ii
Universitas Kristen Maranatha Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control
terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran.
Alat ukur intention dan determinannya dibuat berdasarkan teori planned behavior (Ajzen, 2005) berupa kuesioner dengan 27 item. Pengujian validitas dilakukan dua kali, yaitu dengan expert validity dan rank pearson sedangkan uji reliabilitasnya menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil validitas antara 0,458-0,875 dan reliabilitas antara 0,833-0,909.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan menyebarkan kuesioner online. Sampel pada penelitian ini berjumlah 180 orang. Data yang diperoleh diolah menggunakan teknik analisis
multiple regression. Hasil yang diperoleh perceived behavioral control memiliki kontribusi yang paling besar terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse, kemudian attitude toward the behavior, sedangkan subjective norm
tidak memberikan kontribusi yang signifikan.
iii
Universitas Kristen Maranatha
Abstract
The purpose of this study is to determine how much contribution attitude towards the behavior, subjective norms, and perceived behavioral control for intention not engaging in premarital intercourse on students at University “X" Bandung who are in a relationship.
The intention measuring instrument and its determinant are based on the Theory of Planned Behavior (Ajzen, 2005) in the form of a questionnaire with 27 items. Validity testing was conducted twice, by expert validity and Rank Pearson, while the reliability test used Cronbach Alpha with results validity between 0,458-0,875 and reliability between 0,833-0,909.
The sampling in this study used accidental sampling method with spread online questionnaire. Sample respondents are 180 people. The data obtained were processed using multiple regression analysis techniques. The result’s outcome states that, perceived behavioral control has contributed most to the intention not to perform premarital intercourse then attitude toward the behavior, while subjective norm do not contribute significantly.
vii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Skema ... xi
Daftar Tabel ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1. Maksud Penelitian ... 7
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 8
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 8
1.5. Kerangka Pemikiran ... 8
1.6. Asumsi ... 13
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Planned Behavior ... 15
2.2. Intention ... 16
2.2.1. Determinan – Determinan Intention ... 17
2.2.1.1. Attitude Toward the Behavior ... 17
2.2.1.2. Subjective norm ... 19
2.2.1.3. Perceived behavioral control ... 20
2.2.2. Pengaruh Determinan-Determinan Intention terhadap Intention ... 22
2.2.3. Hubungan Antar Determinan-Determinan Intention ... 23
2.2.4. Target, Action, Contex, Time ... 24
2.3. Emerging adulthood ... 25
2.4. Pacaran ... 27
2.4.1. Pola dan Aturan Kencan Pria dan Wanita ... 29
2.4.2. Alasan Menjalani Hubungan Pacaran ... 31
2.5. Perilaku seksual ... 32
2.5.1. Faktor yang mempengaruhi premarital intercourse ... 33
2.5.2. Bentuk Perilaku Seksual ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 36
3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 36
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37
3.3.1 Variabel Penelitian ... 37
ix
Universitas Kristen Maranatha
3.3.3 Definisi Operasional ... 38
3.4 Alat Ukur Penelitian ... 39
3.4.1 Alat Ukur Intention terhadap Premarital Intercourse ... 39
3.4.2 Sistem Penilaian ... 40
3.4.3 Data Pribadi dan Penunjang ... 42
3.4.3.1 Data Pribadi ... 42
3.4.3.2 Data Penunjang ... 42
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas ... 42
3.4.4.1. Validitas Alat Ukur ... 42
3.4.4.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 44
3.5 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 45
3.5.1 Populasi Sasaran ... 45
3.5.2 Karakteristik Populasi ... 45
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 45
3.6 Teknik Analisis Data ... 46
3.7 Uji Asumsi Klasik ... 46
3.8 Hipotesis Statistik ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 50
4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
4.1.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
4.1.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 51
x
4.1.1.4. Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran ... 53
4.1.1.5. Gambaran Subjek Berdasarkan Frekuensi Berpacaran ... 54
4.1.1.6. Gambaran Subjek Berdasarkan Tempat Tinggal ... 55
4.1.2. Hasil kontribusi determinan intention terhadap intention ... 55
4.1.3. Uji hipotesis penelitian ... 58
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
4.3. Diskusi ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Saran ... 70
5.2.1. Saran Teoretis ... 70
5.2.2. Saran Praktis ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
xi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Kerangka Pikir ... 13
Skema 2.1 Teori Planned Behavior ... 21 Skema 3.1 Prosedur Penelitian ... 36
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 39
Tabel 3.2 Nilai ... 40
Tabel 3.3 Kriteria Skor ... 41
Tabel 4.1 Gambaran Jenis Kelamin ... 50
Tabel 4.2 Gambaran Usia ... 51
Tabel 4.3 Gambaran Fakultas ... 52
Tabel 4.4 Gambaran Lama Berpacaran ... 53
Tabel 4.5 Gambaran Frekuensi Berpacaran ... 54
Tabel 4.6 Gambaran Tempat Tinggal ... 55
Tabel 4.7 Kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse ... 55
Tabel 4.8 Korelasi antar determinan untuk tidak melakukan premarital intercourse ... 56
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini kota Bandung banyak diminati oleh para pelajar untuk melanjutkan pendidikannya, terutama untuk menempuh perguruan tinggi. Banyak mahasiswa dari berbagai daerah yang datang ke Bandung untuk melanjutkan pendidikannya. Salah satu universitas besar di Bandung adalah Universitas “X”. Universitas “X” sudah berdiri selama 50 tahun dan hingga saat ini masih banyak mahasiswa berminat masuk ke Universitas ”X”.
Mahasiswa termasuk dalam tahap perkembangan emerging adulthood, yaitu peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa sekitar usia 18-25 tahun. Pada tahap ini, mahasiswa memiliki ciri mengeksplorasi berbagai kemungkinan baik dalam pekerjaan maupun cinta, sehingga pada tahap ini tidak jarang ditemukan banyak mahasiswa yang telah menjalin hubungan khusus dengan lawan jenisnya. Hubungan pacaran pada mahasiswa memiliki perbedaan dengan hubungan pacaran yang dilakukan siswa di sekolah menengah. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis, mahasiswa sudah dapat lebih melibatkan komitmen. Mahasiswa mungkin sudah mulai memikirkan kelanjutan dari hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan (Arnett, 2007).
2
Universitas Kristen Maranatha perilaku seksual. Perilaku seksual dapat dikategorikan menjadi 10 perilaku, yaitu: mencium kening, mencium pipi, necking, lip kissing, deep kissing, meraba payudara, petting, oral sex, sexual intercourse. (John DeLamater dan Patricia MacCorquodale dalam Santrock). Perilaku seksual tersebut biasanya sifatnya meningkat atau progresif.
Beberapa tahun terakhir ini sering terdengar kasus pelajar yang telah hamil dan beberapa survei yang dilakukan oleh lembaga–lembaga tertentu juga menunjukkan peningkatan jumlah pelajar yang telah melakukan premarital intercourse. Menurut Kusumayati, akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, hal ini disebabkan perilaku pacaran yang sering melewati batas (Oktavianti, 2014).
Salah satu survei terbaru yang dilakukan Buklet Cinta Mulia menunjukkan bahwa 54% mahasiswa di kota Bandung mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan hasil ini merupakan angka paling tinggi dari empat kota yang disurvei (Bandung, Jakarta, Surabaya dan Medan). Sedangkan Jakarta menunjukkan 51%. Surabaya sebagai kota terbesar ke dua di Indonesia menunjukkan 47%, sedangkan di Medan 52 %.( Jpnn, 2014).
Survei lain yang dilakukan lembaga internasional DKT (Drammen Kommunale Trikk) bekerja sama dengan Sutra and Fiesta Condoms pada remaja berusia 15 sampai 25 tahun yang pernah melakukan premarital intercourse
3
Universitas Kristen Maranatha pacar dan rata-rata lama pacaran mereka sebelum melakukan premarital intercourse adalah satu tahun. Umumnya premarital intercourse ini dilakukan di tempat kos. (Widiyani, 2011).
Berdasarkan beberapa survei tersebut dapat terlihat bahwa saat ini setengah dari mahasiswa Bandung sudah melakukan premarital intercourse. Mahasiswa yang berpacaran memiliki peluang yang lebih besar melakukan
premarital intercourse karena sebagian besar hubungan premarital intercourse ini dilakukan dengan pasangannya. Selain itu pasangan yang tinggal di tempat kos juga memperbesar kemungkinan melakukan premarital intercourse.
Hubungan pacaran dapat mengarah pada perilaku premarital intercourse.
Lamanya atau durasi hubungan pacaran mahasiswa dapat memengaruhi tingkat perilaku premarital intercourse, semakin lama mereka menjalin hubungan kedekatan di antara keduanya akan semakin erat. Ketika kedekatan di antara keduanya semakin erat, semakin banyak kontak fisik yang dilakukan, misalnya berpegangan tangan dan berpelukan. Kontak fisik ini dilakukan untuk memberikan afeksi dan rasa nyaman pada pasangan. Tetapi semakin lama waktu berpacaran maka jenis kontak fisik yang dilakukan akan bertambah, misalnya ketika satu bulan pertama telah melakukan pegangan tangan pada bulan berikutnya akan mulai merangkul, maka semakin lama masa pacaran semakin meningkat jenis kontak fisik yang dilakukan (Jono, 2009).
4
Universitas Kristen Maranatha akan memperbesar peluang melakukan premarital intercourse. Sedangkan frekuensi berpacaran akan memengaruhi keberanian mahasiswa untuk memulai kontak fisik, jika pada hubungan sebelumnya sudah terbiasa untuk merangkul lawan jenis maka pada hubungan yang baru akan tidak merasa ragu untuk memulai merangkul lawan jenis. Berbeda jika baru pertama kali berpacaran untuk menyentuh tangan pasangannya pun terkadang ada keraguan dan berhati-hati untuk memulainya. (Jono, 2009).
Perilaku seksual yang dilakukan oleh mahasiswa perlu mendapatkan perhatian khusus, karena jika perilaku seksual tersebut terus mengingkat hingga melakukan premarital intercourse. Perilaku premarital intercourse akan memberikan efek yang sangat merugikan, dampak yang ditimbulkan diantaranya menyebabkan terjadinya kehamilan, munculnya penyakit menular seksual, dan stress psikologis (Scott-Jones & White, 1990 dalam Santrock).
Dampak dari premarital intercourse juga dibahas dalam salah satu artikel lensaindonesia, yaitu beresiko terkena kanker serviks, tertular penyakit kelamin dan HIV-AIDS yang bisa menyebabkan kemandulan bahkan kematian. Selain itu juga dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, yang memungkinkan tindakan aborsi yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen bahkan berujung pada kematian.
5
Universitas Kristen Maranatha gangguan makan, kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman Tuhan, mimpi buruk, merasa hampa, halusinasi, sulit mempertahankan hubungan (Prasetya,2013).
Melihat dampak tersebut, mahasiswa yang sedang menjalin hubungan pacaran perlu memiliki batasan–batasan dalam berpacaran dan menghidari
perilaku-perilaku yang dapat mengarahkan diri pada tindakan premarital intercourse sehingga dapat terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan dan dampak-dampak buruk lainnya. Untuk mencegah terjadinya premarital intercourse tentunya mahasiswa perlu memiliki intention (niat) untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Dengan adanya intention untuk tidak melakukan premarital intercourse maka mahasiswa secara sadar memutuskan bahwa ia tidak akan melakukan hubungan seksual selama berpacaran atau belum menikah. Mahasiswa yang memiliki intention yang kuat untuk tidak melakukan premarital intercourse akan berperilaku tidak melakukan premarital intercourse.
Intention tersebut dipengaruhi oleh tiga determinan, yaitu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Mahasiswa yang memiliki evaluasi positif, mempersepsi terdapat tekanan dari orang yang penting baginya, dan yakin memiliki kemampuan untuk tidak melakukan premarital intercourse akan memiliki intention yang kuat menghindari perilaku premarital intercourse tersebut. Kontribusi determinan-determinan tersebut terhadap
6
Universitas Kristen Maranatha Survei awal menggunakan kuesioner pada 11 mahasiswa Universitas “X” yang berpacaran menunjukan hasil: 81,81% dari responden memiliki niat untuk tidak melakukan premarital intercourse dan 18,19% sisanya kurang memiliki niat untuk tidak melakukan premarital intercourse. Mengenai intention untuk tidak melakukan premarital intercourse beberapa hal yang diungkapkan mereka ialah penilaian mahasiswa (81,81%) bahwa premarital intercourse merupakan perilaku yang negatif, tidak wajar dilakukan dan dapat menimbulkan konsekuensi yang kurang menyenangkan, sedangkan sisanya (18,19%) menilai premarital intercourse merupakan perilaku yang positif dan wajar untuk dilakukan. Mahasiswa tersebut juga (81,81%) memiliki persepsi bahwa lingkungannya atau orang yang signifikan baginya menganggap premarital intercourse adalah hal yang negatif dan mengharapkan mahasiswa tidak melakukan perilaku tersebut, dan mahasiswa berkeinginan untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungan atau orang yang signifikan baginya, sisanya (18,19%) tidak memberikan komentar mengenai pandangan lingkungan atau figur signifikan terhadap perilaku premarital intercourse. Mereka (72,72%) berkeyakinan mampu untuk tidak melakukan premarital intercourse, sedangkan sisanya (27,28%) tidak yakin dirinya mampu untuk tidak melakukan premarital intercourse
7
Universitas Kristen Maranatha Determinan-Determinan Intention terhadap Intention untuk Tidak Melakukan
Premarital intercourse pada Mahasiswa yang berpacaran di Universitas “X” Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran.
1.3.2 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai seberapa besar kontribusi attitude toward the behavior, subjective norms, dan
8
Universitas Kristen Maranatha
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Sebagai tambahan pengetahuan bagi ilmu Psikologi Perkembangan
mengenai kontribusi determinan intention terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” yang sedang
berpacaran.
Memberikan masukan bagi peneliti yang lain yang berminat melakukan
penelitian lanjutan mengenai intention untuk tidak melakukan premarital intercourse.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Untuk membantu mahasiswa meningkatkan intention untuk tidak
melakukan premarital intercourse berdasarkan determinan yang memiliki kontribusi paling besar terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse.
1.5 Kerangka Pemikiran
9
Universitas Kristen Maranatha keintiman tersebut mulai berkurang dan bergeser kepada pasangannya (Steinberg, 2002). Sejalan dengan hal tersebut maka alasan utama mahasiswa menjalin hubungan pacaran adalah untuk intimacy yaitu membentuk hubungan dengan emosi yang mendalam (Santrock, 2003).
Hal yang menentukan mahasiswa yang berpacaran akan melakukan
premarital intercourse atau tidak adalah intention atau niatnya. Jika mahasiswa yang berpacaran memiliki intention yang kuat untuk tidak melakukan premarital intercourse maka ia tidak akan melakukan premarital intercourse walaupun memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukannya dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak berpacaran. Begitu juga sebaliknya, jika mahasiswa yang berpacaran memiliki intention yang lemah untuk tidak melakukan premarital intercourse maka ia akan melakukan premarital intercourse.
Intention yang dimiliki mahasiswa yang berpacaran dibentuk oleh tiga determinan, yaitu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Ketiga determinan ini dibentuk oleh beliefs yang berbeda – beda, yaitu behavioral beliefs dan evaluation of outcome, normative beliefs dan
motivation to comply serta control beliefs dan perceived power.
Determinan pertama, attitude toward behavior mahasiswa yaitu evaluasi mahasiswa yang berpacaran terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse merupakan hal yang positif atau negatif. Attitude toward behavior
10
Universitas Kristen Maranatha mahasiswa yang berpacaran meyakini bahwa tidak melakukan premarital intercourse dapat menghindarkannya dari kehamilan (behavioral belief) dan ia merasa tidak hamil ketika berpacaran merupakan hal yang baik (evaluation of outcome), maka mahasiswa tersebut akan memiliki penilaian yang positif untuk tidak melakukan premarital intercourse dan membentuk sikap yang favorable
terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse.
Selanjutnya subjective norm mahasiswa yang berpacaran terhadap
premarital intercourse, yaitu persepsi mahasiswa yang berpacaran tentang harapan sosial orang yang penting baginya untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku premarital intercourse (Ajzen, 2005). Subjective norm didasari oleh
normative belief, yaitu keyakinan mahasiswa yang berpacaran mengenai orang atau kelompok yang penting baginya setuju atau tidak terhadap perilaku
premarital intercourse dan kesediaan mahasiswa yang berpacaran untuk mengikuti harapan orang atau kelompok tersebut. Misalnya mahasiswa merasa teman-teman di lingkungan sekitarnya menganggap tidak melakukan premarital intercourse merupakan hal yang baik untuk dilakukan dan sebagian besar temannya menyarankan untuk tidak melakukan premarital intercourse (normative belief) kemudian mahasiswa bersedia untuk tidak melakukan premarital intercourse (motivation to comply), sehingga subjective norm yang muncul pada mahasiswa tersebut adalah merasa orang-orang terdekatnya mengharapkannya atau menuntutnya untuk tidak melakukan premarital intercourse.
11
Universitas Kristen Maranatha
Perceived behavioral control didasari oleh control beliefs yaitu keyakinan mahasiswa terhadap ketersediaan sumberdaya untuk tidak melakukan premarital intercourse (Ajzen, 2005). Misalnya mahasiswa yang merasa tidak melakukan
premarital intercourse adalah hal yang mudah karena merasa pasangannya dapat membantu mengingatkannya dan ia merasa tempatnya berpacaran cenderung mendukung untuk tidak melakukan premarital intercourse akan merasa yakin bahwa ia mampu untuk tidak melakukan premarital intercourse.
Attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hubungan tersebut dapat positif atau negatif (Ajzen, 2005). Misalnya jika antara attitude toward the behavior dan
subjective norm terdapat hubungan yang positif, maka mahasiswa yang merasa orang yang penting baginya mengharapkannya untuk tidak melakukan premarital intercourse dan ia memiliki keinginan untuk mematuhinya, ia juga memiliki evaluasi yang positif terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse.
Sebaliknya, jika attitude toward the behavior dan subjective norm memiliki hubungan yang negatif, maka mahasiswa yang merasa orang yang penting baginya mengharapkannya untuk tidak melakukan premarital intercourse dan ia memiliki keinginan untuk mematuhinya namun ia memiliki evaluasi yang negatif terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse.
Ketiga determinan tersebut, yaitu attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control akan berpengaruh pada kuat atau lemahnya intention mahasiswa yang berpacaran untuk tidak melakukan
12
Universitas Kristen Maranatha
behavior, semakin positif subjective norm dan semakin tinggi perceived behavioral control mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse,
intention mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse akan semakin kuat. Begitu juga kebalikannya, semakin unfavourable attitude toward the behavior, semakin negatif subjective norm dan semakin rendah perceived behavioral control mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse,
intention mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse akan semakin lemah. Namun pengaruh ketiga determinan tersebut terhadap intention dapat berbeda-beda satu dengan yang lain tergantung determinan mana yang dianggap paling berpengaruh terhadap intention mahasiswa yang berpacaran untuk tidak melakukan premarital intercourse (Ajzen,2005).
Intention mahasiswa yang berpacaran untuk tidak melakukan premarital intercourse dapat memprediksi perilaku yang akan ditampilkan oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang memiliki intention kuat untuk tidak melakukan
premarital intercourse akan berperilaku tidak melakukan premarital intercourse, sedangkan mahasiswa yang memiliki intention lemah untuk tidak melakukan
13
Universitas Kristen Maranatha R2
R2 R2
Bagan 1.1. Kerangka Pikir
1.6 Asumsi
Mahasiswa Universitas “X” yang sedang berpacaran memiliki intention dan determinan intention untuk tidak melakukan premarital intercourse yang berbeda-beda kekuatannya.
Intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pada mahasiswa
Universitas “X” yang sedang berpacarandibentuk oleh determinan intention yaitu,
attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control. Kontribusi determinan intention terhadap intention untuk tidak melakukan
premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” yang sedang berpacaran berbeda-beda. Subjective norm Attitude toward the behavior Perceived behavioral control Mahasiswa Universitas “X” yang sedang berpacaran
14
Universitas Kristen Maranatha
1.7Hipotesis
Ada kontribusi yang signifikan dari attitude toward the behavior terhadap
intention.
Ada kontribusi yang signifikan dari subjective norms terhadap intention. Ada kontribusi yang signifikan dari perceived behavioral control terhadap
69
Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ketiga determinan intention secara bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan terhadap intention mahasiswa Universitas “X” yang berpacaran untuk tidak melakukan premarital intercourse.
2. Determinan perceived behavioral control dan attitude toward the behavior memiliki kontribusi yang signifikan terhadap intention
mahasiswa Universitas “X” yang berpacaran untuk tidak melakukan
premarital intercourse. Determinan perceived behavioral control
memiliki kontribusi yang paling besar terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse.
3. Subjective norm merupakan determinan yang memiliki kontribusi tidak signifikan terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse.
4. Pengalaman pernah melakukan premarital intercourse memiliki hubungan yang signifikan terhadap kuat atau lemahnya intention
70
Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran
Berdasarkan penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran, peneliti menyarankan beberapa hal berikut ini:
5.2.1 Saran Teoretis
Berdasarkan hasil penelitian, saran teoretis yang dapat diberikan,yaitu: mempertimbangkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang pernah melakukan premarital intercourse ternyata cukup banyak (sekitar seperempat dari sampel), disarankan untuk meneliti lebih lanjut dampak yang dialami oleh mahasiswa yang pernah melakukan premarital intercourse.
5.2.2 Saran Praktis
1. Bagi mahasiswa dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri untuk tidak melakukan premarital intercourse (perceived behavioral control) dengan meningkatkan hal yang dapat mendukung untuk tidak melakukan premarital intercourse misalnya menghindari berpacaran di tempat yang sepi.
71
72
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality And Behavior. New York: Open University Press.
Arnett, Jeffrey Jensen. 2007. Adolescence Emerging and Adulthood. Canada: Pearson Education.
Duvall, E. M., & Miller, B. C. 1985.Marriage and family development. New York: Harper and Row.
E.R.Mahoney. 1983. Human Sexuality. New York: McGraw-Hill .
Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Tesing. Needham Heights, Massachusetts: A simon & Schuster Company.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat. Penerbit Universitas Diponegoro.
Miller,Rowland S., Daniel Perlman, & Sharon S. Brehm 2007. Intimate Relationship. New York: McGraw-Hill.
Moh. Nazir, Ph.D. 2009. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Rice, F.Philip. 1999. The Adolescent. Boston: Allyn and Bacon. Santrock, John W. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga
Sarwono, S. W. 2002. Psikologi remaja.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Steinberg, Laurence. 2002.Adolescence. New York: McGraw-Hill
73
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Jono. 2009. Pacaran: Eksperimentasi Seksual Bagi Remaja (Online). (http://ruangpsikologi.com/sosial/pacaran-eksperimentasi-seksual/, diakses 14 Oktober 2014).
JPNN. 2014. Survei: Seks Bebas Remaja Tertinggi di Bandung (Online).
(http://www.jpnn.com/read/2014/02/11/216015/Survei:-Seks-Bebas-Remaja-Tertinggi-di-Bandung-, diakses 1 Oktober 2014).
Kusumawati, Utami Diah. 2014. Aborsi Sumbang 30 Persen Kematian Ibu. (http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141029134021-12-8676/aborsi-sumbang-30-persen-kematian-ibu/, diakses 2 November 2014).
Oktavianti, R. 2014. Hubungan Seksual Pranikah Remaja Meningkat.
(http://m.jurnas.com/news/137555/Hubungan-Seksual-Pranikah-Remaja-Meningkat-2014/1/Sosial-Budaya/Kesehatan/#sthash.2MrKdlt4.dpuf, diakses 1 Oktober 2014)
Prasetya, Catur . 2013. Dampak Seks Pra Nikah Bagi Kesehatan (Online).
( http://www. lensaindonesia.com/2013/02/11/dampak-seks-pra-nikah-bagi-kesehatan.html, diakses 21 Agustus 2015).