• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM MENINGKATKAN KARAKTER MAHASISWA PADA PERGURUAN TINGGI ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM MENINGKATKAN KARAKTER MAHASISWA PADA PERGURUAN TINGGI ISLAM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM MENINGKATKAN KARAKTER MAHASISWA PADA

PERGURUAN TINGGI ISLAM Wawan Kurniawan

STEI Al-Amar Subang

Email : [email protected] ABSTRAK

Masalah yang terkait dengan moral generasi bangsa akhir-akhir ini menjadi perhatian yang sangat menyita banyak pihak, dalam hal ini lembaga pendidikan sebagai institusi yang menjadi garda terdepan dalam memperbaiki moral generasi muda.

Permasalahan moral ini dapat dengan mudah terlihat karena berbagai media sosial saat ini menjadi media yang digunakan semua orang untuk mengekspresikan apa yang dialaminya. Berbagai fenomena-fenomena tersebut mendorong perlu adanya upaya untuk dilakukanya pengembangan nilai-nilai islam untuk meningkatkan karakter mahasiswa di perguruan tinggi, nilai-nilai keislaman merupakan jawaban yang dinilai paling ideal untuk mengatasi kemerosotan moral yang di alami generasi penerus bangsa.

Kata kunci : Nilai-nilai Islam, Karakter ABSTRACT

The problem associated with the moral generation of the nation lately is a concern that greatly confiscate many parties, in this case the institution as an institution that is a leading guard in improving the moral of the younger generation. This moral problem can easily be seen because the various social media nowadays become the media that everyone is using to express what they are experiencing. These phenomena encourage the efforts to develop Islamic values in order to improve student character in college, the values of Islam is the answer that is judged most ideal for Overcoming the moral slump that is in the natural generation of the nation's successors.

Keywords : Islamic values, characters

(2)

A. PENDAHULUAN

Perguruan Tinggi Islam sebagai perguruan tinggi yang memegang teguh prinsip-prinsip islam memiliki system pengelolaan yang berbeda dengan perguruan tinggi lainnya, karena semua sistem pengelolaan perguruan tinggi menggunakan nilai-nilai Islam secara komprehensif. Dengan begitu bahwa mahasiswa perguruan tinggi agama islam memiliki pengembangan karakter-karakter islam dalam dirinya.

Permasalahan moral bangsa kini menjadi sebuah masalah yang sangat mengkhawatirkan. Masalah yang terkait dengan moral generasi bangsa akhir-akhir ini menjadi perhatian yang sangat menyita banyak pihak, dalam hal ini lembaga pendidikan sebagai institusi yang menjadi garda terdepan dalam memperbaiki moral generasi muda. Permasalahan moral ini dapat dengan mudah terlihat karena berbagai media sosial saat ini menjadi media yang digunakan semua orang untuk mengekspresikan apa yang dialaminya. Bahkan media sosial ini seperti halnya sebuah buku harian yang bisa orang tulis apapun dengan berbagai macam keadaan.

Namun sayangnya, bahwa media sosial ini digunakan bukan hanya untuk mengungkapkan hal-hal positif saja tetapi konten-konten yang dibuat dalam sosial media tidak jarang menggunakan konten berupa tulisan-tulisan yang beraroma negatif. Bahkan tulisan ini yang ditulis bisa menimbulkan reaksi yang luar biasa dari semua orang jika konten yang ditulisnya dapat mengundang reaksi yang sangat responsif. Tidak jarang hari ini bahwa jari itu kini lebih tajam dari lidah.

Akhlak yang buruk dan rendahnya kualitas keislaman seseorang merupakan salah satu faktor lahirnya berbagai karakter yang kurang baik dalam diri seseorang.

Sangat tepat sekali jika hari-hari ini bahwa pendidikan yang diterima dalam keluarga merupakan gambaran jelas bagaimana karakternya. Pendidikan ini menjadi seperti kambing hitam ketika banyak permasalahan yang terjadi di masyarakat itu seolah- olah menjadi kesalahan pendidikan.

Dengan berbagai macam masalah yang terjadi, Perguruan tinggi Islam menjadi oase terhadap perbaikan-perbaikan moral bangsa. Diharapkan dengan lahirnya Perguruan tinggi Islam yang kini tidak hanya perguruan tinggi yang berasal dari pemerintah saja tetapi banyak perguruan tinggi islam dari swasta yang menjadi harapan akan banyak lahir pribadi-pribadi muslim sebagai lulusannya.

Namun tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan, perguruan tinggi islam baik negeri dan swasta mempunyai permasalahan-permasalahan yang komplek dalam mengembangkan karakter mahasiswa. Sehingga penelitian ini diharapkan mampu menjawab masalah-masalah yang ada pada penerapan nilai-nilai islam pada karakter mahasiswa.

(3)

B. METODE PENELITIAN

Kajian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif analisis. Sebuah pendekatan metode yang digunakan untuk menganalisis, menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, dan situasi dari berbagai data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan mengenai masalah yang diteliti pada saat penelitian berlangsung.

Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai peran nilai-nilai islam dalam meningkatkan karakter mahasiswa pada perguruan tinggi islam.

Penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan (Field Research), yaitu penyelidikan mendalam yang dilakukan dengan suatu prosedur penelitian lapangan. Penelitian ini juga menggunakan data deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti dalam kehidupan sehari-hari. Adapun data kualitatif peneliti gunakan untuk melakukan analisis tentang peran produk syariah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah model analisis data mengalir (flow model). Langkah analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

C. ISI DAN PEMBAHASAN 1. Nilai-Nilai Islam

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nilai mempunyai arti sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting bagi kemanusiaan (W.Js Purwadarminta, 1999:667).

Hal ini sejalan dengan pendapat Zakiyah Daradjat yang mengatakan bahwa nilai juga diartikan dengan suatu perangkat keyakinan atau pun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusu kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku.

Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat absatrak, ia ideal, nilai bukan benda konkret bukan fakta, tidak hanya persolalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki (Sidi Gazalba, 1993:110).

Kuntowijoyo dalam bukunya Paradigma Islam: interpretasi untuk aksi (1998:167) mengatakan bahwa dalam struktur keagamaan Islam, tidak dikenal dikotomi antara domain duniawi dan domain agama. Dalam agana Islam konsep agama itu sendiri buka semata-mata hanya teologi, hal ini menjadikan serba

(4)

pemikiran teologi bukanlah karakter islam. Pada dasarnya nilai-nilai keislaman mencakup semua hal yang berkaitan dengan penataan sistem kehidupan manusia, seperti kehidan sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam agama Islam semua prinsip kehidupan harus saling terkait dan membentuk satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan, karena nilai-nilai islam itu sendiri merupakan kumpulan prinsip/ajaran hidup, tentang bagaimana manusia seharusnya menjalan kehidupanya di dunia ini.

Dimensi kehidupan dalam islam dibagi menjadi 3 pokok utama yakni Akidah/tauhid, syariah, dan akhlak, namun dari ketiga bagian ini yang paling menonjol adalah dalam wujud nilai akhlak.

Nilai akhalk itu sendiri menurut Abdullah Darraz yang dikutip oleh Hasan Langgulung (1992:129) dibagi menjadi lima jenis, yakni:

a. Nilai-nilai Akhlak Perseorangan b. Nilai-nilai Akhlak Keluarga c. Nilai-nilai Akhlak Sosial

d. Nilai-nilai Akhlak dalam Negara e. Nilai-nilai Akhlak Agama

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai Islam adalah nilai akhlak perseorangan, nilai keluarga, sosial, negara dan agama.

Adapun menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya “Pengantar Filsafat Pendidikan Islam”(1987:140) berpendapat bahwa sistem nilai itu dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:

a. Nilai keagamaan yakni nilai yang berkaitan dengan bidang agama b. Nilai kemasyarakatan yakni nilai yang berkaitan dengan biang sosial c. Nilai kesusilaan, yakni nilai yang berkaitan dengan etika atau norma-

norma.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Muhaimin (1993:117) bahwa nilai- nilai keislaman atau agama mempunyai dua segi yaitu: “segi normatif” dan “segi operatif”. Segi normatif menitik beratkan pada pertimbangan baik dan buruk, benar dan salah, hak dan batil serta diridhoi atau tidak. Sedangkan segi operatif mengandung lima kategori yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia, yaitu baik buruk, setengah baik, netral, setengah buruk dan buruk.

Dalam proses aktualisasi nilai-nilai islam dalam pembelajaran tersebut, diwujudkan dalam proses sosialisasi di dalam kelas dan di luar kelas. Pada hakikatnya nilai tersebut tidak selalu di dasari oleh manusia. Karena nilai merupakan landasan dan dasar bagi perubahan. Nilai-nilai merupakan suatu daya pendorong

(5)

dalam hidup seseorang pribadi atau kelompok. Oleh karena itu nilai mempunya peran penting dalam proses perubahan sosial (Nurul Jempa, 2017:110).

2. Karakter

Karakter secara istilah berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang dalam bahasa inggris berarti to engrave atau mengukir/membuat tajam/membuat dalam.

Dalam terminologi islam lebih dikenal dengan akhlak. Secara etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang. Orang yang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Dengan makna ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Membentuk karakter di ibaratkan seperti mengukir di atas batu atau permukaan yang keras. Dari ilustrasi itulah kemudian berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku’....an individual’s pattern of behavior...his moral contitution’ seperti yang diungkapkan Bohlin (Anita Syaharudin: 2010).

Dalam agama Islam mengajarkan manusia berakhlak mulia berdasarkan petunjuk wahyu, Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akhlak atau karakter dalam islam terbentuk atas dasar prinsip “ ketundukan, kepasrahan, dan kedamaian” sesuai dengan makna dasar dari kata Islam. Islam bukan hanya berbicara mengenai teori tetapi Allah SWT memberikan contoh dengan hadirnya seorang suri tauladan yaitu Nabi Muhammad SAW menjadi teladan (uswatun hasanah). Bahkan aisyah r.a, akhlak berkata bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah al-qur’an. Beliau menjadi model karakter terutama untuk seorang muslim yang memiliki sifat shidiq, tabligh, amanah dan fathonah (STAF)

Adapun yang dimaksud karakter menurut Edi Sedyawati, (1997:4) menyatakan bahwa :

Karakter diterjemahkan dari pengertian moralitas yang mengandung beberapa pengertian, antara lain adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Oleh sebab itu, pengertian karakter yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, karakter meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa karakter merupakan perilaku yang dimiliki manusia untuk berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang di wujudkan dalam sikap, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat yang berlaku.

Menurut Zamroni sebagaimana dikutip oleh Wibowo (2013: 144) bahwa ada tujuh strategi pendidikan karakter yang bisa diterapkan di Perguruan Tinggi,

(6)

diantaranya: 1. Tujuan, sasaran dan target yang ingin dicapai harus jelas dan konkrit, hal ini tertuang dalam visi, misi baik institusi, jurusan dan prodi yang dijabarkan melalui rencana-rencana strategis. 2. Akan lebih efektif apabila dalam pelaksanaanya menjalin sinergi dan kerjasama antara perguruan tinggi dengan orang tua/wali mahasiswa. 3. Memberikan kesepahaman pada semua dosen akan peran penting dan tanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. 4.

Pentingnya kesadaran dan tanggung jawab dosen akan perlu dan pentingnya “hidden curriculum” sebagai instrument pengembangan kepribadian mahasiswa, dan kesadaran dosen untuk memanfaatkan dan memaksimalkan kurikulum tersembunyi tersebut. 5. Penekanan daya kritis dan kreatif mahasisiwa (critical and creative thinking) dalam proses pembelajaran.

3. Pengembangan nilai-nilai keislaman untuk meningkatkan karakter mahasiswa pada perguruan tinggi Islam

Berdasarkan berbagai uraian diatas mengenai dua aspek yakni nilai-nilai islam dan karakter, terdapat titik persamaan yang sangat jelas bahwa dengan dilakukannya pengembangan nilai-nilai islam pada proses perkuliahan akan mengahkan mahasiswa dalam melakukan hubungan sosial baik didalam kelas maupun diluar kelas berdasarkan pada aspek tuntutan agama yang terkandung dalam Al-quran serta Sunah Nabi Muhammad SAW.

Seiring dengan proses pengembangan tersebut maka akan memberntuk pribadi serta karakter mahasiswa sesuai dengan syariat yang berlaku, nilai akhlak yang paling utama untuk dikembangkan dalam hal ini yakni nilai akhlak perseorangan dan nilai akhlak sosial. Sehingga mahasiswa akan berada pada kondisi bersosialisasi sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terdapat pada agama Islam.

Namun seperti yang kita ketahui bahwa karakter bukan terbentuk dengan waktu singkat, sebab karakter akan terbentuk sesuai dengan kebiasaan dan adat yang berlaku disekitar manusia itu sendiri, pengembangan nilai-nilai islam untuk meningkatkan karakter mahasiswa dipandang merupakan proses menciptakan kebiasaan atau adat yang berkaitan dengan kehidupan bersosialisasi mahasiswa baik itu dilingkungan kampus maupun diluar. Sehingga diharapkan dengan adanya proses pengembangan nilai-nilai Islam ini, mahasiswa akan memiliki akhlak mulia.

D. KESIMPULAN

Pengembangan nilai-nilai islam untuk meningkatkan karakter mahasiswa pada hakikatnya adalah proses menumbuhkan kesadaran akan pentingnya nilai akhlak mulia bagi kehidupan manusia. Akhlak merupakan interpretasi lain dari karatkter

(7)

dalam sudut pandang agama. Nilai-nilai kehidupan dalam Islam tidak dapat dipisahkan, satu dengan yang lainya harus menjadi satu kesatuan dan saling berkaitan. Hal ini disebabkan karena islam menuntut pemeluknya untuk hidup secara totalitas dan konsisten sesuai dengan apa yang di syariatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Membangun Karakter Ideal Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muttaqin, Arief. (2016). Efektivitas Pembinaan Akhlak Di Pondok Pesantren Mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponororogo. Ponorogo : UMP.

Kuntowijoyo, (1998) Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, Cet VIII. Bandung:

Mizan

Hasan Langgulung, (1992) Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna W.JS. Purwadarminta (1999) Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka,)

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993)

Referensi

Dokumen terkait

Semua perangkat lunak bebas adalah perangkat lunak sumber terbuka, tapi sebaliknya perangkat lunak sumber terbuka belum tentu perangkat lunak bebas,

Prototype yang telah disusun selanjutnya didiskusikan dengan pengguna bahan ajar untuk mengetahui tanggapan dan masukan yang bermanfaat untuk menyempurnakan prototype ; (3) bahan

Deskripsi hasil Penelitian Tindakan Kelas ,yang bezjudul “Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pelajaran Ilmu Pengerahuan Sosial Dengan MenggunakanMedia Gambar Pada

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Pemilihan Prosedur iklan harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti panjang dari video komersial, kelompok sasaran dari pengiklan, persediaan waktu yang

Lama Rawatan Rata-rata Bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr..

Dalam penelitian ini di temukan pilihan seorang homoseksual dalam menentukan pasangan hidup dengan cara, melakukan perkawinan sesama jenis di luar negeri, tinggal