• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET

1. Uji Kultur Agar

Uji daya racun bahan pengawet dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Uji kultur agar adalah uji bahan pengawet di laboratorium untuk serangan cendawan. Uji ini digunakan untuk membandingkan suatu produk bahan pengawet baru dengan bahan pengawet lama yang sudah ada.

Siapkan sejumlah cawan petri. Ke dalamnya masukkan larutan agar (dapat dibuat dari kentang dan dekstrose) sebagai medium makanan bagi cendawan. Pada masing-masing cawan petri lalu disiramkan sedikit larutan bahan pengawet yang akan diuji pada konsentrasi yang berbeda, dari kecil hingga besar. Kemudian disiapkan biakan murni suatu cendawan perusak kayu untuk pengujiannya. Biakan murni cendawan ini lalu ditularkan ke seluruh larutan agar yang telah mengandung bahan pengawet. Cawan-cawan petri kemudian disimpan di dalam suatu ruangan yang steril pada suhu 80°F dan kelembaban relatif 70% selama 12 minggu. Akan terlihat konsentrasi terkecil dari larutan bahan pengawet yang telah dapat mencegah pertum-buhan cendawan. Dari dua atau beberapa bahan pengawet akan terlihat bahan pengawet mana yang lebih efektifdalam mencegah serangan cendawan.

2. Uji Balok Tanah

Uji ini termasuk uji laboratorium suatu bahan pengawet untuk mencegah serangan cendawan. Pada uji ini digunakan contoh uji kecil kayu.

Disiapkan sejumlah tabung dari gelas dan diisi separuhnya atau kurang dengan tanah steril. Ke dalam tabung dimasukkan balok-balok kecil kayu jenis tertentu sebagai medium pengujian yang tidak diawetkan. Ukuran balok kecil kayu 1 inci x 1 inci x 1 inci atau 2,5 x 2,5 x 2,5 cm. Pada balok-balok kecil kayu ditularkan biakan murni suatu cendawan perusak kayu yang akan digunakan untuk pengujian. Cendawan yang ditularkan ditunggu sehingga tumbuh memenuhi permukaan balok-balok kecil kayu. Disiapkan balok-balok-balok-balok kecil lain dari jenis kayu yang sama, diawetkan dengan bahan pengawet yang akan diuji pada berbagai konsentrasi. Setelah balok-balok kecil tersebut dikering-udarakan dan ditimbang beratnya, balok-balok-balok-balok kecil ini

(2)

kemudian ditumpangkan pada balok-balok kecil kayu yang telah penuh ditumbuhi oleh cendawan di dalam tabung-tabung gelas di atas. Tabung-tabung gelas beserta isinya lalu disimpan di dalam suatu ruangan yang steril pada suhu 80°F dan kelembaban relatif 70% selama 12 minggu. Setelah 12 minggu, balok-balok kecil kayu yang diawetkan diambil, dibersihkan, dikering-udarakan dan ditimbang. Selisih berat sebelum dan sesudah serangan menunjukkan intensitas serangan. Akan terlihat konsentrasi terendah atau retensi terendah yang telah dapat mencegah pertumbuhan cendawan atau dengan intensitas serangan nol. Retensi terendah ini disebut retensi ambang.

3. Uji Balok Agar

Uji balok agar termasuk uji laboratorium. Di sini juga sudah digunakan balok kecil kayu. Uji ini sama dengan uji balok tanah, tabung gelas diganti dengan cawan petri, tanah diganti dengan larutan agar.

Disiapkan sejumlah cawan petri yang diisi dengan larutan agar. Balok-balok kecil kayu yang tidak diawetkan diletakkan pada larutan agar yang terdapat di dalam cawan petri. Disiapkan biakan murni cendawan perusak kayuyang akan dijadikan untuk pengujian bahan pengawet. Biakan murni cendawan tersebut kemudian ditu-larkan pada balok-balok kecil kayu. Setelah balok-balok kecil kayu penuh ditumbuhi oleh cendawan Balok-balok kecil lain, kayu spesies yang sama diawetkan pada berbagai konsentrasi larutan. lalu dikering-udarakan dan ditimbang. Balok-balok kecil ini kemudian ditumpangkan pada baok-balok kecil kayu yang sudah penuh ditumbuhi oleh cendawan perusak. Cawan petri beserta isinya kemudian disimpan di dalam sebuah ruangan yang steril pada suhu 80°F dan kelembaban relatif 70% selama 12 minggu. Setelah 12 minggu, balok-balok kecil kayu yang diawetkan diambil, dibersihkan, dikering-udarakan dan ditimbang. Selisih berat sebelum dan sesudah serangan. menunjukkan intensitas serangan. Akan diperoleh konsentrasi terendah yang telah dapat mencegah pertumbuhan cendawan, dengan intensitas serngan nol.

(3)

4. Uji terhadap Rayap

Uji terhadap serangan rayap dibedakan atas uji serangan rayap kayu kering dan uji serangan rayap tanah. Uji serangan rayap kayu kering merupakan uji laboratorium, sedangkan uji serangan rayap tanah merupakan uji lapangan yang diper-cepat.

a. Uji serangan rayap kayu kering

Balok-balok kecil kayu ukuran 3x3x2,5 cm kering udara diawetkan pada berbagai konsentrasi. Agar diperoleh peresapan tunggal pada balok ini, sisi ujung dan dua sisi tebal ditutup dengan cat. Setelah dikering-udarakan kembali, pada sisi yang lebar balok ini dipasang tabung kaca diameter 2,5 cm dan tinggi 3 cm dengan jalan direkat. Ke dalam masing-masing tabung kaca kemudian dimasukkan rayap kayu kering seba-nyak 50 ekor. Tabung kaca ditutup dengan strimin. Balok-balok kecil dengan tabung dan rayap ini kemudian disimpan di dalam suatu ruangan yang gelap, kering dan sejuk atau tidak terlalu panas selama 12 minggu. Setiap ada rayap yang mati hams dising.- kirkan agar tidak dimakan oleh rayap lain sehingga rayap hanya dipaksa untuk memakan kayu.

Setelah 12 minggu, dihitung mortalitas rayap. Balok-balok kayu diambil, diber-sihkan, dikering-udarakan kembali dan ditimbang. Intensitas serangan rayap ditunjuk-kan pada besarnya mortalitas rayap, kehilangan berat dan derajat kerusaditunjuk-kannya. Derajat kerusakan dinilai berdasarkan persen kehilangan berat terhadap kehilangan berat pada kontrol, yaitu pada balok kayu yang tidak diawetkan. Akan diperoleh konsentrasi terendah yang telah efektif mencegah serangan rayap, yaitu angka mortalitas yang tinggi di atas 90% dan/ atau derajat keusakan rendah yaitu kurang dari 10%.

b. Uji serangan rayap tanah

Untuk uji serangan, disiapkan sebidang tanah, bersih dari tumbuhan bawah dan kotoran lainnya. Ke dalam tanah dibenamkan kardus yang cukup untuk mengundang rayap tanah. Setelah kardus dipenuhi oleh rayap yang menyerang dan hampir habis, sisa kardus diambil dan ke dalam tanah dibenamkan balok-balok kecil kayu yang telah diawetkan pada jarak minimal 10 cm. Setelah 12 minggu, balok-balok kayu diambil, dibersihkan dari tanah dan sisa rayap, lalu dikering-udarakan dan ditimbang.

(4)

Intensitas serangan rayap ditunjukkan pada kehilangan berat dan derajat kerusakannya dibandingkan terhadap kontrol. Akan diperoleh konsntrasi terndah yang telah dapat mencegah serangan rayap tanah.

5. Uji terhadap Kumbang Bubuk

Uji terhadap kumbang bubuk ini juga merupakan uji laboratorium. Pada prin-sipnya, uji ini persis sama dengan uji terhadap rayap kayu kering, hanya binatang pengujinya diganti dengan kumbang bubuk.

6. Uji terhadap Binatang Pengebor Kayu di Laut

Uji terhadap binatang pengebor kayu di laut termasuk uji lapangan dengan contoh uji berukuran kecil. Contoh uji dapat berukuran 5x2,5x7,5 cm. Contoh uji diberi lubang tempat tali untuk bergantung. Setelah contoh uji diawetkan pada berbagai konsentrasi dan dikering-udarakan, contoh uji digantungkan pada suatu palang penggantung yang tiangnya ditancapkan ke dalam laut. Setelah 12 minggu atau beberapa waktu lamanya, contoh uji diambil, dibersihkan dan dikering-udrakan. Intensitas serangan ditunjukkan oleh berkurangnya berat dan derajat kerusakannya dapat dibandingkan dengan kontrol.

7. Uji Lapangan

lapangan, khususnya untuk penggunaan kayu di darat, dilakukan dengan dua cara, pertama dengan menggunakan contoh uji kayu bentuk tongkat dan kedua, dengan menggunakan contoh uji kayu berukuran seperti ukuran penggunaannya da-lam praktek.

Pada cara yang pertama, disiapkan contoh uji kayu berukuran 2x2x18 inci (standard ASTM). Setelah contoh uji diawetkan pada berbagai konsentrasi dan dikering-udarakan, contoh uji ditanam pada sebidang tanah, tegak lurus ke bawah dengan separuh panjang muncul di atas permukaan tanah. Jarak antar tongkat 30 cm. Pengamatan dilakukan setelah satu, dua, tiga, 5, 10 atau 15 tahun kemudian. Satu tongakt hanya berlaku untuk satu kali pengamatan. Tongkat dicabut. dibersihkan dan dikering-udarakan kembali. Pengamatan dilakukan secara manual dan visual. Untuk

(5)

serangan cendawan, bagian kayo yang terbenam di dalam tanah ditekan dengan ujung. kuku ibu jari tangan, apakah masih sekeras semula, sedikit lunak atau sudah lunak atau sangat lunak atau bahkan rusak ketika dicabut. Intensitas serangan dinyatakan sebagai berikut.

Tabel 9. Intensitas Serangan Cendawan

Kondisi kayu Intensitas serangan

intensitas nilai

Keras seperti semula Tidak ada serangan 10

Sedikit lunak Ringan 9

Lunak Sedang Sedang 7

Sangat lunak Berat 4

Rusak Sangat berat 0

Untuk serangan rayap tanah, diamati banyak sedikitnya gerekan, apakah sedikit. sedang. banyak atau sangat banyak. Intensitas serngan dinyatakan seperti dalam tabel berikut.

-label 10. Intensitas Serangan Rayap Tanah

Jumlah gerekan Intensitas serangan

Intensitas Nilai

Tidak ada Tidak ada 10

Sedikit Ringan 9

Sedang Sedang 7

Banyak Berat 4

Sangat banyak Sangat berat 0

Gambar

Tabel 9. Intensitas Serangan Cendawan

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 27 km/jam, kemudian mobil dipercepat dengan percepatan 2 m/s 2. Hitunglah kecepatan mobil dan jarak yang ditempuhnya selama 5 detik

enhance organizational survival, increase agency legitimacy, and heighten public satisfaction with government" (Koven, 1999). Jadi, tujuan akuntabilitas anggaran

Menurut Kurniawan dan Asih, (2012), Suku Araceae juga merupakan tumbuhan herba yang memiliki kemampuan mengandung air lebih banyak dan tumbuh dengan kelembapan yang tinggi

2 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat Sumatera Selatan.. Balai Penelitian

Metode pengumpulan data adalah informasi yang dapat diperoleh.. melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai

JENIS TUMBUHAN BAWAH DENGAN NILAI K, KR, F, FR dan INP PADA KAWASAN TAMAN DELENG MACIK HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO SUMATERA

Kestabilan titik tetap ( X*, Y*, C *x , C *y) memberikan arti bahwa berapapun tingkat produksi awal dan tingkat kapasitas produksi masing-masing produk, maka dalam jangka