KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
HEBTARIA SIDABALOK
NIM. 110 500 103
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan PKL : Laporan Hasil Praktek Kerja Lapang Di PMKS PT. Waru Kaltim Plantation,Desa Waru Kecamatan Waru, Kabupaten PenajamPaser Utara
Nama : Hebtaria Sidabalok
NIM : 110 500 103
Program Studi : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Jurusan : Teknologi Pertanian
Menyetujui / Mengesahkan, Ketua Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perkebunan
Mujibu Rahman, S. TP., MSi NIP. 197110272002121001 Pembimbing Khusnul Khotimah, S. TP., M.Sc NIP. 197910252006042002 Penguji M. Atta Bary, SP., M. Si NIP. 197607272003121002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Laporan praktek kerja
lapang ini disusun berdasarkan hasil praktek kerja lapang yang dilaksankan di
PT. Waru Kaltim Plantation Desa Waru, Kec. Waru, Kab. Penajam Paser Utara,
Kalimantan Timur.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan PKL ini tidak terlepas
dari peran serta bantuan dari beberapa pihak. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak P. Sidabalok dan Ibu R. Manurung yang
telah memberikan dukungan materi, motivasi dan doa kepada penulis dalam
menyelesaikan studi.
2. Abang Frengki dan abang Hendri yang telah memberikan dukungan moril
dan materil.
3. Dosen pembimbing, Ibu Khusnul Khotimah, S.TP.,M.Sc yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan laporan praktek kerja lapang ini.
4. Dosen penguji Bapak M. Atta Bary, SP.,M.Si
5. Bapak Mujibu Rahman selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan
Hasil Perkebunan.
6. Bapak Elisa Ginsel Popang selaku Dosen pengantar PKL ke PT. Waru Kaltim
Plantation.
7. Bapak Amin Abdullah selaku Manajer Pabrik Kelapa Sawit PT. WKP .
8. Bapak Fanni Widjaya Syahputra selaku Asisten proses dan pembimbing PKL
10. Mbah Haris sebagai operator limbah yang banyak membantu selama PKL di
PT. Waru Kaltim Plantation
11. Seluruh karyawan dan operator PMKS PT. Waru Kaltim Plantation
12. Teman – teman TPHP 2011, khusu snya kepada Muksin, Maria Susanti dan
Lia Nur. Terima kasih untuk kebersamaannya.
13. Teman – teman yang juga telah banyak membantu, serta kepada berbagai
pihak yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penulisan laporan PKL ini. Kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata
semoga Laporan Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat untuk penulis khususnya
dan para pembaca umumnya.
Samarinda, 29 Mei 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Hasil Yang Diharapkan ... 3
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan... 4
B. Manajemen Perusahaan ... 5
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang ... 6
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Sawit ... 7
B. Pengolahan Inti sawit ... 34
C. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 44
D. Analisis Minyak Kelapa Sawit CPO ... 47
E. Analisis Inti Kelapa Sawit ... 52
1V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 57
2. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... ... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Surat Keterangan Berat TBS yang Dimuat Kendaraan... 14 2. Lembaran yang Diberikan Petugas Grading/Sortasi Pada Saat Sotasi 19 3. Kurva Rebusan... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Struktur Organisasi Pabrik ………. 62
2. Flow Chart Stasiun Penerimaan Buah... 63
3. Flow Chart Stasiun Rebusan... 63
4. Flow Chart Stasiun Penebahan... 63
5. Flow Chart Stasiun Bantingan dan Press... 64
6. Flow Chart Stasiun Pemurnian (Klarifikasi)... 64
7. Flow Chart Stasiun Kernel... 65
8. Flow Chart Limbah Cair... 66
9. Alat Pemanen Buah Sawit (Egrek)... 67
10. Alat Pengangkutan Buah ke TPH (Gerobak)... 67
11. Pengangkutan Buah ke TPH... 67
12. Tempat Pengumpulan Hasil ... 67
13. Pengutipan Brondolan... 67
14. Tempat Pengumpulan Hasil ……….. 67
15. Transportasi Buah... 68
16. Timbangan... 68
17. Penimbunan di Loading Ramp... 68
18. Lori yang Berisi TBS ... 68
19. Sterilizer/Perebusab... 68
20. Hoisting Crane ... 68
21. Thresher ... 69
22. Press ... 69
23. Sand Trap Tank ... 69
24. Vibrating Screen ... 69
25. Distributing Oil tank ……….. 69
26. Continuous Clariffier Tank (CCT) ... 69
27. Wet Oil Tank ... 70
29. Storage Tank ... 70
30. Buffer Tank ... 70
31. Brush Stainer ... 70
32. Sludge Separator ... 70
33. Nut Polishing Drum ... 71
34. Destoner ... 71
35. Hidrocyclone ... 71
36. Kernel Dryer ... 71
37. Kernel Banker ... 71
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Standar Matang Panen... 8
2. Kriteria Buah yang Masuk Ke Pabrik... 16
3. Hubungan Antara Fraksi, ALB, dan Rendemen Minyak... 16
4. Komposisi Kimia Limbah Pabrik Kelapa sawit... 45
5. Parameter pada Pengolahan Limbah Cair... 46
6. SNI Minyak CPO... 47
7. Standar Minyak CPO di PKS PT. WKP... 47
8. SNI Inti Sawit... 53
I.
PENDAHULUAN
A
Latar BelakangKelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodisel). Komoditas perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi Crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik dan kimia. Kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik (Hendriyansyah, 2012).
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu
sama lain. Kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada (Hendriyansyah, 2012).
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan merupakan suatu tempat atau wadah pembelajaran yang sangat berkaitan langsung dengan pengolahan komoditi hasil perkebunan terutama pengolahan kelapa sawit yang juga merupakan komoditi perkebunan andalan negara Indonesia. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dipelajari di Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Untuk mencapai sasaran tersebut, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mewajibkan setiap mahasiswanya untuk mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada awal semester VI.
B Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui secara langsung di lapangan tentang semua proses pengolahan kelapa sawit, mulai dari proses pemanenan sampai dengan pengolahan minyak sawit dan inti sawit.
2. Membandingkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek yang dilakukan di kebun dan di pabrik PT. Waru Kaltim Plantation.
C Hasil yang Diharapkan
1. Memberikan tambahan wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang cara pengolahan kelapa sawit mulai dari pemanenan hingga menjadi CPO di PT. Waru Kaltim Plantation.
2. Setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini mahasiswa diharapkan agar mampu menjelaskan dan mempersentasikan hasil kegiatan yang dilakukan selama berlangsungnya praktek baik pada saat di lokasi kebun maupun di lokasi pabrik kelapa sawit.
II
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
PT Waru Kaltim Plantation (PT. WKP) merupakan anak perusahaan dari PT Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan sawit. PT Waru Kaltim Plantation berlokasi di Waru, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.PT Waru Kaltim Plantation pada awalnya adalah perusahaan perkebunan perseorangan yang bernama PT Moeis Kaltim yang kemudian diakuisisi oleh PT Astra Agro Lestari pada tahun 1992 dan dinamakan PT Waru Kaltim Plantation.
Sesuai dengan Hak Guna Usaha (HGU), PT WKP mengelola lahan seluas 7,730 Ha. Dari luasan tersebut, lahan tertanam adalah seluas 6,588 ha, lahan residensial seluas 68 Ha dan lahan konservasi seluas 663 Ha. Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, PT WKP memiliki pabrik dengan kapasitas 60 Ton/jam yang berdiri sejak 1995 dengan kapasitas olah harian mencapai 1,350 Ton.
Visi :
Menjadi perusahaan agribisnis yang paling produktif dan inovatif di dunia. Sebagaimana rencana startegis dan operasional PT Astra Agro Lestari untuk meningkatkan produktivitas, PT WKP selalu menjaga komitmen untuk melaksanakan intensifikasi pada semua bidang.
Misi :
Menjadi panutan dan berkontribusi dalam pembangunan dan kesejahteraan bangsa.
Dalam rangka mengiringi visi dan misi perusahaan, PT WKP dikendalikan oleh tim manajemen yang telah berkomitmen untuk melakukan yang terbaik untuk WKP.
B. Manajemen Perusahaan
Berikut adalah tim manajemen PT WKP : Administratur : Agus Purwanto Ka Tata Usaha : Sutarno
Ka Kebun Ry 1 : Edi Purnomo Ka Kebun Ry 2 : Yuli Prakosa Ka Pabrik : Amin Abdullah Ka Teknik : Edi Surono
Tim manajemen WKP tersebut dibantu dengan tim asisten yang terdiri dari : • 9 asisten afdeling • 4 asisten pabrik • 2 asisten teknik • 3 asisten administrasi • 1 asisten HPT • 1 asisten SHE
• 1 asisten support
• 1 asisten CDO
Sejak tahun 2009 PT WKP melaksanakan program intensifikasi massif berupa penanaman kembali (replanting), sehingga dengan adanya program replanting tersebut produksi TBS WKP mengalami penurunan ditahun 2010. Namun dengan berjalannya program intensifikasi berupa pemupukan dan manajemen air, produksi TBS WKP berhasil ditingkatkan di tahun 2011. Untuk tahun 2012, PT WKP optimis akan mengalami peningkatan produksi seiring dengan telah dipanennya tanaman dari afdeling OH yang direplanting sejak 2009.
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di perkebunanya itu di Afdeling Alfa, yang berlokasi di desa Waru Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser utara. Sedangkan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di pabrikya itu di sebuah perusahaan yang bernama PT. WKP Afdeling Bravo yang berlokasi di desa Waru Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan selama ± 3 bulan yang dihitung dari tanggal 05 Maret 2014 sampai dengan 21 Mei 2014.
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Pengolahan Minyak Sawit 1) Pemanenan
a. Tujuan
1. Untuk memanen buah agar segera diolah sesuai dengan kriteria
matang panen.
2. Semua buah matang panen (kandungan minyak maksimum)
dipanen tuntas.
3. Semua brondolan dikutip tuntas dari areal pohon.
4. Rotasi panen terjaga sesuai dengan standar.
b. Dasar Teori
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang
sudah matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang
tercecer di dalam dan di luar piringan. Selanjutnya menyusun tandan
buah di tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengalihan dari TBM ke TM
biasanya pada umur 3 tahun dan 60% dari jumlah tandan sudah dapat
dipanen serta berat rata-rata tandan buah di atas 3 kg. Buah kelapa
sawit tersebut matang panen apabila brondolannya telah lepas dan
jatuh secara alami dari tandannya (Risza, 1994).
Kriteria matang panen di Afdeling Alfa ada 2 yaitu:
1. Untuk memudahkan pemanen dalam memanen buah sawit, maka
ditentukan dengan adanya brondolan di piringan. Jika Berat
Janjang Rata-rata (BJR) di bawah 10 kg maka brondolan yang ada
di piringan 5 brondolan. Untuk Berat Janjang Rata-rata di atas 10
2. Untuk krani cek buah di TPH menggunakan fraksi 2, yaitu jumlah
buah yang membrondol dikali dengan fraksi. Jika Berat Janjang
Rata-rata 20 kg maka brondolannya 20 dikali 2 yaitu 40 brondolan
di TPH.
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu egrek, gancu, parang, karung,
penggaruk dan gerobak. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu TBS
dan brodolan.
d. Prosedur Kerja
1. Pada praktek di lapangan, yaitu di Afdeling Alfa, pemanenan
dilakukan dengan menggunakan egrek karena ketinggian pohon
sawit sudah lebih dari 10-15 m. Luas wilayah untuk Afdeling Alfa No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah
Brondolan 1. Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat Mentah Tidak ada 2. Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1 –12,5%
buah luar 3. Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang Mentah 12,5 –25%
buah luar 4. Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25 –50%
buah luar
5. Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50 –75%
buah luar 6. Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat Matang 75 –100%
buah luar 7. Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu Matang Buah dalam ikut
membrondol
8. Fraksi 5 (F-5) 9,50% -
-
9. Tandan kosong (F7) 0,00% - -
Tabel 1. Standar Kematangan Buah (Fraksi TBS)
yaitu 922,7 ha dengan jumlah pohon sawit yang ditanami 100.498
pohon.
2. Sebelum buah sawit yang akan diegrek, pelepah sawit yang
menghalangi buah sawit akan dipotong sehingga mudah pada saat
buah diegrek.
3. TBS yang sudah dipanen dimasukan dalam angkong/gerobak
bersama dengan brondolan yang jatuh dan dikumpulkan di TPH
(Tempat Pengumpulan Hasil).
4. Pada saat pengumpulan buah di TPH, tangkai buah yang masih
panjang dipotong bentuk V (cangkam kodok) agar mengurangi losis
yang tinggi dan sebagai kode perusahaan.
5. TBS disusun rapi di TPH oleh pemanen agar tidak berserakan dan
agar mudah diangkut oleh truck.
e. Hasil yang Dicapai
Setiap satu orang pekerja yang melakukan pemanenan minimal
87 janjangan/hari yang akan dipanen. Dari hasil praktek di PT. WKP
yaitu di Afdeling Alfa, setiap pemanen memiliki target 1750 kg/hari.
Jika Berat Janjang Rata-rata 20 kg, maka 1750 dibagi 20 jadi 87
janjang setiap hari untuk satu orang pemanen. Untuk luasan panen
yaitu 2,5 ha/1 orang pemanen 1 hari, dan pengumpulan buah di TPH
yaitu di Afdeling Alfa block 38 dilakukan dengan menggunakan
gerobak. Setiap TBS yang sudah dipanen harus langsung dibawa ke
Pada pemanenan ini, hasil yang didapatkan berupa Tandan
Buah Segar (TBS) dan brondolan yang siap diangkut ke pabrik untuk
diproses lebih lanjut atau diolah menjadi minyak.
Pada hasil praktek, umur panen berkisar antara 3-5 tahun dan
kriteria matang panen yang didapatkan berupa :
A = Sebagai buah mentah yang ditandai dengan < 3 brondolan yang
jatuh ditanah.
B = Sebagai buah matang yang ditandai dengan setiap 1 janjang
terdapat 3 brondolan yang jatuh ditanah sampai 50%
membrondol.
AB = Sebagai buah abnormal (buah batu, buah sakit, buah landak dan
buah pasir).
Ovver = Sebagai buah yang kelewat matang yang ditandai dengan
setiap 1 janjang terdapat 50%-90% brondolan yang jatuh
ditanah.
Empaty Bunch = Sebagai tandan kosong yang ditandai dengan setiap
1 janjang terdapat 90% brondolan yang jatuh
ditanah hingga membrondol seluruhnya.
2) Transportasi Buah a. Tujuan
Transportasi buah bertujuan untuk mengangkut TBS ke pabrik
untuk segera diolah.
b. Dasar Teori
Pengangkutan buah (TBS dan Brondolan) dari lapangan ke
Operasi pengangkutan hendaknya selalu saling mendukung dengan
operasi panen dengan pengolahan, karena sifat pengoperasiannya
merupakan tiga sub-sistem yang mengarah kepada satu sistem induk
yaitu objective PAO (Panen-Angkut-Olah). Buah yang sudah di TPH
harus diangkut ke pabrik pada hari itu juga dan tidak boleh restan di
TPH, karena Asam Lemak Bebas (ALB) akan naik. Pengangkutan
buah harus sistem terpisah antara tandan dan brondolan, sejalan
dengan sistem panen tandan dan kutip brondolan secara terpisah
(Risza, 1994). c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah truck, tojok, gancu, polpen,
penggaruk dan buku harian krani. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah Tandan Buah Segar (TBS) dan brondolan.
d. Prosedur Kerja
1. Sebelum TBS dinaikan ke dalam truck, krani akan mencatat buah
hasil pemanenan.
2. Setelah itu, pekerja bagian pengangkutan buah menaikan buah ke
dalam truck satu per satu.
3. Buah yang ada dalam truck disusun rapi agar pada saat perjalanan
buah tidak jatuh di jalanan.
4. Pada saat pengangkutan ini, diawasi dengan seorang mandor
bertujuan agar tidak adanya manipulasi.
e. Hasil yang Dicapai
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truck yang
Pengangkutan TBS dan brondolan dari kebun ke pabrik diusahakan
agar tidak mengalami kerusakan atau cacat dan tidak boleh ada yang
tersisa atau tertinggal di kebun. Untuk pengangkutan buah ini yaitu
pada saat selesai pemanenan TBS harus segera diangkut ke PKS
agar ALB tidak tinggi. Batas waktu buah yang harus diangkut segera
ke pabrik yaitu 24 jam setelah pemanenan.
Pengangkutan ke pabrik harus sesegera mungkin untuk
meminimalisir naiknya kandungan ALB dan menjamin kualitas buah
yang dikirim ke pabrik harus tetap dalam keadaan segar, sebaiknya
setelah dipanen waktu yang paling optimal setelah dipanen adalah 8
jam.
3) Penerimaan Buah 1. Penimbangan
a. Tujuan
Tujuan dari penimbangan yaitu untuk mengetahui berat TBS
yang masuk ke dalam pabrik dan untuk menetahui berat produksi
yang akan diangkut keluar pabrik berupa CPO, kernel, janjangan
kosong dan lainnya.
b. Dasar Teori
Jembatan timbang adalah alat ukur yang berfungsi untuk
menimbang dan mengetahui jumlah berat yaitu bruto, tarra dan
netto dari setiap truck yang masuk dan keluar yang isinya berupa
TBS, CPO, kernel dan lain sebagainya.
Proses penerimaan buah di pabrik terlebih dahulu ditimbang
berat bruto, berat tarra dan berat netto TBS dari setiap kebun yang
akan diolah di Pabrik Kelapa Sawit (Sakar, 2010).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu jembatan timbang, computer,
printer dan pena. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu TBS
yang diangkut dalam truck.
d. Prosedur Kerja
1. Sebelum ditimbang, truck yang mengangkut TBS harus melapor
pada pos Satpam untuk dimintai SPB (Surat Pengantar Buah).
Supir yang mengantar buah harus menunggu antrian sampai
dipanggil namanya.
2. Satpam yang bertugas mencatat isi dari SPB tersebut dan
mengijinkan untuk melakukan penimbangan. (Isi dari SPB
tersebut yaitu nama kebun, Afdeling berapa, nama supir dan
nomor polisi).
3. Truck naik ke atas jembatan timbang secara perlahan sampai
ketengah-tengah jembatan timbang, dan supir kemudian
mematikan kendarannya.
4. Supir yang mengantar buah harus turun dari kendaraan atau dari
jembatan timbang. Jika ada teman supir yang ikut daharuskan
ikut turun dari kendaraan.
5. Setelah petugas penimbangan mencatat berat truck yang berisi
TBS, supir dipersilakan untuk naik dan membawa kendaraannya
dan kembali ke stasiun timbangan untuk ditimbang kembali (truck
kosong).
e. Hasil yang Dicapai
Jembatan timbang yang digunakan oleh pabrik PT. WKP
adalah jenis elektronik dengan merk Avery Weigh Tronix yang
memiliki kapasitas 40 ton dan daya baca 10 kg. Setelah
penimbangan truck yang bermuatan TBS masuk (Bruto) akan
ditimbang lagi (Tarra) pada saat truck telah selesai bongkar TBS di
losding ramp. Selisih berat antara berat truck masuk dan berat
truck keluar dinyatakan sebagai berat TBS yang masuk (Netto).
Setelah semua diketahui, supir akan diberikan surat seperti pada
Gambar 1 berikut ini :
PT. WKP
PKS WARU KALTIM PLANTATION – KALTIM
Vehicles : AE8262UJ Date : 12/3/2011 Ticket No : 15997/12/3/11 Costomers : BUKIT PERMATA ESTATE Driver Name : NARWOTO
Products : TANDAN BUAH SEGAR Do No : 25/II/SPB/TBS/BPE/III/2011 Transporters : BPE Status :
Contracts : No Segel Atas : 1 st Weighing : 12/3/2011 2:39:06PM 9,260 kg No Segel Bawah : 2 st Weighing : 12/3/2011 2:44:53PM 3,900 kg Netto : 5,360 kg Adjust Weight : 0 kg Adjust Netto : 5,360 kg Remark :
Weighing : DAVID Driver Signature
Truck yang mengangkut TBS akan ditimbang (berat bruto)
dengan berat 11.110 kg. Setelah ditimbang TBS dibongkar di
loading ramp untuk ditampung sementara kemudian truck ditimbang
kembali untuk mengetahui berat kendaraan tersebut (tarra) dengan
berat 3.880 kg.
Cara penimbangan Bruto, Tarra dan Netto untuk TBS :
- Berat Bruto = Berat truck masuk (berat truck kosong + TBS)
- Berat Tarra = Berat truck keluar (berat truck kosong)
- Berat Netto = Berat Bruto – Berat Tarra
Jadi berat bersih (Netto) dalam penimbangan didapat
dengan mengurangi bruto dengan tarra adalah sebagai berikut :
Netto = Bruto – Tarra
= 11.110 kg – 3.880 kg
= 7.230 kg TBS
Begitu selanjutnya sehingga 3 truck didapatkan berat
bersihnya (Netto). Berat bersih truck I (7.230 kg), berat bersih truck
II (5.060 kg), berat bersih truck III (5.980 kg), kemudian
dirata-ratakan (R) truck yang bermuatan TBS adalah sebagai berikut :
R =
=
=
=
Netto Truck I + Netto Truck II + Netto Truck III 3 7.230 kg + 5.060 kg + 5.980 kg 3 18.270 kg 3 6.090 kg/kendaraan
Jadi, berat rata-rata TBS yang mampu diangkut dengan
kendaraan adalah 6.090 kg TBS.
2. Sortasi Buah/Grading dan Penimbunan di Loading Ramp a. Tujuan
Sortasi buah ini bertujuan untuk mengetahui mutu buah yang
masuk ke pabrik dari beberapa kebun dan tujuan penimbunan di
loading ramp yaitu sebagai penyimpanan sementara sebelum TBS
dimasukan ke dalam lori.
b. Dasar Teori
Menurut Risza (1994), setelah truck buah ditimbang,
kemudian dibongkar di loading ramp. Pada kesempatan ini ± 5%
dari jumlah truck buah disortasi untuk penilaian mutu. Selanjutnya
buah dipindahkan ke lori rebusan yang berkapasitas ± 2,5 ton.
Fraksi Jumlah Brondolan NIlai
00 Tidak ada Sangat mentah
0 s.d 2 butir/kg tandan Mentah
1 > 2 butir/kg tandan s.d 25% buah lapisan luar Kurang matang
2 25% - 50% buah lapisan luar Matang
3 50% - 75% buah lapisan luar Matang
4 75% - 100% buah lapisan luar Lewat matang
5 100% buah lapisan luar dan dalam ikut rontok Busuk
Fraksi Rendemen Minyak (%) Kadar ALB (%)
0 16,0 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,,1 4 22,2 2,6 5 22,9 3,8
Tabel 2. Buah yang masuk ke pabrik memiliki beberapa kriteria, diantaranya :
Sumber : (Mulia, 2014).
Tabel 3. Hubungan antara Fraksi, ALB dan Rendemen Minyak
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan di loading ramp yaitu tojok, ember,
skop, hopper, pintu hidrolik, lori capstan dan pena. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu TBS.
d. Prosedur Kerja
1. Truck yang telah selesai ditimbang akan disortasi/grading
sebelum TBS dibongkar ke hopper.
2. TBS yang ada dalam truck diturunkan di lantai loading ramp
kemudian petugas akan mengambil sampel 100 TBS dari truck
dengan system acak yaitu dari atas, tengah, belakang sewbagai
sampel untuk disortasi. Dan ada juga dengan cara 100%, yaitu
seluruh TBS langsung dituang ke lantai loading ramp.
3. Sortasi akan dilakukan menurut kerikteria di atas dan
menghitung persentasi mutu buah yang telah disortasi.
4. Pada saat sortasi berlangsung, jika terdapat buah yang busuk,
mentah dan tandan kosong dari luar PT. Waru Kaltim Plantation
maka buah tersebut akan dikembalikan.
5. Setelah selesai disortasi, buah dimasukan ke dalam hopper.
6. TBS yang ada di dalam hopper akan dimasukan ke dalam lori-lori
melewati pintu hidrolik.
7. TBS disusun secara manual dalam lori untuk diratakan agar TBS
tidak jatuh pada saat lori dimasukan dalam sterilizer.
8. Lori yang telah penuh ditarik dengan menggunkan capstan untuk
dipindahkan ke jalur sterilizer dengan menggunakan transfer
e. Hasil yang Dicapai
Buah yang masuk rata-rata tergolong masih baik karena
TBS yang dikirim dari kebun persentasi buah matang lebih banyak
(± 90%) dibandingkan dengan persentasi buah mentah, buah terlalu
matang dan lain-lain. Dari hasil praktek yang didapatkan loading
ramp merupakan suatu bangunan pelat besi (hopper) berlantai
miring dengan kemiringan 75º yang dilengkapi dengan kisi-kisi 10
cm yang berfungsi untuk membuang pasir dan kotoran lainnya yang
terikput dalam TBS. PT. WKP memiliki 3 loading ramp, dimana
loading ramp I memiliki 12 pintu, loading ramp II memiliki 12 pintu
dan loading ramp III memiliki 9 pintu. Loading ramp ini dIlengkapi
dengan pintu hidrolik sebanyak 33 buah pintu yang berfungsi untuk
mempermudah masuknya TBS ke dalam lori. Kapasitas tampungan
di loading ramp seluruhnya ± 330 ton, sedangkan kapasitas
tamping/lori sebanyak 3,2 ton sekali muat dan di PT. WKP terdapat
30 unit lori. Sedangkan kriteria sortasi yang dilakukan pada saat
Praktek Kerja Lapang (PKL) yaitu sebagai berikut :
1. Buah mentah (Unripe) adalah janjang buah yang belum
membrondol dan warnanya hijau.
2. Buah masak (Ripe) adalah janjang buah yang membrondol
minimal 10 brondolan hingga 50% yang membrondol.
3. Janjang kosong (Empaty bunch) adalah janjang buah yang
membrondol 90% brondol hingga membrondol seluruhnya.
4. Tangkai panjang (Long stalk) adalah janjang buah yang tangkai
5. Berondolan (Indeks kutip) adalah berondolan dari kebun yang
dikirim ke pabrik bersamaan dengan TBS.
6. Buah abnormal adalah buah batu, buah landak, buah sakit dan
buah pasir.
Setelah dilakukan sortasi petugas sortasi/grading mencatat
persentasi buah yang masuk menurut kriteria sortasi di atas.
Nama kebun :
Afdeling : No. Polisi : ...
Unripe Ripe Over
Ripe Abnormal Long Stalk Empty Bunch Indeks Kutip Jml JJ
Untuk mengetahui kemampuan losding ramp untuk
menampung dapat dilihat sebagai berikut : JIka diketahui kapasitas
loading ramp 330 ton (KP) dan rata-rata TBS (R) yang diangkut
oleh kendaraan adalah 6.090 kg/kendaraan. Jadi kemampuan
untuk menampung TBS (Y) di losding ramp dari beberapa
kendaraan dapat dihitung sebagai berikut :
Jadi kemampuan untuk menampung TBS di loading ramp
adalah sebanyak 54 truck.
4) Perebusan a. Tujuan
- Menghentikan aktifitas ensim lipase
- Memudahkan pemipilan (Stripping/Threshing)
Gambar 2. Lembaran yang diberikan petugas grading/sortasi pada saat sortasi
Y =
330.000 kg KP (Kapasitas)
- Melunakkan daging buah
- Mempermudah pemisahan inti dengan cangkang
- Mengubah komposisi dari mesocarp sehingga proses pelumatan
dan klarifikasi efisien.
b. Dasar Teori
Sterilizer adalah suatu bejana yang berfungsi untuk merebus
Tandan Buah Segar (TBS) dengan memakai media pemanas (steam)
yang berasal dari sisa pembuangan turbin uap yang bertekanan ± 3
bar, dengan temperature ± 120 ºC. Alat ini juga disebut bejana rebusan
atau ketel rebusan (Susantho, 2012). Baik buruknya mutu dan jumlah
hasil olah suatu pabrik kelapa sawit, terutama ditentukan oleh
keberhasilan rebusan. Sterilizer (rebusan) adalah bejana bertekanan
yang digunakan untuk untuk merebus buah (Anonim, 2012).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu sterilizer, panel control, safety valve,
compressor, capstan, transfer carriage, grafik, pressure gaugh, lori, rail
dan trolley. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Tandan Buah
segar (TBS) dan uap (steam).
d. Prosedur Kerja
1. Lori yang telah dipindahkan dari jalur rail loading ramp ke jalur rail
sterilizer. 10 lori yang dimasukan ke dalam sterilizer. Setelah lori
dimasukan ke dalam sterilizer, pintu sterilizer ditutup kemudian
0,5 1 3 2 1,5 2,5 1,8 bar 2,2 bar 2,8 bar 0 13 2 13 13 40 5 I II III Lama waktu Tekanan
Gambar 3. Kurva rebusan
2. TBS kemudian direbus selam 90 – 115 menit tergantung dari
kondisi buah dengan menggunakan suhu 120 ºC - 140ºC dengan
tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm².
3. Perebusan ini menggunakan system triple peak dimana peak
pertama berfungsi untuk membuang udara yang dalam bejana,
peak kedua berfungsi untuk membuang udara dan kondensat, dan
peak ketiga berfungsi sebagai proses pematangan buah dengan
sempurna.
Kurva Rebusan
Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh
perebusan sebagai berikut :
a. 3 menit pembuangan uap pertama sampai nol sudah termasuk
menguras.
b. 13 menit pemasukan uap pertama 1,8 kg/cm².
c. 2 menit pembuangan uap dan condensate pertama.
d. 12 menit pemasukan uap kedua kali sampai 2,2 kg/cm².
e. 2 menit pembuangan uap kedua kali sampai nol.
f. 13 menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8 kg/cm².
g. 40 menit uap ditahan setelah mencapai tekanan 2,8 kg/cm².
h. 5 menit pembuangan akhir uap/air yang masih tinggal sampai
tekanan menjadi nol kg/cm².
4. Setelah masak, petugas rebusan mengecek apakah masih adanya
tekanan yang ada dalam bejana dengan cara membuka control
valve.
5. Setelah kedua pintu terbuka lori ditarik dengan menggunakan
capstan untuk ditarik keluar.
e. Hasil yang Dicapai
Di PKS PT. WKP mempunyai 4 unit sterilizer. Sterilizer yang
digunakan adalah sterilizer tipe horizontal doble door berdiameter 4 m
dengan panjang sterilizer ± 22 meter. Setiap 1 unit sterilizer memuat
10 lori dalam sekali rebusan. Di PKS PT. WKP perebusan buah
menggunakan system triple peak (tiga puncak) dimana puncak
pertama bertujuan untuk mengeluarkan udara dari celah-celah TBS
dan udara dalam bejana sterilizer, puncak kedua bertujuan untuk
membuang udara dan kondensat, dan puncak ketiga bertujuan untuk
proses penyempurnaan pematangan buah. Dari proses perebusan
yang baik diperoleh buah yang mudah lepas dari tandan,
menonaktifkan enzim lipase, dapat melunakan buah dan memiliki
kandungan air yang rendah.
Pabrik di PT. WKP memiliki 4 unit sterilizer dimana 1 unit
3 ton. Jadi kapasitas untuk 1 unit sterilizer dalam satu kali siklus
rebusan selama 90 menit sebagai berikut :
KP (Kapasitas Lori) = 3.000 kg x 10 lori TBS
= 30.000 kg TBS
5) Penebahan Buah/Bantingan a. Tujuan
Tujuan dari penebahan buah yaitu untuk melepaskan semua
brondolan dari janjangan secara maksimal.
b. Dasar teori
Tandan buah yang telah direbus dimasukan ke dalam mesin
pelepas buah (thresher). Mesin pelepas buah ini berbentuk drum
berdiameter 2 m, panjang 3,25 m, dan berputar 25 – 35 putaran/menit.
Tandan buah akan terbanting ke dinding sehingga terlepas dari
tandannya. Tandan akan terpental keluar dan buah akan keluar dari
mesin melalui kisi-kisi, kemudian jatuh ke dalam uliran yang akan
membawanya ke stasiun pengadukan/digester (Setyamidjaja, 2006).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu hosting crane, mechanical bunch
feeder, inclined bunch conveyor, theresher, horizontal empaty bunch
conveyor, inclined empaty bunch conveyor, bunch press, truck.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu TBS masak.
d. Prosedur Kerja
1. TBS yang telah masak dan masih berada di dalam lori, dimasukan
ke dalam hosting crane untuk dituang ke hopper inclined bunch
2. Di ujung hopper ini terdapat mecanical conveyor untuk mengatur
jatuhnya janjangan agar tidak terlalu banyak yang jatuh ke inclined
bunch conveyor (IBC).
3. TBS masak yang dikirim oleh IBC akan masuk ke theresher drum.
4. Didalam theresher drum terdapat kisi-kisi dan sudu pengarah,
dimana diantaranya yang berfungsi sebagai :
- Kisi-kisi sebagai lubang untuk jatuhnya brondolan dan masuk ke
under theresher conveyor
- Sudu pengarah yaitu untuk mengarahkan janjangan keluar dari
theresher drum.
5. Drum thresher yang berputar dengan putaran 24 rpm yang dapat
membanting janjangan sehingga berondolan dapat terlepas.
6. Berondolan yang telah terlepas dari janjangannya akan jatuh ke
under theresher conveyor melewati kisi-kisi theresher drum untuk
diolah lebih lanjut.
7. Janjangan yang telah terpisah dari berondolannya kemudian dikirim
melalui horizontal empaty bunch conveyor, inclined empaty bunch
conveyor, kemudian masuk ke bunch press untuk dipress dan
langsung dibawa oleh truck ke composting.
e. Hasil yang dicapai
Proses penebahan di PT. WKP menggunakan sistem bantingan
dengan putaran 24 rpm. Pembantingan ini bertujuan agar
berondolan/buah sawit dapat terlepas dari tandannya sehingga
diperoleh berondolan/buah yang siap untuk diproses lebih lanjut yaitu
maksimal sehingga tidak ada berondolan/buah yang masih tertinggal
ditandan.
Dari proses penebahan ini, hasil yang didapatkan bberupa
berondolan yang sudah terpisah dari tandan sawitnya (tankos).
Berondolan tersebut selanjutnya dibawa ke digester untuk proses
pelumatan buah.
Hasil yang didapatkan di theresher berupa berondolan yang
terlepas dari tandan sawit dengan cara dibanting sehingga dapat
memberondol. Di PT. WKP terdapat 2 unit theresher dimana 1 unit
theresher berkapasitas 30 ton TBS jadi kapasitas untuk 2 unit
theresher adalah 60 ton TBS. Apabila diketahui kapasittas alat 60 ton
TBS dan kapasitas lori 3 ton TBS, maka pengisian setiap 1 lori ke
dalam theresher selama 3 menit yang diperoleh dari :
6) Pelumatan Buah (Digester) a. Tujuan
1. Untuk melumatkan buah sehingga biji dan daging buah dapat
dipisahkan.
2. Mempermudah proses pengempaan sehingga dapt mengeluarkan
minyak dari daging buah secara maksimal. Kapasitas Lori Kapasitas Theresher x 60 menit = 3 ton 60 ton = x 60 menit = 3 menit
b. Dasar teori
Pelumatan atau pengadukan dilakukan di dalam mesin pelumat
(digester), yaitu bejana yang dilengkapi dengan pisau pengaduk.
Daging buah akan dilumatkan untuk memecahkan jaringan sel
minyaknya. Pada proses pelumatan dilakukan pemanasan dengan
uap pada suhu 85 ºC - 95ºC agar minyak tidak menjadi kental,
sehingga mudah dikeluarkan pada proses pengeluaran
minyak/pengempaan (Setyamidjaja, 2006).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada proses ini yaitu digester, under
theresher conveyor, below conveyor, bottom conveyor, fruit elevator,
bottom cross conveyor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
berondolan yang telah masak dan steam (uap).
d. Prosedur Kerja
1. Setelah melalui proses penebahan, berondolan tadi akan dikirim ke
digester untuk dilumatkan melalui below conveyor, bottom
conveyor, fruit elevator, conveyor, top cross dan distributing
conveyor kemudian masuk ke digester.
2. Digester harus terisi minimal ¾ dari isi digester.
3. Di dalam digester terdapat 6 pasang pisau pengaduk (stirring arm)
yang berputar dengan putaran 26 rpm. Fungsi pisau ini untuk
mencacah daging buah agar daging buah dapat terlepas dari biji.
4. Dalam pengadukan diberikan steam dengan tekanan 1,5 kg/cm²
dan temperature dalam digester 90ºC - 95ºC selama pengadukan
5. Berondolan yang sudah tercacah menuju dasar digester yang akan
dikirim keproses selanjutnya (press).
6. Daging buah akan masuk ke bottom plate digester menuju press
yang diarahkan oleh expeller arm.
e. Hasil yang Dicapai
Di PT. WKP memiliki alat digester sebanyak 8 unit dan
mempunyai kapasitas masing-masing digester yaitu 10 ton dan
memiliki 6 pasang pisau untuk mencacah. Hasil yang didapatkan yaitu
pelepasan daging buah dari bijinya dapat terleps secara maksimal
sehingga proses pengempaan lebih mudah dipisahkan antara minyak
dan daging buah.
7) Ekstraksi Minyak a. Tujuan
Ekstraksi minyak bertujuan untuk mengeluarkan minyak dari
daging buah yang telah dilumatkan sebelumnya.
b. Dasar Teori
Pengeluaran minyak atau pengempaan adalah mengeluarkan
minyak yang terdapat di dalam daging buah yang telah dilumatkan
dengan cara dikempa atau dipress sehingga minyak dapat dipisahkan
dari ampasnya. Ada bermacam-macam cara untuk mengeluarkan
minyak (extrac-of oil) tetapi yang umum adalah dengan cara
pengepresan menggunakan mesin pengepres yang bekerja secara
hidraulik, sentrifugal atau continuous screw press. Dewasa ini,
pengepresan kelapa sawit yang banyak memakai cara continuous
berputar berlawanan arah. Tekanan ini sangat menentukan
keberhasilan proses pengempaan. Tekanan hharus dapat
mengelurkan minyak dari ampasnya secara efisien dengan sedikit
mungkin adanya biji yang pecah. Tekanan yang normal adalah 50
kg/cm² yang diatur pada ejector cone, yaitu logam berbentuk kerucut
yang terdapat pada outlet. Waktu pengempaan berlangsung antara
6-10 menit dan suhu dipertahankan pada 85ºC-90ºC (Setyamidjaja,
2006).
Minyak kasar yang keluar ditampung dalam bak setelah melalui
saringan bergetar untuk memisahkan sabut dengan biji. Minyak keluar
dari alat pengempa melalui lobang-lobang sepanjang rumah pressan,
selanjutnya dialirkan ke tangki minyak kasar. Ampas hasil
pengempaan yang terdiri atas serat dan biji akan keluar dari outlet
screw press dan dikirik ke alat pembuang ampas (depericarper) untuk
diolah lebih lanjut (Setyamidjaja, 2006).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada proses ekstraksi ini adalah press,
sand trap tank, vibrating screen, crude oil tank, pump dan solid
conveyor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bubur buah yang
telah melalui proses pelumatan.
d. Prosedur Kerja
1. Buah yang telah dilumatkan (bubur buah) akan masuk ke proses
2. Bubur buah yang masuk akan ditekan dengan bantuan cone
sehingga mengeluarkan minyak dari bubur buah tadi dengan
tekanan 50-70 kg/cm²
3. Setelah proses penekanan minyak akan keluar melalui
lubang-lubang (press cage) dan turun ke sand trap tank. Sedangkan
serabut dan nut akan jatuh ke Cake Breaker Conveyor (CBC).
4. Pada saat proses pengepressan diinjeksi air panas (delution) dalam
screw press untuk diencerkan sebanyak 15-25% dari banyak
dengan temperature air 90ºC-95ºC.
5. Minyak tadi akan masuk ke sand trap tank dengan tujuan unntuk
memisahkan crude oil dengan pasir dan juga benda padat lainnya.
6. Setelah itu minyak kasar tadi akan keluar secara over flow dan
kemudian akan disaring di vibrating screen. Fungsi dari alat ini
yaitu untuk memisahkan crude oil dengan serabut-serabut yang
masih terikut. Saringan ini menggunakan ukuran 20 dan 40 mesh
dimana saringan yang di atas berukuran 20 mesh dan saringan
yang di bawah berukuran 40 mesh.
7. Proses selanjutnya, minyak yang telah disaring tadi akan ditampung
sementara di crude oil tank sebelum dikirim ke Continuous Clariffier
Tank (CCT) melalui distributing oil tank untuk melakukan proses
pemisahan antara minyak dengan sludge serta benda asing lainnya
dengan system pengendapan. Sedangkan serabut yang tidak lolos
dari proses penyaringan tadi akan dikirim kembali untuk dipress
e. Hasil yang Dicapai
Hasil yang dicapai pada saat pengepressan yaitu memisahkan
minyak dari daging buah dengan adanya tekanan cone serta
mengurangi losis serendah mungkin. Ekstraksi minyak menggunakan
system screw press sebbagai alat ekstraksi minyak untuk memisahkan
minyak dari daging buah yang telah dilumatkan sehingga diperoleh
minyak dari daging buah tersebut. Proses ekstraksi minyak di pabrik
ini menggunakan alat doble screw press yang berputar secara
berlawanan arah dengan tekanan 50-70 kg/cm².
8) Pemurnian Minyak (Klarifikasi) a. Tujuan
Proses pemurnian ini bertujuuan untuk membersihkan minyak
dari kotoran-kotoran seperti padatan, lumpur maupun air yang ikut larut
dalam minyak.
b. Dasar Teori
Pemurnian minyak atau klarifikasi adalah proses memisahkan
minyak dari bahan-bahan non-minyak seperti serat, kotoran, pasir, air
dan lain-lain. Dalam proses klarifikasi, minyak ditampung dalam bak
pengendap yang karena berat jenisnya bahan-bahan non-minyak akan
mengendap di bawah dan minyak akan menempati bagian atas
(Setyamidjaja, 2006).
Pemurnian minyak di PT. WKP juga mempunyai 3 sistem
pemurnian minyak yaitu dengan cara pengadukan, pemanasan dan
pengendapan. Pada sistem pengendapan minyak dengan berat jenis
sementara di wet oil tank. Sedangkan sludge dengan berat jenis lebih
berat dari pada minyak akan turun ke bawah secara over flow melalui
skimmer ke sludge tank.
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses pemurnian minyak ini
adalah CCT Continuous Clariffier Tank, Crude Oil Tank, Buffer tank,
Sludge tank, Sand Cyclone, Brush Stainer, Wet Oil tank, Vakum Dryer,
Sludge separator, Recycle tank, stirrer, skimmer, sludge pit dan
pompa.
d. Prosedur Kerja
1. Minyak yang telah ditampung di Crude Oil Tank tadi kemudian
dipompakan atau dikirim ke Continuous clarifier Tank (CCT) melalui
Distributing Oil Tank untuk dilakukan proses pemisahan antara
minyak dengan sludge serta benda-benda asing lainnya dengan
system pengendapan berdasarkan berat jenis.
2. Di dalam CCT terjadi proses pengendapan karena adanya gaya
grafitasi sehingga massa jenis yang lebih berat (kotoran dan sludge)
akan turun ke bawah, sedangkan massa jenis yang lebih ringan
(minyak) akan berada di atas. Dalam pengendapan ini dibantu
dengan alat pengaduk/stirrer yang berputar dengan putaran 3-5 rpm
yang berfungsi membantu unntuk mengangkat minyak.
3. Susunan urutan pengendapan dari atas dalam CCT berupa minyak,
sludge dan kotoran. Minyak yang berada di atas mengalir ke wet oil
tank secara over flow, selanjutnya untuk sementara minyak
dikirim ke purifier untuk dilakukan proses pemurnian selanjutnya.
Sludge yang berada di tengah dialirkan ke sludge tank secara under
flow, dan sludge tersebut untuk sementara ditampung di sludge tank
sebelum dialirkan ke sand cyclone untuk dilakukan proses
pemurnian selanjutnya. Sedangkan kotoran yang telah mengalami
proses pemisahan di CCT tadi dialirkan ke sludge pit kemudian
langsung dialirkan ke kolam.
4. Minyak yang ditampung di wet oil tank tadi kemudian dilakukan
proses pemurnian dengan system pengendapan. Setelah itu minyak
yang dari wet oil tank dialirkan ke purifier untuk dilakukan proses
pemisahan Antara minyak, dan kotoran. Minyak yang telah
mengalami proses pemurnian di purifier tadi dialirkan ke vakum
dryer untuk dilakukan proses pengeringan atau pemisahan Antara
minyak dengan air dengan system penguapan hampa. Sebelum
minyak melewati vakum dryer kadar air dalam minyak ± 0,45%
menjadi < 0,20%.
5. Pada saat proses pemvakuman, minyak dikabutkan melewati
nozel-nozel dalam vacum dryer yang berada di tengah atas vacum dryer
sehinga air yang ada di dalam minyak lebih mudah diuapkan.
6. Minyak yang telah divacumkan akan langsung dikirim ke storage
tank (tangki timbun). Tangki ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan CPO produksi sebelum dikirim, dan air yang telah
diuapkan akan di masukkan ke dalam hot well tank.
7. Sedangkan sludge yang secara under flow masuk ke sludge tank
pasir-pasir halus yang larut dalam minyak dapat di perangkap
sehingga mengurangi kotoran pada minyak sebelum dikirim ke
buffer tank.
8. Sludge yang telah dikirim ke buffer tank sebagai penampung
sementara untuk umpan masuk ke centrifuge dengan sistem
pemusingan.
9. Sebelum sludge tersebut masuk ke sludge separator, sludge
tersebut harus disaring lagi dengan alat brush strainer untuk
mengurangi serabut-serabut halus agar pada saat sludge masuk ke
centrifuge/separator tidak tersumbat disetiap nozzel centrifuge.
10. Sludge yang telah dibersihkan dari serabut-serabut halus akan
dipisahkan lagi Antara sludge dan minyak. Di dalam sludge
separator, sludge akan masuk ke dalam setiap nozzle yang
berputar dengan kecepatan putaran 1.500 rpm. Pada saat itu,
terjadi pemisahan Antara massa jenis. Massa jenis yang lebih
ringan (minyak) akan terlempar keluar sedangkan massa jenis yang
lebih berat (sludge) akan jatuh ke bawah.
11. Minyak dari hasil pemisahan di sludge separator tersebut dibagi
menjadi dua yaitu heavy phase dan light phase. Dimana heavy
phase yang merupakan sludge yang akan dialirkan dan di tampung
di sludge pit sebelum dialirkan ke kolam limbah. Sedangkan light
phase merupakan minyak yang masih tercampur dengan sludge
kan kotoran lain yang nanti akan dikirim dan ditampung sementara
di recycle tank sebelum dikirim ke CCT melalui distributing oil tank
e. Hasil yang Dicapai
Dalam proses pemurnian minyak, diawali dengan proses
pemisahan antara minyak dengan pasir. Minyak hasil dari pressan
dialirkan ke Sand Trap Tank dimana alat ini berfungsi untuk
memisahkan minyak dari pasir. Setelah melalui proses ini, minyak
yang masih mengandung kotoran dialirkan ke Vibratin Screen untuk
memisahkan minyak dengan ampas yang masih terikut. Alat ini
berbentuk saringan bergetar dengan arah yang berlawanan. Ukuran
bagian atas untuk saringan ini adalah 20 mesh dan ukuran bagian
bawahnya adalah 40 mesh. Setelah melalui proses penyaringan
tersebut, minyak dari hasil saringan dipompakan/dikirim ke Crude Oil
Tank untuk penampungan sementara sebelum dikirim ke Continuous
Clariffier Tank melalui Distributing Oil tank untuk dilakukan proses
pemisahan antara minyak dengan sludge serta kotoran lain
berdasarkan berat jenis. Sedangkan ampas hasil dari pemisahan di
Vibrating Screen dialirkan ke Digester melalui Fruit Elevator, Top
Cross dan Fruit distributing conveyor Untuk diolah kembali.
Pada pabrik minyak kelapa sawit di PT. WKP menggunakan
tiga sistem dalam pemurnian minyak yaitu system pengendapan,
pengadukan dan sistem pemanasan minyak. Proses pemurnian
dengan sistem pengendapan terjadi di CCT (Continuous Clariffier
Tank) dimana pada saat minyak kasar mengendap, minyak akan
berada dilapisan paling atas sedangkan sludge berada pada lapisan
bawah. Pemurnian dengan sistem pemusingan terjadi di sentrifuge
minyak yang beratnya lebih ringan akan bergerak ke arah sumbu
poros dan terdorong keluar sedangkan sludge yang berat jenisnya
lebih berat akan terdorong ke arah dinding bowl. Minyak yang telah
dipisahkan dari lumpur akan masuk ke dalam vacum dryer untuk
mengeringkan minyak dengan cara menguapkan air yang masih
terkandung dalam minyak.
Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian ini adalah
minyak sawit berupa CPO (Crude Palm Oil) yang tidak mengandung
slugde/lumpur dan dengan kandungan air yang sedikit. Minyak CPO ini
siap disimpan di dalam tangki timbun dan siap untuk dikirim.
9) Penyimpanan MInyak/CPO (Storage) a. Tujuan
Tujuan penyimpanan minyak yaitu untuk menampung minyak
sementara sebagai minyak yang akan dijual.
b. Dasar Teori
Crude palm Oil (CPO) yang dihasilkan kemudian dialirkan ke
dalam storage tank. Dengan tujuan supaya kualitas CPO yang
dihasilkan tetap terjamin sampai tiba waktunya pengiriman (Habibi,
2010).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penyimpanan minyak adalah
Storage tank dan Pump. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
d. Prosedur Kerja
1. Minyak yang telah dimurnikan langsung dipompa atau dikirim ke
Storage Tank.
2. Selama penyimpanan ini minyak selalu dipanaskan dengan
mengunakan steam coil .
3. Dalam pemanasan temperatur minyak selalu dijaga 50-60°C
4. Setiap harinya minyak dalam Storage akan selalu dianalisa
FFA-nya.
e. Hasil yang Dicapai
CPO yang telah dimurnikan akan dikirim ke tangki timbun
(storage tank) untuk disimpan dan ditampung sementara agar minyak
dapat terkumpul lebih banyak di tangki timbun (storage tank) yang
berkapasitas 2000 ton minyak sehingga lebih mudah dipasarkan.
Tangki timbun dilengkapi dengan pipa pemanas untuk menjaga mutu
dari minyak CPO. Di PT. WKP jumlah produksi CPO adalah 250
ton/hari. Crude Palm Oil (CPO) di dalam tangki timbun (storage tank)
sebelum dikirim. Suhu CPO di dalam tangki timbun harus
dipertahankan 50-60°C agar ALB minyak CPO tidak naik.
B. Pengolahan Inti Sawit 1. Pemisahan Biji dan Ampas
a. Tujuan
Tujuan pemisahan biji adalah untuk memperoleh biji/nut yang
b. Dasar Teori
Menurut (Habibi, 2010), biji yang masih bercampur dengan
ampas dan serabut kemudian diangkut menggunakan cake breaker
conveyor yang dipanaskan dengan uapa air agar sebagian kandungan
air dapat diperkecil, sehingga press cake terurai dan memudahkan
proses pemisahan menuju depericarper. Pada depericarper terjadi
proses pemisahan fibred an biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaan
berat dan gaya hisap blower. Biji tertampung pada nut silo yang dialiri
dengan udara panas antar 60ºC-80ºC selama 18-24 jam agar kadar air
turun sekitar menjadi 4%.
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada proses ini yaitu CBC (Cake Breaker
Conveyor), kipas penghisap ( Induced Drought Fan), kolom pemisah
biji dan serabut (Depericarper) , Nut Polishing Drum, Wet Nut
Conveyor, Destoner dan Fiber Cyclone. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu ampas press.
d. Prosedur Kerja
1. Ampas press yang telah selesai dipress akan jatuh di CBC dengan
tujuan agar dapat mencacah ampas yang berbentuk gumpalan
sehingga pada saat pemisahan akan lebih mudah.
2. Kemudian ampas tersebut masuk ke dalam kolom pemisah /
depericarper untuk dipisahkan berdasarkan berat.
3. Pada saat ampas masuk dalam depericarper terjadi pemisahan
yang mengunakan sistem pneumetis yaitu pemisahan dengan
berat berat (nut dan batu) akan jatuh ke bawah dan masuk ke
dalam polishing drum sedangkan benda yang ringan akan terhisap
menuju ke fiber cyclone untuk dijadikan bahan bakar.
4. Nut yang masuk ke dalam polishing drum yang berputar dengan
putaran 21 rpm akan dibersihkan dengan adanya gaya gesekan di
dinding polishing drum dan bantingan mengakibatkan serabut yang
masih melekat pada nut akan terpisah.
5. Di pingiran depan polishing drum terdapat lubang-lubang yang
berfungsi sebagai tempat jatuhnya nut ke wet nut conveyor setelah
pemisahan serabut yang melekat pada nut.
6. Nut yang jatuh ke wet nut conveyor akan di kirim destoner untuk
dipisahkan antara nut dan batu. Di dalam destoner ini juga
menggunakan pemisahan dengan sistem pneumatik (pemisahan
dengan menggunakan hisapan udara).
7. Benda yang berat (batu) akan jatuh di lantai, benda yang sedang
(Nut) akan dikirim ke nut polishing drum sedangkan benda yang
lebih ringan (serabut) akan dihisap ke shell bin.
e. Hasil yang Dicapai
Gumpalan ampas yang bercampur biji yang berasal dari hasil
pressan dipecah oleh cake breaker conveyor sehingga biji terlepas
dengan ampas. Ampas dan biji dipisahkan di dalam depericarper. Di
depericarper terdapat 2 (dua) alat yaitu separating column dan
polishing drum. Di separating column ampas dan biji dipisahkan
berdasarkan berat jenis dengan teknik isapan blower dimana ampas
dalam fibre cyclone, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar
akan jatuh ke bawah dan masuk ke dalam polishing drum yang akan
berputar dengan kecepatan 21 rpm, akibat adanya putaran ini terjadi
gesekan yang menyebabkan sisa-sisa serabut yang akan melekat
pada biji dapat terlepas. Dari pemisahan ini didapatkan biji sawit bersih
yang telah terpisah dari ampasnya.
2. Seleksi Biji a. Tujuan
Tujuan seleksi biji yaitu untuk menghindari banyaknya kernel
pecah.
b. Dasar Teori
Biji yang dari depericarper selanjutnya dibawa ke polishing
drum untuk dibersihkan dari serabut yang masih menempel, akibat
gaya gesekan yang disebabkan perputaran dari drum. Di alat ini juga
terjadi pemisahan biji-bijian yang pecah dan kotoran-kotoran lainnya.
Kemudian biji yang sudah bersih jatuh ke konveyor yang dihisap oleh
blower destoner untuk dikirim ke nut hopper. Biji terhisap oleh Blower
dan masuk ke nut hopper, sedangkan batu dan benda-benda berat
jatuh ke bawah (Purnomo, 2013).
Nut grading drum berfungsi untuk memisahkan nut yang
berukuran kecil dan besar agar diperoleh efisiensi pemecahan nut
pada ripple mill, nut yang kecil akan masuk ke dalam nut hopper no 1,
nut yang medium akan masuk kedalam nut hopper no 2 dan nut yang
pada nut grading drum biasanya untuk ukuran besar >15 mm, medium
13-15 mm dan ukuran kecil 8-10 mm ( Sonowijoya, 2012).
c. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada proses ini yaitu nut polishing drum,
inclined conveyor, nut grading drum, nut hopper. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu nut yang telah dibersihkan dan steam.
d. Prosedur Kerja
1. Nut yang dikirim melewati destoner akan masuk ke nut grading
drum.
2. Di nut garding drum terdapat lubang-lubang yang memisahkan nut
ukuran kecil, sedang dan besar.
3. Nut yang ukuran kecil akan jatuh terlebih dahulu ke dalam conveyor
kemudian diikuti nut sedang, setelah itu nut besar.
e. Hasil yang Dicapai
Penyeleksian biji dilakukan di nut grading drum agar
pemecahan biji lebih maksimal. Penyeleksian biji ini diberikan untuk
memisahkan nut kecil, sedang dan besar. Jika nut tidak diseleksi
menurut fraksi maka pemecahan biji di ripple mill tidak maksimal.
Setiap ripple mill ini ukurannya berbeda-beda karena mengikuti ukuran
buah yang masuk.
3. Pemecahan Biji a. Tujuan
Tujuan pemecahan biji yaitu untuk memecahkan nut sehingga
b. Dasar Teori
Ripple mill adalah alat pemecah biji yang berasal dari destoner
menjadi cangkang dan inti sawit. Kecepatan baling-baling disesuaikan
dengan fraksi biji, juga jarak antara baling-baling dan dinding bergerigi
disesuaikan dengan fraksi biji. Dengan cara menekan biji pada rotor
pada dinding bergerigi menyebabkan rotor sebagai resultan gaya,
jarak antara rotor dan plat bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun
sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah.
Biji yang berada dalam alat mengalami frekuaensi benturan yang
cukup tinggi, baik dengan plat bergerigi maupun antara rotor, sehingga
frekuensi kumpulan ini dapat menyebabkan biji lebih mudah lekang
(Purnomo, 2013). c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada proses ini adalah Vibrating Through,
Ripple Mill, Cracked Mixture Conveyor dan Cracked Mixture Elevator.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah nut.
d. Prosedur Kerja
1. Nut yang telah bersih masuk ke nut hopper kemudian nut akan
dipecahkan di ripple mill.
2. Nut akan turun ke ripple mill melewati vibrating through yang
berfungsi mengatur nut yang jatuh/nut akan masuk
ketengah-tengah ripple mill.
3. Nut akan dipecahkan dalam ripple mill dengan cara digiling seakan
dikupas kulitnya dengan menggunakan rotor bar dengan putaran
akan mudah pecah dan mengeluarkan kenel, tetapi kernel dan
cangkang masih tercampur.
4. Setelah terpecah kernel dan cangkang yang masih tercampur akan
jatuh ke mixture conveyor kemudian dikirim ke cracked mixture
elevator untuk diproses lebih lanjut.
e. Hasil yang dicapai
Pemecahan di ripple mill menghasilkan nut yang telah
dipecahkan sehigga kernel dapat tepisah seluruhnya dari cangkang.
Standar efesiensi pemecahan di ripple mill 96%.
4. Pemecahan Inti dan Cangkang a. Tujuan
1. Agar mendapatkan kernel yang bersih
2. Agar mengurangi kadar kotoran dari kernel sehingga mutu kernel
lebih baik.
b. Dasar teori
Menurut (Purnomo, 2013), ada dua metode pemisahan kernel
dan cangkang, yaitu system pemisahan kering dan pemisahan basah.
Pemisahan kering (dry separator) dilakukan dalam suatu kolom vertical
(LTDS). Inti dan cangkang yang telah lepas kemudian masuk ke LTDS
I melalui cracked mixture elevator, agar inti terpisah dari cangkang.
Pemisahan ini didasarkan atas perbedaan berat jenis antara inti dan
cangkang, dimana massa yang kecil (cangkang dan serat) akan
terhisap oleh blower ke elevator kemudian dibawa ke kernel dryer.
Pada LTDS II juga berfungsi untuk memisahkan inti dengan cangkang
basah yaitu hidrocyclone yang berfungsi untuk memisahkan inti dan
cangkang yang tidak terolah dari LTDS II dengan menggunakan media
air. Didasarkan atas gaya sentrifugal dan perbedaan berat jenis,
dimana berat jenis cangkang ± 1,30 g/cm³, sedangkan inti ± 1,08
g/cm³.
c. Alat dam Bahan
Alat yang digunakan pada proses ini yaitu LTDS 1&2 (Ligh
Tenera Dry Sparating), Kernel Grading Drum, Kernel Conveyor,
Hidrocyclone, Vibrating Through, Shell Transport Fan, Kernel
Distributing Conveyor, Dry kernel Elevator dan Shell Bin. Sedangkan
bahan yang digunakan kernel yang masih tercampur dengan
cangkang, dan air.
d. Prosedur Kerja
1. Cangkang dan kernel yang masih tercampur yang telah dikirim
melewati cracked mixture elevator akan masuk ke dalam kolom
separator (LTDS1) biasa disebut pemisahan cara kering.
2. Pada saat masuk ke dalam kolom separator cangkang dan kernel
yang masih tercampur akan terpisah karena adanya daya hisapan
angin. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan berat
sehingga mudah dipisah.
3. Benda yang lebih ringan (cangkang) akan terhisap dan dikirim ke
boiler untuk dijadikan bahan bakar, benda yang paling berat (kernel
utuh) akan jatuh ke dalam Kernel conveyor dan langsung dikirim ke
kernel dryer, sedangkan benda yang beratnya sedang akan masuk
4. Kernel grading drum ini mengatur jatuhnya kernel untuk pemisahan
di kolom separator (LTDS 2). Pemisahan di LTDS 2 prinsipnya
sama dengan LTDS 1 tetapi daya hisapannya LTDS 1 lebih cepat
dibandingkan LTDS 2.
5. Kernel dan cangkang yang masih belum terpisah akan jatuh ke
dalam hidrocyclone melewati air lock. Pemisahan ini di sebut
pemisahan cara basah.
6. Pemisahan yang di hidrocyclone menggunakan perbedaan massa
jenis. massa jenis yang lebih berat dan ringan.
7. Massa jenis yang ringan keluar secara over flow dan jatuh ke
conveyor dan kemudian dikirim ke kernel dryer, sedangkan massa
jenis yang lebih berat akan turun melewati lubang bawah
hidrocyclone dan jatuh ke conveyor kemudian dikirim ke shell
hopper untuk dijadikan bahan bakar.
e. Hasil yang Dicapai
Pemisahan inti dengan cangkangnya dilakukan dengan dua
cara yaitu cara pemisahan kering dan pemisahan basah. Cara
pemisahan kering terjadi di LTDS 1 dan LTDS 2 dengan menggunakan
sistem hisapan udara oleh blower. Sedangkan pemisahan dengan cara
basah terjadi di hidrocyclone dengan menggunakan bantuan air.
Pemisahan cara basah (hidrocyclone) didasari oleh perbedaan berat
jenis yaitu kernel dan cangkang. Kernel yang berat jenisnya lebih kecil
akan terapung, sedangkan cangkang yang berat jenisnya lebih berat
Dari proses pemisahan tersebut diperoleh inti sawit yang bersih
(sudah terpisah dengan cangkangnya) sehingga siap untuk
dikeringkan di kernel dryer. Hasil yang didapatkan berupa kernel bersih
dengan standar kadar kotorannya 0.02% dan kadar air 7-7,5%.
5. Pengeringan Inti a. Tujuan
Tujuan pengeringan inti yaitu untuk mengurangi kadar air dalam
kernel.
b. Dasar Teori
Kernel yang sudah terpisah dari cangkangnya kemudian dikirim
ke kernel dryer yang berfungsi untuk mengeringkan inti yang telah
dipisahkan dari cangkangnya. Pengeringan dilakukan dengan cara
menghembuskan udara panas dari steam heater. Kadar air inti yang
baik dihasilkan (yang keluar dari kernel dryer) adalah 6%-7%. Kalau
kadar air inti terlalu rendah menyebabkan kadar inti berubah warna
terlalu besar (kadar inti berubah warna max = 40,0%. Sedangkan jika
inti kurang kering atau kadar air di atas 6%-7% maka inti akan mudah
sekali berjamur, kadar ALB minyak inti tinggi, kadar minyak yang
diperoleh rendah dengan kadar minyak min = 40,0% (Purnomo,
2013).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada proses ini yaitu kernel dryer, kernel
transport fan, dried kernel conveyor dan heater fan. Sedangkan bahan
d. Prosedu Kerja
1. Setelah melalui proses pemisahan inti dan cangkang kemudian
dikirim ke kernel dryer.
2. Kernel yang masuk dalam kernel dryer akan dipanaskan dengan
udara panas yang dihembuskan menggunakan heater fan .
3. Kernel dalam kernel dryer yang harus terisi minimal 80% dari daya
tampung kernel dryer.
4. Pemanasan dilakukan selama 4 jam dengan temperatur 60-70°C
dan 70-80°C.
5. Kernel yang telah kering dikirim ke kernel banker melewati dried
kernel conveyor dan kernel transport fan.
e. Hasil yang Dicapai
Inti yang sudah terpisah dari cangkang dikeringkan dalam
kernel dryer dengan suhu 60-70°C dan 70-80°C selama 4 jam.
Pengeringan inti bertujuan untuk menurunkan kandungan kadar air
dalam inti produksi. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kualitas
inti menjadi rusak karena inti mudah ditumbuhi oleh jamur. Dari proses
pengeringan inti diharapkan menghasilkan inti produksi dengan
kandungan kadar air yang rendah yaitu sekitar 7-7,5 %. Hasil yang
didapatkan berupa kernel yang kadar airnya dari 12% menjadi 7-7,5 %.
6. Penyimpanan inti
a. Tujuan
Penyimpanan inti bertujuan untuk penampungan sementara
b. Dasar Teori
Tujuan dari penyimpanan kernel produksi sebelum dikirim
keluar untuk diproduksi adalah supaya uap air yang terkandung di
dalam inti kernel dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam
storage tidak lembab yang menyebabkan timbulnya jamur pada inti
(Sonowijoyo, 2012). c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penyimpanan inti yaitu kernel
hopper, karung, mesin jahit dan spidol. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah kernel.
d. Prosedur Kerja
1. Kernel yang telah melalui proses pengeringan akan ditampung ke
kernel hopper sebelum pengemasan.
2. Kernel yang ada dalam kernel hopper dimasukkan dalam karung
satu per satu dengan membuka dan menutup chute kernel bin.
3. Karung diisi sebanyak ¾ kemudian disusun rapi dan dijahit dengan
menggunakan mesin jahitan beras. Begitu selanjutnya secara
continue.
4. Karung yang telah dijahit diberi tanda seperti tanggal pengemasan,
tahun pengemasan dan nomor pengemasan.
5. Setelah dikemas karung yang berisi kernel tadi di susun rapi di atas
papan dan siap untuk dipasarkan.
e. Hasil yang Dicapai
Di PT. WKP proses penyimpanan kernel dimasukan ke dalam
karung dengan berat rata-rata inti dalam karung 40-45 kg.
dan tidak lembab agar jamur tidak mudah tumbuh sehingga kualitas
inti produksi tetap terjaga dengan baik.
Inti yang siap dikemas dan siap dipasarkan harus memenuhi
standar dengan kadar air 7–7,5%, kernel pecah 0,15% dan kadar
kotoran 6%.
C. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit a. Tujuan
Tujuan pengolahan libah cair PKS yaitu untuk memanfaatkan
limbah cair dari proses pengolahan minyak kelapa sawit untuk dijadikan
pupuk organik.
b. Dasar Teori
Menurut (Setyamidjaja, 2006), pengolahan kelapa sawit
menghasilkan tiga macam limbah cair yang berasal dari kondensat
rebusan, centrifuge sludge dan pencucian hidrocyclone, dengan jumlah
0,67 ton untuk setiap ton TBS. Jumlah limbah cair ini dapat dikurangi
hingga 0,3 - 0,4 ton bila pabrik menggunakan decanter. Sebagai
gambaran, suatu pabrik yang berkapasitas olah 60 TBS/jam dan dalam
satu hari pabrik beroperasi selama 16 jam, maka dalam satu tahun akan
No Komponen % Berat Kering
1 Ekstrak dengan ether 31,60
2 Protein (N x 6,25) 8,20 3 Serat 11,90 4 Ekstrak tanpa N 34,20 5 Abu 14,10 6 P 0,24 7 K 0,99 8 Ca 0,97 9 Mg 0,30 10 Na 0,08 11 Energi (kkal/100 gr) 454,00