• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan adanya sampah yang tidak dilakukan pengelolaan sehingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan adanya sampah yang tidak dilakukan pengelolaan sehingga"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kerusakan lingkungan adalah suatu beban bagi pembangunan, perbaikan lingkungan yang rusak akan menjadi beban yang berat dan membutuhkan biaya (Suparmoko, 2000:13-14). Salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yaitu dengan adanya sampah yang tidak dilakukan pengelolaan sehingga menimbulkan permasalahan terkait dengan lingkungan. Umumnya sampah merupakan bagian dari suatu hal yang tidak terpakai kembali lalu kemudian di buang begitu saja, padaumumnya sampah tersebut hasil dari aktivitas yang dilaksanakan manusia dan juga aktifitas industri. Mengingat pesatnya tingkat pembangunan nasional seperti halnya pembangunan yang dilakukan secara berkelanjutan, didaerah perkotaan Indonesia sudah memberikan dampah yang negatif untuk lingkungan. Khususnya sampah yang ada di wilayah perkotaan bisa menimbulkan sarana prasarana perkotaan hingga jalan maupun saluran air juga ikut menimbulkan masalah. Sampah yang ada menjadikan pemandangan kurang enak dipandang untuk keindahan maupun kebersihan kota. Pertambahan penduduk kotta menimbulkan konsekuensi meningkatnya volume secara signifikan untuk dapat membanttu meningkatkan penolahan sampah diwilayah perkotaan, sehingga dibutuhkannya identifikasi maupun karakterisasi sampah dengan detail.

Diwilayah Jawa Timur setelah Kota Surabaya maka Kota Malang lah wilayah terberas kedua dengan estiimasi potensi timbunan sampah terhitung ± 450 ton/hari, yang dihasilkan dari beberapa sektor. Sekitar 69% berasal dari sampah rumah

(2)

13 tangga atau biasa disebut domestik, sedangkan 31% sampah yang dihasilkan berasal dari pasar, pertokoan, jalan raya, pertamanan, fasilitas kesehatan dan hasil industri, sampah-sampah tersebut disebut sampah non domestik.

Adapun jumlah atau volume sampah harian di Kota Malang yang didasarkan dari masing-masing-masing kecamatan tahun 2019 dengan lengkap mampu disajikan di Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Sampah Harian di Kota Malang/ Kecamatan Tahun 2019

No. Kecamatan Jumlah Vol/HR/M3

1 Klojen 417

2 Blimbing 469,5

3 Kedungkandang 394,5

4 Sukun 432

5 Lowokwaru 807

Jumlah 2.520 M3

Sumber: DKP Kota Malang

Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa Kecamatan Lowokwaru memiliki jumlah sampah harian terbanyak dibandingkan dengan kecamatan yang lan. Berdasarkan data dari DKP Kota Malang maka dapat diketahui sumber sampah dengan lengkap disajiikan pada tabel 1.2

Tabel 1.2

Sumber/ Asal Sampah di Kota Malang

No. Asal Sampah Jumlah Ton/Hari

1 Masyarakat Kota Malang 449,28

2 Masyarakat bukan penduduk asli 150,00

3 Sampah Nondomestik 44,93

4 Sampah berasal dari sumber lain 15,00

Jumlah 659,21

Sumber: Dinas Kebersihan Pertamanan Kota Malang

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa sampah domestik atau sampah hasil rumah tangga memiliki jumlah terbesar dibandingkan dengan sumber yang lainnya. Sampah domestik atau sampah rumah tangga adalah sisa pengelohan

(3)

14 makkanan, bekas dari perelngkapan rumah tangga, benda-benda sampah domestik, sampah berasal dari kebun maupun halaman dan lainnya. Apabila dilakukan perbandingan jumlah terbanyak berasal dari sampah sisa pengolahan makanan dan minuman masyarakat. Kondisi ini memberikan gambaran mengenai potensi sampah rumah tangga harus mendapatkan pengelolaan dengan benar sehingga keberadaan sampah tersebut tidak mengganggu keseimbangan lingkungan yang terdapat di Kota Malang.

Pemerintah wilayah Kota Malang juga menetapkan kebijakan terkait dengan pengelolaan sampah yaitu Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 mengenai pengelolahan sampah dan menetapkan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 mengenai Pengelolaan Sampah. Pasal 7 menetapkan tugas pemerintah daerah yaitu melakukan dan memfasilitasi sarana maupun prasarana dalan hal pengelolaan sampah dan melakukan evaluasi atau pengembangan untuk manfaat yang diperoleh dari pengelolaan sampah. Upaya pemerintah daerah yaitu salah satunya lewat Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang melaksanakan sosialisasi kesemua masyarakat Kota Malang tentang sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam hal pengelolaan sampah, yang merupakan stigma lama seperti “kumpul-angkut-buang” kemudian menjadi “kumpul-pilah-olah-angkut”. Dari semua warga Kota Malang sebagian dari meraka sudah dapat melaksanakan pemilahan sampah, masyarakat dapat memberdakan antar sampah organik maupun anorganik. Terdapat masyarakat yang telah mengelola sampah organik menjadi kompos dan selanjutnya kompos-kompos tersebut dimanfaatkkan menjadi pupuk untuk tanaman masyarakat pribadi atau wilayah sekitar rumah.

(4)

15 Pada pasal 8 juga dijelaskan bahwasannya pada saat penyelenggaraan pengolahan sampah, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam menentukan tempat/lokasi TPS, tempat pengolahan sampah terpadu, atau tempat pembuangan akhir (TPA). Kebijakan lainnya pemerintah daerah juga memiliki kewenangan dalam merancang dan melakukan siistem tanggap darurat pengelollaan sampah yang sesuai/sama dengan kewenangan yang telah diatur. Pemerintah daerah juga memiliki kewenangan sesuai Pasal 17 yaitu mengenai kebijakan pengurangan sampah yaitu melingkupi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah atau pemanfaatan sampah kembali.

Indonesia sebetulnya memiliki peraturan per undang-undangan yang didalamnya memiliki korelasi yang berhubungan langsung dalam hal pengelolaan sampah adalah UU No. 23 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah.

Pengelolaan Sampah maupun bbeberapa peraturan daerah yang telah dibuat pemerintah daerah ditingkat Kabupaten dan Kota seperti Kota Malang, yaitu tentang pengellolaan sampah. Adanya sanksi atau hukuman dalam aturan tentang pengelolaan sampah belum memberikan efek jera untuk masyarakat yang sampai sekarang tidak melaksanakan pengelolaan sampah dengan pengetahuan lingkungan sehiingga efekttifitas hukuman untuk menegakkan hukum untuk pengelolaan sampah harus selalu ditingkatkan. Dan juga peran dari pemerintah daerah penting juga untuk membuat kebijakan untuk pengelolaan sampah.

Berdasarkan ketentuan yang ada maka Pemerintah Daerah Kota Malang harus berupaya untuk melakukan langkah-langkah nyata dalam melakukan pengelolaan sampah. Keberadaan sampah dari semua masalah yang berasal dari sampah perku

(5)

16 adanya penanganan yang serius maupun terintegrasi. Cepatnya pembangunan maupu pertumbuhan penduduk membuat sampah menjadi masalah yang kompleks.

Masalah yang ditimbulkan sampah secara keseluruhan merupakan menyangkutt mengenai cara memproyeksikan maupun mengolah sampah yang diproduksi setiap harinya, melaksanakan reduksii volume sampah dan pemanfaatan semua potensi yang bisa dihasiilkan. Masalah yang muncul karena sampah, jika tidak cepat ditangani dengan baik dapat menciptakan masalah baru untuk lingkungan, kesehatan maupun kualiitas hidup. Kenyataan ini menjadi hal penting bagi Pemerintah Kota Malang untuk menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan layak melalui penetapan kebijakan yang tepat terkait dengan keberadaan sampah.

Inovasi pengelolaan sampah diperlukan guna mengatasi pemasalahan sampah yang terjadi dikota malang.

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 dapat diketahui adanya pembagiian wewenang tentang pengelollan sampah mampu dilihat bahwa terdapat kebijakan desentralisasi didalam pengelollan sampah yang disamakan dengan kondisi disetiap daerah. Masalah tersebut sesuai dengan fungsi pemerintah Kota maupun Kabupaten ialah menenttukan dan melakukan sistem pengelolaan sampah yang dianggap telah sesuai dengan keadaan mereka dan tidakk keluar dari peraturan kebijakan nasional maupun Provinsi. Lewat desentralisasi selaian dapat memudahkan pengelolaan sampah juga mampu untuk mengefektifkan pemantauan maupun evaluasi untuk sistem pengolahan sampah daerah. Jadi disini peran pemerintah daerah sangat menentukan dalam proses pengelolaan sampah.

Menurut dalam Peraturan Walikota Malang Nomor 31 tahun 2016 mengenai kedudukan susunan organisasi, tugas maupun fungsi serta tata kerja Dinas

(6)

17 Lingkunga Hidup Kota Malang memiliki tugas dalan pengimplementasian urusan/

masalah pemerintah dalam bidang lingkungan hidup. Peran utama guna menanggulangi masalah sampah di Kota Malang baik segi pengelolaan, segi pengawasan maupun sanksi untuk masyarakat ataupun pelaku usaha diperlukan pengawasan dari pihak instansi yaitu Dinas Lingkungan Hidup. Kondisi lingkungan hidup pada saat ini di wilayah Kota Malang masiih terbatas untuk pemenuhan kebiijakan untuk memanfaatkan sumber daya yang dipakai masyarakat.

Selanjutnya guna pengwasan maupun pengendaliian untuk pemakaian dan pemanffaatan sumber daya belum maksimal yang menyebabkan belum bisa dikendalikan. Sekarang ini Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang sedang melaksanakan proyek sanitary landfill di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang. Proyek ini sendiri telah dilakukan selama 1 tahun. Proyek tersebut direncanakan rampung pada tahun 2019 yang lalu.

Proyek yang dinamai sanitary landfill berfokus supaya limbah sampah tiidak menganggu lingkungan dan sampah lainnya dapat menghasiilkan gas methan yang mampun dikelola untuk dijadikan energy panas dan listrik, lalu sisa limbah yang dihasilkan dapat menjadi kompus atau pupuk.

Limbah padat dari buangan pasar, rumah tangga, kafe atau resto merupakan penghasil jumlahnya yang terhitung besar apalagi limbah-limbah tersebutt berbentuk limbah sisa makanan seperti sayuran atau buah – buahan yang kemudian hanya diitumpuk di TPS dan proses selanjutnya pemulung datang untuk mengambil lalu dibuang lagi Tempat pembuangan akhir pada saat tumpukan sampah sudah over. Akibat dari penumpukan yang terlalu lama tersebut dapat menimbulkan pencemaran, pencemaran adalah berkumpulnya hama-hama yang disebabkan dari

(7)

18 sampah yang tidak diinginkan. Sampah Organik adalah hasil buangan yang sudah dibuang secara open dumpling tanpa pengelolan selanjutnya yang dapat menciptakan gangguan pencemaran lingkungan dan menimbullkan bau tidak enak untuk dihirup (Sholihah & Nurhidayanti, 2018; Elamin et al., 2018). Menurut pada hal itu penting untuk diimplementasikan teknologi guna mengatasi hasil limbah oadat, dengan memakai teknologi pendaur ulangan limbag padat untuk dijadikan produk kompos yang memiliki nilai ekonomis.

Pengomposan disebut sebagai tekhnologi berkelanjutan yang bertujuan untuk menjaga lingkungan, keselamatan manusia, dan memberi nilai ekonomi (Djuwendah, 2005). Pemakaian kompos dapat membantu menjaga atau konservaasi lingkungan dengan cara mereduksii pemakaian pupuk kimia yang bisa menimbulkan degradasi lahan, pengomposan tidak langsung dan dapat untuk menjaga keselamatan manusia dengan mncegah pembuangan liimbah organik (Cahyani & A., 2013). Terdapat beberapaa faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah yang dapam prakteknya mengalalami masalah yakni karena sikap dan perilaku dari manusia, penimbungan dan jenis sampah, sarana prasarana pengolahan sampah dari pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan maupun pembuangan akhir (Jailan Sahil, 2016).

Masih belum terdapatnya perencanaan khusus untuk pengellolaan sampah dikarenakan tidak ada tempat untuk pengelolaan sampah. Dalam pelaksanaannya pengelolaan sampah untuk diwilayah pinggir kota sudah ada masyarakat yng sudah melakukan kerjasama dengan Kota Bukit tinggi dan untuk wilayah pedesaan sudah ada warga yang mengelolah sampah untuk dijadikan kompos, namun masih terdapat masyarakat yang membuang sampah sembarangan (Putri Nilam Sari,

(8)

19 2018). Pengelolaan sampah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Subulussalam dilakukan dengan cara keseluruhan dinilai sudah baik namun masih belum memiliki pengetahuan tentang lingkungan, dikarenakan pengelolaan hanya sebatas pengepulan, pengangkutan, dan pemusnahan, dan juga masih belum menjallankan aspek keberlanjutan misalnya masih belum melaksanakan pemilahan sampah dari sumbernya dan belum ada tindakan pengolahan sampah untuk dijadikan barang berguna atau bernilai ekonomis (Hasbullah, 2019) Timbulan sampah berasal dari sisa makanan sebesar 0,23 – 2 liter/orang/hari dengan komposisi sebanyak 73%

adalah sampah organik. Masalah teknis yang diihadapi pengelolaan sampah dari hasil makanan ialah masih kurang adanya kesadaran pemerintah untuk penyediaan fasilitas pengelolaan sampah makanan secra khusu dan masyarakat masih kurang sadar untuk melakukan pemilahan secara mandiri (Gladys Brigita, 2013).

Hampir disemua pasar masih belum terdapat sistem pengolahan sampah yang sesuasi, sampah yang ada hanya dikumpullkan tanpa pemilahan dengan benar, masyarakat tidak perduli dengan kondisi masalah yang timbul karea sampah, serta kelembagaan juga masih belum maksimal untuk melakukan pengelolaan, sarana prasarana yang ada hanya penampungan sampah sementara dan melihat kondisinya pun terkesan asal ada (Dicky Nurmayadi, 2010)

Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Tlogomas ini salah satunya yang berhasil melakukan penguran sampah yaitu dengan cara daur ulang menjadi kompos, di tahun 2012 volume sampah yang masuk di TPST Tlogomas ialah sebesar 7,48 ton/hari atau 2.730 ton/th. Keuntungan yang didapat dari aktifitas pengolahan sampah di TPST Tlogomas hingga sekarang ini ialah berkurangnya volume sampah yang diibuang ke TPA Supit Urang yang berasal dari TPST

(9)

20 Tlogomas sudah berkurang sedikitnya 68%. Proses pengolahan sampah yang dilakukan ialah komposting maupun daur ulang kertas. Selanjutnya dari proses analisis menghasillkan pelatihan/arahan pengelolaan sampahterpadu dengan mengajak masyarakat Kota Kediri yangsesuai dengan jenis pengolahan sampah yang dipillih masyarakat yaitu komposting dan juga daur ulang kertas (Viradin Yogiesti, 2010). Dilihat dari latar belakang penelitian maka tema atau judul dalam penelitian ini yaitu: Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Dalam Pengelolaan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas.

1.2 Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang permasalahan yang sudah dijelaskan diatas, maka selanjutnya rumusan masalah didalam penellitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Dalam Pengelolaan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas.

2. Apa saja faktor penghambat Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Dalam Pengelolaan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkkan pada penjabaran permasalahan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guna menganalisis dan mendeskriipsikan Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Dalam Pengelolaan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas.

(10)

21 2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan faktor penghambat Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Dalam Pengelolaan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diiharapkan mampu memberi masukan secara teoritis dan praktis dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian yang telah ada diiharapkan mampu untuk memberi masukan untuk pihak lain terkhusus pihak akademisi yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut lagi mengenai Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Dalam Pengelolaan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas.

b. Diharapkan dapat memberiikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang terkait dengan Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Dalam Pengelolaan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat memberi gambaran maupun wawasan untuk pemerintah maupun stakeholder yang berperan secara langsung dalam inovasi pengelolaan sampah terpadu dan memaksimalkan upaya pengelolaan sampah organik.

b. Diharapkan mampu memberi manfaat untuk pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kota Malang supaya bisa dipakai untuk

(11)

22 menjadi pedoman dalam pengimplementasian kebijakan terkait dengan sampah organik melalui inovasi pengelolaan kompos.

1.5 Definisi Konseptual

1. Inivasi Pemerintah daerah

Inovasi Pemerintah Daerah adalah kewajiban untuk upaya mencapai kemakkmuran maupun kesejahteraan masyarakat dan daerah (Irwan 2013;110). Inovasi daerah sudah diatur didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 mengenai Inovasi Daerah.

Inovasi dimaknaii sebagai peralihn dari prinsip-prinsip, proses maupun praktek dari menejemen tradisionall atau pergeseran bentuk organiisme yang telah lama dan memberikan pengaruh signifikan untuk cara sebuah menejemen yang telahdijalankan (Ancok Djamaludin, 2012)

2. Pengelolaan sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan menetapkan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 mengenai Pengelolaan Sampah (UUPS), pengelolaan sampah yang dimaksud adalah aktifitas yang sistematis, menyelluruh dan berkesiinambungan yang mengimplementasikan untuk penanganan sampah. Pengurangn sampah dalam UUPS dijelaskan bahwa meliiputi attifitas pembatasan timbullnya sampah, daur ulang sampah dan memanfaatkan kembali sampah. Guna untuk mewujjudakan aktifitas-aktifitas ini maka masyrakat dan pelaku usaha untuk melaksanakan aktifitasnya diharapkan bisa memakai bahan yang dapat menimbulkan sedikit sampah, bahan yang dapat dipakai kembali, bahan yang bisa didaur ulang dan tentunya bahan yang mudah

(12)

23 untuk terurai kembali oleh proses alam. Penanganan sampah selanjutnya dengan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai jenis, jumlah maupun karakteristik sampah.

1.6 Definisi Operasional

1. Inovasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dalam pengelolaan sampah organik di tempat pembuangan sampah terpadu Tlogomas.

a. Perencanaan inovasi pengelolaan0sampah0organik0di0tempat pembuangan0sampah0terpadu Tlogomas.

b. Penerapan inovasi pengelolaan0sampah0organik0di0tempat pembuangan0sampah0terpadu Tlogomas.

2. Faktor penghambat inovasi pengelolaan0sampah0organik0di0tempat pembuangan0sampah0terpadu Tlogomas.

a. Tempat pembuangan sampah terpadu berada di kawasan pemukiman warga

b. Teknologi mesin bukan milik TPST Tlogomas 1.7 Metode Penelitian

Metode Penelitian dapat menjadi urutan untuk penulis dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif, dikarenakan pada saat pengkajian suatu masalah, peneliti tidak dapat membuktikan ataupun menolak hipotesis yang telah dibuat sebelum penelitian tetapi mengolah data dan dan mengalisis..suatu masalah secara non numerik. Data dari hasil penelitian berisi fakta yang diperoleh.dilapangan (sugiyono, 2006). Beberapa langkah-langkah metode yang dapat digunakan ialah sebagaii berikut :

1. Jenis Penelitian

(13)

24 Dalam mendapatkan jawaban suatu masalah yang telah didapat dan sama dengn..tujuan penelitian, maka deskriftif aadalh jenis penilitian yang dirasa sesuai, dikarenakan obyek penelitian adalah kenyataan social. penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan dan mengklarifikasi dari fenomena atau kenyataan social yang telah ada. Dengan cara..mendeskripsikan beberapa variabel yang tidak keberatan dengn masalah dan unit yang akan diteliti oleh peneliti. Karena dalam penelitian deskriptif tidak melakukan uji hipotesis guna membbangun dan mengembangkan perbedaan dari teori yang ada (sanapiah, 2005).

Penelitian deskriptif adalah peneliitian yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai masalah tersebet seluas luasnya dari obyek riset di satu masa yang tertentu (ndraha, 2015).

2. Sumber Data

Penulis memakai sumber data dalam penelitian tersebut, ialah :

a. Data Primer merupakan data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan oleh penelliti dengan seorang narasumber atau seorang informan yang memiliki potensi untuk memberi informasi yang relevan dan juga sesuai dengan keadaan ditempat penelitian. Maka Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dan Kepala Seksi Unit Pelaksana Teknis Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas, yang menjadi narasumber atau informan didalam penelitian ini.

b. Data Sekunder merupakan data bersumber dari hasil yang diolah oleh lembaga atau instansi tententu berguna unruk kepentingan lembaga dan pihak-pihak lain yang memerlukan. Hal tersebut memeiliki tujuan untuk mendapatkan dasar ataupun pola berpikir untuk dipakai dalam membahas hasil penelitia. Didalam

(14)

25 penelitian data sekunder adalah laporan, dokumen-dokumen dari Dinas lingkungan hidup Kota Malang berhubungan dengan inovasi pengelolaan samppah organic di TPST Tlogomas tentang produk pengolahan sampah organic.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data memiliki tujuan guna memperoleh dan mengumpullkan data yang ada dilapangan , berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ada didalam..penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ialah :

a. Wawancara

Wawancara dipakai peneliti guna melakukan wawancara para narasumber yang dirasa mampu menjadi pemberi informasi yang valid dalam didalam penelitian tersebut. Penulis dapat memakai pedoman wawancara sehingga nantinya tidak keluar dari konteks/focus penelitian yang sudah diitentukan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah bersiifat uraian kata. Dan didalam penelitian, wawancara ditujukan untuk Kepala Seksi Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang yang terkait di bidang kebersihan dan pengelolaan sampah.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk pengumpulan data kualitatis dengn melihat dan dan menganalisis dari beberapa dokumen-dokumen yang telah dibuat oleh orang laun yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu berupa dokumen atau catatan..resmi instansi. Umumnya, dokumentasi yang didapat melalui penelitiann ialah berupa gambar, foto, wawancara, dokumen resmi dan

(15)

26 yang lainnya yang berasall dari instansi atau lembaga yng diteliti yang terkait dengan Inovasi pengolahan sampah organic di TPST Tlogomas.

c. Observasi

Cara lain yang bias dipakai untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian adalah dengan cara pemangatan secara langsung terhadap obyek penilitan guna mendapatkan informasi..yang relevan dengan masalah penelitian. Dalam melakukan observasi , peneliti dapat mencatat informasi secara utuh mengenai onjek yang sedang diteliti. Dalam observasi yang dilakulan oleh peneliti bertujuan melihat foenomena atau hal yang berkaitan dengan inovasi pengelolaan sampah.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan salah satu cara atau instrument penting untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan suatu inovasi. Narasumber atau informan adalah pihak yang menjadi orang dalam untuk latar penelitian, narasumber wajib mempunyai bnyak pengalaman menhenai latar belakang dari masalah yang akan diteliti dan menjadii tim penellitian meskipun hanya memiliki sifat informal (satori, 2009). Peneliti dapat mengunakan purposive sampling dan yang dapat menjadii informan atau narasumber penelitian ialah narasumber yang memang berkompeten untuk menjawab semua permasalahan yang telah ada dalam penelitian. Purrposive sampling merupakan sebuah Teknik yang digunakan unruk menentukan..sampel penelitian deng memikirkan beberapahal pertiimbangan..tertentu yang memiliki tujuan supaya data yang telah didapat nanti nya dapat lebih representative (sugiyono, 2010). Melihat dasar pengertian tersebutt maka dapat disimpulakn subyek penelitian ialah :

(16)

27 a. Kepala Seksi Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang b. Kepala Seksi Unit Pelaksana Teknis Tempat Pembuangan Sampah

Terpadu Tlogomas

c. Para pekerja di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Tlogomas 5. Teknik Analisa Data

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Miles, Huberman dan Saldana (2014, 10) membunyikan mengenai analisis data bahwa didalam..penellitian bersifat kualitatif yang di lakukan dalam pengumpulan..data terjadi maupun sesudah selesai pengumpullan data didalam beberapa periode yang tertentu. Didalam penelitian ini Teknik kualitatif digunakan untuk Teknik analisis karena memakai sudut pandang dari peneliti untuk menjadii alat analisis utama. Analisis yang dilakukan penulis dalam upaya mencari serta menata hasil observasi, wawncara dengan sistematis untuk dapat meningkatkan mengenai pemahaman penulis mengenai masalah yang diiteliti dan menyajkannya..sebagai temuan untuk orang lain. Hal dalam peningkatan pemahaman maka analisis perlu untuk diteruskan dengan melakukan upayaa mencarii asrti atau makna dari beberapa aspek yang teah diperoleh dengan cara mengkaji argument, pemikiran, interpretasi dan presepsi dari beberapa pihak yang di anggap mampu atau berkompeten terhadp masalah penellitian. Analisis yang dilaksanakan sengan cara induktif dan..penullarannya berdasarkan data bersifat verbal.

Dalam penelitian kualitatif analisis data dapat dilaksanakan sebelum terjun kelapangan, saat dilapangan dan setelah melakukan dilapangan. Analisis dapat dilakukan pada saat merumskan dan memahami masalah, saat sebelum masuk langsung dilapangan dan terjadi saat penulisan dari hasil penelitian. Langkah-

(17)

28 langkah yang dapat dilakukan sebelum terjun ke lepangan adalah dengan melakukan analisis terhadap data yang berasal dari pendahuluan dan data primer, yang bias dipakai dalam menenttukan focus penelitian. Tetapi , focus penelitian jika sedang dalam bersifat sementara dan akan bisa berkembang lagi sesudah penelitian yang dilakukan oleh peneliti terjun kelapangan. Setelah itu analisis yang digunakan adalah data dari analisis dilapanhan. Dalam aktifitas analisis data kualitatif dapat dilaksanakan dengan interaktif dan berlanjut terus menerus sampai dengan penulisan selesai, yang berisi :

1. Pengumpulan Data

Analisis data penelitian secara kualitatif dijalankan pada pengumpullan data tersebut berllangsung. Pada saat tahap awal, peneliti melakukan pengumpulan data yang sebelumnya sudah diitentukan dengan mempertimbangkan kterlibatan actor, aktifitas dan fenomena yang terjadi.

2. Kondensasi Data

Kondensasi data dapat diiartikan sebagai sebuat cara penyederhanaan, pemilihan dan juga transparansii data yang diperolehh dari tempat penelitian. Kondensasi data bisa juga dilaksanakan..sebelum memperoleh seluruh data dari seluruh data yang diperlukan. Kondensasi dapat juga dilaksanakan secara terusmenerus. Menjabarkan data yang didaoat dilokasi penelitian di tuangkan dalam uraian dengan lengkap dan juga terperinci.

Laporan dilapangan juga dapat di sederhanakan dan dipetakan hal-hal yang menurut penulis penting atau hal pokok, juga difokuskan pada suatu hal yang dirasa penting lalu dapat mencari polanya. Hal itu dapat dilaksanakan

(18)

29 terusmenerus sampai proses penellitian selesai dan penulisan telah rampung.

3. Penyajian Data (data display)

Penyajian data merupaka suatu susanan dta yang sudah ter organisasi dan dalam pola yang mudah untuk dimengerti. Dengan melakukan display data, maka memberi kemudahan dalam mengerti apa yang terjjadi dan merencanakan tahapan yang sellanjutnya berdasar dengan apa yang telah dipahami. Umumnya penyajian data juga dapat menjadi tolak ukur Analisa data yng valid deng proses Analisa berkelanjuta. Maka penyajian data yang terstruktur memberikan peneliti mendeskripsikan data yang diperoleh terkait dengan inovasi pelayanan publik.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing/ verification)

Dalam penulisan cara terakhir daridari model ini ialah penarikan kesimpualan dan verivikasi kesimpulan. Dari kesimpulan penelitian bisa memberikan jawaban untuk rumusan masalah yang sudah diirumuskan pada tahap awal. Namun masalah dan rumusan masalah didalam penelitian kualitatif hanya sementara sehiingga penulis bisa mendapatkan perkembangan di tempat penelitian. Ada beberapacara yang dilaksanakan yaitu dengan menyimpan/mencatat tema dan juga pola , mengelompokan dan mencari mencari kasus yng berbeda , khas atau yang menyiimpang dengan kebiiasaan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan hasil pembahasan sebagai jawaban permasalan penelitian ini, Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta telah melakukan beberapa upaya dalam pengelolaan sampah plastik di

Peneliti melihat kemesraan yang terjalin dalam lirik lagu tersebut bukan karena paksaan dari pihak pria, tapi melainkan juga karena adanya hasrat atau keinginan si wanita

Sumber data yang digunakan, yaitu (1) data primer, dimana dalam penelitian ini data secara akurat diperoleh peneliti melalui keterangan dari hasil wawancara

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kategori tingkat kecocokan tipe kepribadian dengan pemilihan paket keahlian di SMK pada siswa SMP yang akan memilih

(1) Perawatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) harus dilakukan oleh pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung dan dapat menggunakan penyedia

Media dan alat yang digunakan dalam pembelajaran ini antara lain meliputi; gambar makanan daerah dan asalnya, bahan makanan, gambar pohon/ tanaman sebagai bahan dasar makan an

Keempat komponen indikator untuk menilai kreativitas siswa berdasarkan dimensi kognitif (berpikir kreatif) dalam menyelesaikan masalah matematika, meninjau hal yang

Beberapa kutipan dari buku harian dosen tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa mahasiswa tidak bersedia menggunakan koneksi internet pada smartphone yang