• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kurikulum SD di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sejarah Kurikulum SD di Indonesia"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Kurikulum SD

di Indonesia

S.Belen

Pusat Kurikulum

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional

Jakarta 2010

(2)

Kontributor:

A.F.Tangyong. M.A., M.A. Wahyudi Suseloardjo Drs. Sudyono. M.A.

Dr. Sediono Abdullah, M.Si. Drs. Arief Sidharta, M.Pd.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

Jalan Raya Gunung Sahari No. 4 Senen, Jakarta Pusat

Telepon: ... Faximile: ...

(3)

Halaman Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Kurikulum di alam kemerdekaan B. Definisi dan organisasi kurikulum

C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum

1

Bab II Kurikulum SD pada Masa Hindia Belanda

A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa Hindia Belanda

B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda

C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda

Bab III Kurikulum SD pada Masa Pendudukan Jepang

A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang

B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang

Bab IV Kurikulum SD pada Masa Awal Kemerdekaan dan Masa Pemerintahan Orde Lama

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama

(4)

E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

Bab V Kurikulum SD pada Masa Pemerintahan Orde Baru

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa Orde Baru

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde Baru

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa Orde Baru

E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa Orde Baru

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde Baru

Bab VI Kurikulum SD pada Masa Reformasi

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa reformasi

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa reformasi

(5)

reformasi

Bab VII Perkembangan Mata pelajaran dari Masa ke Masa

Bab VIII Perkembangan Komponen Kurikulum dari Masa ke Masa

Bab IX Kronologi Perkembangan Kurikulum: Pengembang & Ciri-ciri Kurikulum

Bab X Refleksi Perkembangan Kurikulum SD di Indonesia

(6)

Tabel 2.1 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar dizaman Belanda

Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat pada masa pendudukan Jepang

Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan dan masa Orde Lama

Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964

Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa daerah sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947)

Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa pengantar Bahasa

Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947)

Tabel 4.5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang diselenggarakan sore hari (Rencana Pelajaran 1947)

Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana Pendidikan 1964)

Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa

(7)

Tabel 4.9 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA kelas IV Kurikulum 1964

Tabel 5.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal pada masa Orde Lama

Tabel 5.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum pada masa Orde Baru Tabel 5.3 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar

(1968) (Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah sebagai bahasa pengantar) Tabel 5.4 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar

(1968) (Bagi sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I) Tabel 5.5 Struktur Program Kurikulum Sekolah

Dasar 1975

Tabel 5.6 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar (1984)

Tabel 5.7 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar 1994 *)

Tabel 5.8 Garis-garis Besar Program Pengajaran Bidang Studi IPA SD Kelas IV

Tabel 6.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada masa reformasi Tabel 6.2 Dasar pengambilan keputusan pada

(8)

(KTSP)

Tabel 6.5 Struktur Kurikulum SDN Pondok Bambu 14

Tabel 6.6 Tabel Kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikuum 2004) Tabel 6.7 Tabel Contoh Kompetensi Dasar

Kurikulum 2004

Tabel 6.8 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV Kurikulum 2006

Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006 Tabel 7.1 Perkembangan nama serta pemisahan /

penggabungan olahraga dan kesehatan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya

Tabel 7.2 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan kesenian dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya Tabel 7.3 Perkembangan nama serta pemisahan /

penggabungan keterampilan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya

Tabel 8.2 Perbandingan komponen Kurikulum 1947 s.d. 2006

Tabel 8.1 Kecenderungan penekanan materi atau kemampuan / kompetensi pada kurikulum IPA

(9)

Daftar Bagan & Gambar

Halaman

Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke-20

Bagan 10.1 Perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di negara-negara maju

Gambar 4. 1 Unsur kurikulum

Gambar 5.1 Langkah-langkah desain kurikulum

Gambar 5.2 Inti pengertian belajar aktif tampak pada gambar ini

Gambar 5.3 Unsur-unsur belajar aktif Gambar 5.4 Prinsip-prinsip belajar aktif

(10)

Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, paling tidak kita telah mengenal 9 kurikulum yang lengkap , yaitu kurikulum-kurikulum tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan terakhir 2006. Jeda waktu antara satu kurikulum dan kurikulum berikutnya berkisar dari 5, 12, 4, 7, 9, 10, 10, dan 2 tahun. Pergantian kurikulum yang semakin cepat dipengaruhi perubahan politik sehingga dalam kurun waktu 7 tahun setelah merdeka kita menerapkan 2 kurikulum. Dengan kata lain, turbulensi politik berdampak pergantian kurikulum. Dari tahun 1952 – 1964, selama 12 tahun kita bertahan menerapkan Kurikulum 1952. Dari satu segi kenyataan ini dapat dipandang sebagai akibat kurang diprioritaskannya pendidikan. Atau, karena konsistensi pemikiran pedagogis yang dianut para pengambil keputusan di bidang pendidikan. Kurikulum 1964 hanya diterapkan 4 tahun, lalu kita beralih ke Kurikulum 1968. Ini disebabkan oleh peralihan dari kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru.

Kurikulum 1968 dilaksanakan selama 7 tahun, kemudian terbit Kurikulum 1975 yang cukup komprehensif dari segi pengembangan kurikulum. Kurikulum 1975 lahir sebagai dampak semakin terbukanya negara kita terhadap pengaruh Barat setelah PKI tersingkir dari arena perpolitikan Indonesia. Kurikulum ini lahir sebagai hasil kerja sama internasional karena dunia politik dan ekonomi Indonesia yang semakin terbuka terhadap Blok Barat. Kemudian, lahir Kurikulum 1984 sebagai dampak hasil riset pendidikan, inovasi kurikulum dan pendidikan di Indonesia, serta perkembangan di negara-negara lain sejak awal 1970-an yang perlu ditampung dalam kurikulum baru.

Pemberlakukan kurikulum baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia itu penting sebagai motor penggerak pembaharuan atau pengadaan berbagai komponen pendidikan yang lain, seperti buku pelajaran, sarana belajar lain, metodologi mengajar, penilaian dan ujian, dan kurikulum lembaga pendidikan guru.

Kemudian, lahir Kurikulum 1994 untuk menampung hasil inovasi kurikulum dan pendidikan yang sudah cukup meyakinkan, pendekatan komunikatif dalam

(11)

1947 sampai dengan Kurikulum 1994, selama 47 atau hampir 50 tahun kita tetap belum terlepas dari pendekatan pengembangan kurikulum berbasis materi atau pengetahun (content-based curriculum development).

B. Definisi dan organisasi kurikulum

Definisi kurikulum menurut tingkatan organisasi kurikulum yang digunakan dalam penulisan ini dikemukakan berikut ini.

Definisi kurikulum

Cur riculu m is all o f th. .. Cur ricul um enco mpa. .. Cur ricul um is a pla n fo ... 33% 33% 33% 1. Kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh siswa di bawah bimbingan para guru.

2. Kurikulum mencakup semua kesempatan belajar yang diadakan oleh sekolah.

3. Kurikulum adalah sebuah rencana untuk semua pengalaman yang dihadapi siswa di sekolah. Kur ikul um … sem ua Kur ikul um kese mpa tan Kur ikul um renc ana

Organisasi kurikulum

• Tingkat masyarakat…politisi, panitia khusus, ahli

• Tingkat institusi…ditetapkan di sekolah, kabupaten, universitas…biasanya disusun sejalan dengan disiplin mata pelajaran / kuliah • Tingkat instruksional…perencanaan guru dan

pengajaran siswa

• Tingkat ideologis…teoretisi belajar dan spesialis mata pelajaran

(12)

berkenaan dengan desain, pengembangan, dan evaluasi dikemukakan berikut ini.

Prinsip 1: Keputusan tentang kurikulum harus dibuat berdasarkan alasan-alasan pendidikan yang valid (sahih), bukan berdasarkan alasan-alasan yang kedengaran bagus atau alasan bukan pendidikan.

Prinsip 2: Keputusan tentang kurikulum yang bersifat permanen harus dibuat berdasarkan bukti (evidensi) terbaik yang tersedia.

Prinsip 3: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks tujuan pendidikan yang bersifat umum.

(13)

Prinsip 5: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan paduan kekuatan yang berasal dari kodrat dan perkembangan pelajar, kodrat proses belajar, tuntutan masyarakat umumnya, persyaratan dari masyarakat lokal, dan hakikat dan struktur mata pelajaran yang akan dipelajari.

Prinsip 6: Keputusan kurikulum harus dibuat secara kooperatif oleh orang-orang yang terlibat dalam dampak keputusan itu dan dengan partisipasi penuh orang-orang yang amat terkena dampak keputusan itu.

(14)

Prinsip 8: Keputusan kurikulum harus mempertimbangkan banyak perbedaan antar-siswa, terutama yang berhubungan dengan potensi perkembangan siswa, kemampuan intelektualnya, gaya berpikirnya, kemampuan menghadapi tekanan teman sebaya, dan kebutuhan akan pendidikan nilai dan penghargaan.

Prinsip 9: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan pandangan realistis tentang hal-hal pengorganisasian atau rekayasa yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan itu sendiri, seperti korelasi atau pemisahan mata pelajaran, distingsi antara materi kurikulum dan pengalaman siswa, dan penggunaan waktu.

(15)

Prinsip 11: Keputusan kurikulum harus dibuat hanya dalam hubungan dengan mata pelajaran dan pengalaman siswa yang tidak dapat diberikan secara memuaskan di luar sekolah.

(16)

KURIKULUM SD PADA MASA HINDIA BELANDA

A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa

Hindia Belanda

Pada masa penjajahan Belanda di tanah air berlaku tiga sistem pendidikan, yaitu sistem pendidikan tradisional yang dilakukan di pondok dan padepokan, sistem pendidikan Barat yang diperkenalkan penjajah Belanda, dan sistem pendidikan yang berciri nasional yang dirintis para tokoh pergerakan nasional, terutama sistem perguruan Taman Siswa yang dirintis dan dikembangkan Ki Hajar Dewantara.

Pada pendidikan di padepokan seorang cantrik (murid) dididik oleh seorang begawan (guru) untuk menguasai bidang atau hal tertentu. Kemudian, sistem pendidikan seperti ini dilanjutkan dan dikembangkan menjadi sistem pendidikan pondok pesantren. Para murid atau santri dididik oleh seorang ulama yang menguasai ilmu Agama Islam secara mendalam. Ulama ini disebut kyai. Para santri tinggal di pondok pesantren atau di pondok-pondok sekitar rumah kyai. Sejak awal abad ke-20, sistem pendidikan tradisional ini terpengaruh sistem pendidikan kolonial dan akhirnya ada yang mengadopsi sistem sekolah seperti yang diperkenalkan Belanda sedangkan pelajaran Quran dan agama dijadikan mata pelajaran wajib. Karena itu, pada tahun 1919 misalnya Sekolah Adabiyah di Sumatera Barat amat menyimpang dari cara pendidikan tradisional dan berkembang menjadi sekolah serupa HIS. Perbedaan dengan HIS adalah pelajaran Quran dan Agama Islam dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib. Selanjutnya, sistem seperti ini berkembang menjadi madrasah. (Mahmud Yunus, 1979 dalam Yasin Anwar, 1987).

Ciri utama sistem pendidikan kolonial adalah eksploitatif karena bertujuan menghasilkan tenaga kerja rendahan untuk mendukung kebutuhan ekonomi penjajah. Ciri yang kedua adalah diskriminatif rasial karena membeda-bedakan perlakuan kepada anak-anak golongan Belanda atau Eropa, golongan Timur Asing, dan pribumi. Anak-anak pribumi juga dibedakan antara anak-anak

(17)

keluarga ningrat atau bangsawan (aristokrat), pemimpin agama (ulama), dan anak-anak rakyat biasa.

Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke-20

6 5 4 3 2 1 8 7 Pendidikan tinggi Technische Hoogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi Kedokteran) Rechts Hoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) 6 5 4 Mid.Vak-school Kweekschool (Sekolah Guru) AMS (Sekolah Menengah Atas) 3 2 1 10 MULO 9 Pendidikan menengah LYCEA HBS V HBS III

Eur. Vak-school (Sek.

Kejuruan Eropa) Voorklas 8

7

6 Inlandsche-school (Sekolah Bumiputera Kelas 1

5 Schakel- School (Sek. Peralihan) Inl. Vakschool (Sekolah Kejuruan) 3 Vervolg- school 2 1 Pendidikan rendah ELS (Sekolah Rendah Eropa) HCS (Sekolah Cina Belanda) HIS (Sekolah Bumiputera Belanda Volk-school (Sekolah Desa) 2 de Inlandsche- school (SD Kelas II)

EROPA BELANDA BUMIPUTERA

Berikut ini dikemukakan tentang beragam jenis sekolah pada masa penjajahan Belanda yang dapat dibedakan dalam tiga golongan.

(18)

1. Sekolah untuk anak pribumi yang terdiri dari Volksschool atau Sekolah Desa 3 tahun berbahasa pengantar bahasa daerah. Yang ditekankan pada sekolah desa adalah pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Tamatan sekolah desa dapat meneruskan ke sekolah sambungan (Vervolgschool) 2 tahun dengan bahasa pengantar bahasa daerah serta Sekolah Peralihan (Schakelschool) yaitu sekolah lanjutan untuk sekolah desa dengan lama belajar seluruhnya 5 tahun dan berbahasa Belanda dalam kegiatan belajar-mengajar. Tamatan sekolah ini dapat melanjutkan ke sekolah guru (CVO) dan Normal School atau ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sekolah rendah yang diperluas (kira-kiara setara dengan SMP masa kini). Selain itu, dikenal pula Erste Indlandscheschool (Sekolah Kelas I) dan Tweede Inlandscheschool (Sekolah Kelas II).

2. Sekolah untuk anak keluarga ningrat atau bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri adalah HIS (Hollandsch Inlandscheschool) 7 tahun yang sering juga disebut Sekolah Bumiputera Belanda yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Sedangkan, untuk anak rakyat jelata dapat bersekolah di Sekolah Bumiputera (Indlancsheschool) 5 tahun yang berbahasa pengantar bahasa daerah. Kemudian, anak-anak pribumi tamatan MULO dapat masuk ke Kweekschool (KS atau sekolah guru) atau Stovia (School Tot Opleiding van Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa dengan masa belajar 7 tahun.

3. Sekolah-sekolah untuk golongan Timur Asing seperti Sekolah Cina 5 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Cina dan HCS (Hollandsch Chineeseschool) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Selain itu ada pula sekolah untuk anak keturunan Arab, yaitu Hollandsch Arabischeschool (HAS) dan untuk anak-anak orang Ambon, yaitu Ambonsche Burgerschool dan untuk anak-anak serdadu KNIL asal Ambon – Ambonsche Soldaten School (ASS) yang terdapat di kota-kota garnisun besar, seperti Magelang, Jakarta atau Padang. Selain itu, atas usaha swasta seperti Zending dan Missi didirikan pula sekolah Jawa-Belanda atau Hollandsch Javaanscheschool (HJS). Untuk anak bangsawan didirikan juga sekolah dasar khusus yang disebut Sekolah Raja

(19)

(Hoofden School). Sekolah ini semula didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1872 tapi kemudian diintegrasikan ke ELS atau HIS. Tamatan sekolah-sekolah ini dapat melanjutkan ke MULO dan seterusnya ke AMS (Algemeene Middelbar School yang dapat disetarakan dengan SMA sekarang) 3 tahun mirip HBS (Hoogere Burger School) atau sekolah menengah lanjutan dari ELS.

4. Sekolah-sekolah untuk anak-anak Eropa, keturunan Timur Asing atau tokoh pribumi terkemuka dari pendidikan dasar s.d. pendidikan tinggi, yaitu ELS (Europesche Lagere School) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Tamatannya melanjutkan ke HBS (Hoogere Burger School) 3 tahun dan 5 tahun atau Lyceum (Lycea) 6 tahun, Middelbare Meisjeschool 5 tahun, Rechts Hoogeschool 5 tahun, atau Geneeskundige Hoogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran 8 setengah tahun dan Kedokteran Gigi 5 tahun.

Sekolah dan kursus pada strata yang lebih tinggi yang didirikan Belanda antara lain GHS (Geneeskundige Hoogeschool), HAC (Hoofd Akte Cursus), RHS (Rechts Hoogeschool), THS (Technische Hogeschool), HKS (Hogeere Kweekschool), HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool)

Di luar jalur resmi pemerintah Hindia Belanda, ada sekolah-sekolah partikelir (swasta), seperti sekolah Taman Siswa, perguruan rakyat, Kristen dan Katolik. Pada jalur pendidikan Islam ada pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Muhammadiyah, madrasah, dan pondok pesantren.

Peraturan pendidikan dasar untuk masyarakat pada waktu Hindia Belanda pertama kali dikeluarkan pada tahun 1848 dan disempurnakan pada tahun 1892. Peraturan yang disempurnakan itu menetapkan bahwa pendidikan dasar harus ada pada setiap karesidenan, kabupaten, kawedanan atau pusat-pusat kerajinan, perdagangan, atau tempat yang dianggap perlu. Peraturan yang terakhir (1898) diterapkan pada tahun 1901 setelah adanya Politik Etis atau Politik Balas Budi dari Kerajaian Belanda, yang diucapkan pada pidato penobatan Ratu Belanda Wilhelmina pada 17 September 1901. Inti pidato itu berisi tiga hal penting, yaitu irigasi, transmigrasi, dan pendidikan.

(20)

Pembedaan sistem persekolahan ini didorong oleh politik penjajah untuk tetap menjajah Indonesia melalui strategi divide et impera, memecah-mecah dan menguasai. Anak-anak Belanda dan turunan Eropa mendapatkan privilese istimewa agar tamatan perguruan ini tetap berperan sebagai pemimpin. Tamatan sekolah-sekolah untuk turunan Timur Asing, seperti Cina, Arab, dan India dapat menjadi penyanggah dalam beragam kegiatan perdagangan / ekonomi. Sedangkan, tamatan sekolah untuk anak pribumi dapat menjadi tenaga rendahan untuk mendukung administrasi Belanda sebagai juru tulis dan berbagai pekerjaan rendah lainnya, terutama sebagai pegawai rendah dalam berbagai kantor pemerintah, perusahaan, dan perkebunan pemerintah Belanda. Tenaga rendahan ini dapat dibayar murah sehingga pemerintah Belanda tidak perlu mendatangkan tenaga seperti ini dari negeri Belanda yang harus dibayar tinggi.

(Sumber: Jasin Anwar, 1987; Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia; http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=119659, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-Inlandsche_School, dan M.Ryzki Wiryawan yang diambil dari P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi Yubileum, Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987).

B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda

Kurikulum adalah istilah yang dikenal kemudian di alam Indonesia merdeka yang secara resmi digunakan untuk memberi nama kepada kurikulum yang lahir tahun 1968 sebagai Kurikulum 1968. Pada masa penjajahan Belanda digunakan istilah leerplan atau rencana pelajaran yang memuat daftar mata pelajaran dan alokasi (penjatahan) waktu per mata pelajaran. Sedangkan, istilah leervak atau vak yang dipakai berarti mata pelajaran.

Dalam buku ini:

● Rencana Pelajaran 1947 disebut penulis dengan istilah Kurikulum SD (Sekolah Dasar) 1947 atau disingkat Kurikulum 1947 yang berlaku untuk SD sesuai dengan konteks bahasan, sedangkan jika disebut bersama-sama dengan

(21)

kurikulum sekolah pada jenjang menengah akan digunakan istilah Kurikulum SD 1947, Kurikulum SMP 1947 atau Kurikulum SMA 1947;

● Rencana Pelajaran Terurai 1947 untuk Sekolah Rakyat dengan istilah Kurikulum SD 1947 atau Kurikulum 1947;

● Rencana Pendidikan Dasar dengan 1964 dengan istilah Kurikulum SD 1964 atau Kurikulum 1964;

● Kurikulum SD 1968 atau Kurikulum 1968;

● Kurikulum SD 1975 atau Kurikulum 1975;

● Kurikulum SD 1994 atau Kurikulum 1994;

● Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dengan Kurikulum 2004; dan

● Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dengan Kurikulum 2006.

Tanpa merinci jumlah jam per minggu mata-mata pelajaran pada berbagai jenis sekolah dasar pada zaman Belanda seperti dikemukakan Nasution (2995) disajikan berikut ini.

Tabel 2.1 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar di zaman Belanda

ELS HIS HCS Eerste

Inlandscheschool Tweede Indlandschesc hool Volkschool (Sekolah Desa) Pelajaran Wajib: Membaca Menulis Berhitung Bahasa Belanda Sejarah Ilmu Bumi Pelajaran Tambahan: Bahasa Prancis Bahasa Jerman Bahasa Inggris Sejarah Dunia Matematika * Kesenian/Keterampilan Pendidikan Jasmani Membaca Menulis Berhitung Bahasa Belanda Ilmu Bumi Bahasa Daerah Bahasa Indonesia Bahasa Jawa ** Bahasa Jerman Bahasa Inggris Sejarah Dunia Matematika * Kesenian/Keterampila n Pendidikan Jasmani Bahasa Cina Bahasa Inggris Bahasa Prancis Bahasa Belanda Berhitung Membaca Menulis Sejarah Ilmu Bumi Sejarah Dunia Matematika * Kesenian Pendidikan Jasmani Membaca & Menulis Bahasa Daerah Bahasa Indonesia Berhitung Ilmu Bumi Indonesia Bahasa Belanda Ilmu Alam Sejarah Lokal Menggambar Ukur Tanah Menyanyi Bahasa Indonesia Berhitung Menggambar Menyanyi Ilmu Bumi Ilmu Alam Bahasa Daerah Kesenian Kelas I: Alfabet & Bahasa Indonesia Bercakap-cakap Berhitung Kelas II: Alfabet & Tulisan Arab Mendengar Kelas III: Ulangan Berhitung 12

(22)

Diolah kembali oleh penulis dari Ramli Murni, 2010 Catatan tambahan penulis:

ELS: Europesche Lagere School atau Sekolah Rendah Eropa 7 tahun.

HIS: Hollandsch Inlandscheschool atau Sekolah Bumiputera Belanda 7 tahun. HCS: Hollandsch Chineeseschool atau Sekolah Cina Belanda 7 tahun.

Eerste Inlandscheschool: Sekolah Bumiputera Kelas I. Tweede Indlandsceschool: Sekolah Bumiputera Kelas II.

Matematika * : Pada masa ini istilah Matematika belum dikenal. Kemungkinan mata pelajaran ini terdiri dari Aljabar dan Ilmu Ukur.

Bahasa Jawa **: Kemungkinan hanya berlaku di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur

C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda

Berikut ini disajikan foto-foto yang menggambarkan keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda.

Murid Vervolgschool, sekolah sambungan dari Sekolah Desa (Volksschool) melakukan gimnastik atau senam kesegaran jasmani

(23)

Pada sekolah desa digunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan pada foto ini tampak penulisan bukan dalam aksara Latin tapi aksara Jawa

Sekolah Taman Siswa di Bandung

(24)

Sekolah seperti ini menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar

Anak keluarga kaya dan terhormat ke sekolah naik dokar atau delman

(25)

Ini adalah dokar atau delman yang digunakan Bung Hatta ketika bersekolah di Bukittinggi dahulu pada zaman penjajahan Belanda

Di ruang kelas sekolah untuk anak pribumi

(26)

Ibu Soerjoadipoetro sedang berbincang-bincang dengan siswi-siswi National Onderwijs Instituut Lembaga Pengajaran Bangsa Taman Siswa di Bandung

Ijazah Meisjes Vervolgschool (Sekolah Sambungan khusus untuk wanita) di Mojokerto, Jawa Timur, tahun1937

(27)

Ijazah Meisjes Vervolgschool di Garut, Jawa Barat, tahun 1937

Ijasah Sekolah Desa di Mojokerto tahun 1922

(28)

Ijasah MULO (setingkat SMP) tahun 1933

Kelas lima sekolah dasar Modjowarno di Jawa Timur. Seorang siswa calon guru sedang mengajar, didampingi seorang guru pribumi

(29)

Tampak siswa turunan Belanda naik mobil sekolah di Pengalengan, Jawa Barat

Ruang menggambar sekolah guru di Jawa

(30)

Sekelompok siswa HIS sedang mengunjungi Cisarua di bawah pengawasan siswa Hogeere Kweekschool (sekolah pendidikan guru) Bandung di tahun ajaran

1925-1926

Sekolah pribumi di Barabai, Kalimantan Selatan

(31)

Sekolah pribumi (1915 – 1949) pada perusahaan Tanjung Morawa Senembah, Sumatera Utara

Sekolah swasta pribumi di Bogor, Jawa Barat

(32)

Siswa dari Hogeere Kweekschool (HKS) di Bandung mengajar senam anak-anak murid dari Hollands Inlandseschool (HIS) tahun ajaran 1925-1926

(33)

Rapor sekolah zaman Belanda dari Sekolah St. Ursula, Bandung, tahun ajaran 1933 – 1934

(Sumber foto: Diambil dari internet, terutama dari koleksi Tropenmuseum)

(34)

KURIKULUM SD PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG

A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, sekolah-sekolah berbahasa Belanda ditutup. Seluruh sekolah dasar hanyalah berbentuk SR atau Sekolah Rakyat dengan lama belajar 6 tahun. Dengan demikian, masa pendudukan Jepang menyediakan jalan untuk menyederhanakan dan menyeragamkan sistem persekolahan yang bermacam-macam yang berciri diskriminatif.

Keadaan sekolah dasar sebelum dan sesudah pendudukan Jepang di Indonesia kurang jelas karena langkanya data otentik. Dokumen militer Jepang yang disebut ‘Jawa ni okeru bunkyō no gaikyō’ menjadi satu sumber yang penting tentang hal ini. Jumlah sekolah dasar dan siswa dilaporkan menurun drastis. Namun dalam artikel Murni Ramli (Pascasarjana Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Universitas Nagoya, Jepang) “Primary School System in Java Before and Under Japanese Occupation (1940 – 1944)” dikemukakan bahwa jumlah sekolah dasar tidak menurun secara signifikan, dan bahkan jumlah siswa meningkat di Jawa. Sistem satu guru dua kelas dan satu ruang untuk dua kelas diterapkan untuk menanggulangi kekurangan guru. Kurikulum “di-Jepang-kan” melalui penerapan mata pelajaran baru, seperti bahasa Jepang, pendidikan mental, pendidikan jasmani, dan kegiatan keterampilan. Sekolah dasar pada masa pendudukan Jepang menekankan pendidikan praktis, tidak seperti sistem Belanda yang berciri akademis.

Pendudukan Jepang hanya berlangsung tiga setengah tahun, namun muncul kebijakan pendidikan penting yang berlangsung terus sampai sekarang. Misalnya, sistem 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, dan 3 tahun sekolah menengah atas (sistem 6 – 3 – 3). Pendidikan jasmani atau senam fisik (disebut taisō) secara rutin dipraktikkan pagi hari pada waktu yang sama di seluruh Indonesia dan ada yang berpendapat bahwa kebiasaan ini merupakan asal-mula Senam Pagi yang diwajibkan di semua sekolah dan kantor pemerintah pada salah satu hari dalam seminggu selama era pemerintahan Soeharto.

(35)

R.Thomas Murray (1966 seperti yang dikutip Murni Ramli) mengungkapkan beberapa kebijakan oleh militer Jepang di Indonesia, yaitu:

● Menghapus bahasa Belanda di sekolah-sekolah;

● Melarang penggunaan dan pengajaran bahasa Inggris dan Prancis di sekolah menengah dengan alasan itu adalah “bahasa musuh;

● Pengajaran bahasa Jepang di sekolah dasar dan menengah;

● Menetapkan bahasa Melayu / bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang digunakan di sekolah dan pemerintahan.

● Menekankan kegiatan jasmani dan mengintensifkan latihan militer di sekolah menengah;

● Menerapkan pekerjaan tangan atau kerja bakti untuk mendukung perang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti menanam sayur, beternak ikan atau hewan;

● Mereorganisasi beberapa sekolah menengah Belanda menjadi sekolah kejuruan;

● Menghapus pengajaran sejarah Belanda dan Eropa dan menggantinya dengan sejarah Asia dan Indonesia.

(Sumber: Murni Ramli pada International Journal of History Education No 1. Vol. XI, June 2010)

Terbanyak literatur menyatakan bahwa semua jenis sekolah dasar disatukan menjadi Sekolah Rakyat (Kokumingakkō). Namun, menurut bunkyō no gaikyō, bab 2, dan gakkōkyouiku (pendidikan formal), bagian 2, kankōritsushokyōiku (Sekolah Negeri dan Swasta), ada beberapa model Sekolah Rakyat. Pertama, Sekolah Rakyat (Kokumingakō) yang memberikan pelajaran dasar (shotōka) dan pelajaran lanjutan atau komprehensif (futsūka), masing-masing diselenggarakan dalam 3 tahun. Kedua, Sekolah Pertama (otōkokumingakkō), yang hanya memberikan pendidikan selama 3 tahun. Ketiga, Sekolah Rakyat yang hanya memberikan pendidikan komprehensif (disebut Futsūka kokumingakkō). Sekolah jenis ini memiliki tipe yang lain, yaitu sekolah 4 tahun dan sekolah 7 tahun. Pada tahun ajaran 1944, semua sekolah jenis ini dijadikan sekolah 3 tahun dan semua

(36)

Sekolah Rakyat (Shotōkokumingakkō) dijadikan sekolah 6 tahun. (Sumber: bunkyō no gaikyō : halaman 34-35 seperti dikutip Ramli Murni, 2010).

Kebanyakan sekolah rakyat 6 tahun di Jawa menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura. Siswa yang menyelesaikan sekolah rakyat hanya sampai kelas V tidak menerima ijasah kelulusan, tapi menerima semacam surat tanda tamat belajar yang dapat digunakan untuk bekerja di masyarakat sedangkan siswa yang sampai kelas VI atau sampai 7 tahun di sekolah rakyat mendapatkan ijasah kelulusan yang dapat digunakan untuk melanjutkan ke sekolah menengah. Kedua sistem sekolah dasar ini diadopsi oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dalam proposalnya pada tahun 1946 seperti dikutip Tilaar (1995:72). Namun, Panitya Penyelidik Pengajaran pada tahun 1947 hanya menerima sekolah rakyat 6 tahun dan menghapuskan tipe sekolah yang lain.

B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang

Literatur tentang kurikulum pada masa pendudukan Jepang amat langka. Karena itu, pada bagian ini hanya dikemukakan tentang struktur program kurikulum sekolah dasar yang berisi daftar mata pelajaran dan alokasi waktu tiap mata pelajaran per minggu.

Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Pada masa pendudukan Jepang

No. Mata Pelajaran Kelas

I II III IV V VI 1 Pendidikan semangat 2 2 2 2 2 2 2 Bahasa Jepang 3 4 5 6 6 6 3 Bahasa Indonesia - - 4 4 5 5 4 Bahasa Daerah 6 6 4 3 3 2 5 Sejarah - - - 1 1 1 27

(37)

No. Mata Pelajaran Kelas 6 Ilmu Bumi - - - 1 2 1 7 Berhitung 4 5 5 4 4 4 8 Ilmu Alam - - - 1 1 2 9 Pendidikan Jasmani 3 3 3 3 10 Seni Suara 4 4 2 2 1 1 11 Kaligrafi 1 1 1 1 0 0 12 Pertukangan Kayu 2 2 2 2 2 2 13 Menggambar 2 2 1 1 1 1 14 Latihan Kerja - - 1 1 1 1 15 Ekonomi / Industri - - - 1 2 2

16 Pekerjaan Rumah Tangga - - - 1 2 3

Jumlah seluruhnya 24 26 30 34 (35) 36 (38) 36 (38)

Angka total dalam kurung adalah jumlah jam per minggu untuk sekolah anak perempuan.

(Sumber: bunkyō no gaikyō seperti ditulis Ramli Murni, 2010)

(38)

KURIKULUM SD PADA AWAL KEMERDEKAAN DAN MASA

PEMERINTAHAN ORDE LAMA

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan dan masa Orde Lama

Kurikulum Pancasila &

UUD 1945 TAP MPR & GBHN UU Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri 1947 Pancasila dan UUD 1945 Instruksi Menteri Pengajaran RI 29 Sept 1945 tentang pedoman penyelenggaraan

pendidikan dan pengajaran, a.l. agar segala usaha pendidikan dan pengajaran berlandaskan dasar kebangsaan Indonesia, memelihara dan menguatkan “rasa cinta Nusa dan Bangsa dalam hati sanubari murid-murid dan pelajar-pelajar dengan memasukkan semangat kebangsaan dalam segala pelajaran, serta

menghapuskan segala isi pengajaran yang dapat melemahkan semangat itu.” 1964 Manipol (Manifesto Politik) dan Usdek (UUD Tap MPRS No. II / MPRS / 1960: Politik dan sistem UU POKOK PENDIDIKAN No. 4 / 1950 (yo. No. 12 / 1954 Pasal 10,

Terbit tanpa keputusan Menteri tapi hanya dengan kata pengantar Pembantu Menteri

(39)

Kurikulum Pancasila & UUD 1945 TAP MPR & GBHN UU Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia dengan poros Nasakom (Nasional- Agama-Komunis) sebagai kekuatan pelaksanaan dalam mencapai tujuan revolusi nasional. Kebijakan: Pancasila = dasar pendidikan nasional dan Pancawardhan a = sistem pendidikan nasional. pendidikan nasional ... supaya melahirkan warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila ..., yang berjiwa patriot komplit, supaya melahirkan tenaga-tenaga kejuruan yang ahli dan berjiwa revolusi Agustus 1945, suatu politik dan sistem pendidikan yang menitikberatka n pendidikan kejuruan. Ayat 1: Semua anak-anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya.

Bidang Teknis Pendidikan, Depdikbud.

(40)

Tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) mengusulkan kepada Kementerian Pengajaran untuk segera menyusun pedoman pendidikan dan pengajaran yang a.l.:

1) Sesuai dengan dasar susunan Negara Republik Indonesia,

2) Paham perseorangan haruslah diganti denganpahal kesusilaan dan rasa peri kemanusiaan yang tinggi,

3) Sesuai dengan dasar keadilan sosial, semua sekolah harus terbuka untuk tiap penduduk negara,

4) Untuk memperkuat kesatuan rakyat hendaklah diadakan satu macam sekolah (yang lama belajarnya 6 tahun untuk tiap-tiap anak-anak Indonesia) lambat laun harus dapat dilaksanakan secara merata.

(Sumber Jasin Anwar 1987 dari Soegarda Poerbakawatja, Pendidikan di Alam Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1972).

Dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya dasar kebangsaan yang dihubungukannya bukan hanya dengan UUD 1945, Pasal 31, Ayat 2 (sistem pengajaran nasional), tetapi juga dengan Pasal 32 (kebudayaan nasional Indonesia) Pasal 36 (Bahasa Indonesia), Pasal 27 Ayat 1 (persamaan kedudukan segala warga negara di dalam hukum pemerintahan) dan Ayat 2 (hak tiap-tiap warga negara atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

“Teranglah dari fatsal-fatsal dalam Undang-Undang Dasar tersebut itu, bahwa pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia haruslah berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia menuju ke arah kebahagiaan hidup batin serta keselamatan hidup lahir.” (Notula rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, 12-5-1946) dan lampirannya).

Di samping dasar kebangsaan, sila-sila lain pun digunakan sebagai dasar untuk menentukan isi pendidikan dan pengajaran. Misalnya, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan menunjuk Pasal 29 UUD 1945 sebagai dasar untuk mengusulkan dimasukkannya pelajaran agama ke dalam rencana pelajaran sekolah-sekolah negeri.

(41)

Dalam pembicaraan komisi-komisi Panita Penyelidik, dasar kebangsaan sangat menonjol dalam menentukan isi dan susunan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Tujuannya adalah untuk menarik garis pemisah yang tegas antara pendidikan dan pengajaran kolonial dan pendidikan dan pengajaran nasional. Ini adalah gambaran penerapan Pancasila dan kondisi yang melahirkan Rencana Pelajaran (Kurikulum) 1947. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah merumuskan tujuan kurikuler pendidikan rendah sebagai berikut:

Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak agar memiliki dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin, serta mengembangkan bakat dan minat.

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama

Sesuai dengan paparan tentang dasar keputusan tentang kurikulum seperti telah dikemukakan pada Bab I. Pendahuluan, berikut ini disajikan hasil kajian tentang dasar-dasar yang digunakan para pengembang kurikulum dalam menyusun Kurikulum 1947 Kurikulum 1964. Kurikulum 1952 tidak dimasukkan karena sumber kepustakaannya amat terbatas, hanya satu buku tentang Rencana Pelajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat 3 dan 6 Tahun.

Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964

Dasar keputusan tentang kurikulum

Kurikulum 1947 Kurikulum 1964

1. Alasan pedagogis yang sahih V Pengaruh psikologi

belajar & praktik sekolah kebangsaan

# Dominan pengaruh politik

2. Bukti (evidensi) terbaik yang tersedia

V Pengalaman zaman penjajahan & sekolah kebangsaan

V Bukti pengalaman transisi dari penjajahan ke alam merdeka

(42)

Dasar keputusan tentang kurikulum

Kurikulum 1947 Kurikulum 1964

3. Konteks tujuan pendidikan yang umum

V Pancasila, UUD 1945, warga negara yang humanis (Kepmen PP&K 1946)

V Manusia sosialis Indonesia (Tap MPRS No. II/1960)

4. Konteks keputusan sebelumnya & kebutuhan keputusan tambahan

V V

5. Paduan kekuatan pelajar, proses belajar, tuntutan masyarakat & mata pelajaran

V Tuntutan pendidikan di alam kemerdekaan

V Tuntutan Pancawardhana & kerja tangan

6. Kerja sama orang yang terlibat & orang yang paling terkena dampak keputusan

X Hanya Panitia Penyelidik Pengajaran

X Hanya lembaga struktural Depdikdasbud

7. Fakta baru kehidupan seperti perkembangan ilmu, rasa persatuan & keanekaragaman

V Nasionalisme negara baru merdeka

V Nasionalisme & tuntutan perkembangan ilmu

8. Perbedaan individual siswa V Pengantar bahasa

daerah & bahasa Indonesia

V Pengantar bahasa daerah & bahasa Indonesia

9. Pandangan realistis pengorganisasian: desain kurikulum, pengalaman siswa, pengaturan waktu

V Tampak dalam struktur program, mata

pelajaran terpisah

V Mulai ide bidang studi

10. Pandangan tentang cara komunikasi & diseminasi kurikulum

X X

11. Pengalaman siswa yang tidak dapat diperoleh dengan memuaskan di luar sekolah

V V

(43)

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal kemerdekaan

s.d. masa Orde Lama

Kurikulum 1947:

● Perasaan bakti kepada Tuhan YME

● Perasaan cinta kepada ibu dan bapak

● Perasaan cinta kepada alam, negara, bangsa, dan kebudayaan

● Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya

● Keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan masyarakat

● Keyakinan bahwa orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata tertib;

● Keyakinan pada dasarnya manusia itu sama harganya karena itu harus hormat-menghormati, berdasar rasa keadilan, dengan berpegang teguh atas harga diri sendiri

● Keyakinan negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu kewajiban, judur dalam pikiran dan tindakan

(Keputusan Menteri PP&K 1946 No. 1186/Bahg.A)

Tujuan institusional sekolah dasar pada Kurikulum 1947:

Tujuan pendidikan di sekolah rendah itu, agar murid-murid lambat laun dengan rasa tanggung jawab:

● makin dapat menyelenggarakan sendiri kesehatannya,

● rasa bahagia serta

● faham hidupnya bersama penyesuaian diri dengan corak kebangsaan Indonesia (yang berdasar Ketuhanan YME dan kemanusiaan yang adil dan beradab),

● dan makin tegas hasratnya untuk mengembangkan (dan mempergunakan) jiwa-raganya ke arah keluhuran kebudayaan serta kemakmuran Republik

(44)

Indonesia (sebagai negara kesatuan yang berbentuk kedaulatan ra’yat dan keadislan sosial).

(Sumber: Laporan Panitia Penyelidik Pengajaran, Bagian Pengajarana Rendah, 1946)

Kurikulum 1964:

● Semangat patriot ● Gotong royong ● Bersahaja ● Mengutamakan kejujuran

● Mendahulukan kewajiban daripada hak

● Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

● Susila dan budi luhur

● Kerelaan berkorban

● Hidup hemat

● Disiplin

● Kepandaian untuk menghargai waktu

● Cara berpikir rasional dan ekonomis

● Kesadaran bekerja untuk membangun dengan kerja keras

(Sumber: Tap MPRS No. II/MPRS/1960: Gambaran manusia sosialis Indonesia yang dimuat juga dalam Lampiran Pola Pembangunan Nasional Semesta

Berencana 1961).

(45)

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang berbahasa daerah sampai Kelas III

(Rencana Pelajaran 1947)

No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan

I II III IV V VI 1 Bahasa Indonesia - - 8 8 8 8 2 Bahasa Daerah 10 10 6 4 4 4 3 Berhitung 6 6 7 7 7 7 4 Ilmu Alam - - - - 1 1 5 Ilmu Hayat * - - - 2 2 2 6 Ilmu Bumi - - 1 1 2 2 7 Sejarah - - - 1 2 2 8 Menggambar - - - - 2 2 9 Menulis 4 4 3 3 - - 10 Seni Suara 2 2 2 2 2 2 11 Pekerjaan Tangan 1 1 2 2 2 2 12 Pekerjaan Keputrian ** - - - (1) (2) (2) 13 Gerak Badan *** 3 3 3 3 3 3

14 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1

15 Didikan Budi Pekerti

Jumlah **** 1 28 1 28 2 35 2 36 2 38 3 39 16 Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya - 28 - 28 - 35 2 38 2 40 2 41 Di Kelas I dan II lama tiap jam pelajaran: 30 menit; di Kelas IV ke atas: 40 menit

Ε.

Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia. ** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.

*** Termasuk juga tari dan pencak.

**** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.

(46)

***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama.

Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I

(Rencana Pelajaran 1947)

No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan

I II III IV V VI 1 Bahasa Indonesia 10 10 8 8 8 8 2 Berhitung 6 6 8 7 7 7 3 Ilmu Alam - - - - 1 1 4 Ilmu Hayat * - - - 2 2 2 5 Ilmu Bumi - - 1 1 2 2 6 Sejarah - - - 1 2 2 7 Menggambar - - - - 2 2 8 Menulis 4 4 4 4 - - 9 Seni Suara 2 2 3 3 3 3 10 Pekerjaan Tangan 1 1 3 3 3 3 11 Pekerjaan Keputrian ** - - - (1) (2) (2) 12 Gerak Badan *** 3 3 3 3 3 3

13 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1

14 Didikan Budi Pekerti

Jumlah **** 1 28 1 28 2 33 2 35 2 36 3 36 15 Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya - 28 - 28 - 33 2 37 2 38 2 38 Di Kelas I dan II lama tiap jam pelajaran: 30 menit; di Kelas IV ke atas: 40 menit

Ε.

Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia. ** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.

*** Termasuk juga tari dan pencak.

**** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.

(47)

***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama.

Tabel 4. 5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang diselenggarakan sore hari

(Rencana Pelajaran 1947)

No. Mata Pelajaran

I A B II A B III A B IV A B 1 Bahasa Indonesia 7 - 7 - 8 8 8 8 2 Bahasa Daerah - 7 - 7 - 6 - 4 3 Berhitung 5 5 5 5 9 8 8 7 4 Ilmu Alam - - - - 5 Ilmu Hayat - - - - 6 Ilmu Bumi - - - 1 1 1 1 1 7 Sejarah - - - 1 1 8 Menggambar 3 3 3 3 4 3 4 3 9 Menulis - - - - 10 Seni Suara 2 2 2 2 3 2 2 2 11 Pekerjaan Tangan 1 1 1 1 3 2 2 2 12 Pekerjaan Keputrian - - - 1 1 13 Gerak Badan 3 3 3 3 4 3 4 3

14 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1 1 1

15 Didikan Budi Pekerti

Jumlah ** 1 1 23 23 1 1 23 24 2 1 35 35 2 2 36 36 16 Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya - - 23 23 - - 23 24 - - 35 35 2 2 36 38

Ε.

Kelas A = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I.

(48)

Kelas B = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah sampai kelas III.

** Berdasarkan Edaran Mengteri PP dan K 8-1-1947 No. 203/B.

(49)

Ijasah Sekolah Rakyat 6 tahun di alam kemerdekaan (tahun 1956). Di balik ijasah ini tercantum nilai-nilai Ujian Negara

Susunan Rencana Pelajaran 1964 masih sederhana, yaitu mencakup unsur pokok: dasar dan tujuan serta sistem pendidikan dasar, struktur program kurikulum, garis-garis besar program pengajaran (GBPP) tiap wardhana, dan pedoman pelaksanaan hari krida di sekolah dasar. Rencana Pelajaran ini membedakan 2 macam struktur program, yaitu sebagai berikut:

1) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah dari kelas I sampai kelas III.

2) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa Indonesia mulai kelas I.

Garis-garis besar susunan program pengajarannya adalah sebagai berikut:

(50)

Pertama, sesuai dengan struktur program yang disebutkan di atas, mata pelajaran atau bidang studi dikelompokkan sesuai dengan Pancawardhana menjadi 5 kelompok bidang studi, yaitu perkembangan moral, kecerdasan, emosional-artistik, keprigelan / keterampilan, dan jasmaniah.

Kedua, susunan tiap wardhana adalah:

1) Uraian Pendahuluan tentang komposisi bidang studi yang termasuk dalam wardhana yang bersangkutan, tujuan kurikuler yang hendak dicapai, kriteria pemilihan bahan, dan petunjuk praktis dalam memilih kegiatan yang relevan;

2) Tiap bidang studi dibagi menurut kelas, dan urutan bahan yang disesuaikan dengan tujuan kurikuler dan instruksional tiap bidang studi; 3) Tiap tujuan instruksional disertai bahan-bahan yang diajarkan dan

petunjuk praktiks dalam memilih dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut; dan

4) Sistematika program pengajaran Pendidikan Agama belum disesuaikan dengan susunan seperti tersebut pada butir (2) dan (3) dan kurikulum Pendidikan Agama Islan disusun oleh Departemen Agama secara terpisah. Demikian juga halnya dengan kurikulum-kurikulum agama-agama lain, disusun oleh lembaga-lembaga keagamaan yang berwenang.

(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996)

Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I

s.d. Kelas III

(Rencana Pendidikan 1964)

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

I II III IV V VI I PERKEMBANGAN MORAL: 1. Pendidikan Kemasyarakatan * 1 2 3 3 3 3 Kelas I dan II, 1 jam pelajaran: 41

(51)

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

2. Pend Agama / Budi Pekerti 1 2 2 2 2 2

II PERKEMBANGAN KECERDASAN 3. Bahasa Daerah 4. Bahasa Indonesia 5. Berhitung 6. Pengetahuan Alamiah 9 - 6 1 8 - 6 1 5 6 6 2 3 8 6 2 3 8 6 2 3 8 6 2

III PERKEMBANGAN EMOSIONAL /

ARTISTIK:

7. Pendidikan Kesenian ** 2 2 4 4 4 4

IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN:

8. Pendidikan Keprigelan *** 2 2 4 4 4 4

V PERKEMBANGAN JASMANI:

9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan 3 3 4 4 4 4

Jumlah 25 26 34 36 36 36

30 menit; Kelas III s.d. VI: 30 menit.

Ε.

Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.

** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama. *** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi /

Tabungan, dan Keprigelan lain-lain

Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari

Kelas I

(Rencana Pendidikan 1964)

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

I II III IV V VI

I PERKEMBANGAN MORAL:

1. Pendidikan Kemasyarakatan * 2. Pend Agama / Budi Pekerti

1 1 1 2 4 2 4 2 4 2 4 2 II PERKEMBANGAN KECERDASAN 3. Bahasa Indonesia 4. Berhitung 9 6 8 6 9 6 9 6 9 6 9 6 Kelas I dan II, 1 jam pelajaran: 30 menit; Kelas III s.d. VI: 40 menit. 42

(52)

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

5. Pengetahuan Alamiah 1 1 2 2 2 2

III PERKEMBANGAN EMOSIONAL /

ARTISTIK:

7. Pendidikan Kesenian ** 2 2 4 4 4 4

IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN:

8. Pendidikan Keprigelan *** 2 2 5 5 5 5

V PERKEMBANGAN JASMANI:

9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan 3 3 4 4 4 4

Jumlah 25 25 36 36 36 36

Ε.

Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.

** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama. *** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi /

Tabungan, dan Keprigelan lain-lain

E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

Pada bagian ini akan dikemukakan tentang perkembangan komponen kurikulum dengan memilih mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai contoh dan perbandingan umum sajian komponen kurikulum dalam dokumen kurikulum.

Komponen desain

• Tujuan – Apa yang harus dilakukan? • Mata pelajaran – Mata pelajaran apa

yang harus dimasukkan?

• Metode & organisasi – Strategi

pengajaran, sumber, dan kegiatan apa yang akan digunakan?

• Evaluasi – Metode dan alat apa yang akan digunakan untuk menilai hasil?

(53)

Dari segi komponen, kurikulum paling tidak mengandung 6 komponen, yaitu tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan belajar, sumber belajar yang terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan alokasi waktu.

Sumber belajar Alokasi waktu Penilaian Kegiatan belajar Materi Tujuan UNSUR KURIKULUM

Gambar 4. 1 Unsur kurikulum

Perkembangan komponen kurikulum

Dari segi komponen kurikulum, dikemukakan komponen-komponen kurikulum dari Kurikulum 1968 s.d. Kurikulum 2006. (Komponen Kurikulum 1947 dan 1964 tidak dikemukakan penulis dalam buku ini karena dokumen kurikulum yang dapat diperoleh belum lengkap).

Kurikulum 1952

Dari 6 komponen kurikulum seperti terlihat pada gambar di atas, Kurikulum 1952 berisi 2 komponen, yaitu bahan pengajaran (materi) dan apa yang dipentingkan dan peringatan, keindahan, dsb (kegitan belajar).

Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks yang terdiri dari 4 kolom. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Hayat kelas IV SD sebagai berikut:

(54)

Tabel 4.8 Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu Hayat kelas IV SD Kurikulum 1952

No. Bahan pengajaran

Apakah yang dipentingkan Peringatan, keindahan, dsb.

1a. Biji Bagian 1a:

1. kulit ari (kulit tipis) 2. pusat biji (asal tumbuh-tumbuhan

3. keping (belahan), gunanya 1 - 3

1b. Biji yang sedang

tumbuh (kacang tanah, kedelai, jagung, dsb.) Bagian 1b: 1. akar 2. batang 3. daun, gunanya 1 - 3

1. Akar selalu menuju ke bawah, ke dalam tanah.

2. Batang selalu tegak ke luar di atas tanah.

3. Biji sedang tumbuh dapat mengangkat segumpal tanah, gunanya 1 – 3 (dengan tawakkal dan ketabahan hati tercapailah cita-cita. 4. Keping selalu susut dan hilang lenyap (ingatlah: manusia akan lenyap juga).

2 Akar (bandingkanlah akar kacang tanah dengan akar jagung) Bangsa akar: 1. akar tunggang 2. akar serabut Bagian nomor 1 a. akar tunggang b. akar cabang c. akar rambut d. bulu akar e. tudung akar Bagian nomor 2 a. akar serabut b. – (tak ada) c. – (tak ada) d. bulu akar e. tudung akar

1. Biji berkeping dua: berakar tunggang.

2. Biji tunggal: berakar serabut 3. Bulu akar: pengisap makanan 4. Tudung akar: penjaga akar waktu menembus tanah.

Tunjukkanlah: pembagian pekerjaan alam.

(55)

Kurikulum 1964

Kurikulum 1964:

Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1964 berisi 4 komponen, yaitu Tujuan, Bidang / Bahagian (materi), Kegiatan / alat, dan Keterangan / Petunjuk bagi Guru yang mengarah ke kegiatan belajar. Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks yang terdiri dari 4 kolom. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alamiah (IPA) kelas IV SD sebagai berikut:

Tabel 4.9 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA kelas IV Kurikulum 1964

Tujuan Bidang /

Bahagian

Kegiatan / Alat Keterangan / Petunjuk bagi Guru

Lihat tujuan pada kelas III

Sekolah: (Lihat petunjuk kelas III dan diperluas

Peristiwa-peristiwa alam: hujan, sungai,

Lihat petunjuk kelas III. Diperluas dan diperdalam dengan pengertian: Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Mempergunakan alat-alat pembantu: - Kartu-kartu catatan atau buku-buku - Pengukur hujan, termometer, barometer - Higrometer - Himpunan

batu-batuan; contoh tanah - Gambar-gambar

anatomi dan model-model

- Zat-zat penghilangan hama (disinfeksi) - Gambar-gambar

bakteri, dsb.

Untuk menjelaskan dan melengkapkan pengertian sebaiknya mempergunakan alat peraga dengan seefisein-efisiennya. (Kalau alat peraga tidak ada, dibuat bersama dengan anak-anak dalam waktu-waktu lain).

Seandainya alat peraga tidak dapat dibuat oleh anak-anak dan guru, mintalah bantuan atau penerangan dari Balai Pendidikan Keperagaan dan Pengetahuan Alam.

Kalau alat peraga tidak dapat diciptakan, anak diberi tugas untuk mengamati dan mencatat / menggambar hasil tanggapannya tentang sesuatu benda dalam segala hubungannya. Misalnya: bulan terang pada malam hari, cuaca baik, bintang-bintang di

(56)

Tujuan Bidang / Bahagian

Kegiatan / Alat Keterangan / Petunjuk bagi Guru

banjir, angin, musim hijan / kemarau

- Contoh-contoh makanan berasal dari tanam-tanaman - Model matahari,

bulan, bumi (dibuat dari kawat, kayu, bola, ds.)

- Gambar-gambar dan peta

- Model-model, perkakas, dan mesin-mesin

1. Mempergunakan peristiwa-peristiwa alam itu untuk keperluan manusia. 2. Turut berusaha mengatakan kesulitan yang ditimbulkan oleh peristiwa atau bencana alam. Membuat herbarium. Pemeliharaan aquarium. Pemeliharaan terarium. Mempelajari anatomi sederhana badan manusia.

langit waktu malam hendaklah berdiri di tempat yang lapang sehingga terlihat cakrawala.

Ini dibicarakan bila akibat peristiwa-peristiwa itu terasa di tempat itu.

Peristiwa-peristiwa tersebut akan dibicarakan lebih menfdalam di kelas V.

a. Guru memberi penerangan tentang guna herbarium, aquaarium, dan terarium. b. Kegiatan-kegiatan ini hanya

merupakan tambahan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, dsb.

(57)

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d.

masa Orde Lama

Prinsip pengembangan kurikulum sering pula disebut sebagai asas pengembangan kurikulum. Yang dimaksudkan dengan asas ini adalah prinsip pedagogis dan didaktik pembaharuan kurikulum yang dijadikan pedoman untuk memilih bahan dan kegiatan belajar, menentukan luas dan urutan bahan dan kegiatan, serta menyusun metodologi pengajaran.

Kurikulum 1947

Ada 5 prinsip (asas) pembaharuan yang melahirkan Kurikulum 1947, yaitu: 2. Asas pendidikan dan pengajaran sebagai alat pembangunan bangsa dan negara 3. Perkembangan yang seimbang dan harmonis

4. Isi pengajaran yang praktis dan beban yang tidak terlalu berat 5. Belajar aktif, kreatif, dan produktif

6. Menyesuaikan pendidikan dan pengajaran dengan tingkat perkembangan anak Kelima prinsip atau asas ini amat dipengaruhi oleh gagasan sekolah kerja (Arbeitschule dalam bahasa Jerman, Doe-school dalam bahasa Belanda atau Doing School dalam bahasa Inggris) yang diperbincangkan dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, terutama dalam Komisi Penyelidik II (Sekolah Kerja, Pekerjaan Tangan, Gerak Badan, dan Sekolah Partikelir). Gagasan ini dilontarkan untuk mengganti model sekolah lama yang disebut sebagai ”lusiteren praat-school” (sekolah ”dengar dan bicara”). Dalam laporan komisi tersebut ditandfaskan bahwa pembaharuan pendidikan untuk bangsa Indonesia akan berarti sebesar-besarnya jika pemgaharuan itu akan menghasilkan:

a) Cara mendidiki yang dapat membuat bangsa kita terlepas dari tradisi kolonial, dan dapat membangkitkan serta mengembangkan kekuatan kreatif sehingga bangsa kita dapat merupakan masyarakat yang kuat serta sehat, baik lahir maupun batin, dan

(58)

b) Cara mendidik yang membawa kita kepada martabat perikemanusiaan yang tinggi. Dalam sekolah kerja anak-anak dipimpin supaya produktif dan berguna bagi masyarakat.

Melalui sekolah kerja anak dapat berkembang secara seimbang dan harmonis karena ciri pendidikan kolonial adalah terlalu intelektualistik atau terlalu menekankan perkembangan kecerdasan otak (intelek). Pendidikan nasional hendaknya menekankan keseimbangan antara perkembangan kecerdasan otak dan perkembangan watak, budi pekerti, jasmani dan rasa keindahan, antara perkembangan manusia sebagai pribadi dan sebagai warga negara dan anggot masyarakat, antara isi pelajaran teoritis dan yang praktis dan keterampilan tangan. Untuk itu dalam memilih bahan pelajaran harus dijaga agar praktis atau relevan dengan kebutuhan anak, masyarakat dan pembangunan bangsa dan tidak terlalu berat bagi anak.

Gagasan sekolah kerja ini tampak juga pada prinsip belajar aktif, kreatif, dan produktif. Melalui sekolah kerja anak dipimpin agar produktif dan berguna bagi masyarakat. Untuk itu, sekolah harus berusaha agar:

a) Anak-anak bersifat aktif, kreatif, dan belajar atas dasar pengalaman,

b) Anak-anak bisa mencari, mendapat, dan mempergunakan pengetahuan dan pengalamannya,

c) Perhatian dan usaha pendidikan dipusatkan pada keadaan dan jiwa anak, d) Anak-anak dapat menghasilkan barang sesuatu dengan kemauan dan

kekuatan sendiri,

e) Anak-anak belajar menyediakan diri untuk keperluan masyarakat, f) Anak-anak kelak menjadi anggota masyarakat yang bertabiat sosial, dan g) Sekolah berwujud ’kuntum masyarakat’ dan kelas menjadi persekutuan

kerja.

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan, pendidikan dan pengajaran di sekolah rendah harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dengan selalu mengindahkan pusat-pusat perhatian murid serta batas-batas kejayaan atau kesanggupannya yang berhubungan dengan umur, corak jiwa, sifatnya (laki perempuan), agamanya, dan suasana lingkungan lainnya.

(59)

(Laporan Komisi II dan Laporan Komisi Pekerja tentang Pengajaran Rendah, , Panitia Penyelidik Pengajaran, 1946).

Konsep sekolah kerja tampaknya dipengaruhi aliran psikologi belajar inkuiri yang pada masa itu amat dipengaruhi pandangan-pandangan John Dewey tentang pendidikan progresif. Ia menandaskan bahwa pendidikan warga negara yang terlibat mengandung:

● Penghargaan terhadap keanekaragaman, dalam arti tiap individu harus diakui kemampuannya, minat, ide, kebutuhan, dan identitas budayanya, dan

● Pengembangan kecerdasan kritis dan terlibat secara sosial yang memampuakan individu untuk memahami dan berpartisipasi secara efektif dalam urusan masyarakat setempat dalam upaya kerja sama untuk mencapai kebaikan umum.

Belajar berbasis inkuiri berhubungan dengan:

● Pertanyaan: muncul dari pengalaman

● Bahan: bervariasi, otentik, menantang

Kegiatan: melibatkan, pengalaman konkret menggunakan tangan (hands-on experience), membuat kreasi, bekerja sama, menghidupi peran baru

● Dialog: mendengarkan orang lain; mengartikulasi pemahaman

● Refleksi: mengekspresikan pengalaman; bergerak dari konsep baru ke tindakan.

John Dewey menandaskan bahwa dalam menghadapi sebuah dunia yang berubah, gunakanlah metode ilmiah:

● Menyadari suatu masalah

● Rumuskan masalah itu

● Ajukan hipotesis untuk memecahkannya

● Selidiki konsekuensi hipotesis dalam cahaya pengalaman

● Tes solusi yang paling mungkin

(60)

Inti gagasan sekolah kerja digambarkan berikut ini.

Tampaknya para penyusun Kurikulum 1947 hendak meninggalkan konsepsi tradisional kurikulum ini, yang amat menekankan konten atau isi ilmu

pengetahuan yang terlalu intelektualistis.

Tampaknya melalui gagasan sekolah kerja, mereka menghendaki agar siswa-lah yang aktif mencari dan menemukan dalam dunia empirik dalam melakukan kegiatan belajar melalui dialog atau kerja sama antar-siswa. John Dewey mengatakan,“Education is life itself” (Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri).

(61)

Untuk itu, guru pun hendaknya melakukan hal yang sama dalam melakukan pengajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered learning). John Dewey

mengatakan, “True learning is based on discovery guided by mentoring rather than the transmission of knowledge” (Belajar yang benar lebih berdasarkan penemuan yang dibimbing melalui mentoring daripada transmisi pengetahuan).

Siswa-lah yang melakukan aktivitas dalam siklus inkuiri ini

(62)

Kurikulum 1964

Pemikiran yang mendahului kelahiran Kurikulum 1964 menunjukkan keinginan yang kuat agar penyusunan kurikulum selalu didasarkan atas pertimbangan seberapa jauh program pengajaran atau kurikulum itu memberikan sumbangan bagi:

1. Kesejahteraan anak-anak didik di sekolah

2. pembangunan masyarakat di sekitar sekolah, dan

3. pembangunan bangsa dan negara dalam rangka mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi bagi rakyat dan masyarakat Indonesia, lahir dan batin.

Keinginan tersebut tercermin pula dalam salah satu prinsip atau asas didaktik Kurikulum 1964 yang menyatakan bahwa semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan haruslah fungsional praktis dalam arti berguna bagi anak dan masyarakat, sekarang dan di masa yang akan datang, dalam mencapai tiga kerangka tujuan revolusi nasional.

Sehubungan dengan gagasan sekolah kerja dan pendekatan inkuiri tampaknya gagasan ini belum terwujud pada sekolah dasar. Namun, upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran telah mulai dilembagakan secara struktural pada awal tahun 1950-an. Kementerian PP dan K mulai mendirikan lembaga-lembaga yang diserahi tugas membuat pembaharuan kurikulum, seperti:

Balai Pendidikan Pengetahuan Alam (Science Learning Center – STC) yang bertugas menatar guru dan mengembangkan kurikulum IPA.

● Urusan Pengajaran Bahasa Indonesia dan Balai Bahasa Daerah (UPBID) dan Urusan Pengajaran Ilmu Kemasyarakatan (UPIK) yang bertugas mengawasi dan membina mata pelajaran serta membantu mengembangkan dan memperbaiki mata pelajaran yang bersangkutan.

Urusan penyelidikan (research) yang melanjutkan tugas Balai Penyelidikan dan Perancang Pendidikan dan Pengajaran (BP4) dalam menyelenggarakan sekolah-sekolah percobaan, mengembangkan tes hasil belajar, dan mengumpulkan statistik persekolahan. Kurikulum yang diujicoba merupakan revisi rencana pelajaran Sekolah Dasar yang berlaku waktu itu.

(63)

● Urusan Kewajiban Belajar yang menyelenggarakan percobaan pelaksanaan kewajiban belajar dan mengusahakan pembaharian isi pendidikan dan metode pengajaran, terutama Pendidikan Keterampilan.

● Urusan Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Rakyat (UPTK/SR) sebagai bagian Jawatan Pendidikan Umum bertugas dan bertanggung jawab dalam perencanaan, pengawasan, dan penilaian pendidikan, termasuk perencanaan kurikulum dan penyelenggaraan ujian negara, yaitu Ujian Masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama secara rutin. Ketika Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan melalui Instruksi NO. 2 tahun 1961 memerintahkan mengadakan pembaharuan kurikulum sesuai dengan sistem Pancawarhana, UPTK/SR-lah yang melaksanakan penyusunan kurikulum sekolah dasar yang baru (1961). Konsep kurikulum sekolah dasar yang baru kemudian diujicoba. Akan tetapi, upaya itu hanya berjalan dua tahun (1962 – 1963) karena perencanaan yang kurang sistematik dan matang serta biaya dan sarana yang serba kurang. Setelah Jawatan Pendidikan Umum dihapuskan pada tahun 1963, dibentuk Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan Sekolah Luar Biasa. Direktorat baru ini meneruskan tugas UPTK/SR.

Upaya pembaharuan kurikulum yang mendahului Kurikulum 1964 tampaknya kurang membuahkan hasil yang diharapkan berkenaan dengan konsepsi sekolah kerja dan pendekatan inkuiri karena perencanaan yang kurang matang dan keterbatasan dana dan sarana.

(64)

KURIKULUM SD PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE

BARU

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

Tabel 5.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal pada masa Orde Lama

Kurikulum Pancasila &

UUD 1945 TAP MPR & GBHN UU Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri 1968 Pancasila dan UUD 1945 Tap MPRS No. XXVII/1966 tentang tujuan dan isi pendidikan nasional. Kurikulum harus memberikan kemungkinan perkembangan maksimal terhadap cipta, rasa, karsa, dan karya anak yang sedang berkembang menjadi manusia yang bermental-moral-budi pekerti luhur dan kuat keyakinan agamanya, yang tinggi kecerdasan dan terampil dalam pembangunan dan yang memiliki fisik yang sehat dan kuat, sebagai manusia Pancasila.

Terbit tanpa keputusan Menteri tapi hanya dengan kata pengantar resmi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar. 1975 Pancasila dan UUD 1945 TAP MPR tahun 1973: Dasar dan Keputusan Mendikbud

(Sjarif Thajeb) No. 008c/U/1975 tentang

(65)

Kurikulum Pancasila & UUD 1945 TAP MPR & GBHN UU Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri arah pembanguna n di bidang pendidikan GBHN 1973: Pembanguna n nasional adalah pembanguna n manusia Indonesia seutuhnya dan pembanguna n seluruh masyarakat Indonesia. Pembakuan Kurikulum Sekolah Dasar 1984 Pancasila dan UUD 1945 Tap MPR No. IV/MPR/197 8 tentang GBHN (Agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sosial-budaya: Dasar & tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Keputuran Mendikbud

No. 026/U/1985 tentang Pelaksanaan GBPP Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

(66)

Kurikulum Pancasila & UUD 1945 TAP MPR & GBHN UU Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Unsur dalam GBHN 1983 tentang Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa dalam rangka Pendidikan Pancasila 1994 Pancasila dan UUD 1945 1945: Mencerdaskan Kehidupan bangsa Mengusahaka n & menyelenggar akan satu sistem pengajaran nasional TAP MPR No. II/MPR/1993 yang berisi tujuan pendidikan nasional UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Tujuan pend nasional (Pasal 4) Fungsi pend nasional

Hak warga negara memperoleh pendidikan (Pasal 3, 5, 6). Tanggung jawab penyelenggaraan pend: keluarga, masyarakat, pemerintah (Penjelasan). Isi kurikulum pend dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal 39 & Penjelasan) PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pend Dasar: Tujuan pend dasar: bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan & mempersiapkan siswa untuk mengikuti pend menengah. Jabaran tujuan SD: (Pasal 14) Keputusan Mendikbud (Fuad Hassan) No. 060/U/1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar

Gambar

Tabel 2.1 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar di zaman Belanda
Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat  Pada masa pendudukan Jepang
Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan  dan masa Orde Lama
Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat yang paling banyak mati terdapat pada perlakuan P1 (pestisida nabati dari campuran daun gamal dan daun tembakau) karena

Dengan elemen tata nilai yang lebih lengkap dan kuat, terutama pada komponen tata nilai komposit, akan menentukan tingkat kemajuan penduduk terutama dilihat dari dimensi

Kebiijakan Pemerintah mengeluarkan Perda No. 10 tahun 1956 tentang pemberantasan pelacuran di jalanan dalam Kota Besar Semarang dan penutupan rumah tempat pelacuran

Agar minuman alkohol tersebut tidak berdampak kearah negatif maka perlu dilakukan pengendalian peredaran minuman beralkohol yang memunculkan masalah yaitu Bagaimana

Untuk menggunakan salah satu dari built-in template diinstal dengan PowerPoint, klik Template Contoh, klik template yang Anda inginkan, kemudian klik Create.. Untuk menemukan

Dalam penelitian ini, untuk mengukur efektivitas transmisi kebijakan moneter, berdasarkan eksekusi model ECM pada jalur suku bunga, nilai tukar dan kredit, diperoleh

Karakteristik ZPFC dari sebuah alternator adalah penggambaran hubungan antara tegangan terminal jangkar dan arus medannya untuk nilai – nilai arus jangkar dan kecepatan yang

menyerupai jalan raya, lengkap dengan rambu-rambu dan lampu lalu lintas, serta lintasan kereta api mini yang mengelilingi taman.. Di dalamnya juga tersedia areal bermain