• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN KADER POSYANDU TENTANG PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) DI PONDOK BETUNG PONDOK AREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN KADER POSYANDU TENTANG PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) DI PONDOK BETUNG PONDOK AREN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINDAKAN

KADER POSYANDU TENTANG PEDOMAN UMUM GIZI

SEIMBANG (PUGS) DI PONDOK BETUNG PONDOK AREN

Meylina Djafar

PS Gizi Stikes Binawan

E-mail: linadjafar@yahoo.com

Abstrak: Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) perlu disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, perilaku sehat berdasarkan 4 pilar prinsip yaitu: (1) konsumsi anekaragam pangan, (2) perilaku hidup bersih, (3) aktivitas fisik dan (4) mempertahankan berat badan normal. Kader posyandu mempunyai peranan yang sangat penting dalam tercapainya perilaku yang mendukung peningkatan status kesehatan seluruh anggota keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakan kader posyandu tentang PUGS di masyarakat. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Posyandu di RW 01 Kelurahan Pondok Betung Kecamatan Pondok Aren selama 3 hari pada bulan Juni 2013 dengan sampel 56 orang dan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan kader Posyandu tentang PUGS, (2) Tidak terdapat hubungan antara umur dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS, (3) Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS. (4) Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS, (5) Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS. Kata kunci: kader posyandu, pengetahuan, sikap, tindakan, pugs

Abstract: The general guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) need to be socialized to all walk Indonesian society in order to improve

the understanding and the ability to consume food, healthy behaviors based on 4 pillars principles, namely: (1) variety of food consumption, (2) behaviors of clean living, physical activity, (3) and (4) maintain a normal body weight. Posyandu cadre has a very important role in supporting the achievement of behavior level that supports the health status improvement of the whole family. The purpose of this research was to determine the relationship between the knowledge and attitude of posyandu cadre acts of PUGS in the community. This research is a case study conducted at Posyandu in Pondok Betung Village RW 01 Pondok Aren District for 3 days in June 2013 with a sample of 56 people and using questionnaires. The results showed that: (1) there is no relationship between the level of education with action cadre of Posyandu PUGS, (2) there is no relation between the age and the action of posyandu cadre PUGS, (3) there was no connection between the job action cadre of posyandu about PUGS. (4) there is a link between knowledge and action cadre of posyandu about PUGS, (5) there is no relationship between the attitude of posyandu cadre with the action of PGUS.

Key words: cadres of posyandu, knowledge, attitude, action, pugs

PENDAHULUAN

Latar belakang penelitian adalah adanya masalah gizi yang berkaitan erat dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimana rendahnya kualitas SDM di Indonesia merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan bebas di era globalisasi. Menurut Fasli Jalal dan Sumali M. Atmojo (1998), bahwa banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan SDM yang berkualitas, antara lain (1) faktor pangan (unsur gizi), (2) kesehatan, (3) pendidikan, (4) informasi teknologi dan (5) jasa pelayanan lainnya.

Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi yang ketiganya dipengaruhi

oleh keadaan gizi, Sehingga gizi memegang peranan paling penting.

Penduduk Indonesia masih mengalami berbagai masalah gizi seperti (1) masalah gizi kurang, (2) gizi ganda, dan (3) gizi tidak seimbang. Hasil Kajian ilmiah Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa perhatian masalah gizi ganda perlu ditingkatkan melalui upaya perubahan perilaku gizi masyarakat kearah perilaku gizi seimbang. Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan, perlu disosialisasikan perilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan 4 pilar prinsip yaitu: (1) konsumsi anekaragam pangan, (2) perilaku hidup bersih, (3) aktivitas fisik dan (4) mempertahankan berat badan normal, yang diwujudkan dalam bentuk Pedoman Umum Gizi Seimbang

(2)

(PUGS). PUGS Kemenkes 2014 merupakan pembaharuan dari pembaharuan dari PUGS Depkes 2003. P e m e r i n t a h s u d a h l e b i h d a r i 1 5 t a h u n memperkenalkan PUGS kepada masyarakat, bahkan saat ini pemerintah juga sedang menerapkan dan mengintensifkan pola konsumsi pangan yang menekankan pada pentingnya gizi seimbang. Pola konsumsi pangan tersebut mengarah pada konsumsi pangan yang mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup, sehingga diharapkan diperoleh status kesehatan dan gizi yang optimal (Mukson dkk, 1999). Namun masih banyak kendala dan halangan dalam sosialisasi PUGS ini, sehingga harapan untuk merubah perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang masih belum sepenuhnya tercapai. Menurut Susanto (2002), beberapa kendala dalam penerapan PUGS di masyarakat adalah kadar ilmiah isi, kata-kata dan uraian PUGS yang relatif tinggi dan sulit dipahami oleh provider kesehatan masyarakat yang belum pernah duduk di bangku kuliah dan tidak memiliki dasar pendidikan gizi. Dengan demikian PUGS dibutuhkan disosialisasikan secara intensif kepada masyarakat terutama kepada pihak-pihak yang terkait.

Posyandu merupakan kegiatan dari; oleh, dan untuk, masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat terutama para ibu dalam mengembangkan kesehatan keluarga dan tumbuh kembang anak dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan demikian diharapkan masyarakat tidak tergantung lagi pada pemerintah dan dituntut untuk mandiri.

Kader posyandu sebagai penyelenggara kegiatan posyandu mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan utama posyandu yaitu tercapainya perilaku yang mendukung peningkatan status kesehatan seluruh anggota keluarga, khususnya balita dan ibu hamil. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan posyandu dan mencapai tujuan utamanya maka para kader harus mempunyai pengetahuan, sikap yang benar serta melakukan praktek gaya hidup sehat yang akan disosialisasikannya, di antaranya adalah perilaku makan sesuai Pedoman Umum Gizi Seimbang yang berisi 10

Pesan Umum dan 8 pesan Khusus Dasar Gizi Seimbang (Kemenkes, PUGS 2014, pembaharuan PUGS Depkes 2003).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) dampak pengetahuan dan sikap terhadap tindakan kader posyandu tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), (2) hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan serta sikap terhadap tindakan kader posyandu di Pondok Betung Pondok Aren. Penelitian ini dilakukan di Pondok Betung, Pondok Aren selama 3 hari pada bulan Juni 2013. Metode yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif, eksploratif dengan populasi 65 orang kader posyandu yang ada, diambil sampling sebanyak 56 orang. Data diperoleh dengan cara wawancara, dan menggunakan kuesioner tertutup dengan jawaban benar diberikan nilai 1 dan jawaban yang salah diberikan nilai 0.. Identitas Sampel, meliputi: Kode sampel, Nama Sampel, Alamat, Umur, Pekerjaan dan Tingkat pendidikan. Pengetahuan responden, meliputi 13 pertanyaan. Sikap responden, meliputi 13 pernyataan sikap (SS : Sangat Setuju, S: setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju). Tindakan responden, meliputi 13 pertanyaan (Ya atau Tidak). Kuesioner terbuka dengan cara mengumpulkan responden pada suatu tempat kemudian responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner tersebut. Pada kuesioner Tindakan Record hari pertama adalah informasi hasil pola makan responden hari sebelumnya (15 Juni 2013), responden diajarkan langsung cara mengisinya sampai selesai dan langsung dikumpulkan. Record hari kedua (16 Juni 2013) responden boleh membawa pulang k u e s i o n e r d a n d i k u m p u l k a n k e e s o k a n n y a .

PEMBAHASAN

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Menurut Kodyat dan Halim (1997) Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), merupakan suatu alat promosi makanan sehat yang dituangkan dalam bentuk gambar dan pesan-pesan dasar bagi masyarakat. Menurut Direktorat bina gizi Kemenkes (2014), pedoman ini merupakan petunjuk teknis bagi petugas dari berbagai institusi baik pemerintah maupun non pemerintah dalam

(3)

melaksanakan pendidikan gizi seimbang kepada masyarakat. PUGS yang lama memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. (Almatsier,2001). Sedangkan PUGS baru 2014, memuat 10 pesan Umum dan 8 pesan Khusus berdasarkan 4 pilar, yaitu (1) anekaragam pangan, (1) perilaku hidup bersih, (3) aktivitas fisik dan (4) mempertahankan berat badan normal.

Kader Posyandu; adalah masyarakat yang mau bekerja dengan sukarela membantu petugas kesehatan dalam meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dengan tidak memandang profesi. Kegiatan ini dipilih dari, oleh, untuk masyarakat, dengan kriteria dapat baca tulis, tinggal di lingkungan setempat, mau dan mampu bekerja dengan sukarela, mempunyai waktu, mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kesehatan.(Dinkes,2011)

Pengetahuan; adalah merupakan hasil mengetahui yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pencengaran, penciuman, rasa dan raba.

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Suhardjo (2003), pengetahuan gizi membuka sumbangan pengertian tentang apa yang kita makan, mengapa kita makan, dan bagaimana hubungan makan dengan kesehatan dan kesejahteraan, baik secara p e r o r a n g a n , m a s y a r a k a t s e c a r a m e n y e l u r u h . Sikap (Attitude); Menurut Notoatmodjo (2013), Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas.

Tindakan; Menurut Notoatmodjo (2013), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, f a k t o r d u k u n g a n ( s u p p o r t ) d a r i p i h a k l a i n . Sumber Informasi; Informasi penting bagi terbentuknya persepsi seseorang. Namun informasi itu sendiri belum cukup individu yang bersangkutan harus mampu menyerap informasi yang diterima secara baik. Kemampuan menyerap informasi ini merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk menampung informasi pengalaman yang diperolehnya.

Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian Secara keseluruhan jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 tercatat 1.042.026 jiwa, yang terdiri dari 519.851 jiwa laki-laki dan 522.175 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Pondok Aren sebanyak 261.064 jiwa.

Hasil data yang diperoleh berdasarkan: 1. Umur

Menurut Sarwono (2002) Umur seseorang akan mempengaruhi kinerja karena semakin lanjut umurya akan semakin bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari pada umur muda. 31 responden (55,4%) berumur lebih atau sama dengan 48 tahun dan yang berumur kurang dari 48 tahun sebanyak 25 responden (44,6%).

Dengan usia tersebut diharapkan kader posyandu dapat menjadi: (a) bersosialisasi dengan masyarakat, (b) memikul tanggung jawab sebagai penggerak posyandu dan (c) dapat menyampaikan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat.

Menurut hasil penelitian:

a. Sebagian besar kader posyandu sebanyak 41 responden (73,2%) memiliki tindakan baik tentang P Umum Gizi Seimbang, sedangkan sisanya sebanyak 15 responden (26,8%) memiliki tindakan yang kurang. Tindakan yang baik tentang PUGS lebih banyak dimiliki oleh kader posyandu yang berumur kurang dari atau sama dengan 48 tahun, yaitu sebanyak 25 orang (80,6%). b. Hubungan antara umur dan tindakan kader posyandu tentang PUGS.

(4)

Hasil uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS. dengan nilai r= 0,187 dan P = 0,168 (P>0,05). Hal ini diduga karena umur yang semakin bertambah belum tentu dapat menjadikan seseorang melakukan tindakan yang baik mengenai PUGS dengan melakukan pesan-pesannya.

2. Tingkat Pendidikan

Menurut Amalia (2009), bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan dalam menerima informasi kesehatan misalnya petugas kesehatan sehingga dapat ikut berperan serta dalam kegiatan peningkatan kesehatan seperti posyandu.

Menurut hasil penelitian sebagai berikut:

a. Terdapat variasi tingkat pendidikan kader posyandu yaitu Responden yang memiliki tingkat pendidikan (1) SD sebanyak 11 orang (19,6 %), (2) SMP sebanyak 17 orang (30,4%), SMA sebanyak 27 orang (48,2%) dan Perguruan Tinggi (1 orang (1,8%)

b. Kader posyandu yang memiliki tindakan yang baik tentang PUGS lebih banyak terdapat pada kader posyandu yang memiliki tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak 21 responden (77,8%).

c. Hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan kader posyandu tentang PUGS

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman’s menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS dengan nilai r= - 0,063 dan P = 0,642 (P>0,05). 3. Pekerjaan

Menurut Widagdo (2009), bahwa pekerjaan dapat menjadi salah satu kendala dalam keaktifan kader dalam posyandu karena pekerjaan merupakan salah satu sumber pendapatan sehingga akan lebih difokuskan daripada kegiatan posyandu. Bekerja pada ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga sehingga semakin banyak waktu yang tersita untuk melakukan pekerjaan maka semakin sempit kesempatan untuk menjadi kader.

Hasil penelitian menunjukkan:

a. Sebagian besar responden sebanyak 50 orang (89,3%)

adalah Ibu Rumah Tangga atau tidak bekerja, sedangkan sisanya sebanyak 6 orang (10,7%) bekerja. b. Tindakan yang baik mengenai PUGS paling banyak dimiliki oleh kader posyandu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 36 responden (72,0%).

c. Hubungan antara tingkat pekerjaan dan tindakan kader posyandu tentang PUGS

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman’s menunjukkan tidak adanya hubungan antara pekerjaan

dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS dengan

nilai r= 0,079 dan P = 0,562 (P>0,05).

4. Pengetahuan

Menurut Dodi (2004), bahwa pengetahuan seseorang tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sehingga apabila lingkungannya mendukung seseorang untuk dapat memperoleh informasi mengenai gizi, maka dengan demikian pengetahuan gizi orang tersebut akan bertambah.

Berdasarkan hasil penelitian:

a. Sebagian besar kader posyandu sebanyak 44 responden (78,6%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 11 responden (19,6%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 1 responden (1,8%) memiliki pengetahuan yang kurang.

b. kader posyandu yang memiliki tindakan baik tentang PUGS paling banyak dimiliki oleh kader posyandu yang memiliki pengetahuan yang baik pula yaitu sebanyak 35 responden (79,5%).

c. Hubungan antara Pengetahuan dan tindakan kader posyandu tentang PUGS.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman’s menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan

dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS dengan

nilai r= 0,284* dan P = 0,034 (P<0,05)

5. Sikap

Menurut Notoatmodjo (1997), secara teori perubahan tindakan mengikuti tahapan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice). Namun di dalam praktik sehari-hari dapat saja terjadi tindakan yang baik

(5)

tidak melalui sikap yang positif. Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor.

Berdasarkan hasil penelitian:

a. Responden yang memiliki sikap yang positif adalah 26 responden (46,4%) hampir sama dengan responden yang memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 30 responden (53,6%).

b. Tindakan yang baik mengenai PUGS paling banyak dimiliki oleh kader posyandu yang memiliki sikap positif, yaitu sebanyak 21 responden.

c. Hubungan antara Sikap dan tindakan kader posyandu tentang PUGS

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman’s menunjukkan tidak adanya hubungan antara sikap dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS dengan nilai r= 0,159 dan P = 0,242 (P>0,05)

PENUTUP Kesimpulan

1. Tidak terdapat hubungan antara umur dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS

2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan kader Posyandu tentang PUGS. 3. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS.

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan kader posyandu tentang PUGS.

5. Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan kader posyandu tentang PGUS.

Saran saran

1. Perlunya dukungan semua pihak yang terkait untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui

training, penyegaran dan demonstrasi dengan materi

mengenai gizi, khususnya PUGS agar terbentuk sikap kader posyandu yang mendorong terbentuknya perilaku untuk menyampaikan informasi tentang pesan gizi seimbang kepada masyarakat.

2. Bagi Kader Posyandu; Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang PUGS kepada kader sehingga diharapkan kader memiliki sikap dan tindakan lebih baik dalam aplikasi sehari-hari dan dalam memberikan p e n y u l u h a n k e s e h a t a n k e p a d a m a s y a r a k a t . 3. Bagi Posyandu Pondok Aren Kelurahan Pondok Betung; Penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan dalam mengembangkan sosialisasi dan penyampaian mengenai PUGS pada masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fatoni. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Kader dalam

Penyelenggaraan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Rajeg Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. 1997. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia, Jakarta, 2001. Departemen Kesehatan. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta, 1996. Departemen Kesehatan. Pedoman Umum Gizi Seimbang: Panduan

untuk Petugas. Jakarta.2003

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Buku Petunjuk Tehnis Kader

Kesehatan. Tangerang Selatan.2011

Dodi Garnadi. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat Sekitar

Hutan terhadap Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2004

Fasli Jalal, dkk..” Kebijakan Ketahanan Pangan Dalam Pemenuhan Gizi Seimbang”. Prosiding Kongres Nasional PERSAGI dan

Temu Ilmiah XII. Jakarta. 1988.

Hanim Diffah dkk..” Metoda Penelitian Pedoman Gizi Seimbang Pada Kelompok Ibu Menyusui di Kabupaten Karanganyar”. Jurnal

Ilmiah WIDYA 44 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014.

Kemenkes. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta, 2014 Mukson, dkk. Laporan Hasil Penelitian Faktor Penentu Pola Konsumsi

Pangan Keluarga Kaitanya Dengan Pola Gizi Seimbang di Kotamdya Dati II Semarang. Fakultas Peternakan Universitas

Dipenogoro. Semarang. 1999.

Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat :Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta. 2007.

Widagdo L. Besar TH. “Pemanfaatan Buku KIA Oleh Kader Posyandu: S t u d i P a d a K a d e r P o s y a n d u d i Wi l a y a h K e r a PuskesmasKedungadem Kabupaten Bojonegoro”. Makara

Referensi

Dokumen terkait

Secara parsial pengetahuan tentang gizi balita berpengaruh signifikan terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi Balita di Posyandu wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak

Mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi Balita di Posyandu wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kecamatan Ngemplak Kabupaten

Pengetahuan Guru Sekolah Dasar tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah Dasar sebagai Hasil Pelatihan Sekolah Sehat. Pedoman Umum Gizi Seimbang Anak

Tujuan khususnya adalah untuk (I) mengetahui pengetahuan gizi kader dan bukan kader posyandu tentang KEP balita (2) mengetahui persepsi kader dan bukan kader posyandu

Penelitian ini adalah penelitian gizi masyarakat yang mengkaji tentang perbedaaan pengetahuan, sikap, pendidikan dan pendapatan antara kader posyandu yang aktif dan

Pada penelitian ini, paparan informasi, pengetahuan, dan sikap terkait Pedoman Gizi Seimbang tidak memiliki hubungan bermakna dengan status obesitas pada anak sekolah

bentuk pengetahuan, direspon dalam bentuk sikap dan dicerminkan dalam bentuk praktik. Interaksi antara pengetahuan gizi dan sikap gizi terhadap Pedoman Gizi Seimbang tercermin

Kegiatan pengabdian masyarakat Pelatihan Pengukuran Antropometri Dan Sosialisasi Pesan Gizi Seimbang Untuk Kader Posyandu rencananya akan dilakukan setiap bulan selama 3 bulan