• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSI BERWIRAUSAHA DAN KECERDASAN ADVERSITAS TERHADAP EMPLOYABILITY MAHASISWA POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSI BERWIRAUSAHA DAN KECERDASAN ADVERSITAS TERHADAP EMPLOYABILITY MAHASISWA POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

44 HUBUNGAN ANTARA INTENSI BERWIRAUSAHA DAN KECERDASAN

ADVERSITAS TERHADAP EMPLOYABILITY MAHASISWA POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

Muhammad Asfan

aStaf Pengajar Politeknik ATK Yogyakarta, Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit

Jl. Prof.Dr. Wirjono Projodikoro, SH., Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta

*Penulis korespondensi. Telp. +62 274 383727, Fax. +62 274 383727 Email: muhammad.asfan@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability mahasiswa Politeknik ATK Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI sejumlah 172 mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif diskriptif, instrumen yang digunakan berupa skala kuesioner yang terbagi menjadi 3 skala yaitu skala intensi berwirausaha, kecerdasan adversitas, dan employability. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi ganda.

Keabsahan data diperoleh melalui validitas dan reliabilitas. Penelitian ini memiliki 3 hipotesis yaitu, ada hubungan positif antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability, ada hubungan positif antara intensi berwirausaha terhadap employability, dan ada hubungan positif kecerdasan adversitas terhadap employability. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability dengan nilai determinasi nilai R sebesar 0,591. Intensi berwirausaha mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan terhadap employability mahasiswa dengan nilai r adalah 0,570.

kecerdasan adversitas mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan terhadap employability dengan nilai r adalah 0,535. Sumbangan efektif variabel intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability sebesar 34,9 % dengan koefisien determinan (R Square) sebesar 0,349. Sedangkan secara simultan sumbangan efektif intensi berwirausaha terhadap employability sebesar 22,1 % dan kecerdasan adversitas terhadap employability sebesar 12,8%.

Kesimpulan dari penelitian adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability mahasiswa Politeknik ATK Yogyakarta.

Kata kunci: intensi berwirausaha,kecerdasan adversitas,employability. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Fenomena banyaknya pengangguran yang semakin meningkat tiap harinya menjadi salah satu masalah sosial yang membutuhkan penyelesaian. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada saat ini, menjadi alasan utama bertambahnya angka pengangguran di negara ini. Ditambah

(2)

45 lagi beberapa pabrik atau industri yang banyak merumahkan karyawannya karena mengalami kebangkrutan. Kondisi seperti saat ini di mana pertumbuhan ekonomi perlambatan yang disertai dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka potensi penyerapan tenaga kerja tersebut berubah menjadi potensi PHK. Sebagian besar di antara mereka tidak terserap pasar tenaga kerja dan menganggur. Pengangguran terbuka yang diluluskan perguruan tinggi masih relatif banyak dari jumlah angkatan kerja di Indonesia. Hal itu menunjukkan penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi cenderung lambat sehingga menyuburkan pengangguran berlabel sarjana.

Lulusan perguruan tinggi Indonesia sedang mengalami dilema, sebab gelar ijazah pendidikan tinggi yang mereka raih tak lagi jadi jaminan mudah untuk mendapat pekerja. Kondisi yang dihadapi akan semakin diperburuk dengan situasi persaingan global (misal pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA) yang akan memperhadapkan lulusan perguruan tinggi Indonesia bersaing secara bebas dengan lulusan dari perguruan tinggi asing.

Pengangguran terus bertambah setiap tahun, khususnya pengangguran dari lulusan perguruan tinggi (Kellermann & Sagmeister, 2000). Oleh karena itu, para calon sarjana dituntut untuk lebih kreatif, inovatif, memiliki kompetensi, keterampilan kerja, dan kepribadian yang baik. Hal ini karena, lowongan yang tersedia sebenarnya yang menjadi kendala utama bagi seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan adalah kesiapan mereka untuk bekerja.

Dari hasil observasi dan wawancara tentang employability yang dilakukan pada mahasiswa Politeknik ATK menunjukkan tanggapan yang beragam. Ditemukan juga bahwa beberapa mahasiswa mengaku dirinya merasa siap menghadapi dunia kerja, walaupun nantinya sering menemukan kendala-kendala mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya dan untuk mendukung karier dalam kehidupan ke depan.

Mahasiswa yang lain mengaku dirinya belum mampu dan tidak siap untuk masuk dunia kerja, sebab sebagian mahasiswa kurang memiliki keterampilan dan pengalaman sehingga merasa cemas apalagi dengan persaingan yang ketat. Mereka menyatakan belum siap untuk langsung bekerja setelah lulus kuliah.

Mahasiswa pilih-pilih pekerjaan dengan gaji tinggi namun tidak diimbangi dengan usaha untuk mengembangkan kemampuannya. mahasiswa kurang berusaha mencari serta melamar peluang pekerjaan yang tersedia. Hal tersebut menunjukkan adanya permasalahan keyakinan pada mahasiswa terhadap kemampuannya untuk bekerja sesuai dengan harapannya

(3)

46 sekalipun telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan di kampus. Hasil data trecer study yang dilakukan oleh CDC Politeknik ATK Yogyakarta menunjukkan bahwa masa tunggu mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan selama 3-6 bulan.

Kenyataan diatas adalah pernyataan mahasiswa yang nantinya menjadi angkatan kerja produktif, banyak dari mereka yang sebenarnya sudah memiliki kompetensi yang dibutuhkan namun seringkali tersisihkan karena ketidaksiapan menghadapi persaingan sehingga kompetensi dan sikap yang sudah dibentuk untuk bekerja menjadi tidak termunculkan.

Perusahaan menuntut tenaga kerjanya memiliki kesiapan kerja. Siap tidaknya seseorang untuk bekerja dapat sangat mempengaruhi kesuksesan dalam menjalankan pekerjaan sehingga lebih maksimal (Saputro & Suseno, 2010). Pengalaman akan dan sukses akan sangat mempengaruhi dalam kesiapan kerja (Ward & Riddle, 2004).

Kesiapan kerja (employability) ialah individu yang memiliki keahlian, ilmu pengetahuan, pemahaman dan kepribadian yang membuat seseorang bisa memilih pekerjaannya sehingga menjadi puas dan akhirnya meraih sukses (Pool & Sewell, 2007).

Dilihat dari definisi diatas maka, employability menjadi sangat penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan, jika mahasiswa mempunyai employability yang tinggi maka akan meningkatkan kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan (Fugate, Kinicki, & Ashforth, 2004). Hal tersebut sesuai dengan konsep employability oleh Pool dan Sewell (2007) menekankan pada kemampuan individu untuk memiliki keahlian, ilmu pengetahuan, pemahaman dan kepribadian yang membuat seseorang bisa memilih pekerjaannya sehingga menjadi puas dan akhirnya meraih sukses.

Mahasiswa dinyatakan memiliki kesiapan kerja yang tinggi jika menguasai segala hal yang diperlukan sesuai dengan persyaratan kerja yang harus dimiliki (Agusta, 2015). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pool dan Sewell (2007) yang menyatakan bahwa untuk mempunyai employability yang tinggi dipelukan mempunyai keahlian, wawasan yang luas, pemahaman dalam berfikir, dan kepribadian yang membuat seseorang bisa memilih pekerjaannya sehingga menjadi puas dan akhirnya meraih sukses.

Kebutuhan tenaga kerja akan terpenuhi dengan baik apabila pencari kerja memiliki kualitas yang memenuhi syarat dan kualitas yang memenuhi harapan dunia kerja (Ratnawati, 2016). Namun jika kebutuhan tenaga kerja tidak dapat terpenuhi dengan baik dikarenakan mencari kerja tidak memiliki kualitas yang memenuhi syarat dan kualitas yang memenuhi harapan dunia kerja, maka kesenjangan antara permintaan dan penawaran kerja akan terjadi (Saiman, 2009).

(4)

47 Dalam penelitian Ratnawati (2016) menyebutkan bahwa salah satu penyebab pengangguran karena kurangnya kesiapan kerja mahasiswa didunia kerja dan industri, faktor-faktor yang dominan yaitu prestasi belajar, persepsi dunia kerja dan jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahan dapat tumbuh apabila perguruan tinggi menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang konkret dengan memperhitungkan masukan yang empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna baik dalam hardskill maupun softskill agar dapat menumbuhkan minat mahasiswa untuk berwirausaha (Hidayah, 2015). Sedangkan perguruan tinggi dihadapkan pada persoalan yaitu bagaimana menumbuhkan minat (intensi) mahasiswa untuk berwirausaha setelah mereka lulus nantinya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Bell, 2016) yang mengatakan bahwa perguruan tinggi berusaha meningkatkan employability lulusannya dengan mengembangkan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Mahasiswa dalam pendidikan diharapkan memiliki tujuan, terutama dalam menentukan karier yang akan dijalaninya. Karena tanpa tujuan yang spesifik dan jelas kondisinya tersebut akan terhambat dan menunda potensinya (Agusta, 2015). Berdasarkan kondisi tersebut maka mahasiswa perlu mendapatkan bimbingan agar dapat mengeploitasi minat dan bakatnya sesuai dengan harapan. Santrock (2013) mengungkapkan usia remaja dalam transisi dari remaja ke dewasa terjadi pada usia 18-25 tahun. Masa ini ditandai oleh eksperimen dan ekplorasi dengan banyaknya individu masih mengeksplorasi jalur karir yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan, hidup melajang, hidup bersama, atau menikah.

Mewujudkan perencanaan dimasa depan, selain seseorang perlu melakukan langkah-langkah yang memungkinkan bersangkutan perlu juga adanya usaha (Agusta, 2015). Usaha tersebut berguna untuk melakukan terobosan penting agar kesuksesan menjadi nyata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Stoltz (2007) yang menyatakan bahwa suksesnya pekerjaan dan hidup terutama ditentukan oleh usaha dan kegigihan untuk mewujudkan gagasan, ide, cita-cita, dan keinginan apa yang direncanakan sebelumnya, Stoltz (2007) menyebutnya dengan istilah kecerdasan adversitas (adversity quotient).

Kecerdasan adversitas (adversity quotient) adalah mengubah kerugian menjadi peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dan merespon semua tantangan hidup yang paling sulit (Stoltz, 2007). Melalui kecerdasan adversitas dapat diketahui seberapa jauh individu tersebut mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan dalam menghadapi kesulitan yang dialami, sekaligus kemampuannya untuk mengatasi

(5)

48 kesulitan tersebut (Wibowo & Suroso, 2016). Dengan demikian adversity quotient dapat dijadikan prediktor naik dan turunnya kesiapan kerja (employability) mahasiswa (Wibowo & Suroso, 2016). Hal tersebut sesuai dengah hasil penelitian Putra (2015) menyebutkan bahwa ada hubungan positif antara adversity quotient dengan employability.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin mengajukan penelitian mengenai hubungan antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas dengan employability khususnya kalangan mahasiswa semester akhir Politeknik ATK Yogyakarta.

B. Kajian Teori.

Employability.

Employability dapat didefinisikan sebagai kemampuan dengan sedikit atau tanpa bantuan menemukan dan menyesuaikan pekerjaan yang dibutuhkan juga dikehendaki (Ward & Riddle, 2004). Employability adalah konstruksi psikososial yang mewujudkan karakteristik individu yang mendorong secara kognisi, perilaku dan afeksi untuk meningkatkan kermampuan individu (Fugate, Kinicki, & Ashforth, 2004). Pool dan Sewell (2007) mengutarakan bahwa employability ialah memiliki keahlian, ilmu pengetahuan, pemahaman dan kepribadian yang membuat seseorang bisa memilih pekerjaan.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disampaikan maka penelitian ini mendevinisikan bahwa employability adalah kemampuan yang dibutuhkan individu untuk menemukan pekerjaan, mencari pekerjaan dan menyesuaikan pekerjaan yang dibutuhkan dan dikehendaki.

Menurut Pool dan Sewell (2007) menyatakan bahwa secara keseluruhan employability terdiri dari empat aspek utama, yaitu :

a. Keterampilan, kemampuan yang dibutuhkan dan pengalaman yang didapat. Keterampilan bersifat untuk melaksanakan beberapa tugas yang berkembang dari hasil pelatihan praktis, keterampilan interpersonal dan intrapersonal, kreatif dan inovatif, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, bekerja sama, dapat menyesuaikan diri, dan keterampilan berkomunikasi.

b. Ilmu pengetahuan, yang menjadikan pendidikan sebagai dasar secara teoritis sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi ahli sesuai dengan bidangnya. Sebagai calon sarjana harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas.

c. Pemahaman, kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah di ketahui dan diingat, sehingga pekerjaannya bisa dilakukan dan diperoleh kepuasan sekaligus mengetahui apa yang menjadi keinginannya. Memahami pengetahuan yang telah dipelajari,

(6)

49 menentukan, memperkirakan, dan mempersiapkan yang akan terjadi, dan mampu mengambil keputusan.

d. Atribut kepribadian, mendorong seseorang dalam memunculkan potensi yang ada dalam diri. Kepribadian dalam lingkup sarjana adalah etika kerja, bertanggung jawab, semangat berusaha, menajemen waktu, memiliki kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, dan mampu bekerja sama.

Damasanti (2014) menyebutkan bahwa kesiapan kerja (employability) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Motivasi kerja.

Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai suatu dorongan secara psikologis kepada seseorang yang menentukan arah dari perilaku (direction of behavior) seseorang dalam organisasi, tingkat usaha (level of effort), dan tingkat kegigihan atau ketahanan di dalam menghadapi suatu halangan atau masalah (level of persistence) (Tania & Sutanto, 2013).

b. Sikap kewirausahaan.

Ratnawati (2016) mengatakan bahwa jiwa kewirausahaan adalah sumbangan gabungan antara sikap dan perilaku untuk mencapai suatu hasil yang unggul dengan didasari sikap berani mengambil resiko, mandiri, disiplin, komitmen tinggi, kreatif dan inovatif serta realistis dan kerja prestatif.

c. Kompetensi keahlian

Menurut Jatmiko (2013) kompetensi keahlian adalah adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan pengalaman, yakni hasil belajar baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan nilai-nilai.

Variabel motivasi kerja, sikap berwirausaha dan kompetensi keahlian secara signifikan berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan.

Sikap berwirausaha dalam hal ini dapat kategorikan sebagai indikator intensi berwirausaha hal tesebut sesuai dengan pendapat Fishbein dan Ajzen (dalam Azwar, 2003) intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku yang terdiri dari tiga determinan yaitu sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku yang disadari.

Agusta dan Putra (2015) kecerdasan adversitas dapat mempengaruhi tingkat employability, semakin tinggi kecerdasan adversitas (advercity quotient) maka semakin tinggi pula kesiapan kerja mahasiswa. Kecerdasan adversitas yang baik akan mengurangi tingkat ketidak siapan kerja pada setiap individu (Stoltz, 2007).

(7)

50 Intensi Berwirausaha.

Intensi berwirausaha adalah keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha dengan menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan risiko, kegiatan kewirausahaan sangat ditentukan oleh niat individu itu sendiri (Ramayah & Harun, 2005). Intensi berwirausaha adalah keinginan atau niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan wirausaha (Wijaya, 2007).

Menurut Ramayah dan Harun (2005) intensi berwirausah terdiri dari tiga aspek yaitu :

a. Memilih jalur usaha daripada bekerja pada orang lain merupakan sikap individu yang tidak suka mengandalkan orang lain, namun mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri.

b. Memilih karir sebagai wirausahawan adalah sikap individu yang menuntuk keberanian untuk mengambil resiko dan berani mengahadapi rintangan sebagai konsekwensi atas pilihannya. Individu yang berani mengambil resiko akan memilih jalur karir dalam berwirausaha karena individu tersebut meiliki sikap positif dalam menjalankan dan mengembangkan usaha (Wijaya, Nurhadi, &

Kuncoro, 2015).

c. Perencanaan untuk memulai usaha adalah sikap individu yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan untuk membuat perencanaan sebuah usaha dengan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Dan individu tersebut sudah memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi.

Kecerdasan Adversitas

Surekha (2001) menyatakan bahwa adversity adalah kemampuan berpikir, mengelola, dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola–pola tanggapan kognitif dan prilaku atas stimulus peristiwaperistiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan. Napitupulu (2007) berpendapat bahwa Kecerdasan adversitas (adversity quotient) merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasannya untuk mengarahkan, mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan yang bisa menyengsarakan dirinya.

Stoltz (2007) berpendapat bahwa kecerdasan adversitas (adversity quotion) adalah mengubah kerugian menjadi peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dan merespon semua tantangan hidup yang paling sulit. Stoltz (2007) mengemukakan bahwa kecerdasan adversitas mempunyai tiga bentuk. Pertama kecerdasan adversitas adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan

(8)

51 semua segi kesuksesan. Kedua, kecerdasan adversitas adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons individu terhadap kesulitan. Terakhir yaitu kecerdasan adversitas adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon individu terhadap kesulitan yang akan berakibat memperbaiki efektivitas pribadi dan profesional individu secara keseluruhan.

Kecerdasan adversitas terdiri atas empat dimensi yaitu Control (Kendali), Origin dan Ownership (O2), Reach (Jangkauan), dan Enduran (Daya Tahan) yang sering disebut dengan CO2RE. CO2RE ini akan menentukan kecerdasan adversitas keseluruhan seseorang (Stoltz, 2007).

Hubungan antaraintensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability.

Employability dapat dipengaruhi oleh berapa faktor, Damasanti (2014) menyebutkan bahwa kesiapan kerja (employability) dipengaruhi oleh kontribusi variabel motivasi kerja, sikap kewirausahaan dan kompetensi keahlian. Artinya variabel motivasi kerja, sikap berwirausaha dan kompetensi keahlian secara signifikan berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan. Sikap berwirausaha dalam hal ini dapat kategorikan sebagai indikator intensi berwirausaha hal tesebut sesuai dengan pendapat Fishbein dan Ajzen ( Azwar, 2003) intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku yang terdiri dari tiga determinan yaitu sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku yang disadari. Menurut Ramayah dan Harun (2005) intensi berwirausaha terdiri dari tiga aspek yaitu memilih jalur usaha daripada bekerja pada orang lain, memilih karir sebagai wirausahawan dan perencanaan untuk memulai usaha.

Aspek-aspek intensi berwirausaha tersebut menggambarkan kepribadian seseorang terhadap cara pandang dan pola pikir terhadap hal- hal yang dihadapi. Memilih jalur usaha daripada bekerja pada orang lain, memilih karir sebagai wirausahawan, perencanaan untuk memulai usaha merupakan sikap positif yang yang memiliki ciri kreatif, disiplin, madiri, bekerja keras dan memiliki jiwa kepemimpinan (Damasanti, 2014). Dengan sikap tersebut individu akan mendorong dirinya untuk meningkatkan kemampuan, ketrampilan, ilmu pengetahuan dan pemahaman untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga individu memiliki keahlian, ilmu pengetahuan, pemahaman dan kepribadian yang membuat seseorang bisa memilih sehingga menjadi puas dan akhirnya meraih sukses (Pool & Sewell, 2007). Artinya aspek-aspek intensi berwirausaha akan meningkatkan employability yang memiliki empat aspek yaitu keterampilan, ilmu

(9)

52 pengetahuan, pemahaman dan atribut kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Laguador dan Ramos (2014) ada hubungan positif antara intensi berwirausaha lulusan terhadap employability.

Karakteristik Individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi ditunjukkan dengan adanya motivasi yang tinggi dalam bekerja, kemauan untuk bekerja keras, tekun dan ulet dalam menghadapi masalah (Stoltz, 2007). Hal tersebut menurut Hogan, Premuzic dan Kaiser (2013) menunjukkan individu tersebut dapat bekerja keras, memiliki etos kerja tinggi, dan termotivasi serta berambisi tinggi sehingga dapat mempengaruhi employability mereka terhadap pihak perusahaan. Employability secara singkat adalah karakteristik individu mencakup sifat dan faktor personal lain yang dapat membantu individu untuk mampu beradaptasi secara aktif dengan lingkungan sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesempatan kerja serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dapat dihargai oleh calon atasan (Fugate, Kinicki, & Ashforth, 2004).

Masing-masing dimensi dari kecerdasan adversitas yaitu control, origin dan ownership, reach, dan endurance juga memiliki peran untuk meningkatkan employability pada individu. Dimensi control dalam kecerdasan adversitas dapat membantu individu untuk memiliki employability yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas merupakan indikator untuk meningkatkan employability seseorang. Intensi berwirausaha dapat merupakan faktor motivasional yang mempunyai dampak suatu perilaku. Intensi berwirausaha akan memberikan motivasi kepada individu untuk mempersiapkan masa depannya kelak dengan berusaha mempersiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan atau dengan memulai usaha baru. Sedangkan Kecerdasan adversitas merupakan faktor kemampuan individu bertahan menghadapi permasalahan dan kesulitan sekaligus kemampuannya untuk mengatasi perasalahan tersebut. Dengan demikian dampak psikologis terhadap tingkat employability individu akan meningkat.

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan positif antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability mahasiswa.

2. Ada hubungan positif antara intensi berwirausaha terhadap employability mahasiswa.

3. Ada hubungan positif antara kecerdasan adversitas terhadap employability mahasiswa.

(10)

53 METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester akhir pada Politeknik ATK Yogyakarta. Jumlah keseluruhan mahasiswa yang menjadi obyek penelitian sebanyak 348 mahasiswa dan terbagi dalam tiga program studi.

Metode Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala.

Skala yang digunakan dalam penelitian adalah model skala likert (Azwar S.

, 2010), ada tiga skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala employability, skala intensi berwirausaha dan skala kecerdasan adversitas.

1. Skala employability.

Skala ini menggunakan skala penelitian yang dilakukan oleh Tentama, Situmorang dan Safaria (2017) yang mengacu atas empat aspek yang dikemukanan oleh Pool dan Sewell (2007) yaitu ketrampilan, ilmu pengetahuan, pemahaman dan atribut kepribadian.

2. Skala intensi berwirausaha

Skala ini menggunakan skala penelitian yang dilakukan oleh Tentama, Situmorang dan Safaria (2017) yang mengacu atas 3 aspek yang dikemukakan oleh Ramayah dan Harun (2005) yaitu memilih jalur usaha daripada bekerja pada orang lain, memilih karir sebagai wirausahawan dan perencanaan untuk memulai usaha.

3. Skala kecerdasan adversitas

Skala ini menggunakan skala penelitian yang dilakukan oleh Noorrahman (2017) yang mengacu atas berdasarkan empat dimensi yang dikemukakan oleh (Stoltz, 2007) yaitu Control (Kendali), Origin dan Ownership (O2), Reach (Jangkauan), dan Enduran (Daya Tahan).

HASIL PENELITIAN Uji Asumsi

Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) diketahui variable intensi berwirausaha sebesar 0,153, kecerdasan adversitas sebesar 0,467 dan employability sebesar 0,169. Signifikan K-S > 0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa intensi berwirausaha, kecerdasan adversitas dan employability berdistribusi normal.

Uji linieritas dengan menggunakan test of linearity. Linier tidaknya variabel penelitian dapat dilihat dari F hitung atau nilai signifikansi p < 0,05.

Hasil Uji diketahui intensi berwirausaha dengan employability mempunyai F hitung sebesar 84,504 dengan sig. 0,000 < α = 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier antara intensi berwirausaha dengan employability. Sedangkan kecerdasan adversitas dengan employability

(11)

54 mempunyai F hitung sebesar 71,897 dengan sig. 0,000 < α = 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier antara kecerdasan adversitas dengan employability.

Uji Hipotesis

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability mahasiswa. Berdasarkan pada hasil perhitungan diperoleh hasil nilai korelasi majemuk (R) sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Korelasi Majemuk

Variabel R R2 Sig

Intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability

0,591 0,349 0,000

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai R adalah 0,591 dengan taraf signifikan sebesar sig. (p) = 0,000 < 0,01 yang berarti sangat signifikan. Disimpulkan bahwa varibel intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas secara simultan/bersama-sama mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan terhadap employability mahasiswa.

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara intensi berwirausaha terhadap employability mahasiswa.

Berdasarkan pada hasil perhitungan diperoleh hasil pada table 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Korelasi Intensi Berwirausaha dengan Employability

Variabel r Sig

Intensi berwirausaha terhadap employability

0,570 0,000

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai r adalah 0,570 dengan taraf signifikan sebesar sig. (p) = 0,000 < 0,01 yang berarti sangat signifikan. Disimpulkan bahwa varibel intensi berwirausaha mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan terhadap employability mahasiswa.

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecerdasan adversitas terhadap employability mahasiswa.

Berdasarkan pada hasil perhitungan diperoleh hasil pada table 3.

(12)

55 Tabel 3. Hasil Analisis Korelasi Kecerdasan Adversitas dengan Employability

Variabel r Sig

Intensi berwirausaha terhadap employability

0,535 0,000

Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai r adalah 0,535 dengan taraf signifikan sebesar sig. (p) = 0,000 < 0,01 yang berarti sangat signifikan. Disimpulkan bahwa varibel kecerdasan adversitas mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan terhadap employability mahasiswa.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa intensi berwirausaha mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan employability pada mahasiswa Politeknik ATK Yogyakarta. Meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa akan berdampak pada meningkatnya employability. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2016) yang menyatakan bahwa jiwa kewirausahaan berhubungan positif dengan kesiapan kerja mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin di Universitas Sarjana Wiyata Yogyakarta.

Penelitian Damasanti (2014), terdapat hubungan positif yang signifikan sikap kewirausahaan dengan employability (kesiapan kerja) pada siswa SMKN program keahlian tata busana di Propinsi Bali. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Setiawan (2016) yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara intensi berwirausaha dengan kesiapan kerja pada siswa kelas XII di jurusan teknik pemesinan SMK N 3 Yogyakarta.

Intensi berwirausaha merupakan keinginan individu yang berupa keinginan, niat kebulatan tekad seseorang untuk melakukan tindakan wirausaha dengan melakukan proses pendirian sebuah usaha. Menurut Fisbein dan Ajzen (1975), intensi berwirausaha pada mahasiswa dapat diketahui dari aspek perilaku, sasaran (target), situasi dan waktu (timer).

Aspek-aspek intensi berwirausaha tersebut akan meningkatkan employability. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Laguador dan Ramos (2014) ada hubungan positif antara intensi berwirausaha lulusan terhadap employability.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa kecerdasan advesitas mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan employability pada mahasiswa Politeknik ATK Yogyakarta. Meningkatkan kecerdasan advesitas pada mahasiswa akan berdampak pada

(13)

56 meningkatnya employability. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putra (2016) yang menyatakan ada hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir di Yogyakarta. Menurut Amalia (2013), kecerdasan adversitas empengaruhi kematangan karir pada peserta didik di Mandiri Enterpreneur Center.

Hasil penelitian dari Agusta (2015) menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas pada mahasiswa berhubungan positif dengan employability dengan nilai korelasi sebesar 0,591. Artinya, semakin tinggi kecerdasan adversitas pada mahasiswa, maka semakin tinggi mahasiswa untuk meningkatkan pemahamannya mengenai dunia kerja, seperti mengetahui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Sesuai dengan pendapat (Stoltz, 2007) yang mengatakan bahwa jangkauan yang tinggi dianggap mampu membatasi kesulitan, maka kemungkinan besar seseorang dapat memahami keadaan dengan berpikir dalam mengambil keputusan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang sangat signifikan antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adservitas dengan employability mahasiswa Politeknik ATK Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Damasanti (2014) memaparkan bahwa sikap kewirausahaan berhubungan positif dengan employability (kesiapan kerja) pada siswa SMKN program keahlian tata busana di Propinsi Bali.

Hasil analisa data menunjukkan bahwa sumbangan efektif (SE) intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability mahasiswa sebesar 34,9 % dan sisanya sebesar 65,1 % disebabkan oleh faktor lain di luar intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas. Hal ini menunjukkan masih terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap employability mahasiswa. Hasil penelitian Krisnamurti (2017) membuktikan bahwa kesiapan kerja dipengaruhi oleh faktor prestasi belajar dan keaktifan organisasi. Penelitian Joviana dan Bakar (2014), employability dipengaruhi oleh konsep diri, partisipasi dalam pengembangan karir dan training industry.

Sumbangan efektif intensi berwirasaha terhadap employability mahasiswa sebesar 22,1 % lebih besar daripada sumbangan efektif kecerdasan adservitas sebesar 12,8 %. Hal ini mempunyai arti bahwa pengaruh intensi berwirausaha terhadap employability mahasiswa lebih besar daripada pengaruh kecerdasan adversitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Damasanti (2014), employability dipengaruhi oleh faktor jiwa kewirausahaan yang merupakan gabungan antara sikap dan perilaku untuk mencapai suatu hasil yang unggul dengan didasari sikap berani

(14)

57 mengambil resiko, mandiri, disiplin, komitmen tinggi, kreatif dan inovatif serta realistis dan kerja prestatif.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan positif antara intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas terhadap employability pada mahasiswa Politeknik ATK Yogayakarta

2. Ada hubungan positif antara intensi berwirausaha terhadap employability pada mahasiswa Politeknik ATK Yogayakarta

3. Ada hubungan positif antara kecerdasan adversitas terhadap employability pada mahasiswa Politeknik ATK Yogayakarta

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Kepada para peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang hampir sama, maka perlu kiranya mempertimbangkan faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap employability seperti jurusan atau program studi, jenis kelamin, kecerdasan emosional dan lain-lain.

2. Bagi Pihak Kampus Politeknik ATK Yogyakarta.

Diharapkan dapat memberikan wadah bagi mahasiswa tingkat akhir untuk meningkatkan intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas yang mereka miliki melalui kegiatan - kegiatan akademis maupun non akademis. Pada bidang akademis, diharapkan perguruan tinggi memasukkan intensi berwirausaha, kecerdasan adversitas dan employability dalam bagian kurikulum atau hiden curriculum.

Perguruan tinggi diharapkan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan kepribadian untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha dan kecerdasan adversitas, terutama dalam meningkatkan kemampuan individu dalam membatasi akibat permasalahan terhadap aspek lain dalam kehidupannya

3. Bagi Mahasiswa Politeknik ATK Yogyakarta.

Diharapkan untik meningkatkan intensi berwirausaha dan kecerdasan adversitas yang mereka miliki dengan cara meningkatkan

(15)

58 pengetahuan dan juga mengikuti pelatihan-pelatihan terkait bagaimana menghadapi kondisi yang menantang dan mengasah ketahanan diri dalam menghadapi masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Y. (2015). Hubungan antara orientasi masa depan dan daya juang terhadap kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik di Universitas Mulawarman. eJurnal Psikologi, 369-381.

Azwar, S. (2003). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala-skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bell, R. (2016). Unpacking the link between entrepreneurialism and employability. Education Training, 2-17.

BPS. (2017, Mei 05). Berita Statistik. Diambil kembali dari www.bps.go.id:

https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/05/05/1376/tingkat- pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-5-33-persen.html Brady, R. P. (2009). Work readiness inventory. Jurnal Jist, 1-16.

Damasanti, I. (2014). Kesiapan kerja ditinjau dari motivasi kerja, sikap kewirausahaan, dan kompetensi keahlian busana wanita pada siswa SMKN. Jurnal Pendidikan Sains, 114-124.

Fradani, A. (2014). Pengaruh kecerdasan adversitas, pendidikan kewirausahaan dalam keluarga, dukungan keluarga dan efikasi diri pada intensi berwirausaha siswa SMK Negeri 2 Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pendidikan dan Kewirausahaan Unesa, 157-170.

Fugate, M., Kinicki, A., & Ashforth, B. (2004). Employability: a psycho- socia construct, its dimensions, and applications. Journal of Vocational Behavior, 14-38.

Glienmourinsie, D. (2015, Desember 30). News. Diambil kembali dari Okezone: http:/news.okezone.com /read/2015/12/30/65/ 1277253/7- 5-juta pengangguran-banyak-bertitel-sarjana

(16)

59 Hamidi, N. N. (2013). Locus of control dan prakerin dalam Kesiapan Kerja.

Jurnal Pendidikan UNS , 1-11.

Harian terbit. (2017, Mei 8). Megapolitan. Diambil kembali dari Harianterbit.com:

http://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2017/05/08/80968/81/

20/Menyedihkan-Tamatan-Perguruan-Tinggi-Jadi-Pengangguran Hartono. (2013). Spss 16.0 Analisis data statistik penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hartosujono. (2015). Perilaku adversity quotient mahasiswa ditinjau dari locus of control. Jurnal Sosiohumaniora, 64-73.

Hidayah, T. (2015). Analisis faktor-faktor yang memengaruhi minat/intensi kewirausahaan mahasiswa STIE Mandala Jember. Jurnal Relasi STIE Mandala Jember, 1-19.

Hogan, R. P. (2013). Employability and career success : bridging the gap between theory and reality. Industial and Organizational Psycology, 3-6.

Jatmiko, D. (2013). Relevansi kurikulum smk kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan terhadap kebutuhan dunia industri di Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan Vokasi, 1-13.

Joviana, D., Bakar, A., & Shamsiah, M. (2014). Factors influencing the acquisition of employability skills by students of selected technical secondary school in Malaysia. International education studies, 117- 124.

Kalyani, B., & Karman, D. (2011). Motivational factors, entrepreneurship and education: Study with reference to women in SMEs. Journal of Psychology and Business, 14-35.

Kamaruddin. (2012). Metode penelitian kuantitatif. Pekanbaru: Suska Press.

Kellermann, P., & Sagmeister, G. (2000). Higher education and graduate employment in Austria. European Journal Of Education, 157-164.

Kompas. (2016, April 23). http://edukasi.kompas.com. Diambil kembali dari http://edukasi.kompas.com:

http://edukasi.kompas.com/read/2016/04/23/17424071/Kenapa.Lul usan. Perguruan Tinggi.Makin.Susah.Mendapat.Pekerjaan

(17)

60 Krisnamurti, T. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja

siswa smk. Jurnal Pendidikan Dan Ekonomi, 65-76.

Laguador, J., & Ramos, L. J. (2014). Industry partners’ preferences for graduates: input on curriculum development. Journal of Education and Literature, 1-8.

Markman, G. D. (2005). Are perseverance and selfefficacy costless?

Assessing entrepreneurs' regretful thinking. Journal of Organizational Behavior, 1-19.

Napitupulu.L. (2007). Pelatihan adversity intellegence untuk meningkatkan kebermaknaan hidup remaja pantiasuhan. Jurnal Psikologi, 43-56.

Noorrahman, M. (2017). Peranan perilaku prososial dan kecerdasan adversitas terhadap kemalasan sosial dalam organisasi himpunan mahasiswa di Universitass Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Pikiran Rakyat. (2016, Mei 4). pikiran-rakyat.com. Diambil kembali dari www.pikiran-rakyat.com: http://www.pikiran- rakyat.com/ekonomi/2016/05/04/sarjana-pengangguran terus- bertambah-368379

Pool, L., & Sewell, P. (2007). The key to employability : developing a practical model of graduate employability. Journal of Education and Training, 277-289.

Putra, A. (2016). Hubungan adversity quotient dan employability pada mahasiswa tingkat akhir program studi psikologi jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma .

Qodratullah, M. (2013). Analisis regresi terapan teori, contoh kasus dan aplikasi dengan spss. Yogyakarta: Andi Offset.

Qodratullah, M. (2014). Statistika terapan teori, contoh kasus dan aplikasi dengan spss. Yogyakarta: Andi Offset.

Ramayah, T., & Harun, Z. (2005). Entrepreneurial intention among the student of Universiti Sains Malaysia. International Journal of Management and Entrepreneurship, 8-20.

Ratnawati, D. (2016). Hubungan prestasi belajar, persepsi dunia kerja, dan jiwa kewirausahaandengan kesiapan kerja mahasiswa PTM. Jurnal of Mechanical Engineering, 12-22.

(18)

61 Rothwell, A., & Arnold, J. (2005). Self-perceived employability: development

and validation of a scale. Personnel Review, 23-41.

Saiman, L. (2009). Kewirausahaan, teori, praktek dan kasus-kasus.

Jakarta: Salemba Empat.

Santrock, J. (2013). Life span development 13th ed (terjemahan Chusairi, A., & Damanik, J). Jakarta : Erlangga.

Saputro, N., & Suseno, M. (2010). Hubungan antara kepercayaan diri dengan employability pada mahasiswa. Jurnal Psikologi Setiabudi, 1-9.

Setiawan, D. (2016). Pengaruh pengalaman prakerin dan pengetahuan kewirausahaan terhadap kesiapan kerja siswa. Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin, 163-169.

Setyawan, B. (2009). Analisis perbedaan kebutuhan akan prestasi, afiliasi, otonomi, dominasi pada karyawan wanita dan entrepreneur wanita serta faktor yang mempengaruhinya. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Stoltz, P. (2007). Adversity quotient. Jakarta: Grasindo.

Sugiyono. (2014). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharti, L. S. (2011). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat kewirausahaan (entrepreneurial intention)studi terhadap mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 124-134.

Sulistyarini, E. (2012). Kesiapan kerja peserta didik kelas xii program keahlian akuntansi SMK N Negeri 1 Tempel. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UNY.

Surekha. (2001). Adversity Intellengence. Jakarta: Pustaka Umum.

Syafarina, I. (2015). Kecerdasan adversitas secara umum pada mahasiswa bimbingan dan konseling fakultas ilmu pendidikan universitas negeri yogyakarta. E-Journal Bimbingan Dan Konseling, 439-453.

Tania, A., & Sutanto, E. (2013). Pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional karyawan PT. Dai Knife di Surabay. Agora, 1-9.

Tentama, F., Situmorang, N. Z., & Safaria, T. (2017). Pengaruh intrepreneur intention, kemandirian dan tanggung jawab terhadap employability

(19)

62 dengan mediator kedisiplinan. Laporan Penelitian. Yogyakarta:

Universitas Ahmad Dahlan.

Tran, J. (2012). Vietnamese higher education and employability and the issue of enhancing graduate employability. Journal of Teaching and Learning for Graduate Employability, 2-16.

Wahana. (2017). Mudah menguasai spss. Semarang: Penerbit Andi.

Wanberg, C. R. (2000). Predictors and outcomes of openness to changes in a reorganizing workplace. Journal of Applied Psychology,, 132–

142.

Ward, V., & Riddle, D. (2004). Maximazing employment readiness.

www.natcon.org, 1-5.

Wibowo, A., & Suroso. (2016). Adversity quotient, self efficacy, dan kesiapan kerja siswa kelas xii program keahlian multimedia SMKN 1 Kabupaten Jombang. Jurnal Psikologi Indonesia, 174-180.

Wijaya, T. (2007). Hubungan adversity intelligence dengan intensi berwirausaha: studi empiris pada siswa smkn 7 yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 117-127.

Wijaya, T., Nurhadi, & Kuncoro, A. (2015). Intensi berwira usaha mahasiswa : perspektif pengambilan resiko. Jurnal Siasat Bisnis, 109-123.

Zainuddin. (2011). Pentingnya adversity quotient dalam meraih prestasi belajar. Pontianak : Fkip, Universitas Tanjungpura.

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya gaya kepemimpinan transformasional memotivasi pegawai untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan keyakinan

The problems of the present study include the kinds of activity that take place in teaching Narrative Texts through journal; the students’ opinions about

Namun demikian, perlu diingat bahwa tanpa stardec, dari batas waktu pengomposan selama 8 minggu pada penelitian ini, umumnya kompos memerlukan waktu dekomposisi yang lebih

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, struktur kepemilikan, tata kelola perusahaan dan umur

Penelitian tentang Miskonsepsi Pembelajaran Matematika Kelas IV Semester II di Sekolah Dasar bertujuan untuk menemukan miskonsepsi pada buku yang digunakan guru dalam

Mungkin pengamatan yang paling sering dikutip dari karya Ibnu Khaldun adalah gagasan bahwa ketika masyarakat menjadi sebuah peradaban yang besar (dan,

Aktiva tetap pemilikan langsung yang sudah tidak dipergunakan lagi atau dijual, dikeluarkan dari kelompok Aktiva Tetap Pemilikan Langsung dan laba atau rugi yang

Berdasarkan rumus mencari rata-rata (mean) hitung (aritmatik) dan SNI tentang Kriteria Teknis Penataan Ruang Kawasan Budidaya, serta Peraturan Menteri PU No: