• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN (PKMU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN (PKMU)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN (PKMU)

OPTIMALISASI PERAN BUMDES DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA MELALUI BUSINESS PLAN DAN PENGUATAN MENTAL USAHA

DI DESA PAGUYUBAN KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

TIM PENGUSUL

Dr. Mega Metalia, S.E.,M.Si., M.S.Ak., Ak.,CA 0009037806/6728761

Sari Indah Oktanti, S.E., M.S.Ak. 0027108603/6681960

Dr. Saring Suhendro, S.E.,M.Si., Ak., CA. 0012037404/6682380

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

(2)
(3)

OPTIMALISASI PERAN BUMDES DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA MELALUI BUSINESS PLAN DAN PENGUATAN MENTAL USAHA

DI DESA PAGUYUBAN KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

ABSTRAK

Village development is one of the goals for equitable distribution of national development which has long been scheduled by the government, this is because villages still dominate poverty in Indonesia. One of the efforts made by the government for the welfare of rural communities is by establishing village-owned enterprises throughout Indonesia.

The establishment of the Telaga Batu Putih BUMDes aims to participate in village development and provide services to the community in its management carried out by the village government and the community. The existence of the Telaga Batu Putih village-owned enterprises (BUMDes) is expected to be able to improve the village economy to create community welfare. The purpose of this study was to determine whether the role of the Telaga Batu Putih BUMDes was optimal for the welfare of the village community or not. This research is a qualitative research with a descriptive approach. The results showed that the Telaga Batu Putih BUMDes has played a role in improving the welfare of the community, but it has not been optimal in its implementation, the factors that become obstacles in running a business are limited human resources, weak managerial capacity and low capital. So the government's role is needed to conduct socialization and provide training and assistance to the community regarding the management of the Telaga Batu Putih BUMDes so that it can be carried out properly and professionally.

Kata kunci: Business Plan, BUMDes, The village government and the community, provide training and assistance, Ecotourism

(4)

BAB I PENDAHULUAN

Analisis Situasi

Pembangunan desa dan daerah-daerah tertinggal sudah sejak lama menjadi agenda pemerintah sebagai tujuan pembangunan nasional karena desa merupakan sasaran riil yang harus disejahterakan dan juga pedesaan masih mendominasi kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Dengan adanya pembangunan desa diharapkan dapat membangun kemandirian desa agar tidak bergantung dengan pusat. Untuk mendorong pembangunan tersebut salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sesuai pernyataan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 39 Tahun 2010 tentang badan usaha milik desa, yaituuntuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat pedesaan, didirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

BUMDes merupakan salah satu usaha desa dalam bentuk lembaga yang pengelolaanya dijalankan oleh pemerintah desa dan masyarakat desa guna mendorong peningkatan perekonomian masyarakat desa atau termasuk usaha dari desa, oleh desa dan untuk desa, namun dalam pelaksanaanya tetap mengacu pada kebutuhan masyarakat dan potensi desa yang ada. Sebagai lembaga ekonomi di pedesaan, BUMDes harus berbeda dengan lembaga ekonomi lainnya supaya dengan keberadaan serta kinerja BUMDes dapat berkontribusi dalam mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat desa. Selain itu juga untuk mencegah adanya usaha yang memiliki sistem kapitalis di pedesaan yang dapat mengganggu tatanan kehidupan di masyarakat.

Eksistensi BUMDes terus mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya diketahui hingga tahun 2020 awal sudah sebanyak 46 ribu atau lebih dari 61 % desa di Indonesia sudah memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Namun jika melihat dilapangan masih banyak yang belum berkembang atau hanya jalan ditempat dikarenakan badan hukum BUMDes yang belum jelas, dan juga sumber daya manusia yang masih rendah dalam pengelolaannya (BUMDes, 2020). Kebanyakan BUMDes yang berhenti beroperasi menjalankan usaha simpan pinjam faktor pembubarannya karena setoran pinjaman yang macet sehingga menjadikan kas BUMDes kosong dan modal dari dana desa yang diberikan

(5)

tidak mampu mencukupi kebutuhan usahanya serta partisipasi masyarakat yang masih sangat rendah. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah desa untuk megetahui potensi desa sehingga tidak salah dalam memilih jenis usaha yang akan dilakukan dan pelaksanaannya memperoleh hasil yang dapat dirasakan secara luas dengan begitu tercapai kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah telah mendukung desa untuk mempunyai badan usaha, karena usaha milik desa ini secara proporsional dapat dijadikan wadah bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam melakukan progam pemberdayaan ekonomi pada tingkat desa. Keberadaan BUMDes diharapakan mampu menstimulasi dan menggerakan ekonomi masyarakat desa. Aset ekonomi yang dimiliki desa secara penuh harus di kelola oleh masyarakat desa.

Pengelolaan BUMDes harus dilakukan dengan semangat kebersamaan supaya kelembagaan ekonomi yang dibentuk berjalan baik. Namun kenyataan dilapangan dalam pelaksanaanya partisipasi masyarakat masih minim. BUMDes sebagai institusi yang menaungi usaha milik desa berperan penting untuk meningkatkan sumber pendapatan desa dan juga sebagai penggerak sektor ekonomi masyarakat desa

Tidak dipungkiri bahwa BUMDes memiliki peran dalam perekonomian masyarakat, namun dalam pelaksanaan BUMDes masih mempunyai hambatan. Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya seperti penelitian dari Rindi dkk, (2017) menyatakan bahwa kendala utama yang terjadi dalam pelaksanaan BUMDes adalah keterbatasan SDM yang ada.

Dalam operasional BUMDes masih memiliki kendala yaitu kurangnya masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam pengelolaan BUMDes karena dalam mengelola usaha desa ini masih mengandalkan sistem gotong royong sedangkan masyarakat memerlukan upah atas tenaganya.

Dan juga anggaran dari dana desa juga masih sangat sedikit, sehinga rencana-rencana pengelola BUMDes dan pemerintah desa menjadi sulit teralisasikan. Secara konseptual keberhasilan BUMDes dilihat dari pengelolaannya, jika dilakukan dengan baik maka Pendapatan Asli Desa (PADes) dengan adanya peningkatan PADes, maka proses pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dapat mengalami peningkatan. Namun untuk mewujudkannya diperlukan perhatian serta pemahaman tentang pengelolaan BUMDes yang ideal dan profesional.

Telaga Batu Putih adalah wisata air yang terdapat di Desa Paguyuban, di Kecamatan Way Lima Pesawaran, Provinsi Lampung. Kondisi telaga yang masih sangat alami dengan

(6)

sumber mata air alami sehingga udara sejuk dengan panorama dan nuansa alam yang khas.

Kawasan Telaga Batu Putih mempunyai luas sekitar 5.999,2 hektar yang 57 persen menjadi kawasan wisata. Sebagai salah obyek ekowisata, sekitar lokasi Telaga Batu Putih bisa didirikan kemah untuk wisata water park dan outbound serta lainnya. Pada awal 2019 Masyarakat Desa Paguyuban, Kecamatan Way Lima menumbuhkan potensi wisata baru dengan menyulap lahan yang berlokasi berada di Desa Paguyuban menjadi tempat untuk bersantai dan memiliki spot foto, untuk memperkokoh sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan. Kini Desa Paguyuban merupakan kawasan destinasi wisata yang berkelanjutan sehingga diperlukan inovasi dan berkreasi dalam penataannya. Selain itu, Dinas Pariwisata Propinsi Lampung, khususnya bagi Kabupaten Pesawaran ingin menjadikan Desa Paguyuban sebagai "Kampung kreatif” sebagai upaya untuk menata kawasan wisata, mendorong tumbuhnya usaha kecil menengah (UKM) melalui kreativitas, inovasi dan usaha di masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan desa wisata.

Foto 1. Objek Wisata di Desa Paguyuban Kecamatann Way Lima Kabupaten Pesawaran

Kenyataannya, seringkali kegiatan pengelolaan lokasi wisata lebih berorientasi pada pemanfaatan ekonomi dan memarginalkan masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar lokasi telaga. Konsep trickle-down effect yang dijalankan pemerintah dalam pembangunan tidak serta merta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan (Qodriyatun, 2013).

Oleh karena itu, pengembangan ekonomi lokal dan masyarakat sekitar hutan melalui program pemberdayaan antara lain melalui kerjasama dengan pihak-pihak lembaga swadaya masyarakat (LSM) ataupun kelompok swadaya masyarakat (KSM) harus dikembangkan karena selama ini kurangnya pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan

(7)

pengambilan keputusan sehingga belum mampu menurunkan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan (Rositah, 2005). Selain itu, pembuat kebijakan cenderung memprioritaskan keuntungan ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan keberlangsungan alam (Wollenberg, dkk., 2004).

Dalam rangka melibatkan masyarakat Desa dalam pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes ini dapat melakukan beragam usaha seperti pelayanan sosial yang tidak semata-mata orientasi keuntungan seperti usaha air minum desa baik pengelolaan air bersih maupun pengelolaan air minum (suling), usaha listrik desa, lumbung pangan, dll, melaksanakan jasa keuangan mikro desa, penyewaan, lembaga perantara pemasaran hasil atau produk dan jasa pembayaran, usaha perdagangan, bahkan menjadi kontraktor untuk pembangunan infrastruktur desa. Melalui berbagai unit usaha ini, berbagai kebutuhan dasar warga desa diharapkan dapat diwadahi dan dipenuhi. BUMDEs Desa Telaga Batu Putih ikut mengembangkan kawasan Ekowisata Telaga Batu Putih sebagai salah satu usaha pengembangan ekonomi masyarakat.

Sejauh ini, pengelola BUMDes dan stakeholders di kawasan tersebut belum memiliki business plan bagaimana agar penataan dan pengembangan kawasan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi pengelola BUMDes dan stakeholders terkait untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar dalam menyusun business plan. Dengan adanya perencanaan bisnis (bussiness plan) yang jelas dan terukur yang menjadi pedoman sekaligus sebagai alat untuk menjalin kerja sama yang konstruktif dan saling menguntungkan dengan pihak lain baik pemerintah, perbankan/lembaga keuangan, investor, dan sebagainya agar dapat mewujudkan usaha mandiri dalam pengelolaan eko wisata Telaga Batu Putih yang berkelanjutan.

Untuk menjawab persoalan tersebut dengan program pengabdian kepada masyarakat tentang optimalisasi peran BUMDes dalam Business Plan bagi Pengelolaan Kawasan Ekowisata Berkelanjutan di Desa Peguyuban Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran, telah dilaksanakan. dan memberikan manfaat bagi pengelola BUMDES dan stakeholders terkait dalam pengelolaan kawasan ekowisata Telaga Batu Putih. Tujuan umum yang ingin dicapai dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah meningkatkan

(8)

pengetahuan dan pemahaman BUMDes dan stakeholders (utamanya pelaku usaha di kawasan ekowisata Telaga Batu Putih) dalam Perencanaan Bisnis dan menfasilitasi penyusunan business plan BUMDes bagi pengembangan usaha berkelanjutan di Kawasan Eko Wisata Desa Telaga Batu Putih Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran.

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:

1. Optimalisasi peran BUMDes belum berjalan dalam peningkatan pengembangan usaha desa.

2. Pengelolaan Ekowisata melalui memanfaatkan dan mengembangkan peluang usaha yang ada di desa.

3. Belum optimalnya usaha ekonomi produktif di kawasan daerah sekitar objek ekowisata dalam mewujudkan pemberdayaan ekonomi kreatif melalui BUMDes.

Dari masalah yang teridentifikasi, maka dapat dirumuskan masalah yang hendak diselesaikan dalam pengabdian pada masyarakat adalah bagaimana memberdayakan ekowisata demi mwujudkan masyarakat desa yang kreatif dan inovatif.

Tujuan Kegiatan Pengabdian Tujuan kegiatan ini adalah:

1. Memberikan bimbingan dan penyuluhan terkait peningkatan fungsi optimalisasi peran BUMDes.

2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan terkait pengelolaan ekowisata dengan memanfaatkan dan mengembangkan peluang usaha desa yang ada.

3. Memberdayakan potensi ekonomi produktif di kawasan daerah sekitar objek ekowisata dalam mewujudkan pemberdayaan ekonomi kreatif melalui BUMDes.

Manfaat Kegiatan Pengabdian

Manfaat kegiatan ini adalah untuk menjawab persoalan masyarakat dengan program pengabdian kepada masyarakat tentang pengoptimalan peran dan fungsi BUMDes dalam Business Plan bagi Pengelolaan Kawasan Ekowisata Berkelanjutan di Desa Peguyuban Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran, telah dilaksanakan. dan memberikan manfaat bagi pengelola BUMDES dan stakeholders terkait dalam pengelolaan kawasan ekowisata

(9)

Telaga Batu Putih. Manfaat umum yang ingin dicapai dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman BUMDes dan stakeholders (utamanya pelaku usaha di kawasan ekowisata Telaga Batu Putih) dalam Perencanaan Bisnis dan menfasilitasi penyusunan business plan BUMDes bagi pengembangan usaha berkelanjutan di Kawasan Eko Wisata Desa Telaga Batu Putih Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran.

(10)

BAB II

SOLUSI DAN TARGET LUARAN

Solusi Kegiatan

Rancangan Business Plan BUMDes

Secara sederhana rencana usaha atau bisnis plan bumdes adalah pernyataan format tertulis yang memuat tentang gambaran umum usaha, jenis usaha, konsumen/pemakai produk, strategi pemasaran produk (barang atau jasa), tantangan usaha, rencana biaya, proyeksi omset dan laba yang diperoleh dari usaha yang dijalankan.

Pertama, business plan penting karena akan mempertajam segala perencanaan yang telah ditetapkan dan hasil yang diharapkan. Seringkali orang yang ingin membangun usaha menjadi terlupa dengan prioritas yang harus dia jalankan ketika uang sudah di tangan. Dengan business plan akan membantu mengontrol dalam menggunakan investasi sehingga sesuai dengan target yang sudah direncanakan. Kedua, untuk mengetahui arah dan tujuan perusahaan. Sebuah usaha harus memiliki arah yang jelas. Jangan sampai ketika memutuskan memilih sebuah usaha karena merasa jatuh cinta saja pada jenis usaha itu tetapi lupa memikirkan apakah itu sebuah usaha yang aman untuk investasi yang akan gunakan. Hal yang perlu diingat adalah menyukai sebuah jenis usaha saja belum cukup untuk membangun usaha yang sukses. Ketiga, business plan berisi cara mencapai sasaran yang ingin dicapai. Jangan sampai pelaku usaha menjadi lupa bagaimana cara mencapai sasaran yang telah disusun sebelumnya karena terlalu asyik terhadap proses awal sebuah pendirian usaha. Keempat, business plan adalah ukuran bagi investor untuk melihat bagaimana proses usaha berjalan.

Bentuk pengajuan rencana bisnis yang dapat diterapkan di BUMDes Telaga Batu Putih (lihat lampiran).

Target Luaran

Terwujudnya rancangan sederhana pengembangan business plan yang berkelanjutan dan dapat dengan mudah diaplikasikan bagi masyarakat desa khususnya BUMDes. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dapat dilakukan berbagai pemecahan masalah sebagai berikut;

1. Memberi pemahaman mengenai peran BUMDes dalam pengelolaan pemanfaatan kawasan ekowisata setempat.

(11)

2. Mengembangkan usaha ekonomi produktif desa khususnya terkait dengan pemanfaatan ekowisata yang ada di Desa Paguyuban sehingga tercipta pemberdayaan masyarakat ekonomi kreatif melalui pengelolaan BUMDes setempat.

Kajian Teori Pengertian Desa

Berdasarkan penelitian Nursetiawan (2018) menjelaskan “Desa merupakan suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut sebagai wujud atau ketampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis (fisis), sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang saling berinteraksi di antara unsur tersebut, serta hubungannya dengan daerah-daerah lain”.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 mendefinisikan “Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul atau tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI”. Berdasarkan undang-undang diatas diketahui desa mempunyai wewenang untuk mengatur wilayah sendiri untuk mensejahterakan masyarakat.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Pengertian BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa menurut Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 tentang pendirian, pengurusan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa adalah “usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa”.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradyani (2019) menjelaskan pengertian BUMDes yaitu “suatu badan yang didirikan atau dibentuk secara bersama oleh masyarakat dan pemerintah desa da pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat dalam rangka memperoleh keuntungan bersama sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Desa”.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa bahwa pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa untuk peningkatan pendapatan desa dan masyarakat, yang disesuiakan dengan kebutuhan dan potensi desa yang ada. Dijelaskan juga dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah desa dapat mendirikan badan

(12)

usaha sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa. Dengan begitu pembentukan BUMDes harus didasarkan pada potensi, kebutuhan serta kapasitas desa yang ada. Selain itu pendirian BUMDes dilakukan atas inisiatif masyarakat yang didukung pemerintah desa agar tercipta kemajuan ekonomi pada masyarakat desa.

Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek wisata ekowisata dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat yang berada di daerah tersebut atau daerah setempat (Subadra, 2008).

Perkembangan dalam sektor kepariwisataan pada saat ini melahirkan suatu konsep pengembangan pariwisata alternatif yang tepat. Konsep ini aktif membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan segala aspek dari pariwisata berkelanjutan. Aspek tersebut yaitu; ekonomi masyarakat, lingkungan, dan sosial-budaya. Pengembangan pariwisata berkelanjutan, ekowisata merupakan alternatif membangun dan mendukung pelestarian ekologi yang memberikan manfaat yang layak secara ekonomi dan adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat (Subadra, 2008).

Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang mempunyai tujuan membangun pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan pariwisata yang secara ekologis memberikan manfaat yang layak secara ekonomi dan adil secara etika, serta memberikan manfaat sosial terhadap masyarakat. Kebutuhan wisatawan dapat dipenuhi dengan tetap memperhatikan kelestarian kehidupan sosial-budaya, dan memberi peluang bagi generasi muda sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya (Subadra, 2008). Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan lingkungan yang khas yang terjaga keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata. Potensi ekowisata adalah suatu konsep pengembangan lingkungan yang berbasis pada

(13)

pendekatan pemeliharaan dan konservasi alam.

Ekowisata merupakan salah salah bentuk wisata alam. Wisata alam merupakan salah satu bentuk wisata alternatif (pilihan baru). Menurut Kodyat dalam Gunawan (1997) wisata alam ini dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu:

1. Wisata alam yang lebih disejajarkan dengan eco-tourism, sebagai perjalanan ke kawasan belum terjamah (virgin), belum terganggu atau terkontaminasi, dengan tujuan khusus, tidak sekedar rekreasi, tetapi untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemAndangan alam, flora dan fauna langka (wildlife) beserta segala manifestasi cultural yang ada di kawasan tersebut.

2. Pengertian wisata alam yang lebih banyak diminati adalah wisata alam yang lebih lunak dengan resiko yang lebih ringan, namun unsur-unsur alamiah tetap memegang peran penting. Termasuk kelompok ini adalah jenis-jenis wisata berbasis kepada pemAndangan alam, pantai, danau, gunung atau lainnya, tetapi tidak bersifat petualangan beresiko tinggi, dan merupakan jenis wisata yang lebih populer.

3. Menurut Pendit (1981), ekowisata merupakan kegiatan mengunjungi kawasan alamiah yang relatif tidak terganggu dengan tujuan melihat, mempelajari dan mengagumi keindahan alam, flora, fauna dan aspek budaya di masa lampau maupun sekarang yang terdapat di dalam kawasan tersebut. Secara konseptual, ekowisata menurut Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia (2009) didefinisikan sebagai perjalanan seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, yang pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam.

Ekowisata menurut Weaver (2001) adalah suatu bentuk wisata yang membantu perkembangan belajar berupa pengalaman dan penghargaan terhadap lingkungan ataupun sebagian komponennya, didalam konteks budaya yang berhubungan.

Kegiatan ekowisata bertujuan menjadikan lingkungan dan sosial budaya yang berkelanjutan. Tiga hal penting dalam ekowisata menurut Weaver (2001) adalah berdasarkan lingkungan alami, pembelajaran dan keberlanjutan. Ekowisata yaitu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan. Maksudnya melalui aktivitas yang berkaitan dengan alam, wisatawan diajak melihat alam dari dekat. Menikmati

(14)

keaslian alam dan lingkungannya, sehingga tergugah untuk mencintai alam.

Semua ini sering disebut back to nature (Yoeti, 2000).

4. Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggungjawab di tempat/daerah alami atau yang dikembangkan berdasarkan kaidah alam, dimana tujuannya selain menikmati keindahannya juga melibatkan unsur-unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan/penyelamatan lingkungan (alam dan kebudayaan) dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat (Yekti, 2001).

5. Menurut Rahman (2003) pengertian mengenai ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya ekowisata adalah:

a. Bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami.

b. Berpetualangan yang dapat menciptakan industri kepariwisataan.

Menurut Weaver (2001), ekowisata telah dipadukan dengan beberapa jenis wisata sejak tahun 1980-an, yaitu sebagai berikut:

a. Nature-based tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada lingkungan alami. Ekowisata telah menjadi bagian penting dari nature-based tourism.

Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu contoh kegiatan naturebased tourism adalah ekowisata.

b. Cultural tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada budaya dan sejarah suatu kawasan. Di dalam cultural tourism, ekowisata menjadi alternatif.

Namun, antara kedua jenis wisata ini dapat terjadi kasus overlap sehingga tidak mudah untuk menentukan wisata mana yang menjadi tujuan utama.

c. Adventure tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada kegiatan yang berisiko, menantang fisik sehingga wisatawan harus memiliki kemampuan tertentu. Beberapa ekowisata dapat menjadi bagian dari adventure tourism, tetapi banyak jenis adventure tourism tidak dapat menjadi bagian dari ekowisata. Hal ini karena pendekatan adventure tourism tidak selalu kepada nature-based (dasar dari ekowisata).

d. Alternative and mass tourism merupakan suatu model wisata berskala kecil yang dimaksudkan untuk dapat menyediakan suatu alternatif yang lebih sesuai dengan wisata massal. Model ini memberikan peluang terhadap perkembangan ekowisata di antara wisata massal.

(15)

Dari keempat wisata ini, bentuk altenative and mass tourism merupakan bentuk yang paling cocok untuk dipadupadankan dengan ekowisata. Bentuk ini memberikan hasil yang keberlanjutan (suistainable). Suistanable tourism merupakan wisata yang memiliki prinsip pengembangan yang berkelanjutan dan untuk menggabungkan kriteria dari lingkungan, sosial budaya dan ekonomi (Weaver, 2001). Menurut Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi, Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dan WWF-Indonesia (2009) ekowisata memiliki lima prinsip sebagai berikut.

a. Nature-based

Nature-based adalah produk dan pasar yang berdasar dari alam. Wisata alam merupakan bagian atau keseluruhan alam itu sendiri. Konsevasi sumber daya alam merupakan hal mendasar dalam pengembangan dan pengelolaan wisata alam.

b. Ecologically Sustainable

Kestabilan ekologi merupakan perencanaan dan manajemen kawasan berkelanjutan secara ekologi. Semua fungsi lingkungan baik biologi, fisik, maupun sosial tetap berjalan dengan baik.

c. Environmentally Educative

Pendidikan lingkungan ditujukan bagi pengelola dan pengunjung. Pendidikan adalah inti dari ekowisata yang membedakan dengan wisata alam lainnya. Pendidikan menciptakan suasana yang menyenangkan, bermakna, menumbuhkan kepedulian dan apresiatif terhadap lingkungan. Kelestarian lingkungan dalam jangka panjang dapat berjalan dengan kegiatan pendidikan.

d. Bermanfaat untuk masyarakat lokal

Manfaat ini dapat secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung antara lain, masyarakat terlibat dalam kegiatan wisatawan, pelayanan terhadap wisatawan dan penjualan barang-barang kebutuhan wisatawan. Manfaat tidak langsung berupa bertambahnya wawasan dari wisatawan atau pengelola.

e. Kepuasan bagi wisatawan

Kepuasan merupakan pemenuhan harapan wisatawan terhadap segala sesuatu yang ditawarkan. Seperti telah diketahui bahwa kegiatan pariwisata secara umum, wisata alam khususnya sangat terkait dengan kepariwisataan dunia. Karena aliran wisatawan antar negara merupakan bagian terbesar dari industri pariwisata.

(16)

Pengembangan dan Pengelolaan Ekowisata Berkelanjutan

Pengembangan pariwisata alam adalah kegiatan memanfaatkan ruang melalui serangkaian program kegiatan pembangunan untuk pariwisata alam yang meliputi pengelolaan pemanfaatan lahan sesuai dengan azas pemanfaatan ruang dengan mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, berhasil guna, serasi dan seimbang serta berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2007).

Ekowisata merupakan salah satu jenis pariwisata alam yang baru dikembangkan.

Prinsip pengembangan pariwisata alam menurut Departemen Kehutanan (2007) adalah konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat dan ekonomi serta rekreasi.

a. Konservasi membantu mengurangi terjadinya gangguan kawasan seperti penebangan liar dan perambahan kawasan, mendukung upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa terutama tumbuhan dan satwa langka, melindungi warisan alam dan warisan budaya khususnya yang ada di dalam kawasan, menunjang upaya pemanfaatan yang berkelanjutan.

b. Edukasi dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pengunjung melalui pengembangan interpretasi (jika memungkinkan), meningkatkan kepedulian masyarakat dan partisipasi pengunjung, menunjang pengembangan penelitian di bidang pariwisata alam.

c. Partisipasi masyarakat berupa melibatkan masyarakat dalam proses pemanfaatan, sejak dari tahap perencanaan sampai ke Monitoring dan evaluasinya, meningkatkan keterampilan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan, memperhatikan adat dan tradisi setempat, hak-hak masyarakat terasing, agama dan kepercayaan, kearifan tradisional dan struktur sosial.

d. Ekonomi menjamin kelangsungan usaha agar kegiatan pariwisata alam tetap berlangsung, memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan konservasi, pembangunan lokal dan regional serta nasional, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat.

e. Rekreasi memberikan keamanan dan kenyamanan pengunjung, memberikan informasi yang memadai bagi pengunjung sejak sebelum sampai di tempat tujuan dan setelah pengunjung keluar dari kawasan, menawarkan pilihan produk-produk wisata yang bervariasi.

Pengembangan perlu diimbangi dengan pengelolaan. Pengelolaan adalah suatu

(17)

kegiatan manusia yang dibebankan kepada lanskap yang bertujuan memanen, memindahkan, mengangkut, atau mengisi sumber-sumber alami (U.S Department of Agriculture, 1974).

Menurut Keputusan Menteri Kehutanan No. 167 Tahun 1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan dan Pariwisataa Alam di Kawasan Pelestarian Alam, rencana pengelolaan kawasan pelestarian alam adalah upaya terpadu dalam penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan pengembangan dan perlindungan, serta pemanfaatan. Pengelolaan perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berkelanjutan. Salah satu bentuk pengelolaan lanskap pada kawasan hutan adalah sistem pengelolaan visual.

Pengelolaan visual dilakukan dengan cara menentukan kualitas visual objek, yaitu sesuatu yang diinginkan pada tingkat terbaik berdasarkan kondisi fisik dan karakter masyarakat sekitar area. Tingkat ini mengacu pada tingkat perubahan yang dapat diterima dari lanskap (U.S Department of Agriculture, 1974). Terdapat lima kualitas visual objek berdasarkan U.S Department of Agriculture (1974).

a. Preservation, yakni suatu sasaran kualitas visual yang hanya untuk perubahan secara ekologis.

b. Retention, yakni suatu sasaran kualitas visual untuk pengelolaan aktivitas pada jenis visual yang tidak jelas.

c. Partial retention, yakni suatu sasaran kualitas visual untuk pengelolaan aktivitas pada jenis visual yang sebagian telah jelas.

d. Modification, yakni suatu sasaran kualitas visual yang didominasi oleh karakter lanskap, tetapi pengelolaannya harus mempertahankan nilai alami.

e. Maximum modification, yakni suatu sasaran kualitas visual yang didominasi oleh karakter lanskap, dengan pemAndangan hanya sebagai latar belakang.

Pengelolaan wisata alam dan ekowisata, menurut Departemen Kehutanan (2007), meliputi sebagai berikut.

a. Pengelolaan kawasan meliputi kondisi kawasan dan penataan kawasan serta pengamanan kawasan.

b. Pengelolaan produk wisata alam meliputi pengembangan produk dan pemasaran produk serta sistem informasi produk.

c. Pengelolaan pengunjung meliputi distribusi pengunjung, interpretasi dan informasi bagi pengunjung serta keselamatan pengunjung. Pengelolaan pengunjung adalah teknik untuk membatasi, memberikan informasi, dan

(18)

mengawasi pengunjung yang datang ke suatu lokasi objek wisata alam agar sesuai dengan kemampuan daya dukung lokasi yang bersangkutan. Daya dukung kawasan adalah kemampuan ekosistem untuk mendukung kesehatan organisme sambil memelihara produktivitas dan adaptasi serta kemampuannya untuk memperbaiki dirinya. Pengelolaan pengunjung direncanakan untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak negatif akibat kunjungan. Pengelolaan pengunjung dapat dilakukan secara langsung dengan menghitung daya dukung dan pengaturan pengunjung atau secara tidak langsung melalui program interpretasi.

d. Pengelolaan dampak meliputi dampak ekologis dan dampak sosial dan budaya serta ekonomi. Dampak dikelola dengan berbagai cara bergantung pada besarnya dampak, luas areal yang terkena dampak, dampak penting, tingkat sensitifitas wilayah dan kerangka waktu serta kemampuan untuk diperbaharui.

e. Pengelolaan kelembangan meliputi organisasi, sumber daya manusia dan keuntungan serta sarana dan prasarana.

Keberadaan masyarakat sekitar sangatlah penting untuk keberlanjutan suatu kawasan.

Begitu juga dalam pengembangan dan pengelolaan wisata. Menurut Weaver (2001), jika masyarakat lokal tidak mendapatkan keuntungan dari suatu kegiatan (ekowisata), akan terjadi kesenjangan kesejahteraan sehingga masyarakat tidak akan peduli terhadap lingkungan.

Bentuk ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan, antara lain, berupa penebangan kayu dan pembakaran lahan untuk berkebun di kawasan proteksi. Pengelolaan berbasis masyarakat akan memberikan hasil yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan masyarakat ikut serta sehingga menumbuhkan rasa memiliki dan menjaga suatu kawasan. Namun, pengelolaan ini harus memperhatikan nilai penting dari sosial budaya masyarakat.

Menurut Weaver (2001), agar ekowisata dapat berjalan dengan lama (berkelanjutan), dampak positif dan negatif dari sosial budaya harus diperhatikan. Hal ini akan menjadi bagian yang krusial dalam pengelolaan dengan cara memberikan perhatian khusus terhadap budaya masyarakat itu sendiri. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat atau sebagai pengelola (Direktorat Jenderal

(19)

Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF- Indonesia, 2009). Masyarakat mempunyai peran penting dalam pengelolaan berbasis masyarakat.

Masyarakat ikut serta dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan pengembangan dan pengelolaan. Beberapa peneliti mengelompokkan menjadi beberapa bentuk. Menurut Preety (1995) dalam Mason (2003), tipologi dari partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Partisipasi manipulasi, yakni partisipasi yang tidak mempunyai kekuatan dalam organisasi.

b. Partisipasi pasif, yakni partisipasi berupa pemberian informasi oleh masyarakat kepada pihak dalam pengelola.

c. Partisipasi melalui konsultasi, yakni partisipasi berupa konsultasi mengenai masalah dan informasi mengenai proses pengelolaan.

d. Partisipasi untuk perangsang material, yakni partisipasi yang hanya untuk mendapatkan upah, tetapi tidak mengerti proses pengelolaan.

e. Partisipasi yang fungsional, yakni partisipasi yang lebih interaktif yang mendorong masyarakat mulai mempelajari proses pengelolaan, tetapi pengambilan keputusan masih di tangan pihak pengelola.

f. Partisipasi yang interaktif, yakni partisipasi aktif dalam melakukan analisis, pengembangan dan pengelolaan serta pengambilan keputusan sehingga masyarakat telah menjadi bagian utama dalam pengelolaan.

g. Pergerakan sendiri, yakni masyarakat membentuk institusi sendiri dan bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak yang dibutuhkan.

Konsep partisipasi sangat susah untuk diimplementasikan karena dibutuhkan usaha yang cukup keras untuk mengembangkannya dalam masyarakat. Menurut Jenkis (1993) dalam Mason (2003), terdapat tujuh halangan dalam mengembangkan wisata berbasis masyarakat, yaitu:

a. Masyarakat pada umumnya sulit untuk memahami konsep yang baru.

b. Masyarakat tidak perlu memahami bagaimana proses dan cara pengambilan keputusan.

c. Masalah dari pencapaian dan pemeliharaan adalah dalam proses pengambilan keputusan.

d. Kurangnya semangat dari masyarakat sekitar.

(20)

e. Peningkatan biaya berhubungan dengan waktu kerja dan upah kerja.

f. Pada kenyataannya, proses pengambilan keputusan dari partisipasi masyarakat membutuhkan hasil yang lebih lama.

g. Efisien secara keseluruhan kurang berpengaruh baik dalam proses pengambilan keputusan.

Akibat banyaknya halangan dalam implementasi konsep partisipasi, para peneliti telah mencoba mengembangkan berbagai metode, diantaranya adalah menurut Drakes (1991) dalam Mason (2003) yaitu, memantapkan peran dari partisipasi lokal, memilih tim untuk penelitian, melakukan persiapan studi, memantapkan keterlibatan lokal, memantapkan mekanisasi pendekatan partisipasi, melakukan permulaan dalam bentuk dialog, mengambil keputusan secara kolektif, mengembangkan rencana dan implementasi skema, memantau dan mengevaluasi. Pemerintah sangat berperan penting dalam implementasi konsep partisipasi.

Pemerintah merupakan stakeholder yang berpengaruh dalam proses pengelolaan berbasis masyarakat. Menurut Weaver (2001), beberapa usaha yang dapat dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut:

a. Menganalis pengembangan dan peraturan ekowisata dari waktu ke waktu dengan cara melihat dampak dari pengembangannya.

b. Menganalisis fasilitas yang dapat dikembangkan di dalam kawasan dengan cara melihat tingkat interaksi mutu yang menguntungkan.

c. Meneliti ketetapan umum yang berhubungan dengan bantuan eksternal dalam kaitannya dengan tujuan yang ditargetkan, stakeholder dan hasil.

(21)

BAB III

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan menggunakan metode pendidikan orang dewasa dengan metode partisipatif melalui penyampaian materi dan menfasilitasi penyusunan business plan kepada pengelola BUMDes serta stakeholders lainnya yaitu pihak-pihak lain yang terkait dengan pengembangan kawasan ekowisata di Desa Paguyuban Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran.

Penyuluhan dan fasilitasi serta diskusi terarah akan dilakukan untuk menyerap data dan informasi tentang ragam dan perkembangan usaha yang ada serta masalah-masalah yang dihadapi dalam mengembangkan usaha, untuk menjadi dasar penyusunan dan penyempurnaan draft business plan. Kegiatan ini melibatkan partisipan yang terdiri dari pengelola BUMDes serta pelaku usaha lain, serta instransi/lembaga lain yang terlibat dalam pengelolaan kawasan ekowisata serta petani yang ikut memanfaatkan kawasan sekitar. Perlaksanaan kegiatan merlalui tahap-tahap persiapan, koordinasi dengan BUMDes dan pihak-pihak terkait di lapangan, sosialisasi dan penyuluhan dan diskusi terarah serta fasilitasi penyusunan business plan, dan evaluasi kegiatan. Kegiatan pengabdian ini rencananya akan dilaksanakan di Aula Pertemuan Kawasan Wisata Telaga Batu Putih di Desa Paguyuban Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran khususnya BUMDes serta Stakeholders yang terlibat dalam pengembangan ekowisata berkelanjutan di kawasan Telaga Batu Putih serta masyarakatnya mempunyai interaksi langsung dengan kawasan sekitar objek wisata dalam membangun penghidupan mereka. Wilayah ini juga memiliki potensi yang bagus untuk pengembangan ekowisata air dan sekitarnya, serta usaha-usaha ekonomi yang terkait sehingga mempunyai potensi yang besar sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat di wilayah tersebut jika dikelola secara berkelanjutan.

Rancangan Evaluasi

Untuk menilai keberhasilan program kegiatan ini adalah :

1. 80% peserta yang diundang hadir dalam kegiatan pengabdian 2. Terlaksananya seluruh kegiatan pengabdian

(22)

3. 40% peserta mampu mengembangkan usaha ekonomi produktif dengan pendampingan dari tim pengabdi

4. Pernyataan kepuasan dari peserta pendampingan, dan pemerintah setempat.

(23)

BAB IV

PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN

Jenis kepakaran yang diperlukan

Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh mitra yaitu stagnanya desa wisata dan kurangya pengetahuan dalam mengelola desa wisata agar terjaminnya keberlanjutan usaha masyarakat maka akan diberikan solusi yaitu peningkatan keterampilan peserta target dibidang pengelolaan desa wisata sebagai ciri khas dari desa wisata. Oleh karena itu kepakaran ilmu yang dibutuhkan oleh peserta Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah dalam bidang akuntansi.

Uraian kepakaran dan pembagian tugas

Tabel 4. Personalia Pengusul dan Kepakaran

No Posisi Kepakaran Peran/Tanggung Jawab

1 Ketua Akuntansi - Menyusun perencanaan program

- Melakukan koordinasi pelatihan desa wisata

- Malakukan Pemberdayaan Masyarakat melalui potensi BUMDes dan ekonomi kreatif masyrakat lokal - Melakukan evaluasi atas kegiatan - Menyusun Laporan Hasil

- Menyusun Jurnal

- Mempresentasikan Hasil PKM 2 Anggota (1) Manajemen - Menyusun perencanaan program

- Memaparkan cara mempromosikan dan memasarkan desa wisata

- Melakukan evaluasi - Menyusun Laporan Hasil - Menyusun Jurnal

- Mempresentasikan Hasil PKM 3 Anggota (2) Akuntansi - Menyusun perencanaan program

- Mempersiapkan peralatan teknis kegiatan

- Melakukan pembekalan mengenai pengelolaan keuangan dan penyusunan business plan

- Menyusun Laporan Hasil - Menyusun Jurnal

- Mempresentasikan Hasil PKM

(24)

4 Mahasiswa (1) Akuntansi - Membantu pelaksanaan pemberdayaan masyarakat lokal dan ekonomi kreatif - Membantu pelaksanaan pembekalan

pengelolaan keuangan dan penyusunan business plan

- Membantu dalam penyusunan business plan

- Membantu persiapan penyusunan business plan dan teknis kegiatan dalam PKM

(25)

BAB V

RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

Rencana Anggaran Belanja (RAB)

Rincian biaya yang diajukan dalam proposal Pengabdian Kepada Masyarakat ini didanai oleh Hibah Universitas Lampung yang mengacu kepada peraturan dari Kemenristekdikti. Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat Unggulan pada tahun 2022 dengan biaya maksimal Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) berdasarkan rencana tabel dibawah ini:

Tabel 5.1 Rencana Anggaran Belanja (RAB)

No Komponen Biaya Jumlah

1 Pengadaan alat dan bahan pengabdian Rp 2.000.000,00

2 Biaya Perjalanan Pengabdian Rp 6.500.000,00

3 Pengumpulan dan Analisis Data Rp 2.000.000,00

4 Sewa Peralatan Rp 2.000.000,00

5 Bahan Habis Pakai/Alat Tulis Kantor Rp 4.500.000,00

6 Laporan Hasil Pengabdian/Publikasi Rp 5.000.000,00

Total Rp 20.000.000,00

Jadwal Pelaksanaan

Tabel 5.2 Jadwal Pelaksanaan PKM

No Kegiatan Tempat Bulan (Tahun 2022)

Mei Jun Jul Agst Sept Okt

1 Persiapan FEB Unila

2 Sosialisasi Program Pesawaran 3 Pelatihan penyusunan

business plan

Pesawaran 4 Pelatihan

Kewirausahaan dan pengelolaan keuangan

Pesawaran

5 Pelaporan dan tindak lanjut

Pesawaran 6 Evaluasi Pelaksanaan FEB Unila 7 Penyusunan Laporan

hasil

FEB Unila 8 Penyusunan

manuskrip

FEB Unila

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Gutomo Bayu; Rusida Yuliyanti, Joko Suryanto, Andini Desita Ekaputra Tanjung Saptono, Hasriani Muis, 2015. Sumbangan Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa terhadap Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan: Studi Kasus. Kerjasama penelitian antara: Pusat Penelitian Kependudukan LIPI dengan Kemitraan. The Partnership for Governance Reform. Jakarta.

Ashley, Caroline and Diana Carney, 1999. Sustainable livelihoods: Lessons from early Experience. DFID: Department for International Development, London

Cahyono, Eko, 2012. Konflik Kawasan Konservasi dan Kemiskinan Struktural. Jurnal Politika Vol. 8 No. 1 Tahun 2012, Politik Sumberdaya Alam.

Departemen Kehutanan, 2009. Pangan dari Hutan (Kontribusi Sektor Kehutanan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional), Makalah pada Seminar Seminar Nasional dalam rangka “Hari Pangan Sedunia, 12 Oktober 2009”, Jakarta, 1 Otober 2009 http://www.dephut.go.id/uploads/files/DEPHUT_Makalah_HPS. pdf.

Ellis, Frank, 1998). Household strategies and rural livelihood diversification. The Journal of Development Studies. Volume 35, Issue 1, 1998 P: 1-38

Garedew , Efrem, Mats Sandewall, Ulf Soderberg, 2012. A Dynamic Simulation Model of Land-Use, Population, and Rural Livelihoods in the Central Rift Valley of Ethiopia, Environmental Management (2012) 49:151–162

Hasan, Rubangi Al ; Yumantoko, 2016. Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus di Pulau Lombok). Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu: Lingsar, Pesawaran, NTB. http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/p dfprosiding2/fisip201224.pdf.

Diakses 17 Maret 2016

Menteri Kehutanan Republik Indonesia, 2011. Peraturan Menteri kehutanan Republik Indonesia. No. 16/Menhut- II/2011 Tentang Pedoman Umum Program nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kehutanan.

Ngugi, Robinson K. And Dickson M. Nyariki, 2005. Rural livelihoods in the arid and semi- arid environments of Kenya: Sustainable alternatives and challenges. Agriculture and Human Values (2005) 22: 65–71

Nursetiawan, I. (2018). Strategi Pengembangan Desa Mandiri Melalui Inovasi BUMDES.

Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan. 4(2). 72-81.

PSPK UGM, 2016. Ironi Relasi Hutan dan Masyarakat Desa. http://pspk.ugm.

ac.id/seminar/107-ironi-hubungan- kehutanan-dengan-masyarakat- desa.html diakses 17 Maret 2016.

(27)

Qodriyatun, Sri Nurhayati, 2013. Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan Konservasi: Studi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Model Desa Konservasi Diterbitkan oleh: P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika 2013.

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/fil es/buku_individu/buku-individu-7.pdf

Rangkuti, Freddy, 2000. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 532 hal.

Rositah, Erna, 2005. Kemiskinan Masyarakat Desa Sekitar Hutan dan Penanggulangannya Studi Kasus di Kabupaten Malinau dalam Governance Brief: Forests and Governance Programme. Center for International Forestry Research. Agustus 2005 nomor 14 http://www.cifor.org/publications/pd f_files/govbrief/GovBrief0602.pdf

Walker, John (2009) Start-up Sample Business Plan. Continental Business Plan Consulting, LLC. New York, NY. Bisa diunduh dari http://www.spmvv.ac.in/ecell/docs/business models/3.pdf

Wollenberg, Eva; Brian Belcher, Douglas Sheil, Sonya Dewi, Moira Moeliono, 2004.

Mengapa kawasan hutan penting bagi penanggulangan kemiskinan di Indonesia?

Governance Brief: Forests and Governance Programme. Desember 2004 Nomor 4 (i).

Center for International Forestry Research. http://www.cifor.org/publications/pd f_files/govbrief/GovBrief0404I.pdf

World Bank, 2006. Pertumbuhan Ekonomi, Penghidupan Pedesaan, dan Manfaat Lingkungan:

Opsi-opsi Strategis untuk Bantuan Kehutanan di Indonesia, Jakarta: Bank Dunia.

WWF,2002. Penilaian Ekonomi Sumberdaya Kawasan Rinjani. WWF, Mataram, NTB WWF, 2012. Studi Model dan Mekanisme Pengelolaan Jasa Lingkungan di Kabupaten

Lombok Tengah. Mataram, NTB.

Yakin, Addinul, 2000. Implikasi Sosial Ekonomi Pembangunan Hutan Kemasyarakatan dan Prospek Pengelolaan HPH melalui Koperasi: Kasus di Kabupaten Bima dan Dompu.

Majalah Ilmiah Agriteksos Vol. 9(4), Januari 2000.

Yakin, Addinul dan Jamal Othman, 2003. “Resource and Policy at the Age of Regional Autonomy in Indonesia”, Paper yang dipresentasikan pada the 2-day International Seminar on “Sustainable Economic, Business, and Social Development in an Era of Globalization”, 13/10/2003- 14/10/2003 at Equatorial Hotel, Bangi, Selangor, Malaysia.

Yakin, Addinul, 2006. Implementation and Enforcement of Environmental Policies in Promoting Sustainable Development in Asia: Learning from Malaysia and Japan in Power, Purpose, Process, and Practice in Asia: The Work of API Fellows 2003/2004. Asian Public Intellectuals Program. Kuala Lumpur, Malaysia: Sasyaz Holdings Sdn. Bhd. Pages: 1-18.

Yakin, Addinul, 2006. Kebijakan Pengelolaan Sumber daya air dan Tata Pamong

(28)

Lingkungan di Era Otonomi Daerah. Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional tentang Kehutanan yang diselenggarakan di Hotel Jayakarta, Lombok: 9-11 Juni 2006.

LAMPIRAN

SURAT PERSETUJUAN MITRA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Imam Khudrli

Jabatan : Kepala Desa Paguyuban

Alamat : Desa Paguyuban Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran

Menyatakan bersedia untuk bekerja sama dengan tim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dalam pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat guna menerapkan IPTEK dengan judul/tema Optimalisasi Peran Bumdes Dalam Pengembangan Ekowisata Melalui Business Plan Dan Penguatan Mental Usaha Di Desa Paguyuban Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran

Bersama ini pula saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa tidak terdapat ikatan kekeluargaan dan usaha dalam wujud apapun.

Demikian surat persetujuan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pesawaran, 14 Maret 2022

(29)

CONTOH

Proposal Rencana Usaha

BUM DESA “...”

BIDANG USAHA

...

Desa ...

(30)

disusun oleh:

PENGURUS BUMDES

KOP BUM Desa

Nomor : Lamp : -

Perihal : Permohonan Pendanaan Usaha Kepada Yth.

Kepala Desa ...

Di –

...

Asslamu’alaikum Wr.Wb Dengan Hormat,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat serta karunia- Nya sehingga proposal ini bisa terselesaikan dengan baik, proposal yang kami susun ini merupakan program pengembangan usaha BUMDES sebagai salah satu sarana dan upaya dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan usaha serta pendapatan BUMDes.

Dengan telah tersusunnya proposal Unit Usaha ... ini yang merupakan salah satu Unit Usaha BUM Desa, besar harapan kami kiranya Bapak dapat membantu dan memberikan kepercayaan kepada kami berupa bantuan dana / penyertaan modal yang kami perlukan sebesar Rp... ( ... ), proposal dan RAB terlampir.

Demikian proposal ini kami susun dan ajukan untuk dapat diperhatikan, atas bantuan dan kerjasama kami sampaikan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

..., ... 20...

Direktur BUMDes “...”

( ...)

(31)

DAFTAR ISI

DAFTAR HALAMAN ...

1. RINGKASAN EKSEKUTIF ... 32

2. LATAR BELAKANG BUMDES ... ... 32

2.1 DATA BUMDES ... 32

2.2 BIODATA PIMPINAN ... 32

2.3 STRUKTUR ORGANISASI ... 33

2.4 SUSUNAN PEMILIK / PEMEGANG SAHAM ... 33

3. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN ... 34

3.1 PRODUK / JASA YANG DIHASILKAN ... 34

3.2 GAMBARAN PASAR ... 34

3.3 TARGET PENJUALAN ... 35

3.4 STRATEGI PEMASARAN ... 35

3.5 ANALISIS PESAING ... 36

3.6 SALURAN DISTRIBUSI ... 36

4. RENCANA PENGEMBANGAN USAHA ... 37

5. ANALISIS DAMPAK DAN RESIKO USAHA ... 38

5.1 DAMPAK TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR ... 38

5.2 DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN ... 38

5.3 ANALISIS RESIKO USAHA ... 38

5.4 ANTISIPASI RESIKO USAHA ... 38

LAMPIRAN... 40

A. PETA LOKASI ... 41

B. FOTO PRODUK ... Error! Bookmark not defined. C. DOKUMENTASI PRODUKSI ... 20

(32)

BUM DESA “...”

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

- BUM DESA “...” DESA ...

- ...Jenis kegiatan ...

 [NILAI PENJUALAN PER TAHUN SAAT INI]

 [NILAI KEKAYAAN PERUSAHAAN TERAKHIR]

 [PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA]

 [RENCANA PENGEMBANGAN USAHA]

 [PROYEKSI (TARGET) NILAI PENJUALAN]

 [KEBUTUHAN DANA]

 [RENCANA PENGGUNAAN DANA]

 [JANGKA WAKTU PENGEMBALIAN]

 [AGUNAN]

2. LATAR BELAKANG BUM DESA ...

2.1 DATA BUM DESA ...

1. Nama BUM DESA 2. Bidang Usaha 3. Jenis Produk / Jasa 4. Alamat BUM DESA 5. Nomor Telepon/Fax 6. Alamat E-mail

7. Bentuk Badan Hukum 8. Nomor Akte Pendirian 9. N P W P

10. Mulai Berdiri

2.2 BIODATA PIMPINAN

1. Nama 2. Jabatan

3. Tempat dan Tanggal Lahir 4. Alamat Rumah

(33)

BUM DESA “...”

5. Nomor Telepon 6. Nomor Fax 7. Alamat E-mail 8. Pendidikan Terakhir 9. Pengalaman Kerja

2.3 STRUKTUR ORGANISASI

2.4 SUSUNAN PEMILIK / PEMEGANG SAHAM

No NAMA Jumlah

Saham Nilai Saham %

1 Pemerintah Desa ...

T O T A L

(34)

BUM DESA “...”

3. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN

3.1 PRODUK / JASA YANG DIHASILKAN

Jelaskan tentang produk / jasa yang dihasilkan ...

KEUNGGULAN YANG DIMILIKI

1. ...

2. ...

3. ...

4. ...

5. Dst

3.2 GAMBARAN PASAR

Gambarkan tentang kondisi pasar untuk produk / jasa yang dihasilkan misalnya dalam kurun waktu 2 tahun ini ...

KEGIATAN PEMASARAN DAN PROMOSI YANG SUDAH DILAKUKAN :

 PERSONAL SELLING

Jelaskan pemasaran / penjualan yang telah dilakukan secara individu...

(35)

BUM DESA “...”

 ADVERTISING / IKLAN

Jelaskan pemasaran / penjualan yang telah dilakukan melalui promosi / iklan (kalau ada).

3.3 TARGET PENJUALAN ESTIMASI PENCAPAIAN :

Buatkan perhitungan biaya kasar, dan estimasi keuntungan yang dicapai ....

3.4 STRATEGI PEMASARAN

Strategi yang akan dilakukan untuk pemasaran produk / jasa ....

 PENGEMBANGAN WILAYAH PEMASARAN

Jelaskan rencana pengembangan ruang lingkup wilayah pemasaran ...

...

(36)

BUM DESA “...”

 KEGIATAN PROMOSI

Jelaskan kegiatan promosi yang telah dilakukan ...

 STRATEGI PENETAPAN HARGA

Ceritakan bahwa BUM Desa tidak sepenuhnya mencari keuntungan yang besar, sehingga penetapan harga bisa disepakati bersama dan saling menguntungkan.

3.5 ANALISIS PESAING

PESAING KEUNGGULAN KELEMAHAN

3.6 SALURAN DISTRIBUSI

WILAYAH PEMASARAN DAN JALUR DISTRIBUSI SAAT INI

1. Wilayah Pemasaran  Lokal ...[000] %

 Regional ...[000] %

 Nasional ...[000] %

 Ekspor ...[000] %

2. Jalur Distribusi  Individu

 Industri

 Pemerintah

 Lain – Lain

 Distributor

 Retailer

 Eksportir

3. Alamat Kantor / Counter Penampungan (Milik BUM DESA “...”)

Desa ...

(37)

BUM DESA “...”

WILAYAH PEMASARAN DAN JALUR DISTRIBUSI YANG DIRENCANAKAN

1. Wilayah Pemasaran  Lokal ...[000] %

 Regional ...[000] %

 Nasional ...[000] %

 Ekspor ...[000] %

2. Jalur Distribusi  Individu

 Industri

 Pemerintah

 Lain – Lain

 Distributor

 Retailer

 Eksportir

3. Rencana Lokasi Showroom /

Counter Penjualan DESA ...

4. RENCANA PENGEMBANGAN USAHA

Rencana Strategi Pengembangan Usaha yang akan dilakukan, yaitu :

 STRATEGI PEMASARAN

Uraikan strategi atau jenis kegiatan pemasaran yang akan dilakukan tahap demi tahap.

 STRATEGI PRODUKSI

Uraikan strategi atau jenis kegiatan produksi yang akan dilakukan tahap demi tahap.

 STRATEGI ORGANISASI DAN SDM

Uraikan strategi atau jenis kegiatan organisasi yang akan dilakukan tahap demi tahap.

(38)

BUM DESA “...”

 STRATEGI KEUANGAN

Uraikan strategi atau jenis kegiatan keuangan yang akan dilakukan tahap demi tahap.

5. ANALISIS DAMPAK DAN RESIKO USAHA

5.1 DAMPAK TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

Uraikan dampak negatif dan positif terhadap masyarakat sekitar atas aktivitas yang akan kita laksanakan ini

5.2 DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Uraikan dampak negatif dan positif terhadap lingkungan atas aktivitas yang akan kita laksanakan ini

5.3 ANALISIS RESIKO USAHA

Menggambarkan hal-hal yang mungkin mengganggu pelaksanaan investasi dan

5.4 ANTISIPASI RESIKO USAHA

Menggambarkan strategi / kegiatan yang akan dilakukan dalam mengantisipasi dan meminimalkan resiko usaha.

6. PENUTUP

Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan analisa usaha pengembangan ... melalui unit usaha ... Semoga proposal ini menjadi bahan pertimbangan sehingga dapat disetujui dan dapat terealisasi.

(39)

BUM DESA “...”

Pengurus BUM DESA “...”

Desa ...

(...) Direktur

(40)

BUM DESA “...”

LAMPIRAN

A. KELENGKAPAN USAHA

(41)

BUM DESA “...”

B. PETA LOKASI

C. FOTO PRODUK

(42)

BUM DESA “...”

CURRICULUM VITAE

II. Riwayat Pendidikan Formal

Strata Gelar Jurusan Tempat/Tahun Lulus

Strata 3( S3) Dr. Akuntansi UNIVERSITAS PADJADJARAN (2021)

Strata 2( S2) M.S.Ak Akuntansi UNIVERSITAS LAMPUNG (2014)

Profesi Ak. Akuntansi UNIVERSITAS LAMPUNG (2014)

Strata 2 (S2) M.Si. Ekonomi UNIVERSITAS INDONESIA (2003)

Strata 1 (S1) S.E., Ak. Akuntansi UNIVERSITAS LAMPUNG (2001)

I. Identitas Diri

Nama : Dr. Mega Metalia, S.E., M.Si., M.S.Ak., Ak., CA.

NIP : 19780309 200812 2 001

NIDN : 0009037806

Pangkat/Golongan : Lektor/III-b

Asal Instansi : Universitas Lampung

Alamat Kantor : Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Telepon Kantor : (0721) 704622

Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjungkarang, 9 Maret 1978

Alamat Rumah : Jl. Abdul Kadir I Gg Kelinci, RT 013 N0 37 Rajabasa, Tanjungkarang.

B. Lampung 35144 No. telepon/WA : 081278391066 No.KTP : 1871104903780002

E-mail : [email protected]/

[email protected] Mata Kuliah yang diampu : 1. Pengantar Perpajakan

2. Perpajakan 3. Audit

4. Manajemen Pajak 5. Manajemen Ekspor Impor

6. Bea Cukai dan Impor 7. Perdagangan LN dan Valas 8. Akuntansi Sektor Publik

9. Sistem Pengendalian Manajemen 10. Pengantar Akuntansi

11. Teknologi Informasi Akuntansi 12. Pengantar Akuntansi

13. Akuntansi Biaya 14. Akuntansi Manajemen 15. Analisa Laporan Keuangan

Gambar

Foto 1. Objek Wisata di  Desa Paguyuban  Kecamatann Way Lima Kabupaten Pesawaran
Tabel 4. Personalia Pengusul dan Kepakaran
Tabel 5.1 Rencana Anggaran Belanja (RAB)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pengabdian masyarakat pada SMP Islam AL Ikhlas di Meruya adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada manajemen, guru, serta staf pendidik tentang pentingnya

Tujuan dari kegiatan Program Kemitraan Masyarakat yang ingin dicapai adalah Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu PKK RT 023/Rw 005 dan masyarakat petani desa

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman serta pengetahuan terhadap teknologi informasi dan dapat menggunakan media sosial

Manfaat dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan pengetahuan dan informasi tentang penghitungan, penyetoran dan pelaporan pajak serta resiko

Maka dari itu pengusul ingin memberikan kegiatan peningkatan pengetahuan sistem mesin pendingin berteknologi magnetic di SMAN 33 Jakarta dengan kegiatan pengabdian

Target dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah membantu UMKM dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat pelaku UMKM serta meningkatan

Manfaat dari kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam hal ini adalah memberikan pengetahuan dan informasi pelatihan sebagai media promosi yang dapat dilakukan oleh Dinas

Manfaat yang akan diperoleh melalui program pengabdian ini adalah memberikan sebuah webinar untuk memanfaatkan Digitalisasi Pembayaran Berbasis Online bagi Usaha