vi
ABSTRACT
This study aimed to find the influence of debt tax shield and non-debt tax shield to the company’s capital structure. Debt tax shield is tax deduction which is obtained from using debt in capital structure, while non-debt tax shield is non-cash costs which led to tax savings and is used to reduce debt. Samples in this study are manufacturing companies which selected using purposive sampling method based on certain criteria. This study used multiple regression analysis. Result of study showed that debt tax shield affects the capital structure. However, non-debt tax shield does not affect the capital structure because tax savings from using depreciation expense are not as big as the tax savings from using debt.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh antara debt tax shield dan non-debt tax shield terhadap struktur modal perusahaan. Debt tax shield merupakan pengurangan pajak yang diperoleh dari penggunaan utang dalam struktur modal, sedangkan non-debt tax shield merupakan biaya non kas yang menyebabkan penghematan pajak dan digunakan untuk mengurangi utang. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan, non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap struktur modal karena penghematan pajak yang berasal dari pemanfaatan biaya depresiasi (penyusutan) tidak sebesar penghematan pajak yang dihasilkan dari penggunaan utang.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii
KATA PENGANTAR... iv
ABSTRACT... vi
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian... 5
1.4 Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS... 6
ix
BAB III METODE PENELITIAN... 30
3.1 Populasi dan Sampel... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian... 42
4.2 Hasil Pengujian Data... 43
4.2.1 Uji Normalitas... 43
4.2.2 Uji Autokorelasi... 43
x
4.2.4 Uji Multikolinearitas... 44
4.3 Hasil Analisis Data... 44
4.3.1 Koefisien Determinasi... 45
4.3.2 Goodness of Fit Model... 45
4.3.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)... 46
4.3.4 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T)... 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 49
5.1 Simpulan... 49
5.2 Keterbatasan Penelitian... 49
5.3 Saran... 50
DAFTAR PUSTAKA... 51
LAMPIRAN... 53
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Daftar Nama Perusahaan Sampel... 50
Lampiran B Hasil Uji Normalitas... 52
Lampiran C Hasil Uji Autokorelasi... 53
Lampiran D Hasil Uji Heteroskedastisitas... 54
Lampiran E Hasil Uji Multikolinearitas/ Uji Statistik T... 55
Lampiran F Koefisien Determinasi... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak yang dapat dipaksakan dengan undang-undang dan merupakan pengorbanan sumber daya ekonomis yang tidak memberikan imbalan (kontraprestasi) secara langsung bagi perusahaan. Sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia adalah self assessment system di mana wajib pajak sendiri yang melakukan penghitungan, penyetoran, dan
pelaporan jumlah pajak terutangnya.
Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak mempunyai kewajiban untuk membayar pajak yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperoleh perusahaan dikali dengan tarif pajak yang berlaku. Semakin besar jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan, maka semakin besar pula penerimaan negara. Namun, bagi perusahaan, pajak merupakan hal yang memberatkan karena akan mengurangi laba bersih perusahaan sehingga perusahaan ingin meminimalkan pembayaran jumlah pajak terutangnya. Dengan diterapkannya self assessment system, maka memungkinkan bagi perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak terutangnya, salah satunya dengan melakukan manajemen pajak.
Bab I Pendahuluan │ 2 memenuhi ketentuan perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Salah satu bentuk manajemen pajak yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan. Utang sebagai salah satu sumber pendanaan perusahaan memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, utang menimbulkan kewajiban pembayaran beban bunga yang menurut pajak bersifat deductible expense sehingga dapat mengurangi penghasilan kena pajak serta
mengurangi jumlah pajak terutang. Sedangkan sisi negatifnya adalah penggunaan utang yang terlalu besar apabila tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik akan menimbulkan resiko yang besar pula serta menyebabkan kebangkrutan (Frensidy, 2009).
Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan struktur modalnya agar memiliki komposisi yang seimbang sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Struktur modal adalah komposisi perbandingan antara tingkat utang dengan modal sendiri dalam keputusan pendanaan perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan dapat berupa pendanaan internal maupun eksternal. Sumber pendanaan internal berasal dari laba ditahan, sedangkan sumber pendanaan eksternal berasal dari penerbitan utang atau ekuitas. Menurut Brigham dan Houston (2011), pajak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal. Dengan begitu, pajak seharusnya menjadi pertimbangan yang potensial dalam pengambilan keputusan pendanaan perusahaan.
Bab I Pendahuluan │ 3 perlakuan antara biaya bunga pinjaman dengan pengeluaran dividen. Menurut pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, biaya bunga pinjaman dapat menjadi pengurang (deductible expense) terhadap penghasilan kena pajak. Sedangkan menurut pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, pengeluaran dividen tidak dapat dikurangkan sebagai biaya (non-deductible expense). Peraturan perpajakan tersebut digunakan oleh perusahaan untuk
meminimalkan beban pajak terutangnya dengan memanfaatkan tax shields.
Djumahir (2005) menyebutkan bahwa tax shields adalah kelompok penentu struktur modal yang dapat mengurangi atau menambah utang, terdiri dari debt tax shield yaitu penentu struktur modal, utang akan ditambah jika terdapat insentif atas
penambahan utang berupa pengurangan pajak dari pembebanan bunga utang terhadap laba dan rugi dan non-debt tax shield yaitu penentu struktur modal bukan dari utang, tetapi berupa pembebanan biaya depresiasi terhadap laba dan rugi.
Bab I Pendahuluan │ 4 penggunaan utang adalah pengembangan bisnis yang cepat tanpa harus memiliki modal sendiri (ekuitas) yang cukup untuk mendanai pengembangan bisnisnya. Namun, penggunaan utang harus disertai dengan pengelolaan utang yang baik karena ada kewajiban untuk membayar cicilan utang serta bunganya, sehingga perusahaan terhindar dari masalah kebangkrutan.
Selain utang, perusahaan juga dapat menggunakan biaya depresiasi untuk mengurangi penghasilan kena pajaknya. Penggunaan depresiasi untuk mengurangi penghasilan kena pajak disebut non-debt tax shield. Non-debt tax shield merupakan manfaat pajak yang didapat perusahaan selain dari utang, yaitu depresiasi.
Bab I Pendahuluan │ 5 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan? 2. Apakah non-debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empirik mengenai:
1. Pengaruh debt tax shield terhadap struktur modal perusahaan. 2. Pengaruh non-debt tax shield terhadap struktur modal perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
49
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh debt tax shield dan non-debt tax shield terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, maka ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil bahwa debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi variabel debt tax shield sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Oleh karena itu, hipotesis
pertama diterima.
2. Non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil bahwa non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi variabel non-debt tax shield sebesar 0,900 (lebih besar dari 0,05). Oleh karena itu, hipotesis kedua ditolak.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
BAB V Simpulan dan Saran │50
2. Sampel yang digunakan hanya sebanyak 43 perusahaan manufaktur, sehingga kurang mewakili seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Oleh karena itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang diusulkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti selanjutnya: obyek penelitian yang digunakan tidak hanya menggunakan perusahaan manufaktur saja tetapi lebih luas dari penelitian ini, serta mengambil sampel yang jumlahnya lebih banyak, sehingga lebih mewakili seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI
51
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E. F dan Houston, J. F. (2011). Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Buku Dua. Diterjemahkan oleh: Herman Wibowo. Penerbit Erlangga. Jakarta. Djumahir. (2005). Pengaruh Variabel-Variabel Tax Shield dan Non-Tax Shield
Terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Go-Public di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Wacana, 8 (3) Desember, 302-321. Frensidy, B. (2009). Struktur Modal: Teori Vs Praktik. Ikatan Akuntan Indonesia.
Jakarta.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program. Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Husnan, S. (2008). Manajemen Keuangan: Teori dan penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Edisi Keempat. Buku Dua. BPFE. Yogyakarta.
Jensen, M. C. and Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3 (4) October, 305-360.
Margaretha, F. dan Ramadhan, A. R. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12 (2) Agustus, 119-130.
Mason, J. K.M. (1990). Do Taxes Affect Corporate Financing Decisions? The Journal of Finances, 45 (5), 1471-1493.
Modigliani, F. dan Miller. M. H. (1963). Corporate Income Taxes and the Cost of Capital: A Correction. American Economic Review, 53 (3) June, 433-443. Moh.d, M. A., Perry, L. G., dan Rimbey. J. N. (1998). The Impact of Ownership
Structure on Coorporate Debt Policy: A Times-Series Cross-Sectional Analysis. The Financial Review, 33 (3), 85-98.
Priantara, D. (2013). Perpajakan Indonesia. Edisi Kedua Revisi. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Resmi, S. (2013). Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Ketujuh. Buku Satu. Salemba Empat. Jakarta.
Riyanto, B. (2011). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.
52
Subramanyam, K. R. dan Wild, J. J. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Buku Satu. Salemba Empat. Jakarta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.
Suprianto, E. (2009). Pengaruh Aspek Pajak Dan Aspek Lainnya Terhadap Tingkat Hutang Pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dari Tahun 2004 s/d 2008. Simposium Nasional Perpajakan 1. Susanti. (2013). Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Utang
Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen, 1 (3) Mei, 798-814.
Titman, S. dan Wessels, R. (1988). The Determinants of Capital Structure Choice. The Journal of Finance, 43 (1) March, 1-19.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.