• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kurniawan dkk, (2018) menyebutkan bahwa berbicara adalah aktifitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kurniawan dkk, (2018) menyebutkan bahwa berbicara adalah aktifitas"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Kemampuan Berbicara a. Pengertian Kemampuan Berbicara

Kurniawan dkk, (2018) menyebutkan bahwa berbicara adalah aktifitas memberi dan mendapat bahasa, membicarakan gagasan atau pesan pada lawan bicara dan dalam saat yang sama pembicara akan mendapat gagasan dan pesan yang disampaikan oleh lawan berbicara. Kemampuan berbicara haruslah dimiliki lawan setiap individu. Hal ini lantaran kemampuan berbicara merupakan suatu pokok yang digunakan pada berkomunikasi. Berdasarkan penyataan tersebut berbicara adalah proses berkomunikasi yang memerlukan aktivitas dengan orang lain untuk saling menyampaikan pesan/gagasan dalam berbicara.

Kurniawan dkk, (2018) mengungkapkan berbicara adalah suatu kemampuan menyampaikan nada pembicara dengan kata – kata untuk mengekspresikan mimik muka, gagasan dan perasaan, sedangkan berbicara merupakan suatu indera mengkomunikasikan untuk ide berbicara yang disusun dengan pendengar atau penyimak. Berdasarkan penyataan di atas, berbicara adalah aktivitas seorang atau sekelompok orang untuk mengungkapkan kata – kata dalam bentuk mengekspresikan, gagasan pikiran, dan perasaan pada sekelompok orang atau individu.

Kharizmi, (2015) Menyampaikan bahwa kemampuan berbicara mengisyaratkan adanya pemahaman minimal berdasarkan pembicara untuk

(2)

menciptakan sebuah kalimat, berapapun kecilnya mempunyai struktur dasar sehingga sanggup menyajikan sebuah makna. Sedangkan Hayati, (2018) menyebutkan bahwa aspek kemampuan berbicara terdapat 3 yaitu 1) ketepatan kata, 2) ketepatan kalimat, 3) kelancaran. Sama halnya Hardini, (2015) Memaparkan bahwa kemampuan berbicara adalah suatu susunan yang dipakai oleh manusia secara lisan. Kharizmi, (2015) Memberitahukan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan berkomunikasi menggunakan orang lain yang mencangkup seluruh cara untuk berkomunikasi, dengan perasaan yang menyampaikan suatu pengertian misalnya menggunakan lisan dan ekspresi. Jadi dapat disimpulan penjelasan di atas bahwa kemampuan berbicara lebih menunjukkan cara berkomunikasi melalui pikiran, gagasan ataupun perasaan secara berkelompok maupun secara individu.

a) Tujuan Berbicara

Akhir – akhir ini banyak kejadian yang dialami siswa dalam mengungkapkan perasaan ataupun ide dalam pembelajaran disekolah, maupun berkomunikasi dengan teman sebaya. Tujuan umum berbicara merupakan alat berkomunikasi yang bisa menyampaikan ucapan secara efektif agar pembicara tahu makna sesuatu yang dia ingin komunikasikan. Erawan, (2014) menyebutkan bahwa berbicara menjadi indera profesi dasarnya memiliki tiga tujuan yaitu : 1) Memberitahukan/melaporkan, 2) Menjamu/menghibur 3) Membujuk, mengajak dan menyakinkan. Gabungan dari ketiga tujuan umum tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Berbicara dapat menyampaikan pesan, seorang pembicara pasti menggunakan media yaitu

(3)

ragam bahasa lisan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara agar siswa dapat berkomunikasi dengan teman sebayanya dan memiliki kepercayaan diri dalam kemampuan berbicara semisalnya dalam gagasan pikiran serta perasaan yang ingin ditunjukkan ke orang lain dengan menggunakan bahasa lisan.

b) Faktor – Faktor Efektifitas Berbicara

Faktor – faktor keefektifan kemampuan berbicara dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor kebahasan dan non kebahasan

1) Faktor Pembahasan

Kharizmi, (2015) menyatakan bahwa faktor – faktor kebahasan yang menunjang keefektifan berbicara adalah sebagai berikut:

a) Ketepatan Ucapan

Pengucapan suara – suara bahasa wajib diucapkan secara sempurna.

Pengucapan bahasa yang kurang sempurna bisa mengalihkan perhatian pendengar. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang digunakan berubah – ubah sinkron menggunakan utama pembicaraan, dan perasaan.

b) Pemilihan Kata

Pilihan istilah tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya gampang untuk di pahami oleh pendengar. Pendengar akan lebih paham, apabila istilah – istilah yang dipakai merupakan istilah – istilah yang telah dikenal oleh pendengar. Selain itu hendaknya dipilih istilah – istilah yang nyata agar gampang dipahami pendengar.

(4)

c) Penempatan Intonasi.

Kesesuaian tekanan, nada, sendi dan durasi adalah daya tarik terdiri pada pembicara. Bahkan kadang – kadang adalah faktor penentu. Walaupun masalahnya yang dibicarakan kurang menarik, menggunakan penempatan, tekanan, nada, sendi dan durasi yang sinkron akan mengakibatkan masalahnya semakin menarik. Sebaliknya bila penyampaiannya ucapan datar saja, hampir bisa menyebabkan kejenuhan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.

d) Ketempatan sarana pembicara

Pembicara dalam kalimat efektif akan memudahkan menangkap pembicaraan. Sebagai sarana komunikasi, setiap kalimat terlibat pada proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang disampaikan dan apa yang diterima mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian atau informasi. Kalimat efektif menciptakan isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap pada pikiran pendengar misalnya apa yang sudah disampaikan pembaca.

2) Faktor Non Kebahasan

Keefektiran berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasan saja. Namun, faktor non kebahasan ini sangat menghipnotis keefektifan berbicara. Suryanto, (2010) mengungkapkan bahwa faktor-faktor non kebahasan yang menunjang keefektifan berbicara merupakan berikut :

a. Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku

Pembicara yang tidak damai, lesu dan kaku tentu akan menaruh kesan pertama yang kurang menarik. Sikap ini sangat banyak dipengaruhi

(5)

oleh situasi, tempat dan dominasi materi yang baik setidaknya akan menghilangkan kegugupan. Sikap ini memerlukan latihan dan telah terbiasa rasa gugup hilang, lalu muncul perilaku damai dan wajar

b. Pandangan Harus Diarahkan Kepada Lawan Bicara

Pembicara kurang benar dalam pemyampaian pembicara yang mengakibatkan pendengar merasa kurang diperhatikan, pembicara tidak memperhatikan pendengar, namun lihat keatas, kesamping, atau menunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.

c. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

Membicarakan isi pembicaraan, seseorang pembicara hendaknya mempunyai perilaku terbuka artinya bisa mendapat kritik, bersedia mengganti pendapatmya jika ternyata memang keliru.

d. Gerak – Gerik Mimik yang Tepat

Gerak – gerik mimik yang sempurna bisa juga memperlihatkan keefektifan berbicara. Pembicara tidak boleh tak jarang memakai mobilitas tangan dan mobilitas mimik akan menyebabkan pesan kurang dipahami e. Kenyaringan Suara

Kenyaringan dapat diubah sesuai penggunakan situasi, tempat, jumlah pendengar. Namun perlu diperhatikan buat jangan berteriak.

Pembicara wajib sanggup mengatur keyaringan bunyi agar bisa didengar oleh seluruh pendengar menggunakan jelas.

(6)

f. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Sebaiknya pembicara yang terlalu cepat berbicara menyulitkan pendengar menangkap utama pembicaraannya.

g. Relevansi/Penalaran

Gagasan demi gagasan harusnya lebih logis. Hal ini bearti kalimat wajib logis dan interaksi menggunakan bahasa formal pembicaraan.

h. Penguasanan Topik

Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi pengausaan topik ini relatif penting, yaitu faktor primer pada pembicara.

Berdasarkan kesimpulan di atas faktor kebahasan dan non kebahasan tidak semua faktor dimiliki siswa SD karena masih belum mampu berbicara dengan sempurna dan masih tahap belajar. Penelitian ini memfokuskan faktor kebahasan antara lain kata(diksi), ketepatan sasaran pembicara, ketepatan ucapan dan intonasi. Sedangkan untuk faktor non kebahasan yang digunakan yaitu kenyaringan, kelancaran, keberanian, ekspresi, dan gerakan.

Disimpulkan bahwa penjelasan di atas dari faktor pembahasan dan non pembahasan menjelaskan efektifan berbicara harus mempu mencangkup semua faktor – faktor yang ada dan tidak kecuali agar mempermudah siswa dalam berkomunikasi dilingkungan sekitar ataupun dimasyarakat.

(7)

c) Jenis – Jenis Kegiatan Berbicara

Berbicara sebagai salah satu aspek dalam kemampuan berbicara harus dikuasai dengan baik. Sari dkk, (2019) menjelaskan bahwa kegiatan berbicara sebagai kegiatan berkomunikasi memiliki beberapa jenis kegiatan seperti.

a) Diskusi

Diskusi sering digunakan menjadi kegiatan pada kelas. Kegiatan diskusi sangat berguna bagi murid dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berbicara murid pula turut memikirkan perkara yang didiskusikan. Sudiyono, (2019) mengemukakan bahwa diskusi artinya proses pelibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara lisan dan tatap muka, tentang tujuan yang telah tentu melalui cara tukar menukar kabar buat saling berkomunikasi.

b) Berpidato

Berpidato adalah suatu kegiatan berbicara atau (monologika), yang dilakukan oleh satu orang dan berlangsung searah. Kegiatan berpidato bertujuan untuk mengungkapkan pikiran pada bentuk istilah – istilah yang ditujukan pada orang banyak atau sarana yang disiapkan untuk diucapkan di depan umum. Kegiatan berpidato pula mengungkapkan gagasan secara verbal menggunakan memakai penalaran yang sempurna dan memanfaatkan aspek- aspek non kebahasan (aktualisasi diri wajah, hubungan pandang, mobilitas tangan dan lain-lain) yang bisa mendukung

(8)

efisiensi dan efektifitas pengungkapan gagasan pada orang banyak pada suatu program tertentu.

c) Berbicara sebagai Pewara/MC (Master of Ceremony)

Pewara atau MC merupakan suatu bentuk kemampuan berbicara dimana pelaku berbicara mengungkapkan sejumlah liputan mengenai rapikan urutan sebuah program atau reroncening adicara pada orang lain menggunakan wicara (cara bicara), wirama (irama dan berbicara), wirasa (perasaan), dam wiraga (perilaku badan) yang baik.

d) Tanya Jawab

Kegiatan tanya jawab terjadi dalam komunikasi langsung yang bersikap dua arah. Tanya jawab yang bersifat dua arah mengakibatkan terjadinnya timbal balik terhadap penanya dan penjawab pertanyaan.

e) Wawancara

Wawancara atau interview sering kita lakukan dalam kehidupan sehari – hari, misalnya ketika wartawan mewawancarai narasumber di lokasi peristiwa tertentu. kegiatan wawancara dilakukan untuk mencari informasi yang sesuai dengan fakta.

f) Bercerita

Bercerita adalah salah satu bentuk kemampuan berbicara dan bertujuan buat mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang wajib dikuasai anak didik untuk bercerita yaitu tata bahasa dan unsur yang diceritakan. Ketepatan ucapan, rapikan bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran, mendeskripsikan

(9)

bahwa anak didik mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Berbicara bertujuan buat memberikan berita pada orang lain menggunakan cara membicarakan banyak sekali macam ungkapan, banyak sekali perasaan sinkron menggunakan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca.

g) Percakapan

Percakapan merupakan pertukaran pikiran atau pendapat tentang suatu topik eksklusif antar dua atau lebih pembaca. dialog selalu sebagai dua proses yakni proses menyimak dan berbicara secara simuasi.

Percakapan umumnya pada suasana akrab dan peserta merasa dekat satu sama lain dan spontanlitas. Percakapan dasar kemampuan berbicara baik bagi anak – anak juga orang tua.

h) Bertelefon

Telepon merupakan alat komunikasi modern yang sering digunakan pada era digital. Telepon dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Melalui telepon kita dapat membicarakan liputan atau pesan. Penggunaan telepon menunutut kondisi-kondisi khusus antara lain: berbicara menggunakan bahasa yang jelas, singkat dan lugas.

i) Ceramah

Ceramah merupakan pidato yang bertujuan menaruh nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara terdapat audiensi yang bertindak menjadi pendengar. Audiensi yang dimaksud disini merupakan keseluruan untuk siapa saja, publik ramai, rakyat luas. Jadi ceramah merupakan pidato yang bertujuan buat menaruh nasehat pada publik atau rakyat luas.

(10)

j) Memainkan Drama

Memainkan drama merupakan keterampilan seorang pada memerankan suatu peran atau karakter tokoh yang terdapat pada drama.

Kemampuan memerankan karakter tokoh bermain drama tidak terlepas dari obrolan dan gerakan, lantaran inti menurut sebuah drama merupakan dalam ke dua aspek tersebut, dan intonasi suara. Penelitian ini menekankan dalam bentuk kemampuan berbicara pada memainkan drama menggunakan mengangkat tema permasalahan sosial siswa.

Jadi dapat disimpulkan di atas bahwa jenis – jenis kegiatan berbicara digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dari kegiatan tersebut dapat memunculkan gagasan pikiran secara lisan, melatih dan mengembangkan kemampuan berbicara, melatih perasaan (sedih, senang , kecewa, marah dll) serta membantu siswa dalam berkomunikasi dimasyarakat.

2. Hakekat Metode Pembelajaran

Metode diartikan menjadi cara mengajar. Metode dalam hakikatnya merupakan suatu mekanisme buat mencapai sesuatu tujuan yang sudah ditetapkan. Tujuan yang dimaksud merupakan tujuan pembelajaran. Hardini, (2015) mengemukakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang dipakai pengajar pada membelajarkan anak didik supaya terjadi hubungan yang efektif pada pembelajaran. Setiap metode pembelajaran mempunyai ciri yang tidak selaras pada menciptakan pengalaman belajar anak didik. Anjani, (2014) menjelaskan metode pembelajaran merupakan suatu pengetahuan mengenai cara

(11)

mengajar yang digunakan pengajar atau instruktur. Pengertian lain membicarakan bahwa metode pembelajaran adalah suatu teknik pada pembelajaran yang wajib dikuasai pengajar buat mengajar atau menyajikan bahan pembelajaran pada peserta didik secara individu juga kelompok. Sehingga bisa ditarik kesimpulan metode pembelajaran merupakan cara yang dipakai soleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif bagi siswa.

Metode dalam proses pembelajaran mempunyai peranan penting buat keberhasilan aktivitas pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang efektif pada aktivitas pembelajaran berdampak positif dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran harus sanggup membentuk hubungan antar siswa menggunakan murid, menggunakan pengajar. Oleh lantaran itu, tugas pengajar untuk menentukan dan menerapkan metode pembelajaran wajib didasarkan dalam bagaimana cara agar mampu membelajarkan murid agar efektif dan maksimal dalam melakukan proses pembelajaran maupun memperilaku hasil belajar.

Guru apabila hendak memilih dan menggunakan suatu metode pembelajaran harus mementingkan prinsip – prinsip metode pembelajaran itu sendiri. Prinsip tersebut harus memperhatikan perkembangan dan kemampuan siswa diantaranya sebagai berikut:

a) Metode pembelajaran yang dipilih wajib memungkinkan mempu membangkitkan rasa ingin memahami anak didik terhadap materi pembelajaran.

b) Metode pembelajaran wajib mempertinggi buat belajar bekerja sama.

(12)

c) Metode pembelajaran sanggup menaruh tempat pada anak didik buat melakukan inovasi terhadap suatu topik permasalahan.

d) Metode pembelajaran yang dipilih sanggup mempertinggi motivitas anak didik untuk belajar.

Kesimpulan dalam pemilihan metode pembelajaran guru harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran, kompetensi siswa baik secara afektif, kognitif, dan prikomotorik. Hal ini yang tidak kalah penting dalam pemilihan metode pembelajaran adalah kesesuaian karakteristik bahan pembelajaran 3. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama berasal dari kata“sosio”dan“drama” artinya mendramatisasikan, mempertunjukkan, mempertontonkan atau menunjukkan suatu peristiwa pada kehidupan seorang yang mengandung pertarungan kejiwaan, pergolakan, atau bentuk 2 orang atau lebih yang menggambarkan situasi sosial.

Anisah, (2014) menyatakan bahwa metode sosiodrama atau simulasi secara bahasa menurut kata simulate yang merupakan berpura – pura atau berbuat seolah – olah menurut kata simulation yang merupakan tiruan atau perbuatan yang berpura – pura saja. Metode pembelajaran sosiodrama adalah metode pembelajaran yang melibatkan interaksi antar 2 anak didik memainkan drama atau mendramatisasikan tingkah yang memakai tokoh peran dalam hubungan sosial antar manusia buat digunakan program pelajaran yang suasananya informal dan menyenangkan bagi anak didik. Wijayanti, (2020) mengungkapkan bahwa metode sosiodrama merupakan metode mengajar memakai cara mempertunjukkan dalam murid mengenai masalah - masalah, yang memakai

(13)

mempertunjukkan anak didik bimbingan hubungan sosial tersebut didramatisirkan oleh anak didik dibawah pimpinan guru. Sedangkan berdasarkan Zazulfah, (2014) menyatakan bahwa metode sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan kasus – kasus yang berkaitan memakai fenomena sosial, perseteruan yang menyangkut hubungan antara manusia contohnya kasus kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya.

Metode sosiodrama dan role playing sanggup dikatakan sama karena dalam pemakaiannya sering kali disilih gantikan. Namun, terdapat perbedaan dalam metode sosiodrama dan metode role playing. Sosiodram pada dasarnya mendratisir tingkah laku dalam hubungnya dengan masalah sosial. Metode sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan murid yang membentuk karakteristik atau sifat seseorang yang memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu menurut cerita yang utuh kemudian dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang kasus yang baru diperagakan. Tema atau cerita diangkat dalam drama menerapkan metode sosiodrama diambil menurut masalah sosial sehari – hari. Sedangkan role playing yaitu permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan singkat sang anak didik berupa karakteristik atau sifat seseorang memerankan cuplikan tingkah laku dalam situasi tertentu, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang kasus yang baru diperagakan. Mabruri dkk, (2017) menyatakan bahan metode role playing mengangkat suatu peristiwa dalam masa lampau yang diulang, masa depan atau peristiwa public untuk bahan skenario drama. Jadi sanggup disimpulkan metode

(14)

sosiodrama adalah cara mengajar yang dalam aplikasi anak didik diminta untuk mendramatisir situasi sosial atau keadaan sosial masyarakat selanjutnya anak didik sanggup memecahkan kasus menurut situasi yang dihadirkan. Metode sosiodrama mempu menyebarkan kemampuan anak didik dalam berlatih menjiwai gerakan yang dimainkan, bersosialisasi dengan lingkungan, dan menarik kesimpulan menurut sebuah pristiwa.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sosiodrama

Kelebihan metode sosiodrama Faturohman, (2019) menjelaskan bahwa kelebihan metode sosiodrama adalah sebagai berikut:

a) Siswa melatih dirinya untuk melatih , memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain wajib memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang wajib diperankannya.

Dengan demikian, daya ingatan anak didik wajib tajam dan tahan lama.

b) Siswa akan melatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada ketika main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya.

c) Bakat yang masih ada dalam anak didik bisa di pupuk sehingga dimungkinkan akan timbul atau tumbuh bibit seni drama berdasarkan sekolah. apabila seni drama dibina menggunakan dengan baik kemungkinan besar mereka akan sebagai pemain yang baik kelak.

d) Kerjasama antar pemain bisa ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik- baiknya

e) Siswa memperoleh norma untuk mendapat membagi tanggung jawab teman sesamannya

(15)

f) Bahasa verbal anak didik bisa dibina sebagai yang baik supaya gampang dipahami orang lain.

Sedangkan kelemahan dari metode sosiodrama Faturohman, (2019) berpendapat kelebihan dari metode sosiodrama sebagai berikut:

a) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka jadi kurang kreatif.

b) Banyak memakan waktu, baik saat persiapan pada rangka pemahaman isi bahan pelajaran juga dalam pelaksanaan pertunjukan.

c) Memerlukan tempat yang relatif luas, apabila tempat bermain sempit terasa kurang bebas.

d) Sering kelas lain menggangu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang – kadang bertepuk tangan, dan sebagainya

e) Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu relatif lama f) Pengajar yang kurang kreatif umumnya sulit berperan menirukan sesuatu

situasi/tingkah laku sosial yng bearti juga metode ini baginya sangat tidak efektif

g) Ada kalanya para anak didik enggan memerankan sesuatu adegan lantaran merasa rendah diri atau malu

h) Jika pelaksanaan dramatisasi gagal, maka pengajar tidak bisa merogoh sesuatu kesimpulan apapun yang bearti juga tujuan pengajaran tidak bisa tercapai

(16)

Usaha mengatasi kelemahan – kelemahan dari metode sosiodrama antara lain:

a) Pengajar wajib memotivasi murid supaya bisa mengekspresikan kemampuan bermain drama mereka. Hal ini dilakukan supaya bisa mengurangi rasa malu atau rendah diri pada murid.

b) Pengajar wajib menunjukkan pada murid untuk memperkenalkan metode ini, bahwa menggunakan jalan sosiodrama murid dibutuhkan untuk bisa memecahkan perkara interaksi sosial yang aktual terdapat pada masyarakat.

c) Pengajar wajib menentukan perkara yang menarik minat murid sehinga murid terangsang untuk berusaha memecahkan perkara itu.

d) Agar anak didik memahami masalahnya maka guru harus mencontohkan cerita sambil mengatur adegan pertama.

e) Bobot atau luasnya bahan pembelajaran yang akan didramakan wajib sesuaikan menggunakan saat yang tersedia. Oleh karenanya diusahakan supaya agar pemain berbicara dan melakukan gerakan sampai bervariasi yang menarik minat siswa.

Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan metode sosiodrama serta usaha mengatasi kelemahan metode sosiodrama yaitu dalam kelebihannya dapat mempermudah siswa lebih aktif, mandiri, tanggung jawab, mengekspresikan perasaan dan mengkomunikasikan antar teman sedangkan kekurangan metode sosiodrama lebih banyak memakan waktu dalam memerankan, kurang kreatif dikarenakan tidak dapat semua siswa ikut memainkan drama dan ketidak percayaan diri siswa saat memerankan drama. tidak dapat berisi lebih dari 10

(17)

siswa sehingga beberapa siswa hanya bisa mengamati. Usaha mengatasi kelemahan metode sosiodrama yaitu pengajar wajib memotivasi siswa, pengajar wajib menentukan perseteruan yang menarik minat siswa, pengajar harus lebih inovatif dan kreatif dengan mencontohkan/ menjelaskan peran yang akan dilakukan.

5. Langkah – Langkah dalam Metode Sosiodrama.

Proses pembelajaran yang akan berlangsug pengajar terlebih dahulu memutuskan perkara sosial yang menarik perhatian siswa. Elviana, (2017) mengungkapkan bahwa penerapan metode sosiodrama pada proses pembelajaran bisa dilakukan menjadi berikut :

a) Pra Pembelajaran

1) pengajar memberikan apersepsi (membicarakan pentingnya berkomunikasi dengan orang lain dalam bahasa nasional yaitu bahasa indonesia dengan baik dan benar).

2) Pengajar menetapkan masalah – masalah sosial yang menarik perhatian murid.

3) Menceritakan pada peserta didik pengenai isi dari kasus - kasus dalam konteks cerita tersebut.

4) Pengajar yang menyampaikan tujuan pembelajaran.

5) pengajar membagi peserta didik dibagi beberapa grup kecil (5-6 orang).

b) Saat Kegiatan Pembelajaran

1) Pengajar memberikan naskah drama pada grup.

(18)

2) pengajar menyebutkan pada semua anak didik tentang peranan pada naskah drama.

3) Pengajar menyebutkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada bermain drama (intonasi, pelafalan,ekspresi dan gerakan).

4) pengajar menaruh saat pada anak didik buat berunding dan belatih memerankan perannya sesuai dengan naskah drama.

5) Pengajar memilih grup tampil ke depan kelas buat memerankan drama (dilakukan secara bergantian antar grup).

6) pengajar meminta grup lain buat menaruh tanggapan atau komentar dan saran terhadap penampilan grup lain.

c) Pasca Pembelajaran

1) Pengajar mengakhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk memerankan kasus perkara dalam naskah sosiodrama.

2) Guru berserta anak didik menyimpulkan materi pembelajaran.

3) Pengajar menaruh kesempatan kepada murid bertanya mengenai materi yang belum dimengerti.

4) Pengajar dan murid mengakhiri pembelajaran menggunakan doa dan salam.

Kesimpulan dari langkah – langkah sosiodrama diatas agar siswa lebih aktif dalam pelajaran, serta dapat menyelesaikan permasalah sosial yang diberikan guru agar anak didik bisa menepatkan diri misalnya watak orang lain, merasakan perasaan orang lain, mengakui pendapat orang lain sebagai akibatnya perilaku saling pengertian, tenggang rasa, toleransi dll.

(19)

B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Hasil penelitian terdahulu yang relevansesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Susanto, penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 tentang Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SDN Antirogo 04 Jember. Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu metode sosiodrama dan kemampuan berbicara siswa kelas V yaitu :

1) Penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 tentang Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SDN Antirogo 04 Jember. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama – sama menggunakan metode sosiodrama serta kemampuan berbicara sebagai variabel, dilihat dari judul eksplorasi yang akan dilakukan. Perbedaan dalam ulasan ini dari apa yang akan digunakan oleh ilmuwan ditampilkan dipensekatan yang digunakan, variabel serta teknik analisis data pendekatan yang dipakai penelitian merupakan kuantitatif, memiliki 2 variabel yaitu sosiodrama dan kemampuan berbicara serta teknik.

Data yg dipakai merupakan analisis hubungan dan analisis regresi sederhana.

Sedangkan metode penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif, dengan variabel yaitu kemampuan berbicara dan metode sosiodrama.

2) Penelitian lain yang relevan adalah penelitian Sari, penelitian dilakukan pada tahun 2013 tentang Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Sosiodrama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif menggunakan jenis penelitian studi kasus. Analisis data

(20)

yang digunakan yaitu analisis deskripsi kualitatif untuk menelaah data secara menyeluruh. Penelitian dilakukan di SDN Negeri Keputraan 1 Yogjakarta.

Persamaan penelitian yang dilakukan dengan peneliti yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan sama – sama memakai penelitian kualitatif. Perbedaan Penjelajahan para ilmuwan yang tertuang dalam semacam pemeriksaan dan penyelidikan informasi yang harus diselesaikan.

3) Persamaan dan perbedaan menggunakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah dalam persamaan penelitian di SDN Antirongo 04 jember dan SDN Negeri Keputraan 1 Yogjakarta sama – sama menggunakan metode sosiodrama sebagai alternatif pengembangan kemampuan berbicara siswa dalam semua aspek pembelajaran tematik yang dilakukan pada tahun ini, selain itu juga persamaannya menggunakan kualitatif dan deskriptif sebagai pemicu pemahaman tentang kemampuan berbicara siswa menggunakan sosiodrama.

Sedangkan perbedaan dari penelitian di SDN Antirogo 04 jember dan SDN Negeri Keputraan 1 Yogjakarta penelitian ini menggunakan jenis penelitian investigasi kontekstual sedangkan para ilmuwan menggunakan jenis penelitian ilustratif. Pemeriksaan informasi yang digunakan oleh ilmuwan adalah menjelaskan penyelidikan subjektif, sedangkan analisis sendiri menggunakan redusi data dan penyajian data.

(21)

C. KERANGKA PIKIR

Kondisi Ideal

1) Kemampuan berbicara siswa bertujuan untuk berkomunikasi 2) Metode Sosiodrama membantu siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi siswa melalui memerankan drama 3) Guru memiliki kemampuan yang

baik mengenai pengajaran siswa di sekolah

Kondisi dilapangan 1) Pelaksanaan pembelajaran tematik

dalam kegiatan belajar mengajar dengan penggunakan kemampuan berbicara membantu siswa

berkomunikasi dengan teman sebaya 2) Pelaksanaan penggunaan metode

sosiodrama di sekolah memberikan kepercayaan diri, siswa dan menyelesai masalah yang dialami

3) Guru sudah mempunyai kemampuan yang baik dalam penerapan mengajar siswa dengan kreatifitan yang diMilikinya.

Analisis Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Metode Sosiodrama Pada Pembelajaran Tematik Kelas V SDN Punten 1 Baru

1. Teknik:yObservasi,pWawancara dan Dokumentasi 2. Pendekatan : Kualitatif

3. Jenis : Deskriptif

4. Subjek : Kepala Sekolah, Guru dan Siswa

Penggunaan metode sosiodrama memberi peluang kepada siswa secara langsung untuk berkomunikasi dengan orang lain, dalam kemampuan berbicara serta dapat

membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa

Referensi

Dokumen terkait

Layout atau penataan adalah suatu usaha untuk menempatkan segala fasilitas yang ada di dalam pabrik maupun workshop, baik bahan maupun. alat pada tempat yang sesuai dengan

Kemudian dengan undang-undang ini, khususnya Pasal 15 ayat (3), Anda dirugikan oleh berlakunya ayat itu, sehingga di dalam memberi argumentasi bahwa Anda punya legal standing

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor.Dengan adanya kemampuan inferensi baik

Dari berbagai semua jenis bank umum, bank umum milik negara atau bank persero memiliki peranan penting dalam industri perbankan di Indonesia karena menurut data yang

Berdasarkangrafik tersebut menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami dermatitis akibat kerja dan terpapar bahan kimia dalam jumlah yang beragam sebanyak 83,3%.Hasil

Hasil rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Samarinda yang ditolak oleh para saksi dari partai-partai politik termasuk PDK, tidak pernah diperbaiki dan hal ini telah

Media Rugasi digunakan untuk membantu siswa dalam memahami petunjuk proses daur hidup hewan yang memiliki proses tahapan berbeda-beda antara hewan satu dengan

Potensi atau kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah