• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi Lainnya (K/L/D/I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi Lainnya (K/L/D/I)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

54

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil LPSE Kabupaten Bekasi

LPSE adalah unit kerja yang dibentuk di seluruh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi Lainnya (K/L/D/I) untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik serta memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik. ULP/Pejabat Pengadaan pada Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN yang tidak membentuk LPSE dapat menggunakan fasilitas LPSE yang terdekat dengan tempat kedudukannya untuk melaksanakan pengadaan secara elektronik. Selain memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik LPSE juga melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja LPSE yang bersangkutan.

4.1.1. Tujuan LPSE Kabupaten Bekasi LPSE Kabupaten Bekasi dibentuk untuk

• meningkatkan kinerja pengadaan barang/jasa secara elektronik; • meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;

• meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat; • memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;

• mendukung proses monitoring dan audit; serta

memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna mewujudkan clean and good government dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

(2)
(3)

54

4.1.2. Dasar hukum pembentukan LPSE Kabupaten Bekasi

Pasal 111 Nomor 54 Tahun 2010 mengatur tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan pengadaan Secara Elektronik. LPSE dalam menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik juga wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Layanan yang tersedia dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik Kabupaten Bekasi saat ini adalah e-tendering yang ketentuan teknis operasionalnya diatur dengan Peraturan Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering. Selain itu LPSE Kabupaten Bekasi juga menyediakan fasilitas Katalog Elektronik (e-Catalogue) yang merupakan sistem informasi elektronik yang memuat daftar,jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah, proses audit secara online (e-Audit), dan tata cara pembelian barang/jasa melalui katalog elektronik (e-Purchasing).

Pada tahun 2012 sudah diadakan pemberian penghargaan bagi penyelenggara Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) / E-Procurement terbaik selama satu tahun terakhir. Salah satu kabupaten terbaik yang memenangkan penghargaan tersebut adalah LPSE dari Kabupaten Bekasi. Walaupun LPSE Kabupaten Bekasi sendiri baru berjalan di tahun 2012, tetapi LPSE Kabupaten Bekasi sudah dapat menyabet dua penghargaan, masing-masing di posisi kedua dan ketiga. Posisi kedua diraih LPSE Kabupaten Bekasi dalam kategori Organization Transformation (LPSE yang memfasilitasi lelang terbanyak dengan akselerasi tertinggi), serta posisi ketiga dalam kategori User Support Performance (LPSE yang paling banyak memfasilitasi lelang namun eskalasi tiket ke LKPP paling sedikit) (Diknas, 2012).

(4)

4.2. Pembahasan

Berikut akan dibahas tentang metode pengumpulan data serta profil responden dari penelitian ini, pembahasannya adalah sebagai berikut:

4.2.1. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, untuk memperoleh data dilakukan penyebaran kuesioner atau angket kepada responden bersangkutan sesuai dengan sampel yang telah ditentukan. Kuesioner yang dibagikan bersifat tertulis dengan menggunakan media cetak yang disebarkan kepada responden satu per satu secara manual ketika responden datang ke kantor LPSE Kabupaten Bekasi di Cikarang untuk melakukan pendaftaran lelang. Penyebaran kuesioner dilakukan selama dua minggu yaitu dari tanggal 30 April 2013 sampai dengan 14 Mei 2013. Kuesioner dibagikan kepada user LPSE Kabupaten Bekasi yang melakukan pendaftaran lelang ke kantor LPSE. Dari penyebaran kuesioner tersebut, yang berhasil terkumpul kembali adalah sebanyak 52 dari 60 kuesioner yang dibagikan. Tetapi dalam penggunaannya hanya dapat diambil sebanyak 48 kuesioner, karena 4 sisanya tidak diisi lengkap oleh responden. Dalam penelitian ini kuesioner yang terisi oleh responden sebesar 80% dari jumlah total, dimana tingkat respon sangat baik untuk digunakan dalam pelaporan, sesuai dengan yang dikemukakan (Maxfield & Babbie, 2011)

4.2.2. Profil Responden

Untuk membahas hasil penelitian selanjutnya, peneliti sebelumnya akan membahas mengenap karakteristik dari responden. Pada penelitian ini responden yang telah mengisi kuesioner dibedakan berdasarkan pengguna (user) LPSE, jenis

(5)

58

usaha, jabatan pada perusahaan/institusi bersangkutan, lamanya menggunakan LPSE, jumlah karyawan dalam perusahaan/institusi yang menggunakan LPSE tersebut. Berikut ditampilkan data profil responden dalam bentuk pie chart:

Profil responden berdasarkan Pengguna (user) LPSE

Gambar 4.1 Profil Responden berdasarkan Pengguna (user) LPSE Berdasarkan diagram pie chart diatas, dapat disimpulkan yakni responden yang mengisi kuesioner paling banyak dari pihak supplier yang datang ke kantor LPSE yaitu sebanyak 22 responden (46%) dari total responden 48 responden. Sisanya yakni dari customer yaitu sebanyak 15 responden (31%) dan bagian pengadaan LPSE kabupaten Bekasi itu sendiri sebanyak 11 responden (23%).

(6)

• Profil responden berdasarkan Jenis Usaha

Gambar 4.2 Profil Responden berdasarkan Jenis Usaha

Berdasarkan diagram pie chart diatas, dapat disimpulkan yakni jenis usaha dari responden yang mengisi kuesioner paling banyak dari bagian perdagangan, logistik, dan jasa akomodasi yaitu sebanyak 18 responden (37%) dari total keseluruhan 48 responden. Sedangkan posisi terbanyak kedua yakni berasal dari perindustrian yaitu sebanyak 12 responden (25%), dimana posisi ketiga berasal dari jenis usaha transportasi, pergudangan, dan komunikasi sebanyak 8 responden (17%). Pada urutan keempat berasal dari jenis usaha listrik, gas, dan air yaitu sebanyak 7 responden (15%), dan urutan terakhir diisi oleh responden yang memiliki jenis usaha lain yang tidak disebutkan diatas yakni sebanyak 3 responden (6%).

(7)

58

• Profil responden berdasarkan Jabatan di Perusahaan/Institusi

Gambar 4.3 Profil Responden berdasarkan Jabatan di Perusahaan/Institusi

Berdasarkan diagram pie chart diatas, dapat disimpulkan yakni responden yang paling banyak mengisi kuesioner berasal dari pihak karyawan yang diutus perusahaannya untuk mendaftar lelang di kantor LPSE, tercatat sebanyak 36 responden (75%) dari 48 responden berasal dari pihak karyawan. Peringkat kedua diisi oleh kepala divisi sebanyak 6 responden (13%), dimana selanjutnya ditempati manager sebanyak 3 responden (6%) di peringkat ketiga. Responden dari jabatan lain yang datang ke kantor LPSE untuk melakukan registrasi juga tercatat ada sebanyak 2 responden (4%), dan 1 responden direktur dari perusahaan yang datang langsung ke kantor LPSE untuk registrasi juga mengisi kuesioner ini (2%).

(8)

• Profil responden berdasarkan Lama Menggunakan LPSE

Gambar 4.4 Profil Responden berdasarkan Lama Menggunakan LPSE Berdasarkan diagram pie chart diatas, dapat disimpulkan yakni responden yang paling lama menggunakan LPSE berkisar pada range jangka waktu 2 – 5 bulan, dimana responden tersebut berjumlah sebanyak 21 responden dari total keseluruhan 48 responden (44%). Pada peringkat kedua, responden pengguna LPSE sebanyak 12 responden (25%) menggunakan LPSE selama kurang dari (<) jangka waktu 2 bulan. Sebanyak 10 responden (21%) telah menggunakan LPSE dalam jangka waktu 6 bulan – 1 tahun. Diatas 1 tahun – 1,5 tahun pengguna LPSE yang mengisi kuesioner hanya berjumlah 4 responden (8%), dan sisanya yang diatas dari 1,5 tahun pengguna LPSE hanya tercatat 1 responden (2%).

(9)

58

• Profil responden berdasarkan Jumlah Karyawan

Gambar 4.5 Profil Responden berdasarkan Jumlah Karyawan di Perusahaan

Berdasarkan diagram pie chart diatas, dapat disimpulkan yakni jumlah karyawan di perusahaan pengguna LPSE paling banyak berasal dari responden yang memiliki jumlah karyawan di perusahaannya kurang dari 100 orang atau perusahaan kecil (small company) sebanyak 22 responden (46%) dari total keseluruhan 48 responden. Pada urutan kedua yakni 16 responden (33%) berasal dari perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 100 – 200 orang, sedangkan perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 200 – 300 orang menempati peringkat ketiga dengan jumlah responden sebanyak 6 responden (13%). Peringkat keempat ditempati oleh responden dari jumlah karyawan berkisar 300 – 400 orang yakni perusahaan cukup besar dimana ada 4 responden (8%) yang mengisi kuesioner. Sisanya didapat 0 responden (0%) yang berasal dari perusahaan yang jumlah karyawannya lebih dari 400 orang.

(10)

4.3. Measurement Model

Untuk menganalisis hasil penelitian, langkah pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi model pengukuran untuk mengetahui hubungan antara variabel laten dengan indikatornya. Langkah-langkah measurement model adalah sebagai berikut: 4.3.1. Convergent Validity

Korelasi antara skor indikator dengan skor konstruknya (loading factor) dapat diukur menggunakan convergent validity dari model pengukuran, dengan pengembangan nilai faktor loading lebih dari (>) 0,5-0,6 dapat dikatakan valid.

Convergent validity dari Implementasi e-Procurement

Tabel 4.1 Nilai Loading dari Implementasi e-Procurement

No Indikator Nilai Loading P-value Keterangan

1 C1 0.76 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

2 C2 0.727 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

3 C3 0.708 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

4 P1 0.784 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

5 P2 0.792 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

6 P3 0.686 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

Sumber: Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil output WarpPLS yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa konstruk implementasi e-Procurement yang memiliki 6 indikator keseluruhannya menunjukkan nilai loading diatas 0,5 dan p-value <0,001. Ini berarti seluruh indikator telah memenuhi convergent validity.

Convergent validity dari Partisipasi e-Marketplace

Tabel 4.2 Nilai Loading dari Partisipasi e-Marketplace

No Indikator Nilai Loading P-value Keterangan

1 Pef1 0.793 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

2 Pef2 0.746 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

3 Pef3 0.627 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

(11)

58

5 Pef5 0.77 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

6 L1 0.765 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

7 L2 0.73 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

8 L3 0.638 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

9 L4 0.823 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

10 IT1 0.829 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

11 IT2 0.737 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

12 IT3 0.664 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

13 IT4 0.444 0.018 Tidak Memenuhi Convergent Validity

Sumber: Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil output WarpPLS yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 diatas, dapat disimpulkan 13 indikator dari konstruk partisipasi e-Marketplace, 12 indikatornya memenuhi convergent validity karena memiliki nilai loading diatas 0,5 dan p-value <0,001. Sedangkan 1 diantaranya tidak memenuhi convergent validity yakni indikator IT4 dimana nilai loadingnya dibawah 0,5 dengan nilai p-value 0,018.

Convergent validity dari Kinerja Pengadaan

Tabel 4.3 Nilai Loading dari Kinerja Pengadaan

No Indikator Nilai Loading P-value Keterangan

1 Kef1 0.652 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

2 Kef2 0.713 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

3 Kef3 0.574 0.001 Memenuhi Convergent Validity

4 Kef4 0.838 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

5 Kef5 0.665 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

6 Kef6 0.837 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

7 KP1 0.829 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

8 KP2 0.749 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

9 KP3 0.652 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

10 KP4 0.774 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

11 KP5 0.749 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

12 CS1 0.839 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

13 CS2 0.826 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

14 CS3 0.744 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

15 PH1 0.839 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

16 PH2 0.744 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

17 Kes1 0.749 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

18 Kes2 0.652 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

19 Kes3 0.774 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

(12)

20 Kes4 0.735 <0.001 Memenuhi Convergent Validity Sumber: Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil output WarpPLS yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa konstruk Kinerja Pengadaan yang jumlahnya terdiri dari 20 indikator, semuanya memenuhi convergent validity karena keseluruhan indikatornya memiliki nilai loading diatas 0,5 dan p-value <0,001, dimana untuk indikator Kef3 memiliki nilai p-value 0,001.

Convergent validity dari Trust

Tabel 4.4 Nilai Loading dari Trust

No Indikator Nilai Loading P-value Keterangan

1 Ab1 0.773 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

2 Ab2 0.831 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

3 Ab3 0.881 0.001 Memenuhi Convergent Validity

4 Fr1 0.669 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

5 Fr2 0.658 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

6 Fr3 0.626 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

7 S1 0.881 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

8 S2 0.666 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

9 S3 0.716 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

10 Pr1 0.74 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

11 Pr2 0.802 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

12 Pr3 0.851 <0.001 Memenuhi Convergent Validity

Sumber: Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil output WarpPLS yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa konstruk Trust yang memiliki 12 indikator, kesemua indikator tersebut telah memenuhi convergent validity dengan nilai loading dari seluruh indikator diatas 0,5 dan p-value <0,001.

Setelah melakukan uji convergent validity diatas, didapati 1 indikator yang tidak memenuhi syarat convergent validity yaitu indikator IT4 dari konstruk Partisipasi e-marketplace. Hal ini berarti satu indikator tersebut dikatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam model.

(13)

58

Selanjutnya pengukuran convergent validity dilakukan dengan melihat nilai Average Variance Extracted (AVE) dimana nilai ini menggambarkan varian atau keragaman variabel manifest yang dapat dikandung oleh konstruk laten. (Yamin & Kurniawan, 2011, p. 19) menyatakan bahwa semakin besar varian atau keragaman variabel manifest yang dimiliki konstruk laten, maka akan semakin besar pula representasi variabel manifest terhadap konstruk latennya. Nilai AVE memiliki kriteria > 0,5. Berikut merupakan hasil AVE setiap konstruk yang ada pada Tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5 Nilai AVE

Average Variances Extracted (AVE)

e-proc e-mrkt KP trust

0.553 0.518 0.563 0.582

Sumber: Peneliti (2013)

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk implementasi e-procurement sebesar 0.553, partisipasi e-marketplace sebesar 0.518, kinerja pengadaan sebesar 0.563, dan trust sebesar 0.582. Keempat hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai AVE dari semua konstruk yang dihasilkan lebih besar dari 0,5 sehingga ukuran convergent validity dikatakan baik.

4.3.2. Discriminant Validity

Pengukuran Discriminant validity dinilai dari cross loading pengukuran dengan konstruk. Konstruk laten memprediksi indikatornya lebih baik daripada konstruk lainnya jika korelasi konstruk dengan pokok pengukuran (setiap indikatornya) lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur Discriminant validity adalah dengan melihat 64

(14)

nilai cross loadingnya, seperti yang terpapar pada tabel dibawah ini yang memuat hasil cross loading antara indikator dengan konstruknya:

Tabel 4.6 Cross Loadings Indikator dengan Konstruk

e-proc e-mrkt KP trust e-proc e-mrkt KP trust C1 0.76 0.7 -3.738 0.289 KP1 -1.117 -0.485 0.829 0.113 C2 0.727 0.801 -0.086 -0.335 KP2 -0.726 -1.423 0.749 0.182 C3 0.708 0.618 -3.609 0.036 KP3 3.676 0.634 0.652 0.288 P1 0.784 -0.564 2.322 0.111 KP4 0.528 0.817 0.774 -0.308 P2 0.792 -0.099 2.279 -0.268 KP5 -1.987 1.314 0.749 -0.067 P3 0.686 -1.505 2.682 0.18 CS1 -1.16 -0.099 0.839 -0.268 Pef1 -1.16 0.793 2.279 -0.268 CS2 -1.048 -0.564 0.826 0.111 Pef2 -1.048 0.746 2.322 0.111 CS3 -0.653 -1.505 0.744 0.18 Pef3 -0.653 0.627 2.682 0.18 PH1 -1.16 -0.099 0.839 -0.268 Pef4 3.599 0.704 -3.738 0.289 PH2 -0.653 -1.505 0.744 0.18 Pef5 0.46 0.77 -0.299 -0.304 Kes1 -0.726 -1.423 0.749 0.182 L1 -2.002 0.765 1.443 -0.063 Kes2 3.676 0.634 0.652 0.288 L2 -1.503 0.73 1.478 0.145 Kes3 0.528 0.817 0.774 -0.308 L3 1.597 0.638 -2.089 0.18 Kes4 -2.002 1.348 0.735 -0.063 L4 -0.002 0.823 -0.935 -0.199 Ab1 0.881 -0.892 -0.213 0.773 IT1 0.029 0.829 -0.917 -0.212 Ab2 1.21 -0.566 -0.755 0.831 IT2 0.55 0.737 -1.866 -0.204 Ab3 -0.392 -0.008 0.396 0.881 IT3 -0.458 0.664 -0.041 0.054 Fr1 0.829 1.29 -1.91 0.669 IT4 1.604 0.444 -0.63 0.742 Fr2 -1.298 0.165 1.088 0.658 Kef1 3.676 0.634 0.652 0.288 Fr3 -0.568 0.292 0.631 0.626 Kef2 0.231 0.861 0.713 -0.331 S1 -0.392 -0.008 0.396 0.881 Kef3 3.22 0.761 0.574 0.126 S2 -2.588 0.952 1.7 0.666 Kef4 -0.676 -0.748 0.838 0.009 S3 0.18 1.164 -1.105 0.716 Kef5 0.322 0.978 0.665 0.18 Pr1 0.884 -1.062 -0.059 0.74 Kef6 -1.092 -0.177 0.837 -0.273 Pr2 1.228 -0.706 -0.638 0.802 Pr3 -0.452 -0.114 0.561 0.851 Sumber: Peneliti (2013)

Indikator IT4 tidak dimasukkan dalam pengujian discriminant validity sebab indikator tersebut tidak memenuhi syarat convergent validity atau dikatakan tidak valid.

(15)

58

Setelah melihat tabel cross loadings diatas, dapat disimpulkan bahwa korelasi konstruk implementasi e-procurement dengan indikatornya lebih besar daripada korelasi indikator implementasi e-procurement dengan konstruk lainnya. Korelasi konstruk dari partisipasi e-marketplace dengan indikatornya juga hasilnya lebih besar daripada korelasi indikator partisipasi e-marketplace dengan konstruk lainnya. Kemudian korelasi konstruk dari kinerja pengadaan dengan indikatornya juga terlihat lebih besar daripada korelasi indikator kinerja pengadaan dengan konstruk lainnya. Trust juga memiliki korelasi konstruk dengan indikatornya yang lebih besar daripada korelasi indikator trust dengan konstruk lainnya. Dapat disimpulkan bahwa hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan dari konstruk memenuhi kriteria discriminant validity, dimana seluruh konstruk laten memprediksi indikator pada blok mereka lebih dibandingkan dengan indikator diblok lainnya.

4.3.3. Composite Reliability

Hasil dari koefisien variabel laten dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Latent Variable Coefficients

e-proc e-mrkt KP trust

Composite reliability 0.881 0.932 0.962 0.943

Cronbach's alpha 0.838 0.92 0.958 0.933

Sumber: Peneliti (2013)

Tabel 4.7 diatas menunjukkan hasil koefisien composite reliability yang memuaskan dari masing-masing konstruk, dimana hasilnya dari setiap konstruk yakni implementasi e-procurement (0,881), partisipasi e-marketplace (0,932), kinerja pengadaan (0,962), dan trust (0,943). Selain hasil composite reliability tersebut, koefisien dari Cronbach’s Alpha juga menunjukkan hasil yang baik yaitu untuk implementasi e-procurement (0,838), partisipasi e-marketplace (0,92), kinerja pengadaan (0,958), dan trust (0,933). Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk memiliki reliabilitas yang tinggi, dimana hal ini dapat dilihat dari 66

(16)

nilai composite reliability dan cronbach’s alpha seluruh konstruk lebih besar dari 0,70.

4.4. Structural Model

Tahap selanjutnya setelah melakukan evaluasi measurement model, dimana diperoleh setiap konstruk telah memenuhi persyaratan convergent validity, discriminant validity, dan composite reliability, yaitu adalah evaluasi structural model atau model strukturan yang meliputi uji kecocokan model (model fit), path coefficient, dan R².

Uji kecocokan model (model fit) perlu dilakukan sebelum melakukan uji signifikansi path coefficients dan R², ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu model memiliki kecocokan dengan data. Terdapat 3 (tiga) indeks pengujian dalam uji kecocokan model ini, yaitu Average Path Coefficient (APC), Average R-Squared (ARS), dan Average Variance Inflation Factor (AVIF) dengan kriteria APC dan ARS diterima dengan syarat p-value < 0,05 dan AVIF lebih kecil dari 5. Berikut hasil output model fit indices dari program WarpPLS dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Model Fit Indices Indeks p-value APC 0.658 P<0.001 ARS 0.908 P<0.001 AVIF 1.418, (Good if < 5) Sumber: Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil output yang ditampilkan pada tabel diatas, APC memiliki indeks sebesar 0,658 dengan nilai p-value < 0,001, sedangkan ARS memiliki indeks sebesar 0,908 dengan p-value < 0,001. Nilai P atau p-value dari kedua indeks menunjukkan hasil dibawah dari 0,05 yang artinya telah memenuhi kriteria APC dan ARS. AVIF yang diperoleh juga menunjukkan indeks dibawah 5, yaitu sebesar

(17)

58

1,418. Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model sudah fit dengan data sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian berikutnya. Melalui tabel 4.8 dapat diketahui informasi bahwa total variabel laten pada penelitian ini sejumlah 4 variabel, dimana variabel teramati (variabel manifes) sejumlah 51 indikator, dengan rincian yaitu sebanyak 6 indikator untuk implementasi e-procurement, 13 indikator untuk partisipasi e-marketplace, 20 indikator untuk kinerja pengadaan, dan 12 indikator untuk trust.

Dalam mengevaluasi hubungan structural antar variabel laten, harus dilakukan uji hipotesis terhadap koefisien jalur antar variabel dengan membandingkan nilai p-value dengan alpha (0,05), dimana besarnya p-value diperoleh dari hasil output pada WarpPLS. Untuk membuktikan kebenaran dugaan penelitian yang terdiri dari 3 hipotesis perlu dilakukan pengujian hipotesis, dengan hipotesis yakni:

a. H1: terdapat pengaruh implementasi e-procurement terhadap partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi

b. H2: terdapat pengaruh trust (kepercayaan) sebagai variabel moderator terhadap implementasi e-procurement dan partisipasi e-marketplace pada pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi

c. H3: terdapat pengaruh partisipasi e-marketplace terhadap kinerja pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi

Berikut merupakan gambar model penelitian beserta hasil yang telah diperoleh berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan program WarpPLS:

X 68

(18)

Gambar 4.6 Model Penelitian Sumber: Peneliti (2013)

Keseluruhan hipotesis akan diuji dan dianalisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data pada tabel Direct Effect dibawah ini:

Tabel 4.9 Direct Effect

Kriteria e-proc e-mrkt KP trust trust*e

e-proc e-mrkt 0.843 -0.173 Path Coefficients KP 0.958 trust trust*e e-proc e-mrkt <0.001 0.179 p-values KP <0.001 trust trust*e e-proc e-mrkt 0.79 0.109

Effect Sizes for

Path KP 0.918

trust

trust*e

Sumber: Peneliti (2013)

Selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis seperti berikut ini: • Uji Hipotesis I

Hipotesis

H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan implementasi e-procurement terhadap partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi.

Ha: Ada pengaruh yang signifikan implementasi e-procurement terhadap partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi.

Dasar Pengambilan Keputusan p-value ≥ 0,05 , maka H0 diterima

(19)

58

p-value < 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha diterima Keputusan

p-value = 0,001 < 0,005 , maka H0 ditolak dan Ha diterima Kesimpulan

Variabel implementasi e-procurement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi. Variebel implementasi e-procurement didapati memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel partisipasi e-marketplace yang dapat diamati melalui nilai path coefficient atau koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,843. Angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada nilai terhadap implementasi procurement sebesar satu satuan, maka penilaian terhadap partisipasi e-marketplace akan meningkat sebesar 0,843 dan begitu pula sebaliknya, setiap terjadi penurunan penilaian terhadap implementasi e-procurement sebesar satu satuan, maka penilaian terhadap partisipasi e-marketplace akan menurun sebesar 0,843. Pada tabel effect size dapat dilihat nilai R², dimana nilai tersebut sebesar 0,79 dapat diartikan bahwa variabel implementasi e-procurement mempengaruhi variabel partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi sebesar 79% dan 21% sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar penelitian ini. • Uji Hipotesis II

Hipotesis

H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan trust sebagai variabel moderator terhadap implementasi e-procurement dan partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi.

(20)

Ha: Ada pengaruh yang signifikan trust sebagai variabel moderator terhadap implementasi e-procurement dan partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi.

Dasar Pengambilan Keputusan p-value ≥ 0,05 , maka H0 diterima

p-value < 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha diterima Keputusan

p-value = 0,179 > 0,05 , maka H0 diterima Kesimpulan

Variabel moderator trust tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel implementasi e-procurement dan partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi.

• Uji Hipotesis III Hipotesis

H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan partisipasi e-marketplace terhadap kinerja pengadaan pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi.

Ha: Ada pengaruh yang signifikan partisipasi e-marketplace terhadap kinerja pengadaan pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi.

Dasar Pengambilan Keputusan p-value ≥ 0,05 , maka H0 diterima

p-value < 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha diterima Keputusan

p-value = 0,001 < 0,005 , maka H0 ditolak dan Ha diterima Kesimpulan

(21)

58

Variabel partisipasi e-marketplace memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi. Variebel partisipasi e-marketplace didapati memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel kinerja pengadaan yang dapat diamati melalui nilai path coefficient atau koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,958. Angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada nilai terhadap partisipasi e-marketplace sebesar satu satuan, maka penilaian terhadap kinerja pengadaan akan meningkat sebesar 0,958 dan begitu pula sebaliknya, setiap terjadi penurunan penilaian terhadap partisipasi e-marketplace sebesar satu satuan, maka penilaian terhadap kinerja pengadaan akan menurun sebesar 0,958. Pada tabel effect size dapat dilihat nilai R², dimana nilai tersebut sebesar 0,918 dapat diartikan bahwa variabel partisipasi e-marketplace mempengaruhi variabel kinerja pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi sebesar 91,8% dan 8,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar penelitian ini.

Setelah melakukan uji hipotesis diatas, selanjutnya akan dilakukan rangkuman uji hipotesis seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini:

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis Pengaruh antara Nilai Beta Keputusan

H1

implementasi

e-procurement partisipasi e-marketplace 0,84 Diterima

H2 trust implementasi e-procurement partisipasi e-marketplace -0,17 Ditolak H3 partisipasi

e-marketplace kinerja pengadaan 0,96 Diterima

Sumber: Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis diatas dapat diperoleh:

Uji Hipotesis I diterima, dimana artinya variabel implementasi e-procurement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel partisipasi e-72

(22)

marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai β sebesar 0,84.

• Uji Hipotesis II ditolak, dimana artinya variabel trust tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel implementasi e-procurement dan partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai β sebesar -0,17.

Uji Hipotesis III diterima, dimana artinya variabel partisipasi e-marketplace memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai β sebesar 0,96. 4.5. Implikasi Penelitian

Selanjutnya peneliti akan membahas hasil-hasil yang ditemukan, dimana akan dibatasi dengan ruang lingkup penelitian yaitu LPSE Pemda Kabupaten Bekasi. I. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

implementasi e-procurement pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi e-marketplace. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien beta yang bernilai positif, yang berarti bahwa semakin baik kualitas penerapan atau implementasi e-procurement, maka akan semakin besar pula keikutsertaan atau partisipasi user (pengguna) dalam e-marketplace. Adanya pengaruh tersebut dapat ditimbulkan karena secara tidak langsung, penggunaan e-procurement dalam memenuhi kebutuhan user akan berdampak terhadap efisiensi keikutsertaan user dalam e-marketplace. Seperti pada penelitian terdahulu, yakni hasil penelitian yang dilakukan oleh (Chang & Wong, 2010) menunjukkan bahwa implementasi e-procurement berpengaruh positif terhadap partisipasi e-marketplace, dimana perusahaan atau institusi yang menerapkan implementasi e-procurement sangat memiliki peran kontribusi baik

(23)

58

terhadap partisipasi e-marketplace. Jika dilihat kembali berdasarkan pengolahan data, indikator seperti efisiensi waktu dan biaya sangat berpengaruh terhadap process conformance dari e-procurement itu sendiri. Sedangkan indikator lain seperti mempermudah dalam memperoleh informasi, mengurangi terjadinya kesalahan, dan membuat data unified, memiliki nilai loading yang lebih tinggi dibanding yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut berkontribusi lebih besar dalam implementasi e-procurement.

Lalu berdasarkan hasil R² juga diketahui bahwa sebesar 79% variabel partisipasi e-marketplace dipengaruhi oleh implementasi e-procurement. Jadi dapat disimpulkan yakni sebagian besar partisipan e-marketplace diperoleh berdasarkan e-procurement (LPSE) yang diterapkan pada Pemda Kabupaten Bekasi. Sehingga penting adanya bagi pihak pengelola e-procurement atau LPSE untuk terus memperhatikan dan meningkatkan kualitas layanan pengadaan (LPSE), khususnya bagi atribut yang berkontribusi lebih pada penerapan e-procurement agar dapat menarik lebih banyak partisipan e-marketplace dan memenuhi kebutuhan user.

II. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variabel moderator yakni trust tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi e-procurement dan partisipasi e-marketplace. Hasil ini berbeda dengan penelitian terdahulu dimana trust memiliki peran yang fundamental yang mempengaruhi implementasi e-procurement serta partisipasi e-marketplace. Berdasarkan skor rata-rata pada indikator trust (pada lampiran), diketahui bahwa rata-rata terkecil adalah indikator e-marketplace merupakan ruang transaksi yang jujur. Hal ini dapat diartikan bahwa user (pengguna) e-procurement belum merasakan sepenuhnya percaya pada e-marketplace sebagai ruang bertransaksi 74

(24)

yang dapat diandalkan. (D.H. McKnight, 2005) pada penelitian terdahulunya berpendapat bahwa kepercayaan memiliki efek moderat pada proses dan perilaku, sedangkan (Chang & Wong, 2010) pada penelitiannya berpendapat bahwa trust merupakan suatu ukuran yang mempengaruhi keinginan suatu perusahaan atau institusi untuk berpartisipasi dalam e-marketplace dan menggunakan e-procurement. Sesuai dengan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa user (pengguna) procurement yang berpartisipasi dalam e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi tidak sepenuhnya menggunakan kepercayaan (trust) sebagai alasan utama atau alasan fundamental mereka ketika melakukan transaksi, sehingga tidak ada pengaruhnya terhadap implementasi e-procurement dan partisipasi e-marketplace. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid LPSE Pemda Kabupaten Bekasi, Bapak Drs Ida Nuryadi, S.E, M.M mengatakan bahwa user LPSE menggunakan layanan e-procurement tersebut lebih kepada atas dasar kebutuhan yang memudahkan dalam time and cost reduce, sehingga trust tidak mempengaruhi user dalam menggunakan e-procurement dan berpartisipasi dalam e-marketplace.

III. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa partisipasi e-marketplace pada LPSE Pemda Kabupaten Bekasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengadaan. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien beta yang bernilai positif, yang berarti bahwa semakin baik kualitas partisipasi e-marketplace, maka akan semakin baik pula kualitas kinerja yang ada. Adanya pengaruh tersebut dapat ditimbulkan karena secara tidak langsung, user yang berpartisipasi dalam e-marketplace akan berdampak terhadap kinerja dari bagian pengadaan LPSE Pemda Kabupaten Bekasi, semakin banyak user yang berpartisipasi maka kinerja LPSE juga akan semakin membaik.

(25)

58

Kinerja disini terutama meliputi hal-hal seperti customer satisfaction dan relationship development dengan partner dan supplier yang meningkat. Hal ini juga ditunjukkan seperti pada penelitian terdahulu, yakni hasil penelitian yang dilakukan oleh (Chang & Wong, 2010) menunjukkan bahwa partisipasi e-marketplace berpengaruh positif terhadap kinerja pengadaan, dimana perusahaan atau institusi yang berpartisipasi dalam e-marketplace sangat memiliki peran kontribusi baik terhadap kinerja pengadaan itu sendiri. Jika dilihat kembali berdasarkan pengolahan data, responden memberikan nilai tertinggi pada indikator seperti biaya produksi dan transaksi yang dapat berkurang setelah berpartisipasi dalam e-marketplace. Sedangkan indikator lain seperti pelanggan yang lebih puas dengan kinerja pengadaan LPSE Kabupaten Bekasi setelah berpartisipasi dalam e-marketplace serta hubungan bisnis dengan mitra yang semakin membaik setelah berpartisipasi dalam e-marketplace, memiliki nilai loading yang lebih tinggi dibanding yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut berkontribusi lebih besar dalam hubungan partisipasi e-marketplace akan kinerja pengadaan. Lalu berdasarkan hasil R² juga diketahui bahwa sebesar 91,8% variabel kinerja pengadaan dipengaruhi oleh partisipasi e-marketplace. Dapat disimpulkan yakni sebagian besar keikutsertaan user dalam e-marketplace berdampak pada kinerja pengadaan (LPSE) pada Pemda Kabupaten Bekasi. Sehingga penting adanya bagi penyedia e-marketplace untuk terus mengembangkan kualitas layanan pengadaan (LPSE), khususnya bagi atribut yang berkontribusi lebih pada partisipasi e-marketplace agar dapat terus meningkatkan kinerja pengadaan di LPSE Pemda Kabupaten Bekasi dan semakin banyak perusahaan yang berpartisipasi dalam e-marketplace serta menggunakan layanan pengadaan secara elektronik.

Gambar

Gambar 4.1 Profil Responden berdasarkan Pengguna (user) LPSE  Berdasarkan  diagram  pie  chart  diatas,  dapat  disimpulkan  yakni  responden  yang  mengisi  kuesioner  paling  banyak  dari  pihak  supplier  yang  datang  ke  kantor  LPSE  yaitu  sebanyak
Gambar 4.2 Profil Responden berdasarkan Jenis Usaha
Gambar 4.3 Profil Responden berdasarkan Jabatan di  Perusahaan/Institusi
Gambar 4.4 Profil Responden berdasarkan Lama Menggunakan LPSE  Berdasarkan  diagram  pie  chart  diatas,  dapat  disimpulkan  yakni  responden  yang paling lama menggunakan LPSE berkisar pada range jangka waktu 2 – 5 bulan,  dimana responden tersebut berju
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,

Melihat pentingnya sistem pengendalian dalam mencapai tujuan perusahaan, maka penulis termotivasi untuk melihat lebih nyata penerapan pengendalian gaji yang diterapkan oleh

untuk mengujikan suatu hipotesis. Berikut ini adalah tahapan pengolahan data dalam penelitian yaitu sebagai berikut. 1) Tahap pengolahan data, tahap ini merupakan

Improving Students’ English Interaction Through Jazz Chants Model, Yogyakarta: the 53 rd TEFLIN (Teachers of English as A Foreign Language in

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1) Kemampuan siswa

PENANGGUNG JAWAB METODE PENGUMPULAN DATA Kepala Bagian statistik Parawisata. PENANGGUNG JAWAB METODE PENGOLAHAN DATA Kepala Bagian

Peningkatan p-21 akan menekan semua CDK (Cyclin Dependent-protein Kinase) dengan cyclin, dimana siklus pembelahan sel sangat tergantung pada ikatan kompleks antara CDK dengan