• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENGAJARAN MIPA ISSN Volume 19, Nomor I, April 2014, hlm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL PENGAJARAN MIPA ISSN Volume 19, Nomor I, April 2014, hlm"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JURNAL PENGAJARAN MIPA

ISSN 1412-0917

Volume 19, Nomor I, April 2014, hlm. 1-141

Pelindung dan Penanggung Jawab :

Jumal Pengajaran MIPA

Adi Rahmat

bertujuan untuk menerbitkan hasil

~~~!::hman kajian teori pembe1ajaran atau hasil

Wawan Setiawan

penelitian dalam bidang pengajaran

MIPA.

Dewan Redaksi : Topik Hidayat Elah Nurlaelah H. Ahmad A Hinduan Hj. Nuryani Rustaman H. Yaya S. Kusumah Hj. Anna Permanasari RatnaEko S

Ida Kaniawati Siti Fatimah Ana Ratna Wulan Mitra Bebestari Nancy Susianna Ely Djulia HarnzahUpu Ila Yuliati

Desain dan Lay Out Dian Hendriana ZulAsmarKS Administrasi Wiwi Siswanigsih Marthalina Iriani

Ketna WakilKetua Editor Ahli Editor Ahli Editor Ahli Editor Ahli Editor Ahli Editor Ahli Editor Ahli Editor Ahli

Adapun naskah yang dimuat pada jurnal ini meliputi kajian teori tentang proses belajar mangajar dan hasil penelitian pengajaran MIPA pada jenjang sekolah dasar, sekolah menengah

dan

perguruan tinggi.

Yang menjadi sasaran dari Jumal Pengajaran MIPA :

1. Pengajar MIPA pada tingkat sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi.

2. Pengarnat dan peneliti pendidikan MIP A

3. Pembuat keputusan dalam pendidikan baik pada tingkat regional maupun nasional.

Harga Langganan (termasuk ongkos kirim) per eksemplar Lembaga

Perorangan

Diterbitkan oleh :

Pulau Jawa Luar Pulau Jawa Rp. 75.000.- Rp. 90.000.- Rp. 65.000.- Rp. 80.000.-

Fakultas Pendidikan Matematika dan TImu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia

BekeIjasama dengan HISPPIPAI Alamat Redaksi

Gedung fleA U. 2 - FPMIPA UPI

Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

Tip. (022) 2007139, Fax. (022) 2007032, e-mail: jpmipa@upi.edu Dicetak oleh Rizqi Offset, Bandung

(3)

Pengantar Dewan Redaksi

Meskipun sudah agak terlambat, pertama-tama kami ingin mengucapkan Selamat Tahun Barn 2014. Semoga tahun ini membawa keberkahan bagi kita semua. Alhamdulillah Jurnal Pengajaran MlPA edisi April 2014 dapat hadir ke hadapan para pembaca sekalian.

Seperti edisi-edisi sebelumnya, edisi kali ini tetap menyajikan beranekaragam fokus kajian, sehingga dengan demikian diharapkan dapat semakin memperkaya pemahaman tentang pendidikan MlP A. Seperti edisi sebelumnya, kami menyajikan 10 artikel yang ditulis oleh para peneliti yang berasal dari luar FPMlPA UP! dan 6 yang artikellaiunya merupakan hasil penelitian para dosen dan peneliti FPMlP A UP!.

Untuk edisi selanjutnya kami tetap mengundang para mahasiswa (pascasarjana), dosen, peneliti dan pemerhati pendidikan MlP A untuk mengirimkan tulisan baik yang berasal dari hasil penelitian maupun hasil ulasan. Jangan lupa untuk terlebih dahulu membaca Pedoman Penulisan Naskah yang selalu kami sertakan di setiap edisi.

Kami, tim redaksi, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penerbitan edisi ini.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Bandung, April 2014

Dewan Redaksi

(4)

DAFTARISI

JURNAL PENGAJARAN MIPA

ISSN 1412-0917

Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm.I-I40

Pengantar Dewan Redaksi

Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa

Turmudi, Asep SyariJ Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri

Pemahaman Siswa pada Pokok Bahasan Peluang: Studi Kasus di Satu Sekolah Menengah di Johor Bahru, Malaysia

Maizatul Nur Aisyah, Bambang Sumintono dan Zaleha Ismail

1-18

19-28

Pengembangan Soal Matematika Setara PISA pada Konten Shape and Space dan 29-39 Change and Relationship untuk Siswa SMP

Imanda, Rahmah Johar, dan Muhammad Subianto

Pembelajaran Kalkulus I dengan Menggunakan Weblog pada Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNINUS Bandung

Yayu Laila Sulastri, A. Barnas EK, dan Luki Luqmanul Hakim

Penggunaan Strategi Active Learning melalui Tekuik Group-To-Group dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Beny YoseJa dan Wiwin Hesvi

40-46

47-51

Membangun Kepercayaan Diri Siswa melalui Pembelajaran Matematika Humauis 52-60 Heris Hendriana

Bagaimana Implementasi Penelitian Tindakan Kelas dalam Aktifitas Lessons Study? 61-68 Siti Sriyati

Kemampuan Pedagogical Content Knowledge Guru Biologi yang Berpengalaman 69-73 dan yang Belum Berpengalaman

Yenny Anwar, Nuryani Y. Rustaman, Ari Widodo, dan Sri Redjeki

Model Prostad pada Pembelajaran Biologi untuk Memberdayakan Kemampuan 74-79 Berpikir dan Interaksi Kelompok Peserta Didik

Suciati Sudarisman

Penerapan Perkuliahan IPBA Terintegrasi Berbasis Kecerdasan Majemuk untuk 80-87 Menanamkan Karakter Diri dan Meningkatkan Penguasaan Konsep Bintang

Winny Liliawati, Nuryani Rustaman, D. Herdiwijaya, dan Dadi Rusdiana

(5)

Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Interaktif untuk Meningkatkan Hasil 88-93 Belajar Fisika Siswa SMA Pada Konsep Suhu dan Kalor

Fanny Nurul Annisa, Saeful Karim, dan Ahmad Aminudin

Analisis Minat dan Motivasi Belajar Mabasiswa dengan Angket Respon Model ARCS

Santini

Pembelajaran Model Search, Solve, Create and Share (SSCS) Problem Solving untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Mabasiswa pada Materi Listrik Dinamis HennyJohan

Penerapan Pembelajaran Inkniri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP

Fitha Yuniarita

94-102

103-110

111-116

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi pada 117-127 Materl Kimia Siswa SMA

Wiwi Siswaningsih, NUT Anisa, NUT Ekn Komalasari, dan Indah R

Analisis Penerapan Sistem E-Learning FPMIPA UPI Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

Wawan Setiawan, M. Nurul Hana, dan Was/a/uddin

128-140

(6)

PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA SETARA PISA PADA KONTEN SHAPE AND SPACE DAN CHANGE AND RElATIONSHIP UNTUK SISWA SMP

Irnandti, Rahmah Joha';, dan Muhammad Subianto3

1,2 Magister Pendidikan Matematika Universitas Syiahkuala, Aceh 3Jurusan Matematika Universitas Syiahkuala, Aceh

ABSTRAK

Program International for Student Assessment (PISA) merupakan program penilaian tingkat Internasional yang diselengarakan setiap tiga tahun sekali yang bertujuan untuk menelili lremampuan siswa usia 15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan sains, Hasil PISA tahun 2009 dan tahun 2013 menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia pada literasi matematika masib berada pada level 2, Rendabnya prestasi tersebut tidak terlepas dati proses bela jar di sekolah, salah satunya siswa belum dibiasakan menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis, bemalar.

beragumentasi, merepresentasikan permasalahan dalam berbagai situasi. dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah kehidupan sebari-hari. Untuk itu perlu dikembangkan soal matematika setara PISA yang sesuai dengan konteks siswa Indonesia yang dapat digunakan guro sebingga literasi matematika siswa dapat meningkat. Tujuan penelilian ini adalah (I) untuk menghasilkan soal maternatika setara PISA pada konten shape arui space dan change arui relationships untuk siswa SMP yang valid dan praktis dan (2) untuk mengetahui level siswa dalam menyelesaikan soal matematika setara PISA pada konten shape arui space dan change arui relationships. Penelitian ini menggunakan aIur pengembangan instrumen olch Tessmer. Subjek penelilian adalah 36 siswa kelas JX-5 MTsN Model Banda Aceh. Hasil penelilian menunjukkan bahwa (I) diperoleb perangkat soal matematika setara PISA pada konten shape and space dan change and relationship sebanyak 12 butir yang valid dan praktis dan (2) rata-rata pencapaian level siswa dalam menye1esaikan soal matematika setara PISA masih berada pada level 2.

Kma lamei: penelilian pengernbangan, soal PISA ABSTRACT

Program for International Student Assessment (PISA) is a study of the Intemalional level student assessment program is held from once every three years which aims to examine the ability of IS year old students in reading. mathematics, and science literacy. The PISA results in 2009 and 2013 showed that Indonesia student's achievements in mathematics literacy is still at the lower level. Low achievement is closely connected to the learning process in schools, such as students are not accustomed to solve the problems which require the student's ability to analysing, reasouing. arguing.

and representing problems in a variety of situations and solving problems related to their daily life.

Therefore, it is necessary to develop the equivalent of PISA mathematical problems in Indonesian context so that teachers can increase the students' mathematical literacy. The purpose of this study was (I) to produce the equivalent PISA mathematical problem on the shape arui space and change and relationships for junior high school students that fulfill the validity and practicality critetia, and (2) to determine the level of students in solving mathematical problems similar to the content of PISA. Tessmer development design was used in this study. The subjects were 36 students grade IX-5 MTsN Model Banda Aceh. The results showed that (I) obtained the equivalent PISA mathematical problem on the shape and space and change and relationships content as much as 12 items are fulfill the validity and pracricality criteria (2) The average of student,' achievement in level of students in solving mathematical problems PISA equivalent is at the baseline of level 2 (siswa yang mana?

Semua siswa? Pada umumnya, atau rata-rata?).

Keywords: research and development. PISAs' question

PENDAHULUAN

Program for International Student Assessment (PISA) merupakan salah satu penilaian Internasional yang dikembangkan oleh Organization for Economic Cooperation (OECD) sebagai upaya benchmarking

29

internasional yang diselenggarakan oleh International Asociation for The Evaluation of Education Achievement (lEA) yang bertujuan untuk meneliti secara berkala (tiga tahun sekali) tentang kemampuan literasi peserta didik usia 15 tahun dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy),

(7)

30 Juma1~iaranMIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 29-39

dan sains (scientific literacy). Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan. yaitu menguji kemampuan anal< muda untuk menggunakan keterampilim dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kebidupan nyata. tidak semata-mata mengukur kemarnpuan yang dicantumkan dalam kurikulum selrolah.

Keikutsertaan Indonesia dalam survey PISA penting untuk. mengukur sejauh mana pencapaian pendidikan dasar dan menengah dibandingkan d.engan pencapaian dari negara- negara di seluruh dunia yang kemudian dijadikan tolak ukur dalam perbaikan mutu pendidikan Indonesia. Hasil PISA taboo 2009 menoojukkan bahwa prestasi Indonesia pada literasi matematika masih berada pada level bawah (DECO, 2010). Rendahnya prestasi tersebut tidak terIepas dari proses belajar di selrolah, salah satunya siswa belurn dibiasakan menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan siswa ootuk menganalisis, bernalar, beragumentasi, merepresentasikan pennasalahan daIam berbagai situasi dan memecahkan maaalah yang berbubungan dengan masalah kontekstual.

Aspek yang diukur dalam PISA terditi atas tiga komponen yang berkenaan d.engan:

(1) isi atau Ironten matematika, (2) proses yang perlu dilakukan siswa ketika mengamati suatu gejala, menghubungkan gejala itu dengan maternatika, dan kemudian memecahkan masalah yang diamatinya ito, dan (3) situasi alau Ironteks yang digunakan dalam soal mat.ematika (Hayat dan Yusuf, 2011). Materi yang diujikan dalam konten benlasarkan DECO (20lOa) meliputi perubahan dan keterkaltan (change and relentionships), ruang dan bentuk. (space and shape). bilangan (quantity). dan ketidakpastian (uncertainty).

Berkaitan d.engan konten PISA, basil PISA taboo 2000 menunjukkan bahwa siswa Indonesia Iemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang (space) dan bentuk (shape). Lebih lanju~ Wardhani dan Runtiali (2011) mengungkapkan bahwa hanya 33,4%

siswa Indonesia yang mampu m.enjawab benar untuk salah satu soal geometri. Salah satu soal PISA yang dimaksud seperti pada Gambar 1.

betilrot.

Scbuah kubus besar dicm. Kubus besar tersebut kemudian dipotong menjadi tiga bagian dari liga amh yang berbeda dan mengha~ilkan banyak kubus kecil scpcrli gambar di samping. Bcrapa banyalcrtya kubus

kecil yang dihasilkan?

Gambar 1. SoaI PISA 2000

Hasil di alas memperlihatkan bahwa kemarnpuan siswa dalam menyelesaikan masalah geom.etri masih lemah dan siswa Indonesia belum mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal. selama ini siswa hanya belajar definisi, menghafal rumus, dan menggunakan rumus tersebut tanpa bisa m.engaitkan d.engan kebidupan nyata. Persepsi siswa selama ini terbadap geometri juga negatif, kebanyakan siswa mengganggap geometri meropakan materi yang sulit dipabami. Irorang dinrlnali serta geometri mempakan materi yang paling menakutkan, sehingga prestasi geometri siswa rendah. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan dan Budiman

(lkbsan. 2008) yang menyatakan bahwa siswa SMP Negeri di Irota Banda Aceh masih rendah pemahamannya terhadap geometri.

Lebih lanjut Salman (2009) mengatakan bahwa geometri merupakan salah satu materi yang dianggap oleh sebagian be.ar gurn di Nigeria sebagai materi yang sulit untuk.

diajarkan terutama dimonsi tiga. Padahal geometri merupakan .alah .atu bagian dari matematika yang ponling untuk dipolajari. Hal ini sesual dengan pendapat Afgani (2011).

yang menyatakan bahwa ada lima alasan mengapa geometri perlu dipelajari, yaitu:

(1) geomctri membantu. manusia mcmiliki

aprcsiasi yang utuh tcntang dunianya. (2) cbplorasi gcomctri dapat mcmblUltu mengembangka:n keterampilan pemecahan

(8)

ITIIIlIIIfIl, RIlIrmah Johllr, dim Muluunmad Subianto, Pengembangan Soai Matematika Setara Pi .. pada Konten Shape oad 31

Space dan Change and Relationship untuk. Siswa SMP

masalah. (3) geometri memainkan peranan utama dalam bidang matematika. (4) geometri diguuakan oleb banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.

(5) geometri penub teka-teki yang menyenangkan.

Komponen konteks dalam PISA dimaknai dengan kebiasaan atau situasi yang dibadapi siswa yang berkaitan dengan permasalahan matematika. Hayat dan Yusuf (2011) menuliskan "Ada empat konteks yang menjadi fokus PISA, yaitu: konteks pribadi (personal), konteks pekerjaan (occupational), konteks sosial (social) dan konteks ilmu pengetahuan (scientific)".

Kemampuan matematika dalam PISA dibagi menjadi enam tingkatan, dengan tingkat enam adalah tingkat pencapaian yang paling tinggi dan tingkat satu adalah tingkat pencapai yang rendah. Soal-soal matematika yang diberikan pada PISA tidak sekedar mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal, akan tetapi untuk melihat dan membandingkan sejaub mana siswa siap menghadapi tantangan masa depan.

Hasil PISA 2009 (OEeD 2010b;

Wardbani dan Rumiati, 2011) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada perlngkat 61 dari 65 negara untuk matematika memperoleh skor 371. Lebih lanjut, (OEeD 201Ob;

Widjaja, 2011) melaporkan bahwa Indonesia berada diantara petingkat paling rendah di bawah rata-rata OEeD, hampir 80% siswa Indonesia mampu menjawab hanya masalah- masalah level 2 sedangkan untuk masalah level 6 hampir tidak ada siswa Indonesia yang mampu menyelesaikannya. Senada dengan pendadapat di atas, Stacey (2011) melaporkan bahwa untuk levelS, dan 6 hanya 0,1% siswa Indonesia yang mampu menyelesaikan dengan benar. Hasil PISA ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan untuk menganalisis, bernalar, beragumentasi, merepresentasikan permasalahan dalam berbagai situasi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah kontekstual masih sangat kurang.

Hal tersebut di atas terjadi dikarenakan berbagai faktor diantaranya guru cenderung menggunakan soal yang sudah tersedia di dalam buku paket yang umumnya berlsikan

soal-soal rutin dengan solusi tunggal yang menggunakan rumus dan algoritma tertentu sehingga siswa tidak terbiasa atau kurang terlatih dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan analisis tingkat tinggi terutama soal PISA level 4, 5, dan 6.

Hayat dan Yusuf (2011) menjelaskan

"Sebagai salah satu instrumen untuk mengetahui potensi matematika yang dimiliki siswa dalam kehidupan nyata, PISA menuntut siswa menerapkan pengetahuan matematika dengan selalu mengaitkannya pada situasi atau permasalahan praktis yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari". Tentunya hal iui membutuhkan proses latihan, bila tidak potensi yang ada pada siswa tidak dapat diukur secara optintal. Johar (2012) menambahkan keberhasilan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal PISA sangat ditentukan oleh sistem evaluasi dan kemampuan guru dalam mengembangkan literasi matematika siswa. Untuk itu perlu dikembangkan soal-soal setara PISA yang sesuai dengan konteks siswa Indonesia.

Senada dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan soal matematika setara PISA pada konten shape and space dan change and relationship untuk siswa SMP. Rumusan masalah dalam penelitian tn1 adalah: (1) Bagaimana mengembangkan soal matematika model PISA pada konten shape and space dan change and relationship untuk siswa SMP?

(2) Bagaimana pencapaian level siswa dalam menyelesaikan soal matematika setara PISA pada konten shape and space dan change and relationship untuk siswa SMP? Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal matematika setara PISA yang valid dan praktis pada konten shape and space dan change and relationship untuk siswa SMP dan pencapaian level siswa dalam menyelesaikan soal matematika setara PISA pada konten shape and space dan change and relationship untuk siswa SMP.

METODE

Subjek penelitian iui adalah siswa MTsN Model Banda Aceh kelas Vill-2 yang terdiri dari 36 siswa. Jeuis penelitian yang

(9)

32 Jumal Pen.oaiaran M1PA. Volume 19. NomOI I. April 2014. hlm. 29-39

digunakan adalah penelitian pengembangan atau development research (Tessmer, 1999).

Kriteria pengembangan soal PISA dalam penelitian ini adalah valid dan praktis.

Penelitian ini dilakukan dalam dua tabap yaitu tabap preliminary yang meliputi persiapan dan desain dan talJap formative evaluation yang meliputi self evaluation, expert reviews dan one-to-one, small group serta field test (uji lapangan).

Instrumen dalam penelitian adalah lembar validasi dan soal matematika setara PISA pada konten shape and space dan change and relationship yang telah dikembangkan. Teknik analisis adalah sebagai berikut:

(1) Analisis deskriptif, digunakan untuk menganalisis data pungujian yang berupa lembar validasi dari para ahli terhadap

pemeriksaan prototype 1 untuk melihat validitas isi, validitas konstruk dan validitas bahasa. Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis lembar jawaban siswa serta komentar dan saran siswa terhadap prototype 1 dan 2 selama proses one-to-one dan small group untuk melihat kejelasan dan keterbacaan soal.

(2) Analisis Hasil Tes Soal Matematika setara PISA, digunakan untuk memperoleh data tentang pencapaian level siswa dalam menyelesaikan soal rnaternatika setara PISA yang telah dikembangkan yang dilihat dari skor yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal. Skor yang diperoleh siswa dihitung berdasarkan rubrik penilaian yang kemudian dikonversikan ke dalam level PISA dengan rumus:

Level Siswa = SkaT Total X 731 6 (1)

SkaT Keseluruhan ~

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melalui proses pengembangan yang terdiri dari tiga tahapan yaitu Self Evaluation, Prototyping, dan Field Test setta proses revisi berdasarkan saran dan komentar validator dan siswa, maka diperoleh soal-soal setara PISA yang valid dan praktis. Kevalidan diperolaeh dari hasil penilaian validator, dimana semua validator menyatakan produk soal-soal setara PISA sudah baik, berdasarkan konten, konstruk, dan balJasa. Selain itu, kevalidan soal-soal setara PISA juga diperoleh berdasarkan ujicoba soal terhadap siswa kelas X-I MAN Model Banda Aceh yang berjumlah 31 orang. Sedangkan kepraktisan diperoleh dari hasil ujicoba one- to-one dan small group semua siswa dapat menggunakan perangkat soal dengan baik.

Dari analisis tersebut diperoleh 12 soal valid dan memiliki reliabilitas tinggi sebesar 0,608.

Berikut ini pembahasan dari tiga tabapan tersebut.

Tabap Preliminary

Pada tabap ini peneliti melakukan persiapan dengan menentukan subjek dan tempat penelitian yaitu siswa kelas Vill-2 MTsN Model Banda Aceh dengan cara

menghubungi guru mata pelajaran matematika untuk mengatur jadwal penelitian.

Tahap Self Evaluation

Kegiatan yang dilakukan pada tabap ini ada dna langkah meliputi analisis (analisis siswa, analisis kurikulum SMP dan analisis soal-soal PISA) dan pendesainan soal.

Langkah pertarna adalah melakukan analisis terhadap subjek penelitian, materi dan soal- soal PISA yang digunakan sebagai dasar pengembangan soal-soal setara PISA. Analisis pada materi bertujuan untuk menyesuaikan antara materi pembelaj aran yang diberikan pada tingkat SMP dengan soal-soal setara PISA yang akan dikembangkan kemudian khususnya pada konten shape and space dan change and relationship.

Langkah selanjutuya adalah mendesain soal rnaternatika setara PISA levell, 2, 3, 4, 5, dan 6 yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal- soal setara PISA meliputi kisi -kisi soal matematika setara PISA, levell, 2, 3, 4, 5, dan 6, soal rnatematika setara PISA levell, 2, 3, 4, 5, dan 6, serta rubrik penilaian soal matematika setara PISA levell, 2, 3, 4, 5, dan 6 yang beljumlah 12 butir soal. Hasil dari pendesainan ini disebut prototype 1.

(10)

Irllflllli8, RIlhmah Jow, dim Mulumrmad SahllmJo, Pengembangan Soal Matematika S.tara

Pi,.

pada Konten Shape and 33

Space dan Change and Relationship untuk Siswa SMP

Prototyping Expert Reviews

lima ahli sebagai validator untuk memvalidasi soal-soal yang telah dikembangkan dari segi konten, konstruk, dan bahasa. Adapun komentar dan saran para ahli serta revisi yang dilakukan sebagai berikut.

Pada tahap ini, hasil pendesainan yang telah dibuat dikonsultasi1rnn kepada dosen ahli. Selain itu peneliti meminta pendapat dari

Tabell. Komentar dan Saran serta Rvisi dari Expert Reviews Expert

Reviews Konstruk

lsi

Bahasa

Komentar dan Saran

• Tidal: ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal, sebaiknya menambahkan di awal petunjuk pengerjaan soal

• Grafik yang terdapat pada soal nomor 6 tidak jelas, sebaiknya diberi batasan atau poin pada sumbu harl (vertikal) dan dijelaskan juga pada sumbu horizontal bahwa pertumbuhan kecambah daIam

cm.

• Gambar pada soal nomor 2 tidal: begitu berfungsi, sebaiknya dihilangkan saja

• Pendoman penskoran/ rubrik penilaian untuk soal nomor 12 tidal: sesuai dengan soal yang diberikan, sebaiknya rubrik disesuaikan dengan soal atau sebaliknya

• Terdapat beberapa soal yang belum sesuai dengan level soal PISA (soal nomor 2, 3, dan 11) sebaiknya dikaji kembali

• Terdapat soal yang tidal: sesuai dengan konten soal PISA (soal nomor 3, 4, 5 dan 7)

• Soal nomor 12 sangat sutit dipahami maksudnya, ada baiknya diujicobakan terlebih dahulu kepada anak SMP Ialu belajarlah dari sana

• Coba carl redaksi soal yang lain untuk soalnomor9

• Perumusan kalirnat (sebelum soal) dari beberapa soal (nomor I, 2, 6, 7, 8, 9, dan 12) perlu ditinjau kembali karena terlalu berbelit-betit dan terdapat informasi yang kurang jelas

• Redaksi kalimat soal dari beberapa soal (nomor 1, 6, 7, dan 10) perlu ditinjau kembali

• Beberapa soal (nomor 1, dan 3) masih menggunak:an kalimat yang tidak sesuai denganEYD

Revisi

• Menambahkan petunjuk pengerjaan soal pada bagian awalnya

• Memperbaiki dan merumuskan kembali informasi yang terdapat pada grafik pada soal nomor 6

• Gambar pada soal nomor 2 dihilangkan

• Pedoman penskoran/ rubrik penilaian direvisi kembali sesuai dengan soal yang diberikan

• Mengkaji kembali soal nomor 2, 3 dan 11 sesuai dengan level soal PISA

• Setelah dikaji lebih mendalam soal nomor 7 masih sesuai dengan konten shape and space, dan untuk soal nomor 3, 4, dan 5 juga masih sesuai dengan konten soal PISA yaitu change and relationship akan tetapi salah satu soal pada konteks ini yaitu soal nomor 4 dihilangkan

• Setelah dikaji lebih mendalam dan berdasarkan saran darl validator lain, soal nomor 9 masih dapat digunakan

• Setelah diIakukan ujicoba terbadap beberapa siswa SMP pada tahap

one-Io-one, redaksi soal untuk nomor 12 ini dapat dimengerti oleh siswa tetapi ada penambahan soal pada konteks ini

• Menambahkan informasi yang jelas sebIDgga memudahkan siswa untuk menjawab

• Merumuskan kembali redaksi soal menjadi lebih sedetbana dan mudah dipahami

• Memperbaiki kembali redaksi kalirnat yang sesuai dengan EYD (nomor 1 dan 3)

(11)

34 Jurnal Pen •• iaran MIPA. Volume !9. Nomor I. April 2014. blm. 29-39

Tahap One-to-one

Soal-soal setara PISA yang telalJ dikembangkan (prototype I) selanjutnya diujicobakan one-to-one pada siswa yaitu Nadia (SMP Negeri 6 Banda Aceh) siswa berkemampuan rendalJ, Savira Ismaryadi (MTsN Model Banda Aceh) siswa berkemapuan sedang, Shulha Muzakkir (MTsN Model Banda Aceh) siswa berkemampuan tinggi, dan Firza Sari (SMA

Negeri 3 Banda Aceh) siswa berkemampuan sedang. Keempat siswa tersebut diminta untnk mengerjakan soal yang berjumla1J 12 soal, kemudian setiap siswa diminta memberi komentar serta saran terhadap soal yang mereka keIjakan. Adapun komentar dan saran dari siswa (one-to-one) serta reVlS! yang dilakukan terhadap prototype 1 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Komentar dan Saran Siswa pada One-to-one terhadap Soal No. Komentar/Saran

Soal Revisi

1 Seharusnya soalnya diperjelas lagi yaitu dengan cara membubuhkan harga susu kedelai tersebut

• Informasi pada soal diperjelas kembali agar siswa lebih menger!i 2 • Soalnya kurang dapat dipabami

• Bahasanya sulit dimengerti 3

4 5

Tidak memahami soal karena kurang pada pelajaran ini Soalnya sutit dimengerti dan membingungkan

• Merumuskan kembali redaksi soal dengan babasa yang mudab dimengerti

6

• Soalnya tidak dapat dipabami

• Grafiknya kurang jelas, Soalnya terlalu berbelit-belit

• Memperbaiki kembali Garnbar/grafik: yang tidakjeJas

7 Disoal tersebut tidak mencantumkan jumlah kursi yang tersedia maka dari itu saya bingung

9 Soalnya membingungkan 10 Soalnya sutit

11 Soalnya susab, tibet, gambamya diperjelas lagi 12 Soalnya membingungkan

Selanjutnya berdasarkan komentar/saran dari expert reviews maupun one-to-one maka dilakukan perbaikan/revisi. Hasil dari perbaikan/revisi ini dinamakan dengan prototype 2.

Tahap SmaU Group

Soal-soal setara PISA yang telalJ direvisi berdasarkan expert reviews dan one-to-one dinamakan dengan prototype 2. Soal-soal pada prototype 2 diujicobakan pada small group yang terdiri dari 6 orang siswa SMP Negeri 6 Banda Aceh dengan kemampuan berbeda. Peneliti meminta siswa-siswa tersebut untuk menjawab soal yang telalJ dibuat.

Pelaksanaan ujicoba pada tabap ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2013 di SMP Negeri 6 Banda Aceh selama 120 menit.

Selama pelaksanaan, peneliti melakukan pengawasan dan mengamati siswa untuk melihat kesulitan-kesulitan yang mungkin teIjadi sehingga dapat memberikan indikasi apakalJ prototipe 2 tersebut perlu diperbaiki atau tidak. Selain itu, keenam siswa diminta memberikan saran dan komentar terhadap soal-soal setara PISA yang telalJ dikembangkan, kemudian peneliti melakukan revisi terhadap prototype 2 berdasarkan hasil ujicoba pada small group dan komentar dari siswa, selain itu peneliti juga melakukan analisis butir soal yang ada pada prototype 2 untuk menguji validitas butir soal dan reliabilitas soal.

Uji validitas butir soal dan reliabilitas soal dilakukan pada siswa kelas X-I MAN Model Banda Aceh yang beIjumlalJ 31 orang selama dua hari. Perhitungan uji validitas dan

(12)

lmtlllda, l/ahmah Johar, ti<m Muhammad Subitmto, Pengembangan Soal Marematika Se_ Pis. pada Konten Slwpe and 35

Space dan Change and Relationship untuk Siswa SMP

reliabilitas butir soal dilakukan menggunakan software SPSS-14 dan Microsoft Excel.

Adapun perhitungan validitas butir soal dilakukan dengan menentukan korelasi product moment dari Karl Pearson sedangkan reliabilitas soal digunakan rumus Cronbach- Alpha. Dari perhitungan tersebut diperoleh 12 soal valid dan memiliki reliabilitas tinggi sebesar 0,608. Berdasarkan saran dan komentar siswa dan hasil dari ujicoba tahap small group serta hasil perhitungan validitas butir soal, soal yang telah dikembangkan direvisi/diperbaiki yang hasil perbaikan tersebut dinarnakan prototype ketiga yang terdiri dari 12 soal yang sudah valid dan praktis yang akan diuji pada tahap field test.

Soal-soal tersebut terdiri dari 12 soal setara PISA pada konten shape and space dan change and relationship, yaitu level 1 sebanyak 1 soal, level 2 sebanyak dua soal, level 3 sebanyak tiga soal, level 4 satu soal, level 5 dna soal dan level 6 sebanyak 3 soal.

Tahap Fiekl Test

Setelah memperoleh prototype 3 yang valid dan praktis, kemudian prototype tersebut diujicobakan field test pada siswa Model Banda Aceh. Pelaksanaan fiekl test dilakukan pada bulan JUDi 2013 pada tanggal 12 JUDi 2013 di MTsN Model Banda Aceh dengan jumlah siswa 28 orang. Soal-soal yang diujicobakan pada field test merupakan soal- soal yang telah valid dan praktis. Soal tersebut berjumlah 12 soal yang terdiri dari dua konten

yaitu shape and space dan change and relationship dengan levell, 2, 3,4,5, dan 6.

Adapun soal-soal yang terdiri dari level 1 adalah butir soal nomor 3, level 2 adalah soal nomor 7, dan 10, untuk level 3 adalah soal nomor 1, 2, dan 5, level 4 adalah nomor 8, level 5 adalah soal nomor 6 dan 11, dan level 6 adalah soal nomor 4, 9, dan 12.

Uji lapangan (field test) ini bertujuan untuk mengetahui kemarnpuan siswa dalarn menyelesaikan soal matematika setara PISA yang telah dikernbangkan. Kemarnpuan siswa dalarn menyelesaikan soal matematika setara PISA diukur menurut tingkat penguasaan siswa menyelesaikan soal matematika setara PISA sesuai dengan tingkat kesulitan dari level soal yang diberikan. Pada awal tes, peneliti memberikan pengarahan mengenai tatacara pelaksanaan tes serta memfasilitasi siswa dengan seperangkat soal dan lembar jawaban. Data hasil tes dianalisis untuk menentukan nilai akhir dan kernudian dikonversi keda1arn skor level PISA. Hal ini bertujuan untuk mengetahui level siswa menurut tingkat penguasaan sesuai dengan level soal yang dikembangkan serta level kemarnpuan siswa dalarn menyelesaikan soal matematika setara PISA secara keseluruhan.

Adapun rekapitulasi hasil analisis tingkat kemarnpuan siswa dalarn menyelesaikan soal setara PISA yang diperoleh dari field test dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rekapitulasi Tingkat Kemampuan Siswa daIam Menyelesaikan SoaI Matematika setaro PISA Level PISA Frekuensi Persentase (%) Di bawah level PISA 3 10,7%

Levell 5 17,9%

Level 2 4 14,3%

Level3 11 39,3%

Level 4 3 10,7%

Level 5 2 7,1%

Level 6 0 0,0%

Rata-rata Level 2 Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kemarnpuan siswa menyelesaikan soal-soal setara PISA berada di bawah level PISA sebanyak 10,7% siswa, sebanyak 17,9% dan 14,3% siswa mencapai level 1 dan level 2,

sebanyak 39,3% siswa mencapai level 3, sebanyak 10,7% siswa mencapai level 4, hanya sebanyak 7,1 % siswa mencapai level 5 sedangkan untuk level 6 tidak ada siswa yang marnpu mencapai level tersebut (0%).

(13)

36 JamalPmpiIlIllDMIPA, VO!\lIIle 19, NomOI" I, April 2014, him. 29-39

Berdasarkan Tabel 3 dapa! disimpulkan bahwa, secara keseluruhan rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal- soal setara PISA hanya mampu mencapai level 2. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menye1esaikann soal-soal yang hanya menggunakan algoritma dasar, menggunakan romus, melaksanakan prosedm sederhana, namun masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang menggunakan kemampuan bernalar, pemecahan masalah. beragumentasi dan berkomunikasi.

Temuan dalam penelitian ini diantaranya siswa mengalami kesulitan dalam

KUEBOLU

memberikan alasan atau penje1asan ketika menyelesaikan seal yang diberikan. Hal ini disebabkan aolara lain, dalam proses belajar sehari-hari siswa kurang dibiasakan untuk menyelesaikan soal dengan cara memberi argumentasi atau pendapat, serta siswa lrurang terbiasa dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan kreativitas dalam membuat kesimpulan dalam suatu permasalahan.

Sebagai contoh jawaban dari salah satu siswa pada 80al nomor 8, seperti pada gambar bcrikol.

Najla mcnjual kue bolu dengan ketebelan yang sarna tetapi berbcda ukutan. Untuk: kue bolu yang berukuran besar memiliki diameter besar 30 em dan diameter kccil 8 em dijual dengan harga Rp30.000. Bolu yang lebih kecil mimiliki diameter besar 20 em dan diameter kedl 6 em dijua! dengan harga Rp20.000.

Gambar Kue Bolo ukunm Besar Gambor Kue Bolu ukuran Kecil

Soal8

Jib kamn ingin membeli kue tersebut, kue bolu ukuran manakab yang lebih murah?

Tunjukkan al21sanmu!

Soal Wi menggunakan konteks pribadi dcngan lema "Kue Bolu". dengan konten

shape and space dan change and relationship.

Pada soal ini siswa dituntut untuk mampu mernahami maksud soal, dengan menerapkan pemahaman mengenai luas dan nilai nang melalui masalah. Berdasarkan basil analisis data diperoleh infonnasi bahwa 25% siswa mampu menjawab deogao benar deogan alasan yang bervariasi, sebanyak 10,7% siswa

menjawab salah. Umumnya, Siswa mengetahui langkah awal menyelesaikan soal yaitu dengao mengbitung loas dari masing- masing bolo, namun pada saat mengambil kesimpulan siswa mengalami kendala. Hal ini menjukkan bahwa siswa kurang terbiasa menyelesaikan soal yang membutuhkan kreativitas dalam mengambil kesimpulan.

Adapun jawaban siswa untuk: soal nomor 8 dituojokkan pada Gambar beriknl.

(14)

llWllllfltl. RMIIIUIIt /oIttIr, MIt M~ Sd>lluJtD, ~ SoIIl Mammatita Sctara Pila pada Komca S1rDpe and 37

Space d.I Change aM &laIioMhip untuk Siswa SMP

Gambar 2. Jawaban Siswa pada ~ld T.,t untuk Soal Nomor 8

Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan 80al matematika seWa PISA hanya mampu mencapai level 2 dan tidak ada siswa yang mencapai level 6. Hal ini sesuai dengan yang dikemnkakan Widjaja bahwa hampir 80% siswa Indonesia mampu menjawab hanya masalah-masalah level 2 sedangkan untuk masalab level 6 hampir tidak ada siswa Indonesia yang mampu menyelesaikannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan basil penelitian dan analisis data diperoleh kesimpulan ,ebagai berikut.

I. Telah dibasilkBn perangkat soal matematika setara PISA pada Ironten shape and space dan change and relationship sebanyak 12 butir soal yang valid dan prakti, bail< secara Iroalitatif maupun kuantitatif. Seal dikatalcan valid berdasarkan analiaia peneliti dan validasi oleb pakar dan validasi hotir ,oal. Valid secara kualitatif tergambar dati hasil penilaian validator bail< berdasarkan Iron"'n, Ironstruk, dan bahasa. Kemudian valid secara kuantitatif berdasarkan analisis butir soal (validitas butir 80al).

Scdangkan soal dikatakan praktis

tcrgambar dari basil pengamatan ujicoba yang diberikan kepada siswa djrnana siswa dapat mcnggunakan pcrangkat 80al matematika siswa setara PISA dengan bail<.

2. Dari basil ujicoba pada tabap field tes~

diperolch tingkat kcmampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika .. tara PISA berada pada level 2. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang terbiasa da1am. menyelesaikan soal yang membutuhkan kreativitas dalam membuat kesimpulan dalam suatu permasa1ahan.

Berda,arkan basil penelitian dan kesimpulan, terdapat beberapa saran sebagai berikut

I. Diharapkan kepada si,wa agar dapat menggunakan soal-soal yang telah dikembangkan untuk melatih diri dalam menyelcsaikan soal m.atematika setara PISA, schingga kemampuan siswa da1am.

menyelesailcan soal-soal PISA dopa!

mencapai level yang lcbih baik.

2. Diharapkan kepada guru untuk membiasakan siswa dengan soal-soal yang tidak hanya melihat basil saja, namun m.cnuntut siswa mcnggunakan penalaran, pemecahan masalah, dan berargumcn sccara matematika seperti soal-soal yang telah dikembangkan agar siswa terbiasa untuk berkomunikasi dan mengeluarkan pcndapat dalam suatu masa\ah

3. Diharapkan kepada guru menciptakan suasana belajar yang lebih banyak:

memberikan kesempatan kcpada siswa untuk mengung\<apkan gagasan-gagasan matcmatik dalam bahasa dan cara mcreka

(15)

38 JIIl1Hli Pengaiaran MIPA. Volume 19. Nomor 1. April 2014. him. 29-39

senWri, sebingga siswa menjadi terbiasa berargwnentasi, lebih percaya Wri dan kreatif dalam memecahkan masalah yang diberikan.

4. Diharapkan bagi peneliti lain untuk mengembangkan soal rnatematika setara PISA dengan konteks yang lain dan konten yang lebih bervariasi sebingga dapat memperoleh data yang lebih komprehensif.

5. Diharapkan kepada peneliti lain mempertimbangkan untuk melakukan penelitian dengan mengklasiftkasikan butir-butir soal PISA dalam sebuah materi tertentn.

DAFTAR PUSTAKA Afgani, J. (2011).

Matematika, Terbuka.

Analisis Jakarta:

Kurikulum Universitas Hayat, B. dan Yusuf, S. (2011). Mutu

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ikhsan, M. (2008). Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Siswa dalam Geometri melalui Pembelajaran Bebasis Teori van Hiele. Disertasi doctor, tidak diterbitkan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Johar, R. (2012). Penilaian PISA untuk Meningkatkan Literasi Matematika dan Kaitannya dengan PMRI. Makalah disampaikan pada Kontes Literasi Maternatika (KLM) siswa SMP dan Semiloka tentang PISA pada tanggal 29 September 2012.

Johar, Rahmah (2012). Domain Soal PISA untuk Literasi Maternatika: Jurnal Peluang. 1 (1),29-41.

Kamaliyah. (2012). Pengembangan Soal Matematika Model PISA 4, 5, dan 6 untuk Siswa Selwlah Menengah Pertama. Tesis. Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

Nasoetion, N. (2007). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Novita, R. (2012). Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Matematika

Model PISA Level Maderat dan Most Difficult untuk Siswa Selwlah Dasar.

Tesis. Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

OEeD. (201Oa). Draft PISA 2012.

Mathematics Framework: Draf Subject to Possible Revision After The Field

Trial. diunduh dari

htto:llwww.oecd.org pada tanggal 10 Februari 2013.

OEeD (2010b). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do. Volume. I

OEeD. diunduh dari

htto:llwww.oecd.org pada tanggal 10 Februari 2013.

OEeD (2009). PISA 2009 Assessment Framework: Key Competencies in Reading, Mathematics and Science.

Diunduh dari http://www.oecd.org pada tanggall0 Februari 2013.

OEeD. (2003). PISA 2003 Assessment Framework: mathematics, reading, science, and problem solving knowledge and skills. Diunduh dari htto:llwww.oecd.org/ pada tanggal 10 Februari 2013.

Sa1rnan, M. F. (2009). Active Learning Technique (ALT) a Mathematics Workshop Nigerian Primary School Teacher Assessment. International Electronic Journal of Mathematics Education (IEJME). 4 (1), 23-35.

Soedjadi, R., (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstalasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, Jakarta: DiIjen Depdiknas,.

Suandito, B., Darrnawijoyo., Purwoko.

(2009). Pengembangan Soal Maternatika Non Rutin di SMA Xaverius 4 Palembang: Jurnal Pendidikan Matematika. 3(2), 1-13.

Stacey, K. (2011). The PISA View of Mathematics Literacy in Indonesia:

Journal on Mathematics Education (Indo-MSjME). 2, 1-24.

(16)

lnunrdtl, l/ahmQh Jollar, dan MuIwmmad Subianto, Pengembangan Seal Matomatika Setara Pis. pad. Konten Shope and 39

Space dan Change and Relationship untuk Siswa SMP

Tessmer, M. (1993). Planning and Conducting Formative Evaluation.

Philadelphia: Kogan Page

Sundayana, R. (2010). Statistik Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Turmudi. (Ed). (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Wardhani, S,. & Rumiati. (2011) Instrument Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:Belajar dari PlSA dan TIMSS.

Yogyakarta: P4TK Matematika.

Widjaja, W. (2011) Towards Mathematical Literacy in the 21" Century:

Perspectives from Indonesia. Journal on Southeast Asian Mathematics Education. 1 (1),75-84.

Yusuf, S. (2012) Outlook Literasi Siswa Indonesia. Makalah disampaikan pada Konferensi Lingnistik Tahunan Atma Jaya (Kolita) kesepuluh Tingkat Intemasional. Pusat Kajian Bahasa dan Budaya. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. (ISBN 978-602-8474-22-1) tanggal27-28 April 2012.

Gambar

Tabel  2.  Komentar dan Saran Siswa pada One-to-one terhadap Soal  No.  Komentar/Saran
Tabel 3. Rekapitulasi Tingkat Kemampuan Siswa  daIam  Menyelesaikan SoaI Matematika  setaro  PISA  Level PISA  Frekuensi  Persentase (%)  Di  bawah level PISA  3  10,7%
Gambar Kue Bolo  ukunm  Besar  Gambor  Kue Bolu ukuran Kecil
Gambar  2.  Jawaban  Siswa  pada  ~ld  T.,t untuk Soal Nomor 8

Referensi

Dokumen terkait

[r]

year, Freddie Highmore also got Saturn and Critics Choice Awards.. The market also shows the successful of August Rush the movie of the year. The film was released in the

[r]

Kekhawatiran ini berkaitan dengan cara guru menyikapi ketidaksantunan berbahasa atau kekerasan verbal yang dilakukan dan dialami oleh anak karena hal ini berhubungan

Tabungan biasanya memeperoleh hasil pasti ( fixed retrun). Pada bank syariah, tabungan juga mempunyai sifat yang sama dengan tabungan pada bank konvensional. 9

Kelompoktani Gunung Harja sebagai besar termasuk dalam kategori dgress of citizen control ( placation, citizen control, dan delegated power) sebanyak 16 orang atau

Berdasarkan hasil evaluasi teknis dari 2 (dua) calon penyedia barang/jasa, kedua-duanya tidak memenuhi syarat teknis dan tidak dilanjutkan ke evaluasi harga. Dengan

Instrumen atau alat yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi mengenai masalah pengaruh layanan informasi terhadap kesehatan mental siswa kelas VII SMP