RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP NEGERI 3 WOHA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/1
Tema : Unsur Pembangun Karya Sastra (cerpen)
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.
Pembelajaran ke : 2
Alokasi Waktu : 10 menit A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat menyimpulkan unsur- unsur pembangun karya sastra dengan disertai bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca secara tepat dengan rasa percaya diri, bertanggung jawab, disiplin dan dapat berkerja sama dengan baik.
Indikator Hasil Pembelajaran:
Peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun karya sastra dari cerita pendek yang dibaca.
2. Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung unsur pembangun karya sastra dari cerita pendek yang dibaca.
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN PENDAHULUAN (2 Menit)
Orientasi 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan doa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin Apersepsi 2. Mengaitkan materi/topik pembelajaran sebelumnya dengan materi/topik
pembelajaran yang dipelejari.
3. Menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.
motivasi 4. Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan dan manfaat) terhadapat materi yang akan dipelajari.
KEGIATAN INTI ( 6 menit )
Stimulus 1. Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topik materi pembelajaran
2. Pengantar secara garis besar tentang materi unsur-unsur pembangun karya sastra
Pertanyaan
identifikasi masalah
3. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pertanyaan yang berkaitan dengan unsur-unsur pembangun karya sastra
Pengumupulan data 4. Peserta didik secara berkelompok mendapatkan lembar kerja yang
diberikan oleh guru.
5. Peserta didik mengumpulkan informasi, data yang relevan untuk
menjawab pertanyaan dan menyimpulkan unsur pembangun karyasastra 6. Peserta didik mengerjakan beberapa soal yang terdapat dalam lembar
kerja tentang unsur pembangun karya sastra
Komunikasi 7. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang unsur pembangun karya sastra
Generalisasi (menyimpulkan)
8. Peserta didik lain bersama guru bertanya jawab atas hasil presentasi mengenai unsur pembangun karya sastra
KEGIATAN PENUTUP ( 2 menit )
1. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik atas proses dan hasil diskusi.
2. Peserta didik dengan bimbingan guru merangkum dan menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Guru dan peserta didik mengagendakan tugas portofolio atau projek serta kegiatan pembelajaran
C. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Penilaian Sikap (Sosial) : Pengamatan/Lembar Penilaian Diri Penilaian Pengetahuan : Penugasan/Tes Tertulis/Uraian Penilaian Keterampilan : Lembar Penilaian Unjuk Kerja
Mengertahui Bima, 8 April 2022
Kepala SMPN 3 Woha, Peserta Seleksi PSP
SUAIDIN, M..Pd. SUAIDIN, M.Pd.
NIP. 197612312002121020 NIP. 197612312002121020
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Satuan Pendidikan : SMP NEGERI 3 WOHA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/1
Tema : Unsur Pembangun Karya Sastra (cerpen) Pembelajaran ke : 2
Alokasi Waktu : 10 menit
A. Kompetensi Dasar:
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.
B. Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi bukti unsur pembangun karya sastra dari cerita pendek yang dibaca dengan tepat.
2. Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.
C. Petunjuk
1. Bacalah Teks Cerpen berjudul “Menuai Air Mata” dengan saksama!
MENUAI AIR MATA (Siti Nuryani)
Di luar langit semakin mendung. Awan hampir memuntahkan airnya ke bumi. Semilir angin menerobos dinding bambu rumah. Dinginnya menusuk hingga relung hatiku. Sebentar kemudian titik-titik air mulai berjatuhan. Kuamati air hujan itu. Tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku. Makin lama air mataku berderai. Semakin deras, sederas hujan di luar rumah. Makin sedih hatiku, semakin bercucuran air mata ini.
Setelah menangis, rasa sesak di dadaku berkurang. Setiap melihat ayah ibuku bertengkar, aku hanya melampiaskan kekecewaanku kepada mereka dengan air mata. Aku takut berbicara kepada mereka.
Hampir setiap hari orang tuaku bertengkar. Ibu selalu mengeluh, uang belanja yang kurang. Uang pemberian ayah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tiap hari. Akhirnya ibu pinjam uang pada rentenir.
Siang tadi, pertengkaran hebat terjadi lagi. Sambil mengerjakan PR, kucuri dengar pertengkaran itu. Ibu menginginkan ayah mencari pekerjaan lain. Selama ini ayah hanya mencari kayu bakar di hutan. Kini hutan dekat rumah sudah gundul. Kayu yang didapat ayah tidak banyak. Hasilnya hanya untuk makan. Untuk biaya sekolah kami, ibu berhutang. Ibu semakin jengkel dengan sikap ayah. Ayah tetap dengan pekerjaannya. Ibu ingin ayah bekerja di luar negeri namun ayah tidak mau. Hutang ibu sudah menumpuk. Ayah malah menyalahkan ibu. Ibu tidak mau disalahkan. Mereka terus bertengkar.
“Salah Bapak, sih. Mengapa dulu minta kawin sebelum lulus SMA. Seharusnya kita selesaikan sekolah, mencari pekerjaan, mencari uang, baru kita menikah.”
“Kok aku yang disalahkan. Kamu yang salah. Kalau kamu dulu teguh hati, tidak mudah kurayu kan kita tidak seperti sekarang ini.”
“Habis, Bapak terus merayuku dengan rayuan gombal, „Kalau kau mau kukawin hidup kita bahagia. Kuturuti permintaanmu. Aku akan membahagiakanmu.‟ Bahagia? Mana? Yang ada hanya kesengsaraan, kemiskinan, dan janji palsu. Menyesal aku kawin dengan Bapak. Jika tahu hidupku begini, tak sudi aku menikah.” Suara ibu terdengar parau. Tangis ibu mulai pecah.
Pertengkaran berakhir setelah nenek melerai. Sayup-sayup kudengar nenek menasihati ibu. Kudengar isak tangis Ibu. Lama-lama tidak terdengar, terkalahkan bunyi hujan yang semakin deras. Meskipun aku memegang buku, pensil, aku tidak konsentrasi belajar.
Aku merenung tentang kehidupan keluargaku. Dari peristiwa demi peristiwa yang kulihat, aku berpikir tentang kehidupan ini. Aku matang sebelum waktunya. Aku baru tahu, orang tuaku terjebak perkawinan dini. Mereka mungkin hanya mengejar senang tanpa berpikir panjang ke depan. Dalam hati, aku berjanji. Aku menikah jika sudah dewasa. Aku harus memiliki pekerjaan dan tidak tergantung pada suami. Meskipun suami yang harus memberi nafkah, aku harus bisa mandiri. Aku tidak mau diremehkan laki-laki. Aku pasti bisa. Itu rencanaku.
Bagaimana aku bisa meneruskan sekolah. Ibuku sudah terjerat hutang. Adik-adikku juga harus sekolah. Aduh, pusing aku memikirkan semua ini. “Ya Allah, bimbinglah kami.
Berilah jalan keluar yang terbaik untuk keluargaku ini.” Hanya itu yang bisa kupanjatkan.
Kupejamkan mataku hingga aku terlelap.
Sayup-sayup kudengar ribut-ribut di luar. Hujan masih turun dengan deras. Kukerjap- kerjapkan mataku, terasa pedih dan berat. Rupanya mataku bengkak. Aku tersentak. Hari sudah pagi. Aku belum menyelesaikan PR. Wah, celaka. Aku pasti dihukum guru. Kulihat jam mungil di meja belajarku. Jam 17.05. Lega rasanya.
Suara gaduh terdengar makin heboh. Ibu meneriaki aku. Dengan kesadaran yang belum penuh, aku segera turun dari tempat tidur. Kakiku terasa menyentuh air. Ternyata lantai kamarku penuh air. Hujan yang turun sejak kemarin, mengakibatkan air sungai belakang rumah meluap. Dengan tergopoh-gopoh kuselamatkan semua barangku. Kulihat nenek, ayah, ibu, dan adik-adikku sibuk menyelamatkan barang yang bisa diselamatkan.
“Kenapa kok banjir, Bu? Biasanya tidak banjir meskipun hujan deras. Apa karena hutannya gundul ya?”
“Sudah tahu gitu kok nanya, bilang sama bapakmu itu. Jangan menebangi hutan. Ya ini akibatnya.” Jawab ibu dengan sewot.
“Apa? Aku salah. Apa yang menghabiskan hutan itu aku saja? Hampir semua penduduk di sini mengambil kayu di hutan. Jangan hanya menyalahkan aku. Ibu, anak-anak juga ikut salah.”
“Memangnya kenapa kami juga ikut salah?” tanya ibu sambil mengangkat tumpukan baju ke atas meja.
“Ibu dan anak-anak kan juga ikut makan dari hasilnya, Iya, gak?”
“Ya sudah, kita semua salah. Makanya kita sekarang menanggung akibatnya.”
Meskipun keadaan sudah begini, ayah dan ibu masih saja bertengkar. Aku segera mengemas barang-barangku dan kuletakkan di atas lemari plastikku agar tidak terkena air.
Kami sibuk menyelamatkan barang-barang untuk ditempatkan di tempat yang aman. Makin lama air banjir semakin tinggi. Tadinya hanya sebatas tumit, kini sudah mencapai betis bahkan hampir selutut.
Meskipun hujan masih deras, kami segera keluar rumah. Tetanggaku juga bernasib sama. Beramai-ramai, kami menuju rumah kepala desa. Hanya rumah beliau yang paling tinggi.
Di sana sudah banyak para tetangga.
“Baru kali ini ada banjir di daerah kita. Seumur-umur daerah ini tidak pernah banjir.”
Mereka menggerutu sambil mengibaskan baju dan celananya yang basah.
“Iya. Tahun-tahun lalu, meskipun hujan lebih lebat daripada ini, ya gak pernah banjir.
Sekarang, baru hujan sebentar saja sudah banjir.” Ayah menimpali pembicaraan mereka.
Aku, ibu dan adik-adikku menuju ke ruang tengah Kulihat wajah ibu-ibu yang kusut.
Di wajah mereka terbayang kesedihan mendalam. Mereka tentu mengkhawatirkan rumah dan isinya yang terendam banjir. Belum lagi binatang piaraan mereka, seperti ayam, kambing, atau sapi. Kulihat bayi dan anak-anak kecil yang mulai menangis. Mungkin mereka kedinginan.
Kulihat adikku duduk di dekat ibu. Aku bersama teman-temanku.
Suasana mulai hening. Tiba-tiba Bapak Mantri hutan angkat bicara. “Bapak-bapak dan ibu-ibu, mari kita mengambil hikmah dari peristiwa ini. Mungkin banjir ini sebagai teguran Tuhan kepada kita. Jika kita merusak alam, dia akan murka. Akhirnya kita yang menanggung akibatnya. Semoga kita semua sadar. Jika hutan gundul, air hujan tidak bisa terserap ke dalam tanah. Akibatnya ya banjir bandang seperti ini. Peristiwa ini mungkin akan terjadi setiap hujan lebat. Bahkan pada tahun-tahun berikutnya kita harus menerima kenyataan pahit ini.”
Samar-samar kudengar Bapak-bapak asyik berbicara. Aku tak acuh dengan pembicaraan mereka. Aku duduk bersandar tiang kayu jati. Pikiranku berkecamuk. Aku teringat cerita ibu beberapa hari lalu.
“Orang tua ayahmu sangat kaya. Sebelum lulus SMA, ayahmu minta menikah dengan ibu. Ayahmu diusir dari rumah. Setelah menikah, ayahmu bekerja sebagai blandhong, mencuri kayu jati di hutan. Ketika kamu masih kecil, ayahmu dan orang kampung mencuri kayu setiap hari untuk dijual. Akibatnya hutan jati di daerah ini benar-benar gundul.”
Cerita ibu terus terngiang di telingaku. “Dengan kayu curian itu, ayahmu membuat rumah ini meskipun hanya berdinding bambu. Pemerintah berusaha mereboisasinya, namun setiap kayunya mulai besar, dicuri lagi. Usaha pemerintah sia-sia. Pemerintah tetap mereboisasi hutan melalui kerja sama dengan penduduk. Kami diajak menanam tumpangsari antara pohon jati dengan jagung atau kedelai. Kesadaran masyarakat memang rendah, sulit diingatkan.”
Mungkin kami harus terus menuai air mata. Selama kesadaran masyarakat tentang pentingnya hutan masih rendah, banjir bandang akan terus berulang. Semoga masyarakat bisa mengambil pelajaran.
Diambil dari Kumpulan Cerpen “Menuai Air Mata”
Karya: Siti Nuryani
2. Simpulkan unsur-unsur pembangun teks cerita pendek di atas dan sertakan bukti pendukungnya!
Lembar Jawaban
Kelompok : ...
Ketua : ...
Amggota : 1. ...
2. ...
3. ...
Kesimpulan dan Bukti Pendukung dari Cerpen “Menuai Air Mata”
No Unsur Pembangun Cerpen Simpulan Bukti Pendukung 1. Tema
2. Amanat
3. Latar Tempat
4. Latar Waktu
5. Sudut Pandang Pengarang
1. Penilaian Sikap Sosial Peserta Didik
Instrumen Penilaian Diri Sikap Sosial Peserta Didik
Nama/NISN : ... /...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/1
Tema : Unsur Pembangun Karya Sastra (cerpen)
Kompetensi dasar : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar
Hari/Tanggal : Senin, 24 April 2022
No Sikap Pernyataan 4 3 2 1 Predikat
1 Jujur Saya menyampaikan hasil praktik atau diskusi apa adanya
Saya menyampaikan alasan sebenarnya jika tidak mengerjakan tugas
2 Disiplin Saya masuk kelas tepat waktu Saya mengerjakan tugas tepat waktu 3 Tanggung
Jawab
Saya mengerjakan tugas kelompok sesuai pembagiannya
Saya menerima resiko atas perbuatan yang dilakukannya
4 Peduli Lingkungan
Saya tidak mengotori ruang kelas Saya tidak membuang sampah sembarangan
5 Santun Saya tidak mencela pekerjaan atau karya orang lain
Saya tidak menyela saat guru atau orang lain sedang berbicara
Keterangan : 4 = selalu, 3 = sering, 2 = jarang, 1 = tidak pernah
2. Penilaian Pengetahuan (Penugasan) a. Soal:
Berdasarkan cerpen “Menuai Air Mata yang terdapat pada LKPD di atas simpulkanlah unsur-unsur pembangun karya sastra dan tuliskan juga bukti pendukungnya!
No Unsur Pembangun Cerpen Simpulan Bukti Pendukung 1. Latar Suasana
2. Plot/Alur
3. Tokoh utama dan Perwatakannya 4. Tokoh Sampingan dan
Perwatakannya
5. Tokoh Sampingan dan Perwatakannya
b. Rubrik Penilaian dan Penskoran
No Diskriptor Sk
or 1. Mampu menyimpulkan 5 unsur karya sastra disertai dengan bukti yang
tepat
50 2. Mampu menyimpulkan 4 unsur karya sastra disertai dengan bukti yang
tepat
40 3. Mampu menyimpulkan 3 unsur karya sastra disertai dengan bukti yang
tepat
30 4. Mampu menyimpulkan 2 unsur karya sastra disertai dengan bukti yang
tepat
20 5. Mampu menyimpulkan 1 unsur karya sastra disertai dengan bukti yang
tepat
10
6. Tidak mampu menyimpulkan unsur karya sastra 0
Nilai Akhir = Skor yang diperoleh : Skor Maksimal (50)
3. Penilaian Keterampilan a. Lembar Pengamatan
Lembar Pengamatan Penilaian Keterampilan (Unjuk Kerja)
Satuan Pendidikan : SMP NEGERI 3 WOHA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/1
Tema : Unsur Pembangun Karya Sastra (cerpen) Pelajaran ke : 2
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.
Indikator : Peserta didik mampu menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari pendek yang dibaca atau didengar.
No Kelompok Menyimpulkan Unsur-unsur Karya Sastra
Menentukan Bukti Pendukung Sastra Sastra
Jumlah Skor
1 I
2 II
3 III
4 IV
b. Rubrik Penilaian
No Keterampilan yang Dinilai Skor Rubrik 1 Simpulan Unsur Karya Sastra 50 Terdapat 5 unsur karya sastra
40 Terdapat 4 unsur karya sastra 30 Terdapat 3 unsur karya sastra 20 Terdapat 2 unsur karya sastra 10 Terdapat 1 unsur karya sastra
Skor maksimal 50 Menyimpulkan lengkap 5 unsur
pembangun karya sastra (cerpen) 2 Menyertakan bukti pendukung
unsur karya sastra
50 Menyertakan bukti pendukung dari 5 unsur karya sastra
40 Menyertakan bukti pendukung dari 4 unsur karya sastra
30 Menyertakan bukti pendukung dari 3 unsur karya sastra
20 Menyertakan bukti pendukung dari 2 unsur karya sastra
10 Menyertakan bukti pendukung dari 1 unsur karya sastra
Skor maksimal 50 Menyertakan bukti pendukung lengkap dari 5 unsur karya sastra (cerpen)
SOAL-SOAL UNTUK PERSIAPAN PENILAIAN SUMATIF Satuan Pendidikan : SMP NEGERI 3 WOHA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/1
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.
Jenis : Uraian dan Pilihan Ganda
Alokasi Waktu : 2x40 menit Soal Uraian
Bacalah secara seksama cerita pendek yang berjudul “ Laki-Laki Pembawa Gondi “ Karya Budi Darma berikut ini! (siswa mendapatkan teks cerpen dari guru)
1. Tuliskan tokoh dan watak dalam cerita teks cerpen di atas beserta bukti kutipan ceritanya!
2. Tentukan alur yang digunakan dalam kutipan teks cerita di atas berseta buktinya!
3. Tentukan latar tempat, waktu, dan suasana dalam teks cerita di atas yang dibuktikan dengan teks yang terdapat dalam kutipan cerita
4. Bagaimana sudut pandang (posisi) pengarang dalam cerita di atas!
5. Jelaskan amanat atau pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen yang kalian baca!
Pedoman penskoran
Soal Pedoman Penskoran Skor 1 Peserta didik menuliskan tokoh dan watak beserta bukti secara lengkap 2 Peserta didik menuli Peserta didik menuliskan tokoh dan watak beserta bukti kurang lengkap 1 Peserta didik tidak menuliskan tokoh dan watak beserta bukti 0 2
Peserta didik me Peserta didik menentukan alur beserta bukti secara lengkap 2 Peserta didik menentukan alur beserta bukti kurang lengkap 1 Peserta didik tidak menentukan alur beserta bukti secara lengkap 0 3 Peserta didik menentukan latar tempat, waktu, suasana beserta bukti secara lengkap 2 Peserta didik menentukan latar tempat, waktu, suasana beserta bukti kurang lengkap 1 Peserta didik tidak menentukan latar tempat, waktu, suasana beserta bukti 0 4 Peserta didik menentukan sudut pandang (posisi) pengarang dengan tepat 2 Peserta didik menentukan sudut pandang (posisi) pengarang kurang tepat 1 Peserta didik tidak menentukan sudut pandang (posisi) pengarang 0 5 Peserta didik menjelaskan amanat/pesan pengarang secara tepat 2 Peserta didik menjelaskan amanat/pesan pengarang kurang tepat 1 Peserta didik tidak menjelaskan amanat/pesan pengarang 0 Keterangan
Nilai = Nilai yang diperoleh : skor maksimal x 100
Soal Pilihan Ganda 1. Bacalah teks berikut!
Bukti latar tempat pada teks tersebut ditandai nomor ....
A. (1) B. (2) C. (3) D. (4)
2. Bacalah kutipan cerpen berikut!
Amanat pada kutipan cerita tersebut adalah ...
A. Kita harus bermusyawarah untuk mufakat.
B. Dalam hidup ini kita harus memiliki tujuan.
C. Setiap permasalahan yang terjadi selalu ada solusinya.
D. Jika kita menghadapi masalah, jangan mudah berputus asa.
3. Bacalah teks berikut!
Latar waktu dan suasana pada teks tersebut adalah....
A. malam hari, menyedihkan C. siang Hari, menyedihkan B. pagi hari, gembira D. sore hari, gembira 4. Bacalah kutipan cerpen berikut !
Bukti latar tempat pada kutipan cerpen tersebut adalah di warung ditunjukkan bagian cerita nomor…
A. (1) B. (4) C. (3) D. (6)
(1) Dahulu sang Raja Burung itu berasal dari Gunung Merapi. (2) Kemudian ia bermigrasike beragam pulau. (3) Ia berpindah dari satu pulau ke pulau lain sesuai dengan musimnya.
(4) Namun, saat ini setelah tua sang Raja Burung kembali menetap dan menyepi di GunungMerapi.
”Ika, mari kita sama-sama berjuang. Oma akan berjuang melawan penyakit Oma. Kamu pun berjuang untuk menyesuaikan diri di Jakarta. Datanglah ke sini, kapan saja kamu mau. Bicara dengan Oma!” kata Oma Nani. Ika menghapus air matanya. Beban beratnya sudah hilang. ...
Matahari terseyum melihatku saat aku mulai terbangun dari mimpiku. Mimpi yang semalam nampak seperti nyata, yaaa… senang mimpi bertemu ayah dan ibuku. Sudah 4 tahun lamanya mereka meninggalkanku dan takkan kembali padaku. Tapi aku masih punya laki-laki yang selalu menjadi penyemangatku, yaitu Kak Bara. Bara Suseno adalah satu- satunya kakak laki-laki yang kupunya.
Wajah kedua tamuku mendadak berubah ketika Sulam masuk. Mereka makin bingung melihat Sulam terus melangkah dan berdiri tepat di sisiku. Kedua tamuku tentu tak mengenal Sulam.
“Pak,” kata Sulam tanpa ekspresi apa pun.
“Ya,” jawabku. “Nasi atau uang?”
Sulam diam. Diperlihatkannya padaku ujung celananya yang kuyup. Celana yang kedodoran itu nyangkut di perutnya dengan ikatan tali plastik.
“Nasi atau uang?” ulangku.
“Aku sudah punya uang,” jawab Sulam sambil membuka tangannya. Maka aku bangkit meninggalkan kedua tamuku yang duduk membisu.
6) Sepiring nasi dan segelas teh kuberikan pada Sulam. Dia duduk di lantai tepat di samping kursiku.
Sementara pengunjung lainnya asyik menyantap menu makanan yang dipesannya.
Pedoman Skor
Nilai : (Benar x 2) 100 5. Bacalah teks berikut!
Watak tokoh Nathan dalam teks tersebut adalah ....
A. tegas B. pemalas C. tidak konsisten D. Kurang Cermat
Kunci Jawab dan Pedoman Penskoran
Nomor Kunci Jawaban Pedoman Penskoran Skor
1 D Pilihan jawaban benar sesuai kunci jawaban 2
Pilihan Jawaban salah tidak sesuai kunci jawaban 0
2 D Pilihan jawaban benar sesuai kunci jawaban 2
Pilihan Jawaban salah tidak sesuai kunci jawaban 0
3 B Pilihan jawaban benar sesuai kunci jawaban 2
Pilihan Jawaban salah tidak sesuai kunci jawaban 0
4 D Pilihan jawaban benar sesuai kunci jawaban 2
Pilihan Jawaban salah tidak sesuai kunci jawaban 0
5 C Pilihan jawaban benar sesuai kunci jawaban 2
Pilihan Jawaban salah tidak sesuai kunci jawaban 0
“Permisi, Pak. Saya boleh masuk?” tanya Nathan izin kepada Bapak Direktur yang memimpin pertemuan. ”Silakan masuk, tetapi maaf proyekmu digantikan oleh Saudara Arkan.”“Kenapa, Pak?
Saya hanya telat 15 menit.” “Maaf, Saudara Nathan. Ini bukan masalah lama atau tidaknya Anda terlambat, tetapi initentang kekonsistenan Anda dalam bekerja,” jelas Bapak Direktur dengan tegas.