commit to user
i
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SARANA PENUNJANG PROMOSI PASAR KLITHIKANNOTOHARJO
SEMANGGI
OLEH:
MUHAMMMAD KHOIRUL SHOLIH NIM: K3203025
TUGAS AKHIR
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI SARANA PENUNJANG PROMOSI PASAR KLITHIKANNOTOHARJO
SEMANGGI
OLEH :
MUHAMMAD KHOIRUL SHOLIH K3203025
TUGAS AKHIR
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Tugas Akhir ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana
pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si
commit to user
v
ABSTRAK
Muhammad Khoirul Sholih. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI
SARANA PENUNJANG PROMOSI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO
SEMANGGI . Tugas Akhir, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Tujuan perancangan ini adalah: Merancang komunikasi visual yang berfungsi sebagai media promosi Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang menarik dan komunikatif beserta pemilihan media promosinya yang efektif.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi cuplikan (sampling),
pengamatan langsung (observasi), wawancara dan dokumentasi. Metode anialisis ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT.
Konsep perancangan komunikasi visual dalam promosi perpaduan antara tradisional dan modern, mengutamakan penekanan melalui unsur fotografi yang difungsikan sebagai penarik perhatian audience, serta memakai layout dan desain yang simple.
Berdasarkan segmentasi pasar, identifikasi pesaing, keunggulan produk maka hasil perancangan ini dapat diperoleh media promosi komunikasi visual sebagai berikut: (1) Billboard: difungsikan untuk membangun citra serta memberi petunjuk kepada masyarakat tentang pasar Klithikan Notoharjo Semanggi di Surakarta melalaui gambar dan pesan yang ditempatkan di titik-titik strategis. (2) Iklan surat kabar: sesuai dengan segmentasi geografis promosi dilakukan melalui surat kabar Solopos dan Joglosemar. (3) Stand Banner: berupa media iklan cetak ditempatkan di pinggir-piggir jalan strategis kota Surakarta. (4) Branding mobile: ialah promosi yang merupakan iklan bergerak ditempatkan pada badan bus dan angkuta yang memiliki daya edar luas (5) Papper Bag: sebagai media promosi fungsional pembungkus produk atau barang yang dapat dipakai berulang-ulang dan dibawa kemana-mana (6) karcis Parkir: merupakan media promosi sebagai iklan bergerak dengan tampilan desain yang memberikan citra atau identitas yang jelas. (7) Penunjuk Arah: media luar ruang yang sifatnya memberikan informasi arah atau petunjuk ke pasar Klithikan Notoharjo Semanggi. (8) Papan Informasi: media luar ruang yang memberikan informasi letak kios di dalam pasar berdasarkan jenis barang dagangannya. (9) Papan Nama Pasar: berupa gapura sebagai tanda pengenal yang membangun citra pasar. (11) Papan Nama Kios: tanda pengenal untuk menunjukkan identitas kios-kios pedagang di Klithikan Notoharjo semanggi. (12) Merchandise berupa Stiker: merupakan media promosi yang memiliki penempatan fleksibel dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang dan difungsikan sebagai cindera mata. (11)
Stationary: berupa kartu nama, amplop, kop surat berfungsi sebagai identitas yang
commit to user
vi MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S.
Al-Baqarah : 286).
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini dipersembahkan kepada :
Kedua orang tuaku
yang telah membesarkan, membimbing,
mendoakan, dan selalu mendukung ananda hingga
akhir.
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan sesmesta alam penulis panjatkan kehadirat-Nya,
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Pembuatan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dan baik spirituil
maupun materiil. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Suparno, M. Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn. selaku Ketua Program Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si. Selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
5. Bapak Adam Wahida, S.Pd, M. Sn. Selaku pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
6. Bapak Drs. Edi Kurniadi, M. Pd. selaku Pembimbing Akademik.
7. Wiwiek Dwi Hesti, S.Sos, selaku Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta yang telah membantu mendapatkan ijin kepada penulis
untuk mengadakan penelitian.
8. Jackson Antonius Napitupulu, S.E, M.Si selaku Kepala Humas Badan Informasi
dan Komunikasi Surakarta yang telah bersedia menjadi narasumber.
9. Suranto, selaku Lurah pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang telah
commit to user
ix
10.Bapak Ari Wibowo selaku staf kantor DLLAJ yang telah bersedia menjadi
narasumber.
11.Anang, mayas, endah,Indri, Totok, Heru, Ibnu, Salamun, Bagio dan seluruh staff
dan karyawan kantor pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
12.Rudi, Timan, Pak Bos, agung, Solichin, Aan, pedagang klithikan Sepeda motor
yang telah memberikan informasi kepada penulis.
13.Joko Widodo, Pak Yatno pengelola parkir pasar Klithikan Notoharjo yang
membantu penulis memperoleh data dan sekaligus menjadi narasumber.
14.Seluruh mahasiswa Seni Rupa FKIP UNS.
15.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu
terlaksananya penciptaan karya Tugas Akhir. Semoga segala amal baik tersebut
mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Surakarta, 27 April 2011
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... xiii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Batasan Ruang Lingkup Perancangan ... 8
D. Tujuan Perancangan ... 9
E. Manfaat Perancangan ... 9
F. Metode Perancangan ... 10
G. Prosedur Perancangan ... 13
BAB II. LANDASAN PERANCANGAN ... 14
A. Kajian Teori ... 14
1. Desain Komunikasi Visual ... . 14
2. Media ... . 23
3. Sign System ... . 24
4. Tinjauan Promosi ... . 34
commit to user
xi
6. Pasar Klithikan ... . 47
B. Keadaan Umum Pasar Klithikan Notoharjo ... 51
1. Sejarah Pasar Klithikan Notoharjo ... 51
2. Struktur Organisasi Pasar Klithikan Notoharjo ... 57
3. Letak Geografis dan Kondisi Fisik Pasar Klithikan Notoharjo 58 4. Promosi Yang Pernah Dilakukan ... 60
C. Identifikasi Pesaing / Kompetitor ... 68
D. Analsis SWOT ... 76
E. Konsep Perancangan ... 78
1. Analisis Masalah ... 78
2. Persepsi Konsumen ... 78
3. Keunggulan Produk ... 79
4. Harapan Konsumen ... 79
5. Positioning ... 80
F. Strategi Kreatif ... 82
1. Strategi Konsep ... 83
2. Strategi Visual ... 84
G. Visualisasi ... 84
1. Visual ... 84
2. Copywriting ... 94
BAB III. PROSES PERANCANGAN ... 98
A. Media ... 98
1. Media Cetak ... 98
a. Stationary ... 99
1). Kartu Nama ... 99
2). Kop Surat ... 99
3). Amplop ... 99
commit to user
xii
1). Billboard……… 100
2). Iklan Surat Kabar ... 101
3). Stand Banner ... 101
4). Branding Mobile ... 102
5). Papper Bag ... 102
6). Karcis Parkir ... 103
3. Media promosi penanda (Sign System) ... 103
1). Penunjuk Arah ... 103
2). Papan informasi 3). Papan Nama Pasar ... 104
... 104
4). Papan Nama Kios ... 104
4. Merchandise ... ... 105
1). Stiker ... 105
BAB IV. DESKRIPSI KARYA ... 106
A. Stationary ... 106
1. Kartu Nama ... 106
2. Kop Surat ... 107
3. Amplop ... 108
B. Media Promosi out door ... 109
1. Billboard ... 109
2. Iklan Surat Kabar ... 112
3. Stand Banner ... 113
4. Branding Mobile ... 117
5. Papper Bag ... 118
6. Karcis Parkir ... 120
C. Media promosi penanda (Sign System) ... 121
1. Penunjuk Arah ... 121
commit to user
xiii
3. Papan Nama Pasar ... 125
4. Papan Nama Kios ... 128
D. Merchandise ... 129
1. Stiker ... 129
BAB V. PENUTUP ... 130
A. Simpulan ... 130
B. Saran ... 130
DAFTAR PUSTAKA ... 132
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah PKL di Kawasan Monumen ’45 Banjarsari ... 2
Tabel 2. Perbandingan Tingkat Pendapatan di Pasar Lama dan di Pasar Baru Dari 55 Pedagang ... 4
Tabel 3. Data Jumlah Pengguna Parkir Pasar Klithikan Notoharjo Tahun 2008 6 Tabel 4. Data Jumlah Pengguna Parkir Pasar Klithikan Notoharjo Tahun 2010 6 Tabel 5. Batasan Ruang Lingkup Perancangan ... 8
Tabel 6.Perbedaan Marketing Mix dan Promotion Mix ... 37
Tabel 7. Kombinasi jenis huruf antara judul dan naskah ... 43
Tabel 8. Jumlah PKL Monumen Banjarsari Berdasarkan Dagangannya ... 53
Tabel 9. Daftar Paguyuban Jumlah PKL Monumen Banjarsari ... 54
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Prosedur Perancangan ... 13
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi ... 62
Gambar 3. Iklan surat kabar ... 64
Gambar 4. Baliho Klithikan Notoharjo ... 65
Gambar 5. Karcis Parkir Klithikan Notoharjo ... 65
Gambar 6. Billboard ... 66
Gambar 7. Spanduk ... 67
Gambar 8. Tanda Pengenal Dinding ... 68
Gambar 9. Papan Nama Kios Klithikan Notoharjo ... 68
Gambar 10. Spanduk Klithikan Pakuncen ... 70
Gambar 11. Brosur / Flyer Kios Klithikan Pakuncen ... 70
Gambar 12.Kupon Berhadiah Klithikan Pakuncen ... 70
Gambar 13. Stand Banner Klithikan Pakuncen ... 71
Gambar 14. Papan Nama Pasar Klithikan Pakuncen ... 71
Gambar 15. Neon Box Papan Nama Blok Klithikan Pakuncen………. 72
Gambar 16. Papan Informasi Klithikan Pakuncen ... 72
Gambar 17. Rambu-Rambu Klithikan Pakuncen ... 72
Gambar 18. Neon Box Matahari Singosaren Plasa ... 73
Gambar 19. Website MCC ... 74
Gambar 20. Banner MCC ... 74
Gambar 21. Iklan Surat Kabar MCC ... 75
Gambar 22. Anatomi Elemen Logo Klithikan Notoharjo ... 90
Gambar 23. Proses Penciptaan Logogram Klithikan Notoharjo ... 91
Gambar 24. Logo Pemkot Solo ... 96
commit to user
xvi
Gambar 26. Kartu Nama ... 106
Gambar 27. Kop Surat ... 107
Gambar 28. Amplop ... 108
Gambar 29. Billboard Vertikal dan Media Placement-nya ... 109
Gambar 30. Billboard Horisontal dan Media Placement-nya ... 110
Gambar 31. Surat Kabar dan Media Placement-nya ... 112
Gambar 32. Stand Banner ... 114
Gambar 33. Konstruksi Stand Banner dan Media Placement-nya ... 115
Gambar 34. Branding Mobile ... 117
Gambar 35. Papper Bag ... 118
Gambar 36. Konstruksi Papper Bag ... 119
Gambar 37. Karcis Parkir ... 120
Gambar 38. Penunjuk Arah dan Konstruksinya ... 121
Gambar 39. Media Placement Penunjuk Arah ... 122
Gambar 40. Papan Informasi ... 123
Gambar 41. Konstruksi Papan Informasi dan Media Placement-nya ... 124
Gambar 42. Papan Nama Pasar Klithikan Notoharjo ... 125
Gambar 43. Konstruksi Papan Nama Pasar Klithikan Notoharjo ... 126
Gambar 44. Media Placement Papan Nama Pasar Klithikan Notoharjo ... 127
Gambar 45. Papan Nama Kios dan Media Placement-nya ... 128
commit to user
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Runtuhnya Orde Baru ditandai oleh merosotnya kepercayaan rakyat
Indonesia terhadap presiden yang berkuasa pada saat itu karena telah memerintah
secara otoriter, menyalahgunakan kekuasaan untuk memperkaya diri dan
melanggengkan kekuasaan dengan praktek KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme),
hingga menyebabkan Bangsa Indonesia jatuh ke dalam situasi krisis moneter.
Krisis moneter membawa dampak buruk bagi perekonomian Indonesia.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga-harga
membumbung tinggi. Bahan-bahan pokok keperluan hidup sehari-hari bukan saja
mahal harganya tetapi sulit didapatkan di pasar. Rakyat kecil adalah bagian
terbesar yang menanggung derita paling parah akibat krisis tersebut. Penderitaan
rakyat makin dirasakan dengan maraknya kasus pemutusan hubungan kerja oleh
perusahaan dan pabrik-pabrik kepada karyawannya, membuat sebagian penduduk
tidak memperoleh mata pencaharian.
Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia memaksa sebagiaan besar
penduduk harus ikut menciptakan sumber pendapatan mereka sendiri. Upaya
sebagian penduduk menghasilkan pertumbuhan cepat yang disebut pedagang kaki
lima (PKL). PKL yang tidak menuntut jenjang pendidikan formal yang tinggi
dianggap sebagian masyarakat sebagai sektor yang mampu menyerap angkatan
kerja pengangguran ditengah krisis dalam waku relatif singkat PKL menjamur di
kota-kota Indonesia.
Surakarta sebagai kota perdagangan yang ramai dikunjungi masyarakat
bisnis dan konsumen yang berlalu-lalang datang dan pergi dengan kesibukan
kegiatan ekonominya, menjadikan PKL tumbuh sangat subur di kota tersebut.
Berbagai tempat strategis di kota Surakarta digunakan pedagang kaki lima secara
liar untuk berdagang. Tempat-tempat yang dahulu dilarang untuk berjualan seperti
pinggir jalan, jalur lambat, trotoar-trotar jalan dan taman-taman kota dijadikan
commit to user
menimbulkan dampak negatif, seperti: gangguan lalulintas, gangguan
keseimbangan hubungan sosial, penurunan kualitas lingkungan dan gangguan
ketertiban umum, sehingga menyebabkan kota Surakarta semakin tampak
semrawut, kumuh dan tidak tertib.
Terkait dengan visi pengembangan kota Surakarta yang akomoditif
terhadap iklim investasi, keberadaan PKL di kota Surakarta secara liar jelas tidak
mendukung visi tersebut, karena untuk menciptakan iklim investasi haruslah
didukung dengan tatanan lingkungan yang aman, tertib, rapi, bersih, sehat serta
adanya kepastian hukum dalam berusaha, sehingga para investor tidak enggan
menanamkan modal usahanya di kota Solo. Maka dari itu Pemerintah Kota
Surakarta menempatkan masalah penataan pedagang kaki lima sebagai prioritas
paling utama yang harus segera dilaksanakan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Surakarta 2005-2010 (Solopos, 30 Agustus 2006).
Program penataan PKL dimulai Pemerintah Kota Surakarta dari kawasan
Monumen ’45 Banjarsari yang merupakan basis hunian PKL terbesar di kota
Surakarta. Berdasarkan data dari Kantor PKL Surakarta, jumlah PKL di kawasan
Monumen ’45 Banjarsari dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah PKL di Kawasan Monumen ’45 Banjarsari
No Lokasi Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 Jl. Tarakan
Jl. Raden Saleh
Jl. Samsurizal
Jl. Trenggono
Jl. Tanibar
Jl. Nias dan Jl Samsurizal Barat
Monumen ’45 bagian tengah
Stabelan
80 orang
38 orang
41 orang
34 orang
37 orang
92 orang
172 orang
495 orang
Jumlah 989 orang
commit to user
Banjarsari dilakukan dengan cara yang manusiawi dan bertanggungjawab, yaitu
dilakukan dengan menggunakan konsep ekonomi kerakyatan. PKL tidak dilihat
sebagai “momok” melainkan sebagai sebuah potensi ekonomi yang perlu
diberdayakan. Langkah terbaik yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta untuk
memberdayakan PKL adalah dengan cara relokasi (pemindahan) PKL ke wilayah
kecamatan Semanggi dan membangunkan pasar sebagai tempat mereka
berdagang.
Program Pemerintah Kota Surakarta dalam pembangunan pasar di wilayah
Semanggiuntuk memberdayakan PKL disambut positif oleh para PKL, sehingga
pada tanggal 23 juli 2006 berhasil dilaksanakan relokasi PKL dari kawasan
Monumen ‘45 Banjarsari ke pasar baru yang diberi nama ”pasar Klithikan
Notoharjo”. Relokasi PKL tersebut dilaksanakan dengan prosesi kirab budaya
bernuansa Jawa, melibatkan para pejabat Pemerintah Kota Surakarta diikuti oleh
seluruh PKL dan disaksikan oleh warga kota Surakarta.
Para PKL Setelah menempati pasar Klithikan Notoharjo Semanggi sudah
tidak lagi menyandang statusnya sebagai pedagang kaki lima namun berubah
menjadi pedagang pasar seperti pada umumnya (saudagar pasar), karena
Pemerintah Kota Surakarta telah memberikan secara gratis kepada para PKL Surat
Hak Penempatan (SHP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) dan Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP) kepada para PKL
sebagai legalisasi atau syarat untuk menempati pasar Klithikan Notoharjo yang
sah.
Atas keberhasilan Pemerintah Kota Surakarta dalam memindahkan PKL
kawasan Monumen ‘45 Banjarsari ke pasar Klithikan Notoharjo Semanggi,
Walikota Surakarta Ir. Joko Widodo sebagai pemrakarsa pemindahan tersebut
mendapatkan setifikat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI)
dengan kategori ”perpindahan komunitas PKL dengan jumlah terbanyak tanpa
menimbulkan konflik yang dilakukan dengan Kirab Budaya.
Berbagai pujianpun diberikan kepada Walikota Joko Widodo atas
commit to user
Jawa Tengah Mardiyanto dan Menteri Koperasi Suryadarma Ali yang menyatakan
bahwa program penataan dan penertiban PKL di sekitar Monumen Banjarsari
dengan cara relokasi ke pasar Klithikan Notoharjo merupakan solusi yang tepat.
Apa yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta tersebut dapat menjadi contoh
positif dalam penanganan PKL di Indonesia.
Kepopuleran walikota Surakarta Joko Widodo sejak saat itu memang terus
meningkat, namun sayangnya hal itu tidak terjadi juga dengan kondisi
perkembangan pengoperasian pasar Klithikan Notoharjo. Pada awal
pengoperasiannya, pasar Klithikan Notoharjo mengalami masalah sepinya
pengunjung yang datang ke pasar tersebut. Keadaan tersebut mengakibatkan para
pedagang pasar Klithikan Notoharjo mengalami penurunan pendapatan yang
drastis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanung Widhieatmaka pada
tahun 2007, perpindahan pasar dari kawasan Monumen “45 Banjarsari ke pasar
Klithikan Notoharjo Semanggi berpengaruh terhadap hasil pendapatan yang
mereka peroleh, yang mana pendapatan mereka rata-rata turun hampir 50 persen
seperti yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 2. Perbandingan Tingkat Pendapatan di Pasar Lama dan di Pasar Baru Dari 55 Pedagang
Pendapatan Pedagang Pasar Lama Pasar Bru
Rata-rata
pendapatan kotor
selama 1 hari
Perpedagang Rp.
170.000,00
Rp.
65.000,00
Keseluruhan Rp.
215.000,00
Rp.
120.000,00
Pendapatan Bersih Rp.
35.000,00
Rp.
17.000,00
Rata-rata
pendapatan kotor
selama 1 minggu
Perpedagang Rp.
775.000,00
Rp.
455.000,00
Keseluruhan Rp.
915.000,00
Rp.
commit to user
190.000,00 90.000,00
Rata-rata
pendapatan kotor
selama 1 Bulan
Perpedagang Rp.
1.850.000,00
Rp.
775.000,00
Keseluruhan Rp.
1.900.000,00
Rp.
815.000,00
Pendapatan Bersih Rp.
420.000,00
Rp.
225.000,00
(Sumber : Hanung Widhieatmaka, 2007 : 43)
Rendahnya pendapatan yang diperoleh sebagian besar pedagang pasar
Klithikan Notoharjo membuat mereka sulit bertahan berdagang di pasar tersebut.
Berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Surakarta pada tanggal 25
September 2008 atau selama dua tahun lebih sejak pengoperasian pasar Klithikan
Notoharjo, dari 1.005 total kios yang ada terdapat sebanyak 98 unit kios tutup,
893 kios rutin dibuka, sementara 50 unit dalam kondisi buka tutup, sedangkan
yang dicabut sebanyak 25 kios
diakses 1 Agustus 2008
Belum membaiknya pengoperasian pasar Klithikan Notoharjo juga
ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah pedagang yang menunggak pembayaran
retribusi pasar. Mereka terpaksa menunggak membayar retribusi karena minimnya
pendapatan yang diperoleh. Berdasarkan data yang berasal dari kantor pasar
Klithikan Notoharjo pada tanggal 11 Desember 2008 jumlah pedagang yang
menunggak membayar retribusi mencapai jumlah 104 pedagang sedangkan di
tahun 2010 sampai bulan April yang menunggak berjumlah 50 pedagang. Para
pedagang pasar Klithikan Notoharjo mengaku terpaksa menunggak membayar
retribusi karena memang hasil pendapatan yang ia peroleh terlalu sedikit atau
pas-pasan tidak mencukupi kebutuhan, bahkan ada yang harus rela menombok. Sesuai
dengan peraturan, bagi pedagang yang tidak dapat melunasi hingga waktu yang
telah ditentukan setelah mendapat surat peringatan kios yang mereka tempati
terpaksa disegel.
commit to user
Notoharjo menunjukkan minimnya pengunjung yang datang ke pasar tersebut.
Minimya pengunjung pasar Klithikan Notoharjo dapat ditunjukkan dari jumlah
pengguna parkir di pasar Klithikan Notoharjo sebagaimana data yang penulis
ambil dalam dua periode yaitu di tahun 2008 dan tahun 2010 dengan sampel
masing-masing selama 7 hari saat beroperasinya pasar Klithikan Notoharjo.
Adapun hasil pengambilan data jumlah pengguna parkir tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Data Jumlah Pengguna Parkir Pasar Klithikan Notoharjo Tahun 2008
No Hari Tgl Jumlah Karcis Parkir
1 Minggu 28-12-2008 1200
2 Senis 29-12-2008 1000
3 Selasa 30-12-2008 800
4 Rabu 31-12-2008 800
5 Kamis 01-01-2008 900
6 Jum’at 02-01-2008 900
7 Sabtu 03-01-2008 1000
Jumlah = 6600 Rata-rata perhari adalah 6600 : 7 = 943
(Sumber : Arsip, 2008)
Tabel 4. Data Jumlah Pengguna Parkir Pasar Klithikan Notoharjo Tahun 2010
No Hari Tgl Jumlah Karcis Parkir
1 Rabu 28-05-2010 914
2 Kamis 29-05-2010 891
3 Jum’at 30-05-2010 1200
4 Sabtu 31-05-2010 857
5 Minggu 01-06-2010 915
6 Senis 02-06-2010 1017
7 Selasa 03-06-2010 1028
Jumlah = 6822 Rata-rata perhari adalah 6822 : 7 = 975
commit to user
berlangsung terus menerus akan menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi
pedagang pasar Klithikan Notoharjo Semanggi maupun bagi Pemerintah Kota
Solo. Bukan tidak mungkin para pedagang akan meninggalkan tempat tersebut
dan memilih kembali berdagang di pinggir jalan sehingga pembangunan pasar
Klithikan Notoharjo Semanggi yang mengeluarkan biaya yang sangat besar akan
menjadi sia-sia.`Oleh karena itu sebagai salah satu solusi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan mempromosikan
kembali pasarKlithikan Notoharjo Semanggi.
Atas latar belakang tersebut diatas, penulis bermaksud untuk menyusun
suatu perancangan desain komunikasi visual yang dapat digunakan sebagai sarana
penunjang promosi untuk pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang selanjutnya
penulis angkat sebagai proyek tugas akhir.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah, permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan promosi pasar Klithikan Notoharjo Semanggi dirumuskan
sebagai berikut :
a. Bagaimana merancang desain komumikasi visual sebagai sarana penunjang
promosi pasar Klithikan Notoharjo Semanggi agar dapat meningkatkan jumlah
pengunjung pasarKlithikan Notoharjo Semanggi dan membangun citra pasar
Klithikan Notoharjo Semanggi yang lebih baik ?
b. Bagaimana memvisualisasikan desain komunikasi visual ke dalam media
promosi ?
c. Bagaimana memilih dan merancang penempatan media komunikasi visual
commit to user
Tabel 5. Batasan Ruang Lingkup Perancangan
Kategori Spesifikasi Karakteristik
Lambang Logo
Mencerminkan citra atau karakter khas
pasar Klithikan Notoharjo.
Sign system
Peunjuk Arah
Berbentuk papan dengan gambar tanda
panah arah ke Klithikan Notoharjo.
Papan Informasi
Berupa papan bertiang bertuliskan jenis
dagangan sebagai petunjuk lokasi kios.
Papan Nama Pasar
Berbentuk gapura 3D, dengan papan
nama satu sisi.
Papan Nama Kios
Berbentuk papan , bertuliskan nama
atau identitas kios
Stationary Kop surat, amplop. Bersifat 2D, dibuat dari kertas, Full cour
Media promosi
Iklan surat kabar Full colour, 2D, di surat kabar Solopos, Joglosemar dan Suara Merdeka.
Billboard Full colour, 2D.
Mobile Branding
Sticker, digital printing, full colour ,
merupakan iklan berjalan.
Stand Banner Full colour, 2D, digital printing
Paper bag Full colour, 3D, digital printing
Karcis Full colour, 2D, digital printing
commit to user
Adapun tujuan dari strategi promosi dan periklanan Pasar Klithikan
Notoharjo Semanggi adalah kurang lebih dari jawaban rumusan masalah yang
diutarakan diatas, yakni :
a. Merancang desain komumikasi visual sebagai sarana penunjang promosi pasar
Klithikan Notoharjo Semanggi yang menarik dan komunikatif.
b. Memvisualisasikan desain komunikasi visual sebagai media promosi.
c. Memilih dan merancang penempatan media komunikasi visual yang efektif
dan tepat sasaran.
E. Manfaat Perancangan
Perancangan desain komunkasi visual sebagai promosi pasar Klithikan
Notoharjo Surakarta mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Praktis
1. Menjadikan pasar Klithikan Notoharjo Semanggi lebih dikenal oleh
masyarakat luas dengan citra yang lebih baik.
2. Menjadikan pasar Klithikan Notoharjo Semanggi lebih banyak dikunjungi
konsumen.
3. Menjadikan pedagang pasar Klithikan Notoharjo Semanggi memperoleh
laba penjualan yang lebih banyak sehingga mereka tetap berdagang di
pasar Klithikan Notoharjo Semanggi.
b. Manfaat Teoritis
1. Menambah khasanah ilmu bagi dunia pendidikan yang dapat dipakai
sebagai bahan acuan bagi mahasiswa dalam menyusun perancangan tugas
akhir yang sejenis.
2. Perancangan ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempromosikan
commit to user
1. Metode Pengumpulan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi serta megingat begitu terbatasnya waktu, biaya, tenaga
dan begitu besar atau banyaknya sumber data maka penulis memutuskan untuk
menggunakan teknik cuplikan (sampling). Adapun penjelasan mengenai
metode-metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut : Data
a. Cuplikan (Sampling)
Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus proses bagi pemusatan
atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Cuplikan
berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang akan
digunakan dalam penelitian. ( HB. Sutopo, 2002 : 55-56).
Jenis teknik cuplikan yang dipilih penulis adalah ”purposive sampling”.
Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang penting yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti (HB. Sutopo, 2002 : 36).
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan
atau perilaku obyek sasaran (Abdurrahmat Fathoni, 2006 : 104).
Observasi dilakukan penulis dengan pengamatan langsung ke lokasi
pasar Klithikan Notoharjo Semanggi untuk memperoleh data tentang kondisi
pasar yang meliputi, kondisi bangunan, fasilitas, perilaku pedagang dan
pembeli, jenis barang dagangan dan lingkungan pasar Klithikan Notoharjo
Semanggi sekitar. Hasil observasi kemudian dicatat penulis untuk
memperkaya referensi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar penyusunan
promosi pasar Klithikan Notoharjo.
Observasi juga dilakukan penulis dengan menggunakan instrumen
observasi berupa kamera. Oleh karena itu dalam hal ini jenis observasi yang
dilakukan penulis tersebut adalah sejenis observasi sistematis. Observasi yang
commit to user
iklan.
Adapun yang menjadi obyek observasi yang dilakukan penulis kurang
lebih sebagai berikut: bagian depan atau pintu gerbang pasar, kios atau tempat
berdagang pedagang dengan pembatasan minimal satu kios untuk tiap jenis
kelompok pedagang, pedagang dan pengunjung pasar dengan pembatasan di
satu kios pedagang dan lokasi fasilitas-fasilitas yang dimiliki pasar dan lokasi
kantor.
c. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak
yang mewawancarai dan jawaban datang diberikan oleh yang diwawancara
(Abdurrahmat Fathoni, 2006 : 105).
Wanwancara dilakukan untuk menggali informasi atau data yang lebih
mendalam tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan pasar Klithikan
Notoharjo, yaitu mengenai segmentasi pasar, target audience pasar dan
usaha-usaha yang pernah dilakukan untuk mengembangkan pasar Klithikan
Notoharjo Semanggi. Wawancara tersebut dilakukan kepada petugas
pengelola pasar, pengurus paguyuban pedagang, para pedagang dan
pengunjung pasarKlithikan Notoharjo Semanggi. Wanwancara juga dilakukan
untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai pasar Klithikan Notoharjo.
d. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah-majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006 : 158).
Dalam pengumpulan data dengan Metode dokumentasi ini penulis
mengambil dokumen berupa photo-photo, surat kabar dan media promosi
yang pernah dirancang dan arsip-arsip mengenai daftar jumlah pedagang
commit to user
penyusunan promosi pasar KlithikanNotoharjo Semanggi.
2. Metode
a. Metode Analisis Kualitatif
Analisis
Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis dalam hal ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berwujud kata-kata dalam kalimat atau
gambar-gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka-angka atau
jumlah (H.B Sutopo, 1988 : 10). Metode ini dipilih karena lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, dapat menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden dan lebih peka
serta lebih menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
b. Metode Analisis SWOT
Metode Analisis SWOT dimaksudkan untuk memeriksan dan
mennginventarisasi sebanyak mungkin kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), kesempatan (oportunities) dan ancaman (threat) yang dimiliki
pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk menemukan solusi untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi di pasar Klithikan Notoharjo Semanggi.
Metode analisis SWOT dirumuskan menjadi 4 (empat) elemen. Dua
elemen pertama, kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) adalah faktor
yang datang secara internal dari pasar Klithikan Notoharjo Semanggi.
Faktor-faktor tersebut diantaranya meliputi fasilitas pasar, produk pasar, kondisi
lokasi, penggunaan teknologi dan pelayanan terhadap konsumen. Dua elemen
yang lain, kesempatan (opportunity) dan ancaman (threats) adalah faktor yang
datang dari luar (eksternal) pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang
diantaranya meliputi aspek ekonomi, kebijakan politik seputar pembagunan
pengembangan pasar, kondisi lingkungan dan masyarakat sosial sekitar pasar,
commit to user
Bagan Prosedur Perancangan
Gambar 1. Bagan Prosedur Perancangan Latar Belakang
Perumusan Masalah
Ruang Lingkup Perancangan
Konsep tentang Bentuk/ Karakter
Penyusunan Konsep Perancangan
Konsep Tentang Isi Pesan
Pengembangan Perancangan Visual
Thumbnail
Final Design Pengumpulan dan
Analisis Data
Tujuan Perancangan Metode Perancangan
commit to user
BAB II
LANDASAN PERANCANGAN
A. Kajian Teori
1. Desain Komunikasi
Garis memberikan arah dalam karya desain. Garis dapat memberikan kesan
gerak, tenang, tergantung, pemanfaatannya dalam desain. Kesan memanjang
atau melebar dapat diberikan melalui penampilan garis, tergantung
perletakannya pada desain. Kesan ini berkaitan dengan efek psikologis yang
ditimbulkannya. Unsur garis dapat membentuk gambar dua dimensi yang Visual
a. Desain
Secara harfiah kata desain berasal dari bahasa Inggris “design” artinya
merencana atau merancang. Sedangkan “design” berasal dari bahasa latin
“designare” artinya memberi tanda batas.
Pemikiran tentang merancang atau mendesain telah muncul bersamaan dengan
adanya kehidupan di muka bumi, yakni ketika Adam dan Hawa diturunkan di muka
bumi. Ketika itu mereka berusaha untuk menciptakan sebuah pakaian untuk
menutup bagian yang “berbeda” dalam upaya meningkatkan derajat dan martabat
serta meningkatkan taraf hidupnya. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
desain selalu diawali dengan persoalan keinginan akan pemenuhan suatu kebutuhan.
Seiring berjalannya waktu manusia terus mempelajari dan mengembangkan
ilmu desain untuk mendesain sesuatu agar lebih sempurna sesuai dengan kebutuhan
dan kepuasan. Akhirnya teori-teori desainpun diperkenalkan oleh para ilmuwan
untuk kepentingan pendidikan.
Berikut adalah teori desain menurut Margana (2000 : 12-30) :
1. Unsur-unsur desain
a. Garis
commit to user
disebut bentuk kontur atau shape. Selanjutnya dapat berkembang membentuk
tiga dimensi yang disebut bentuk massa.
b. Bidang
Bidang dalam desain terbentuk oleh pemakaian garis, warna, dan lain-lain.
Pemanfaatan bidang dapat terdiri atas satu atau lebih kombinasi unsur-unsur
desain yang telah disebutkan di atas.
c. Bentuk
Bentuk merupakan penggambaran sesuatu obyek yang dapat terlihat oleh mata
kemudian kesannya dipindahkan pada bidang gambar melalui torehan, garis
warna dan lain-lain.
d. Warna
Warna dalam desain mempunyai tempat khusus terutama dalam kaitannya
dengan efek psikologis yang ditimbulkannya pada makhluk hidup terutama
manusia. Warna dapat menimbulkan kesan rasa hangat, dingin, atau
merupakan peringatan terhadap. Sesuatu bahaya. Warna bahan dapat
dikelompokkan menjadi: Warna pokok (primer), merah, kuning, biru. Warna
sekunder: jingga (orange), hijau, violet (ungu) dan warna tertier yaitu
campuran antara warna primer dengan warna sekunder.
e. Tekstur
Tekstur yaitu kualitas permukaan dari suatu benda. Kualitasnya tidak semata
dirasakan melalui rabaan, tetapi juga kejelasan (visual) memiliki kualitas taktil
(tactile quality)
f. Nada gelap terang
Gelap terang (light and shade) merupakan unsur desain yang perlu
dipertimbangkan dalam berbagai desain. Hal ini sangat penting terutama
dalam desain yang berkaitan dengan lingkungan, baik itu benda dalam
lingkungan atau lingkungannya sendiri. Dalam hal ini faktor pencahayaan
commit to user
2. Prinsip-prinsip desain
a. Proporsi dan perbandingan (proportion and scale)
Proporsi dan skala menunjukkan hubungan antara ukuran-ukuran bidang
dalam layout keseluruhan. Hal ini berkaitan dengan perbandingan satu
bagian terhadap keseluruhan atau satu bagian dengan bagian yang lainnya.
b. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan merupakan kualitas dalam suatu ruang dan member rasa
tenang. Hal ini berhubungandengan kesan berat pada penglihatan. Dalam
menyusun benda atau menyusun unsur rupa. Faktor keseimbangan sangat
menentukan nilai artistic dari sebuah komposisi yang dibuat. Oleh karena
itu, penerapan keseimbangan diperlukan kepekaan perasaaan dari seorang
perancang.
c. Irama (ritme)
Irama adalah “gerak” atau “getaran” atau “denyut” yang beraturan. Untuk
lebih jelasnya irama merupakan untaian kesan gerak yang ditimbulkan oleh
unsure-unsur rupa yang dipadukan secara berdampingan dan secara
keseluruhan dalam suatu komposisi.
d. Penekanan, penguatan atau aksentuasi (emphasis)
Dalam desai, emphasis merupakan penarik perhatian atau pusat perhatian
(focus of interest). Penarik perhatian dapat berupa suatu unsur atau
kelompok unsur seperti bentuk, warna, garis dan lain-lain. Agar menjadi
pusat perhatian, unsure-unsur rupa tersebut dapat diubah warnanya,
ukurannya maupun cara meletakkannya.
e. Kesatuan atau keselarasan (unity/harmony)
Desain yang tidak mempunyai unsur pemersatu akan terlihat kacau, tetapi
tanpa keragaman (variety) juga menimbulkan desain menjadi kurang
menarik. Oleh karena unsur-unsur harus disusun secara menyatu agar
commit to user
elemennya sehingga terjelma sebuah bentuk karya desain yang menarik dan
memiliki makna.
b. Komunikasi
Menurut Kismiaji, kata komunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari
komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu
media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris
communication yang diambil dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama”
(dalam Bahasa Inggris: common). Kemudian komunikasi dianggap sebagai proses
menciptakan suatau kesamaan (commonness) atau suatau kesatuan
pemikiran antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan)
).
Sedang menurut A Kurnia dan Edi Sudadi (1998 : 3) Istilah komunikasi berasal
dari bahasa latin “communicare” yang artinya memberitahukan, berpartisipasi,
menjadikan milik bersama. Sehingga dengan demikian komunikasi mengandung
maksud memberitahukan dan menyebar informasi, berita, pesan, ide-ide, nilai-nilai
untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik
bersama (commoness).
Menurut Freddy Adiono Basuki dalam Pujiriyanto (2002 : 13), communication
atau komunikasi diartikan sebagai cara penyampaian pesan yang diwujudkan dalam
bentuk lambang-lambang sebagai paduan pikiran dan perasaan yang berupa ide,
gagasan yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung/tatap
muka maupun tidak langsung melalui media dengaan tujuan mengubah sikap atau
perilaku.
Adapun pengertian komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung
menurut Edward Sapir dalam A Kurnia dan Edi Sudadi (1998 : 3-4) yang membagi
commit to user
1. Komunikasi langsung
Adalah komunikasi yang tidak menggunakan alat (media). Disebut pula dengan
istilah proses primer. Komunikasi ini berbentuk bahasa, gerakkan-gerakan yang
mempunyai arti khusus, aba-aba dan sebagainya.
2. Komunikasi tidak langsung
Adalah komunikasi yang menggunakan alat (media). Disebut juga proses
skunder. Dalam kegiatan proses skunder ini orang menggunakan mekanisme
untuk melipatgandakan jumlah penerima pesan ataupu untuk menghadapi
hambatan-hambatan seperti misalnya hambatan geografis dan sebagainya.
Komunikasi memiliki beberapa unsur, menurut B. Audrey Fisher unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Komunikator
Komunikator adalah individu atau kelompok yang mengambil prakarsa dalam
mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain yang menjadi
sasarannya.
b. Komunikan
Komunikan adalah obyek sasaran dari kegiatan komunikasi, yaitu pesan-pesan
yang disampaikan oleh komunikator akan diterima oleh sasarannya, yaitu
komunikan.
c. Message
Unsur ini merupakan inti/ perumusan tujuan dan maksud dari komunikator
kepada komunikan. Unsur ini sangat menentukan dalam tercapainya kondisi
sukses suatu komunikasi. Message harus menyarankan sesuatu jalan untuk
memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran
pada saat ia digerakkan untuk memberikan respon yang dikehendaki.
d. Feedback
Feedback adalah arus umpan balik dalam rangka proses komunikasi. Di mana
arus umpan balik ini selalu diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang
commit to user
Di dalam proses komunikasi, feedback juga merupakan unsur yang penting,
karena memberikan kepada komunikator suatu informasi tentang bagaimana
komunikasi menginterpretasikan pesan yang diterimanya.
Menurut Teguh Meinanda feedback terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Zero feedback
Yaitu feedback yang diterima komunikator dari komunikan, dimana komunikator
tidak dapat mengerti tentang apa yang dimaksud komunikan.
2. Positive feedback
Yaitu pesan yang dikembalikan komunikan kepada komunikator dapat
dimengerti dan mencapai persetujuan. Komunikan bersedia berpartisipasi
memenuhi ajakan seperti yang termuat dalam pesan yang diterimanya.
3. Neutral feedback
Yaitu feedback yang tidak memihak, artinya pesan yang dikembalikan oleh
komunikan kepada komunikator tidaklah relevan atau tidak ada hubungannya
dengan pesan atau masalah yang disampaikan komunikator kepada komunikan.
4. Negative feedback
Yaitu pesan yang dikembalikan oleh komunikan kepada komunikator tidaklah
mendukung (menentang), yang berarti terjadi kritikan dan kemarahan.
Dalam dunia Desain Komunikasi Visual juga menggunakan komunikasi untuk
menyampaikan pesan kepada khalayak. Dimana merupakan suatu tantangan
tersendiri dalam mengkomunikasikan suatu pesan dengan media periklanan yang
digunakan. Perancangan komunikasi visual / desain adalah suatu solusi yang tepat
dan salah satu sarana komunikasi yang efektif dalam proses dan kegiatan
berkomunikasi.
Agar komunikasi berhasil yakni dimengerti dan dapat merubah sikap, pendapat
dan tingkah laku orang lain, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bahasa
Merupakan alat menerangkan dan mengungkapkan isi pesan yang akan
commit to user
Penguasaan bahasa yang baik akan mampu meningkatkan pemahaman khalayak
(kapasitas untuk mengerti dan menerima apa yang diungkapkan) dan mengingat
(kemampuan untuk memanggil kembalidan menyusun kembali pikiran, konsep
atau informasi setelah periode tertentu) bukan memperhatikan dengan bahasa
apa komunikator berkomunikasi. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika
menggunakan bahasa komunikan atau khalayak.
2. Kerangka referensi (frame reference)
Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan kepada komunikan
cocok atau sesuai dengan kerangka referensinya. Kerangka seseorang terbentuk
sebagai hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, sikap hidup, kesenangan,
cita-cita dan sebagainya.
c. Visual
Pengertian visual dalam kamus bahasa Inggris karya S. Wojowasito dan Tito
wasito W, kata visual diartikan sebagai: berdasarkan penglihatan; dapat dilihat;
kelihatan. Sedangaka menurut KBBI penerbit Balai Pustaka, kata visual diartikan:
dapat dilihat dengan indera penglihatan (mata); berdasarkan penglihatan.
Menurut A Kurnia dan Edi Sudadi (1998 : 3-4), yang dimaksud dengan visual
ialah hal-hal yang berhubungan dengan penglihatan (visi). Jadi berhubungan dengan
fungsi indera mata.
d. Desain Komunkasi Visual ( Desain Grafis)
Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa
komunikasi visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau
komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau
kelompok lainnya. Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang
disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan,
commit to user
Pada prinsipnya desain komunikasi visual adalah perancangan untuk
menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, berupa
bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat, terpola dan terpadu serta
estetis, melalui media tertentu sehingga dapat mengubah sikap positif sasaran.
Elemen desain komunikasi visual adalah gambar/foto, huruf, warna dan tata letak
dalam berbagai media. baik media cetak, massa, elektronika maupun audio visual.
Desain Komunikasi Visual, yang awalnya dikenal dengan istilah Desain Grafis,
karena berawal dari seni grafis dan cetak. Namun seiring dengan perkembangan
media dan teknologi, istilah desain komunikasi visual lebih tepat untuk
memperluas cakupan ilmu dan wilayah kerja desainer grafis (A Kurnia dan Edi
Sudadi (1998 : 3-4
Di lingkup kerja professional, proses desain diawali dengan mempelajari apa
yang masalah klien, untuk kemudian memberikan solusi yang dibutuhkan. Setiap
proses dibuat dengan memvisualisasikan solusi-solusi tersebut. Dalam desain
komunikasi visual, output yang dihasilkan diharapkan dapat menyampaikan pesan
kepada audience tertentu, yang akan merespon pesan tersebut sesuai dengan tujuan
desainer
).
Hal yang mempunyai maksud sama seperti diungkapkan Pujiriyanto (2002 :
11), bahwa desain grafis biasa juga disebut dengan istilah desain komunikasi visual,
dengan wilayah jelajah sangat luas, mulai dari perencanaan cover buku fiksi dan
nonfiksi berikut layout halaman isi, majalah, koran, tabloid, cover kaset, CD, VCD,
kalender, brosur, leaflet, katalog pameran, stationary, administration and sales kit,
sign system, web design, logo, corporate identity, peta lokasi, brandname, kemasan,
poster, chart, pembuatan berbagai ilustrasi hand drawing dan airbrush, serta
banyak lagi ragamnya.
e. Proses desain
commit to user
Berikut ini adalah proses perancangan desain komunikasi visual:
1. Merumuskan masalah dan menentukan pemecahan masalah
a. Pesan apa yang hendak disampaikan?
b. Kepada siapa pesan disampaikan?
c. Bagaimanakah pesan disampaikan?
d. Berapa budget yang dibutuhkan?
2. Melakukan riset
a. Riset subyek yang akan didesain, berkaitan dengan atribut subyek,
komparator maupun kompetitor.
b. Riset target komunikasi, berkaitan dengan demografis, psikografis, dan
geografis.
c. Dengan memahami subyek sebagai komunikator dan target komunikasi,
seorang desainer akan menemukan variabel-variabel yang akan digunakan
sebagai acuan strategi komunikasi visual.
3. Brainstroming Ide
Pada tahap ini, seorang desainer mengolah data yang didapat pada tahap 2,
sebagai materi untuk mendefinisikan keyword, yang kemudian dikembangkan
menjadi konsep visual.
Dimulai dengan ide-ide verbal yang kemudian dikembangkan menjadi ide-ide
visual dalam bentuk sketsa thumbnail, dan tahap berikutnya menjadi tight tissue
(comprehensive).
a. Thumbnail
Adalah gambar dari desainer secara garis besar dan kasar untuk
menvisualkan pendekatan layout tanpa detil yang menghabiskan waktu
commit to user
b. Tight tissue (comprehensive)
Tight tissue adalah suatu bentuk visual dari ide pemikiran desainer yang
akan dipresentasikan kepada klien. Tight tissue hampir sama persis dengan
hasil akhir. Sebuah Tight tissue harus:
1. Jelas arah desainnya
2. Jelas layout dan komposisinya.
3. Mengikutsertakan gambaran image yang akan disertakan.
4. Berdiri sendiri tanpa memerlukan penjelasan dari sang desainer
Tight tissue menawarkan sebuah jawaban atau solusi terhadap masalah
desain yang dihadapi. Oleh karena itu sangatlah penting dalam
mempersiapkan Tight tissue sebaik mungkin dan se-representatif mungkin
sehingga benar-benar dapat dimengerti oleh klien
4. Menganalisa ide, menyesuaikan dengan tujuan desain
).
Proses menganalisa adalah melalui presentasi ide-ide yang telah dikembangkan.
Bisa melalui presentasi didalam kelas, atau melalui proses asistensi dengan
pembimbing. Dengan ini, akan terseleksi mana ide yang paling mendekati untuk
memecahkan masalah.
5. Mengimplementasikan desain
Desain komprehensif terpilih dieksekusi dalam bentuk prototype atau mock-up.
2. Media
Untuk mewujudkan suatu iklan yang dapat disaksikan ataupun didengar oleh
masyarakat luas, maka suatu proses periklanan memerlukan adanya suatu media yang
dapat menyampaikan “keberadaan” iklan tersebut. Media periklanan sendiri dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni media lini atas (above the line) dan media lini
commit to user
a. Media lini atas
Merupakan media yang cenderung menjadi media primer, antara lain : iklan-iklan
yang dimuat dalam media cetak (koran, majalah, tabloid,dll), media elektronik
(televisi, radio, bioskop,dll) serta media luar ruang seperti billboard dan angkutan.
b. Media lini bawah
Merupakan media yang cenderung hanya mejadi media sekunder/pelengkap yang
antar lain terdiri dari direct mail, pameran, point of sale display material (poster,
banner, dll), kalender, agenda, gantungan kunci atau tanda mata.
3. Sign System
Tantangan untuk membuat sistem tanda adalah membuatnya dengan sederhana
namun dapat berbicara menyampaikan pesannya. Dapat berbicara lintas budaya
dengan kata lain sistem tanda harus mampu dimengerti oleh manusia dari latar
budaya yang berbeda.
a. Sejarah Sign System
Sign system muncul sejak ribuan tahun yang lalu, simbol tersebut ada sejak
awal abad 20 karena pada saat itu simbol dianggap penting untuk menyamakan
persepsi di seluruh dunia agar dapat dimengerti secara universal. Pada tahun 1909,
di Paris diadakan konvensi pengguna kendaraan bermotor International yang
menghasilkan sistem tanda lalu lintas yang menunjukkan kondisi jalan berbahaya,
seperti sistem tanda untuk jalan yang berlubang, persimpangan jalan, jalan
berliku-liku, persimpangan jalan rel kereta api. Sistem itu diadopsi oleh beberapa Negara di
Eropa dan akhirnya diadopsi oleh beberapa Negara di dunia.
b. Arti Sign System
Sign Communication Design adalah desain komunikasi lingkungan yang
mengatur informasi mengenai lingkungan seperti tanda-tanda yang memudahkan
commit to user
Kategori Sign Communication Design dapat dibagi menjadi environment
(field), function (intention), and factor (media dan materials). Desain komunikasi
tanda termasuk di dalam environmental graphic design. Environmental graphic
design baru dikenal dan dirasa perlu oleh masyarakat selama kurang lebih dua
dekade, walaupun sebenarnya sign design telah menjadi tren lebih dari 80 tahun.
Environmental graphic design atau sign system adalah kumpulan dari
tanda-tanda / rambu-rambu (Signage) individual yang telah didesain untuk
mengidentifikasikan atau mengarahkan lalu lintas dan atau sebuah bangunan yang
kompleks atau berkelompok. Hal-hal yang menyangkut tanda sebagai sebuah sistem
harus berdasarkan elemen-elemen desain, seperti: bahan-bahan, bentuk-bentuk,
warna dan elemen desain lainnya.
Tanda adalah suatu bentuk dari komunikasi yang di dalam kehidupan modern
sangat diperlukan sebagai suatu sarana informasi yang efektif untuk memperlancar
kegiatan yang menyangkut masyarakat luas. Tanda-tanda tersebut seperti
rambu-rambu lalu lintas mengenai larangan, rambu-rambu peringatan, anjuran dan sebagainya.
Walaupun tanda-tanda itu sering dijumpai di jalan-jalan, namun dalam penerapan
dan penggunaannya tidak terbatas hanya di jalan-jalan saja, hal tersebut dapat
diaplikasikan di dalam gedung, toko-toko, rumah sakit, tempat hiburan, dan
sebagainya. Tanda-tanda tersebut pada dasarnya mengungkapkan makna
aturan-aturan yang merupakan standar internasional, sehingga akan mudah untuk dipahami
maksudnya oleh setiap orang di dunia. (http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/
Maret 2010
1. Tanda Petunjuk dan Informasi )
c. Jenis-jenis Tanda (Signage)
Dalam sistem komunikasi visual (Sign System), Signage mengalami
perkembangan dan terdapat lima macam dasar dari jenis-jenis Signage dengan
commit to user
Tanda ini untuk membimbing pemakainya dengan menginformasikan di mana
suatu lokasi atau benda tersebut berada, juga disaat kantor-kantor atau toko-toko
yang sedang buka atau tutup, dan informasi-informasi lainnya.
2. Tanda Petunjuk Arah
Adalah tanda-tanda yang mencakup arah panah yang mampu mengarahkan
pemakainya menuju suatu tempat seperti sebuah ruangan, toko, jalan ataupun
fasilitas lain.
3. Tanda Pengenal
Tanda ini adalah suatu tanda untuk menunjukkan suatu identitas, seperti: sebuah
kantor, toko, suatu fasilitas, atau sebuah gedung.
4. Tanda Larangan dan Peringatan
Tujuan dari tanda ini adalah untuk menginformasikan kepada pemakai mengenai
apa yang tidak boleh dikerjakan atau dilarang dan untuk menginformasikan
bahwa si pemakai harus hati-hati, biasanya dinyatakan dengan simbol-simbol
atau dikombinasikan dengan kata-kata.
5. Tanda Pemberitahuan Resmi
Tanda ini menunjukkan informasi tentang pemberitahuan resmi dan agar tidak
dikacaukan dengan tanda-tanda petunjuk (orientation sign).
(http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/j
d. Faktor-faktor Penting Dalam Membuat Tanda-tanda
Tiga elemen dasar dalam membuat tanda, yaitu: informasi, teknologi, dan
material. Bagan ini menunjukkan bagaimana cara memikirkan tanda-tanda dan
bagaimana tanda-tanda tersebut berhubungan dengan sociological dan
environmental factor.
Pertama-tama saat manusia bereaksi dengan kegiatan dan benda, manusia
membutuhkan informasi dan teknologi. Informasi digunakan oleh manusia untuk
commit to user
untuk menciptakan benda. Ketika benda digunakan untuk kegiatan, mereka menjadi
material dan mengalami perubahan informasi. Simbol mengacu pada gambaran
semiotik tentang inti dari tanda-tanda. Tanda-tanda memegang hubungan penting
antara manusia, kegiatan dan benda, dengan tiga faktor ini, sign adalah basic entity.
Saat membuat tanda-tanda dari sudut pandang fungsional, elemen-elemen dasar
yang membentuk tanda tersebut adalah informasi, material dan teknologi.
Masing-masing dari elemen tersebut harus dipertimbangkan dalam hubungan khusus antara
manusia, kegiatan dan benda.(http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2006/jiunkpe
e. Fungsi Sign System
Tiga fungsi dasar dari environtental graphic design adalah: untuk membantu
para pengguna untuk menguasai suatu tempat dengan cara mengidentifikasikan,
mengarahkan, dan menginformasikan tempat yang bersangkutan ke bentuk visual.
Ada tiga macam tanda, yaitu:
1. Identifying signs
menandai area- area dan tempat-tempat khusus seperti parkir, fasilitas-fasilitas
rekreasi dan taman.
2. Directional signs
mengarahkan orang ke tempat-tempat dan area-area tadi.
3. Decorative signs
seperti flags dan banner yang tidak mengarahkan atau mengidentifikasikan
pesan-pesan, tetapi untuk mempromosikan events, seasons, holidays atau
hasil-hasil, misalnya sports victories.
Dalam beberapa jenis bisnis, outdoor sign adalah kunci untuk menarik
konsumen. Perusahaan seperti motel, restoran, dan lain-lain harus memiliki sign
yang efektif untuk menarik pelanggan yang baru pertama kali melihat. Sementara
commit to user
sangat penting, tanda-tanda tersebut harus terlihat dari jarak jauh. Hal ini termasuk
penggunaan tipografi yang terbaca dari jarak jauh.
Sebuah sign system yang baik adalah lebih dari sekedar koleksi tanda yang
diletakkan saat dibutuhkan. Tanda terlihat lebih nyata terlihat, legible, akurat dan
dapat dipercaya, didesain dengan baik, dan meletakkan informasi di tempat yang
tepat, tetap untuk membimbing, menunjukkan dan menginformasikan orang saat
mereka melewati bangunan-bangunan dan ruang-ruang. Tujuannya adalah untuk
mempresentasikan informasi secara konsisten sehingga orang dapat belajar untuk
mencari tempat yang tepat, untuk mengenalnya secara mudah dan untuk
mengikutinya dengan percaya diri.
Secara umum, manusia membutuhkan informasi saat mengambil keputusan,
dalam pintu masuk dan pintu keluar, sepanjang koridor, dan pada persimpangan,
tangga, elevator, dan lain sebagainya. Sebuah tanda yang baik menyampaikan
persoalan yang penting dalam informasi. Tanda dapat membantu orang untuk
menemukan jalan dan memutuskan dengan mudah dan menyenangkan, untuk
bergerak tanpa kebingungan dari keputusan dan keputusan, dan memperhatikan
serta mengerti seluruh tanda peraturan dan informasi tentang kondisi tertentu.
-per
f. Persyaratan atau Pedoman Membuat Tanda yang Baik
1. Copy Wording
a) Kata-kata yang digunakan untuk tanda-tanda harus benar-benar jelas, headline
dan teks harus konsisten, sesingkat mungkin, positif dan tidak abigu.
b) Sebisa mungkin hindari penggunaan singkatan.
c) Biasanya tidak menggunakan tanda baca, garis bawah, koma, titik dua.
commit to user
Huruf yang serif atau sanserif yang klasik, seperti Times atau Helvetica adalah
pilihan desain yang aman. Penggunaan bentuk huruf yang tidak biasa dan aneh
membuatnya sulit untuk dikenali dan dibaca.
3. Legibility
Artinya adalah bahwa bentuk huruf dapat dilihat dan dikenali dengan mudah. Hal
ini sangat penting dalam situasi tertentu yang membutuhkan kecepatan untuk
menangkap pesan yang ingin disampaikan, seperti petunjuk, tanda yang
mengarahkan pergerakan, seperti exit, warning, dan tanda-tanda penyelamat.
Mata harus dapat menangkap gambaran secara cepat. Hairline strokes tidak
dapat dilihat dari kejauhan dan mengurangi legibility. Bentuk di dalam huruf
harus tetap jelas. Huruf condense lebih legible daripada yang lebih lebar.
Pemilihan ketebalan-ketipisan, kekontrasan stroke dan proporsi juga penting.
Kata-kata dibaca dan dikenali sebagai satu kesatuan bentuk bukan dari bentuk
setiap hurufnya. Letterspacing harus dapat menciptakan irama visual yang
konsisten dari strokes dan spaces.
4. Colour and material
Warna adalah aspek penting dari lainnya dari desain tanda dan secara alamiah
tidak dapat dipisahkan dari material yang dipilih. Fungsi warna dalam
penandaan: warna dapat menciptakan suasana, warna dapat memberikan kesan
kesatuan atau kesan pembedaan, warna dapat mempersatukan gedung-gedung
yang berbeda ukuran, material atau gaya, dan juga dapat dapat digunakan sebagai
alat informasi dan alat pengkodean arah dan membedakan satu kategori
informasi dengan lainnya. Warna dapat memberikan kesan berat atau ringan. Dan
warna mengekspresikan karakter dari materialnya. Selain itu warna-warna
mempunyai makna-makna simbolis tertentu yang melekat padanya.
5. Size
Ukuran huruf harus sesuai dengan peran huruf dan tergantung dari lingkungan
commit to user
balanced. Ukuran huruf berhubungan dengan unsur-unsur desain lain yang telah
ada seperti warna dan bentuk huruf.
6. Positioning
Posisi huruf harus benar dalam hubungannya dengan latar belakang dan juga
orang-orang yang akan membacanya. Orang biasanya melihat tanda sebagai
bagian dari lingkungan, kecuali jika tanda menyediakan informasi yang
dibutuhkan. Tanda-tanda harus diposisikan tanpa halangan dengan menggunakan
normal field of vision dari seseorang dan sight lines.
7. Normal Field of Vision
. Area di luar
sudut ini cenderung terlihat dengan detail yang sangat kurang. Walaupun
sebenarnya orang dapat memperbesar sudut pandang penglihatan mereka dengan
menggerakkan kepala, namun kebanyakan orang cenderung menolak melakukan
usaha ini.
8. Background
Dalam penandaan, latar belakang sebuah tanda atau sistem tanda adalah tiga
dimensi dan dapat memainkan peranan penting dalam desain. Latar belakang
bisa berupa sebuah lingkungan bangunan, lingkungan pedesaan, interior atau
eksterior. Desainer harus memperhatikan faktor-faktor lingkungan seperti langit,
ruangan, cahaya, pergerakan dan sebagainya.
9. Ambient Ligthting
Ambient Ligthting dalam sebuah lingkungan adalah pertimbangan penting
lainnya. Jika Ambient Ligthting berkurang maka kekontrasan antara latar
belakang dengan copy menjadi bertambah. Hal ini bisa dicapai dengan
memberikan warna yang terang pada copy dan warna gelap untuk background.
10.Plans
Plans berskala merupakan perlengkapan penting untuk desainer dan merupakan
bantuan bagi desainer. Ini memungkinkan desainer untuk melihat seluruh pola
commit to user
merencanakan perkiraan jarak dan posisi tanda secara akurat. Plans yang
dibutuhkan untuk merencanakan penandaan meliputi:
- A street plan,
menunjukkan hubungan antara gedung dengan jalan yang mengelilinginya.
- An exterior location plan
menunjukkan sirkulasi lalu lintas daerah luar.
- An interior plan
menunjukkan sirkulasi lalu lintas daerah internal.
- Floor plans
menunjukkan setiap lantai gedung.(http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2006
1. Merah : untuk tanda larangan dan bahaya
).
g. Dasar-dasar tentang Warna dalam Sign System
Warna merupakan satu faktor penting yang dapat menunjang sebuah tanda.
Simbol, logotype, dan warna adalah tiga elemen visual yang diperlukan dalam
menyusun sebuah tanda. Pemilihan warna yang tepat dapat membuat sebuah simbol
tampak lebih hidup dan lebih menarik untuk diamati, meningkatkan kesadaran, serta
memudahkan untuk diingat.
Simbol-tanda memiliki beragam bentuk, dan masing-masing memiliki warna
yang khusus. Bentuk dan warna dikombinasikan untuk menguatkan efektivitas
komunikasi. Arti dari tiap warna yang digunakan untuk tanda, sebagai berikut:
2. Hijau : untuk tanda gawat darurat, pertolongan pertama, dan proteksi kebakaran.
3. Kuning : untuk tanda perhatian dan hati-hati
4. Biru : untuk tanda perhatian/ hati-hati
5. Hitam : untuk simbol pada tanda yang menggunakan merah, kuning, juga suatu
tanda kewajiban.
6. Putih : untuk semua simbol dalam kelompok tanda-tanda lainnya, atau dapat
commit to user
Dalam sebuah logo atau simbol warna dapat tampil sebagai representasi
simbolik dan dapat juga secara psikologis. Pada simbol yang bersifat persuasif,
warna tampil secara psikologis yang dapat mempengaruhi orang yang melihatnya,
sedangkan pada logo yang bersifat informatif warna tampil sebagai representasi
simbolik.
a) Karakteristik Arsitektur Ruangan
)
h. Lokasi dan Letak Signage
Menurut lokasi penempatannya sign dibedakan menjadi dua, yaitu di dalam
ruangan dan di luar ruangan.
1. Sign di dalam ruangan (Interior Sign)
Pada area parkir yang jarang terdapat dinding dipergunakan sign yang
menggantung di langit-langit atau dapat dicat pada tiang yang rendah.
b)Fungsi Ruangan
Pada gang atau lorong,rak-rak seperti pada perpustakaan penempatan rambu
akan berfungsi dengan baik apabila digantung pada langit-langitatau dapat
ditempelkan pada sisi kanan dinding dan tingginya di atas kepala.
c) Objek Penghalang
Ada dua tipe penghalang pandangan terhadap rambu, yaitu bersifat permanen
dan non permanen. Yang bersifat permanen seperti dinding, tiang, eskalator,
dan objek lain yang kemungkinan mengganggu pandangan. Dan yang bersifat
non permanen seperti meja, kursi, lemari, tanaman hias, dan cermin.
d)Sudut Pandang
Sign harus sering terpasang pada sudut yang terbaca pada dua sisi atau tiga sisi
atau empat sisi sekaligus.
e) Hubungan sign dengan sign lain dalam satu gedung
Letak sign harus dihindarkan dari gangguan sign lain yang bisa menimbulkan
commit to user
2. Sign di luar ruangan (Eksterior Sign)
Faktor dasar yang mempengaruhi penempatan sign diluar ruangan adalah:
a. Memperhitungkan sirkulasi atau arah lalu lintas operasional.
b. Gerakan lalu lintas dan pejalan kaki menuju lokasi penempatan sign.
c. Sign harus diletakkan pada alur lalu lintas yang mempunyai efektivitas dan
legibilitas yang maksimum.
d. Penghalang garis pandang yang bersifat sementara. Biasanya pejalan kaki atau
kendaraan yang lewat menghalangi pandangan.
e. Hubungan antara berbagai sign. Diluar ruang, kemungkinan ada banyak sign
yang tidak berhubungan dengan sign yang kita pasang.
f. Sign yang terlihat dari berbagai arah seperti pada penempatan jalan.
Sudut pandang normal yang dilihat pengamat. Ukuran sudut pandang
pengamat dengan sign harus tidak kurang dari 60° agar sign mudah dibaca.
.
Bahan yang dipergunakan untuk sign tergantung pada lokasi penempatan sign
dan untuk sign di dalam ruangan tentu saja berbeda dengan sign di luar ruangan.
Hal ini disebabkan karena untuk penempatan di dalam suatu ruangan, sign akan
mempunyai suatu kelebihan seperti sign di dalam ruangan lebih aman dari coretan,
dan lebih terlindungi dari pengrusakan. Terutam