• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Determinan-determinan Terhadap Intention untuk Melakukan Saat Teduh pada Anggota Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas Kristen Maranatha Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Determinan-determinan Terhadap Intention untuk Melakukan Saat Teduh pada Anggota Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas Kristen Maranatha Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi determinan-determinan terhadap intention unutk melakukan saat teduh pada AKK (Anggota Kelompok Kecil) PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 128 orang dan sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.

Alat ukur yang digunakan dalam kuesioner mengacu pada Teori Planned Behavior yang disusun oleh Icek Ajzen (2005), yang diadaptasi serta dimodifikasi oleh peneliti. Pada penelitian ini uji validitas menggunakan Pearson dan uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi Pearson. Secara bersama-sama ketiga determinan berkontribusi terhadap intention untuk melakukan saat teduh terhadap AKK PMK. Determinan yang memberikan kontribusi paling besar adalah Attitude toward the behavior kemudian diikuti oleh perceived behavioral control dan subjective norms yang memberikan kontribusi terkecil. Determinan yang memiliki korelasi paling besar adalah antara attitude toward the behavior dengan subjective norms, lalu diikuti oleh attitude toward the behavior behavior dengan perceived behavioral control dan korelasi terkecil antara perceived behavioral control dengan subjective norms.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research would like to reveral the contribution of determiners on the intention in doing daily devotions by AKK (The member of The Small Group/Anggota Kelompok Kecil) of PMK (Community of Christian Students/Persekutuan Kristen Maranatha) at Marantha Chirstian University Bandung. The number of samples in this research was 128 people and samples were selected based on purposive sampling method.

The measurement tool which is used is questionnaire due to Planned Behavior Theory complied by Icek Ajzen (2005) that was adapted and also modified by the researcher. In these research validation test’s results by using Pearson and reliability test with the coefficient Alpha Cronchbach’s formula. The datum of research were processed by using the analysis of regression techniques and Pearson correlation. At the same time, the there of determiners influenced the intention to do daily devotions by AKK PMK. Attitude toward the behavior gave the biggest contribution, and then followed by perceived behavioral control and subjective norms gave the most little contribution. The determiners which has the biggest correlation were range between attitude toward the behavior with subjective norms, followed by attitude toward the behavior and perceived behavioral control and the most little correlation between perceived behavioral control and subjective.

Based on these research, the researcher proposed suggestion to the assistan and the commitee of PMK to keep doing the spiritual founding, especially which themed about daily devotions. And to any small group leader (PKK) to provide intrinsic motivation to each their AKK. PKK also expected to give feedback to their AKK and then the Small Group make a discussion about the

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman Judul

LEMBAR PENGESAHAN ………i

PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ………ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ……….………iii

KATA PENGANTAR ………..iv

ABSTRAK ………v

ABSTRACT………vi

DAFTAR ISI ……….vii

DAFTAR TABEL ………....xi

DAFTAR BAGAN ………xii

BAB I PENDAHULUAN ………....1

1.1 Latar Belakang Masalah………...…………...1

1.2 Identifikasi Masalah ……….…………...11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….…………...11

1.3.1 Maksud Penelitian ……….…………...11

1.3.2 Tujuan Penelitian ……….11

1.4 Kegunaan Penelitian ………...12 1.4.1 Kegunaan Teoritis ………12

1.4.2 Kegunaan Praktis ………...12

1.5 Kerangka Pikir ………13

(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

1.7 Hipotesis Penelitian ………25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..………....27

2.1 Teori Planned Behavior ……...………...27

2.1.1 Pengertian Planned Behavior ………..………27

2.1.2 Intention ………...29

2.1.3 Determinan-Determinan Intention ………...……30

2.1.3.1 Attitude Toward the Behavior ………...………30

2.1.3.2 Subjective Norms ………..…………31

2.1.3.3 Perceived Behavioral Control ………..…………33

2.1.4 Pengaruh Determinan- Determinan terhadap Intention …………...………34

2.1.5 Hubungan Antar Determinan-Determinan Intention …………..………….35

2.1.6 Background factors ………...………...36

2.1.7 Target, Action, Context and Time ……….37

2.2 Periode Masa Dewasa Awal ………..…………38

2.2.1 Masa Dewasa Awal ………..…………..38

2.2.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal ……….…………40

2.3 Saat Teduh ………...42

2.3.1 Pengertian ………..……….42

2.3.2 Alasan Pentingnya Saat Teduh ………..……….44

2.4 Gambaran Kelompok Kecil ……….………...47

2.4.1 Pengertian ………..……….47

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.4.3 Kurikulum Kelompok Kecil ………..……….……….48

2.4.4 Empat Komponen Kelompok Kecil ………..…….……….49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..51

3.1 Rancangan Penelitian ………..51

3.2 Bagan Rancangan Penelitian………...51

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….52

3.3.1 Variabel Penelitian ……….52

3.3.2 Definisi Operasional……….52

3.4 Alat Ukur……….53

3.4.1 Alat Ukur Planned Behavior ………53

3.4.2 Sistem Penilaian ………55

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ………56

3.4.4 Validitas Alat Ukur ……….57

3.4.5 Reliabilitas Alat Ukur ………58

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ………..59

3.5.1 Populasi Sasaran………...59

3.5.2 Karakteristik Sampel ………59

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel……….60

3.6 Teknik Analisis Data ………..60

3.7 Hipotesis Statistik………62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……..………....64

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian………64

(6)

x Universitas Kristen Maranatha

4.1.2 Usia ………….………..65

4.2 Hasil Penelitian …….………..66

4.2.1 Uji Hipotesis …….………..66

4.2.2 Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention dan Korelasi Antara Determinan-Determinan dalam Intention …….………..68

4.2.3 Tabulasi Silang Intention dan Determinan-Determinan ………..69

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian …….………..71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …….………..87

5.1 Kesimpulan …….………..………..87

5.2 Saran …….………...………..88

5.2.1 Saran Teoritis …….………..……….………..89

5.2.2 Saran Praktis …….………..……….………..89

DAFTAR PUSTAKA ………...91

DAFTAR RUJUKAN ………92

DAFTAR LAMPIRAN ………xiii

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan 40

Tabel 3.1 Tabel Alteernatif Jawaban Alat Ukur 54

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Alat Ukur 55

Tabel 3.3 Bobot Penilaian 56

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 64

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 65

Tabel 4.3 Tabel Uji Hipotesis Umum 66

Tabel 4.4 Tabel Uji Hipotesis Khusus 1 66

Tabel 4.5 Tabel Uji Hipotesis Khusus 2 67

Tabel 4.6 Tabel Uji Hipotesis Khusus 3 67

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Intention dan Attitude Toward The Behavior 69

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Intention dan Subjective Norms 70

(8)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir 24

Bagan 2.1 Teori Planned Behavior 28

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian 51

Bagan 4.1 Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention dan

(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENGAMBILAN DATA

LAMPIRAN 2 KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAMPIRAN 3 HASIL JAWABAN

LAMPIRAN 4 HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

ALAT UKUR INTENTION DAN DETERMINAN – DETERMINANNYA

LAMPIRAN 5 GAMBARAN HASIL INTENTION DAN DETERMINAN

LAMPIRAN 6 CROSSTABULATION DETERMINAN-DETERMINAN

INTENTION DAN INTENTION DENGAN DATA PENUNJANG

LAMPIRAN 7 HASIL OUTPUT REGRESI SPSS INTENTION DAN

DETERMINAN-DETERMINAN

LAMPIRAN 8 KISI-KISI ALAT UKUR

LAMPIRAN 9 KISI DATA PENUNJANG

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha merupakan sebuah institusi pendidikan

tinggi swasta di Bandung yang didirikan atas dasar nilai-nilai dan ajaran Kristiani.

Berdasarkan data kemahasiswaan dari Badan Pembinaan Kerohanian (BPK) yang

ada di Universitas Kristen Maranatha pada tahun 2008/2009, terdapat 4515

mahasiswa beragama Kristen Protestan, 1865 mahasiswa beragama Katolik, 1786

mahasiswa beragama Islam, 525 mahasiswa beragama Budha, 108 mahasiswa

beragama Hindu, dan 287 mahasiswa yang mengisi lain-lain. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa beragama Kristen Protestan, yaitu

49,65% dari jumlah mahasiswa secara keseluruhan.

Untuk membantu mahasiswanya memegang teguh nilai-nilai ajaran

agama Kristen dan mengembangkan potensi keberagamaan yang dimiliki, maka

Universitas Kristen Maranatha memiliki beberapa kegiatan yang bergerak dalam

bidang kerohanian. Salah satunya adalah kegiatan kemahasiswaan yang dikenal

dengan nama Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK). PMK didirikan oleh

mahasiswa itu sendiri dan dikoordinir oleh Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM).

Terdapat tujuh PMK di Universitas Kristen Maranatha yang dibagi berdasarkan

Fakultas dan Jurusan yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sie.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha terdaftar di PMK. Sebagai wadah pembinaan rohani mahasiswa, ada 3 kegiatan

pembinaan rutin yang dilakukan oleh PMK setiap minggunya yaitu persekutuan

mahasiswa, Persekutuan Doa (PD), dan Kelompok Kecil (KK).

Pembinaan kerohanian melalui Kelompok Kecil merupakan salah satu

bentuk pendidikan agama Kristen (Christian Education), yang dapat membantu

meningkatkan tingkat keberagamaan mahasiswa. Sebuah Kelompok Kecil terdiri

dari 2-3 orang dan seorang pembimbing. Pembimbing kelompok dikenal dengan

istilah Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) dan anggotanya dikenal dikenal dengan

istilah Anggota Kelompok Kecil (AKK). Berdasarkan data dari sie. Kelompok

Kecil dari TPM, terdapat ±119 Kelompok Kecil dan ada ± 339 mahasiswa yang

mengikuti Kelompok Kecil dari tujuh PMK yang ada di Universitas Kristen

Maranatha. Kegiatan yang dilakukan di dalam Kelompok Kecil adalah

Pendalaman Alkitab (PA), yaitu membahas dan mendiskusikan bagian Alkitab

dengan menggunakan buku panduan tertentu, berbagi pengalaman hidup

(sharing), menyanyikan lagu rohani, dan berdoa.

Jika dilihat dari besar kecilnya jumlah anggota kelompok, maka

Kelompok Kecil dapat dikatakan sebagai kelompok primer (primary group)

karena jumlah anggotanya yang sedikit dan jumlah interaksi antar anggota

kelompok yang intim. Diharapkan dengan jumlah anggotanya yang sedikit

menjadi lebih efektif untuk dapat mengembangkan potensi keberagamaan yang

dimiliki oleh mahasiswa (baik PKK maupun AKK), dibanding dengan

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Kelompok Kecil dikatakan sebagai penopang dalam pembinaan kerohanian di

PMK.

Berdasarkan wawancara dengan salah seorang pendamping di PMK,

dikatakan bahwa fokus dari Kelompok Kecil adalah pemuridan. Pemuridan yang

dimaksud adalah menolong orang lain (mahasiswa) untuk mengenal Allah dengan

membina mereka dalam memahami dan meyakini ajaran-ajaran Kristen. Sejalan

dengan fokus tersebut, visi dari Kelompok Kecil adalah pelipatgandaan

(dimuridkan untuk memuridkan). Jadi dalam proses menolong AKK untuk

mengenal Allah, mereka juga dipersiapkan untuk nantinya bersedia menjadi PKK

yang menolong mahasiswa baru lainnya untuk mengenal Allah.

Dalam menjalankan visi tersebut, pendamping PMK mengatakan hal

yang paling utama diperhatikan ketika seorang AKK akan menjadi PKK adalah

kualitas pertumbuhan rohaninya. Hal ini ditentukan oleh adanya hubungan yang

intim dan baik dengan Tuhan, yang salah satunya terlihat dari keaktifan AKK

dalam melakukan disiplin rohani. Ketika sudah menjadi PKK ada juga

komitmen-komitmen yang tetap harus dijaga, salah satunya melakukan disiplin rohani. Oleh

karena itu AKK tidak hanya dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman

mengenai Alkitab tetapi juga diajarkan untuk melatih diri secara rohani. Adapun

caranya melalui penerapan disiplin rohani, dengan membahas bahan mengenai

disiplin rohani dan menjadikan disiplin rohani sebagai ‘proyek ketaatan’ yang

dilakukan setiap hari. Dengan demikian diharapkan AKK dapat menjadikan

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha mahasiswa bahkan ketika mereka sudah menjadi alumni, bukan lagi menjadi suatu

keharusan atau kewajiban yang dilakukan sebagai orang Kristen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sie. Kelompok Kecil dari tiap

PMK, terdapat lebih kurang dua sampai tiga orang AKK dari setiap PMK yang

ditunda untuk menjadi PKK. Hal ini dikarenakan kuliatas pertumbuhan rohaninya

terkait dengan pelaksanaan disiplin rohani yang kurang lancar. Menurut Richard

Foster (Pola hidup Kristen, 1990), disiplin rohani adalah suatu kegiatan yang

dilakukan secara perseorangan maupun bersama agar kerohanian individu dapat

tumbuh dewasa. Tumbuh dewasa secara rohani maksudnya hidup menurut

kehendak Allah dengan mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya, iman

yang semakin diteguhkan, dan hidup saleh. Ada beberapa macam kegiatan disiplin

rohani, antara lain saat teduh, berdoa syafaat, berpuasa, membaca Alkitab (bible

reading), hidup sederhana, melayani, taat, mengaku dosa, memberikan bimbingan

dan mengucap syukur.

Dari sekian banyak disiplin rohani yang ada, saat teduh merupakan

disiplin rohani yang paling awal diajarkan di Kelompok Kecil kepada AKK untuk

dilakukan. Dallas Willard, di dalam buku disiplin rohani 10 pilar penopang

kehidupan Kristen (Whitney, 1999), mengatakan saat teduh sebagai disiplin

rohani yang paling dasar dalam kehidupan orang Kristen. Salah satu penyebab

mengapa saat teduh dapat mengubah seseorang adalah karena saat teduh

memudahkan pelaksanaan disiplin rohani lainnya. Salah satu pendamping PMK

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha jika dibandingkan dengan disiplin rohani lainnya. Pendamping mengatakan

dengan melakukan saat teduh, dapat melatih diri untuk melakukan disiplin rohani

lainnya, seperti doa syafaat dan Bibble reading. Dimana ketika melakukan saat

teduh seseorang bersekutu dengan Tuhan, berkomunikasi dengan Tuhan melalui

doa, dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui pembacaan dan

perenungan Firman-Nya. Hal inilah yang menyebabkan saat teduh merupakan

disiplin rohani yang paling awal untuk diajarkan kepada AKK di Kelompok Kecil.

Dalam pelaksanaannya, saat teduh bukanlah hal yang mudah untuk

dilakukan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara terhadap 5 orang PKK, yang

menyatakan bahwa ketika sudah menjadi PKK pun untuk melakukan saat teduh

masih dapat dikatakan sulit, dimana dalam satu bulan terkadang hanya melakukan

5-10 kali atau bahkan tidak melakukan sama sekali. Oleh karena itu, untuk

melakukannya dibutuhkan niat yang kuat dari dalam diri AKK itu sendiri. Dimana

AKK yang mempunyai niat yang kuat untuk melakukan saat teduh akan lebih

mampu untuk melakukan saat teduh daripada AKK yang memiliki niat yang

lemah. Terkait dengan uraian di atas, maka penting bagi seorang AKK untuk

memiliki niat yang kuat untuk melakukan saat teduh. Selain itu ketika menjadi

PKK nanti mereka harus memiliki kehidupan rohani yang bertumbuh untuk

menjadi teladan bagi AKKnya, salah satunya dalam hal penerapan disiplin rohani.

Apabila mereka tidak menjadi teladan bagi AKKnya dalam melakukan saat teduh,

yang adalah disiplin rohani paling mendasar, maka akan lebih sulit pula bagi

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang AKK, 60% menyatakan

bahwa mereka memiliki niat untuk melakukan saat teduh dan menganggap bahwa

saat teduh merupakan hal yang penting bagi kehidupan rohani mereka. AKK

menyatakan bahwa melakukan saat teduh membuat mereka lebih menikmati dan

bersukacita dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kemudian 40% AKK

menyatakan saat ini kurang berniat untuk melakukan saat teduh. Hal ini karena

seringkali terdapat hambatan yang membuat mereka kesulitan melakukan saat

teduh. Hambatan tersebut antara lain banyaknya aktivitas dan tugas kuliah yang

harus diselesaikan, pada akhirnya membuat mereka kelelahan. Kondisi ini

membuat mereka menjadi kurang berniat untuk melakukan saat teduh.

Menurut Nelson Saragih (2008), istilah saat teduh digunakan untuk

menunjukkan waktu di mana orang Kristen menenangkan diri dalam masa yang

teduh dan tenang dengan membaca Alkitab dan merenungkannya. Adapun

tujuannya adalah untuk menolong manusia agar lebih dekat dan lebih peka

terhadap Tuhannya (pertumbuhan rohani). Jadi, dapat dikatakan bahwa saat teduh

adalah kegiatan orang percaya dalam membaca, merenungkan Firman Tuhan dan

berdoa yang dilakukan dalam masa dan suasana yang teduh serta tenang. Akan

tetapi masih banyak orang Kristen, termasuk AKK PMK, belum dapat

melaksanakan saat teduh secara teratur.

Berdasarkan hasil survey terhadap 10 orang PKK, sebanyak 70% dari

PKK mengeluhkan tentang AKKnya yang tidak melakukan saat teduh. PKK

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha sudah diingatkan untuk melakukan saat teduh, tetapi masih ada saja satu atau dua

dari tiga orang AKKnya yang jarang atau tidak melakukan saat teduh. Dalam

sebulan (30 hari) AKKnya hanya melakukan saat teduh 10-20 kali atau bahkan

tidak sama sekali. Kemudian 30% PKK yang lain menyatakan bahwa AKK

mereka sudah melakukan saat teduh dengan cukup baik, yakni dalam sebulan (30

hari) melakukan saat teduh 25-30 kali.

Niat dari AKK untuk melakukan saat teduh di dalam teori Planned

Behavior (Icek Ajzen, 1991) disebut dengan intention. Ada 3 determinan yang

mempengaruhi intention, yaitu : pertama attitude toward the behavior adalah

sikap menyenangkan atau tidak menyenangkan AKK untuk melakukan saat teduh

berdasarkan evaluasi dari konsekuensi melakukan saat teduh. Kedua subjective

norms adalah persepsi AKK mengenai dukungan orang tua, teman-teman

persekutuan, PKK, dan saudara KKnya untuk menganjurkan atau tidak

menganjurkan, mendukung atau tidak mendukung dalam melakukan saat teduh,

serta adanya motivasi AKK untuk mematuhi orang-orang tersebut. Ketiga

perceived behavioral control adalah persepsi dari AKK mengenai kemampuannya

untuk melakukan saat teduh, mudah atau sulit, setuju atau tidak setuju dan

mungkin atau tidak untuk melakukan saat teduh.

Berdasarkan hasil survei awal dengan 10 orang AKK PMK di Universitas

Kristen Maranatha Bandung, diperoleh data sebanyak 70% dari AKK mempunyai

sikap yang favourable dalam melakukan saat teduh. Mereka menyatakan bahwa

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha menyenangkan bagi mereka. Menurut mereka, melakukan saat teduh akan

mendatangkan beberapa konsekuensi positif (attitude toward the behavior), antara

lain merasa lebih dekat dengan Tuhan, merasa lebih tenang dalam melakukan

aktivitas dan menghadapi masalah, merasa lebih terkontrol dalam berperilaku

sehari-hari, dapat berbagi dengan teman-teman mengenai renungan yang dibaca

ketika saat teduh, dan membuat mereka menjadi lebih introspeksi diri, sehingga

mereka merasa ada hal yang kurang ketika tidak melakukan saat teduh. Dengan

kondisi tersebut sikap AKK semakin favourable untuk melakukan saat teduh.

Sebanyak 30% AKK yang lain memiliki sikap yang unfavourable dalam

melakukan saat teduh. Mereka menyatakan bahwa saat teduh adalah hal

membosankan untuk dilakukan, karena kesulitan dalam menyisihkan dan

menyediakan waktu untuk melakukan saat teduh dan merasa melakukan saat

teduh hanya sebagai rutinitas saja. Selain itu, bagi mereka dengan rajin ke gereja

dan tidak melanggar aturan-aturan agama, sudah cukup menandakan bahwa ia

adalah seorang Kristen yang baik tanpa perlu melakukan saat teduh. Hal ini

menimbulkan penilaian AKK bahwa melakukan saat teduh akan mendatangkan

konsekuensi negatif bagi mereka. Dengan kondisi tersebut menimbulkan sikap

AKK semakin unfavourable untuk melakukan saat teduh.

Sebanyak 80% dari AKK menyatakan bahwa orang-orang terdekat

mereka, seperti keluarga, PKK, pacar, teman-teman persekutuan, selalu

mendukung mereka untuk melakukan saat teduh. Dukungan yang diberikan antara

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha Kecil. Ketika saat teduh tidak dilakukan, menurut AKK orang-orang terdekatnya

akan terus mengingatkan, menyemangati dan bahkan akan memberikan teguran

kepada mereka. Hal tersebut membuat AKK mempersepsi bahwa orang-orang

terdekatnya memotivasi dan mendukung mereka untuk melakukan saat teduh,

yang dianggap AKK sebagai suatu tuntutan, sehingga AKK termotivasi untuk

mematuhinya (subjective norms).

Kemudian sebanyak 20% dari AKK menyatakan bahwa orang-orang

terdekat mereka, yakni keluarga, PKK, pacar dan teman-teman persekutuan

kurang mengingatkan, memotivasi, mendorong dan memberikan perhatian kepada

AKK untuk melakukan saat teduh. AKK menyatakan bahwa kurangnya tuntutan

ini karena orang terdekatnya menganggap AKK sudah dewasa, yang tidak harus

selalu diingatkan dan didorong untuk melakukan saat teduh, tetapi lebih pada

kesadaran diri sendiri. AKK juga mengatakan bahwa ketika teman satu kos

melihatnya melakukan saat teduh, AKK mendapat ejekan dan dianggap ‘terlalu

alim’. Hal ini membuat AKK merasa kurang dituntut untuk melakukan saat teduh

dan AKK termotivasi untuk mematuhi orang-orang tersebut (subjective norms).

Sebanyak 30% dari AKK memiliki persepsi bahwa mereka mampu untuk

melakukan saat teduh dengan teratur. Mereka memiliki keyakinan bahwa terdapat

sumber daya yang mendukung dan berpengaruh kuat untuk melakukan saat teduh,

seperti suasana yang tenang untuk melakukan saat teduh, kondisi fisik yang fit,

kesadaran dan kerinduan untuk melakukan saat teduh. Meskipun demikian, ada

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha munculnya rasa malas, kurangnya kemampuan dalam memahami bagian Alkitab

yang dibaca dan dibahas. Selain itu kelelahan dan kesulitan dalam menyediakan

waktu untuk melakukan saat teduh, karena banyaknya kegiatan dan tugas kuliah,

juga menjadi hambatan bagi mereka untuk melakukan saat teduh. Akan tetapi, ada

keyakinan bahwa mereka bisa melakukan saat teduh karena memiliki jalan keluar

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Kondisi ini membuat AKK

mempersepsi bahwa mereka mampu untuk melakukan saat teduh (perceived

behavior control).

Sebanyak 70% AKK lainnya memiliki persepsi bahwa mereka tidak

mampu untuk melakukan saat teduh. AKK memiliki keyakinan bahwa terdapat

hal-hal yang menghambat mereka untuk melakukan saat teduh seperti adanya rasa

malas, kurangnya kesiapan hati untuk melakukan saat teduh, sehingga merasa saat

teduh hanya sebagai rutinitas karena tidak mendapatkan makna dari saat teduh

yang dilakukan. Kesulitan lainnya adalah menyediakan waktu untuk melakukan

saat teduh karena padatnya jadwal dan tugas kuliah yang menumpuk, sehingga

mereka merasa kelelahan ketika akan melakukan saat teduh. Bagi mereka

kesulitan-kesulitan yang mereka alami ini berpengaruh kuat bagi mereka untuk

tidak melakukan saat teduh, sehingga pada akhirnya AKK mempersepsikan

bahwa saat teduh merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan.

Berdasarkan kondisi-kondisi yang sudah dipaparkan, terlihat bahwa

terdapat variasi dari kontribusi determinan-determinan terhadap intention AKK

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha meneliti bagaimana kontribusi dari determinan-determinan terhadap intention

untuk melakukan saat teduh pada AKK PMK di Universitas Kristen Maranatha

Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Determinan manakah yang paling berkontribusi terhadap intention untuk

melakukan saat teduh pada Anggota Kelompok Kecil (AKK) PMK (Persekutuan

Mahasiswa Kristen) di Universitas Kristen Maranatha Bandung.

1.3 Maksud danTujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui derajat kontribusi dari determinan-determinan

terhadap intention untuk melakukan saat teduh pada AKK PMK di Universitas

Kristen Maranatha Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk menentukan determinan mana yang derajat kontribusinya paling

tinggi terhadap intention dan faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi

determinan-determinan terhadap intention untuk melakukan saat teduh pada AKK

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

 Sebagai tambahan informasi pada bidang ilmu Psikologi khususnya

Psikologi Sosial mengenai gambaran intention dan

determinan-determinannya dari teori planned behavior.

 Memberikan informasi dan wawasan teoritik bagi penelitian lebih lanjut

mengenai kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk

melakukan saat teduh pada mahasiswa Anggota Kelompok Kecil PMK.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada Anggota Kelompok Kecil mengenai

gambaran intention dan determinan-determinannya dalam melakukan saat

teduh. Diharapkan Anggota Kelompok Kecil dapat meningkatkan

intention mereka untuk melakukan saat teduh.

 Memberikan informasi kepada setiap Pendamping, Pengurus dan

Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) PMK mengenai gambaran intention

dan determinan-determinannya dalam melakukan saat teduh, serta

memberikan gambaran determinan yang paling penting dan faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap intention. Informasi ini dapat digunakan untuk

mendorong dan meningkatkan intention Anggota Kelompok Kecil untuk

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran

Nelson Saragih (2008), mengatakan saat teduh adalah salah satu bentuk

dari disiplin rohani bagi orang Kristen, dengan menyediakan waktu untuk

menenangkan diri dalam masa yang teduh dan tenang dengan membaca dan

merenungkan suatu bagian Alkitab. Adapun tujuan melakukan saat teduh adalah

untuk menolong manusia agar lebih dekat dan lebih peka dengan Tuhannya.

Dalam pelaksanaannya, disiplin rohani tidak dapat dipaksakan karena disiplin

menunjuk kepada latihan untuk mengembangkan penguasaan diri dan karakter

atau hal-hal lain yang dicapai dari latihan tersebut. Apabila disiplin rohani adalah

sebuah latihan, berarti bukan hanya dilakukan satu atau dua kali, akan tetapi

dilakukan secara rutin dan teratur, bahkan secara terus menerus. Selain itu

individu yang berdisiplin adalah individu yang dapat mengerjakan apa yang harus

dikerjakan pada saat hal tersebut harus dikerjakan (Richard Foster, 1990).

Mahasiswa Anggota Kelompok Kecil (AKK) PMK di Universitas Kristen

Maranatha Bandung memiliki usia yang tergolong pada periode masa dewasa

awal, dengan tahap kognitif yang sudah mencapai tahap berpikir formal

operational. Pada periode ini ditandai dengan ciri-ciri berpikir, seperti berpikir

logis, berpikir abstrak dan berpikir konseptualisasi. Individu yang berada pada

tahap dewasa awal lebih maju secara kuantitatif dan mengalami perubahan dalam

cara berpikirnya. Individu dalam tahap ini secara berangsur-angsur menyadari

adanya keberagaman dalam pendapat dan sudut pandang (Santrock, 2002). Terkait

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha berbeda mengenai mengapa mereka melakukan perilaku tertentu. Demikian pula

halnya dengan AKK memiliki alasan yang berbeda-beda pula dalam mengambil

keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan saat teduh dengan teratur.

Jean Fleming (2011) mengungkapkan ada dua elemen dasar dari saat

teduh, yaitu Firman Tuhan dan doa yang menunjukkan adanya komuniksi yang

bersifat dua arah, yakni memberi dan menerima. Dimana ketika AKK melakukan

saat teduh, Tuhan berbicara melalui firman-Nya yang dibaca dan direnungkan

oleh AKK. Kemudian AKK memberikan tanggapan kepada Tuhan atas firman

yang diperoleh melalui doa. Jadi, ketika AKK melakukan saat teduh, tidak hanya

membaca apa yang tercantum dalam Alkitab dan buku renungan saja, tetapi juga

merenungkan dan memberikan respon atas Firman yang sudah dibaca untuk

kemudian dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kedua elemen

ini setiap kali AKK melakukan saat teduh setiap harinya, maka lama-kemalamaan

hal ini akan menjadi suatu kebiasaan (habit) bagi AKK dan pada akhirnya akan

membentuk niat (intention) AKK untuk melakukan saat teduh.

Menurut Icek Ajzen (2005), individu berperilaku berdasarkan pada akal

sehatnya dengan mempertimbangkan setiap informasi yang ada dan secara

implisit maupun eksplisit mempertimbangkan dampak dari perilaku tersebut.

Demikian halnya dengan AKK, dimana mereka akan mempertimbangkan

informasi dan dampak yang akan mereka dapatkan ketika mereka melakukan saat

teduh dengan teratur. Hal ini akan mempengaruhi mereka dalam menentukan

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha dekat dan peka dengan Tuhan (pertumbuhan rohani). Target ini kemudian akan

mempengaruhi bagaimana mereka akan berperilaku, seperti melakukan saat teduh

dengan teratur pada waktu dan tempat yang sesuai dengan kenyamanan dan

ketenangan yang mereka rasakan ketika melakukan saat teduh.

Berdasarkan teori dari planned behavior, intention adalah suatu gambaran

dari seberapa kuat seseorang berusaha dan seberapa banyak usaha yang

direncanakannya untuk digunakan dalam tujuan menampilkan suatu perilaku. Jadi

semakin kuat intention yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu

perilaku, maka kemungkinan untuk memunculkan perilaku tersebut akan semakin

kuat. Begitu pula sebaliknya, semakin lemah intention yang dimiliki oleh individu

untuk berperilaku tertentu, maka kemungkinan untuk memunculkan perilaku

tersebut juga akan semakin lemah. Adapun intention individu terhadap suatu

perilaku dipengaruhi oleh tiga determinan dasar, yaitu attitude toward the

behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control.

Attitude toward the behavior merupakan sikap terhadap evaluasi positif

atau negatif individu terhadap perilaku yang akan ditampilkannya.

Kemunculannya didasari oleh adanya behavioral belief, yaitu keyakinan individu

terhadap evaluasi mengenai konsekuensi atau akibat dari menampilkan suatu

perilaku, apakah banyak membawa dampak positif atau negatif. Menurut Icek

Ajzen (2005), individu akan favourable terhadap suatu perilaku jika individu

tersebut memiliki keyakinan evaluasi positif terhadap konsekuensi dari perilaku

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha individu tersebut memiliki keyakinan evaluasi negatif terhadap konsekuensi dari

perilaku tersebut.

Demikian pula halnya dengan AKK, dimana jika AKK memiliki

keyakinan evaluasi positif terhadap konsekuensi melakukan saat teduh, seperti

lebih dekat dengan Tuhan, lebih tenang dan merasa nyaman menjalani aktivitas,

dan pada saat menghadapi permasalahan (behavioral beliefs), maka AKK menjadi

favourable dalam melakukan saat teduh, seperti akan tertarik dan merasa senang

untuk terus melakukan saat teduh. Jika AKK memiliki keyakinan evaluasi negatif

dari konsekuensi melakukan saat teduh, seperti berkurangnya waktu untuk tidur

atau beristirahat, tidak mendapatkan makna dari saat teduh, maka AKK menjadi

unfavourable untuk melakukan saat teduh. Dimana AKK menjadi kurang tertarik,

dan kurang merasa senang sehingga merasa malas untuk melakukan saat teduh.

Determinan yang kedua adalah subjective norms, yaitu persepsi individu

mengenai tuntutan dari orang-orang yang signifikan untuk menampilkan atau

tidak menampilkan suatu perilaku dan ada kesediaan individu untuk mengikuti

orang-orang tersebut. Subjective norms didasari oleh normative beliefs, yaitu

keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok yang penting baginya akan

menyetujui atau tidak menyetujui penampilan dari suatu perilaku dan motivasi

individu tersebut untuk mematuhi orang-orang yang signifikan baginya. Icek

Ajzen (2005), menyatakan bahwa jika individu mempersepsi bahwa orang yang

signifikan baginya menuntut individu untuk menampilkan perilaku tertentu dan

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha memiliki subjective norms yang positif. Sebaliknya, apabila individu mempersepsi

bahwa orang yang signifikan baginya tidak menuntut individu untuk melakukan

perilaku tertentu dan individu termotivasi untuk mematuhinya, maka individu

akan memiliki subjective norms yang negatif.

Jika setiap AKK memiliki keyakinan bahwa orang-orang terdekatnya

seperti keluarga, PKK, teman terdekat atau pacar dan teman-teman persekutuan

mengingatkan dan mendorong AKK untuk melakukan saat teduh dengan teratur

(normative beliefs), maka AKK memiliki persepsi bahwa orang-orang terdekatnya

menuntut mereka untuk melakukan saat teduh dengan teratur. Kemudian dengan

adanya motivasi dari AKK untuk mematuhi tuntutan dari orang-orang tersebut,

maka AKK akan memiliki subjective norms yang positif. Demikian pula

sebaliknya, jika setiap AKK memiliki keyakinan bahwa orang-orang terdekatnya

tidak mendukung mereka untuk melakukan saat teduh dengan teratur, maka AKK

akan memiliki persepsi bahwa orang-orang terdekatnya tersebut tidak menuntut

mereka untuk melakukan saat teduh dengan teratur Kemudian dengan adanya

motivasi dari AKK untuk mematuhi tuntutan dari orang-orang tersebut, maka

AKK akan memiliki subjective norms yang negatif.

Perceived behavioral control yang merupakan determinan ketiga adalah

persepsi individu mengenai kemampuannya untuk menampilkan suatu perilaku.

Perceived behavioral control juga didasari oleh beliefs yang disebut control

beliefs, yaitu keyakinan mengenai ada atau tidak faktor-faktor yang mendukung

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha mengatakan bahwa, ada atau tidaknya persepsi individu mengenai faktor yang

mendukung dan menghambatnya untuk melakukan suatu perilaku tertentu dan

besar atau kecilnya kekuatan dari faktor-faktor tersebut, akan mempengaruhi

perceived behavioral control individu terhadap suatu perilaku tertentu menjadi

positif atau negatif.

Apabila AKK meyakini adanya faktor-faktor yang mendukungnya

(control beliefs), seperti suasana yang hening dan kondisi tubuh yang fit untuk

melakukan saat teduh, dan faktor tersebut kuat pengaruhnya dalam mendukung

AKK melakukan saat teduh, maka AKK memiliki persepsi bahwa saat teduh

adalah hal yang mampu mereka lakukan. Hal ini akan membuat AKK memiliki

perceived behavioral control yang positif. Sebaliknya jika AKK meyakini adanya

faktor-faktor yang menghambatnya, seperti kesulitan dalam pengaturan waktu,

rasa malas, kondisi tubuh yang lelah untuk melakukan saat teduh, dan faktor

tersebut kuat pengaruhnya dalam menghambat AKK melakukan saat teduh, maka

AKK memiliki persepsi bahwa melakukan saat teduh dengan teratur merupakan

hal yang sulit atau tidak mampu untuk mereka lakukan. Hal tersebut akan

membuat AKK memiliki perceived behavioral control yang negatif.

Attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral

control juga saling berhubungan satu dengan lainnya. Semakin positif atau negatif

hubungan dari ketiga determinan ini, maka akan berpengaruh pula pada kuat atau

lemahnya kontribusi dari setiap determinan terhadap intention AKK untuk

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha hubungan erat yang positif, maka AKK yang favourable, seperti tertarik untuk

melakukan saat teduh dengan teratur, juga akan memiliki persepsi bahwa mereka

mampu untuk melakukannya disamping mereka juga memiliki persepsi bahwa

keluarga, PKK, teman terdekat atau pacar dan teman-teman persekutuan

mengingatkan bahkan juga sampai menuntut mereka untuk melakukan saat teduh

dengan teratur. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi intention AKK untuk

melakukan saat teduh akan semakin kuat.

Sebaliknya AKK yang unfavourable seperti kurang tertarik untuk

melakukan saat teduh dengan teratur, mereka akan memiliki persepsi bahwa

mereka tidak mampu untuk melakukan saat teduh dengan teratur disamping

mereka juga mempersepsi bahwa keluarga, PKK, teman terdekat atau pacar dan

teman-teman persekutuan tidak menuntut mereka dan juga jarang mengingatkan

mereka untuk melakukan saat teduh dengan teratur. Interaksi dari ketiga

determinan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kuat atau lemahnya

intention AKK untuk melakukan saat teduh dengan teratur. Hal ini akhirnya juga

akan akan mempengaruhi intention AKK untuk melakukan saat menjadi lemah.

Apabila attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived

behavioral control memiliki hubungan yang negatif, berarti AKK yang

unfavourable untuk melakukan saat teduh memiliki persepsi bahwa orang-orang

terdekatnya mendukung mereka untuk melakukan saat teduh, dan mereka bersedia

untuk mematuhi orang-orang tersebut. Selain itu mereka juga memiliki persepsi

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha favourable untuk melakukan saat teduh, memiliki persepsi bahwa orang-orang

terdekatnya kurang atau bahkan tidak mendukung dirinya untuk melakukan saat

teduh dan mereka bersedia mematuhi orang-orang tersebut. Selain itu mereka

akan juga mempersepsi dirinya tidak mampu untuk melakukan saat teduh. Kondisi

ini juga pada akhirnya akan mempengaruhi kuat lemahnya intention AKK untuk

melakukan saat teduh.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kemunculan setiap

determinan dari intention didasari dan dipengaruhi oleh masing-masing beliefs,

yaitu behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs. Kuat lemahnya

dasar keyakinan (beliefs) dari setiap determinan intention pada AKK, dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang disebut sebagai background factors. Menurut Icek Ajzen

(2005), background factors terdiri dari 3 kategori, yaitu personal, sosial dan

informasi. Individu yang tumbuh di lingkungan sosial yang berbeda akan

memperoleh informasi yang berbeda pula mengenai suatu hal. Kemudian

kemampuan individu dalam mengolah dan memaknakan informasi tersebut akan

mempengaruhi pandangan individu terhadap hal tersebut Demikian pula dengan

informasi yang diterima oleh setiap AKK dari Kelompok Kecil, PMK/lingkungan

sosialnya, seperti pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai mengenai makna saat

teduh, yang kemudian dilanjutkan dengan bagaimana AKK dalam mengolah dan

memaknai tentang saat teduh, akan mempengaruhi AKK dalam memandang

(30)

21

Universitas Kristen Maranatha akhirnya juga akan mempengaruhi kuat atau lemahnya intention AKK untuk

melakukan saat teduh.

Apabila AKK mendapatkan banyak informasi dan dukungan positif

mengenai saat teduh dari lingkungan sosialnya, seperti dari PMK, Kelompok

Kecil, gereja dan juga dari orang-orang terdekat atau sekitarnya (media exposure),

kemudian mengolah, memaknai dan meyakini informasi tersebut sebagai

nilai-nilai dalam kehidupan agamanya, maka akan mempengaruhi persepsi atau

pandangan AKK juga positif terhadap saat teduh. Dimana AKK akan memandang

bahwa saat teduh sebagai hal yang penting dalam hidupnya untuk dilakukan. Hal

ini juga semakin diperkuat dengan adanya pengalaman (experience) AKK yang

positif mengenai saat teduh, seperti keberhasilan AKK dalam memahami bagian

Alkitab yang cukup sulit baginya untuk direnungkan dan dimaknakan dalam

konteks kesehariannya (intellegence), pengalaman ketika bahan renungan yang

dibaca sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi sehingga mendapatkan

pencerahan dan semangat dalam memecahkan masalahnya. Hal-hal tersebut

menjadikan dasar keyakinan AKK yang positif terhadap saat teduh, yang

mempengaruhi determinan-determinan intention menjadi kuat dan positif. Kondisi

ini akhirnya mempengaruhi intention AKK untuk melakukan saat teduh menjadi

kuat.

Apabila AKK mendapatkan banyak hambatan dan informasi negatif

mengenai saat teduh dari lingkungan sosialnya, seperti dari PMK, Kelompok

(31)

22

Universitas Kristen Maranatha kemudian mengolah, memaknai dan meyakini informasi tersebut sebagai

nilai-nilai dalam kehidupan agamanya menjadikan pandangan AKK juga negatif

terhadap saat teduh. Dimana AKK akan memandang bahwa saat teduh sebagai hal

yang kurang atau bahkan tidak penting dalam hidupnya untuk dilakukan. Hal ini

juga semakin diperkuat dengan adanya pengalaman (experience) AKK yang

negatif mengenai saat teduh, seperti suasana gaduh yang membuatnya sulit

berkonsentrasi setiap kali melakukan saat teduh, kesulitan memanajemen waktu,

kegagalan AKK dalam memahami bagian Alkitab yang cukup sulit baginya untuk

direnungkan dan dimaknakan dalam konteks kesehariannya (intellegence).

Hal-hal tersebut menjadikan dasar keyakinan AKK negatif terhadap saat teduh, yang

mempengaruhi determinan-determinan intention menjadi lemah dan negatif.

Kondisi ini pada akhirnya mempengaruhi intention AKK untuk melakukan saat

teduh menjadi lemah.

Selain itu, personality traits dari setiap AKK juga mempengaruhi dasar

keyakinan (beliefs) AKK mengenai saat teduh, yang kemudian juga turut

berpengaruh pada kuat atau lemahnya intention dalam melakukan saat teduh.

AKK yang cenderung ekstrovert, cenderung membutuhkan orang lain sebagai

sumber informasinya dalam memahami dan memaknai saat teduh, yang nantinya

akan menjadi informasi tersebut sebagai dasar keyakinan (beliefs) untuk

melakukan saat teduh. Jika orang-orang terdekat dan sekitarnya mendukung dan

banyak memberikan informasi yang positif mengenai saat teduh, membuat AKK

(32)

23

Universitas Kristen Maranatha orang-orang terdekat dan sekitarnya menghambat dan banyak memberikan

informasi negatif mengenai saat teduh, membuat AKK yakin bahwa saat teduh

adalah hal yang kurang atau bahkan tidak penting untuk dilakukan.

AKK yang cenderung introvert, cenderung mengolah ke dalam dirinya

mengenai saat teduh. Sehingga apa yang diketahuinya mengenai saat teduh adalah

menurut dirinya sendiri. Apabila AKK mengetahui saat teduh adalah hal yang

positif, maka hal ini akan mempengaruhi keyakinan AKK bahwa saat teduh

adalah hal yang penting untuk dilakukan dalam hidupnya. Sebaliknya apabila

AKK mengetahui saat teduh adalah hal yang negatif, maka hal ini akan

mempengaruhi keyakinan AKK bahwa saat teduh adalah hal kurang dan bahkan

tidak penting untuk dilakukan dalam hidupnya.

Selain itu jika dilihat dari faktor sosial AKK sendiri juga dapat

mempengaruhi bagaimana AKK memandang dan memahami saat teduh. Adapun

faktor-faktor sosialnya adalah seperti usia, dimana usia AKK akan mempengaruhi

AKK dalam memahami informasi yang mereka dapatkan mengenai saat teduh dan

pada akhirnya mempengaruhi sikap mereka untuk melakukan atau tidak

melakukan saat teduh. Demikian halnya dengan faktor jenis kelamin, suku bangsa,

pendidikan, status ekonomi dan asal PMK. Adapun skema kerangka pikir di atas

(33)

24

Universitas Kristen Maranatha

Skema 1.1 Kerangka Pikir

AKK PMK di UKM Bandung Melakukan saat teduh dengan teratur Intention untuk melakukan saat teduh dengan teratur Normative Beliefs Control Beliefs Behavioral Beliefs Perceived behavioral control Subjective Norm Attitude toward the behavior Background factors Personal

Sikap terhadap hidup (general attitude) Personality Traits Value Intelligence Social Age

Gender, Suku, Education, Status ekonomi, asal PMK Information

(34)

25

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Dari pemaparan di atas maka peneliti merumuskan asumsi :

1. Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral

control berkontribusi terhadap kuat lemahnya intention dari Anggota

Kelompok Kecil PMK di Universitas Kristen Maranatha Bandung dalam

melakukan saat teduh.

2. Kekuatan dari ketiga determinan juga dipengaruhi oleh background

factors, yaitu personal, social, dan information.

1.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Umum

Terdapat kontribusi dari determinan-determinan terhadap intention untuk

melakukan saat teduh pada Anggota Kelompok Kecil di Persekutuan Mahasiswa

Kristen Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Hipotesis Khusus

Hipotesis 1 : Terdapat kontribusi dari attitude toward the behavior

terhadap intention untuk melakukan saat teduh pada Anggota Kelompok Kecil di

(35)

26

Universitas Kristen Maranatha Hipotesis 2 : Terdapat kontribusi dari subjective norms terhadap intention

untuk melakukan saat teduh pada Anggota Kelompok Kecil di Persekutuan

Mahasiswa Kristen Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Hipotesis 3 : Terdapat kontribusi dari perceived behavioral control

terhadap intention untuk melakukan saat teduh pada Anggota Kelompok Kecil di

(36)

87 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk melakukan saat teduh yang dilakukan kepada 128 orang mahasiswa Anggota Kelompok Kecil PMK di Universitas Kristen Maranatha Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Diantara ketiga determinan, determinan attitude toward the behavior memberikan kontribusi yang paling besar terhadap intention. Semakin AKK PMK mengetahui manfaat melakukan saat teduh, maka AKK akan semakin senang untuk melakukannya dan membentuk sikap yang positif untuk melakukan saat teduh (favourable) sehingga keputusan secara sadar dari AKK PMK untuk melakukan saat teduh semakin kuat (intention).

2. Determinan perceived behavioral control memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap intention. Persepsi yang positif dari AKK PMK mengenai kemampuannya untuk melakukan saat teduh, semakin memperkuat keputusan secara sadar (intention) dari AKK PMK untuk melakukan saat teduh.

(37)

88

Universitas Kristen Maranatha PMK, yang juga berpengaruh kuat bagi mereka untuk melakukan saat teduh. Dapat dikatakan keyakinan (beliefs) tersebut tampaknya tidak terkait dengan perceived behavioral control AKK PMK untuk melakukan saat teduh.

4. Determinan subjective norms memberikan kontribusi terkecil terhadap intention. Persepsi AKK PMK yang positif mengenai tuntutan dari

orang-orang signifikan baginya dan adanya kesediaan mereka untuk mengikuti orang-orang tersebut, tidak terlalu berpengaruh dalam memperkuat keputusan secara sadar (intention) dari AKK PMK untuk melakukan saat teduh.

5. Ketiga determinan tersebut saling berkorelasi satu dengan yang lainnya, dan yang paling besar korelasinya adalah antara determinan attitude toward the behavior dengan subjective norms. Semakin cenderung AKK PMK untuk

melakukan saat teduh (favourable), maka persepsi AKK PMK mengenai tuntutan dari orang-orang signifikannya untuk melakukan saat teduh dan kesediaan mereka untuk mematuhi orang-orang tersebut juga semakin positif. 6. Background factors baik dari personal, sosial maupun informasi, tampaknya

tidak terkait terhadap determinan- determinan dari intention, yaitu attitude toward the behavior, subjective norms maupun perceived behavioral control.

5.2 Saran

(38)

89

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Saran Teoritis

1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dengan kurangnya meneliti “beliefs” secara lebih mendalam. Oleh karena itu bagi peneliti lain yang ingin meneliti planned behavior dalam bidang Psikologi Sosial, dapat melakukan penelitian

ini lebih lanjut, yaitu dengan meneliti lebih mendalam dan spesifik mengenai pengaruh belief-belief yang ada dalam determinan-determinan intention terhadap determinan itu sendiri.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian kontribusi determinan-determinan terhadap intention pada Anggota Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas Kristen Maranatha Bandung, pada kegiatan pembinaan kerohanian lainnya di Kelompok Kecil dan Persekutuan Mahasiswa Kristen.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi setiap pendamping dan pengurus PMK di Universitas Kristen Maranatha Bandung disarankan untuk tetap memberikan pembinaan-pembinaan rohani kepada setiap AKK PMK, terutama pembinaan yang bertemakan mengenai saat teduh sebagai bentuk informasi yang akan mereka terima, untuk meningkatkan keyakinan mereka akan konsekuensi dari melakukan saat teduh. 2. Bagi setiap PKK, sebagai orang yang signifikan bagi AKK dalam organisasi

(39)

90

Universitas Kristen Maranatha teduh, agar dapat menimbulkan persepsi positif AKK mengenai tuntutan PKKnya untuk melakukan saat teduh dan kesediaan mereka untuk mematuhi PKKnya.

3. Bagi setiap PKK, sebagai orang yang signifikan bagi AKK dalam organisasi PMK, diharapkan memberikan feedback dari saat teduh yang dilakukan oleh AKK agar muncul persepsi positif dari AKK mengenai kemampuannya dalam melakukan saat teduh. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganjurkan setiap AKKnya untuk mencatat hal-hal yang didapatkan dan yang kurang dipahami dari renugan yang dibaca setiap kali melakukan saat teduh, kemudian melakukan diskusi dan pembahasan mengenai hal tersebut.

(40)

91

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. 2nd ed. England: Open University Press, McGraw-Hill Education.

Fleming, Jean. 2011. Waktu Bersama Tuhan. Yogyakarta : Yayasan Gloria.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. 3rd ed. Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company.Ltd.

Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W. 1998. Adolescent Development. 7th ed. USA : McGraw-Hill, Inc.

Santrock, John. W. 2002. Life Span Development. Edisi Ketujuh. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santrock, John. W. 2003. Adolescence. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit CV Alfabeta.

(41)

92

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ajzen, Icek. 2002. Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations, diunduh pada tanggal 24 Juni 2011.

Efraim, Anggian Heksa. 2010. Kontribusi Determinan-Determinan terhadap Intention untuk Melakukan Puasa Makan Pada Pengurus PMK di Universitas Kristen Maranatha Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Haryanto, Rocky.2011.Studi Deskriptif mengenai Profil Dimensi-Dimensi Religiusitas pada Mahasiswa yang Mengikuti Kelompok Kecil di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Http://www.ppa.or.id/artikel/saat-teduh-dengan-metode-baca-gali-alkitab-376.html, diunduh pada tanggal 28 April 2011.

Putra, Nugraha Utama. 2010. Studi Deskriptif mengenai Stage Of integrity Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas “X” Bandung. Usulan Penelitian. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Putro, Eko Widyanto. 2007. Studi Deskriptif mengenai Intention dan Determinan-Determinannya dalam Menggunakan Helm Pada Mahasiswa Pengendara Sepeda Motor Universitas “X” Bandung (Ditinjau Berdasarkan Teori Planeed Behavior). Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Penggunaan Metode Analisis Teks Teknik Catatan Tulis dan Susun(TS) Pada Pembelajaran Shokyu Choukai II (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mahasiswa Tingkat I Kelas

Subjek dalam evaluasi ini berupa instrumen penilaian dalam Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Produktif kelas X tahun ajaran 2011/2012 pada kompetensi keahlian

atas berkah dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan dengan baik Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Monitoring Jaringan Antara Cacti Dan PRTG. Laporan Tugas

ANNI FARIDAH. Kajian Fenomena dan Penghambatan Retrogradasi Bika Ambon. Dibimbing oleh SUGIYONO, SOEWARNO T SOEKARTO dan BAMBANG HARYANTO. Bika ambon merupakan produk unggulan

Observasi ini meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan kondisi di lingkungan sekolah, baik secara fisik dan non fisik. Hal ini dilakukan agar mahasiswa mahasiswa PPL

Dari hasil penelitian terlihat bahwa pemberian ekstrak etanol daun sirsak dengan lama pemberian 60 hari menunjukan pengaruh yang signifikan pada aktivitas SGPT, bersihan

jika kondisi kelas cenderung basar maka dalam kelas tersebut akan diisi siswa yang lebih banyak, dan memungkinkan perhatian guru akan terpecah untuk banyak siswa,

Feubah yang 1-esponsif terhadap industri kerupuk adalah harga hasil produksi dan kelembagaan, untuk industri kerupuk hat-ga hasil produksi agar supaya diting katkan karena