Pikiran
Rakyat
o
Selasa0
Rabu4 5
~7
20 21 22
o
Mar OApr OMeio
Kamis
0
Jumat
8 9 10 11
23 24 25 26
OJII/1 0 Jill 0 Ags
o
Sabtu
.
Mlnggu12 13 14 15 16
27 28 29 30 31
.
Sep0
Okt0
Nav0
Des, :-<1
Miranda Risang Ayu, S.H., LL.M., Ph.D.
"Malaysia
_
_r,'-'_
_
___
-_~
----~eng~ting
,_ ,. 'Y. _ .. _." ~ __. . __ ~Sejarah"
_ ___ ...T
AYANGAN ildan pa-riwisata Malaysia lagi-lagi memasukkan se-jumlah seni tradisi milikIndo-nesia. Kali ini giliran wayang kulit dan Tari Pendet. Kontan saja ildan yang terkesan men-jadi klaim kepemilikan atas
se-ni budaya tradisi Indonesia itu kembali menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan. Reaksi keras itu tak hanya di-tujukan kepada Malaysia, dari yang emosional hingga protes yang dilayangkan oleh peme-rintah, tetapi juga ditujukan kepada pemerintah Indonesia sendiri yang dianggap tak be-eus mengurusi seni budaya tradisi sehingga Malaysia sam-pai berani bertindak sejauh itu. lni sudah kesekian kalinya.
"Kasus ini juga membukti-kan pem~rintah kita tidak pu-nya strategi kebudayaan yang jelas dalam melindungi seni budaya tradisional. Padahal, seperti diamanatkan konstitu-si, pemerintah adalah pe-mangku atau penjaga kebuda-yaan nasional," tutur Miranda. Miranda Risang Ayu bukan euma seorang akademisi hu-kum dengan spesialisasi kajian hak kebudayaan dan hak inte-lektual. Akan tetapi,
perempu-an kelahirperempu-an
10Agustus1968
inijuga dikenal sebagai seo-rang penari. Bahkan, sejak ke-eil ia sudah akrab dengan tari Bali di bawah bimbingan Bu-lantrisna Djelantik. Untuk tari Sunda, ia berguru kepada pe-nari lrawati Durban Ardjo. Tak hanya kerap tampil mena-ri di Istana Negara, Miranda juga mengikuti misi kesenian ke Jepang dan Mesir.
Kini, di sela-sela kesibukan-nya sebagai dosen Fakultas Hukum Unpad, ia masih aktif menari derigan spesialisasi tari Legong dan Trunajaya. "Seka-rang saya dipercaya biyang Bulantrisna'menggerakkan Bengkel Tari Ayu Bulan ca-bang Bandung bersama Lak-smi Purwanti," katanya saat ditemui di rumahnya (29/8).
Berikut petikan wawancara bersama perempuan yang juga kerap menulis kolom di harian ini.
Jadi karena sifatnya yang anonim, seni-budaya tradisi itu.tidak bisa dimasukkan ke dalam HAKI?
Pertama-tama jika kita meli-hat sebuah karya kreatif secara hukum, kita bisa melakukan beberapa tes. Apakah objek itu bisa masuk ke dalam salah sa-tu rezim (kriteria) hak kekaya-an intelektual ykekaya-ang eksis. Hak kekayaan intelektual itu ma-cam-macam; ada hak eipta, paten, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, ra-hasia dagang, varietas tana-man, indikasi geografis, atau merek. Sebenarnya anggapan awal bahwa objek seperti seni tradisi itu harus dipatenkan itu tidak benar, sebab itu bukan wilayah paten. Tetapi, ada pra-nata hukum lain yang lebih be-sar, yakni HakAsasi Budaya. Hak ini diakui dalam UUD. Di dalamnya terdapat apa Y!!!!g_
__
---'--Kliping
Hum as
-disebut hak asal-usul yang bersifat istimewa, juga keber-adaan masyarakat hukum adat dengan segala pranatanya. Nah, biasanya dalam masyara-kat, hukum adat itu pasti ada ekspresi budaya tradf:;ional.
Poinnya adalah banyak eks-presi budaya dan pengetahuan tradisional, dari mulai peralat-an hinggafolkloer,j~ga seni tari yang memang tidak bisa dimasukkan ke dalam kriteria HAKI yang sekarangeksis. Se-jumlah petinggi negara sempat bertanya kepada DiIjen Haki apakah Tari Pendet sudah di-lindungi, dan dijawab belum. ltu bukan salah dia }wena DiIjen HAKI memang hanya melindungi sesuai dengan re-zim yang ada dalam HAKI. Re-zim HAKI memang kurang mengakomodasi ekspresi ke-budayaan tradisional karena beberapa syaratnya kurang terpenubi. Misalnya, Tari Pen-det itu siapa penciptanya? Anonim kan? Sedan~T<anhak cipta itu harus ada pencipta-nya. Memang dalam UU Hak Cipta Pasal10 dika~, kar-ya-karya yang tidak qiketahui penciptanya negara harus me-n~olan~
-~
-Nama
Pekerjaan
: Miranda Rlsang Ayu
: Staf Pengajar Fak. Hukum Unpad Pendidlkan
-
Fakultas Hukum Unpad (1993)-
Master of Laws/Legum Magistra (LLM) University of TechnologySidney, Australia (beasiswa ADS-Aus AID),2002
'
I
-
Doctor of Philosophy in Laws (Ph.D), Faculty of Law, University ofI Technology Sidney, Australia (beasiswa ADS-Aus AID),2007 I
Karya-karya
- MemperbincangkanHak Kekayaan IntelektuallndikasiGeografis (2006)
-
Mencari Senyum Tuhan (2008)-
Purnama Hati (2003)-
Permata Rumah Kita (2002)-
Cahaya Rumah Kita (1998)---Dan kalau itu bu-daya tradisional, sebenarnya perlindungannya tak terbatas. Sedangkan dalam konteks hak kebudayaan yang harns berpe-ran sebagai pemangku kebu-dayaan tradisional adalah pe-merintah. Pemerintah masih malu-malu mengakui bahwa dia sebenarnya adalah pe-mangku dari budaya tradisio-nal. Padahal, budaya ini me-miliki satu hal yang harns di-pertahankan, yaitu identitas. Dan itu adalah hak asasi. Nah, dalam kontek inilah, memper-tahankan identitas bangsa bu-kan segampang menyanyibu-kan lagu Indonesia Raya, tetapiju-ga dentetapiju-gan membuat pemerin-tah beran.Lme~di p'em~
dari budaya trailisi. Dia harns membuat kebijakan yang bera-ni sebagaiguardian (penjaga) budaya nasional. Keberanian it\) saya pikir yang tidak ada.
Apakah bisa disebut kalau
inibukan persoalan HAKl?
Persoalan HAKI, tetapi HA-Kl itu sebagian dari hak kebu-dayaan. Dalam hal ini, kalau HAKI yang sekarang sedang eksis memang tidak bisa kita harns naik lagi, bahwa itu ada-lah hak kebudayaan, dan me-mang begitu. Di sini pemerin-tah harns sadar bahwa dia itu menjadi the guardian of
cultu-re.
**
PERSOALAN status hu-kum seni budaya tradisional ternyata tidaklah sesederhana yang dikira. Terutama dalam perlindungannya. Ada kerang-ka berpikir yang berbeda anta-ra semangat HAKI dan pene-rapannya di negara-negara Ti-mur yang hidup komunal. Me-mang ada dimaktubkan bahwa~-~
-seni budaya tradisi yang ditahui penciptanya menjadi ke-wajiban negara untuk menge-lolanya. Tetapidalam praktik-nya, itu tak mudah karena seni tradisi juga memiliki spirit yang lain. Misalnya, orang Bali percaya, semakin banyak me-reka memberi, maka itu dika-tegorikan sebagai amal baik. Demikian juga dengan Tari Pendet.
"Jadi kalau tarian itu diper-tunjukan untuk masyarakat umum, mereka akan merasa tarian itu sebagai nilai spritual. Sayangnya, kemudian Malay-sia menyalahgunakan hal itu," tutur Miranda.
Di sisi lain, menurut Miran-~da, dalam hubungan seni
tra-disi dan hak cipta, ada sejum-lah hal yang berpotensi menja-di masalah. Dalam perkem-bangannya, tari tradisi di In-donesia menampilkan dinami-ka berbagai corak dan gaya. Dalam tari Sunda, misalnya, dikenal Tari Merak gaya 'fjetje Somantri, gaya Irawati Dur-ban. Begitu juga Topeng Cire-bon, dari mulai gaya Losari, Slangit, Tambi, atau Pakan-dangan. Padahal, kata dia, da-lam hak cipta, gaya itu tidak
dilindungi.
"Rezim HAKI yg sekarang harns ditransformasi supaya lebih mengakomodasi apa yang ada di Indonesia. Sebe-narnya ini problem yang tak hanya ada di Indonesia, tetapi juga negara-negara Timur," ungkapnya.
Rezim HAKl yang sekarang memang dari mana asalnya?
Sejarahnya dari Eropa. Kita menandatanganinya begitu sa-ja. Sekarang masih dalam pro-ses transformasi, tetapi tambal sulam sehingga problem itu muncul terus. Sebenarnya ada term yang namanya indikasi geografis. Nah, tingkat teren-dahnya adalah indikasi asal. ltu adalah tanda pembeda yang menunjukkan asal tem-pat. topeng Cirebon gaya Pa-kandangan Indramayu, misal-nya. Dalam konteks itu, harns disebutkan itu adalah Topeng Citebon gaya Pakandangail asal Indramayu. Moral dari in-dikasi asal adalah 'nama dari -- - .~ ~
tempat asal harns disebutkan.
Tampaknya
da-Karenakalautidak, yang rugi
lam hal ini
peme-adalah masyarakat. Satu pe-
rintah hanya
be-tunjuk dari sebuah produk itu
reaksi kalau ada
asalnyaharns jelas.
masalah kayak
Di sinilah Malaysiamelaku-
begini?
kan kesalahan, karena sudah
.
Nah, itulah.jelas Tari Pendet itu indikasi
Kalaupemerin-asalnyadari Bali.Mari kita tes
tah sadar dan serius
masalah itu dengan indikasi
-
dengan kedudukan
mere-asal. Misalnya, bila Tari Pen- ka sebagai pemangku kebuda-det itu ketika dimasukkan ke, yaan nasional, mereka harns dalam advertensi Malaysia di- punya strategi kebuday,aan . katakan sejarahnya dari Bali, untuk melindunginya. Seha-kita tidak akan semarah seka- rusnya, ketika kita memperIi-rang. Nah, poinnya, klaim ma- hatkan kebudayaan kita ke laysia semacam itu adalah dunia luar, itu mesti s~rti pengguntingan sejarah. lni berada dalam etaIase. Orang yang repot. Begitu juga dengan bisa melihat, tetapi tidak bisa batik. Malaysia bisa bUang sembarangan mengambil. lni-bahwa mereka mengembang- lah pentingnya strategi kebu-kan batiknya sendiri. Baik, ~e- dayaan.
tapi siapa dulu yang mengajar- Beberapa waktu yang lalu kan mereka membatik? Indi- Departemen Luar Negeri su-kasi asalnya kan bukan dari dah melakukan lobi ne,&osiasi dia. Boleh saja mereka bilang tentang perIindungan ~presi itu batik versi Malaysia, tetapi kebudayaan tradision~di harns disebut bahwa indikasi suatu forum internasiotJ,al. Te-asalnya dari Pekalongan, mi- tapi sayangnya deadloqc, dan salnya. Malaysia itu harns ber- selalu begitu. Negara-Iiegara besar hati mengatakan bahwa maju memang tidak mau me-indikasi asal sebagian besar lihat kita terlalu maju..Keku-budaya mereka dari Indonesia. atan utama kitakan k~kayaan Nah, ini yang saya tekankan tradisi. Setelah sumberidaya
ketika mereka bilang ki- alam makin menipis, aset ta bangsa serumpun. yang kita miliki
tinggallkebu-Kalau kita bangsa se- dayaan. Nah, mereka ij'dak rumpun, karena itu ki-I mau kita menggunaka.Q.itu se-ta harns punya etika! bagai aset yang barn., (Ahda
Indikasi asal itu kare- 1mran)*** na dalam peraturan
---~
perundang-undangankita belum eksis seca-ra kuat, itu bisa lewat payung hak kebuda-yaan,bahwaindikasi
asal itu harns diper-juangkan oleh