• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Spiritualitas Kerja Pada Cleaning Service ISS di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Spiritualitas Kerja Pada Cleaning Service ISS di Universitas "X" Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran Spiritualitas Kerja pada Cleaning Service ISS di Universtitas ‘X’ Bandung. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan mengacu pada teori tentang spiritualitas kerja (Ashmos dan Duchon, Spirituality at work: A conceptualization and measure, Journal of Management Inquiry, Jun 2000, pg 134-145)

Sampel dalam penelitian ini adalah Cleaning Service ISS di Universtitas ‘X’ Bandung berjumlah 35 orang dengan metode penelitian deskriptif. Data hasil penelitian diolah dengan uji korelasi Spearman dengan program SPSS 17.

Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa sebanyak 18 orang (51,4%) termasuk pada spiritualitas kerja yang rendah, dan terdapat 17 orang (48.6%) termasuk pada spiritualitas kerja yang tinggi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa cleaning service ISS lebih banyak persentasenya yang memiliki spiritualitas kerja yang rendah.

(2)

iv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL………..i

LEMBAR PENGESAHAN………...ii

ABSTRAK………..iii

KATA PENGANTAR………iv

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR BAGAN………...xi

DAFTAR TABEL………..xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……….1

1.2Identifikasi Masalah………...8

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………...8

1.3.1 Maksud Penelitian………....8

1.3.2 Tujuan Penelitian………..8

1.4Kegunaan Penelitian………...9

1.4.1 Kegunaan Teoritis…….………...9

1.4.2 Kegunaan Praktis……….9

1.5Kerangka Pemikiran………...…9

(3)

v Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tentang Spiritualitas Kerja……….15

2.1.1 Definisi Spiritualitas Kerja………..…………15

2.2 Teori Tentang Dewasa Awal………...……….19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………...21

3.2 Bagan Rancangan Penelitian………21

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………..22

3.3.1 Variabel Penelitian………..………22

3.3.2 Definisi Operasional………...….22

3.4 Alat Ukur..……….. ……….…23

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas……...………25

3.5.1 Uji Validitas………..…………...25

3.5.2 Uji Reliabilitas………...………..………27

(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

3.7 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel……….29

3.7.1 Populasi Sasaran………..……29

3.8 Teknik Analisis Data………29

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden……….30

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………….………...30

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Rentang Usia……….………31

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………31

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Lama Kerja...………32

4.2 Hasil Penelitian………33

4.2.1 Spiritualitas Kerja……….……….33 4.2.2 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Aspek Spritualitas Kerja……..34

4.2.2.1 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Aspek Inner Life……34

4.2.2.2 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Aspek Makna dan Tujuan Kerja………35

(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

4.2.3 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Data Pribadi……….37

4.2.3.1 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Jenis Kelamin………...37

4.2.3.2 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Usia………...38

4.2.3.3 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Pendidikan………38

4.2.3.4 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Lama Kerja…………...39

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………...40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….…...45

5.2 Saran………..46

5.2.1 Saran Teoretis………..…………...46

5.2.2 Saran Praktis……….………...46

DAFTAR PUSTAKA………47

(6)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1

Kerangka Pemikiran 1.1 …………...………….……….………….……..13

Bagan 3.1

(7)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Spiritualitas Kerja………...………..23

Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Rentang Usia……….………..31

Tabel 4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………..31

Tabel 4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Lama Kerja...………..32

Tabel 4.2.1 Spiritualitas Kerja……….……….33

Tabel 4.2.2.1 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Aspek Inner Life……34

Tabel 4.2.2.2 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Aspek Makna dan Tujuan

Kerja………...35

Tabel 4.2.2.3 Tabulasi Silang Spiritualitas Kerja dengan Aspek Penghayatan

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan melakukan aktivitas yang

beragam. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa akan terlibat suatu aktivitas.

Namun perbedaannya adalah orang dewasa menyebutnya dengan bekerja. Bekerja

atau kerja adalah kegiatan mengeluarkan energi untuk suatu kebutuhan seseorang

untuk mencapai tujuan tertentu. Ketika orang bekerja ada sesuatu hal yang ingin

dicapainya. Sebagian besar orang akan berpendapat bahwa tanpa bekerja, hidup

ini akan terasa menyenangkan. Namun tetap saja orang ingin bekerja, karena

manusia perlu bekerja dan ingin bekerja. Pekerjaan yang tidak berarti mungkin

akan membuat hidup tidak bersemangat, lain halnya jika pekerjaan itu berarti

mungkin akan memberikan artinya tersendiri.

Ada berbagai macam tipe orang pekerja yaitu workaholic (orang yang

kecanduan bekerja), sangat terikat pada pekerjaan, tidak bisa berhenti bekerja.

Ada juga workshy (orang yang malas bekerja) tidak mau melakukan pekerjaan,

dan tipe work tolerant (orang yang bekerja sesedikit mungkin untuk mendapatkan

hasil yang maksimal), memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak

disenangi, tetapi harus dilakukan. Hal ini yang membuat orang memandang kerja

dari sudut pandang yang berbeda. Dalam bekerja orang memiliki orientasinya

(9)

2

Universitas Kristen Maranatha uang yang didapat. Orientasi sosial memandang pekerjaan sebagai suatu

lingkungan sosial yang didominasi oleh hubungan interpersonal atau loyalitas

personal. Orientasi psikologis, orang mengembangkan diri dan memenuhi

kebutuhannya dari pekerjaan yang dilakukan. Sebelum era kesadaran spiritual

datang, dunia bisnis cenderung mengesampingkan nilai-nilai transpersonal.

Perusahaan, tanpa disadari, telah mengubah fungsinya dari sekedar ”mencetak

-uang” (money-making) menjadi ”mengeruk-uang” (money-grubbing) dan

pengerukan-uang tidak baik untuk bisnis (Zohar & Marshall, 2005). Tidak hanya

fungsi perusahaan yang jauh dari nilai spiritual, tetapi juga tempat kerja turut

menghalangi berkembangnya dimensi spiritual. Padahal secara naluriah manusia

akan bergerak untuk mencari makna, untuk memuaskan kebutuhan dan untuk

mencapai nilai-nilai tertentu. Akibat yang terjadi adalah kejenuhan, stres,

produktivitas rendah, demotivasi, bahkan puncaknya dapat menyebabkan

seseorang mengalami depersonalisasi. Inilah problem kerja yang sering menjadi

masalah bagi perusahaan dan individu yang bersangkutan.

Masalah kerja dapat dikategorikan menjadi tiga (Sinamo, 2005). Pertama,

masalah kerja tradisional, yaitu beratnya pekerjaan itu sendiri sementara hasilnya

tidak seberapa. Hal inilah yang seringkali menjadikan orang bekerja hanya untuk

kebutuhan marjinal, hanya untuk alasan survive. Kedua, ketika seseorang bekerja

di bawah pemilik usaha yang rakus dan mengutamakan keuntungan semata,

sehingga pekerjaan mereka tidak memberikan daya tawar yang baik. Seringkali

jumlah peminat kerja lebih banyak daripada jumlah pekerjaan itu sendiri, hal ini

(10)

Universitas Kristen Maranatha dalam lingkaran kebutuhan yang tidak kunjung terpenuhi. Ketiga, masalah kerja

yang seringkali dialami oleh kalangan “kerah putih”. Mereka menjadikan

pekerjaan sebagai satu-satunya tujuan hidup. Hidup adalah kerja, kerja, dan kerja.

Kaum pekerja modern telah menempatkan nilai-nilai ekonomis menjadi hal yang

utama, bahkan terkadang mutlak. Hal tersebut banyak menggiring mereka pada

kondisi kecanduan kerja (workaholic). ”Kerja telah menjadi belenggu baru, di

mana manusia pekerja mengalami proses dehumanisasi” (Sinamo,2005). Semakin

terpuruknya kondisi kerja dan hilangnya makna dari pekerjaan merupakan

dampak dari adanya dualisme dalam kehidupan. Bisnis atau kerja menolak ruang

untuk hadirnya makna dan Tuhan. Tempat kerja adalah tempat untuk mencari

hal-hal profan dan tidak mempunyai ruang untuk sesuatu yang sakral atau suci.

Sinamo (2005) mejabarkan hal tersebut sebagai berikut, ”Problem utama mengapa

orang tidak mampu menghayati pekerjaannya sebagai ibadah, lahir dari kenyataan

bahwa orang suka membagi dua hidupnya menjadi wilayah sakral (suci) dan

wilayah profan (sekuler). Doa, sembahyang, upacara digolongkan sebagai suci;

sedangkan makan, minum, bekerja digolongkan sebagai profan. Akibatnya hidup

mereka terbelah, terpecah, tidak menyatu, tidak integral”. Bagi perusahaan,

menjauhkan para pekerja dari nilai terdalam atau dimensi spiritualitasnya sama

dengan memandang para pekerja tersebut bukan sebagai human being.

Menjauhkan spiritualitas dari tempat kerja pun menunjukkan bahwa manusia yang

bekerja pada saat itu bukanlah manusia utuh(Sauber, 2003). Oleh karena itu, era

pencerahan spiritual di perusahaan dan tempat kerja layak untuk disebut sebagai

(11)

4

Universitas Kristen Maranatha tonggak kebangkitan korporasi dan tempat kerja ke arah yang lebih baik, tapi juga

menjadi harapan baru untuk terjadinya perbaikan moral, etika, nilai, kreativitas,

produktivitas, dan sikap kerja di tingkat individu hingga korporasi. Inilah yang

menjadi alasaan utama 72% dari 41 perusahaan besar di Indonesia menyatakan

bahwa spiritualitas sangat penting bagi perusahaan dan 38% lainnya menyatakan

penting (Riset Swasembada, 2007).

Spiritualitas bukan merupakan suatu hal yang baru dalam pengalaman

manusia. Semua tradisi agama besar pada level tertentu mendorong kehidupan

kontemplatif, yaitu pencarian makna dan tujuan merupakan hal utama dan hidup

dalam harmoni dengan orang lain dipandang sebagai sesuatu yang sangat

penting. Dalam kehidupan pribadi, spiritualitas semacam itu wajar berkembang

meski harus berhadapan dengan arus nilai-nilai lain yang cenderung memacu

perolehan materi. Ketika berada dalam dunia kerja, seseorang yang menghidupi

spiritualitas seringkali terbentur dengan batasan manajemen dan organisasi klasik

yang memandang manajemen sebagai alat impersonal untuk memperoleh tujuan

akhir, yakni materi dan melakukan fungsi kontrol terhadap karyawan.

Istilah spiritualitas sering disalahartikan, dilihat sebagai sesuatu yang

konteksnya sama dengan agama, keyakinan tertentu, aturan moral, dan

tradisi-tradisi. Ron Cacioppe dalam The Leadership & Organization Development

Journal menegaskan bahwa spiritualitas bukanlah sesuatu yang formal, terstruktur

dan terorganisasi. Cash, Gray, & Rood memperjelas dengan menyatakan bahwa

spiritualitas melihat ke dalam batin menuju kesadaran akan nilai-nilai universal,

(12)

Universitas Kristen Maranatha suci. Senada dengan pernyataan itu Cacioppe mengatakan bahwa agama formal

memiliki orientasi eksternal, sedangkan spiritualitas mencakup seseorang yang

memandang ke dalam batinnya dan karenanya dapat dijangkau semua orang, yang

religious maupun tidak. Mengenai spiritualitas di tempat kerja, Neal

mendefinisikannya sebagai: Tentang integritas, menegakkan kebenaran dalam diri

sendiri, dan memberitahukan kebenaran kepada orang lain. Spiritualitas di tempat

kerja menunjuk pada usaha individu untuk menghidupi nilai-nilainya secara penuh

di tempat kerja. Atau menunjuk pada cara organisasi-organisasi mengatur dirinya

untuk mendukung pertumbuhan spiritualitas di tempat kerja. Spiritualitas kerja

memiliki tiga aspek : inner life, makna kerja, dan komunitas.

Di Universitas “X” kota Bandung terdapat berbagai pekerja yang bekerja di

universitas tersebut. Universitas merupakan suatu tempat pendidikan namun

dibalik itu semua juga ada organisasi didalamnya dan para pekerja yang

membangun keberhasilan universitas. Para pekerja tersebut yaitu dimulai dari

TKT (Cleaning service, security), TAT(bagian administrasi), hingga dosen.

Semua bagian ini merupakan orang-orang yang bekerja di universitas. Bila kita

amati para pekerja yang mengabdi di universitas ini akan mempersepsikan

pekerjaannya sebagai sesuatu yang menjadi keharusan atau sebagai sesuatu yang

menyenangkan. Visi Universitas “X” menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri dan

berdaya cipta, serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus.

Misi Universitas “X” yaitu mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana

(13)

6

Universitas Kristen Maranatha ilmu pengetahuan, teknologi, dan. Ini merupakan visi dan misi dari universitas

“X” yang akan mengarahkan sikap dan kualitas pekerjanya. Pekerja dibagian

administrasi ataupun dibagian yang lain memiliki pekerjaan yang cukup

menjanjikan masa depannya karena terdapat keahlian khusus dalam

mengerjakannya. Beda halnya dengan Cleaning service tidak memerlukan

keahlian khusus karena pekerjaan tersebut sederhana dan dapat dikerjakan oleh

siapa saja.

Cleaning service ISS di Universitas “X” ini merupakan tenaga outsourching

dari PT. ISS bagian Cleaning service. Cleaning service ISS tersebut memiliki

tugas keseharian yang rutin dan monoton seperti membersihkan gedung, menyikat

WC dan mengerjakan pekerjaan membersihkan yang lainnya. Di Gedung

Universitas “X” terlihat tujuh orang berseragam putih biru yang terlihat sibuk

dengan peralatan di tangan berupa sapu, alat pembersih lantai, dan mesin

penggosok keramik. Mereka bekerja dengan tekun dan segera menyelesaikan

pekerjaannya. Mereka bertanggung jawab menjaga kebersihan gedung secara

keseluruhan (luar dan dalam gedung). Didalam pekerjaan ini, spiritualitas kerja

sebagai cleaning service ISS digunakan sebagai usaha individu untuk dapat

mengekspresikan kehidupannya walaupun hanya bekerja sebagai cleaning service.

Berdasarkan wawancara dan survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap

15 Cleaning service ISS ini mengenai spiritualitas kerja, 51% mengatakan bahwa

memilih pekerjaan sebagai cleaning service ISS demi mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari. Dapat dilihat bahwa inner life cleaning service ISS, mereka

(14)

Universitas Kristen Maranatha merasa bahwa pekerjaan yang dipilih sekarang ini kurang memberikan

pengalaman ataupun pembelajaran yang dapat berguna untuk dirinya. Makna dan

tujuan cleaning service ISS, mereka merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan pun

dirasa kurang terkait dengan apa yang dianggap penting karena mereka sendiri

pun mengakui bahwa tidak mengetahui arti dari mereka bekerja dan mengapa

mereka harus bekerja. Mereka pun merasa kurang memiliki harapan dalam hidup

sebab mereka merasa yang paling penting adalah dapat mencukupi kebutuhan

hidup. Di dalam kondisi komunitas cleaning service ISS ditempat kerjanya,

mereka pun merasa kurang menjadi bagian dalam komunitas. Organisasi tempat

mereka bekerja pun dirasa kurang peduli terhadap semua pekerjanya dan mereka

merasa kurang terhubung dengan tujuan organisasi. Selain karena mereka merasa

teman sekerjanya seringkali tidak peduli satu sama lain, unit kerjanya pun dirasa

kurang mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

Sebanyak 35% mengatakan bahwa menjadi Cleaning service ISS ada senang

dan ada susahnya yaitu susahnya kerja seperti ini selalu dipandang enteng orang

karena jadi tukang bersih-bersih, karena pekerjaan sebagai Cleaning service ISS

merupakan pekerjaan yang dapat dikatakan sangat monoton dan juga tidak

membutuhkan keahlian khusus sedangkan enaknya, berharap bisa masuk ke

Perusahaan tempat mereka membersihkan. Mereka merasa bekerja sebagai

Cleaning service ISS meskipun mudah tapi dapat memberikan pengalaman dan

pembelajaran yang berguna untuk diri mereka masing-masing. Petugas Cleaning

service ISS di Universitas “X” mengaku menikmati bekerja di Universitas “X”

(15)

8

Universitas Kristen Maranatha kampus. Namun kompensasi yang didapat terkadang kurang sepadan. Mereka pun

mengaku bahwa menikmati bekerja sebagai Cleaning service tetapi tidak

mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan ketika bekerja. Apalagi ketika

dipandang sinis ataupun dianggap rendah oleh orang lain. Kalau bukan karena

butuh uang, mereka tidak mau bekerja sebagai Cleaning service ISS.

Lalu 14% mengatakan bahwa bekerja menjadi petugas Cleaning service ISS

di Universitas ”X” ini, kata mereka, cukup enak, karena para karyawan bisa

menghargai mereka. Sikap karyawan dari bagian lagi atau pun dari bagian yang

sama yang senantiasa ramah dan menghargai itu, membuat mereka besar hati.

Mereka pun mengaku bahwa pekerjaan mereka itu menuntut semangat optimal,

kerja maksimal. Semangat tetap tinggi dan kerja profesional meskipun gaji

minimal. Untuk pekerjaan bersih-bersih gedung tersebut mereka dibayar

Rp.25.000/hari. Para pekerja Cleaning service ISS ini berasal dari beragam latar

belakang pendidikan. Ada tamatan SMP dan SMA. Mereka tidak

mempermasalahkan latar belakang pendidikan, yang penting bisa kerja dan

menerima upah. Akan tetapi beberapa orang mengakui bahwa pekerjaan ini

sebenarnya sangat rendah dan mungkin tidak ada masa depannya.

Fenomena ini menggambarkan bahwa para Cleaning service ISS ini terkadang

terjebak dengan kaum pekerja modern dengan menempatkan nilai-nilai ekonomis

menjadi hal yang utama, bahkan terkadang mutlak. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengetahui spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas “X” di

Bandung. Bagaimana para cleaning service ISS tersebut mendeskripsikan

(16)

Universitas Kristen Maranatha dan tujuan para Cleaning service ISS ini. Serta penghayatan Cleaning service ISS

terhadap teman sekerja dan organisasi ditempat mereka bekerja.

1.2Identifikasi masalah

Bagaimana spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas “X” di

Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas “X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

mengenai spiritualitas kerja pada Cleaning service ISS Universitas “X” di

Bandung melalui inner life, makna dan tujuan kerja dan penghayatan

terhadap teman sekerja dan komunitas organisasi.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

- Meningkatkan pemahaman mahasiswa Psikologi terhadap

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam Psikologi Industri dan

(17)

10

Universitas Kristen Maranatha - Menambah informasi dan wawasan bagi mahasiswa psikologi yang

ingin meneliti lebih lanjut mengenai spiritualitas kerja dalam setting

Psikologi Sosial serta Psikologi Industri dan Organisasi.

1.4.2Kegunaan Praktis

- Memberikan informasi mengenai spiritualitas kerja pada Cleaning

service ISS Universitas “X” di Bandung

- Memberikan bahan pertimbangan bagi organisasi-organisasi ataupun

perusahaan mengenai spiritualitas kerja yang akan memberikan

kontribusi bagi individu dan organisasi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Seorang dewasa awal menurut Santrock, 2002 adalah periode perkembangan

yang dimulai usia 18 tahun dan berakhir pada usia 35 tahun. Tugas

perkembangannya adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi,

masa perkembangan karir. Dalam karir dan pekerjaan, pada masa dewasa awal

mereka memasuki tahapan seleksi, masuk kerja dan penyesuaian. Memasuki

sebuah pekerjaan menandakan dimulainya peran dan tanggung jawab baru. Ketika

individu memasuki sebuah pekerjaan untuk pertama kalinya, mereka mungkin

dihadapkan pada masalah dan kondisi yang tidak mereka antisipasi sebelumnya.

Transisi diperlukan ketika individu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan

peran yang baru. Memenuhi tuntutan karir dan menyesuaikan diri dengan peran

(18)

Universitas Kristen Maranatha Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa

bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari

oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya

dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya

kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat

kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan

dipenuhi. Demi mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu

aktivitas yang disebut kerja.

Dalam dunia yang semakin keras persaingannya, cara-cara apapun boleh

saja dilakukan oleh mereka untuk menghidupi diri. Bagi yang memiliki keahlian

khusus dapat pekerjaan yang lebih menjanjikan. Namun bagi orang-orang yang

terbatas secara financial dan kurang memiliki keahlian, pekerjaan apapun akan

dikerjakan. Pada umumnya orang yang tidak memiliki pendidikan yang cukup

tinggi akan memilih sebagai pekerja yang umum dan mengerjakan hal-hal yang

sederhana seperti Cleaning service. Pekerjaan yang sederhana dan dapat

dikerjakan oleh siapa saja ini menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang

membutuhkan uang namun tidak memiliki keahlian khusus ataupun pendidikan

yang tinggi. Pada umumnya orang beranggapan, bahwa tujuan bekerja itu

hanyalah untuk mencari uang, sehingga semakin besar gaji yang diberikan

semakin tertariklah orang pada pekerjaan itu. Hal ini karena kebutuhan manusia

akan makan, minum, pakaian dan rumah akan terpenuhi bila seseorang memiliki

(19)

12

Universitas Kristen Maranatha bila kita memiliki yang maka apa saja bisa kita miliki. Oleh karena itu,

spiritualitas kerja pun mulai dikesampingkan.

Workplace spirituality adalah konsep baru dalam model manajemen dan

perilaku organisasi, khususnya budaya organisasi. Konsep ini pun sebenarnya

telah digambarkan dalam konsep-konsep perilaku organisasi seperti values, ethics,

dan sebagainya. Namun spiritualitas menggabungkan keseluruhan pembahasan

tersebut secara holistik dan utuh. Istilah yang biasanya digunakan untuk

menjelaskan konsep ini adalah workplace spirituality, spirituality in the

workplace, spirituality at work, spiritual workplace, spirit at work, atau

spiritualitas kerja. Istilah-istilah ini merujuk pada konsep yang sama, yaitu

menerima manusia (karyawan) sebagai mahluk spiritual (spiritual being) dan

organisasi atau tempat kerja harus memfasilitasi perkembangan dimensi spiritual

ini sebagai bentuk penerimaan bahwa setiap karyawan adalah human being yang

membutuhkan nilai dan makna. Istilah spiritualitas yang dimaksud merujuk pada

sesuatu yang universal, yaitu meaning, purpose, dan value.

Robbins (2005) mendefinisikan workplace spirituality sebagai berikut,

spiritualitas kerja mengakui bahwa orang memiliki kehidupan batin yang

memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan yang berarti yang terjadi dalam konteks

masyarakat. Organisasi dapat mempromosikan budaya spiritual dan menyadari

bahwa orang memiliki pikiran dan semangat, berusaha untuk menemukan makna

dan tujuan dalam pekerjaan mereka serta keinginan untuk berhubungan dengan

(20)

Universitas Kristen Maranatha Menurut Ashmos dan Duchon (2003), Spiritualitas dalam konteks kerja

mengenai para pegawai yang memahami diri mereka sebagai makhluk spiritual

yang jiwanya membutuhkan tumbuh kembang di tempat kerja. Hal ini

menunjukkan adanya penghayatan akan tujuan yang ingin dicapai dan makna

dalam kerja. Spiritualitas kerja memiliki tiga komponen : inner life, makna kerja,

dan komunitas.

Inner life adalah menemukan kesempatan untuk mengekspresikan banyak

aspek dalam diri individu tersebut, tidak hanya terbatas pada kemampuan dalam

melaksanakan tugas fisik atau intelektual. Cleaning service ISS Universitas “X”

didalam pekerjaannya dapat mengarahkan diri pada perkembangan outer life yang

lebih bermakna dan produktif. Inner life terdiri atas kondisi komunitas, makna

kerja, inner life yang merupakan pengharapan individu, kesadaran akan nilai-nilai

personal, dan kepedulian terhadap spiritualitas. Kemudian inner life juga terdiri

dari penghambat pertumbuhan spiritualitas, tanggung jawab personal, hubungan

positif dengan orang lain, dan kontemplasi. Didalam kondisi komunitas cleaning

service ISS Universitas “X” memandang tempat kerja sebagai tempat dimana

Cleaning service mengalami tumbuh kembang personal, dihargai sebagaimana

diri adanya, dan menghayati adanya kerja sama. Cleaning service ISS merasa

dirinya sebagai orang yang memiliki semangat dalam kehidupan dan bersukacita

terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan. Selain itu cleaning service pun

memiliki inner life sebagai tempat untuk menumbuhkan dan mengembangkan

spiritualitasnya seperti pengharapan individu, kesadaran akan nilai-nilai personal

(21)

14

Universitas Kristen Maranatha service ISS memiliki banyak harapan dalam hidup seperti keinginan untuk bekerja

dengan sepenuh hati, menanti hari kerja, bersemangat karena pekerjaannya,

merasakan bahwa apa yang dikerjakan oleh Cleaning service ISS merupakan

pekerjaan yang dianggap penting dan memberikan makna. Cleaning service ISS

pun merasakan adanya kaitan antara pekerjaan dengan komunitas ditempat

kerjanya. Nilai spiritualitas Cleaning service ISS dapat terhambat karena Cleaning

service ISS merasa bahwa pekerjaannya tidak bermakna dalam kehidupannya,

tidak peduli mengenai spiritualitas kerja dan merasa bahwa dirinya tidak berarti

ditempat kerja. Inner life cleaning service ISS pun mencakup mengenai tanggung

jawab atas perkembangan dirinya sendiri dan bertanggung jawab sepenuhnya

terhadap perilakunya sehingga ketika individu bekerja mereka bertanggung jawab

sepenuhnya atas pekerjaanya dilakukan dan merasa bertanggung jawab ketika

melakukan tugasnya. Hubungan positif dengan orang lain ini akan meningkatkan

inner life karena cleaning service ISS merasa bahwa pekerjaannya memberikan

pengalaman kerja yang berarti bagi orang lain dan sukacita yang di dapat di

tempat kerja membuat cleaning service ISS menjadi saling peduli dan mendukung

antar cleaning service. Selain itu pengekspresian inner life dapat dilakukan

melalui doa atau pun meditasi, cleaning service ISS mengganggap bahwa doa,

meditasi dan refleksi menjadi bagian penting ketika mereka bekerja. Inner life

cleaning service ISS yang ideal adalah individu mengakui adanya harapan dalam

hidup, semangat dalam bekerja, mengetahui apa yang penting dalam

kehidupannya, bersukacita atas pekerjaan yang didapat, mengganggap dirinya

(22)

Universitas Kristen Maranatha bagian dalam komunitas ditempat kerja dan memiliki tanggung jawab personal

terhadap dirinya. Serta memiliki hubungan yang positif dengan orang lain.

Makna dan tujuan dalam pekerjaan adalah cleaning service merasakan makna

terdalam dan tujuan dari pekerjaannya dan bersemangat dalam pekerjaanya, dapat

menemukan makna dan tujuannya dalam pekerjaan yang ia kerjakan. Serta

terdapat koneksi antara jiwa dan pekerjaannya. Makna dan tujuan kerja ini pun

mengenai sikap responden terhadap fungsi unit kerja mereka. Makna dan tujuan

kerja terdiri atas fungsi unit kerja dan nilai positif unit kerja. Dalam hal ini pekerja

Cleaning service universitas “X” ingin terlibat dalam kerja yang memberikan

makna dalam hidupnya dan mengarah pada pencarian makna dalam bekerja, serta

penghayatan mengenai akan segala hal yang penting dalam bekerja, memberi

semangat dan menyenangkan di tempat bekerjanya. Cleaning service ISS

menikmati pekerjaanya, selalu berusaha untuk datang bekerja, merasakan adanya

kaitan antara pekerjaannya dengan yang dianggap penting oleh individu.

Komunitas unit kerja mendeskripsikan penghayatan cleaning service ISS

berkaitan dengan unit kerja mereka sebagai sebentuk komunitas, yaitu tingkat

dukungan dan kepedulian yang ditunjukkan oleh unit kerja. Unit kerja Cleaning

service ISS peduli pada semangat tiap cleaning servicenya yang membuat mereka

sendiri menjadi semangat karena pekerjaanya. Hal ini akan menambah kesadaran

mengenai makna dan tujuan mereka bekerja. Selain itu unit kerja mendorong dan

memberikan kesempatan pada cleaning service untuk mengembangkan bakat dan

kemampuan seperti memberikan pelatihan atau pun reward achievement pada

(23)

16

Universitas Kristen Maranatha pada kekurangan komunitas sehingga Cleaning service ISS merasa dipedulikan.

Nilai Positif Unit Kerja menggambarkan bagaimana cleaning service ISS

mengidentifikasi nilai, tujuan, dan misi yang ada dalam unit kerja. Cleaning

service ISS merasa terhubung dan optimis dengan misi unit kerjanya. Nilai positif

terhadap unit kerja ini akan membuat Cleaning service ISS menjadi mengerti dan

mengetahui makna dan tujuan mereka bekerja karena terdapat kaitan antara

nilai-nilai yang dibuat ditempat kerja dengan nilai-nilai-nilai-nilai yang dimiliki oleh Cleaning

service ISS. Makna dan tujuan kerja Cleaning service ISS yang ideal adalah bila

Cleaning service ISS mengetahui dan menyadari tujuan mengapa ia bekerja,

penghayatan terhadap unit kerja yang positif akan meningkatkan kesadaran

mengenai makna dan tujuan Cleaning service.

Penghayatan terhadap teman sekerja dan organisasi Cleaning service ISS

Universitas “X” ini adalah merasa terhubung dengan pekerjaannya dan

mengganggap teman-teman sekerjanya memberi dorongan dalam bekerjanya.

Penghayatan terhadap teman sekerja dan organisasi terdiri atas nilai positif

organisasi, individu dan organisasi. Penghayatan bahwa diri adalah bagian dari

sebuah komunitas menjadi elemen penting dalam perkembangan spiritual.

Spiritualitas ditempat kerja pun terkait dengan organisasi dimana individu bekerja.

Nilai yang positif terhadap organisasi ini akan mempengaruhi spiritualitas

ditempat kerja. Nilai-nilai Organisasi merupakan persepsi cleaning service ISS

dan sikap mereka terhadap nilai-nilai yang dianut organisasi. Organisasi tempat

Cleaning service ISS bekerja peduli tentang apa yang membuat individu semangat

(24)

Universitas Kristen Maranatha dengan tujuan organisasi. Selain itu organisasi pun peduli terhadap kesehatan

Cleaning servicenya. Kepedulian yang diberikan organisasi pada Cleaning service

akan mempengaruhi perkembangan spiritualitas di tempat kerja. Individu dan

organisasi merupakan evaluasi yang dimiliki individu mengenai hubungannya

dengan organisasi. Cleaning service merasa memiliki peran yang penting dalam

organisasi. Organisasi ditempat Cleaning service bekerja dapat mendorong dan

memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri Cleaning

service. Penghayatan terhadap teman sekerja dan organisasi yang ideal adalah

cleaning service merasa menjadi bagian dari tempat kerja dan komunitas ditempat

kerjanya.

Spiritualitas kerja yang tinggi adalah spiritualitas kerja yang memiliki inner life

yang tinggi yaitu cleaning service ISS merasakan tempat kerja sebagai tempat

yang ditinggali oleh manusia yang memiliki pikiran dan jiwa serta percaya bahwa

perkembangan jiwa sama pentingnya serta mengakui spiritualitas kerja dalam

dirinya, memiliki harapan-harapan, sadar akan nilai-nilai personalnya serta peduli

pada spiritualitasnya. Serta terdapat mengenai sikap cleaning service ISS yang

positif terhadap diri dan lingkungan kerja. Cleaning service ISS memiliki makna

dan tujuan kerja yang tinggi yaitu memiliki sikap yang positif terhadap unit kerja

nya dan yaitu individu merasakan makna terdalam dan tujuan dari pekerjaannya

dan bersemangat dalam pekerjaanya. Selain itu penghayatan terhadap organisasi

yang tinggi yaitu merasa terikat dan menjadi bagian dalam teman sekerja dan

(25)

18

Universitas Kristen Maranatha Sedangkan spiritualitas kerja yang rendah adalah Cleaning service ISS kurang

mengakui adanya inner life dalam diri yaitu individu kurang merasakan bahwa

tempat kerja dapat mengembangkan dirinya dan tidak terdapat koneksi antara jiwa

dan pekerjaan, individu kurang memiliki harapan-harapan dan kurang menyadari

akan nilai-nilai personalnya serta kurang peduli pada spiritualitasnya. Serta

cleaning service kurang memiliki sikap yang positif terhadap diri dan lingkungan

kerja. Cleaning service memiliki makna dan tujuan kerja yang rendah yaitu

kurang merasa bagian dalam unit kerja dan individu kurang merasakan makna dan

tujuan dari pekerjaannya dan kurang bersemangat dalam pekerjaanya. Selain itu

penghayatan terhadap organisasi yang rendah yaitu individu merasa tidak terikat

dan merasa bukan menjadi bagian dalam teman sekerja dan organisasi ditempat

kerjanya.

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Cleaning service ISS Spiritualitas Kerja Rendah Tinggi

- Inner Life

- Makna dan Tujuan kerja

(26)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti mempunyai asumsi bahwa :

1. Cleaning service ISS yang memiliki inner life maka ia akan mengakui

spiritualitas kerja dalam dirinya, memiliki harapan-harapan, sadar akan nilai-nilai

personalnya serta peduli pada spiritualitasnya, hubungan yang positif dengan

orang lain dan memiliki tanggung jawab personal terhadap dirinya sendiri.

2. Cleaning service ISS yang memiliki makna dan tujuan kerja maka ia akan dapat

menemukan makna dan tujuannya dalam pekerjaan yang ia kerjakan. Serta

terdapat koneksi antara jiwa dan pekerjaannya dan memiliki sikap yang positif

terhadap unit kerja dan fungsi unit kerjanya.

3. Cleaning service ISS yang memiliki penghayatan terhadap teman sekerja dan

organisasi maka ia akan merasa terikat dan menjadi bagian dalam teman sekerja

(27)

45 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan mengenai Spiritualitas Kerja pada Cleaning Service ISS di

Universitas “X” Bandung sebagai berikut:

1. Cleaning service ISS yang memiliki inner life yang rendah maka ia akan

mengakui spiritualitas kerja dalam dirinya pun rendah sehingga cleaning

service ISS kurang memiliki harapan-harapan, kurang peduli pada

spiritualitasnya, kurang memiliki hubungan yang positif dengan orang

lain.

2. Cleaning service ISS yang memiliki inner life yang tinggi maka ia akan

mengakui spiritualitas kerja dalam dirinya pun tinggi sehingga cleaning

service ISS memiliki harapan-harapan, peduli pada spiritualitasnya dan

memiliki hubungan yang positif dengan orang lain.

3. Cleaning service ISS yang memiliki makna dan tujuan kerja yang rendah

maka spiritualitas kerja dalam dirinya pun rendah sehingga cleaning

service ISS kurang merasakan makna dari pekerjaan yang dikerjakannya.

Cleaning service ISS kurang merasakan tujuan dari apa yang dikerjakan

dan kurang bersemangat terhadap pekerjaan yang dilakukan.

4. Cleaning service ISS yang memiliki makna dan tujuan kerja yang tinggi

(28)

Universitas Kristen Maranatha service ISS merasakan makna dari pekerjaan yang dikerjakannya.

Cleaning service mengetahui tujuan dari apa yang dikerjakan dan

bersemangat terhadap pekerjaan yang dilakukan.

5. Cleaning service yang memiliki penghayatan terhadap teman sekerja dan

organisasi yang rendah maka spiritualitas kerja dalam dirinya pun rendah,

sehingga cleaning service akan merasa kurang terikat dan merasa bukan

menjadi bagian dalam teman sekerja dan organisasi ditempat kerjanya.

6. Cleaning service yang memiliki penghayatan terhadap teman sekerja dan

organisasi yang tinggi maka spiritualitas kerja dalam dirinya pun tinggi,

sehingga cleaning service akan merasa kurang terikat dan merasa bukan

menjadi bagian dalam teman sekerja dan organisasi ditempat kerjanya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Dengan adanya penelitian ini, disarankan bagi peneliti lain untuk

melanjutkan penelitian mengenai spiritualitas kerja terhadap performance

kerja.

5.2.2 Saran Praktis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak Cleaning Service ISS

memiliki spiritualitas kerja yang rendah, oleh karena itu disarankan bagi

(29)

47

Universitas Kristen Maranatha pembinaan mengenai spiritualitas kerja sebagai ekspresi keinginan diri

(30)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Drs. Pandji. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Ashmos , Donde P ; Dennis Duchon. 2003. Spirituality at Work. A Conceptualization and Measure, Journal of Management Inquiry, pg 134-145

F.A. Pierce, Gregory. 2006. Spirituality at Work. Yogyakarta. Kanisius

Giacalone, R.A. ; Jurkiewicz, C.L. 2003. Toward A Science Of Workplace Spirituality. In R.A. Giacalone and C.L.

Jurkiewicz .2000. Handbook Of Workplace Spirituality and Organizational Performance: 3-28. New York. Sharpe.

Kreitner ; Kinichi. 2004. Perilaku Organisasi. Jakarta. Salemba Empat

Milliman, John., Czaplewski, Andrew J., dan Ferguson, Jeffrey. 2003. Workplace Spirituality and Employee Work Attitudes: An Exploratory Empirical Assessment. Journal of Organizational Management Vol. 16 No. 4, pp. 426-447

Marques, J., Dhiman, S., & King, R. (2007). Spirituality In The Workplace: What It Is, Why It Matters, And How To Make It Work For You. Fawnskin, CA: Personhood Press

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Pradiansyah, Arvan. 2007. Spiritualitas Dalam Bisnis: Lahirnya Generasi Ketiga. Jakarta.

Rahmat, Jalaludin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Erlangga

Riset SWAsembada. 2007. Penerapan Nilai-nilai Spiritualitas di Perusahaan. Jakarta.

Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesi: Navigator Anda Menuju Sukses. Bogor : Grafika Mardi Yuana

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development : Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga

(31)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

SWAsembada No. 05/XXIII/1-14 Maret 2007, hal 34

SWAsembada No. 05/XXIII/1-14 Maret 2007, hal 63-64

Referensi

Dokumen terkait

 Laporan Produksi Selesai (LPS), yang dibuat oleh bagian gudang barang jadi atau bagian produksi. Bukti

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pemilihan Langsung Nomor : 17/PP/PPBJ.KEL.VI.B/PU.CK.PENG/VII/2012, tanggal 31 Agustus 2012 dan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor

Dalam mananamkan nilai-nilai religiusitas pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, kebiasaan berdoa yang telah ditanamkan mulai TK harus tetap dijaga. Selain itu, anak-anak

Hasil pengujian 9 genotipe padi merah yang menunjukkan respon tahan terhadap kedua ras berdasarkan skala penyakit, persentase DLA dan indeks penyakit ditemukan

TANI UNTUK PRODUKSI SAYUR SEHAT.. Ratnasari Iskandar 1) , Syatrawati

Efektivitas proses bioremediasi hidrokarbon tergantung pada beberapa faktor yaitu substrat kimia (kontaminan minyak pelumas) harus mudah diserap oleh mikroorganisme yang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, tenaga kefarmasian harus memberikan informasi

Setelah dilakukan penetapan hasil prakualifikasi berdasarkan evaluasi administrasi dan penilaian teknis serta pembuktian dokumen kualifikasi terhadap Dokumen Kualifikasi perusahaan