indeks erodibilitas yang menunjukan nilai kepekaan suatu tanah terhadap kejadian erosi. Dengan menggunakan rumus Universal Soil Losses Equation (USLE) maka akan diperoleh nilai pendugaan erosi. Hasil pendugaan besarnya erosi tanah pada beberapa lokasi pengambilan sampel selengkapnya disajikan pada Tabel 3-5.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 17

Tabel 3-5

Pendugaan besarnya erosi tanah

No. Lokasi Pemantauan R K LS C x P A 1 T 1 1215 0.13 0.85 0.9 143.57 2 T 2 1215 0.12 0.45 0.45 57.08 3 T 3 1215 0.10 0.95 0.38 117.27 Keterangan :

R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanah LS = Panjang lereng dan slope C = Faktor vegetasi P = Faktor pengelolaan A = Erosi (ton/ha/tahun)

3.1.13 Kestabilan Tanah

Kestabilan tanah dapat diartikan sebagai ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar. Ketahanan tanah menentukan tidak mudahnya massa tanah dihancurkan oleh air (air hujan dan air limpasan). Ketahanan tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, tekstur tanah dan bahan semen lainnya.

Dalam kapasitas kestabililan tanah yang berhubungan dengan erosi tanah diindikasikan dengan nilai erodibilitas tanah. Nilai erodibilitas tanah ini dihitung berdasarkan hasil analisis contoh tanah di laboratirium terhadap data kandungan bahan organik, tekstur tanah (kandungan pasir, debu, liat, dan pasir sangat halus), permeabilitas tanah dan struktur tanah.

Kesetabilan tanah dapat juga dinilai dari tingkat bahaya erosi yang merupakan perkiraan kehilangan tanah maksimum dibandingkan dengan tebal solum tanahnya pada setiap unit lahan bila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan.

Jumlah maksimum tanah hilang dimaksudkan untuk memprediksi produktivitas lahan tetap lestari. Penentuan tingkat bahaya erosi akan menggunakan kriteria dari Departemen Kehutanan (1986) dengan menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Kriteria tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-6.

Ketebalan solum tanah di dalam lokasi proyek rata-rata memiliki ketebalan solum lebih dari 90 cm. Penetapan TBE didasarkan pada pembandingan nilai kedalaman solum tanah yang dihubungkan dengan erosi

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 18

maksimum tanah dari masing-masing lokasi yang menunjukan nilai erosi antara 57.08 hingga 143.57 ton/ha./tahun. Berdasarkan kriteria tingkat bahaya erosi pada Tabel 3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada masing-masing lokasi memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).

Tabel 3-6

Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi

Erosi Maksimum (ton/ha/th.) Tebal Solum (cm) < 15 15 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480 > 90 SR S S B SB 60 – 90 R B B SB SB 30 – 60 S SB SB SB SB < 30 B SB SB SB SB Keterangan :

SR = sangat rendah B = berat R = rendah S = sedang SB = sangat berat

3.2. Komponen Biologi 3.2.1 Flora Darat

Keadaan vegetasi yang di rencana areal PLTU dan sekitarnya terdiri atas hutan sekunder muda (belukar), kebun campuran dan tanaman pekarangan.

Pada tapak proyek untuk tingkat semai didominasi oleh alaban (Vitex pubescens), karamunting gunung (Rhodomyrus tomentosa), pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), jamai (Rhodomnia ceneria) dan kujanjing (Pterospernum javanicum). Untuk tingkat pancang didominasi alaban (Viteks pubescens), pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), bati-bati (Adina minutiflora), bengkirai (Trema amboinensis), mahang (Macaranga hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah pada tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio, karamunting kodok, kacang polong. Secara keseluruhan keadaan vegetasi di areal tapak PLTU dari segi keragaman dan potensi tidak terlalu besar.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 19

Pada areal sekitar tapak PLTU untuk vegetasi hutan sekunder muda (belukar) jenis yang mendominasi juga tidak jauh berbeda yaitu jenis alaban (Vitex pubescens). Sedang tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu alang-alang, rumput teki, pandan, kerinyuh, hering, putri malu.

Pada kebun campuran dan tanaman pekarangan terdapat 15 jenis tanaman yang didominasi oleh jenis karet (Hevea brasilensis), rambutan (Nephelium lappaceum), petai (Parkia spp), nangka (Arthocarpus integra). Untuk tumbuhan bawah didominasi oleh orok-orok, rumput teki, alang-alang, karamunting dan krinyuh.

3.2.2 Flora Air

Hasil analisa sampel plankton pada 4 (empat) sampling sites dalam studi UKL-UPL PLTU memperlihatkan adanya sejumlah genera fitoplankton yang dijumpai di wilayah studi. Terdapat 3 (tiga) phylum yang mengkontribusi keanekaragaman hayati planktonik di kawasan studi, yaitu 6 genera dari phylum Cyanophyta, 7 genera dari phylum Chlorophyta, dan 3 genera dari phylum Chrysophyta (Lampiran Teks 3-5). Jenis fitoplankton yang ditemukan dengan jumlah tertinggi adalah Oscillatoria dari phylum Cyanophyta. Secara kuantitatif phylum Chlorophyta memperlihatkan keberadaan jumlah sel yang terbanyak dan jumlah spesies (jenis) tertinggi.

Dari seluruh perhitungan kelimpahan sel planktonik yang diidentifikasi tersebut dapat dihitung tingkat keanekaragaman hayati biota planktonik pada setiap stasiun pengamatan.

Nilai keanekaragaman Shannon-Wiener untuk fitoplankton pada wilayah studi UKL-UPL berkisar dari 1,9914 sampai 3,6405. Dari data Nilai keanekaragaman pada semua stasiun memperlihatkan tingkat keanekaragaman hayati masih tergolong baik yang dapat diartikan juga bahwa kondisi lingkungan perairan yang termasuk belum tercemar.

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 20

3.2.3 Fauna Darat

Untuk memperoleh data satwa liar dilakukan pengamatan langsung (observasi) terhadap satwa liar, selain itu juga berasal dari informasi penduduk dan data sekunder. Jenis-jenis satwa liar di lokasi paling sedikit dijumpai 12 jenis Mamalia, Reptila sebanyak 6 jenis, dan Aves terdapat 23 jenis (Tabel 3-7).

Tabel 3-7

Jenis satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU

No. Nama Indonesia

atau Lokal Nama Spesies atau Famili

Sumber

Status

Mamalia

1 Kera ekor panjang Macaca fascicularis O - 2 Musang Paradoxurus hermaphroditus I - 3. Tupai Sundasciurus lowii O - 4. Pelanduk/Kancil Tragulus javanicus I - 5. Babi Sus barbatus I - 6 Landak Hystrix brachyura I - 7 Tringgiling Manis javanica I - 8. Hirangan Presbytis melalophos I - 9 Sado Mydaus javanensis I - 10 Tikus Rattus exulans O - 11 Menjangan Cervus unicolor I - 12 Berang-berang Cynogale bennetti I

Reptilia

1 Ular pucuk Trimeresurus albolabris I - 2 Biawak Kalimantan Varanus bornensis I - 3 Biawak bergaris Varanus salvator I - 4 Ular sanca Phyton reticulatus I -

5. Kadal Mabuia multifasciata O - 6. Ular belang Bunarus fasciatus I -

3. RONA LINGKUNGAN AWAL 3- 21

Dalam dokumen PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UPAYA PENGELO (Halaman 54-59)