PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
DAN TIPE TAI PADA SUB POKOK BAHASAN JAJARGENJANG DAN BELAHKETUPAT DI KELAS VII SMP SWASTA
HANGTUAH I BELAWAN T.A 2011/2012
Oleh: Tuti Mariani NIM. 408111102
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
DAN TIPE TAI PADA SUB POKOK BAHASAN JAJARGENJANG DAN BELAHKETUPAT DI KELAS VII SMP SWASTA
HANGTUAH I BELAWAN T.A 2011/2012
TUTI MARIANI (NIM. 408111102)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dan dilakukan di SMP Hangtuah I Belawan yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang diajar dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan jajargenjang dan belahketupat di kelas VII SMP Hangtuah I Belawan T.A. 2011 / 2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Hangtuah I Belawan T.A. 2011 / 2012 yang terdiri dari 7 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VII-6 sebanyak 30 orang yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas VII-7 sebanyak 28 orang yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI, penentuan sampel dilakukan secara acak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test essay sebanyak 5 soal yang telah dinyatakan valid.
iv
DIFFERENCES REASONING ABILITY MATH STUDENTS ARE LEARNED BY MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TPS AND TYPE TAI IN SUB
SUBJECT JAJARGENJANG AND BELAHKETUPAT IN CLASS VII SMP HANGTUAH I BELAWAN T.A HANGTUAH 2011/2012
Tuti Mariani (NIM. 408111102)
ABSTRACT
This research is a quasi-experimental and conducted in SMP Hangtuah I Belawan which aims to determine whether there are differences in mathematical reasoning abilities of students taught by cooperative learning model of the type of TPS and type of TAI in sub subject parallelogram and belahketupat SMP Hangtuah I Belawan T.A. 2011/2012.
The population in this research were all students in class VII SMP Hangtuah I Belawan TA 2011/2012 which consists of 7 classes. While the sample in this study there are two classes, namely VII-6 of 30 people who were taught by cooperative learning type TPS and VII-7 as many as 28 people are being taught by cooperative learning type of TAI, the determination of random sample. Instruments used in this study is as much an essay test 5 which has been declared valid question.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share (TPS) dan tipe team Accelerated Instruction (TAI)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.
Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, dan Bapak Drs. M. Manullang, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Drs. M. Manullang, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED.
Teristimewa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada Ayahanda J. Malau dan Ibunda R. Panjaitan yang terus memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga kepada ito feri, Kak Gomgom, Vina, Putri yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi.
guru bidang studi matematika SMP Hangtuah I Belawan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Keluarga Purcell (oci, ami, ica, tami, dan elia), Sahabatku Yuni, teman-teman seperjuangan lainnya di jurusan matematika khususnya kelas A Reguler 2008 ( julina, amos, novi, madu, irma, tulang, weni, hotma), teman-teman PPLT SMP AKP Galang 2011 dan yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2012 Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 6
1.3 Batasan Masalah 7
1.4 Rumusan Masalah 7
1.5 Tujuan Penelitian 7
1.6 Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 9
2.1.1 Kemampuan Penalaran Matematika 9
2.1.1.1 Pengertian Penalaran 9
2.1.1.2 Kemampuan Menalar 10
2.1.1.3 Penalaran dalam Matematika 10
2.1.2 Model Pembelajaran 12
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif 15 2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) 17 2.1.5 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran
vii
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerated Instruction
(TAI) 20
2.1.7 Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan tipe TAI 23
2.2 Pembahasan Materi 24
2.2.1 Jajargenjang 24
2.2.1.1 Pengertian Jajargenjang 24
2.2.1.2 Sifat-sifat Jajargenjang 25
2.2.1.3 Keliling Jajargenjang 26
2.2.1.4 Luas Jajargenjang 27
2.2.2 Belah ketupat 28
2.2.2.1 Pengertian Belah ketupat 28
2.2.2.2 Sifat-sifat Belah ketupat 29
2.2.2.3 Keliling Belah ketupat 30
2.2.2.4 Luas Belah ketupat 31
2.3 Kerangka Konseptual 31
2.4 Penelitian Relevan 33
2.5 Hipotesis 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 35
3.2 Populasi dan Sampel 35
3.2.1 Populasi 35
3.2.2 Sampel 35
3.3 Variabel Penelitian 35
3.3.1 Variabel Bebas 35
3.3.2 Variabel Terikat 35
3.4 Definisi Operasional 36
3.5 Rancangan Penelitian 37
3.6 Prosedur Penelitian 37
3.7 Instrumen Penelitan 40
viii
3.8 Teknik Analisis Data 40
3.8.1 Kemampuan Penalaran Matematika 40
3.8.1.1 Menghitung Rata-rata Skor 40
3.8.1.2 Menghitung Standard Deviasi 41
3.8.1.3 Uji Normalitas 41
3.8.1.4 Uji Homogenitas 42
3.8.1.5 Analisis Pengujian Hipotesis 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 44
4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 44 4.1.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 45
4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 46
4.2.1. Uji Normalitas Data 46
4.2.2. Uji Homogenitas Data 46
4.2.3. Pengujian Hipotesis 47
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 53
5.2. Saran 53
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16 Tabel 2.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan TAI 23
Tabel 3.1 Desain Penelitian 37
Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 44 Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 45
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas 46
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas 47
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Jajargenjang 24
Gambar 2.2 Jajargenjang 25
Gambar 2.3 Jajargenjang 25
Gambar 2.4 Jajargenjang 26
Gambar 2.5 Jajargenjang 26
Gambar 2.6 Belahketupat 28
Gambar 2.7 Belahketupat 29
Gambar 2.8 Belahketupat 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS ( RPP I) 56 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TAI ( RPP II) 61 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS ( RPP III) 66 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TAI ( RPP IV) 71
Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa I 76
Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa II 78
Lampiran 7 Kisi-kisi Pre-Test 80
Lampiran 8 Kisi-kisi Post-Test 81
Lampiran 9 Soal Pre-Test 82
Lampira 10 Soal Post-Test 84
Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Soal Pre-Test 85 Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Soal Post-Test 87
Lampiran 13 Lembar Validitas Soal Pretest 90
Lampiran 14 Lembar Validitas Soal Posttest 93
Lampiran 15 Data Tabulasi Nilai Siswa 96
Lampiran 16 Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku 98
Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas 101
Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas 106
Lampiran 19 Perhitungan Uji Hipotesis 108
Lampiran 20 Penskoran 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap
lingkungan alam sekitarnya.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup
memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena
matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan sistematis. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Hal ini sesuai dengan Depdiknas
dalam Shadiq (2009:6) yang mengatakan tentang tujuan pembelajaran matematika
adalah “Melatih cara berpikir dan bernalar, mengembangkan kemampuan
pemecahan dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi”
Dari pernyataan diatas maka terlihat tujuan belajar matematika adalah
untuk membuat semua pihak harus terus meningkatkan kualitas pendidikan. Salah
satu kemampuan yang diharapkan dapat dicapai siswa adalah kemampuan
bernalar matematika. Seperti yang tertuang dalam PERMENDIKNAS No.22, 23,
dan 24 Tahun 2006 tentang salah satu tujuan mata pelajaran matematika SMP
yaitu agar setiap peserta didik memiliki kemampuan menggunakan penalaran pola
dan sifat, melakukan manipulasi dalam membuat generalisasi, menyusun bukti
atau menjelaskan gagasan pernyataan matematika.
Adapun pentingnya matematika menurut Cornellius dalam Abdurrahman
(2009 : 253) mengemukakan bahwa :
2
Cockroft dalam Abdurrahman (2009 : 253) mengemukakan bahwa :
“ Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang ”
Soeriatmaja (www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/18/0701.htm)
mengungkapkan bahwa “ Matematika itu penting. Tanpa matematika, dunia akan
hancur. Matematika bisa digunakan untuk kemakmuran negeri ini dan bisa
membantu Indonesia keluar dari kondisi krisis “
Mengingat pentingnya matematika, maka guru harus membuat siswa
dalam menguasai pelajaran matematika yang dapat bermanfaat untuk kehidupan
yang akan datang. Salah satu pembelajaran matematika tujuannya adalah dapat
memecahkan masalah dimana dalam memecahkan masalah tersebut
membutuhkan penalaran. Pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematika adalah pembelajaran yang berkompeten berbasis siswa.
Dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam menyelesaikan masalah
matematika.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sukarnya belajar matematika dalam
menyelesaikan soal-soal matematika salah satunya adalah kemampuan penalaran.
Salah satu contoh yang menandakan penalaran itu rendah adalah ketika siswa
menyelesaikan masalah. Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari
matematika yang membuat penalaran matematika siswa menjadi bermasalah dapat
dilihat dalam mempelajari sistem persamaan linear. Memodifikasi kesamaan
merupakan konsep yang sulit untuk siswa. Sebagai contoh, perhatikan dua
persamaan berikut 3x = 6y dan x = 2y. Banyak siswa yang tidak memahami
bahwa kedua persamaan ini adalah sama. Kemudian contoh lain seperti soal
berikut ini. Diketahui umur A adalah 10 tahun, dan umur B adalah 1 kali dari
3
Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika sehingga
penalaran matematika siswa belum berkembang dan akibatnya penalaran
matematika belum dapat meningkat seperti yang diharapkan guru. Inilah beberapa
contoh yang menggambarkan penalaran matematika bermasalah, maka perlu
adanya suatu tindakan untuk dapat melatih dan mengembangkan kemampuan
penalaran matematika siswa agar dapat meningkat dalam pembelajaran
matematika.
Kemampuan penalaran matematika sangatlah diperlukan dalam mata
pelajaran matematika, karena orang yang memiliki kemampuan penalaran yang
tinggi serta mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan matematikanya dengan
baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang
dipelajari serta mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep
yang dipelajarin yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dengan
kata lain prestasi belajar matematika siswa akan menjadi lebih baik.
Definisi penalaran menurut Keraf dalam Shadiq ( 2004 : 2 ) menyatakan
bahwa : “ Penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan
fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan “. Dengan kata lain
kemampuan penalaran merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan proses
berpikir dalam menarik kesimpulan.
Materi yang berkaitan dengan kemampuan penalaran matematika adalah
segiempat. Secara umum ada 6 macam bangun datar segiempat, diantaranya
jajargenjang dan belahketupat. Jajargenjang dan Belahketupat merupakan salah
satu sub pokok bahasan matematika. Meskipun sudah pernah dipelajari di SD
tetapi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan jajargenjang dan belahketupat. Hal ini bisa terjadi karena
kurangnya pemahaman siswa sehingga kemampuan penalaran matematika
menjadi rendah. Dalam pembelajaran matematika seharusnya siswa dituntut untuk
lebih aktif berpikir dan bernalar agar dapat menyelesaikan permasalahan
4
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu
Ernawati Siregar, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika di SMP Hangtuah I
Belawan sebagai tempat penelitian ( 3 Maret 2012 ) mengatakan :
“Pada umumnya kesulitan dalam mempelajari matematika ketika soal yang diberikan tidak sama dengan contoh, ini berarti kurangnya pemahaman siswa dalam pemahaman konsep sehingga kemampuan berpikir tidak terlalu maksimal dan dampaknya kemampuan bernalar juga menjadi rendah”.
Demikian juga yang dirasakan peneliti selama peneliti melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu Sekolah Menengah Pertama
yang ada di Galang. Peneliti menemukan kebanyakan siswa cenderung hanya
sekedar menghapal konsep yang ada dalam matematika. Ketika siswa ditanya
apakah mereka mengerti dengan konsep yang dimaksud, maka jawaban mereka
adalah tidak. Mereka mengakui hanya menghapal saja. Tentu hal ini menjadi
semakin memperkuat alasan mengapa kemampuan penalaran siswa rendah.
Rendahnya kemampuan penalaran matematika siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa 70%
pembelajaran matematika dikelas masih bersifat oriented-teacher, artinya
pembelajaran yang terjadi masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa
duduk pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Kondisi seperti
ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan masih kurang bervariasi.
Lie (2010 : 3 ) mengemukakan bahwa :
“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paragdima lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain”.
Oleh karena itu, Lie (2010 : 4) mengemukakan bahwa :
“Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :
1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
5
3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan
kemampuan siswa
4. Pendidik adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa”.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa
diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif. Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Hampir
setiap guru pernah menggunakan model pembelajaran ini dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim
dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi,
setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan
kelompoknya. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu
teman. Penerapan model kooperatif ini didukung oleh teori Vygotsky.
Isjoni (2009:40) menyatakan bahwa:
”Dalam teori Vygotsky dijelaskan adanya hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan kemampuan sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru“.
Namun kekurangan dari model pembelajaran kooperatif terjadi jika
anggota dalam satu kelompok terlalu besar jumlahnya. Suatu kelompok apabila
makin besar dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antara para
anggotanya.
Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif diantaranya
adalah TPS (Think-Pair-Share) dan TAI (Team Accelerated Instruction). TPS
(Think-Pair-Share)pertamakali dikembangkan oleh Frank Lyman Spencer Ragon.
Model Think-Pair-Share (TPS) menekankan pada siswa untuk berfikir
berpasangan dan saling berbagi pengetahuan antar siswa dalam kelompok belajar.
Tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
6
untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dimana anggota dalam satu
kelompok jumlahnya sangat kecil yaitu 2-3 orang.
Sedangkan TAI (Team Accelerated Instruction) dikembangkan oleh
Robertt E.Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. TAI didesain
khusus untuk pembelajaran matematika dari tingkat dasar sampai tingkat
menengah. TAI menyatukan pembelajaran kooperatif dengan kebebasan bertindak
secara individu dengan ciri khas TAI yaitu guru memberikan penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian berjudul : ” Perbedaan Kemampuan Penalaran
Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe Team-Accelerated-Instruction (TAI) Pada
Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat Di Kelas VII SMP
Swasta Hangtuah I Belawan T.A 2011/2012 “
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit
2. Penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga masih banyak
didominasi oleh guru.
3. Peran guru kurang membawa siswa untuk lebih aktif berpikir mengeluarkan
ide-idenya sehingga kemampuan penalarannya masih rendah.
4. Siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang
dan belahketupat
5. Rendahnya kemampuan penalaran matematika siswa terhadap soal-soal yang
7
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, masalah
penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui “Perbedaan kemampuan penalaran
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dan yang diajar dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan
Jajargenjang dan Belahketupat di kelas VII SMP Swasta Hangtuah I Belawan
T.A 2011/2012”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah kemampuan penalaran
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TAI pada sub
pokok bahasan Jajargenjang dan Belahketupat di kelas VII SMP Swasta Hangtuah
I Belawan T.A 2011/2012?”
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk
mengetahui apakah kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada siswa yang diajar
dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan Jajargenjang dan
Belahketupat.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
2. Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara belajar yang
8
3. Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian
penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.
4. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kemampuan penalaran matematika siswa pada materi jajargenjang dan
belahketupat yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS memiliki nilai rata-rata78,766.
2. Kemampuan penalaran matematika siswa pada materi jajargenjang dan
belahketupat yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI memiliki nilai rata-rata74,678
3. Kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada siswa yang diajar
dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan Jajargenjang dan
Belahketupat di kelas VII SMP Swasta Hangtuah I Belawan T.A 2011/2012.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS ataupun TAI sebagai salah satu alternatif dalam memilih model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran
matematika siswa.
2. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Hangtuah 1 Belawan disarankan untuk
saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam meningkatkan
hasil belajar terhadap materi yang sedang dipelajari.
3. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama
dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil
penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan
54
DAFTAR PUSTAKA
Abbdurahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Ariffadholi., (2010),
model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-team-assisted-individualization/ http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/
( diakses 6 Maret 2012 )
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2009),Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, (2008), Matematika konsep dan aplikasi untuk
SMP & MTs Kelas VII, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Djumanta, Wahyudin, (2008), Mari Memahami Konsep Matematika untuk Kelas
VII, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed.
http://id.wikipedia.org/wiki/penalaran ( diakses 1 Maret 2012 )
Isjoni., (2009),Cooperative Learning, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Lie, A., (2010), Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas, PT Grasindo, Jakarta.
Ross., (2008), Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif Dalam Pembelajaran
Matematika Beracuan Konstruktivisme,
55
Shadiq, Fadjar., (2009), Kemahiran Matematika, Pusat Perkembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependididkan Matematika,
Yogyakarta.
Shadiq, Fadjar., (2009), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, Pusat
Perkembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependididkan
Matematika, Yogyakarta.
Sudjana., (2005),Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sumedi, Pudjo., (2008), http://achmadsudrajat.wordpress.com/penalaran ( diakses
1 Maret 2012 )
Susilo., (2010),Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization
atau Team Accelarated Instruction,
http://susilofy.wordpress.com/2010/09/28/pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-team-assited-individualization-atau-team-accelarated-instruction/ ( diakses 6
Maret 2012 )
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Yeni, Siti., (2010), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share,