• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Media Penyiar Iklan Terhadap Konsumen Sesuai Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Media Penyiar Iklan Terhadap Konsumen Sesuai Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

TANGGUNG JAWAB MEDIA PENYIARAN IKLAN TERHADAP

KONSUMEN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR.

8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

I WAYAN ARIADI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

TESIS

TANGGUNG JAWAB MEDIA PENYIARAN IKLAN TERHADAP

KONSUMEN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR.

8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

NAMA

: I WAYAN ARIADI

NIM

: 1290561036

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASERJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(3)

3

1

TANGGUNG JAWAB MEDIA PENYIARAN IKLAN TERHADAP

KONSUMEN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Tesis Ini Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Pada Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NAMA

: I WAYAN ARIADI

NIM

: 1290561036

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASERJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(4)

Lembar Persetujuan Pembimbing

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL,...

Pembimng I Pembimbing II

Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH DR. I Made Udiana,SH.MH

NIP. 195503061984031003 NIP. 195509251986101001

Mengetahui, Ketua Program Studi Magister (S2) Ilmu Hu k um

Universitas Udayanan

Dr.Ni Ketut Supasti Dharamawan,SH.,M.Hum.,L.L.M NIP. 196111101986012001

(5)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : I Wayan Ariadi Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB MEDIA PENYIAR IKLAN TERHADAP

KONSUMEN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG

NOMOR. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Dengan ini menyatakan bahwa karya Ilmiah tesis ini bebas Plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sebagaimana diatur dalam peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikianlah pernyataan ini di buat dengan sebenar-benarnya.

Denpasar, Januari 2016 Yang menyatakan

I Wayan Ariadi

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, berkat rakmat Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini dengan judul: “TANGGUNG JAWAB MEDIA PENYIAR IKLAN TERHADAP KONSUMEN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN”, disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna untik memperoleh gelar Magister pada Program Magister (S2) Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Penelitian ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bimbingan dosen-dosen pembimbing. Untuk itu perkenankan saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang terhormat Bapak Dr. I Wayan Wiryawan,SH ,MH selaku pembimbing I dan Bapak Dr. I Made Udiana,SH.,MH selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga pikiran guna memberikan masukan yang berguna bagi penelitian ini. Demikian pula, penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat berbagai dukungan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Rektor Universitas Udayana, Prof. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD KEMD., beserta jajaran atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

(7)

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

2. Direkrur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) beserta jajarannya atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,SH.,MH, beserta jajarannya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister di Universitas Udayana.

4. Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, Ibu Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan,SH.,M.Hum.,L.L.M, atas motivasi, fasilitas, bimbingan praproposal yang diberikan penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program magister di Universitas Udayana.

5. Sekretans Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra,SH.,M.Hum, atas kesempatan, fasilitas, motivasi, bimbingan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

(8)

6. Para Guru Besar serta Bapak dan Ibu dosen pengajar yang telah membagikan ilmunya untuk penulis serta staf administrasi pada Program Magister Ilmu Hukum Programa Pascasarjana Universitas Udayana (I Made Mustika,SE, Made Dandy Prananjaya,S.Sos, A.A.Istri Agung Yuniana, SE, Gusti Ayu Raka Wiratni), atas berbagai dukungan administrasi dan moral yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana. 7. Selanjutnya, untuk Bapak dan Ibu ku tercinta, I Wayan Deged dan NI Nyoman

Reman, dan adikku tersayang I Made Dara Yasa, SE, Khususnya pacarku tercinta dr. Koming Dewi Mahayani,S.Ked,Sp.S, beserta Omku Dr.I Made Sepud,SH.MH, Ibu Made Darmini dan beserta keluarga besar yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah penuh sabar memberikan doa, kasih sayang, bantuan semangat dan dukungan, hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana angkatan tahun 2012, khususnya rekan-rekan mahasiswa konsentrasi hukum bisnis yang telah banyak saling memberikan bantuan, dukungan, motivasi dalam masa perkuliahan.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memeberikan bantuan dan dukungan untuk menyelesaikan penelitian ini, semoga Tuhan membalas kebaikan hati Bapak/Saudara/i sekalian.

(9)

Namun harapan penulis, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan hukum. Semoga Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugrah-Nya kepada kita semua.

OmShanti Shanti Shanti Om

Hormat saya,

I Wayan Ariadi

(10)

ABSTRAK

Untuk menjamin adanya kepastian hukum, hubungan kemitraan antara produsen dan konsumen dengan menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab dan sikap melindungi diri bagi konsumen. Perlindungan konsumen dapat dilihat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengenai asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum. Apabila konsumen merasa dirugikan terhadap penyiaran iklan maka pihak pengiklan juga bertanggungjawab karena informasi yang disajikan melalui iklan tidak dengan kenyataan serta bertentangan dengan asas-asas etik periklanan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan historis, pendekatan perundang-undangan, dan pendekatan konseptual. Selanjutnya sumber dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dianalisi melalui langkah deskripsi, interprestasi, sistematisasi, evaluasi dan argumentasi. Dengan 2 (dua) permasalahan yaitu bagaimanakah tanggung jawab media penyiaran iklan terhadap produk yang diiklankan tersebut merugikan konsumen dan upaya hukum apa yang dapat ditempuh oleh konsumen yang dirugikan oleh pihak produsen dan biro iklan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila pihak konsumen yang dirugikan atas penyiaran dapat melakukan gugatan atau penuntutan ganti kerugian dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak konsumen yang dirugikan akibat dari pemasaran suatu produk melalui biro iklan adalah; upaya hukum small claim (gugatan kecil), atau melalui upaya hukum legal standing untuk lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) maupun melalui upaya hukum class action (gugatan kelompok).

Kata Kunci: tanggungjawab, penyiaran, iklan dan perlindungan konsumen

(11)

ABSTRACT

For guarantee the existence of rule of law, partner relation between producer and consumer is by growing to develop perpetrator attitude of effort in charge of and attitude protect self to consumer. Consumerism can be seen in Section 2 Contitution Number 8 Year 1999 hitting benefit ground, justice, balance, security and safety of consumer and also rule of law. If consumer feel getting disadvantage to broadcasting of advertisement, hence advertiser party also responsible because presented information through advertisement do not with fact and also oppose against grounds of etik advertisement.

This research use method research of law of normatif with approach of historical, legislation and conceptual. Hereinafter the source of from materials punish primary and seconder which is analyst through step of descriptif, interprestasi, systematization, evaluation and argument. With two problems, that is : how media responsibility broadcasting of advertisement to the advertised product harm legal effort and consumer what can be gone through by consumer harmed by producer party and advertisement bureau.

Result of research indicate that if harmed consumer party of broadcasting can do suing or prosecution of legal effort and indemnation able to be conducted by harmed consumer party effect of marketing a product through advertisement bureau; legal effort of small claim (small suing), or through effort of legal standing for institution of protection consumerism of society (or LPKSM) and also through effort legal of class action (group suing).

Keyword : responsibility, broadcasting, advertisement and protection of consumeris

(12)

RINGKASAN TESIS

Penelitian ini membahas tentang tanggung jawab media penyiaran iklan terhadap konsumen sesuai dengan Undang-Undang nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, pembahasanya dalam 5 (lima) Bab.

Bab. I. Pendahuluan diawali dengan latar belakang pentingnya tesis ini dengan mengungkap fakta masih banyaknya pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, misalnya mengenai hak untuk memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa dari produsen dan biro iklan. Adanya pelanggaran hak-hak konsumen tersebut, perlu diatasi dengan peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan diri, kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab. Selanjutnya mengemukakan 2 (dua) rumusan permasalahan, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisionalitas penelitian, landasan teori dan metode penelitian.

Bab. II Merupakan Bab yang memuat tiga hal pokok yaitu, pertama tinjauan tentang hukum perlindungan konsumen, yang meliputi pengertian perlindungan konsumen, aspek hukum dalam konsumen, sejarah, azas dan tujuan perlindungan konsumen. Kedua, tinjauan tentang periklanan, yang meliputi pengertian iklan, jenis-jenis iklan, aspek hukum tentang iklan serta fungsi iklan. Ketiga, hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha, yang meliputi hak dan kewajiban konsumen serta hak dan kewajiban pelaku usaha.

(13)

Bab III. Bab ini merupakan analisis dari rumusan permasalahan yang pertama yang membahas tentang tanggung jawab media penyiaran iklan terhadap produk yang merugikan konsumen, bahwa diperlukan kepastian dan kejelasan kaidah/norma hukum (peraturan) dibidang periklanan, terutama norma/kaidah yang mengatur tentang sistem tanggung jawab pihak-pihak dalam periklanan. Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian konsumen dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen diatur khusus dalam satu bab, yaitu Bab VI, mulai dari pasal 19 sampai dengan pasal 28. Dari beberapa pasal yang mengatur pertanggungjawaban pelaku usaha tersebut, maka yang khusus mengatur tanggung jawab pihak produsen dan pihak biro iklan dalam hal produk yang diiklankan merugikan konsumen, adalah pasal 19 dan pasal 20 UUPK.

Bab IV. Merupakan analisis perumusan permasalahan kedua dari tesis ini yang menguraikan tentang upaya yang dilakukan terhadap produk iklan yang merugikan konsumen sudah termuat dalam ketentuan pasal 23 UUPK, yang menyatakan : ”Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen”.

Bab V. Merupakan Bab terakhir atau penutup dari penulisan ini yang memuat mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dikemukakan adalah berlandaskan

(14)

pada rumusan masalah yang terdapat pada bagian pendahuluan dan berdasarkan hasil kajian Bab III dan Bab IV. Dalam kesimpulan yang pertama, Tanggungjawab hukum dari pihak-pihak yang terkait dalam media penyiaran iklan meliputi : Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, dan PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan iklan pangan, tidak memberikan panduan yang jelas terhadap tanggungjawab,Ketika iklan memberikan informasi yang tidk benar atau menyesatkan, siapa pihak yang wajib memikul beban tanggungjawab atas kerugian konsumen tersebut, mengingat pihak yang terlibat dalam penyiaran iklan tidak hanya media penyiar iklan saja, tetapi ada juga pihak lain yaitu pengiklan dan perusahaan periklanan. Kesimpulan yang kedua, Tanggungjawab pihak perikalan sebagai media penyiaran atas iklan yang disiarkan yang merugikan konsumen apabila informasi yang disajikan melalui iklan tidak dengan kenyataan, pihak periklanan harus bertanggung jawab terhadap pengusaha/perusahaan pengiklanan, karena menyangkut produk yang dijanjikan kepada konsumen dan menyangkut kreativitas perusahaan periklanan dan atau media periklanan apabila bertentangan dengan asas-asas etik periklanan. Apabila Pihak konsumen yang dirugikan atas penyiaran dapat melakukan gugatan atau penuntutan ganti kerugian

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN TESIS ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 13

1.3. Ruang Lingkup Masalah ... 13

1.4. Tujuan Penulisan ... 14

1.4.1. Tujuan Umum ... 14

1.4.2. Tujuan Khusus ... 14

1.5. Manfaat Penelitian ... 14

1.5.1. Manfaat Teoritis ... 14

1.5.2. Manfaat Praktis ... 15

(16)

1.6. Orisionalitas Penelitian ... 15

1.7. Landasan Teori ... 18

1.7.1. Teori Tentang Hak dan Kewajiban ... 21

1.7.2. Teori Tentang Tanggungjawab ... 26

1.7.3. Teori Perlindungan Hukum ... 38

1.7.4. Teori Kemanfaatan ... 44

1.8. Metode Penelitian... 48

1.8.1. Jenis Penelitian ... 48

1.8.2. Jenis Pendekatan ... 48

1.8.3. Sumber Bahan Hukum ... 49

1.8.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 49

1.8.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum... 50

BAB II TIJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERIKLANAN ... 52

2.1. Tinjauan Tentang Hukum Perlindungan Konsumen ... 52

2.1.1. Pengertian Perlindungan Konsumen ... 52

2.1.2. Aspek Hukum Dalam Perlindungan Konsumen ... 59

2.1.3 Sejarah, Azas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ... 66

2.2. Tinjauan Tentang Periklanan ... 71

2.2.1. Pengertian Iklan ... 71

2.2.2. Jenis – Jenis Iklan... 76

(17)

2.2.3. Aspek Hukum Tentang Iklan ... 81

2.2.4. Fungsi Iklan ... 90

2.2.5. Media Penyiaran ... 92

2.3. Hak dan Kewajiban Konsumen Serta Pelaku Usaha ... 101

2.3.1. Hak dan Kewajiban Konsumen ... 101

2.3.2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ... 104

BAB III TANGGUNG JAWAB MEDIA PENYIARAN IKLAN TERHADAP PRODUK YANG MERUGIKAN KONSUMEN ... 106

3.1. Kepastian Hukum Pengaturan Tanggung Jawab Media Penyiar Iklan ... 106

3.2. Tanggung Jawab Pihak Produsen dan Pihak Biro Iklan Dalam Hal Produk yang Diiklankan Merugikan Konsumen dipandang dari sudut Hukum Perdata ... 109

3.3. Tanggung Jawab Pihak Produsen dan Pihak Biro Iklan Dalam Hal Produk yang Diiklankan Merugikan Konsumen dipandang dari sudut Undang-undang No. 8 tahun 1999... 116

3.4. Tanggung jawab Media Penyiar Iklan dalam Prjanjian Penyiaran Iklan ... 120

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN TERHADAP PRODUK IKLAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN... 127

4.1. Gugatan Kecil (Small Claim) ... 129 4.2. Legal Standing untuk LPKSM (Lembaga Perlindungan

(18)

Konsumen Swadaya Masyarakat) ... 131

4.3. Gugatan Kelompok (Class Action) ... 134

BAB V PENUTUP ... 139

5.1. Simpulan ... 139

5.2. Saran-saran ... 140

DAFTAR PUS

(19)

1

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dewasa ini sangat memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Teknologi kian hari kian berkembang baik dalam segala hal, tentunya dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat dapat mempermudah pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan dan dinamika perubahan yang terjadi disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lahirlah nuansa baru dalam pembangunan perekonomian nasional. Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi salah satunya dapat dilihat dari adanya siaran melalui media elektronik, siaran ini dapat berupa siaran melalui radio siaran.

(21)

siarannya dapat didengarkan di mana-mana oleh seluruh masyarakat yang tidak dibatasi oleh ruang atau orang tertentu saja.1

Sampainya informasi atau berita kepada masyarakat pendengarnya itu hanya terjadi karena disiarkan oleh stasiun radio siaran itu. Itu berarti telah terjadi

deelneming atau kerjasama antara orang yang mempunyai pikiran atau pendapat dengan penyiar, maupun para pengelola atau pimpinan stasiun radio siaran. Masyarakat pendengar radio siaran tidak akan dapat menerima informasi atau berita itu, bila penyiarnya atau pengelolanya tidak bersedia menyiarkan pikiran, pendapat atau wawancara tersebut. Dengan kata lain, peranan penyiar atau pimpinan stasiun radio siaran ikut menentukan sampai tidaknya berita tersebut ke pendengarnya. Sama halnya dengan pemberitaan melalui media cetak, sampainya berita pada pembacanya berkat adanya kerjasama antara pencetak, penerbit dan penulisnya. Hal ini perlu disadari sebab cara berpikir yang demikian berkaitan dengan penetuan siapakah yang harus bertanggungjawab, bila timbul akibat hukum sebagai akibat adanya pemberitaan yang disiarkan melalui radio siaran.

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagai salah suatu langkah hukum bagi konsumen untuk menuntut ganti rugi kepada produsen atau pelaku usaha.

Untuk menjamin adanya kepastian hukum, hubungan kemitraan antara Produsen dan Konsumen perlu ditingkatkan dan dijaga untuk menumbuh

1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional di Bidang

(22)

kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab dan sikap melindungi diri bagi konsumen. David Oughton dan John Lowry memandang hukum Perlindungan Konsumen (Consumer Protection Law) sebagai sebuah fenomena modern yang khas abad ke-20, namun sebagaimana ditegaskan dalam perundang-undangan, perlindungan konsumen itu sendiri dimulai seabad lebih awal2.

Dari adanya hubugan antara produsen dan konsumen tersebut, purba berpendapat sebagai berikut :

“Perlindungan konsumen sebagai konsep terpadu merupakan hal baru, yang perkembangannya dimulai di Negara-negara maju. Namun demikian, saat sekarang konsep ini sudah tersebar kabagian dunia lain. Di Republik Rakya Cina (RRC) saja, satu Negara yang tidak mempunyai ekonomi pasar, konsep perlindungan konsumen sudah mulai dijabarkan dalam perangkat peraturan perundang-undangan”3.

Asas perlindungan konsumen dapat dilihat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang mana menjelaskan perlindungan konsumen ialah : asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum. Yang dalam kelembagaan diatur dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dijelaskan sebagai berikut : Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) adalah badan yang dibentuk untuk membantu dalam upaya pengembangan perlindungan konsumen. Dan tujuan dari perlindungan konsumen dapat dilihat pada Pasal 3 diantaranya meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

2David Oughton dan John Lowry, 1997, Textbook On Consumer Law, Balckstone Press Ltd, London, hal 10-11.

3A Zen Umar Purba, 1992, Perlindungan Konsumen: Sendi-Sendi Pokok Pengaturan, Majalah

(23)

konsumen, mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaina barang dan/atau jasa, upaya pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen4, dan pada saat sisi lain menumbuhkan kesadaran pelaku usaha

mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha serta meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen5.

Jika ditelaah lebih lanjut pengertian tentang konsumen sangat banyak, walaupun perbedaan diantaranya tidak terpaut begitu jauh. Dapat diartikan bahwa konsumen adalah setiap orang memakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang diatur dalam Pasal 1 angka 4 dan angka 5 menyebutkan bahwa yang disebut “Barang adalah setiap benda bak berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat

4Abdurrahman, 1997, Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum Di Indonesia, Bandung, Alumni, hal 8.

(24)

untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Konsumen umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka yang oleh pengusaha6. Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Perindustrian Nomor.350/MPP/Kep/12/2001 adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”

Produsen sebagai pihak penghasil produk berupaya agar konsumen tertarik untuk membeli produk yang dihasilkannya. Cara penawaran yang menarik kepada konsumen akan menentukan hasil dari permintaan terhadap barang dan atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Untuk menawarkan produk yang dihasilkan tersebut produsen biasanya menggunakan sarana atau media iklan dan seiring berjalannya waktu bisnis dalam bidang periklanan berkembang pesat.

Pengaruh dan berdampak terhadap masyarakat bahwa dengan gencarnya penyiaran iklan terhadap suatu produk baik di media cetak dan elektronik akan membuat pola kehidupan masyarakat (konsumen) makin konsumtif. Maraknya iklan suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen tidak terlepas dari semakin pesatnya kebutuhan hidup masyarakat sebagai akibat adanya pembangunan7.

6 Mariam Darus Badrulzaman, 1980, Perlindungan Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Sudut Perjanjian Baku (Standar), makalah disampaikan pada symposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Di BPHN Departemen Kehakiman, Jakarta 16-18 Oktober

7 Ari Purwadi, 2001, Sistem Tanggung Jawab Periklanan dan Perlindungan Konsumen,

(25)

Kenyataan saat ini iklan suatu produk telah menjurus kea rah yang menyesatkan, karena ada iklan yang memberikan informasi yang tidak jujur, yakni terjadi perbedaan antara slogan yang dimuat dalam iklan dengan keadaan produk yang sesungguhnya. Dari hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), bahwa iklan suatu produk mempunyai kualitas yang sangat buruk dan cenderung menyesatkan. Apabila diperhatikan dari berbagai macam jenis iklan yang terdapat di media cetak ataupun media elektronik sebagian besar menawarkan keunggulan dan melebih-lebihkan produk yang dihasilkan dan menetupi segala efek samping yang ditimbulkan dari produk tersebut.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, sebenarnya masyarakat diharapkan dapat menyadari akan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimilikinya terhadap pelaku usaha, hal ini jelas terlihat dalam konsideran yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

(26)

informasi dari produk tersebut yang bertanggung jawab adalah pelaku usaha pemesan iklan. Namun ketika pelaku usaha mengetahui tentang ketidakbenaran dari produk pemesan iklan dan tetap membuat iklan tersebut maka, akan menjadi tanggung jawab bersama.

Masalah periklanan diatur secara parsial di beberapa peraturan, diantaranya dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, PP No 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran.

Pada ketentuan pasal 19 Undang-undang Perlindungan Konsumen diatur tanggungjawab Pelaku Usaha termasuk pelaku usaha periklanan, dimana p pelaku usaha bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau di perdagangkan.

Begitu pula pada ketentuan pasal 20 Undang-undang Perlindungan Konsumen ditentukan bahwa Pelaku Usaha Periklanan bertanggungjawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Pada ketentuan pasal ini hanya mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha periklanan. Bila dicermati kedua pasal Undang-undang Perlindungan Konsumen tersebut, baik pada ketentuan pasal 19 maupun pasal 20, sama sekali tidak diatur tentang tanggungjawab dari Media Penyiar iklan.

(27)

no. 69 tahun 1999 menyatakan ” Penerbit, pencetak, pemegang izin siaran radio atau televisi, agen dan atau medium yang dipergunakan untuk menyebarkan iklan, turut bertanggungjawab terhadap isi iklan yang tidak benar kecuali yang bersangkutan telah mengambil tindakan yang diperlukan untuk meneliti kebenaran isi iklan yang bersangkutan.

Kalimat turut bertanggungjawab sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pasal 45 ayat (2) PP diatas sepertinya juga belum jelas dan memerlukan penjelasan lebih lanjut apa yang dimaksud sesungguhnya. Turut bertanggungjawab apakah artinya media penyiar iklan tidak sebagai pelaku utama yang mesti harus bertanggungjawab, atau turut bertanggungjawab itu artinya media penyiar iklan ikut serta bersama-sama secara tanggung renteng dengan pengiklanan bertanggungjawab atas siaran iklan yang tidak benar.

Apabila diartikan turut bertanggungjawab it sebagai tanggungjawab renteng, maka itu berarti masing-masing pihak pelaku usaha (pengiklanan dan media penyiar iklan) harus bertanggungjawab atas kerugian konsumen. Masing-masing pelaku usaha bertanggungjawab untuk seluruh kerugian, dengan pengertian jika salah satu dari mereka telah membayar, maka pihak lainnya bebas dari kewajiban membayar. Sedangkan mengenai bagaimana parapelaku membagi beban kerugian diantara mereka, kewajiban membayar ketentuan oleh berat ringannya kesalahan masing-masing.

(28)

mana yang mesti harus diikuti. Disini nampak disamping adanya kekosongan norma hukum, karena belum ada Undang-undang khusus tentag Iklan, juga nampak adanya kekaburan norma hukum, sebab dari peraturan yang ada mengatur tentang iklan, tidak ada kejelasan tentang batas, ruang lingkup, serta sistem tanggung jawab Media Penyiar Iklan atas Siaran iklan yang merugikan Konsumen.

Umumnya dalam praktek periklanan ada 3 (tiga) pihak yang terlibat didalamnya, yaitu :

1. Perusahaan Pengiklanan (produsen distributor) barang dan/atau jasa atau yang disebut perusahaan pemasang iklan.

2. Perusahaan Periklanan (Biro Iklan) sebagai pihak yang membuat iklan atai pihak yang mempertmukan pengiklanan dengan Media Penyiar Iklan

3. Media Penyiar Iklan, yang mempublikasikan atau menyiarkan materi iklan, baik berupa gambar, visual, maupun tulisan.

Ketidak jelasan norma yang ada pada beberapa peraturan yang mengatur iklan sebagaimana di gambarkan diatas, juga tampak dalam penentun siapa yang bertanggungjawab dalam hal siaran iklan memuat informasi yang tidak benar dan merugikan konsumen. Hal mana penting untuk ditelusuri dan cicari kejelasan dan kepastiannya, mengingat ada tiga pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyiaran iklan, yatu pihak perusahaan pengiklan, perusahaan periklanan dan media penyiaran.

(29)

sebesar-besarnya ke pasaran dunia bagi berbagai produk bangsa kita yang memerlukan kekuatan teknologi dan hukum guna melindungi berbagai komoditi bangsa Indonesia.8

Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih, satu dan lain hal karena investasi asing telah menjadi bagian pembangunan ekonomi Indonesia dan di dalam perdagangan internasional perlunya perlindungan konsumen merupakan suatu cara untuk menangkis implikasi negatif bagi perlindungan konsumen di Indonesia.9

Implikasi negatif tersebut jika dibiarkan akan membawa dampak buruk bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Dan berdampak luas kepada masyarakat selaku konsumen.

Pelanggaran terhadap hak-hak konsumen tersebut misalnya mengenai hak untuk memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa dari produsen dan biro iklan. Di dalam pelanggaran hak-hak konsumen tersebut, perlu diatasi dengan peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan diri, kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

8 Eddy Damian, 2001, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional,

Undang-undang Hak Cipta 1997 dan Perlindungan Terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitannya,

Badung, Alumni, hal. 15.

(30)

Di dalam praktek periklanan tanggung jawab pelaku usaha (produsen dan biro iklan) sebagai penghasilan produk jarang kita jumpai yang dikejar produsen hanya keuntungan tanpa tanggung jawab dan masyarakatpun banyak yang tak peduli akan hal tersebut.

Kondisi di atas menggambarkan belum begitu sadarnya masyarakat terhadap manfaat gerakan konsumerisme. Pemerintah pun sampai saat ini berusaha mengatasi hal tersebut dengan menyusun dan mengeluarkan Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen yang nantinya diharapkan mampu membangkitkan gerakan konsumerisme yang akan melindungi konsumen itu sendiri.10

Produsen dan biro iklan dalam mengiklankan produk, pencantuman tanda atau label tidak boleh diberi keterangan yang dapat menyesatkan pembeli. Label harus jelas dan menyolok, informasinya harus dalam bahasa Nasional Indonesia, isinya harus jelas serta mudah dimengerti oleh konsumen pada waktu akan membeli dan saat menggunakan atau memakainya.11

Produsen dan biro iklan harus jujur agar masyarakat mendapat informasi yang benar tentang isi dan asal bahan yang dipakai serta manfaatnya sehingga aman untuk dikonsumsi. Di samping itu untuk menghindari cacat tersembunyi, hal ini dimaksudkan agar para konsumen terlindungi dari peredaran barang yang rusak akibat kebohongan iklan, sehingga dengan ditaatinya ketentuan tersebut oleh produsen dan biro iklan diharapkan masyarakat selaku konsumen tidak dirugikan.

10 Muhammad Djumhana, 1994, Hukum Ekonomi Sosial Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 337.

(31)

Dalam kasus sengketa antara PT. NESTLE INDONESIA dengan PT. NEW ZEALAND MILK INDONESIA, ( PT.NZMI). POLIYAMA ADVERTISING, sengeket tersebut diselesaikan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam permasalahan, sebagai dalilnya adalah penggugat telah mempromosikan susu bubuk full cream dengan merek DANCOW dan sampai terkenal, terjadinya pelanggaran akibat tergugat telah memuat iklan di beberapa media cetak lokal dan nasional suatu produk susu bubuk yang membandingkan secara langsung dengan susu bubuk full cream instant DANCOW.

Tindakan ADEC telah melakukan pelanggaran tata karma Periklanan, karena danya persamaan dengan DANCOW didalam penyiaran atas susu merek ADEC, dri etika bisnis ADEC telah melakukan pelanggaran Kepatutan ketertiban umum dan etika bisnis, akibatnya memegang merek susu DANCOW merasa di rugikan.

Sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka tujuan dari perlindungan konsumen salah satunya adalah : menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

(32)

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, dapatlah diajukan beberapa permasalahan yang akan merupakan pokok bahasan dalam tesis ini. permasalahan-permasalahan tersebut apabila dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tanggungjawab media penyiaran iklan terhadap produk yang diiklankan tersebut merugikan konsumen?

2. Upaya hukum apa yang dilakukan terhadap produk yang diiklankan merugikan konsumen

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan terhadap pokok bahasan, maka ruang lingkup masalah dibatasi pada pembahasan terhadap materi-materi meliputi tanggungjawab media penyiaran iklan terhadap produk yang diiklankan tersebut merugikan konsumen dan Upaya hukum yang dilakukan terhadap produk yang diiklankan merugikan konsumen.

1.4. Tujuan Penulisan

1.4.1. Tujuan Umum

(33)

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tanggungjawab media penyiaran iklan terhadap produk yang diiklankan tersebut merugikan konsumen.

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh oleh konsumen yang dirugikan oleh pihak produsen dan biro iklan.

1.5. Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk pengembangan ilmu hukum mengenai tanggung jawabmedia penyiar iklan terhadap konsumen.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Untuk dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan hukum khususnya hukum pidana yang berkaitan dengan tanggung jawab pidana media penyiar iklan terhadap konsumen. Untuk dapat memberikan sumbangan di bidang hukum konsumen terkait dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penyiaran iklan yang menimbulkan kerugian terhadap terhadap konsumen.

1.5.2 Manfaat Praktis

(34)

1. Memberikan gambaran yang jelas tentang tanggung jawab media penyiar iklan terhadap konsumen.

2. Memberikan informasi dan pendapat yuridis kepada berbagai pihak, khususnya kepada media penyiar iklan dan konsumen tentang hak dan kewajibannya.

1.6. Orisinalitas Penelitian.

Berdasarkan hasil penelusuran penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyangkut masalah tanggung jawab media penyiar iklan terhadap konsumen, penulis tidak menemukan Tesis maupun karya tulis lainnya yang meneliti tentang judul tersebut diatas, namun penulis membandingkan beberapa tesis yang menyangkut permasalahan terkait, antara lain sebagai berikut :

Pertama, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan Dengan Pencantuman Diskclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet ( Website), Peneliti Ni Putu Ria Dewi Marheni, Lembaga Program Pascasarjana Universitas Udayana 2013.

(35)

bentuk pengaturan hukum terhadap pencantuman disclaimer di Indonesia ditinjau dari UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi da Transaksi Elektronik yang secara khusus mengatur dunia maya masih belum jelas, namun jika dilihat dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindunga konsumen pencantuman dixclaimer dapat dikategorikan klausula eksonerasi. Sedangkan perlindungan hukumnya secara preventif dapat dilihat dengan adanya LSK (lembaga Sertifikasi Keandalan) dan secara litigasi dapat dituntut ganti kerugian.

Penelitian tersebut sangat berbeda dengan penelitian yang akan dlakukan karena penelitian ini mengkaji tentang tanggung jawab media penyiar iklan terhadap konsumendan terhadap kerugian yang ditimbulkan kepada konsumen

(36)

Ketiga, ditemukan penelitian tesis di Universitas Diponegoro dengan judul “perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam Perjanjia Jual Beli melalui Media Internet”, peneliti Lia Catur Muliastuti, dengan rumusan masalah berupa proses pelaksanaan, hambatan-hambatan serta cara mengatasi hambatan-hambatan dalam jual beli melalui media internet dan perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian jual beli melalui media internet.

Penelitian tersebut menggunakan menggnakan metode yuridis empiris dimana hasil penelitian tersebut adalah pelaksanaan jual beli melalui media internet terdapat empat proses yaitu penawaran, penerimaan, pembayaran, dan pengiriman, hambatannya dalam transaksi internet tersebut adaah mengenai cacatproduk, informasi dan webvertising. Dan untuk perlindunga hukumnya hanya melalui perjanjian. Sehingga penelitian tersebut sangat berbeda dengan penelitian yang peneliti akan lakukan yang mengkaji tentang tentang tanggung jawab media penyiar iklan terhadap konsumendan terhadap kerugian yang ditimbulkan kepada konsumen.

1.7. Landasan Teoritis

Hukum tentang perlindungan konsumen sangat diperlukan keberadaannya karena melibatkan unsur masyarakat luas, pemerintah, yayasan lembaga konsumen Indonesia dan produsen serta biro iklan. Selain itu juga karena iklan dalam berbagai media sering menyimpang antara apa yang diiklankan dengan kenyataan produk di masyarakat, yang merugikan konsumen.

(37)

barang itu dipakai secara normal sesuai dengan tujuannya akan membahayakan seseorang (konsumen) atau barang milik orang lain, melakukan perbuatan melawan hukum dan ia bertanggung jawab terhadap segala kerugian yang benar-benar terjadi.12

Pentingnya nilai edukasi tentang perlindungan konsumen mendapat perhatian yang serius di dalam dunia pendidikan yang mana dimulai di Perguruan Tinggi dengan dimasukkannya mata kuliah Hukum tentang Perlindungan Konsumen ke dalam program pendidikan hukum di beberapa Fakultas Hukum di Indonesia, meskipun belum dimasukkan ke dalam kuriulum wajib hanya sebagai mata kuliah pilihan.13

Pendidikan hukum perlindungan konsumen memang penting sebab dengan kecanggihan teknologi di bidang telekomunikasi dan informasi sangat membuka peluang bagi produsen dan biro iklan untuk dimanfaatkan dalam memasarkan produknya sehingga perlu hukum untuk mengatasinya.

Pendapat Troelstrup yang dikutip oleh Shidarta menyatakan bahwa, konsumen pada saat ini membutuhkan banyak informasi yang lebih relevan dibandingkan dengan saat sekitar 50 tahun lalu. Alasannya saat ini : (1) terdapat lebih banyak produk, merek dan tentu saja penjualannya, (2) daya beli konsumen makin meningkat, (3) lebih banyak variasi merek yang beredar di pasar, sehingga belum banyak diketahui semua orang, (4) model-model produk lebih cepat berubah, (5)

12 Abdurrahman, 1979, Aneka Masalah Hukum Dalam Pembangunan di Indonesia, Alumni Bandug, hal. 84.

(38)

kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga membuka akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen atau penjual.14

Karena tingkat pendidikan di Indonesia yang berbeda-beda maka akan muncul consumer ignorance yaitu ketidakmampuan konsumen menerima informasi akibat kemajuan teknologi dan keragaman produk yang dipasarkan dapat saja dimanfaatkan secara tidak sewajarnya oleh produsen dan biro iklan. Itulah sebabnya, hukum perlindungan konsumen memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proporsional dan diberikan secara tidak diskriminatif.

Pendapat AZ Nasution yang dikutip oleh Erman Rajagukguk menyatakan bahwa sampai saat ini belum jelas apa yang dimaksud dan apa saja termasuk hukum konsumen dan/atau hukum perlindungan konsumen sehingga perlu dikaji dengan mendalam agar nantinya terjadi kejelasan yang mampu memberi perlindungan pada konsumen.15

Hakekat keberadaan iklan dalam kerangka perlindungan konsumen adalah merupakan janji dari pihak yang mengumumkan iklan tersebut dalam berbagai bentuknya mengikat pihak yang mengumumkan dengan segala akibatnya. Sebagai sumber informasi, penggunaan iklan yang menyesatkan menipu atau mengelabui konsumen harus dicegah.16

14 Shidarta, Op.Cit, hal. 20.

(39)

Dengan arah pembangunan ekonomi yang semakin global perlu ditunjang dengan perangkat hukum yang mampu melindungi konsumen Indonesia baik di dalam negeri maupun nantinya semakin banyaknya produk luar yang digunakan oleh konsumen di dalam negeri.

Untuk mengantisipasi pengawasan penggunaan produk maka Pusat Pengujian Mutu Barang dan Perlindungan Konsumen (PPMBPK), mempunyai tugas di bidang pengujian dan sertifikat mutu barang serta mempunyai fungsi : pembinaan, penyuluhan dan pengawasan teknis pengujian serta sertifikat mutu barang dan perlindungan konsumen.17

Dalam hal keuntungan positif tentang perkembangan global kemajuan teknologi di bidang periklanan mendorong semakin cepatnya langkah produsen dan biro iklan untuk mengejar ketertinggalannya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan hal tersebut menimbulkan pula dampak negatif, termasuk munculnya kejahatan-kejahatan periklanan baik jenis lama maupun baru yang dimodifikasikan dengan teknologi canggih yang mampu merugikan konsumen.18

Menurut Muhammad Djumhana, faktor keamanan dan keselamatan konsumen selaku penggunaan barang mencakup konteks keduniawian dan

17 Harkristuti Harkrisnowo, 1998, Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Perlindungan

Anak Terhadap Industri Mainan, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, hal 28.

18 Hadiman H., Beberapa Ancaman Kejahatan dengan Teknologi Canggih akan Bertambah

(40)

keagamaan dari konsumen itu sendiri, hal ini juga sesuai dengan ketentuan yang mengakui hak atas keamanan dan keselamatan konsumen.19

Dengan berbagai permasalahan penyiaran iklan yang berdampak langsung pada masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat selaku konsumen untuk mengadakan upaya hukum maka dipandang perlu implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumena agar nantinya mencegah timbulnya konflik antara produsen dengan konsumen dan tercapainya kejujuran dalam periklanan.

1.7.1 Teori Tentang Hak Dan Kewajiban

Berkaitan dengan kerugian yang dialami konsumen akibat adanya siaran iklan yang menyesatkan atau memberikan informasi yang tidak benar, maka disini tampak adanya pelanggaran terhadap salah satu hak konsumen, yaitu hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan benar tentang produk yang dipasarkan.

Menurut Bachsan Muatafa, hak adalah kekuasaan, dan kekuasaan itu dapat dipertahankan terhadap setiap orang, artinya setiap orang harus mengakui, menghormati, dan mengindahkan kekuasaan itu. Yang memberikan hak tersebut adalah hukum. Hukum memberikan berbagai hak kepada manusia, yaitu hak asasi manusia, hak kebendaan dan hak perorangan.20

(41)

Selanjutnya Sultan Muhamad Zein memberikan pandangannya bahwa hak merupakan kekuasaan, wewenang, benar, sesunguh-sungguh, nyata, milik, kepunyaan, martabat, kekuasaan untuk menuntut sesuatu, kekuasaan yang benar atas sesuatu.21 Hak juga berarti sesuatu yang harus ia terima dan ia memiliki setelah

melakukan kewajiban sesuai kesepakatan yang dibenarkan menurut syarat. Hak merupakan sesuatu yang mesti harus dihormati, dihargai dan diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan porsinya.22

Hak memiliki pengertian yang beragam, tetapi masih dalam kerangka persamaan. Hak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hak adalah wewenang atau kekuasaan secara etis untuk mengerjakan atau meninggalkan, memiliki atau mempergunakan atau menuntut sesuatu.

b. Hak adalah panggilan kemauan orang lain dengan perantara akalnya, perlawanan dengan kekuatan fisik atau mengakui kewenangan yang ada pada pihak lain.

Sementara kewajiban adalah keharusan, yaitu keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu atas tuntutan satu orang atau lebih yang berhak. Dalam ilmu hukum dikenal ada tiga macam kewajiban, yaitu: kewajiban hukum, kewajiban alamiah dan kewajiban moral.23

21 Sultan Muhammad Zein, 1996, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta: Sinar harapan, hlm. 140.

22 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 293

(42)

Kewajiban yang perlu diperhatikan adalah kewajiban hukum, yang dimaksud dengan kewajiban hukum adalah kewajiban yang harus dipenuhi sebab apabila tidak dipenuhi akan menimbulkan akibat hukum, yaitu adanya tuntutan yang berhak agar yang mempunyai kewajiban itu memenuhi kewajibannya. Kewajiban itu timbul dari suatu perikatan, baik perikatan yang lahir dari perjanjian maupun perikatan yang lahir dari undang-undang.

Hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum, sedengkan kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya. Apa yang dinamakan hak itu sah karena dilindungi oleh hukum. 24

Hak yang ada pada seseorang mewajibkan pihak lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan. Setiap hak menurut hukum mempunyai title,yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada pihak tertentu.25

Begitu juga dalam konteks hubungan timbale balik antara konsumen dengan produsen, apa yang menjadi hak konsumen adalah merupakan kewajiban produsen untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dan begitu juga sebaliknya.

Konsekuensinya, adalah setiap perbuatan-perbuatan yang melanggar atau mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, merupakan suatu perbuatan

24 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2005), hlm. 43.

(43)

melanggar hukum. Dengan demikian, konsumen yang dilanggar haknya dapat menggugat kepada si pelanggar guna pemenuhan atas haknya, atau untuk mendapatkan ganti kerugian.

Ganti rugi itu sendiri adalah merupakan salah satu hak yang dimiliki konsumen yang perlu ditegakkan, mengingat banyaknya kasus-kasus dilapangan yang secara materiil merugikan konsumen akibat menkonsumsi suatu produk yang disiarkan melalui iklan. Kerugian pada konsumen terjadi karena produk yang diiklankan di sesuai dengan kenyataannya.

Menurut Munir Fuady:bahwa untuk mendapatkan kompensasi (The Right Redress) berupa ganti rugi adalah salah satu hak konsumen yang telah diakui secara universal di seluruh dunia. Sudah sejak dulu kala hak untuk mendapatkan kompensasi dari seseorang akibat perbuatan salah dari orang lain telah diakui, yang baru adalah penegasan hak tersebutsebagai hak konsumen.26

Sudah menjadi kewajibandan tanggung jawab pemerintah untuk melindungikepentingan konsumen sesuai dengan tujuan Negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Perlindungan dan penanganan masalah konsumen merupakan bagiantugas Negara dari memajukan kesejahteraan umum.

Secara jelas alinea ke empat Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 mengamanatkan…untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kepentingan umum,

(44)

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social….

Hak untuk memperoleh ganti rugiadalah merupakan hak perbahan hukum. Menurut mariam Darus Badrulzalam, posisi hukum (rechtspusitie) konsumen, terutama hak untuk memperoleh ganti rugi mendapat tempat dan dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, yaitu Pasal 27 ayat (2).27

Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa”tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa ketentuan ini mengenai hak warga Negara. Ini menunjukan hal yang luas meliputi lahir dan bathin, mengenai hak-hak warga Negara yang menjamin agar dia dapat hidup sebagai manusia seutuhnya. Bukan hanya meliputi hak-hak yang bersifat fisik materiil, akan tetapi hak-hak yang bersifat psikis seperti hak mendapatkan perasaan aman dari segala gangguan, untuk mendapat penerangan agar yang bersangkutan memperoleh pengetahuan yang benar tentang segala barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya.28

Selain itu, dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara sudah pula ditegaskan bahwa prinsip persaingan sehat dan perlindungan terhadap hak-hak konsumen adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional di bidang ekonomi. Dengan demikian jelas, baik Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 maupun GBHN menjaminperlindungan terhadap hak-hak konsumen, termasuk hak untuk memperoleh ganti rugi. 29

Hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi adalah hak yang telah bergema dan berkembang sedemikian rupa. Hak dimaksud ini sebagian dari hak azasi yang

27 Mariam Darus Badrulzaman II, Op.Cit., hlm. 54. 28Ibid.

(45)

perlu diperjuangkan dan diberi basis hukum. Dengan cara demikian dapatlah diharapkan untuk diakui secara penuh hak konsumen tersebut berikut instrument-instrumen untuk mmenegakkannya.

1.7.2 Teori Tanggung Jawab

Kata tanggung jawab dalam bahasa Indonesia, sudah dipakai secara umum oleh masyarakat untuk terjemahan responsibility dan liability dalam bahasa Inggris. Namun demikian banyak juga kalangan serjana hukum yang memisahkan antara kata

responsibility dengan liability yaitu menerjemahkan responsibility dengan tanggung jawab dan liability dengan tanggung gugat. Tanggung jawab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggung jawab media penyiar iklan terhadap iklan-iklan yang member informasi tidak benar yang menimbulkan kerugian bagi konsumen. “Media penyiar” adalah penyelenggaraan penyiaran, baik lembaga penyiaran public, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tanggung jawab adalah suatu kata yang sudah secara umum dipakai di dalam masyarakat. Di kalangan para ahli hukum, baik praktisi maupun teoritis untuk tanggung jawab diistilahkan “responsibility” (verantwoordelijkheid) maupun “liability” (aansprakelijkheid).30

(46)

Tanggung jawab menurut pengertian hukum adalah kewajiban memikul pertanggung jawaban dan memikul kerugian yang diderita (bila dituntut) baik dalam hukum maupun dalam administrasi.31

Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah, keadaan wajib menaggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menaggung, memikul,menanggung segala sesuatunya,dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup manusia ,bahwa setiap manusia di bebani dengan tangung jawab.apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari perbuatan pihak

yang berbuat.

Tanggung jawab adalah cirri manusia yang beradab.manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan .

Friedrich August von Hayek, Semua bentuk dari apa yang disebut dengan tanggungjawab kolektif mengacu pada tanggungjawab individu. Istilah tanggungjawab bersama umumnya hanyalah digunakan untuk menutup-nutupi

(47)

tanggungjawab itu sendiri. Dalam tanggungjawab politis sebuah masalah jelas bagi setiap pendelegasian kewenangan (tanggungjawab). Pihak yang disebut penanggungjawab tidak menanggung secara penuh akibat dari keputusan mereka. Risiko mereka yang paling besar adalah dibatalkan pemilihannya atau pensiun dini. Sementara sisanya harus ditanggung si pembayar pajak. Karena itulah para penganut liberal menekankan pada subsidiaritas, pada keputusan-keputusan yang sedapat mungkin ditentukan di kalangan rakyat yang notabene harus menanggung akibat dari keputusan tersebut.

George Bernard Shaw, Persaingan yang merupakan unsur pembentuk setiap masyarakat bebas baru mungkin terjadi jika ada tanggungjawab individu. Seorang manusia baru akan dapat menerapkan seluruh pengetahuan dan energinya dalam bentuk tindakan yang efektif dan berguna jika ia sendiri harus menanggung akibat dari perbuatannya, baik itu berupa keuntungan maupun kerugian. Justru di sinilah gagalnya ekonomi terpimpin dan masyarakat sosialis: secara resmi memang semua bertanggungjawab untuk segala sesuatunya, tapi faktanya tak seorangpun bertanggungjawab. Akibatnya masih kita alami sampai sekarang.

Carl Horber, Pada akhirnya tidak ada yang bertanggungjawab atas dampak-dampak dari penagaruh politik terhadap keamanan sosial. Akibatnya ditanggung oleh pembayar pajak dan penerima jasa.

(48)

eksternal. Karena tanggung jawab pasti berada didalam diri manusia dan kita tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Menurut saya tanggung jawab bisa dikelompokkan menjadi 2 hal, yang pertama yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri. Baik buruknya sesuatu kejadian yang terjadi pada diri kita dipertanggung jawabkan oleh diri kita, bukan oleh orang lain dan tidak menyalahkan siapapun ataupun yang paling buruk adalah menyalahkan takdir. Kita mempunyai tanggung jawab kepada diri kita, berusaha semampunya adalah kunci agar kita dapat mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di dunia ini. Yang kedua adalah tanggung jawab kepada orang lain dan lingkungan sekitar, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. 110

Pada umumnya setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatanya. Oleh karena itu bertanggung jawab dalam pengertian hukum berarti keterikatan. Dengan demikian, tanggung jawab hukum (legal responsibility) dimaksudkan sebagai keterikatan terhadap ketentuan-ketentuan hukum. Bila tanggung jawab hukum ini hanya dibatasi pada hukum perbahan hukum saja, maka orang hanya terikat pada ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan hukum diantara mereka.32

Menurut H.E Saefullah, tujuan utama dari penerapan prinsif tanggung jawabdalam system hukum pda masyarakat premitif adalah untuk memelihara kerukunan antar individu-individu dengan cara penyelesaian yang dapat mencegah terjadinya pembalasan dendam. Tapi dalam jaman modern ini dasar

(49)

falsafah dan tujuan utama dari penerapan prinsif tanggung jawab adalah pertimbangan nilai-nilai dan rasa keadilan social secara luas, baik dilihat dari moral maupun dari segi kehidupan.33

Berbicara tentang tanggung jawab produsen atau pelaku usaha lainya, sekarang berkembang konsep baru yang menekankan bahwa pelaku usaha harus memikul juga tanggung jawab social.34 Pelaku usaha disamping bertanggung jawab

pada masing-masing pemilik perusahaan bersangkutan dalam berproduksi, juga bertanggung jawab pada masyarakat luas mengenai semua hasil produksi, cara-cara produksi dan pemasarannya.35

Menurut Heidjrachman Ranupandojo Irwan dan Sukanto Reksohadiprodjo, perusahaan tidak hanya harus bertanggung jawab pada pemiliknya yaitu member keuntungan, melainkan bertanggung jawab pula pada pelanggannya (konsumen dan leveransir), pada penemu teknologi, pada masyarakat, padapemerintah dan perusahaan lain. Oleh karena itu tujuan, strategi, kebiksanaan serta taktik perusahaan harus mempertimbangkan semua aspek yang bertalian dengan tanggung jawab social ini.36

Sehubungan dengan tanggung jawab pelaku usaha, H.E.Saefullah berpendapat bahwa mereka yang melakukan kegiatan atau menjalankan usaha untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri adalah wajar bila dia harus menanggung resiko akibat kegiatan atau usahanya itu.37

33 Bernadette M. Waluyo,1997, Hukum Perlindungan Konsumen, Bahan Kuliah, (Bandung: Universitas parahyangan, hlm. 15.

34 H.E. Saefullah, Beberapa Masalah Pokok Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Udara, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM-Universitas Islam Bandung, tanpa tahun), hlm. 8.

35 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Pokok-pokok Pikiran Tentang Permaslaahan

Perlindungan Konsumen, Makalah sebagai Sumbangan Pemikiran dalam rangka pembahasan RUU Perlindungan Konsumen, Jakarta, 1981, hlm. 1.

36 Heidjrachman Ranupandojo dan Sukanto Reksohadiprodjo,1982, Pengantar Ekonomi

(50)

Dasar teori ini menurut Friedman tidak lepas dari kewajiban-kewajiban social yang mesti dipenuhi oleh perusahaan atau produsen terhadap para tetangga dan masyarakat. Kewajiban-kewajiban yang kemudian ditetapkan undang-undang dilengkapi perkembangan-perkembangan menurut hukum, seperti tanggung jawab perusahaan atau pemilik pabrik terhadap konsumen.38

Begitu juga menurut Rescoe Pound, bahwa kesalahan dan tanggung jawab perusahaan atau produsen tidak seharusnya dikesampingkan, sebagai dasar dari penggugat untuk meminta ganti rugi. Sudah seharusnya diakui bahwa produsen memikul suatu tanggung jawab apabila diketahui barang yang diperdagangkan ternyata cacat dan menimbulkan kerugian pada orang lain.39

Tanggung jawab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggung jawab hukum dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyiaran iklan untuk memberi ganti rugi kepada konsumen atas siaran iklan yang member informasi yang tidak benar tentang suatu produk barang atau jasa.

Teori tanggung jawab ini dipergunakan untuk menganalisis, baik permasalahan pertama maupun permasalahan kedua, sehingga kedepannya dapat diterapkan system tanggung jawab yang tepat sehubungan praktek perilkananyang merugikan konsumen.

38 W. Friedman,1990, Teori dan Filsafat Hukum (Hukum dan Masalah-Masalah

Kontemporer), Terjemahan Mohamad Arif, CV. Rajawali, Jakarta, hlm. 53.

(51)

Prinsip tentang tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus-kasu pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yg harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.

Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:40

1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault)

Prinsiptanggung jawab berdasarkan unsure kesalahan (fault liability atau liability based on fault adalah prinsip yang umumnya berlaku dalam hukum perbahan hukum. Dalam kitab undang-undang Hukum perbahan hukum, khususnya pada 1365,1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan tanggung jawabnnya secara hukum jika ada unsure kesalahan yang dilakukan.

2) Prinsip tanggung jawab praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption ofliability principle).

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab, sampai ia dapat dibuktikan ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat.

(52)

3) Prinsip tanggung jawab praduga selalu tidak bersalah (Presumption of nonliability).

Prinsip ini adalah kebaliakn dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hannya dikenal dalam lingkungan transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara commons sensedapat dibenarkan. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin/bagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh si penumpang adalah tanggung jawab penumpang. 4) Prinsip tanggung jawab mutlak (Srtict Liability Principles)

Prinsip tanggung jawab mutlak (Srtict Liability Principles) sering di identikan dengan prinsip tanggung jawab absolute. Strict Liability adalah bentuk dari tort (perbuatan melawan hukum), yaitu prinsip pertanggung jawaban dalam perbuatan melawan hukum yang tidak didasarkan pada kesalahan, tetapi prinsip ini mewajibkan pelaku langsung bertanggung jawab atas kerugian yang timbul karena perbuatan melawan hukum itu.41

5) Prinsip Tanggung jawab dengan pembatasan (Limitation of Liability) Prinsip Tanggung jawab dengan pembatasan (Limitation of Liability) sangat di sukai oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausa

(53)

eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cucicetakfilm, misalnya ditentukan bila film yang ingin dicuci /cetak itu hilang atau rusak , maka konsumen hanya dibatasi ganti ruginya sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam undang-undang perlindungan konsumen seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausa yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya. Jika ada pepbatasan, mutlak harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang jelas.

Berdasarkan tanggung jawab produsen atau pelaku usaha lainnya, sekarang berkembang prinsip baru yang dikenal dengan nama prinsip

product liability untuk melindungi konsumen. Dunia hukum memberikan kontribusinya dengan memperkenalkan suatu lembaga hukum yang relative baru bagi Indonesia, yang disebut dengan product liability.

(54)

konsumen yang menderita kerugian, baik kerugian berupa cacat atau kerusakan pada tubuh konsumen, maupun kerusakan pada harta benda lain, maupun kerusakan yang berkaitan dengan produk itu sendiri. Sehingga disamping peraturan mengenai cara berproduksi, masih perlu dibutuhkan instrument hukum lain yang secara khusus menjamin perolehan ganti kerugian akibat mengkonsumsi suatu produk (product liability).42

Istilah product liability, tergolong baru dan sekarang hamper secara universal diterapkan sebagai tanggung jawab perusahaan, atau penjual/produsen produk, atas kerusakan atau kecelakaan pada orang, harta benda dari pembeli atau pihak ketiga yang disebabkan oleh produk yang telah dijual.43

Dalam Black’ Law Dictionary, terdapat 3(tiga) rumusan mengenai product liability, yaitu:44

a. A manufacture’s or seller’s tort liability for any damages or injuries suffered by a buyer, user, or by stander as a result of a defective product, product liability can be based on a theory of negligence, “strict liability” or breach of warranty.

b. The legal theory by “which liability is imposed on the manufacturer or seller of a defective product”

c. Refers to the legal liability of manufactures and sellers to compensate buyer, user and even by standers, for

42 Inosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 9. 43Ibid, hlm. 12.

(55)

demages or injuries suffered because of defects in goods purchased.

Menurut Natalie O’Connor: “product liability, These were designed to protect the consumer from faulty of defective goods By imposing strict liability upon manufacturers”.45 Dari pendapat tersebut

dapat kita lihat secara umum bahwa tanggung jawab produk adalah suatu konsepsi hukum yang intinya dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen, termasuk konsumen periklanan.

Di Amerika Serikat, konsumen yang dirugikan karena informasi iklan yang menyesatkan dapat digugat untuk membayar ganti rugi dengan dasr tanggung gugat produk “strict liability”, Steven R. Finz menjelaskan dalam kasus-kasus tanggung gugat produk (product liability) perlu dipertimbangkan 3 (tiga) factor dalam menetapkan apakah terdapat kasus-kasus dimaksud dapat diajukan gugatan. Ketiga factor tersebut adalah:

1. Legal teory or basis of liability 2. Proximate consation and damage 3. The effect of affirmative defenses46

Dalam konsep strict liability yang dijadikan dasar adalah prinsip-prinsip liability without fanlt (tanggung gugat tanpa adanya

45 Natalie O’Connor, 2001,Consumer Protection Under The Trade Practices Act-A Time For

Change, Pascasarjana Fakutlas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 460.

Referensi

Dokumen terkait

Menyadari bahwa energi menjadi isu utama dalam industri maka PT EONIX menyadari opportunity atau peluang pasar dari kebutuhan tersebut dengan menyediakan kabel yang

Mikrostruktur kamaboko tanpa penambahan karaginan komersil (K(-)) (Gambar 6) terlihat matriks gel protein yang terbentuk seperti serabut yang kasar, hal ini disebabkan

A vizsgált mutatók alapján a telepeket rangsoroltuk az SRD (Sum of Ranking Difference) módszerrel.. Az SRD módszert Héberger (2010) fejlesztette ki, és a módszer

Berdasarkan uraian tersebut, maka suatu pernikahan yang walinya berpindah dari wali nasab (karena ketiadaannya) ke wali hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 23

Peluang yang cukup besar untuk mengembangkan hasil-hasil penelitian dengan memanfaatkan pestisida nabati sudah menunjukkan efektivitasnya sebagai insektisida dari

Surga adalah tempat sementara dimana mereka yang telah banyak melakukan perbuatan baik akan mengalami kebahagiaan yang lebih lama, sedangkan neraka adalah tempat

Kegiatan PkM dilakukan dengan penyampaian materi dan diskusi tentang model pembelajaran inovatif berupa pembelajaran dengan menerapkan flipped classroom , pendidikan

Putri Musi Rawas mampu mengalahkan Pansa FC dengan skor yang besar. Hasil dari data yang diperoleh peneliti dari pada tim Putri Musi Rawas melawan Pansa FC yaitu