• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE TAI PADA SUB POKOK BAHASAN JAJAR GENJANG DAN BELAH KETUPAT DI KELAS VII SMP HANGTUAH I BELAWAN TA 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE TAI PADA SUB POKOK BAHASAN JAJAR GENJANG DAN BELAH KETUPAT DI KELAS VII SMP HANGTUAH I BELAWAN TA 2011/2012."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS

DAN TIPE TAI PADA SUB POKOK BAHASAN JAJARGENJANG DAN BELAHKETUPAT DI KELAS VII SMP SWASTA

HANGTUAH I BELAWAN T.A 2011/2012

Oleh: Tuti Mariani NIM. 408111102

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS

DAN TIPE TAI PADA SUB POKOK BAHASAN JAJARGENJANG DAN BELAHKETUPAT DI KELAS VII SMP SWASTA

HANGTUAH I BELAWAN T.A 2011/2012

TUTI MARIANI (NIM. 408111102)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dan dilakukan di SMP Hangtuah I Belawan yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang diajar dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan jajargenjang dan belahketupat di kelas VII SMP Hangtuah I Belawan T.A. 2011 / 2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Hangtuah I Belawan T.A. 2011 / 2012 yang terdiri dari 7 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VII-6 sebanyak 30 orang yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas VII-7 sebanyak 28 orang yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI, penentuan sampel dilakukan secara acak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test essay sebanyak 5 soal yang telah dinyatakan valid.

(4)

iv

DIFFERENCES REASONING ABILITY MATH STUDENTS ARE LEARNED BY MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TPS AND TYPE TAI IN SUB

SUBJECT JAJARGENJANG AND BELAHKETUPAT IN CLASS VII SMP HANGTUAH I BELAWAN T.A HANGTUAH 2011/2012

Tuti Mariani (NIM. 408111102)

ABSTRACT

This research is a quasi-experimental and conducted in SMP Hangtuah I Belawan which aims to determine whether there are differences in mathematical reasoning abilities of students taught by cooperative learning model of the type of TPS and type of TAI in sub subject parallelogram and belahketupat SMP Hangtuah I Belawan T.A. 2011/2012.

The population in this research were all students in class VII SMP Hangtuah I Belawan TA 2011/2012 which consists of 7 classes. While the sample in this study there are two classes, namely VII-6 of 30 people who were taught by cooperative learning type TPS and VII-7 as many as 28 people are being taught by cooperative learning type of TAI, the determination of random sample. Instruments used in this study is as much an essay test 5 which has been declared valid question.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share (TPS) dan tipe team Accelerated Instruction (TAI). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, dan Bapak Drs. M. Manullang, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Drs. M. Manullang, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED.

Teristimewa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada Ayahanda J. Malau dan Ibunda R. Panjaitan yang terus memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga kepada ito feri, Kak Gomgom, Vina, Putri yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi.

(6)

guru bidang studi matematika SMP Hangtuah I Belawan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Keluarga Purcell (oci, ami, ica, tami, dan elia), Sahabatku Yuni, teman-teman seperjuangan lainnya di jurusan matematika khususnya kelas A Reguler 2008 ( julina, amos, novi, madu, irma, tulang, weni, hotma), teman-teman PPLT SMP AKP Galang 2011 dan yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2012 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 9

2.1.1 Kemampuan Penalaran Matematika 9

2.1.1.1 Pengertian Penalaran 9

2.1.1.2 Kemampuan Menalar 10

2.1.1.3 Penalaran dalam Matematika 10

2.1.2 Model Pembelajaran 12

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif 15 2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) 17 2.1.5 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran

(8)

vii

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerated Instruction

(TAI) 20

2.1.7 Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dengan tipe TAI 23

2.2 Pembahasan Materi 24

2.2.1 Jajargenjang 24

2.2.1.1 Pengertian Jajargenjang 24

2.2.1.2 Sifat-sifat Jajargenjang 25

2.2.1.3 Keliling Jajargenjang 26

2.2.1.4 Luas Jajargenjang 27

2.2.2 Belah ketupat 28

2.2.2.1 Pengertian Belah ketupat 28

2.2.2.2 Sifat-sifat Belah ketupat 29

2.2.2.3 Keliling Belah ketupat 30

2.2.2.4 Luas Belah ketupat 31

2.3 Kerangka Konseptual 31

2.4 Penelitian Relevan 33

2.5 Hipotesis 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 35

3.2 Populasi dan Sampel 35

3.2.1 Populasi 35

3.2.2 Sampel 35

3.3 Variabel Penelitian 35

3.3.1 Variabel Bebas 35

3.3.2 Variabel Terikat 35

3.4 Definisi Operasional 36

3.5 Rancangan Penelitian 37

3.6 Prosedur Penelitian 37

3.7 Instrumen Penelitan 40

(9)

viii

3.8 Teknik Analisis Data 40

3.8.1 Kemampuan Penalaran Matematika 40

3.8.1.1 Menghitung Rata-rata Skor 40

3.8.1.2 Menghitung Standard Deviasi 41

3.8.1.3 Uji Normalitas 41

3.8.1.4 Uji Homogenitas 42

3.8.1.5 Analisis Pengujian Hipotesis 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 44

4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 44 4.1.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 45

4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 46

4.2.1. Uji Normalitas Data 46

4.2.2. Uji Homogenitas Data 46

4.2.3. Pengujian Hipotesis 47

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 53

5.2. Saran 53

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16 Tabel 2.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan TAI 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian 37

Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 44 Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 45

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas 46

Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas 47

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jajargenjang 24

Gambar 2.2 Jajargenjang 25

Gambar 2.3 Jajargenjang 25

Gambar 2.4 Jajargenjang 26

Gambar 2.5 Jajargenjang 26

Gambar 2.6 Belahketupat 28

Gambar 2.7 Belahketupat 29

Gambar 2.8 Belahketupat 30

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS ( RPP I) 56 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TAI ( RPP II) 61 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TPS ( RPP III) 66 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TAI ( RPP IV) 71

Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa I 76

Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa II 78

Lampiran 7 Kisi-kisi Pre-Test 80

Lampiran 8 Kisi-kisi Post-Test 81

Lampiran 9 Soal Pre-Test 82

Lampira 10 Soal Post-Test 84

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Soal Pre-Test 85 Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Soal Post-Test 87

Lampiran 13 Lembar Validitas Soal Pretest 90

Lampiran 14 Lembar Validitas Soal Posttest 93

Lampiran 15 Data Tabulasi Nilai Siswa 96

Lampiran 16 Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku 98

Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas 101

Lampiran 18 Perhitungan Uji Homogenitas 106

Lampiran 19 Perhitungan Uji Hipotesis 108

Lampiran 20 Penskoran 110

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber

daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti

wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan

sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap

lingkungan alam sekitarnya.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup

memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena

matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis

dan sistematis. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Hal ini sesuai dengan Depdiknas

dalam Shadiq (2009:6) yang mengatakan tentang tujuan pembelajaran matematika

adalah “Melatih cara berpikir dan bernalar, mengembangkan kemampuan

pemecahan dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi”

Dari pernyataan diatas maka terlihat tujuan belajar matematika adalah

untuk membuat semua pihak harus terus meningkatkan kualitas pendidikan. Salah

satu kemampuan yang diharapkan dapat dicapai siswa adalah kemampuan

bernalar matematika. Seperti yang tertuang dalam PERMENDIKNAS No.22, 23,

dan 24 Tahun 2006 tentang salah satu tujuan mata pelajaran matematika SMP

yaitu agar setiap peserta didik memiliki kemampuan menggunakan penalaran pola

dan sifat, melakukan manipulasi dalam membuat generalisasi, menyusun bukti

atau menjelaskan gagasan pernyataan matematika.

Adapun pentingnya matematika menurut Cornellius dalam Abdurrahman

(2009 : 253) mengemukakan bahwa :

(14)

2

Cockroft dalam Abdurrahman (2009 : 253) mengemukakan bahwa :

“ Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang ”

Soeriatmaja (www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/18/0701.htm)

mengungkapkan bahwa “ Matematika itu penting. Tanpa matematika, dunia akan

hancur. Matematika bisa digunakan untuk kemakmuran negeri ini dan bisa

membantu Indonesia keluar dari kondisi krisis “

Mengingat pentingnya matematika, maka guru harus membuat siswa

dalam menguasai pelajaran matematika yang dapat bermanfaat untuk kehidupan

yang akan datang. Salah satu pembelajaran matematika tujuannya adalah dapat

memecahkan masalah dimana dalam memecahkan masalah tersebut

membutuhkan penalaran. Pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

penalaran matematika adalah pembelajaran yang berkompeten berbasis siswa.

Dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam menyelesaikan masalah

matematika.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sukarnya belajar matematika dalam

menyelesaikan soal-soal matematika salah satunya adalah kemampuan penalaran.

Salah satu contoh yang menandakan penalaran itu rendah adalah ketika siswa

menyelesaikan masalah. Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari

matematika yang membuat penalaran matematika siswa menjadi bermasalah dapat

dilihat dalam mempelajari sistem persamaan linear. Memodifikasi kesamaan

merupakan konsep yang sulit untuk siswa. Sebagai contoh, perhatikan dua

persamaan berikut 3x = 6y dan x = 2y. Banyak siswa yang tidak memahami

bahwa kedua persamaan ini adalah sama. Kemudian contoh lain seperti soal

berikut ini. Diketahui umur A adalah 10 tahun, dan umur B adalah 1 kali dari

(15)

3

Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika sehingga

penalaran matematika siswa belum berkembang dan akibatnya penalaran

matematika belum dapat meningkat seperti yang diharapkan guru. Inilah beberapa

contoh yang menggambarkan penalaran matematika bermasalah, maka perlu

adanya suatu tindakan untuk dapat melatih dan mengembangkan kemampuan

penalaran matematika siswa agar dapat meningkat dalam pembelajaran

matematika.

Kemampuan penalaran matematika sangatlah diperlukan dalam mata

pelajaran matematika, karena orang yang memiliki kemampuan penalaran yang

tinggi serta mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan matematikanya dengan

baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang

dipelajari serta mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep

yang dipelajarin yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dengan

kata lain prestasi belajar matematika siswa akan menjadi lebih baik.

Definisi penalaran menurut Keraf dalam Shadiq ( 2004 : 2 ) menyatakan

bahwa : “ Penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan

fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan “. Dengan kata lain

kemampuan penalaran merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan proses

berpikir dalam menarik kesimpulan.

Materi yang berkaitan dengan kemampuan penalaran matematika adalah

segiempat. Secara umum ada 6 macam bangun datar segiempat, diantaranya

jajargenjang dan belahketupat. Jajargenjang dan Belahketupat merupakan salah

satu sub pokok bahasan matematika. Meskipun sudah pernah dipelajari di SD

tetapi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

yang berkaitan dengan jajargenjang dan belahketupat. Hal ini bisa terjadi karena

kurangnya pemahaman siswa sehingga kemampuan penalaran matematika

menjadi rendah. Dalam pembelajaran matematika seharusnya siswa dituntut untuk

lebih aktif berpikir dan bernalar agar dapat menyelesaikan permasalahan

(16)

4

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu

Ernawati Siregar, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika di SMP Hangtuah I

Belawan sebagai tempat penelitian ( 3 Maret 2012 ) mengatakan :

“Pada umumnya kesulitan dalam mempelajari matematika ketika soal yang diberikan tidak sama dengan contoh, ini berarti kurangnya pemahaman siswa dalam pemahaman konsep sehingga kemampuan berpikir tidak terlalu maksimal dan dampaknya kemampuan bernalar juga menjadi rendah”.

Demikian juga yang dirasakan peneliti selama peneliti melaksanakan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu Sekolah Menengah Pertama

yang ada di Galang. Peneliti menemukan kebanyakan siswa cenderung hanya

sekedar menghapal konsep yang ada dalam matematika. Ketika siswa ditanya

apakah mereka mengerti dengan konsep yang dimaksud, maka jawaban mereka

adalah tidak. Mereka mengakui hanya menghapal saja. Tentu hal ini menjadi

semakin memperkuat alasan mengapa kemampuan penalaran siswa rendah.

Rendahnya kemampuan penalaran matematika siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh

guru. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa 70%

pembelajaran matematika dikelas masih bersifat oriented-teacher, artinya

pembelajaran yang terjadi masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa

duduk pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Kondisi seperti

ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan masih kurang bervariasi.

Lie (2010 : 3 ) mengemukakan bahwa :

“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paragdima lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain”.

Oleh karena itu, Lie (2010 : 4) mengemukakan bahwa :

“Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :

1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.

(17)

5

3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan

kemampuan siswa

4. Pendidik adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa”.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa

diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif. Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Hampir

setiap guru pernah menggunakan model pembelajaran ini dalam kegiatan belajar

mengajar. Dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim

dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi,

setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan

kelompoknya. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul

dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu

teman. Penerapan model kooperatif ini didukung oleh teori Vygotsky.

Isjoni (2009:40) menyatakan bahwa:

”Dalam teori Vygotsky dijelaskan adanya hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan kemampuan sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru“.

Namun kekurangan dari model pembelajaran kooperatif terjadi jika

anggota dalam satu kelompok terlalu besar jumlahnya. Suatu kelompok apabila

makin besar dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antara para

anggotanya.

Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif diantaranya

adalah TPS (Think-Pair-Share) dan TAI (Team Accelerated Instruction). TPS

(Think-Pair-Share)pertamakali dikembangkan oleh Frank Lyman Spencer Ragon.

Model Think-Pair-Share (TPS) menekankan pada siswa untuk berfikir

berpasangan dan saling berbagi pengetahuan antar siswa dalam kelompok belajar.

Tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

(18)

6

untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dimana anggota dalam satu

kelompok jumlahnya sangat kecil yaitu 2-3 orang.

Sedangkan TAI (Team Accelerated Instruction) dikembangkan oleh

Robertt E.Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. TAI didesain

khusus untuk pembelajaran matematika dari tingkat dasar sampai tingkat

menengah. TAI menyatukan pembelajaran kooperatif dengan kebebasan bertindak

secara individu dengan ciri khas TAI yaitu guru memberikan penghargaan pada

kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti bermaksud

mengadakan penelitian berjudul : ” Perbedaan Kemampuan Penalaran

Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe Team-Accelerated-Instruction (TAI) Pada

Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat Di Kelas VII SMP

Swasta Hangtuah I Belawan T.A 2011/2012 “

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit

2. Penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga masih banyak

didominasi oleh guru.

3. Peran guru kurang membawa siswa untuk lebih aktif berpikir mengeluarkan

ide-idenya sehingga kemampuan penalarannya masih rendah.

4. Siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang

dan belahketupat

5. Rendahnya kemampuan penalaran matematika siswa terhadap soal-soal yang

(19)

7

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, masalah

penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui “Perbedaan kemampuan penalaran

matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dan yang diajar dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan

Jajargenjang dan Belahketupat di kelas VII SMP Swasta Hangtuah I Belawan

T.A 2011/2012”.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah kemampuan penalaran

matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TAI pada sub

pokok bahasan Jajargenjang dan Belahketupat di kelas VII SMP Swasta Hangtuah

I Belawan T.A 2011/2012?”

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk

mengetahui apakah kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada siswa yang diajar

dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan Jajargenjang dan

Belahketupat.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di

sekolah.

2. Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara belajar yang

(20)

8

3. Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian

penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.

4. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model

(21)

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kemampuan penalaran matematika siswa pada materi jajargenjang dan

belahketupat yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS memiliki nilai rata-rata78,766.

2. Kemampuan penalaran matematika siswa pada materi jajargenjang dan

belahketupat yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TAI memiliki nilai rata-rata74,678

3. Kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada siswa yang diajar

dengan model kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan Jajargenjang dan

Belahketupat di kelas VII SMP Swasta Hangtuah I Belawan T.A 2011/2012.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif

tipe TPS ataupun TAI sebagai salah satu alternatif dalam memilih model

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran

matematika siswa.

2. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Hangtuah 1 Belawan disarankan untuk

saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam meningkatkan

hasil belajar terhadap materi yang sedang dipelajari.

3. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama

dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil

penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan

(22)

54

DAFTAR PUSTAKA

Abbdurahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Ariffadholi., (2010),

model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-team-assisted-individualization/ http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/

( diakses 6 Maret 2012 )

Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka

Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2009),Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, (2008), Matematika konsep dan aplikasi untuk

SMP & MTs Kelas VII, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Djumanta, Wahyudin, (2008), Mari Memahami Konsep Matematika untuk Kelas

VII, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program

Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed.

http://id.wikipedia.org/wiki/penalaran ( diakses 1 Maret 2012 )

Isjoni., (2009),Cooperative Learning, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Lie, A., (2010), Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas, PT Grasindo, Jakarta.

Ross., (2008), Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif Dalam Pembelajaran

Matematika Beracuan Konstruktivisme,

(23)

55

Shadiq, Fadjar., (2009), Kemahiran Matematika, Pusat Perkembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependididkan Matematika,

Yogyakarta.

Shadiq, Fadjar., (2009), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, Pusat

Perkembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependididkan

Matematika, Yogyakarta.

Sudjana., (2005),Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sumedi, Pudjo., (2008), http://achmadsudrajat.wordpress.com/penalaran ( diakses

1 Maret 2012 )

Susilo., (2010),Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization

atau Team Accelarated Instruction,

http://susilofy.wordpress.com/2010/09/28/pembelajaran-kooperatif-tipe-tai-team-assited-individualization-atau-team-accelarated-instruction/ ( diakses 6

Maret 2012 )

Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.

Yeni, Siti., (2010), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share,

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.1 Jajargenjang

Referensi

Dokumen terkait

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum

Alm Ayah dan Ibu yang tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, pengorbanan, semangat, dan dukungan kalian kepadaku sehingga aku dapat menempuh perkuliahan

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ’’PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA

Pada masa sekarang ini asma merupakan masalah yang lazim di temui di masyarakat, dengan perkembangan tekhnologi dalam dunia kedokteran dan dari hasil penelitian dapat diketahui

Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

pemakaian bahasa krama dan locus of control dengan penalaran moral pada. penutur

Ho : Tidak ada hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi pada remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo.

Berdasarkan masalah diatas, diperlukan penambahan suatu bahan yang dapat memperbaiki kualitas koloid tanah pasir pantai, dan salah satu bahan yang perlu diteliti adalah