• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA NARAPIDANA WANITA DI LAPAS WANITA KELAS IIA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA NARAPIDANA WANITA DI LAPAS WANITA KELAS IIA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA

NARAPIDANA WANITA DI LAPAS WANITA KELAS IIA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Bandung

Disusun Oleh:

WIWIN WANDIYATI P17325113031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

2016

(2)

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA NARAPIDANA WANITA DI LAPAS WANITA KELAS IIA

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

Diujikan Pada Hari ….. Tanggal … Bulan …. Tahun 2016

Penguji 1 Penguji 2

Nining Ningrum, S.Pd., S.SiT., M.Kes Drg. Sri Mulyanti, M.Kes NIP. 199607091988032001 NIP.

196508301993122001

Penguji 3

Yonan Heriyanto, S.SiT., M.Kes NIP. 197401131993031001

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA NARAPIDANA WANITA DI LAPAS WANITA KELAS IIA

KOTA BANDUNG

Disahkan Pada Hari …….. Tanggal ……. Bulan ………….. Tahun 2016

Pembimbing

Yonan Heriyanto., S.SiT. M.Kes NIP. 197401131993031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes., AIFO NIP. 195610051987122001

(4)

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Hidup adalah proses, hidup adalah untuk belajar, tanpa batas umur, tanpa ada kata tua, jatuh berdiri lagi, kalah coba lagi, gagal bangkit lagi, sampai Alloh panggil kembali” (All Abaut Islam)

“Alloh mengangkat derajat orang- orang yang beriman diantara kalian serta orang- orang yang menuntut ilmu beberapa derajat” ( Al Mujadaah:11)

“Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, Siapa yang bersabar akan beruntung, siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai”

“Barang siapa yang menapaki jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (H.R.Ibnu Majah & Abu Dawud)

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, penguasa alam semesta”

(Doa Iftitah:4)

Hidup ini Alloh yang berkehendak, setiap manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Mencari ilmu itu wajib dan tak kenal lelah maupun usia, Ilmu juga sebagai jalan kita untuk mengantarkan kita ketempat impian. Proses mecari ilmu tidaklah mudah banyak rintangan yang akan kita temui dan kita hadapi, berjuanglah dengan sungguh- sungguh agar kita berhasil, bersabarlah agar kita beruntung dan setiap langkah yang kita ambil hendaklah berjalan dijalan-Nya sehingga kita sampai pada tempat-Nya. Pantang menyerah bakarlah semangatmu, janganlah menjadi pecundang tetaplah semangat dan buang rasa malasmu. Hidup hanya sekali isilah hidupmu dengan kebaikan dengan didasari keikhlasan dan jadilah manusia yang berilmu dan bermanfaat.

Betapa pun sulitnya perjalananmu, hidup ini seindah apa yang kita fikirkan dan kita lakukan. Hadapi Hayati Nikmati dan Syukurilah setiap hidup ini. ^-^

Dengan kasih sayang yang tulus Kupersembahkan karya tulis ini untuk, Alm.Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Kakek, Nenek serta keluarga besar yang tak henti-hentinya memberikan motivasi, dorongan, semangat dan do’a Semoga Allah SWT membalasnya.

(5)

GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA

NARAPIDANA WANITA DI LAPAS WANITA KELAS IIA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

Wiwin Wandiyati, Yonan Heriyanto.

Jurusa Keperawatan Gigi Poltekkes Bandung ABSTRAK

Status kesehatan gigi dan mulut pada narapidana wanita cenderung buruk dan kurang perhatian. Selain penyakit gigi di dalam rongga mulut juga dapat ditemukan penyakit jaringan penyangga gigi (gingival) pada narapidana wanita, penyakit-penyakit di dalam rongga mulut biasanya di akibatkan dari kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut pada Narapidana di Lapas Wanita Kelas IIA Kota Bandung Tahun 2016. Sample berjumlah 76 orang yang diambil secara purposive sampling. Hasil penelitian menyatakan bahwa status kesehatan gigi dan mulut pada narapidana wanita menunjukan bahwa indeks pengalaman karies (DMF-T) responden kategori sangat rendah (0,0-1,1) sebanyak 2 orang (2,99%), rendah (1,2-2,6) sebanyak 6 orang (8,90%), sedang (2,7-4,4) sebanyak 15 orang (22,40%), tinggi (4,5-6,5) sebanyak 12 orang (17,91%), sangat tinggi (>6,6) sebanyak 32 orang (47,80%)..

Indeks gingival yaitu sebanyak 14 orang (20,90%) mempunyai kriteria sehat (0), peradangan gusi ringan (0,1-1,0) sebanyak 40 orang (59,70%), peradangan sedang (1,1-2,0) sebanyak 13 orang (19,40%) dan tidak ada yang mengalami peradangan berat (2,1-3,0) (0%), Indeks kebersihan (OHI-S) yaitu sebanyak 31 orang (46,27%) mempunyai kriteria baik (0,0-1,2), sedang (1,3-3,0) sebanyak 35 orang (52,23%), buruk (3,1-6,0) sebanyak 1 orang (1,50%).

Kata Kunci : Narapidana Wanita, status kesgilut

(6)

DESCRIPTION DENTAL AND ORAL STATUS IN PRISONERS AT PRISONS WOMEN SECOND CLASS A

BANDUNG CITY 2016.

Wiwin Wandiyati, Yonan Heriyanto.

Dental Nursing Departement of the Polteknik Kesehatan Bandung ABSTRACT

Dental and oral health status for women prisoners tends to be bad and less attention. In addition to dental disease in the oral cavity also find out disease tissues supporting the teeth (gingival) in women prisoners, the disease are causes from less the teeth’s hygiene. This research is a description to find out of dental and oral status in prisoners At Prisons Women Second Class A Bandung City 2016. Sample are 76 people were taken by purposive sampling. The result of that research is dental and oral status for women prisoners are a lot of response caries experience index (DMF-T) klien in category very low (0,0-1,1) of 2 people (2,99%), low (1,2-2,6) of 6 people (8,90%), medium (2,7-4,4) of 15 people (22,40%), high (4,5-6,5) of 12 people (17,91%), very high (>6,6) of 32 people (47,80%). Index gingival is 14 people (20,90%) in criteria healhty (0), gingival minor inflamation (0,1-1,0) of 40 people (59,70%), medium inflamation (1,1-2,0) of 13 people (19,40%) and not experience severe inflamation (2,1-3,0) (0%).

Dental and oral hygiene index (OHI-S) is 31 people (46,27%) in good criteria (0,0-1,2), medium criteria (1,3-3,0) is 35people (52,23%), bad criteria (3,1-6,0) is 1 people(1,50%)

Keyword : Women prisoners, dental and oral health status

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penyusunan Karya Tulis Illmiah dengan judul “Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Narapidana Wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung “ dapat diselesaikan tepat waktu.

Karya tulis illmiah ini di susun dengan tujuan sebagai syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung. Selain itu Karya Tulis Illmiah ini di buat dengan tujuan agar mengetahui bagaimana gambaran status kesehatan gigi dan mulut pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung 2016.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dalam penelitian maupun dalam penyusunan isi serta teknik penulisan. Dengan segenap ketulusan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Alloh SWT yang mengabulkan panjatan doa dari hamba-Nya sehingga menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Kedua orang tua tercinta, tersayang dan yang paling penulis hormati dan kasihi yang senatiasa memanjatkan doa dan memberikan dukungan moral, spiritual dan material.

3. Dr.Ir.Osman Syarif MKM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bandung 4. Drg. Hetty Anggrawati, M. Kes., AIFO, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Gigi Poltekkes Kemenkes Bandung

(8)

5. Drg.Yenni Hendriani Pratiwi, MKM, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dukungan moril kepada penulis

6. Yonan Heriyanto, S.SiT., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan membimbing, memberikan gagasan serta saran yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga Karya Tulis Illmiah dapat terselesaikan

7. Nining Ningrum, S.Pd., S.SiT., M.Kes dan Drg. Sri Mulyanti, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

8. Seluruh dosen pembimbing Mata Kuliah Metodelogi Penelitian

9. Agus Suryana, S.Sos yang telah membantu mencari sumber dan referensi untuk kelancaran Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Seluruh staf dan dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poliklinik Kesehatan Kemenkes Bandung yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

11. Kakak, Adik, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a, kasih sayang dan semangat setiap saat kepada penulis

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa JKG angkatan 19 yang saling membantu dan memberikan dukungan, bantuan, motivasi serta kebersamaan selama ini kepada penulis

13. Seluruh pihak yang memberikan gagasan serta dukungan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat berkah dari Alloh SWT.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak ditemukan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan

(9)

makalah ini. Penulis harapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk banyak orang , Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan suatu petunjuk ataupun dijadikan salah satu gambaran status kesehatan gigi dan mulut pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung. Dengan kerendahan hati penulis persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk semua pembaca.

Bandung, Agustus 2016

Penulis

(10)

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGUJIAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINAJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Status Kesehatan Gigi dan Mulut ... 2. Pengukuran Kesehatan Gigi dan Mulut ... 7

3. Karies ... 8

4. Gingivitis ... 10

5. Indeks Gingival ... 11

6. Pengukuran Kebersihan Gigi dan Mulut ... 13

7. Perilaku Kesehatan ... 18

8. Narapidana ... 21

B. Kerangka ... 26

1. Kerangka Teori ... 26

2. Kerangka Konsep ... 26

3. Pertanyaan Penelitian ... 27

4. Definisi Oprasional ... 27

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30

A. Desain penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Alat dan Bahan Penelitian ... 31

E. Prosedur Penelitian ... 32

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 35

A. Karakteristik penelitian .. ... 35

B. Hasil penelitian ... 37

(11)

C. Pembahasan ... 39

BAB 5 PENUTUP DAN SARAN ... 47

A. Penutup ... 47

B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Keparahan Kondisi Gingival………... ... 12

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Indeks Gingival ... 12

Tabel 2.3 Contoh dan Penilaian dan Perhitungan Skor Gi ... 13

Tabel 2.4 Gigi Indeks ... 14

Tabel 2.5 Kriteria Skor Debris ... 16

Tabel 2.6 Kriteria Skor Kalkulus ... 17

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kunjungan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 35

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Tinggal Di Lembaga Pemasyarakatan ... 36

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Menyikat Gigi ... 36

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Lainnya ... 37

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Indeks Pengalaman Karies (DMF-T) ... 38

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indeks Gingiva (GI) ... 38

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S) ... 39

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Perizinan Penelitian

Lampiran 2 : Kuisoner dan Datapemeriksaan Kesgilut

Lampiran 3 : Master Tabel Hasil Pemeriksaan Kesgilut dan Wawancara Lampiran 4 : Data Umum Narapidana

Lampiran 5 : Dokumentasi

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia.

Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh (Malik, 2008).

Menurut Depkes RI (2008), status kesehatan gigi dan mulut dapat diukur dengan derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat, untuk itu diperlukan indikator-indikator dan standar penilaian yang sesuai dengan WHO, seperti indikator kesehatan gigi dan status periodontal (Sriwahuni, 2015).

Prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9 persen, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Effective Medical Demand (EMD) didefinisian sebagai presentase penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir x presentase penduduk yang menerima perawatan atau pengobatan gigi dari tenaga medis. Secara keseluruhan kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 8,1 persen (EMD).

Ditemukan EMD meningkat pada kelompok umur yang lebih tinggi umur 45-54 tahun (Riskesdas, 2013).

Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan prevalensi 61% penduduk. Penyakit yang terbanyak yang diderita

(15)

masyarakat Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal (Iswandani, 2015).

Indeks DMF-T menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi.

Indeks DMF-T merupakan penjumlahan dari indeks D-T, M-T, dan F-T.

Indeks DMF-T ini meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Prevalensi nasional Indeks DMF-T adalah 4,6. Sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional. Indeks DMF-T lebih tinggi pada perempuan (5,0) dibanding laki-laki (4,1) (Riskesdas,2013).

Gingivitis Indonesia menduduki urutan kedua Penyakit gigi dan mulut termasuk di dalam 10 kelompok penyakit yang dikeluhkan masyarakat yaitu mencapai 96,58% (Bakhri, 2015).

Perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat tinggal. Ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore, (76,6%). Menyikat gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3 persen (Riskesdas, 2013).

Setiap manusia berhak memperoleh kesehatan secara umum maupun kesehatan gigi begitu pula dengan narapidana, narapidana sebagai individu yang telah terbukti melakukan tindakan pidana dan kemudian oleh pengadilan dijatuhi hukuman atau pidana serta kehilangan kemerdekaan. Begitu juga pada narapidana wanita yang merupakan individu yang telah melakukan tindakan pidana maka akan kehilangan

(16)

kemerdekaan. Pengadilan mengirimkan narapidana ke lembaga pemasyarakatan untuk menjalani hukuman dalam jangka waktu tertentu.

Ruang gerak narapidana dibatasi selama berada di Lembaga Pemasyarakatan dan terisolasi dari masyarakat. Keadaan seperti ini dapat memungkinkan terabaikannya kesehatan gigi dan mulut pada nara pidana (Junhar, 2015).

Narapidana mempunyai hak mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani yaitu salah satunya mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak (Amiruddin, 2013).

Pemasyarakatan yaitu kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana (Nurlaen, 2012).

Sistem pemasyarakatan merupakan suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Hidup yang wajar dan bertanggung jawab disini juga diharapkan

(17)

narapidana dapat memperhatikan kesehatan baik kesehatan umum maupun kesehatan gigi (Nurlaen, 2012).

Kunjungan kesehatan narapidana ke poli klinik lapas wanita kelas IIA Bandung dari bulan Januari-Maret 2016 mendapatkan hasil Januari sebanyak 505 orang, Februari sebanyak 468 orang, dan Maret sebanyak 471 orang. Khususnya pada poli klinik gigi dan mulut kunjungan dari bulan Januari-Maret 2016 yaitu Januari sebanyak 21 orang, Februari sebanyak 19 orang, dan Maret sebanyak 29 orang dengan rata-rata kasus pencabutan gigi.

Disimpulkan berdasarkan uraian diatas bahwa kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia baik kesehatan secara umum maupun kesehatan gigi dan mulut. Data status kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih rendah terutama pada perilaku kebiasaan menyikat gigi. DMF-T pada wanita juga menunjukan angka lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Setiap manusia mempunyai hak untuk hidup sehat tidak terkecuali dengan kesehatan gigi dan mulut bagi narapidana wanita yang sedang mengikuti proses pemasyarakatan di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung yang ruang gerak narapidana dibatasi selama berada di Lembaga Pemasyarakatan dan terisolasi dari masyarakat.

Maka dari itu penulis tertarik untuk melihat Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut di Lapas Wanita IIA Bandung.

(18)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran status kesehatan gigi dan mulut pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Diketahuinya gambaran status kesehatan gigi dan mulut pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui indeks pengalaman karies pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

b. Mengetahui gingivitis yang ada di rongga mulut pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

c. Mengetahui indeks kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

D. Manfaat Penelitian a. Bagi Responden

1. Responden dapat mengetahui status kesehatan gigi dan mulut.

2. Responden dapat mengetahui status kebersihan gigi dan mulut.

3. Respoden dapat mengetahui cara merawat kesehatan gigi dan mulut.

4. Responden dapat mengetahui cara memelihara kebersihan gigi dan mulut.

(19)

b. Bagi Penulis

Menambah wawasan perawat gigi tentang status kesehatan gigi dan mulut pada narapidana wanita di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

c. Bagi Pembaca

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai gambaran status kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat lebih menjaga kesehatan gigi dan mulut.

d. Bagi Instutusi

1. Menambah pembendaharaan kepustakaan dan sumbangan saran dalam meningkatkan pengetahuan.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan yang berhubungan Narapidana Wanita Di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

e. Bagi Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Wanita Kelas IIA Bandung

Memberikan informasi tentang gambaran status kesehatan dan status kebersihan gigi dan mulut pada narapidana.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Status Kesehatan Gigi Dan Mulut

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan menjadi perhatian penting dalam pembangunan kesehatan penduduk Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya (Mawuntu, 2015).

Menurut Depkes RI (2008), status kesehatan gigi dan mulut dapat diukur dengan derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat, untuk itu diperlukan indikator-indikator dan standar penilaian yang sesuai dengan WHO, seperti indikator kesehatan gigi dan status periodontal (Sriwahuni, 2015).

B. Pengukuran Kesehatan Gigi Dan Mulut

Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukan klinis penyakit karies gigi. Indeks DMF-T yaitu:

D= Decay : jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

M= Missing : jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies

F= Filling : jumlah gigi yang ditambal ( Herijulianti,2013).

(21)

Berikut ini beberapa kategori tingkat keparahan karies berdasarkan perhitungan DMF-T menurut WHO (Indirawati, 2013) : a. Sangat rendah : 0,0-1,1

b. Rendah : 1,2-2,6 c. Moderat : 2,7-4,4 d. Tinggi : 4,5-6,5 e. Sangat tinggi : > 6,6 C. Karies

a. Pengertian

Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet ( khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi, asam terutama asam latat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri, 2013).

b. Penyebab Karies

Beberapa faktor Penyebab Karies menurut (Kidd, 2010):

1) Host/ Gigi

Anatomi gigi dapat mempengaruhi kemungkinan pembentukan karies, dimana pit dan fissure yang dalam akan membuat sisa makanan terjebak di dalamnya, permukaan halus di daerah aproksimal, email pada tepian di leher gigi,

(22)

permukaan akar terbuka, tepi tumpatan yang kurang atau mengemper, dan permukaan gigi yang dekat dengan gigi tiruan .

2) Plak Bakteri

Mulut mengandung berbagai bakteri yang hidup dengan normal, tetapi ada beberapa bakteri yang dipercaya sebagai penyebab karies gigi, yaitu Streptococus Mutans dan Lactobacilus. Plak akan berkumpul di sekitar gusi dan gigi

lanjutkan di rumah 3) Karbohidrat Makanan

Konsumsi gula yang mengandung karbohidrat terlalu sering dapat menghasilkan asam oleh bakteri yang diikuti oleh demineralisasi email.

4) Saliva

Secara kimiawi unsur-unsur kimia yang ada di saliva seperti Ca dan dan ion fosfat akan membantu meremineralisasi atau menetralisasi keadaan asam basa rongga mulut.

5) Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.

(23)

D. Gingivitis a. Pengertian

Gingivitis adalah peradangan pada gusi/gingival (Putri, 2013).

b. Penyebab

Plak merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari bakteri. Plak lebih sering menempel pada tambalan yang salah atau disekitar gigi yang terletak bersebelahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi. plak merupakan penyebab utama dari gingivitis.

(Kusumawardani, 2011).

Faktor lain yang akan memperburuk peradangan ialah:

1. Kehamilan

Pada kehamilan, gingivitis bisa semakin memburuk.

Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan hormonal dan didukung kurangnya menjaga kebersihan mulut karena wanita hamil sering mual di pagi hari.

2. Pubertas

3. Pil KB/obat-obatan

Obat-obatan tertentu biasa menyebabkan pertumbuhan gusi yang berlebihan sehingga plak sulit dibersihkan dan terjadilah gingivitis.

(24)

Obat-obatan tersebut adalah:

a) Feniton (obat anti kejang)

b) Siklosporin (diminum oleh penederita yang menjalani pencangkokan organ)

c) Calcium channel blockers (misalnya nifedin, obat untuk mengendalikan tekanan darah dan kelainan irama jantung) d) Pil atau suntukan KB.

4. Kekurangan vitamin C

Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan gingivitis, dimana gusi meradang dan mudah berdarah (Kusumawardani, 2011).

E. Indeks Gingival

Indeks gingival pertama kalii diusulkan pada tahun 1963 untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya peradangan gusi pada seseorang atau pada subjek di kelompok populasi yang besar. Gingival indeks hanya menilai keradangan gusi. Menurut metode ini, keempat area gusi pada masing-masing gigi (fasial, mesial, distal dan lingual) dinilai tingkat peradangannya dan diberi skor dari 0-3.

Tabel 2.1 Kriteria Keparahan Kondisi Gingival

Skor Keadaan gusi

0 Gingival normal: tidak ada peradangan, tida ada perubahan warna dan tidak ada pendarahan

1 Peradangan ringan: terlihat ada sedikit perubahan warna dan

(25)

sedikit edema, tetapi tidak ada perdarahan saat probing

2 Peradangan sedang: warna kemerahan, adanya edema, dan terjadi perdarahan pada saat probing

3 Peradangan berat: warna merah terang atau merah menyala, adanya edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontandan

Perdarahan dinilai dengan cara menelusuri dinding margin gusi pada bagian dalam saku gusi dengan probe periodontal. Skor keempat area selanjutnya dijumlahkan dan dibagi empat, dan merupakan skor gingival untuk gigi yang bersangkutan. Dengan menjumlahkan seluruh skor gigi dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, didapat skor gingival indeks seseorang.

Tabel 2.2 Kriteria penilaian indeks gingival

Kriteria Skor

Sehat 0

Peradangan ringan 0,1-1,0

Peradngan sedang 1,1-2,0

Peradangan berat 2,1-3,0

Untuk memudahkan pengukuran, dapat dipakai enam gigi terpilih yang digunakan sebagai gigi indeks, yaitu: molar pertama kanan atas, insisisf pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisif pertama kanan bawah, premolar pertama

(26)

kanan bawah. Gigi-gigi indeks tersebut dikenal dengan nama Ramfjord Teeth (Putri, 2013).

Tabel 2.3 Contoh dan Penilaian dan Perhitungan Skor GI Area gingival yang di ukur

Gingival indeks Mesial Fasial/Labial Distal Lingual/Palatal 16

21 24 36 41 44 Total

3 1 2 3 1 2 12

1 0 1 1 1 1 5

3 1 2 3 1 2 12

1 1 0 3 1 0 6

Indeks gingival = Total skor gingival

Jumlah indeks gigi x jumlah permukaan yang diperiksa

= 35/24 = 1,45 (Kriteria: Peradangan sedang) F. Pengukuran Kebersihan Gigi Dan Mulut

a. OHI-S

Simplified Oral Hygiene Index yaitu pemeliharaan pribadi

terhadap kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut dengan menyikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prosedur lain yang dianjurkan oleh dokter gigi atau ahli hygiene untuk menjaga kesehatan gig dan mulut (Dorland, 2012).

(27)

Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang, Green and Viermilillion memilih enam permukaan gigi indeks

tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada dalam rongga mulut (Putri, 2013).

b. Cara Melakukan Pengukuran OHI-S a. Menentukan gigi indek

Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta permukaan indeks yang dianggap mewakili tiap segmen adalah:

Tabel 2.4 Gigi Indeks

Gigi 16 pada permukaan bukal Gigi 11 pada permukaan labial Gigi 26 pada permukaan bukal Gigi 36 pada permukaan lingual Gigi 31 pada permukaan labial Gigi 46 pada permukaan lingual

Permukaan yang diperikasa adalah permukaan gigi yang jelas terlihat dalam mulut, yaitu permukaan klinis bukan permukaan anatomis.

Jika gigi indeks pada suatu segmen tidak ada, lakukan pergantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagi berikut:

(28)

a) Jika gigi molar tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua, jika molar pertama dan molar kedua tidak ada penilaian dilakukan pada molar ketiga akan tetapi jika molar pertama, kedua dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.

b) Jika gigi insisif pertama kanana atas tidak ada, dapat diganti oleh gigi insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika gigi insisif pertama kiri dan kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian segmen tersebut.

c) Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang karena dicabut, gig yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gig sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan indeks akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai

½ tinggi mahkota klinis.

d) Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua gigi yang diperiksa

b. Mencatat skor debris

Oral debris adalah bahan lunak dipermukaan gigi yang dapat merupukan plak, material alba, dan food debris.

(29)

Tabel 2.5 Kriteria Skor Debris

Skor Kondisi

0 Tidak ada debris atau stain

1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat stain ekstrinsik di permukaan yang diperiksa

2 Plak menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa

3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa

Cara pemerikasaan debris dapat dilakukan dengan menggunakan larutan disclosing. Pasien diminta untuk mengangkat lidahnya keatas, teteskan disklosing sebanyak tiga tetes dibawah lidah. Dalam keadaan mulut tertutup sebarkan disklosing dengan lidah ke seluruh permukaan gigi. setelah disklosing tersebar, pasien diperbolehkan meludah, diusahakan tidak berkumur. Periksalah gigi indeks pada permukaan indeksnya dan catat skor sesuai dengan kriteria.

c. Mencatat skor kalkulus

Kalkulus adalah deposit keras yang terjadi akibat pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel-sel epitel deskualumasi.

(30)

Tabel 2.6 Kriteria Skor Kalkulus

Skor Kondisi

0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal diperiksa

2 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus gingiva di sekeliling servikal gigi

3 Kalkulus supra gingiva menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada kalkulus subgingiva yang kontinu disekeliling servikal gigi

d. Menghitung indeks debris, skor indeks kalukulus dan skor OHI-S Skor indeks debris maupun skor indeks kalkulus ditentukan dengan car menjumlahkan seluruh skor kemudian membaginya dengan jumlah seluruh skor kemudian membaginya dengan jumlah segmen diperiksa. Misalkan pada suatu pencatatan indeks debris dan indeks kalkulus didapat hasil sebagai berikut:

DI CI

2 1 3

2 2 3

Maka skor DI = 13/6= 2,17 Skor CI= 9/6= 1,50

2 1 3

2 2 3

(31)

Sedangkan skor OHI-S adalah jumlah skor debris dan skor kalkulus sehingga pada perhitungan dia atas skor OHI-S didapat 3,67.

e. Menentukan kriteria indeks debris, indeks kalkulus dan OHI-S Menurut Greene and Vermillion, kriteria penilaian debris dan kalkulus sama, yaitu mengikuti ketentuan sebagia berikut:

Debris indeks

Baik : Jika nilainya diantara 0-0,6 Sedang : Jika nilainya diantara 0,7-1,8 Buruk : Jika nilainya diantara 1,9-3,0

OHI-S mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Baik : Jika nilainya diantara 0,0-1,2 Sedang : Jika nilainya diantara 1,3-3,0 Buruk : Jika nilainya diantara 3,1-6,0

Dengan demikian, untuk contoh perhitungan dia atas, kriteria indeks debris untuk pasien dengan nilai 2,17 adalah buruk:

kriteria indeks kalkulus dengan nilai 1,50 adalah sedang dan kriteria OHIS dengan nilai 3,67 adalah buruk (Putri,2013).

G. Perilaku Kesehatan

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner maka perilaku kesehatan (Health Behavior) adalah respons seseorang terhadap

(32)

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sakit-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencangkup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Backer (1979) dalam Notoatmodjo (2010) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan dan membedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Perilaku Sehat (Healthy Behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempetahankan dalam meningkatkan kesehatan antara lain:

a) Makan dengan menu seimbang (approriate diet). Menu seimbang disini adalah olah makan sehi-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik secara jumlahnya (kuantitas), maupun jenisnya (kualitas).

b) Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik disini tidak harus olahraga. Bagi seseorang ang pekerjaannya memang sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin

(33)

dan teratur, sebenarnya sudah dapat dikatogorikan berolahraga.

Bagi seseorang yang pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik seperti manajer, administrator, sekertaris, dan sebagainya memerlukan olahraga secara teratur.

c) Tidak merokok dan minum minuman keras serta tidak menggunakan narkoba

d) Istirahat yang cukup

e) Pengendalian atau manajemen stres

f) Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan, yang intinya adalah tindakan atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

2) Perilaku Sakit (Illness Behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan , atau teratasi masalah kesehatan yang lain. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain:

a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, tetap menjalankan kegiatan sehari-hari

(34)

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (selft treatment atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada 2 cara, yakni cara tradisional atau cara modern.

c. Mencari penymbuhan atau pengobatan keluar, yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan, yakni fasilitas kesehatan tradisional maupun pelayanan kesehatan modern

3) Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencakup hak-haknya (rights) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain;

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan.

c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya.

d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya.

e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

(35)

H. Nara Pidana a. Definisi

Kamus besar Bahasa Indonesia memberikan arti bahwa:

Narapidana adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana); terhukum. Sementara itu, menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa: Narapidana adalah orang hukuman; orang buaian. Selanjutnya berdasarkan kamus hukum narapidana diartikan sebagai berikut: Narapidana adalah orang yang menjalani pidana dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang atau terpidana yang sedang menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan dimana sebagian kemerdekaannya hilang. (Amiruddin, 2013)

b. Hak-Hak Narapidana

(36)

1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

5) Menyampaikan keluhan;

6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;

7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya;

9) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);

10) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;

11) Mendapatkan pembebasan bersyarat;

12) Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan

13) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku (UU No.12 1995 cit Nurulaen, 2012).

c. Kegiatan Pembinaan Di Lembaga Pemasyarakatan

Dalam periode kemerdekaan, upaya untuk memperbaiki sisitem kepenjaraaan dilakukan terus menerus agar sesuai dengan keperibadian bangsa, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pada tanggal 5 Juli 1963 Saharjo, SH dalam pidato pengukuhan gelar Dokter

(37)

Honoris Causa bidang Ilmu Hukum menyatakan: bahwa tujuan pidana adalah pemasyarakatan (Nurulaen, 2012).

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sisitem pemidanaan dalam tata peradilan pidana (UU No. 12 tahun 1995). Konsep pemasyarakatan bukan semata merumuskan tujuan dari pidana penjara, melainkan suatu sistem pembinaan, metode dalam bidang “treatment of offenders” (Sujatno, 2004:7).

Soedjono menjelaskan Sistem Pemasyarakatan adalah proses pembinaan terpidana yang berdasarkan azas Pancasila memandang terpidana sebagai makhluk Tuhan, individual,dan anggota masyarakat (Arifin 2006:62 cit Nurulaena, 2012 )

Tujuan sistem pemasyarakatan dijelaskan dalam Pasal 2 ayat 2 UU No. 12 tahun 1995:

Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindakan pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab (Nurulaena, 2012).

d. Kegiatan Pembinaan Warga Binaan Perempuan

(38)

1) Kegiatan Keperibadian a) Pelatihan positif thinking

b) Kesatuan pramuka dilaksanakan setiap hari rabu dan sabtu c) Program pembeljaran kejar paket A, B,C dan KF dn Ujian

Nasional Program Kesakitan d) Les bahasa inggris

e) Mentoring meeting

f) Pembinaan rohani warga binaan yang beragama islam g) Pembinaan rohani warga binaan kristen

2) Kegiatan Pembinaan kemandirian a) Pembinaan keterampilan tata boga b) Pelatihan salon dan kecantikan c) Pelatihan pengolahan limbah

d) Kegiatan pembuatan kerajinan rajutan dan mute

3) Pelatihan pembuatan bulu mata palsu Kegiatan Pembinaan kesehatan

a) Senam blok anggrek b) Olahraga voli

c) Penyuluhan kesehatan 2 minggu 1x

(lapaswanitabandung.com).

I. Kerangka

1. Kerangka Teori

(39)

2. Kerangka Konsep

Dependen Independen

3. Pertanyaaan Penelitian

a. Bagaimana indeks pengalaman karies (DMF-T) pada narapidana di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung 2016?

Gingivitis

Narapidana Wanita Di Lapas Wanita IIA Bandung

DMF-T OHI-S

Perilaku kesehatan umum

Perilaku kesehatan gigi dan mulut

Klasifikasi Perilaku kesehatan Perilaku

kesehatan

Hak Narapidana

Lapas

Kegiatan Pembinaan

Gambaran status kesehatan gigi dan mulut 1. DMF-T 2. Gingivitis 3. OHI-S

Narapidana Wanita Di Lapas Wanita IIa

Bandung

(40)

b. Bagaimana gingivitis pada narapidana di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung 2016?

c. Bagaimana indeks OHI-S pada narapidana di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung 2016?

4. Definisi Oprasional a. Karies

Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet ( khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi, asam terutama asam latat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya.

1) Cara ukur : Pemeriksaan DMF-T

2) Alat ukur : Kaca Mulut, Sonde,Excavator, Pinset, dan Lembaran Observasi

3) Skala ukur : Ordinal 4) Hasil ukur :

a) Sangat rendah : 0,0-1,1 b) Rendah : 1,2-2,6 c) Moderat : 2,7-4,4 d) Tinggi : 4,5-6,5 e) Sangat tinggi : > 6,6 b. Gingivitis

(41)

Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingival).

1) Cara ukur : GI (Gingival Indeks)

2) Alat ukur : Kaca Mulut, Sonde, Probe dan Lembaran Observasi

3) Skala ukur : Ordinal 4) Hasil ukur :

Kriteria Skor

Sehat 0

Peradangan ringan 0.1-1,0

Peradangan sedang 1,1-2,0

Peradangan berat 2,1-3,0

c. Kebersihan gigi dan mulut

Simplified Oral Hygiene Index yaitu pemeliharaan pribadi

terhadap kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut dengan menyikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prosedur lain yang dianjurkan oleh dokter gigi atau ahli hygiene untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

1) Cara ukur : OHI-S

2) Alat ukur : Kaca Mulut, Sonde 3) Skala ukur : Ordinal

4) Hasil ukur :

a) Baik : Jika nilainya diantara 0,0-1,2 b) Sedang : Jika nilainya diantara 1,3-3,0 c) Buruk : Jika nilainya diantara 3,1-6,0

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini ialah menggunakan cross sectional/potong lintang yaitu pengumpulan data untuk jenis penenlitian,

baik untuk variabel risiko atau sebab (variabel independen) maupun variabel akibat (variabel dependen) dilakuka secara bersama-sama atau sekaligus. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskritif yaitu gambaran tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Narapidana Wanita Di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung dengan tujuan untuk mencari gambaran status kesehatan gigi dan mulut. yang diukur dalam indeks pengalaman karies (DMF-T), dan gingivitis di rongga mulut, dan gambaran tentang indek kebersihan gigi dan mulut (OHI-S).

B. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai Agustus 2016 yang bertempat di Poli Klinik Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

C. Populasi Dan Sempel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh narapidana wanita di lapas wanita kelas IIA Bandung berjumlah 388 orang.

2. Sampel

(43)

Pengambilan sampel dilakukan secara purpose sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suaatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan cirri atau sifat- sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo,2005).

Pengambilan sampel menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut: Jumlah narapidana wanita sebanyak 388 orang.

Kemudian dikurangi dengan jumlah narapidana wanita yang masuk kriteria eklunsi sebanyak 321 orang. Jadi jumlahnya menjadi 67 orang narapidana wanita.

Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Kriteria Inklusi

1) Narapidana bersedia untuk di jadikan bahan penelitian 2) Keadaan kesehatan umum normal

3) Mampu berkomunikasi 4) Berusia 41-55 tahun

Kriteria eklusi

1) Narapidana tidak bersedia untuk di jadikan bahan penelitian 2) Dalam keadaan sakit dan tidak bisa melakukan aktivitas

sedikit pun D. Alat Dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

a. Alat diagnostik set b. Probe

(44)

c. Lembaran observasi

d. Lembaran pertanyaan mendalam 2. Bahan Penelitian

a. Disklosing b. Chlorethyl

c. Cotton pellet/kapas d. Alkohol

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Persiapan pertama

Mengurus perizinan kepada pihak Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

b. Persiapan kedua

Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan dalam memeriksaan yaitu alat diagnostik set, probe, lembaran observasi, lembaran pertanyaan mendalam, disklosing, chlorethyl, cotton pellet/kapas, alkohol, dan alat tulis.

2. Tahap Pelaksanaan

Responden di intruksikan untuk berbaris dalam 5 meja, setelah itu sasaran diberi pertanyaan mendalam kemudian dilakukan pemeriksaan berupa: DMF-T, Gingival Indeks, dan OHI-S dengan 10 orang enumerator.

3. Tahap Penyelesaian

(45)

Setelah pemeriksaan , lalu data yang telah dikumpulkan diolah dan dimasukan kedalam tabel distribusi untuk mendapatkan hasil penelitian.

F. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari indeks pengalaman karies DMF-T, data kondisi penyakit gigi dan mulut yang ada dirongga mulut, dan indeks kebersihan gigi dan mulut (OHI-S). Data tersebut didapatkan dengan cara pemeriksaan langsung terhadap gigi gligi responden yang diperiksa secara klinis dan dengan wawancara.

Data sekunder merupakan data yang didapatkan mengenai narapidana wanita di Lapas Wanita IIA Bandung. Data kualitatif kesehatan kunjungan narapidana ke poli klinik lapas wanita kelas IIA Bandung dari bulan Januari-Maret 2016 mendapatkan hasil Januari sebanyak 505 orang, Februari sebanyak 468 orang, dan Maret sebanyak 471 orang. Lebih khususnya pada poli klinik gigi dan mulut kunjungan dari bulan Januari-Maret 2016 yaitu Januari sebanyak 21 orang, Februari sebanyak 19 orang, dan Maret sebanyak 29 orang dengan rata-rata kasus pencabutan gigi. Data kesehatan umum narapidana yaitu: penyakit HIV 13 orang, DM 5 orang, jantung 2 orang, hipertensi 32 orang, TBC 1 orang, dan hepatitis ada namun belum terdeteksi secara pasti.

(46)

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data primer dilakukan pemeriksaan pada narapidana

b. Data sekunder dilakukan survey dimana kegiatannya meliputi:

mencatat data penting yang telah dilakukan berhubungan dengan penelitian

c. ketiga memasukan data tersebut dalam sebuah data database.

3. Pengolahan Data

Data yang terkumpul berupa data kuantitatif dari hasil pemeriksaan dan wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner, kemudian data akan dihitung secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Penelitian

Hasil penelitian ini mengenai gambaran tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Narapidana Wanita Di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung.

Karakteristik penelitian ini di uraikan mulai dari kunjungan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, lama tinggal di lapas, kebiasaan menyikat gigi, dan kebiasaan lainnya.

1. Pemeriksaan Kesehatan Gigi

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kunjungan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Tahun 2016

No Kunjungan Jumlah Presetase

1 Tidak pernah 11 16,42%

2 Saat sakit 46 68,65%

3 Satu bulan sekali 1 1,50%

4 6 bulan sekali 9 13,43%

Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 67 orang responden yang di jadikan sampel, jumlah kunjungan responden untuk pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut lebih banyak saat responden merasakan sakit yaitu sebesar 46 orang (68,65%).

(48)

2. Lama Tinggal di Lapas

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Sudah Berapa Lama Tinggal Di Lembaga Pemasyarakatan Tahun 2016

No Rentan waktu Jumlah

1 1-3 minggu 1

2 1-3 bulan 5

3 4-11 bulan 19

4 1-4 tahun 41

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 67 orang responden yang dijadikan sampel, responden yang telah tinggal di lembaga permasyarakatan dalam waktu 1-3 minggu sebanyak 1 orang, yang 1- 3 bulan sebanyak 5 orang, yang 4-11 bulan sebanyak 19 orang dan yang 1-4 tahun sebanyak 41 orang.

3. Kebiasaan Menyikat Gigi

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Menyikat Gigi

No Kebiasaan Jawaban

Ya (tepat) Tidak (Tidak tepat) 1 Waktu menyikat gigi 14 (20,90%) 53 (79,10%) 2 Teknik menyikat gigi 30 (44,78%) 37 (55,22%)

(49)

Tabel 4.3 menunjukan bahwa kebiasaan menyikat gigi pada responden sudah cukup baik dalam teknik menyikat gigi namun untuk waktu menyikat gigi pada responden masih kurang tepat.

4. Kebiasaan Lainnya

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Lainnya Tahun 2016

No Kebiasaan lainnya Ya Tidak

1. Mengunyah satu sisi 33 (49,30%) 34 (50,70%) 2 Mengkonsumsi buah-buahan dan

sayuran

55 (82,09%) 12 (17,91%) 3 Mengkonsumsi makanan manis 50 (74,63%) 17 (25,37%)

Tabel 4.4 menunjukan bahwa ada 43 responden mempunyai kebiasaan mengunyah satu sisi, 55 responden suka mengkonsumsi buah- buahan dan sayuran dan 50 responden suka mengkonsumsi makanan yang manis.

B. Hasil penelitian

Dari hasil penelitian ini data yang diperoleh dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dihitung presentasenya. Data-data tersebut meliputi indeks pengalaman karies (DMF-T), indeks kesehatan gingiva (GI), dan kebersihan gigi dan mulut (OHI-S).

(50)

1. Indeks Pengalaman Karies (DMF-T) Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Pengalaman Karies (DMF-T)

No Kriteria Jumlah Presetase

1 Sangat rendah (0,0-1,1) 2 2,99%

2 Rendah (1,2-2,6) 6 8,90%

3 Sedang (2,7-4,4) 15 22,40%

4 Tinggi (4,5-6,5) 12 17,91%

5 Sangat Tinggi (>6,6) 32 47,80%

Jumlah 76 100%

Tabel 4.5 menunjukan bahwa indeks pengalaman karies responden terbanyak termasuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu sebanyak 32 orang (47,80%).

2. Indeks Kesehatan Gingiva (GI)

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Gingiva (GI)

No Kriteria Jumlah Presetase

1 Sehat (0) 14 20,90%

2 Peradangan ringan (0,1-1,0) 40 59,70%

3 Peradangan sedang (1,1-2,0) 13 19,40%

4 Peradangan berat (2,1-3,0) 0 0%

Jumlah 67 100%

(51)

Tabel 4.6 menunjukan 40 orang (59,70%) responden mengalami kondisi gingival mengalami peradangan ringan.

3. Kebersihan Gigi Dan Mulut (OHI-S) Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Kebersihan gigi dan mulut (OHI-S)

No Kriteria Jumlah Presetase

1 Baik (0,0-1,2) 31 46,27%

2 Sedang (1,3-3,0) 35 52,23%

3 Buruk (3,1-6,0) 1 1,50%

Tabel 4.7 menunjukan tingat kebersihan gigi dan mulut responden lebih banyak pada tingkat kriteria sedang yaitu sebanyak 35 orang ( 52, 23%).

C. Pembahasan

Narapidana sebagai individu yang telah terbukti melakukan tindakan pidana dan kemudian oleh pengadilan dijatuhi hukuman atau pidana serta kehilangan kemerdekaan, begitu juga pada narapidana wanita yang merupakan individu yang telah melakukan tindakan pidana maka akan kehilangan kemerdekaan, Pengadilan mengirimkan narapidana ke lembaga pemasyarakatan untuk menjalani hukuman dalam jangka waktu tertentu. Ruang gerak narapidana dibatasi selama berada di Lembaga Pemasyarakatan dan terisolasi dari masyarakat. Keadaan seperti ini dapat memungkinkan terabaikannya kesehatan gigi dan mulut pada narapidana karena pada saat wawancara kuesioner didapatkan data bahwa narapidana

(52)

menyatakan bahwa kamar mandi di lapas tersebut tidak banyak dan untuk mandi lapas hanya memberikan waktu 1 jam maka dari itu mereka harus bergantian dan tidak bisa lama-lama dalam membersihkan badan (mandi) dan menyikat gigi hal ini memungkin untuk narapidana mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya, kemudian untuk faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut lainnya yaitu pengetahuan, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, pola makan dan cara peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Faktor-faktor tesebut didapat dari hasil wawancara kuesioner tentang kebiasaan narapidana dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.

Kebiasaan-kebiasan narapidana tersebut ialah kebiasaan narapidana dalam memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya dapat dilihat pada tabel 4.1 yaitu menunjukan bahwa dari 67 narapidana kebanyakan narapidana memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya hanya pada saat sakit saja yaitu sebanyak 46 orang (68,65%). Padahal untuk pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut itu sebaiknaya dilakukan dalam waktu 6 bulan sekali, kemudian alasan dari narapidana memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya pada saat sakit saja karena narapidana menganggap bahwa kesehatan gigi dan mulut tidak terlalu penting dan narapidana malas untuk datang memeriksakan kesehatan gigi karena takut dan adapula yang mengatakan bahwa memeriksakan kesehatan gigi dan mulut itu lama. Hal ini dapat dikatakakan bahwa narapidana kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya. Ini sejalan dengan teori

(53)

Notatmodjo tahun 2010 tentang perilaku sakit yaitu berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mecari penyembuhan, atau teratasi masalah kesehatan yang lain, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain didiamkan saja, mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri, dan mencari penyembuhan atau pengobatan keluar, yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Kebiasaan teknik dan waktu menyikat gigi pada tabel 4.3 yang menunjukan kebiasaan menyikat gigi pada waktu menyikat gigi mereka masih kurang tepat yaitu sebanyak 79,10% dan hanya 20,90% yang melakukan kebiasaan menyikat gigi dengan tepat yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Pada hasil wawancara terhadap narapidana, rata-rata waktu menyikat gigi mereka hanya dilakukan pada saat mandi, sedangkan dilihat dalam teknik menyikat gigi pada narapidana hanya 44,77% yang tepat dalam melakukan teknik menyikat gigi, dari hasil wawancara kuesioner menunjukan lebih banyak narapidana pada saat menyikat gigi yaitu menggunakan teknik vertikal dan horizontal, sedangkan teknik menyikat gigi yang paling dianjurkan adalah teknik kombinasi yaitu perpaduan antara teknik vertikal, teknik horizontal, teknik roll, dan teknik modifikasi stillman. Menurut Putri (2013) bahwa teknik roll atau teknik modifikasi stillman merupakan cara yang paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian mulut. Dari kebiasaan yang kurang tepat dalam waktu dan teknik

(54)

menyikat gigi ini dapat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut narapidana. Hal ini sejalan dengan teori menurut Putri (2013) bahwa teknik menyikat gigi diusahakan harus tepat agar semua permukaan gigi selalu bebas dari plak, dan untuk mencapai hasil kebersihan semaksimal mungkin, dianjurkan waktu menyikat gigi 2 kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

Faktor lain yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut narapidana, dapat dilihat pada tabel 4.3 tentang kebiasaan lainnya yang dilakukan narapidana yaitu mengunyah di satu sisi, dari 67 narapidana yang diberikan wawancara kuesioner, terdapat 33 orang (49,30%) narapidana yang mempunyai kebiasaan mengunyah satu sisi. Kebiasaan ini sering dilakukan karena kondisi gigi sebelahnya yang tidak dipakai mengunyah dalam keadaan yang kurang baik, dan kebiasaan mengunyah satu sisi ini dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut, karena dengan kebiasaan mengunyah satu sisi itu dapat menyebabkan penumpukan sisa makanan pada sebelah rahang yang tidak digunakan mengunyah.

Kebiasaan lain yang dilakukan narapidan juga dapat dilihat pada tabel 4.4 dapat kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran sudah yaitu sebanyak 55 orang (82,09%) mempunyai kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, tetapi walaupun demikian pada saat wawancara kuesioner narapidana mengeluhkan bahwa asupan buah-buahan dan sayuran di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung kurang memadai atau tidak

(55)

sebanding dengan jumlah narapidana yang ada. Sedangkan asupan buah- buahan dan sayuran sangat penting bagi kesehatan, khususnya kesehatan gigi karena dapat membantu membersihkan permukaan gigi. Di dukung dengan teori Kidd, (2010) bahwa makanan yang berpengaruh terhadap gigi dan mulut yaitu makanan yang bersifat membersihkan, jadi makananan yang merupakan penggosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi, contohnya seperti buah-buahan dan sayuran. Pada tabel 4.4 juga dapat dilihat narapidana yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan manis berjumlah 50 orang (74,63%), makanan manis yang sering dikonsumsi narapidana diantaranya biskuit, permen dan coklat. Makanan yang manis dan lengket merupakan makanan yang berpengaruh dalam kesehatan gigi, karena dapat merusak kesehatan gigi jika dibiarkan terlalu lama dalam rongga mulut . Hal ini sejalan dengan teori Kidd, (2010) bahwa makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi, seperti bonbon, coklat, biskuit dan lain sebagainya.

Tabel 4.7 tentang indeks kebersihan gigi dan mulut sebanyak 31 orang (46,27%) mempunyai kriteria baik (0,0-1,2), kriteria sedang (1,3- 3,0) sebanyak 35 orang (52,23%), buruk (3,1-6,0) sebanyak 1 orang (1,50%). Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh narapidana akan berpengaruh terhadap indeks kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut ini biasanya menyangkut banyaknya plak yang ada pada rongga mulut. Menurut Putri (2013), plak merupakan deposit lunak yang merekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang

(56)

biak dalam suatu matrik interseluller jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya dan dari plak ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.

Permasalahan kesehatan gigi narapidana wanita usia 41-54 identik dengan kehilangan gigi dan gigi berluban, ini terjadi karena kebanyakan narapidana menganggap bahwa lubang gigi itu hal yang kurang penting dan tidak perlu dilakukannya perawatan. Hasil wawancara kuesioner didapatkan bahwa narapidana hanya memeriksakan kesehatan gigi dan mulut hanya pada saat sakit saja yang didasarkan karena rasa malas harus menunggu lama serta mereka juga menyebutkan ada rasa ketakutan, sedangkan jika sakit gigi mereka lebih memilih untuk dilakukan pencabutan gigi. Indeks pengalaman karies di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung dapat dilihat pada tabel 4.5 sebanyak 32 orang (47,76%) mempunyai tingkat DMF-T sangat tinggi (>6,6), dapat diartikan bahwa setiap orangnya rata-rata mengalami lubang gigi sebanyak lebih dari 6 gigi, kriteria tinggi (4,5-6,5) 12 orang (17,91 %), sedang (2,7-4,4) 15 orang (22,40%), rendah (1,2-2,6) 6 orang (8,90 %), sangat rendah (0,0-1,1) 2 orang (2,99%), dengan rata-rata nilai DMF-T seluruhnya sebanyak 6,97 yaitu berkriteria sangat tinggi. Dari 76 narapidana hampir seluruhnya mengalami gigi berlubang dan kehilangan gigi tetapi lebih didominasi dengan kehilangan gigi. Cara mengatasi kondisi tersebut adalah dengan rutin periksa kesehatan gigi 6 bulan sekali, melakukan perawatan gigi

(57)

yang perlu dirawat dan tetap mempertahankan gigi yang sehat dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik.

Permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang dialami narapidana selain gigi berlubang dan kehilangan gigi juga mengalami kerusakan jaringan periodontal yang disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kerusakan jaringan periodontal pada tabel 4.6 tentang gingival indeks atau menunjukkan kondisi gusi sehat (0) sebanyak 14 orang (20,90%), peradangan gusi ringan(0,1-1,0) sebanyak 40 orang (59,70%), pradangan sedang (1,1-2,0) sebanyak 13 orang (19,40%) dan tidak ada yang mengalami peradangan berat (2,1-3,0) (0%). Hal ini sejalan Kusumawardani, (2011) menyebutkan bahwa plak merupakan faktor utama dari gingivitis/peradangan gusi, selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi peradangan ialah kehamilan, pubertas, pil KB/obat-obatan dan kekurangan vitamin C. Peradangan pada gusi dapat menyebabkan kerusakan pada perlekatan antara gusi dengan gigi, sehingga memungkinkan terjadinya gigi menjadi goyang jika peradangan tersebut dibiarkan dan semakin berlanjut. Kondisi tersebut sebaiknya narapidana harus menjaga kebersihan gigi dan mulutnya dengan baik dengan cara memperbaiki waktu dan teknik menyikat gigi menyikat gigi 2 kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dengan teknik yang telah dianjurkan guna mencegah terjadinya penumpukan plak, dimana plak tersebut merupakan awal dari semua penyakit gigi dan mulut. Selain itu,

(58)

memperhatikan makanan yang dikonsumsi seperti memperbanyak buah- buahan dan sayuran serta mengurangi makanan yang manis dan lengket.

Tindakan lebih lanjut, yaitu dengan mengubah kebiasaan buruk responden, membuat program kesehatan gigi dan mulut dengan bekerjasama antara instansi lain yang bergerak dibidang kesehatan gigi yaitu mengingat tenaga kesehatan gigi dan mulut di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung tersebut kurang memadai karena di lapas tersebut hanya terdapat 1 tenaga kesehatan gigi sedangkan jumlah narapidan keseluruhan sebanyak 388 orang, program kesehatan gigi dan mulut ini dilakukan agar kesehatan gigi dan mulut narapidana dapat terpelihara dengan baik, program tersebut ialah penyuluhan tentang cara memelihara kesehatan gigi dan mulut, penyaikt gigi dan mulut, cara perawatan penyakit gigi.

Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan setiap 3 bulan sekali, agar responden dapat menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya. Sejalan dengan teori Tiglao yang dikutip oleh Tarsilah (1978) tentang pendidikan kesehatan menjelaskan bahwa kesehatan “bukan sekedar” memeberitahukan kepada orang-orang bagaimana caranya untuk memepertinggi kesehatan tetapi mereka harusnya menciptakan suatu keadaan untuk mendapatkan kesempatan untuk belajar, “dengan dan untuk” mereka sendiri, akibatnya mereka dapat mengubah cara hidupnya yang kurang baik untuk kesehatan pribadinya dan untuk masyarakat dengan cara hidup sehat. Selain penyuluhan maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan perawatan 6 bulan sekali agar kesehatan gigi dan mulut

(59)

narapidana dapat terpantau sehingga mencegah indeks pengalaman karies bertambah parah.

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 3 Mei 2016 dengan 67 responden di Lapas Kelas IIA Bandung mengenai gambaran kesehatan gigi dan mulut narapidana, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Indeks pengalaman karies DMF-T pada narapidana di Lapas Kelas IIA Bandung yaitu mempunyai kategori sangat rendah (0,0-1,1) sebanyak 2 orang (2,99%), rendah (1,2-2,6) sebanyak 6 orang (8,90%), sedang (2,7-4,4) sebanyak 15 orang (22,40%), tinggi (4,5-6,5) sebanyak 12 orang (17,91%), sangat tinggi (>6,6) sebanyak 32 orang (47,80%).

2. Indek gingival pada narapidana di Lapas Kelas IIA Bandung yaitu sebanyak 14 orang (20,90%) mempunyai kriteria sehat (0), peradangan gusi ringan (0,1-1,0) sebanyak 40 orang (59,70%), pradangan sedang (1,1-2,0) sebanyak 13 orang (19,40%) dan tidak ada yang mengalami peradangan berat (2,1-3,0) (0%).

3. Indeks kebersihan gigi dan mulut pada narapidana di Lapas Kelas IIA Bandung yaitu sebanyak 31 orang (46,27%) mempunyai kriteria baik (0,0-1,2),sedang (1,3-3,0) sebanyak 35 orang (52,23%), buruk (3,1- 6,0) sebanyak 1 orang (1,50%).

(61)

B. SARAN

1. Untuk institusi Lapas Wanita Kelas IIA Bandung khusunya kepada lembaga pengurus sebaiknya melakukan kerjasama dengan instansi lain yang bergerak di bidang kesehatan gigi untuk membantu dokter gigi dalam memeriksa, merawat dan meningkathakan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut narapidana

2. Untuk institusi Lapas Wanita Kelas IIA Bandung khusunya kepada lembaga pengurus lapas sebaiknya membuat pembinaan dalam hal perkebunan agar narapidana mempunyai keterampilan menanan buah- buahan dan sayuran sehingga hasilnya dapat dinikmati narapidana karena buah-buahan dan sayuran bagus untuk kesehatan gigi dan mulut..

3. Untuk narapidana di Lapas Wanita Kelas IIA Bandung diharapkan untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi dengan waktu dan teknik yang tepat, serta rutin periksakan kesehatan gigi dan mulut 6 bulan sekali.

4. Untuk narapidan yang memerlukan perawatan, maka harus segera dirawat agar tidak memperparah kondisi gigi yang ada.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Veneer adalah sebuah bahan pelapis yang sewarna dengan gigi yang diaplikasikan pada sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami kerusakan atau pewarnaan

Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai

Pasien tidak pernah memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya ke klinik gigi, dan menyatakan bahwa dalam menyikat gigi masih belum melakukan dengan cara yang benar, tepat

Hasil penelitian menunjukan bahwa indeks kebersihan gigi dan mulut pada responden sebanyak 6 orang (18%) dengan kriteria baik, 25 orang (76%) dengan kriteria sedang dan

Indeks merupakan suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan , dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Uji Klinis Penggunaan Pasta Gigi Herbal terhadap Penurunan Indeks Plak Rongga Mulut ” adalah

Radiografi kedokteran gigi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan gambaran keadaan atau kelainan yang tidak terlihat secara klinis di rongga mulut, memberikan

Hasil penelitian tentang pengaruh status kebersihan gigi dan mulut (OHI) pada pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat berdasarkan jenis kelamin dilakukan dengan