i LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BAKU TEH HIJAU DI PT RUMPUN SARI KEMUNING - 1
KARANGANYAR, JAWA TENGAH
Oleh:
DEDDY YURIA PRANATA DAMANIK NIM. 105100301111003
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “ Manajemen Pengadaan Bahan Baku Teh Hijau di PT.
Rumpun Sari Kemuning - 1 Karanganyar, Surakarta. Selama penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan saran, serta bantuan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Arif Hidayat , STP, M. AIT , selaku dosen pembimbing
atas segala bimbingan dan arahan selama penyusunan proposal hingga terselesaikannya laporan ini.
2. Bapak Dr. Ir. Nur Hidayat, MP, selaku Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.
3. Ibu Ika Atsari Dewi, STP.MP selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
4. Bapak Priyanto,selaku pembimbing lapang di PT Rumpun Sari Kemuning - 1
5. Ayah dan Ibu, atas segala dukungan baik secara material maupun secara rill.
6. My Beloved, Sonadia Gultom atas segala dukungan dan doanya, serta kak Octa dan bang Cimoy yang juga memberI dukungan dan semangat hingga terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berminat dan membutuhkan
Malang, Juni 2013
Penulis
v ABSTRAK
MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BAKU TEH HIJAU DI PT RUMPUN SARI KEMUNING - 1
KARANGANYAR – JAWA TENGAH Oleh
DEDDY YURIA PRANATA DAMANIK 105100301111003
Teh hijau merupakan produk olahan dari tanaman teh Camelia sinensis. Teh hijau diolah tanpa adanya proses fermentasi (oksidasi enzimatis). Ada 5 tahap dalam proses pengolahan teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1, yaitu : pelayuan, penggulungan, pengeringan awal, pengeringan akhir,dan sortasi. Pada proses pengolahan banyak hal yang mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan.
PT Rumpun Sari Kemuning - 1 menjadikan kebijakan pengadaan bahan baku menjadi salah satu persoalan penting bagi pihak manajemen. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat memenuhi target baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu, pengadaan bahan baku juga merupakan salah satu langkah mengatasi tingginya permintaan konsumen agar dapat mencapai keberhasilan manajemen industrial yang diinginkan. Pada PT Rumpun Sari Kemuning - 1, proses perancanaan dilakukan dengan metode 5W+1H, pengorganisasian dilakukan dengan memberi tanggung jawab kepada masing-masing jabatan yang diawasi oleh manajer, pelaksanaan meliputi analisis pemetikan dan penerimaan bahan baku harus sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan serta pengendalian yang terdiri dari pengendalian gulma dan hama penyakit yang dilaksanakan secara berkala.
Kata kunci : Teh hijau, PT. Rumpun Sari kemuning - 1, Manajemen pengadaan bahan baku.
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Tujuan ... 1
I.2.1 Tujuan Umum ... 1
I.2.2 Tujuan Khusus ... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
II.1 Industri Teh ... 3
II.2 Aspek-Aspek Dalam Industri ... 5
1 Lokasi Perusahaan dan Struktur Organisasi ... 5
2 Ketenagakerjaan ... 5
3 Proses Produksi ... 6
4 Mesin dan Peralatan ... 7
5 Pengendalian Mutu ... 7
6 Sanitasi dan Limbah ... 8
7 Pemasaran ... 8
II.3 Manajemen Pengadaan Bahan Baku ... 9
BAB III. METODE PELAKSANAAN ... 11
III.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 11
III.2 Bentuk Kegiatan ... 11
III.3 Materi Kegiatan ... 11
III.3.1. Tugas Umum ... 11
III.3.2. Tugas Khusus... 12
III.4 Jadwal Kegiatan ... 12
vii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15
IV.1 Sejarah Perusahaan ... 15
IV.2 Lokasi Perusahaan ... 16
IV.3 Sruktur Organisasi ... 17
IV.4 Ketenagakerjaan ... 17
IV.4.1 Perencanaan Tenaga Kerja ... 17
IV.4.2 Kompensasi ... 20
IV.5 Proses Produksi ... 21
IV.5.1 Bahan Baku ... 21
IV.5.2 Mesin dan Peralatan ... 22
IV.5.3 Proses Pengolahan ... 24
IV.5.4 Bahan Pengemas ... 29
IV.6 Tata Letak Fasilitas Produksi ... 32
IV.7 Pengendalian Mutu ... 34
IV.7.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku ... 34
IV.7.2 Pengendalian Mutu Poses ... 36
IV.7.3 Pengendalian Mutu Produk Akhir ... 38
IV.8 Sanitasi dan Limbah ... 46
IV.8.1 Sanitasi ... 46
IV.8.2 Limbah ... 48
IV.9 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 49
IV.10Pemasaran ... 51
IV.10.1 STP (Segmenting,Targetting,Positioning) ... 51
IV.10.2 Marketing Mix ... 52
BAB V. TUGAS KHUSUS ... 57
V.1 Perencanaan (Planning) ... 57
a. What ... 58
b. Why ... 58
c. Where ... 59
d. When ... 59
e. Who ... 59
f. How ... 59
V.2 Pengorganisasian (Organizing) ... 60
V.3 Pelaksanaan (Actuacting) ... 62
V.3.1 Penerimaan Bahan Baku ... 62
V.3.2 Analisis Pemetikan ... 64
viii
V.4 Pengendalian (Controling) ... 68
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
VI.1 Kesimpulan ... 69
VI.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN ... 75
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
Tabel II.1 Kandungan Zat dalam Daun Teh ... 4
Tabel III.1 Jadwal Pelaksanaan PKL ... 13
Tabel VI.1 Mesin dan Peralatan yang digunakan PT RSK - 1 ... 23
Tabel IV.2 Persyaratan Mutu Bahan Baku Teh Hijau ... 36
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar IV.1 Kemasan PSK... 30
Gambar IV.2 Kemasan PSB... 30
Gambar IV.3 Kemasan CM ... 31
Gambar IV.4 Kemasan Mutu 2 ... 32
Gambar IV.5 PSB ... 39
Gambar IV.6 PSK ... 40
Gambar IV.7 CM ... 41
Gambar IV.8 Dust ... 42
Gambar IV.9 Kempring ... 42
Gambar IV.10 Tulang ... 42
Gambar IV.11 Lokal 1 ... 42
Gambar IV.12 Lokal 2 ... 43
Gambar V.1 Pemetikan ... 63
Gambar V.2 Penimbangan pucuk daun teh ... 63
Gambar V.3 Pucuk daun teh siap kirim ... 64
Gambar V.4 Hamparan sebelum pembeberan pucuk ... 67
Gambar V.5 Hamparan sesudah pembeberan pucuk ... 67
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
Lampiran 1 Lokasi PT RSK - 1 ... 75
Lampiran 2 Peta Kebun PT RSK - 1 ... 76
Lampiran 3 Struktur Organisasi PT RSK - 1 ... 77
Lampiran 4 Pembagian wewenang di PT RSK - 1 ... 79
Lampiran 5 Perincian Jumlah Karyawan di PT RSK - 1 ... 85
Lampiran 6 Jenis-jenis Petikan Bahan Baku PT RSK - 1 ... 87
Lampiran 7 Mesin dan Peralatan PT RSK - 1 ... 89
Lampiran 8 Diagram Alir Pengolahan Teh Hijau di PT RSK - 1 .. 93
Lampiran 9 SOP Pengolahan Teh Hijau di PT RSK - 1 ... 96
Lampiran 10 Tata Letak Fasilitas di PT RSK - 1 ... 97
Lampiran 11 Pola Aliran Bahan di PT RSK - 1 ... 98
Lampiran 12 Penilaian Rasa Air Seduhan ... 99
Lampiran 13 Penilaian Warna Air Seduhan ... 99
Lampiran 14 Penilaian Warna Ampas ... 99
Lampiran 15 Deskripsi Produk ... 100
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Minuman teh hijau semakin hari semakin popular, posisinya berada pada urutan kedua sesudah air mineral. Selain memang menyegarkan, teh hijau mempunyai manfaat besar untuk kesehatan. Salah satu komponen aktif teh hijau adalah kafein. Kafein merupakan perangsang Sistem Saraf Pusat (SSP). Orang yang minum kafein merasakan tidak begitu mengantuk, tidak begitu lelah, dan daya pikirnya lebih cepat.
Peningkatan konsumsi teh hijau juga ditunjukkan dengan luas perkebunan teh yang semakin luas dari tahun ke tahun yang nantinya hasil dari perkebunan tersebut diolah menjadi teh hijau.
PT Rumpun Sari Kemuning - 1 merupakan salah satu perusahaan perkebunan dan juga pengolahan teh yang cukup berkualitas. Hal ini dapat ditinjau dari segi teknologi yang digunakan dan mutu produk yang dihasilkan. Seiring dengan peningkatan konsumsi teh yang menuntut produsen untuk meningkatkan produksinya, maka perlu dilakukan manajemen pengadaan bahan baku sebagai salah satu langkah mengatasi tingginya permintaan konsumen agar dapat mencapai keberhasilan manajemen industrialnya.
I.1 Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari aspek-aspek yang terkait dengan industri secara umum di PT Rumpun Sari Kemuning - 1.
I.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari Paktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari proses manajemen pengadaan bahan baku Teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1.
2
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Industri Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis) berbentuk pohon.
Tingginya biasa mencapai belasan meter..Teh biasa diminum panas atau dingin, sebagai minuman penyegar atau obat.
Banyak pula yang mencampurkan bahan-bahan tertentu untuk mengobati berbagai penyakit (Nazaruddin dan Paimin, 2003).
Menurut Venkatesan dan Ganapthy (2004) Berdasarkan cara pengolahannya, teh dibagi ke dalam tiga jenis yaitu teh fermentasi (teh hitam), teh semi fermentasi (teh oolong dan teh pouching) serta teh tanpa fermentasi (teh hijau).
Menurut Tuminah (2004), mengatakan dari sistem pengolahannya adalah jenis teh yang dihasilkan di Indonesia, yaitu:
1. Teh Hitam ( Black Tea)
Merupakan hasil pengolahan dari pucuk daun teh yang telah mengalami tahap fermentasi dan kebanyakan untuk diekspor.
2. Teh Hijau (Green Tea)
Teh yang diolah tanpa melalui fermentasi dan sebagian besar untuk keperluan dalam negeri.
3. Teh Wangi
Merupakan hasil kelanjutan yang diproses dari teh hijau sehingga dikenal sebagai proses peralihan dari teh hitam dan teh hijau, 7,5% untuk keperluan dalam negeri.
Daun teh segar mengandung air 74% sampai 77% dan sisanya merupakan bahan padatan. Jumlah padatan tersebut terdiri dari 52% tidak larut dalam air dan48% nya merupakan padatan yang larut dalam air. Presentase kandungan zat dalam teh dapat dilihat pada Tabel II.1
4
Tabel II.1 Kandungan Zat dalam Daun Teh Komposisi Kimia Persentase
(%)
Air 9,51
Bahan Nitrogen 24,50
Theine (Caffeine) 3,58
Minyak eteris 0,68
Lemak. Hijau daun, lilin 6,39
Dextrin 6,44
Tannin 15,56
Pectin, dll 16,02 Serat 11,58
Abu 5,65
Total 100
Sumber: Hermani dan Rahardjo (2006)
Untuk lebih memperkenalkan teh Indonesia kepada para konsumen, Indonesia telah memanfaatkan kegiatan- kegiatan promosi diluar negeri dan berusaha mencari daerah pasaran baru. Negara-negara Timur Tengah, terutama negara- negara kawasan Teluk Persia dan Arab Saudi telah menjadi daerah pasaran baru bagi teh Indonesia. Untuk menunjang tujuan jangka panjang, sebagai negara pengekspor teh, Indonesia telah melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan, baik dalam pengelolaan budidaya, panen dan pascapanen, prosesing (diversifikasi hasil dan peningkatan kualitas), sistem pemasaran, maupun usaha-usaha penelitian. Usaha ini sangat menunjang komoditi teh (Setyamidjaja, 2000). Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia (2009), perkembangan produksi teh hijau di Indonesia selama lima
5
tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan, yakni 0,65
%. Pada tahun 2005 lahan perkebunan teh Indonesia tercatat seluas 124.422 hektar, kemudian terus menggalami peningkatan pada tahun 2009 hingga 138.483 hektar.
II.2 Aspek-Aspek Dalam Industri
Secara garis besar aspek-aspek yang terkait dengan industri secara umum yaitu:
1. Lokasi Perusahaan dan Struktur Organisasi
Lokasi merupakan hal penting dari perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
(Assauri, 2004). Bentuk-bentuk struktur organisasi dibedakan menjadi 6, yaitu struktur organisasi garis, fungsional, garis dan staff, fungsional dan staff, komite dan matriks (Amirullah dan Hanafi, 2001).
2. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah orang penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan/disepakati sebelumnya (Assauri,2007). Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Menurut Silaban (2003), dalam kegiatan proses produksi yang dilakuakan oleh perusahaan setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih- lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik daripada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilaksanakannya penyelenggaraan
6
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi setiap pihak yang berperan didalamnya.
3. Proses Produksi
Proses produksi pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Baroto, 2002):
1.Proses produksi terus-menerus (Continous Process)
Prosess produksi berlangsung secara terus-menerus dan peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur rapi dengan memperhatikan urutan-urutan dalam menghasilkan produk tersebut, juga arus barang, serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi.
2. Proses produksi terputus-putus (Batch Process)
Kegiatan proses produksi dilakukan secara tidak standar atau putus-putus, tetapi didasarkan pada produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dapat bersifat fleksibel untuk dipergunakan dalam menghasilkan berbagai produk dengan berbagai ukuran.
3. Proses produksi yang bersifat proyek
Kegiatan produksi dilakukan pada tempat tertentu dan waktu yang berbeda-beda, sehingga peralatan produksi yang digunakan ditempatkan pada lokasi dimana proyek tersebut dilaksanakan pada saat yang direncanakan.
Secara umum tata letak dalam industri merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi yang dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu(Herjanto,2007):
a. Tata letak proses (process layout)
Tata letak proses (process layout) atau tata letak fungsional adalah penyusunan tata letak di mana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang sama. Model ini cocok untuk discrete production dan jika proses produksi tidak baku, yaitu perusahaan membuat berbagai jenis produk yang berbeda atau suatu produk dasar yang diproduksi dalam berbagai macam variasi.
7 b. Tata letak produk (product layout)
Tata letak produk (product layout) dipilih apabila proses produksinya telah distandardisasikan dan berproduksi dalam jumlah yang besar. Setiap produk akan melalui tahapan operasi yang sama sejak dari awal sampai akhir.
c. Tata letak posisi tetap (fixed layout)
Tata letak posisi tetap (fixed layout) dipilih apabila karena ukuran, bentuk ataupun karakteristik lain menyebabkan produknya tidak mungkin atau sukar untuk dipindahkan. Dengan demikian, produk tetap di tempat, sedangkan peralatan dan tenaga kerja yang mendatangi produk.
4. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan dari segi operasi produksinya dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu (Purnomo,2004):
1. Manual
Mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan tangan.
2. Mekanis
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk keperluan tertentu (baik bersifat umum atau khusus).
3. Automatis
Mesin dan peralatan yang digunakan secara full otomatis.
Kegiatan produksi produksi dikendalikan dalam unit produksi dengan sistem pengendalian otomatis tertentu, serta kegiatan sistem produksi terkendali dengan ruang pengendalian khusus merupakan contoh dari mesin dan peralatan automatis ini.
5. Pengendalian Mutu
Salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan perusahaan adalah tingkat mutu produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Mutu merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya dalam rangka menerapkan manajemen mutu. pemasaran dan riset pasar, desain/spesifikasi
8
rekayasa dan pengembangan produk, pengadaan, perencanaan dan pengembangan proses, produksi, inspeksi, pengujian, pengemasan dan penyimpanan, penjualan dan distribusi, pemasangan dan operasi, bantuan teknik dan perawatan, pembuangan purna pakai. Jika mutu tersebut tidak diawasi, maka akan timbul efek bagi perusahaan yaitu penanggungan biaya beban. Kerugian untuk jaminan mutu produk dan penurunan volume penjualan yang akan mengurangi profit margin perusahaan secara menyeluruh (Assauri, 2007).
6. Sanitasi dan Limbah
Menurut Arifin (2005), sanitasi adalah pengendalian terhadap sesuatu yang ingin dijaga terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan maupun pencemaran. Dalam proses pengolahan teh, sanitasi sangat penting untuk dilakukan demi menjaga kerusakan maupun tercemarnya produk teh
Limbah adalah produk akhir yang berupa material buangan dari sebuah proses pencucian, dekontaminasi atau proses metabolisme tubuh, yang dapat berbentuk cairan atau setengah padat (Darmadi, 2008).
7. Pemasaran
Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran, dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi (Kotler, 2004).
II.3. Manajemen Pengadaan Bahan Baku
9
Pengadaan mencakup pembelian peralatan, material, perlengkapan, tenaga kerja dan jasa yang dibutuhkan untuk pembangunan dan pelaksanaan suatu proyek. Dalam hal ini juga termasuk segala aktivitas yang berkaitan dengannya seperti pengangkutan dan pengiriman, penentuan rute dan pengapalan, penanganan material dan peralatan, pertanggungjawaban serta penyimpanan barang, dokumen penerimaan rampung dan pelepasan akhir dari barang surplus (kelebihan) pada akhir pekerjaan (Sudinarto, 2003).
Bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam suatu sistem produksi. Bahan baku berkaitan erat dengan produk akhir, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kebijakan pengadaan bahan baku menjadi salah satu persoalan penting bagi pihak manajemen (Rangkuti, 2004). Pucuk daun teh merupakan bahan hasil pertanian yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut diperlukan manajemen pengadaan bahan baku (Sudinarto, 2003).
10
BAB III METODE PELAKSANAAN III.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktek kerja lapang dilaksanakan selama satu bulan yang dimulai pada tanggal 14 Januari – 9 Februari 2013 bertempat di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
III.2 Bentuk Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapang adalah:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara melakukan diskusi dan wawancara secara langsung dengan staf dan para pekerja.
2. Mengamati secara langsung proses pengadaan bahan baku teh hijau yang dilakukan oleh para pekerja serta mendokumentasikan.
3. Praktek penanganan produk secara langsung yang didampingi oleh staf.
4. Mempelajari buku-buku dalam usaha mempelajari informasi yang berupa teori-teori yang mendukung data yang diperlukan.
III.3 Materi Kegiatan
Materi kegiatan dalam praktek kerja lapang (PKL) ini meliputi:
III.3.1 Tugas Umum
- Sejarah Perusahaan - Tujuan Perusahaan - Lokasi perusahaan - Struktur organisasi - Manajemen tenaga kerja - Sistem produksi
11 - Mesin dan peralatan - Tata letak fasilitas - Pengendalian mutu - Sanitasi dan Limbah
- Keselamatan dan Kesehatan Kerja
III.3.2 Tugas khusus
Manajemen pengadaan bahan baku teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1, meliputi:
- Perencanaan (planning) - Pengorganisasian (organizing) - Pelaksanaan (actuacting) - Pengawasan (controlling)
III.4 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Rincian jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat dilihat pada Tabel III. 2.
12
Tabel III.1 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)
13
14
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Sejarah Perusahaan
Perkebunan PT Rumpun dimiliki pertama kali oleh bangsa Belanda dengan nama NV Cultur Mascave Kemuning dengan alamat atau pusatnya adalah Nederland. Berdasarkan Undang-undang pemerintah Belanda pada tahun 1870 pasal 62 mengatur mengenai Hak Guna Usaha (HGU) yaitu, dengan jangka waktu 50 tahun kepemilikan akan menjadi milik kakak beradik warga Belanda yang bernama Johan dan Van Mendert Voort yang berkedudukan di Den Haaq, Belanda yang kemudian mengganti nama menjadi PT Rumpun Sari Kemuning – 1. Pada tahun 1990 tepatnya pada bulan Maret PT Rumpun bekerja sama dengan PT Astra di Jakarta sehingga menjadi PT Rumpun Sari Kemuning - 1, untuk manajemen perusahaannya dikendalikan oleh PT Astra, sedangkan PT Rumpun Sari Kemuning - 1 mengendalikan bagian pabrikasi.
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, diperlukan adanya visi yang sama dan misi yang harus dicapai sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Visi PT Rumpun Sari Kemuning - 1 adalah mempertahankan keberadaan kebun untuk kepentingan masyarakat, menjadi perusahaan yang tangguh, tumbuh dan berkembang dengan menekankan pada peningkatan kualitas kemitraan dan ramah lingkungan serta mempertahankan kepercayaan kepada publik bahwa perusahaan pantas diberi kepercayaan. Misi PT Rumpun Sari Kemuning - 1 adalah perusahaan ingin memperkenalkan pada masyarakat internasional bahwa produk teh PT Rumpun Sari Kemuning - 1 mempunyai kualitas super dan menghasilkan produk yang berkualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen.
IV.2 Lokasi Perusahaan
PT Rumpun Sari Kemuning - 1 mempunyai kantor pusat di Jalan Pemuda No 145 Semarang, Jawa Tengah. Untuk
16
perwakilannya di Puloayang Raya blok OR kawasan industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan Rumpun Sari Kemuning terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu, yaitu kira-kira 40 km dari Stasiun Balapan dan 8 km dari Tawamangu. Lokasi perkebunan Kemuning dan pabrik secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Desa : Kemuning
Kecamatan : Ngargoyoso Kabupaten : Karanganyar Karesidenan : Surakarta Provinsi : Jawa Tengah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Timur : Perhutani Gunung Lawu Barat : Kebun Karet PTP XVIII Utara : Kecamatan Jenawi
Selatan : Ngadungan Kecamatan Ngargoyoso Dilihat dari letak geografisnya, perkebunan teh PT Rumpun Sari Kemuning - 1 terletak pada 7,4oLS – 7,5o LS dan 11,1oBT – 11,25oBT. PT Rumpun Sari Kemuning terletak pada ketinggian 800-1540m dari atas permukaan laut dengan kemiringan 30o – 400. Pemilihan lokasi perkebunan atau pabrik dilakukan dengan beberapa pertimbangan, seperti ketersediaan bahan baku dan bahan penolong, fasilitas transportasi, iklim, dan faktor sosial. PT Rumpun Sari Kemuning - 1 sebagai perusahaan yang berlokasi di Desa Kemuning didirikan dengan pertimbangan berbagai aspek, seperti akses transportasi yang baik, ketersediaan bahan baku yang terjamin, ketersediaan air yang kontiniu, dan sebagainya. Untuk kelemahan di lokasi ini sendiri, yaitu sulitnya tenaga kerja yang akan digunakan sebagai tenaga pemetik pada kebun, hal ini terjadi dikarenakan masyarakat sekitar yang banyak merantau ataupun bekerja keluar daerah sehingga tenaga kerja yang akan dipakai semakin sedikit. Lokasi PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan untuk peta kebun PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat pada Lampiran 2.
17 IV. 3 Struktur Organisasi
Pengaturan dan kebijakan sepenuhnya PT Rumpun Sari Kemuning - 1berada pada direksi yang berkedudukan di Jl.
Pemuda No. 145, Semarang, Jawa Tengah. Untuk menjalankan tugas dan program dari direksi diserahkan kepada bagian organisasi perkebunan teh PT Rumpun Sari Kemuning - 1.
Bentuk organisasi yang diterapkan di PT Rumpun Sari Kemuning – 1 adalah sistem lini atau garis. Sistem ini di setiap bawahan bertanggung jawab kepada setiap atasannya menurut garis vertikal. Sistem garis atau lini ini merupakan wewenang yaitu atasan mendelegasikan sebagian wewenang kepada bawahannya begitu seterusnya.
Struktur organisasi garis memiliki keuntungan yaitu memudahkan pengendalian kegiatan-kegiatan perusahaan dan mempermudah sistem pengupahaan, motivasi dan pengendalian yang sederhana dan informal, sedangkan kekurangan dari struktur organisasi ini adalah sangat tergantung pada pimpinan perusahaan, sehingga pimpinan menanggung beban pekerjaan yang cukup besar dan kegiatan-kegiatan lebih terpusat pada operasi harian (Soegoto, 2009). Struktur organisasi PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan untuk pembagian wewenang masing- masing jabatan dapat dilihat pada Lampiran 4.
IV.4 Ketenagakerjaan
IV.4.1 Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan tenaga kerja adalah proses penentuan kebutuhan tenaga kerja dalam suatu organisasi atau perusahaan. Perencanaan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk (Hariandja, 2002):
- Memastikan jumlah tenaga kerja untuk pekerjaan yang tepat, di tempat yang tepat, dan pada waktu yang tepat (right man in the right place and in the right time)
- Mengurangi pergantian tenaga kerja (turn over) yang berlebihan & absensi yang tinggi.
18
- Meramalkan kebutuhan masa depan yaitu ketersediaan pembiayaan.
- Memfasilitasi program pelatihan dan pengembangan.
- Memastikan organisasi responsif terhadap perubahan lingkungan dan teknologi.
- Meningkatkan produktivitas yang membantu untuk mencapai tujuan organisasi.
Sistem penerimaan tenaga kerja/karyawan di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 lebih didominasi dengan sistem penerimaan tenaga kerja secara internal, yaitu tenaga kerja yang di terima di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 mayoritas orang-orang yang berada di sekitar pabrik. Akan tetapi, untuk penempatan jabatan sebagai manajer sistem perekrutan tenaga kerja dilakukan dengan cara penerimaan tenaga kerja secara eksternal yang dilakukan oleh tim HRD kantor pusat yang berada di Jakarta serta dengan mempertimbangkankan kenaikan jabatan dari karyawan yang dianggap berpotensi oleh perusahaan. Untuk pelatihan karyawan, PT Rumpun Sari Kemuning - 1 hanya memberi pelatihan kepada karyawan yang berada pada bagian pabrik dengan sistem off the job training, yaitu menempatkan karyawan pada perusahaan lain yang sama bidangnya dengan PT Rumpun Sari Kemuning - 1, seperti PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang berada di Bandung, Jawa Barat.
PT Rumpun Sari Kemuning - 1 memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 609 orang yang paling banyak berada pada karyawan pada bagian tanaman sebanyak 519 orang, diikuti dengan bagian pabrik sebanyak 74 orang, dan terakhir pada bagian administrasi sebanyak 18 orang. Perincian jumlah karyawan dapat dilihat pada Lampiran 5. Jumlah karyawan di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 didominasi oleh jenis kelamin perempuan yang paling banyak berada pada tenaga pemetik, hal ini terjadi dikarenakan tenaga pemetik perempuan dianggap lebih ulet dan teliti oleh perusahaan dalam proses pemetikan dibandingkan dengan laki-laki. Karyawan dibagi
19
berdasarkan beberapa golongan yaitu karyawan staff, non staff, dan bulanan yang menjadi tanggung jawab direksi pusat, sedangkan karyawan harian, tetap, musiman dan borongan merupakan karyawan yang bekerja dalam shift-shift yang telah ditentukan oleh perusahaan dan diacak secara berkala.
Sistem pengaturan jam kerja yang dilaksanakan PT Rumpun Sari Kemuning - 1 adalah:
a. Jam kerja untuk pekerja pabrik/karyawan shift.
- Shift 1 pukul 07.00-14.00 WIB - Shift 2 pukul 14.00-21.00 WIB - Shift 3 pukul 21.00-01.00 WIB
Karyawan yang bekerja dalam shift tersebut tidak dialokasikan jam istirahat, istirahat yang dilakukan karyawan yang bekerja dalam shift bergantian dengan karyawan lainnya yang bekerja pada satu shift karena karyawan yang bekerja dalam shift alat dan mesin yang digunakan terus berproduksi dan jika ada lembur maka ada penambahan waktu hingga 2 jam yang berlaku untuk shift 1 dan shift 2, sedangkan shift 3 tidak ada lembur karena waktu yang sudah cukup larut malam. Untuk pekerja pabrik ini didominasi oleh pekerja laki-laki meskipun ada beberapa orang perempuan, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pekerjaan yang memang membutuhkan banyak tenaga dan khusus untuk shift 3, semua pekerjanya adalah laki-laki.
b. Jam kerja untuk karyawan non-shift.
Karyawan non-shift bekerja 8 jam sehari, yaitu mulai pukul 06.00-14.00 WIB untuk pekerja kebun sedangkan untuk pekerja kantor bekerja 7 jam sehari Untuk jam istirahat, yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB.
IV.4.2 Kompensasi
Sistem penggajian di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi PT Rumpun Sari Kemuning - 1 memberikan gaji dan upah kepada karyawan sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Karanganyar sebesar Rp.896.000,00-. Untuk pemberian gaji kepada karyawan staff, non-staff, dan bulanan dibayarkan
20
langsung oleh direksi pusat, sedangkan untuk pembayaran gaji karyawan harian, musiman, dan borongan dibayarkan langsung oleh bagian administrasi PT Rumpun Sari Kemuning - 1.
PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dalam meningkatkan gairah kerja dan produktivitas serta dalam rangka menjalankan fungsi sosial maka berbagai kebutuhan yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan mendapat perhatian dari perusahaan. Perusahaan membantu karyawan beserta keluarganya dengan menyediakan kompensasi dan fasilitas atas kebijaksanaan dan kemampuan perusahaan. Setiap karyawan (pekerja) beserta keluarganya dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan antara lain:
a. Perumahan dan sarana penunjang keluarga untuk karyawan khususnya administrator, kepala kebun, dan kepala pabrik yang dianggap perantau.
b. Pendidikan untuk anak-anak karyawan (Taman Kanak- kanak)
c. Peralatan dan fasilitas olahraga untuk karyawan antara lain: lapangan badminton
d. Pemberian bonus jika perusahaan mendapatkan laba yang cukup banyak diakhir tahun kepada karyawan staff dan karyawan tetap dan tunjangan hari raya (THR) untuk karyawan staff dan karyawan tetap
e. Pelayanan kesehatan untuk karyawan antara lain:
pemeriksaan kesehatan bagi karyawan staff dan anggota keluarganya, program KB bagi istri dari karyawan staff, pemeriksaan ibu hamil bagi istri karyawan tetap dan bantuan melahirkan serta tunjangan kecelakaan kerja bagi semua tenaga kerja.
f. Promosi dan penghargaan bagi karyawan yang dianggap teladan dan rajin dengan memberikan Surat Pengangkatan (SK) dan gaji sesuai jabatan.
g. Bantuan sosial antara lain: sumbangan kematian bagi semua tenaga kerja di PT Rumpun Sari Kemuning - 1, pernikahan bagi anggota keluarga karyawan staff dan
21
tetap dan lain-lain yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
h. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh pegawai, karyawan staff dan karyawan tetap selama jam kerja, seperti mobil dan sepeda motor dinas.
Fasilitas – fasilitas dan bantuan yang sudah diberikan perusahaan kepada karyawan tersebut cukup memadai dan sangat membantu dalam peningkatan kesejahteraan para karyawan. Dengan fasilitas dan bantuan yang telah diberikan perusahaan tersebut tentu diharapkan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan dan produktivitas perusahaan.
IV.5 Proses Produksi IV.5.1 Bahan Baku
Bahan baku merupakan sesuatu yang penting untuk menunjang kelancaran proses produksi. Bahan baku yang digunakan pada proses pengolahan teh hijau PT Rumpun Sari Kemuning - 1 adalah daun teh yang masih muda. Pemetikan produksi yang di terapkan PT Rumpun Sari Kemuning - 1 adalah petikan sedang. Rumus petikan sedang terdiri atas peko dengan 1 daun (p+1), peko dengan 2 daun (p+2), dan peko dengan 3 daun (p+3), sedangkan untuk petikan burung rumus yang digunakan adalah pucuk burung dengan 1 daun muda (b+1m) dan pucuk burung dengan 2 daun (b+2m). Penerapan petikan medium ini bertujuan agar petikan kasar dan petikan halus sekaligus terikut, jika dilakukan petikan halus saja, tidak terjangkau biayanya dan kuantitasnya. Pucuk yang dipetik tidak boleh rusak oleh genggaman dan gangguan-gangguan lain yang dapat menyebabkan terjadinya oksidasi enzimatis sehingga akan mengurangi kualitas teh yang akan dihasilkan pada proses pengolahan. Jenis-jenis petikan bahan baku teh hijau dapat dilihat pada Lampiran 6.
22 IV.5.2 Mesin dan Peralatan
Mesin produksi merupakan salah satu syarat pokok dalam mendirikan suatu industri atau usaha. Mesin dan peralatan merupakan salah satu faktor penting di dalam proses produksi teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1. Oleh karena itu, pemilihan serta penempatan mesin dan peralatan yang sesuai sangat menunjang kelancaran proses produksi.
Mesin dan peralatan yang tepat harus memenuhi desain proses dan produk perusahaan serta dapat memperlancar arus barang atau material dalam jalur produksi (Assauri, 2004).
Secara umum jenis mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 bersifat semi otomatis dan ada juga yang manual. Mesin dan peralatan tersebut mempunyai fungsi dan kapasitas yang dapat meningkatkan produktivitas produk akhir. Kerja mesin adalah saat mesin-mesin itu digunakan dan perawatan yang dilakukan adalah setiap minggu sedangkan untuk kebersihan dilakukan setiap sebelum menggunakan dan setelah menggunakan alat tersebut. Mesin peralatan produksi yang bersifat manual merupakan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan tangan atau kerja manusia. Mesin dan peralatan produksi semi otomatis merupakan mesin dan peralatan yang digunakan untuk keperluan tertentu (baik bersifat umum atau khusus) (Tampubolon, 2004). Fungsi dan nama alat yang digunakan PT Rumpun Sari Kemuning - 1 disajikan pada Tabel VI.3 Untuk gambar mesin dan peralatan yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat pada Lampiran 7.
23
Tabel IV.1 Mesin dan Peralatan yang digunakan PT RSK - 1
Nama Alat Fungsi Kapasitas
Produksi Timbangan
(manual)
Mengetahui berat pucuk daun teh
100 kg
Hand Truck (manual)
Memindahkan waring-waring yang berisi
pucuk dari timbangan ke
hamparan
90 kg
Rotary Panner (otomatis)
Pelayuan daun teh
425 kg/jam
Jakcson Roller (semi otomatis)
Menggulung daun teh
80 kg/jam
Endless Chain pressure (ECP) (semi otomatis)
Mengeringkan daun teh hingga
40-45%
300-350 kg/jam
Rotary Dryer (otomatis)
Mengeringkan daun teh setelah
dari ECP
100 kg/jam
24
Tabel IV.1 Mesin dan Peralatan yang digunakan PT RSK - 1 (lanjutan)
Nama Alat Fungsi Kapasitas
Produksi Ball Tea
(otomatis)
Mengeringkan daun teh
800kg-1000g /12 jam untuk ukuran kecil dan 1800-
2000 kg untuk ukuran besar
Meksy Layer (semi otomatis)
Memisahkan teh hijau kering berdasarkan ukuran partikelnya Middleton
(semi otomatis)
Memisahkan tulang dari komponen teh
lainnya
Suction Winnower (semi otomatis)
Memisahkan teh hijau berdasarkan
beratnya
Separator (semi otomatis)
Sortasi terakhir
Sumber: PT Rumpun Sari Kemuning - 1 (2013)
25 IV.5.3 Proses Pengolahan
PT Rumpun Sari Kemuning - 1 telah menggunakan teknologi yang maju sesuai dengan standar dalam memproduksi teh hijau. Hal ini untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi akan kebutuhan teh hijau. Proses produksi teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 terdiri dari 6 pengolahan, yaitu: pelayuan, penggulungan, pengeringan awal, pengeringan semi, pengeringan akhir dan sortasi. Untuk diagram alir proses produks teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat pada Lampiran 8.
a. Pelayuan
Proses pelayuan merupakan tahapan awal yang paling menentukan dalam menentukan kualitas akhir dari teh hijau.
Proses pelayuan bertujuan untuk:
- Mengurangi kadar air pucuk daun teh hingga didapat derajat layu 60-70%
- Menonaktifkan enzim polifenol oksiduste yang terdapat pada daun teh, sehingga tidak terjadi proses fermentasi (oksidasi enzimatis)
- Melemaskan daun agar tidak mudah patah dan mempermudah proses penggulungan
Pada PT Rumpun Sari Kemuning - 1 proses pelayuan dilakukan dengan mengalirkan sejumlah pucuk secara kontiniu ke dalam Rotary panner dengan kapasitas 850 kg/jam. Suhu yang digunakan sebesar 80oC-120oC. Jika proses pelayuan menggunakan suhu < 80oC akan mengakibatkan daun teh menjadi lemas, akibatnya daun teh dapat mengalami fermentasi. Jika suhu pelayuan >120oC, daun akan menjadi gosong, klorofil rusak dan daun akan sulit dibentuk. Waktu yang digunakan pada proses pelayuan sekitar 4-8 menit.
b. Penggulungan
Proses penggulungan bertujuan untuk mememarkan daun, membentuk gulungan awal dan untuk mengeluarkan
26
cairan gel dari daun yang melekatkan daun sehingga dapat menggulung. Pada pucuk teh yang masih muda, kandungan cairan (gel) pada daun relatif lebih banyak daripada daun teh tua, sehingga pucuk teh yang masih muda relatif mudah menggulung. Proses diupayakan dapat mencapai tingkat penggulungan secara optimum dengan menekan tingkat hancur seminimal mungkin.
Alat yang digunakan dalam proses penggulungan adalah Jackson Roller. Cara kerja mesin penggulungan adalah daun teh layu dari mesin pelayuan ditimbang sebanyak 80 kg dan waktu yang digunakan 15 – 20 menit, kemudian dihampar supaya cepat dingin, daun teh masuk melalui hopper ditampung dalam silinder dank arena adanya perputaran dan goyangan silinder nampan sehingga daun akan tergulung. Pucuk yang telah melalui tahap penggulungan secepatnya dilakukan tahap pengeringan awal dengan ECP (Endless Chain Pressure) untuk mencegah fermentasi. Fermentasi bisa terjadi karena sel-sel daun yang telah pecah akan bereaksi dengan oksigen bebas.
c. Pengeringan Awal
Pengeringan awal bertujuan untuk mengurangi kadar air pucuk yang telah tergulung menjadi + 65%, untuk mempertahankan gulungan supaya gulungan tidak pudar dengan pengurangan kadar air sedikit demi sedikit, inaktifasi enzim polifenol oksiduste sehingga proses fermentasi tidak terjadi. Aktivitas enzim polifenol oksiduste akan terhenti pada suhu 90oC.
Proses pengeringan awal pada PT Rumpun Sari Kemuning - 1 menggunakan mesin ECP (Endless Chain Pressure) dengan kapasitas 150kg, dengan suhu pemanasan 110-125oC yang dikontrol menggunakan termostat dengan lama proses + 30 menit. Hasil pengeringan ini berupa pucuk yang bila diremas tidak keluar air dan tidak hancur serta warna tetap hijau. Apabila suhu pengeringan terlalu tinggi akan didapat hasil yang terlalu kering. Bila suhu terlalu
27
rendah maka sisa enzim menjadi aktif dan daya penguapan air menjadi rendah.
d. Pengeringan Semi
Proses pengeringan semi bertujuan untuk mengurangi kadar air menjadi 35% dan membentuk gulungan melintir atau spiral. Pengeringan semi di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 menggunakan Rotary Dryer kapasitas 80-90 kg. Suhu yang digunakan adalah 80oC dengan waktu 45-60 menit.
e. Pengeringan Akhir
Pengeringan akhir bertujuan untuk mengurangi kadar air menjadi 3-4%, dan membentuk gulungan yang sempurna (bulat, melintir, dan mengkilat). Proses ini menggunakan mesin Ball Tea, yang merupakan silinder dengan kecepatan putar 17- 19 rpm. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan akhir antara 8-12 jam dengan suhu 100oC. Kadar air maksimal untuk teh kering yang dihasilkan dari Ball Tea adalah 3-4%. Jika kadar air teh lebih dari 4%, maka teh masih kurang kering dan mengurangi umur simpan, sedangkan jika kadar air kurang dari 3% mengakibatkan teh terlalu kering sehingga mudah hancur pada saat sortasi dan akan masuk pada kualiltas lokal.
Ball Tea yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 ada 2 jenis, yaitu Ball Tea berkapasitas besar dan kecil.
Ball Tea besar berkapasitas 1800-2000 kg, waktu pengeringannya 10-13 jam, dengan suhu 125-1500C. Untuk Ball Tea kecil berkapasitas 800-1000 kg, waktu pengeringannya 7-8 jam, dengan suhu pengeringan 100- 1250C. Setelah proses pengeringan akhir selesai, maka dilakukan proses polishing yang bertujuan untuk menyeragamkan warna teh kering menjadi agak mengkilat.
Proses polishing ini ada dua macam yaitu polishing sebelum dan sesudah sortasi.
Polishing sebelum sortasi dilakukan dengan Ball Tea selama 1,5 jam (1 jam tanpa menggunakan blower, dan 0,5
28
jam menggunakan panas dari blower tapi alat tetap berputar).
Teh hasil polishing ini adalah keringan murni yang selanjutnya dilakukan analisa kering. Polisihing sesudah sortasi dan sebelum pengemasan dilakukan dengan Ball Tea dengan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 2-3 jam (15 menit menggunakan blower dengan pemanasan dan selama 1 jam 45 menit menggunakan blower tanpa pemanasan), polishing ini bertujuan untuk memperkuat pilinan pada teh, dan untuk menurunkan kadar air sebelum teh hijau dikemas.
f. Sortasi
Proses sortasi bertujuan untuk memisahkan produk teh Berdasarkan mutu mutunya masing-masing, menyeragamkan bentuk dan ukuran juga memisahkan teh dari benda-benda asing yang tidak diinginkan. Grading di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dibedakan menjadi 2 mutu, yaitu:
- Mutu 1 (eksport) terdiri dari PSK (Peko Super Kecil), PSB (Peko Super Besar), CM (Chun Me).
- Mutu 2(lokal) terdiri dari Lokal 1, Lokal 2, Kempring, Tulang, dan Dust.
Selain Mutu 1 dan Mutu 2adalah keringan murn, yaitu hasil keringan Ball Tea yang belum disortir Berdasarkan Mutu nya. Proses sortasi dilakukan dengan 4 alat, yaitu Meksy, Middleton, Winnower, Separator. Mesin Meksy digunakan untuk memisahkan partikel berdasarkan besar kecinya partikel teh. Mesin Middleton digunakan untuk memisahkan tulang dari komponen teh lainnya. Mesin Winnower berfungsi untuk memisahkan partikel teh Berdasarkan perbedaan berat ringan partikel. Mesin separator sebagai finishing atau pembersihan Mutu 1 dari tulang-tulang kecil. Untuk SOP produksi teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 tidak terdapat pada setiap stasiun pengolahan, pemberian atau penempelan label SOP hanya terdapat di beberapa bagian saja, seperti di laboratorium, penerimaan pucuk teh dan didalam gudang.
Pemberian label SOP seharusnya pada setiap stasiun
29
pengolahan, agar karyawan atau operator yang bertugas selalu berpedoman terhadap SOP yang telah ditetapkan untuk masing-masing stasiun pengolahan. SOP proses pengolahan teh hijau di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat pada Lampiran 9.
IV.5.4 Bahan Pengemas
Proses pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dan kerusakan fisik maupun kimia atau sebab lain yang dapat mengakibatkan kerusakan, mempermudah dala transportasi.
Bahan pengemas yang digunakan di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 untuk teh kering ada 3 jenis, yaitu inner sebagai kemasan primer, karung plastik sebagai kemasan sekunder, dan karung goni sebagai kemasan tersier, sedangkan untuk produk yang akan diekspor meneggunakan kemasan kuartener yang tebuat dari karung plastik. Proses pengemasan dilakukan menggunakan tenaga manusia, yaitu dengan sekop , kemudian dijahit dengan mesin jahit khusus. Cara pengemasan di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Mutu 1
Mutu 1 meliputi PSB (Peko Super Besar), PSK (Peko Super Kecil), CM (Chun Me). Sebelum ada pemesanan, teh disimpan sementara dengan dikemas menggunakan karung lokal dan dital rafia. Setelah ada pemesanan, teh dikemas 4 lapis dengan urutan inner sebagai kemasan primer yang terbuat dari plastik anti lembab 1 lembar ukuran 0,4x80x130 cm, karung plastik sebagai kemasan sekunder 1 lembar ukuran 80x130 cm, karung goni sebagai kemasan tersier 1 lembar dan karung plastik sebagai kemasan kuartener 1 lembar dengan ukuran yang sama.
Teh hijau jenis Peko Super Besar, Peko Super Kecil, dan CM (Chun Me) dibedakan berdasarkan cara pengemasan dan warna kemasan, yaitu:
30
a. PSK: urutan pengemasannya dengan inner yang terbuat dari plastik anti lembab sebagai kemasan primer, karung plastik yang terbuat dari plastik sebagai kemasan sekunder, karung goni yang terbuat dari serat rosella sebagai kemasan tersier, dan karung plastik yang terbuat dari plastik dengan corak garis warna hijau di tengah sebagai kemasan kuartener. Gambar kemasan Peko Super Kecil dapat dilihat pada Gambar IV.1.
Gambar IV. 1 Kemasan Peko Super Kecil b. PSB: urutan pengemasannya dengan inner yang
terbuat dari plastik anti lembab sebagai kemasan primer, karung plastik yang terbuat dari plastik sebagai kemasan sekunder, karung goni yang terbuat dari serat rosella sebagai kemasan tersier, dan karung plastik yang terbuat dari plastik dengan corak garis warna biru di tengah sebagai kemasan kuartener. Gambar kemasan PSB dapat dilihat pada Gambar IV.2.
31
Gambar IV. 2 Kemasan Peko Super Besar c. CM: urutan pengemasannya dengan inner yang
terbuat dari plastik anti lembab sebagai kemasan primer, karung plastik yang terbuat dari plastik sebagai kemasan sekunder, karung goni yang terbuat dari serat rosella sebagai kemasan tersier, dan karung plastik yang terbuat dari plastik yang diberi tanda. Cara menjahit karung dilakukan 5 kali penjahitan, yaitu 1 kali di karung plastik pertama, 2 kali penjahitan di karung goni dan karung plastik kedua. Gambar PSB dalam kemasan dapat dilihat pada Gambar IV.3.
Gambar IV. 3 Kemasan Chun Me
32 2. Mutu 2
Mutu 2terdiri dari Lokal 1, Lokal 2, kempring, tulang, dust. Cara pengemasan Mutu 2dilakukan dengan menggunakan 2 plastik dengan urutan 1 lembar plastik inner ukuran 0,2 x 75 x 115 cm dan 1 lembar karung plastik ukuran 75 x 115 cm.
Gambar mutu 2 dalam kemasan dapat dilihat pada Gambar IV.4.
Gambar IV. 4 Kemasan Mutu 2
IV.6 Tata Letak Fasilitas Produksi
Tata letak (layout) mesin pengolahan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses produksi. Tata letak yang teratur akan memperlancar proses produksi yang berlangsung. Penyusunan mesin dan peralatan harus mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya tahapan proses, peralatan yang ada, luas lantai, dan khusus untuk pabrik pengolahan bahan hasil pertanian perlu juga mempertimbangkan bahan baku mengingat selama pengolahan bahan baku masih melakukan metabolisme.
a. Tipe Tata Letak
33
Penyusunan tata letak fasilitas produksi yang ada pada pabrik teh PT Rumpun Sari Kemuning - 1 menggunakan tipe Product layout yang merupakan penyusunan mesin dan peralatan pabrik. Berdasarkan atas urutan-urutan proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dan dengan menggunakan mesin special purpose. Namun terdapat kelemahan dalam menggunakan tipe product layout, yaitu pekerjaan mudah terhenti apabila terjadi kegagalan ataupun kerusakan pada suatu mesin maupun peralatan karena proses berjalan sesuai dengan sequence (urutan) yang telah ditentukan. Keadaan tersebut diantisipasi dengan adanya redundancy (kelebihan) atau spare (cadangan) dari mesin dan peralatan tertentu yang digunakan. Untuk tata letak fasilitas produksi di PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat di Lampiran 10.
Tata letak fasilitas dari PT Rumpun Sari Kemuning - 1 termasuk product layout karena dari layout yang ada menunjukkan mesin disusun mengikuti pola dari proses pengolahan atau dengan kata lain penyusunan mesin dan peralatan menyesuaikan urutan dari proses pengolahan teh hijau tersebut. Dari lima jenis mesin yang digunakan oleh PT Rumpun Sari Kemuning - 1 semua difungsikan pada kegiatan proses harian, dan perusahaan ini tidak mempunyai mesin cadangan untuk produksinya, apabila terjadi kegagalan atau kerusakan dan perawatan maka akan dapat mengganggu jalannya proses (terhentinya proses) produksi.
b. Pola Aliran Bahan
Dalam pengaturan tata letak fasilitas, salah satu aspek yang digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah pola aliran bahan selama proses. Pola aliran bahan merupakan pola aliran yang dipakai untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi. PT Rumpun Sari Kemuning - 1 tetap memperhatikan pola aliran proses produksi yang mengalir dari satu proses pengolahan ke proses pengolahan selanjutnya berdasarkan pada luas area yang digunakan untuk proses pembuatan teh hijau tersebut. Untuk tipe aliran produk yang
34
digunakan oleh perusahaan PT Rumpun Sari Kemuning - 1 menggunakan tipe aliran produk odd angel. Pola aliran bahan PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dapat dilihat pada Lampiran 11.
Pola aliran bahan digolongkan ke dalam pola aliran odd angel angel karena dalam proses produksi terdapat beberapa pembelokan aliran bahan yang tidak beraturan untuk diolah ke proses selanjutnya sehingga ketika digambarkan pola alirannya akan berbentuk seperti pola yang tidak beraturan.
Pola aliran bahan pada PT Rumpun Sari Kemuning - 1 termasuk odd angle dapat terlihat seperti salah satu contoh ketika proses pengemasan. Proses ini dilakukan diluar pabrik dan setelah proses pengemasan selesai produk dibawa kembali kedalam gudang yang ada di dalam pabrik melewati area sortasi yang sudah dilewati sebelumnya, sehinggan alirannya tampak tidak beraturan.
IV.7 Pengendalian Mutu
IV.7.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas produk akhir (Ahyari,2002).
Bahkan didalam beberapa jenis perusahaan tertentu pengaruh kualitas bahan baku ini sedemikian besarnya, sehingga hampir seluruh kuailtas produk akhir ditentukan oleh kualitas bahan bakunya.
Pengendalian mutu bahan baku perlu dilakukan karena bahan baku merupakan faktor penentu bagus tidaknya produk akhir yang akan diperoleh. PT Rumpun Sari Kemuning - 1 melakukan pengendalian mutu bahan baku dengan menganalisa mutu pucuk bahan baku agar diperoleh bahan baku yang bagus dan memiliki mutu bagus. Analisa pucuk ini digunakan untuk memisahkan antara pucuk halus dengan pucuk kasar serta pucuk yang rusak dan bertujuan untuk mengetahui persentase bahan baku yang termasuk dalam Mutu Standar (MS) dan bahan baku yang Tidak Memenuhi Standar (TMS). Syarat minimal untuk analisa pucuk yang sudah ditetapkan oleh perusahaan adalah 40%
35
MS yang terdiri dari pucuk muda dan tangkai muda. Jika bahan baku pucuk teh dapat memenuhi Mutu Standar yang telah ditetapkan maka bahan baku pucuk teh tersebut dikategorikan sebagai bahan baku petikan halus yang nantinya akan akan digunakan sebagai bahan baku untuk kualitas eksport, dan sebaliknya jika bahan baku pucuk teh tersebut hasil persentasenya dibawah mutu standar yang telah ditentukan maka bahan baku pucuk teh tersebut dikategorikan sebagai bahan baku petikan kasar dan yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk lokal. Untuk bahan baku yang termasuk TMS (Tidak Memenuhi Standar) terdiri atas tangkai tua, burung tua, lembaran tua, daun rusak akibat cacar dan rusak fisik akibat kesalahan manusia (pemetik). Proses analisa pucuk dilakukan dengan mengambil beberapa sampel pucuk teh dan kemudian dibawa ke dalam laboratorium oleh petugas penganalisa pucuk. Hasil analisa pucuk ini digunakan sebagai pengendalian untuk menentukan kualitas produk olahan akhir. Adapun prosedur analisa yang digunakan oleh PT Rumpun Sari Kemuning - 1 untuk menentukan bahan baku yang berkualitas dengan cara:
- Diambil contoh secara acak per blok dari tiap-tiap waring sebanyak satu genggam kemudian dicampur rata.
- Diambil lagi contoh dari campuran sebanyak 200 gr.
- Dilakukan pemisahan antara pucuk yang halus dengan pucuk yang kasar yang dilakukan dengan pematahan. Proses pematahannya dilakukan dengan mematahkan pucuk dari bagian bawah hingga terdapat bagian dimana pucuk dapat patah. Bagian dimana pucuk dapat patah keatas termasuk pada pucuk yang halus, sedangkan bagian yang tidak dapat dipatahkan atau bagian bawah dari titik patah termasuk pada pucuk yang kasar dan pada pucuk yang rusak sisa dari daun-daun teh yang tersisa.
36
- Dihitung presentase pucuk yang termasuk petikan pucuk halus, kasar, dan rusak, dengan menggunakan rumus analisa kualitas pucuk basah sebagai berikut:
Sesuai dengan standar mutu teh hijau sebelum diolah yang dijelaskan dalam SNI 01-1898-2009 bahwa, standar mutu bahan baku teh hijau meliputi, kandungan berat logam, kandungan arsen , kandungan pestisida dan cemaran mikroba.
Sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Badan Standarisasi Nasional (BSI), seharusnya PT Rumpun Sari Kemuning - 1 menentukan kualitas atau mutu daun teh yang baik bukan hanya dengan melakukan analisis pucuk, tetapi melakukan pengujian terhadap kandungan logam berat, kandungan arsen dan kandungan pestisida yang kemungkinan terkontaminasi selama proses penyemprotan untuk pengendalian hama maupun penyakit dari daun teh tersebut.
Dengan demikian, mutu bahan baku benar –benar sesuai dengan SNI yang ada dan layak untuk diolah lebih lanjut.
Persyaratan mutu bahan baku teh hijau dapat dilihat pada Tabel IV.4.
Tabel IV.2 Persyaratan Mutu Bahan Baku teh HIjau
Kriteria Uji Persyaratan
Cemaran logam Maksimal 0.2 mg/kg Cemaran arsen Maksimal 0.1 mg/kg Cemaran mikroba 3 x 10 koloni/gram
Cemaran pestisida 5 mg/kg teh
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009) IV.7.2 Pengendalian Mutu Proses
Pengendalian mutu selama proses pengolahan dilakukan dari penerimaan pucuk sampai pengemasan agar
37
pelaksanaannya disesuaikan dengan masing-masing instruksi kerja yang ada. Pengawasan dilakukan oleh masing-masing mandor pada tiap-tiap proses.
a. Penerimaan Pucuk
Pengendalian mutu proses penerimaan pucuk dilakukan dengan pembatasan tumpukan waring pada saat proses penimbangan, yaitu hanya dengan 3 tumpukan dalam sekali proses penimbangan dan diangkut menggunakan hand truck ke tempat penghamparan pucuk. Pucuk yang tercecer diusahakn untuk tidak terinjak dan apabila masih layak dapat di masukkan kembali ke dalam waring.
b. Pelayuan
Pengontrolan pucuk selama pelayuan ini digunakan untuk mendapatkan pucuk yang tepat layu sehingga baik dan siap untuk proses selanjutnya. Parameter yang perlu di control dalam proses ini adalah suhu ruang, kelembapan ruangan, waktu pelayuan, kadar air dan kondisi pucuk. Suhu yang digunakan selama proses pelayuan sebesar 80-120oC dan waktunya 4-8 menit. Proses pelayuan akan dihentikan apabila kadar air dari pucuk mencapai 60-70% yang dapat diketahui dengan menggunakan thermometer higroskopis.
c. Penggulungan
Proses penggulungan dilakukan setelah proses pelayuan selesai menggunakan Jackson Roller. Waktu penggulungan merupakan parameter yang harus diperhatikan, karena jika waktu melebihi kisaran 15-20 menit maka pucuk tidak akan menggulung. Selain itu, jumlah pucuk yang dimasukkan ke dalam mesin juga tidak boleh lebih dari 80 kg.
d. Pengeringan
Proses yang harus dikontrol selama proses pengeringan:
38
- Suhu dari mesin yang digunakan, untuk pengeringan awal 110-125oC, pengeringan semi 80oC, dan pengeringan akhir sebesar 100oC.
- Waktu pengeringan, untuk pengeringan awal ± 30 menit, pengeringan semi 45-60 menit, dan pengeringan akhir 8-12 jam.
- Kapasitas pucuk yang masuk ke dalam mesin pengering, untuk pengeringan awal sebanyak 150 kg, pengeringan semi sebanyak 80-90 kg, dan pengeringan akhir sebanyak 1800-2000 kg untuk ball tea ukuran besar serta 800-1000 kg untuk ball tea ukuran kecil.
e. Sortasi
Proses sortasi merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan produk teh yang sesuai dengan jenis mutunya. Ukuran partikel, berat partikel dan bentuk partikel menjadi jaminan untuk mutu produk. Pada tahap ini teh yang sebelumnya sudah dikeringkan akan di sortasi dengan menggunakan 4 alat, yaitu Meksy digunakan untuk memisahkan partikel berdasarkan besar kecinya partikel teh. Middleton digunakan untuk memisahkan tulang dari komponen teh lainnya Winnower berfungsi untuk memisahkan partikel teh Berdasarkan perbedaan berat ringan partikel. dan separator sebagai finishing atau pembersihan Mutu 1 dari tulang-tulang kecil. Dalam proses sortasi ini hal yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas teh yang dimasukkan ke dalam mesin sortasi.
f. Pengemasan
Pengawasan proses pengemasan dilakukan dengan menguji ada tidaknya kebocoran, lubang, ataupun abnormalitas bentuk kemasan yang dipakai. Pengisian kemasan harus disesuaikan dengan volume standar untuk masing-masing jenis mutu teh.
39
IV.7.3 Pengendalian Mutu Produk Akhir
Tahap terakhir dalam pengolahan teh hijau adalah pengepakan dan penggudangan (penyimpanan). Sampel diambil untuk dilakukan analisis sebelum dikemas dan disimpan di gudang. Pada tahap ini teh yang dipasarkan masih berupa teh murni yang untuk selanjutnya dijual ke produsen teh komersial seperti perusahaan teh di Slawi, perusahaan teh poci, dan ekspor ke Afghanistan. Pada tahap ini, jenis mutu terbagi atas peko, jikeng, bubuk, dan tulang. Pengendalian mutu produk akhir dilakukan untuk memastikan spesifikasi teknis telah terkontrol dengan baik dari penerimaan bahan baku sampai pengemasan dan untuk melihat kesesuaian produk yang dihasilkan dengan parameter-parameter mutu teh hijau yang ditetapkan.
Pembagian mutu pada PT Rumpun Sari Kemuning - 1 antara lain sebagai berikut:
a. Mutu 1 terdiri dari PSK (Peko Super Kecil), PSB (Peko Super Besar), GP(Gum Powder), dan CM (Chun Me)
b. Mutu 2terdiri dari Lokal 1, Lokal 2,Bubuk, Kempring, Tulang, dan Dust( bubuk)
Untuk pembagian mutu 1 (peko) sesuai sifatnya adalah sebagai berikut:
a. PSB (Peko Super Besar)
Bentuk daun tergulung padat terpilin, berwarna hijau sampai sampai hijau kehitaman, berukuran lebih panjang dari peko super kecil, sedikit tercampur tulang, lolos ayakan 8 mesh dan tertahan ayakan 6 mesh. Gambar PSB dapat dilihat pada Gambar IV.5.
40
Gambar IV.5 Peko Super Besar
b. PSK (Peko Super Kecil)
Bentuk daun tergulung kecil, warna hijau sampai hijau kehitaman, aroma wangi teh hijau, bau tidak apek, benda-benda asing tak terdeteksi, sangat sedikit tercampur tulang, (maksimal 5%), lolos ayakan diameter 6 mm dan tertahan ayakan diameter 4 mm. Gambar PSK dapat dilihat pada Gambar IV.6.
Gambar IV.6 Peko Super Kecil
41 c. CM (Chun Me)
Teh hijau yang partikelnya tergulung padat memanjang, berwarna hitam kehijauan sampai hitam, bercampur serat dan tulang 2%, lolos ayakan diameter 2 mesh dan tertahan ayakan 4 mesh. Gambar CM dapat dilihat pada Gambar IV.7.
Gambar IV.7 Chun Me
Mutu 2 mempunyai karakteristik bentuk daun tergulung kurang melebar atau longgar dan kurang terpilin , warna hijau kuning-kecoklatan sampai hijau-kehitaman, dan kurang wangi meski tidak apek, tercampur banyak tulang, lolos ayakan lubang 10 mesh dan tertahan ayakan 13 mesh. Bubuk berasal dari petikan halus, petikan kasar, daun burung muda dan daun burung sedang,gambar bubuk (dust) dapat dilihat pada Gambar IV.8. Bubuk mempunyai karakteristik, bentuk daun bubuk potongan melebar, warna hijau kehitam-hitaman dan aroma kurang wangi tidak apek, minimal lolos 75% ayakan lubang 2 mesh dan tertahan oleh lubang 1 mesh . Gambar kempring dapat dilihat pada Gambar IV.9. Kempring berasal dari serpihan serpihan kecil yang lebih besar dari bubuk, berwarna hijau kehitaman
42
sampai kuning kecoklatan. Tulang asalnya dari tangkai pucuk tanaman teh,karakteristiknya adalah bentuk daun gagang, warna hijau kehitam-hitaman dan aroma wangi tidak apek. Gambar tulang dapat dilihat pada Gamabr IV.10. Lokal 1, partikelnya berupa teh hijau yang tergulung longgar dan kurang terpilin, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, komposisinya terdiri dari peko maksimal 10%, jikeng, kempring, dan dust (bubuk), dan tercampur tulang 10%, lolos ayakan 8 mesh dan tertahan 10 mesh. Gambar Lokal 1 dapat dilihat pada Gambar IV.11.
Lokal 2, partikelnya berupa sebagian besar adalah jikeng yakni dari daun teh tua yang masih mau menggulung, tergulung longgar, dan kurang terpilin, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, bercampur tulang 10%, lolos ayakan 10 mesh dan tertahan di ayakan 13 mesh. Untuk gambar jenis-jenis Lokal 2 dapat dilihat pada Gambar IV.12.
Gambar IV.8 Dust
Gambar IV.9 Kempring
43
Gambar IV.10 Tulang Gambar IV.11 Lokal 1
Gambar IV.12 Lokal 2
Mutu teh dinilai Berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan (liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea tester) Berdasarkan analisis organoleptik, yaitu kemampuan mengukur mutu dengan indera pengelihatan, penciuman, dan perasa (Ghani,2002).Kualitas teh ditentukan sifat luar dan sifat dalam teh hijau. Karakteristik sifat luar yaitu warna teh kering hijau mudadan hijau kehitaman, ukuran homogen dan tidak tecampur remukan, bentuk tergulung dan terpilin, aroma wangi sampai kurang wangi dan tidak apek ,sedangkan karakteristik sifat dalam yaitu air seduhan jernih, sedikit berwarna hijau, atau kekuning-kuningan.
Warna tersebut tetap walaupun seduhan berwarna hijau (Nazaruddin dan Paimin, 1993).
Pengendalian mutu produk akhir pada PT Rumpun Sari Kemuning - 1 dilakukan dengan analisis kering, analisis kadar air, dan analisis organoleptik.