• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A.1. Pengertian Pengawalan oleh Kepolisian. tahanan, pengawalan VIP dan pengawalan barang berbahaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A.1. Pengertian Pengawalan oleh Kepolisian. tahanan, pengawalan VIP dan pengawalan barang berbahaya."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Pengawalan A.1. Pengertian Pengawalan oleh Kepolisian

Pengawalan jika dilihat dari pengertian dari kacamata Kepolisian memiliki beberapa jenis dan pengertian, yang mana pengertian pengawalan menurut Kepolisian secara umum ialah suatu kegiatan yang dilakukan oleh anggota Polri untuk menjaga keamanan, keselamatan atas jiwa dan harta benda dari satu tempat ke tempat lain.1 Selanjutnya ada juga jenis pengawalan yang lain yaitu pengawalan tahanan, pengawalan VIP dan pengawalan barang berbahaya.

A.2. Tujuan Pengawalan oleh Polisi

Adapun tugas Kepolisian dalam pengawalan memiliki beberapa jenis, yang pertama ialah mencegah atau menangkal, pengamanan atau perlindungan terhadap apa yang sedang menjadi objek pengawalan, serta melaporkan dengan cepat terkiat hambatan yang terjadi dilapangan kepada satuan tingkat atas agar dapat diproses dan mendapat jalan keluar segera mungkin.2

1 Bahan ajar (hanjar) fungsi teknis Sabhara (pengawalan) untuk pendidikan pembentukan Bintara Polri, https://lemdik.polri.go.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=5270&bid=471, diakses tanggal 5 Augustus 2021.

2 Ibid.

(2)

24 A.3. Fugsi Pengawalan

Pengawalan berfungsi untuk melakukan pencegahan dan penindakan kejahatan, memelihara keamanan serta menjaga jiwa dan harta benda dari ancaman kejahatan.

A.4. Peranan Pengawalan

Pengawalan merupakan bentuk pelayanan kepolisian kepada warga masyarakat yang membutuhkan bantuan pengawalan.

A.5. Larangan Petugas pengawalan

Ada beberapa larangan terhadap petugas pengawalan yang harus dihindari sebagai contoh melepaskan pegangan stang/stir kendaraan bermotor, mengadakan gerakan yang kurang etis seperti berdiri, menendang, menghardik kepada pengendara lain, melakukan pengawalan pada malam hari, meninggalkan objek pengawalan tanpa adanya pengawasan dari petugas pengawal, serta memberikan makan/minum dan berkomunikasi kepada tahanan selama dalam perjalanan.3

A.6. Kewajian Petugas Pengawalan

Dalam pengawalan petugas juga memiliki beberapa kewajiban yang harus diperhatikan seperti berpenampilan dan bersikap ramah, tanggap, tegas, peduli, etis, korek, dan tidak sewenang-wenang.

3 Ibid.

(3)

25

Bersikap responsif terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekelilingnya. Penguasaan daerah, route, dan daerah yang dilalui.

Senantiasa menjaga keamanan diri. Melakukan pengecekan kembali segala sarana dan prasarana baik perorangan maupun satuan sebelum berangkat tugas dan yang terakhir mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.4

A.7. Ruang Lingkup Pengawalan

Ada beberapa macam ruang lingkup pengawalan yang mana akan disebutkan apa saja yang menjadi fokus pengawalan, sebagai contoh pengawalan orang, pengawalan tahanan, pengawalan barang berharga, pengawalan barang berbahaya.

A.8. Macam-macam Pengawalan

Ada dua macam pengawalan yang kita ketahui yaitu pengawalan rutin dan insidentil, yang mana kedua macam pengawalan ini memiliki pengertian yang berbeda yang pertama pangawalan rutin ialah tugas pengawalan yang dilaksanakan setiap waktu secara rutin dan pengawalan insidentil ialah tugas pengawalan yang ditujukan pada sasaran terbatas dan dilaksanakan sewaktu-waktu.5

B. Tinjauan Umum Mengenai Lalu Lintas B.1. Pengertian Lalu Lintas

4 Ibid.

5 Ibid.

(4)

26

Lalu lintas adalah segala penggunaan jalan umum dengan suatu alat pengangkut. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional sebagai upaya untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan potensi dan perananya untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan. Ketertiban berlalu lintas dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pembangan ilmu pengetahuan, serta mengurangi tingkat angka kecelakaan.6

Sedangkan disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas, sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Didalam lalu lintas memiliki 3 sistem komponen yang antara lain adalah manusia, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan.

B.1.1. Manusia

Manusia merupakan salah satu unsur dalam lalu lintas yang spesifik, artinya setiap individu mempunyai komponen fisik dasar tertentu dan nonfisik yang mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya. Manusia juga bereran sebagai pengemudi atau pejalan kaki dan mempunyai keadaan yang berbeda-beda.

B.1.2. Kendaraan

6 Subekti, 1983, Kamus Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, hlm. 74.

(5)

27

Kendaraan digunakan dan atau digerakkan oleh manusia atau pengemudi. Berkaitan dengan kecepatan, percepatan dan perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas.

Menurut Pasal 47 Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kendaraan terdiri dari dua macam yaitu bermotor dan tidak bermotor, apa yang dimaksud dengan huruf a dikelompokkan lagi yaitu sepeda motor, mobil penumpang, bus, mobil barang dan kendaraan khusus, sedangkan yang dimaksud dengan kendaraan bermotor pada ayat 2 huruf b, c dan d dikelompokkan lagi menurut fungsinya ialah, perseorangan dan umum, kendaraan tidak bermotor pada ayat 1 huruf b dikelompokkan dalam 2 macam ialah, digerakkan oleh tenaga manusia dan tenaga hewan.7

B.1.3. Jalan

Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu-lintas.

B.2. Manajemen Lalu Lintas

Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan

7 Undang-Undang Nomor22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ps. 47.

(6)

28

perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian arus di persimpangan.

Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan:

a. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan jalan;

b. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu;

c. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda;

d. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.8

Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu. termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.

C. Tinjauan Umum Mengenai Transportasi C.1. Pengertian Transportasi

Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia untuk melakukan

8 Nabilla Ayu Juniar, 2017, Implementasi Pasal 126 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Malang, Malang, https://eprints.umm.ac.id/.

(7)

29

aktivitas sehari-hari. Banyak ahli telah merumuskan dan mengemukakan pengertian transportasi. Para ahli memiliki pandangannya masing-masing yang mempunyai perbedaan dan persamaan antara yang satu dengan lainnya. Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare yang mana trans berarti mengangkat atau membawa. Jadi transportasi adalah membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. 9 Pengertian transportasi menurut beberapa ahli:

1. Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan dan secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain.10

2. Transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, mengerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. 11

Alat pendukung apa yang dipakai untuk melakukan proses pindah, gerak, angkut dan alih ini bisa bervariasi tergantung pada:

9 Permana, Indra Riyan, 2017, PERANCANGAN RUTE DISTRIBUSI PUPUK NPK KEBOMAS UNTUK MEMAKSIMALKAN MARGIN KEUNTUNGAN DENGAN METODE SAVING MATRIX, Gresik, http://eprints.umg.ac.id/2201/.

10Abbas, Salim, 2000, Manajemen Transportasi, Cetakan Pertama, Edisi Kedua, Jakarta, Ghalia Indonesia

11 Miro, F, 2005, Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi, Jakarta, Erlangga.

(8)

30

a. Bentuk objek yang akan dipindahkan tersebut.

b. Jarak antara suatu tempat ke tempat lain.

c. Maksud objek yang akan dipindahkan tersebut.

Ini berarti, alat pendukung yang digunakan untuk proses pindah harus cocok dan sesuai dengan objek, jarak dan maksud objek, baik dari segi kuantitasnya maupun segi kualitasnya.

Transportsi menurut ahli yang lain adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.12 Jadi pengertian transportasi berarti sebuah proses, yakni proses pemindahan, proses pergerakan, proses mengangkut, dan mengalihkan di mana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.

C.2. Jenis-Jenis Transportasi 1. Moda Angkutan Pribadi

Angkutan pribadi adalah angkutan yang Pelayanan kendaraan pribadi, seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, tetapi bisa juga Pelayanan bus yang biasanya digunakan untuk keperluan pribadi.

Angkutan pribadi merupakan lawan kata angkutan umum.

Transportasi dengan pelayanan kendaraan pribadi biasanya lebih mahal dari transportasi pelayanan angkutan umum karena alasan efisiensi angkutan umum yang lebih baik.13

12 Nasution, 2008, Manajemen Transportasi, Bogor, Ghalia Indonesia

13 Warpani, Suwardjoko,1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, Bandung, Penerbit ITB.

(9)

31 2. Moda Angkutan Umum

Angkutan umum (publik transport) adalah semua jenis moda transportasi yang disupplai untuk kebutuhan mobilitas pergerakan barang/orang demi kepentingan masyarakat banyak/umum dalam memenuhi kebutuhannya, baik transportasi darat, laut maupun transportasi udara. Angkutan umum penumpang perkotaan adalah semua jenis angkutan umum yang melayani perjalanan penumpang dari tempat asal ketujuan dalam wilayah perkotaan. Moda angkutan umum merapakan sarana transportasi perkotaan yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kegiatan perkotaan, khususnya bagi masyarakat pengguna angkutan umum yang tidak mempunyai pilihan moda lain untuk melaksanakan kegiatan.14

D. Tinjauan Umum Mengenai Konvoi D.1. Pengertian Konvoi

Dalam pasal 134 huruf g Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menerangkan bahwa konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kemudian dalam penjelasan pasal 134 huruf g menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan “kepentingan tertentu” adalah kepentingan yang memerlukan penanganan segera, antara lain, kendaraan untuk penanganan ancaman bom, kendaraan pengangkut pasukan, kendaraan untuk penanganan huru-hara, dan kendaraan untuk penanganan bencana alam.

D.2. Akibat-akibat Terjadinya Konvoi di Jalan Raya

14 Rangga Ramadhani, 2019, Hubungan Antara Kepuasan Pelayanan Angkutan Kota Dengan Karakteristik Sosio Ekonomi, Bandung, Elibrary UNIKOM.

(10)

32

Lalu Lintas merupakan proses di jalan raya. Jalan raya adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan bersama dalam masyarakat.15 Dalam hal penegakan hukum di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, maka yang berperan penting dalam bidang tersebut adalah petugas Kepolisian khususnya Polisi Lalu Lintas (POLANTAS).

Apabila terjadi pelanggaran lalu lintas, maka yang memiliki kewenangan untuk menindak pelanggaran lalu lintas tersebut adalah Polantas. Namun secara umum, kewenangan-kewenangan itu tidak hanya diberikan kepada Polantas tetapi juga bagi semua anggota Polri, yang mana semua anggota Polri harus mau menindak atau minimal melakukan tindakan awal terhadap setiap pelanggaran Kamtibmas atau hukum yang dilihatnya.16 Karena itu operasi penegakan hukum yang dilancarkan Polri hendaknya merambah kesegala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, siapa pun yang melanggar aturan mesti kena sanksi hukum dan dikenai hukuman.17

D.3. Latar Belakang Lahirnya Pasal 134 Huruf g

Latar belakang lahirnya pasal 134 huruf g mengenai kata konvoi ini, sudah ada sejak di berlakukannya Pasal 71 Undang-Undang nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, hanya saja untuk konvoi sendiri belum diberikan penjelasan khusus mengenai konvoi itu sendiri. Oleh karena itu, arti konvoi dimata masyarakat Indonesia masih terbilang umum, artinya masyarakat masih menganggap konvoi itu hanya sekedar mendapatkan ijin dari petugas kepolisian kemudian menggunakan kendaraan bermotor lalu beramai- ramai dijalan raya dalam jumlah yang banyak.

15 Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H, M.A, 1990, Polisi dan lalu lintas, Cetakan I, Bandung, C.V.

Mandar Maju, hlm. 4.

16 Anton Tabah, 1991, Menatap Dengan Hati Polisi Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 81.

17 Ibid. hlm.13.

(11)

33

Lahirnya pasal 134 huruf g berarti tidak terlepas dari Undang- Undang nomor 22 tahun 2009, sebelum Undang-undang nomor 22 tahun 2009 ada, Undang-undang mengenai peraturan Lalu lintas sebelumnya sudah ada, yakni Undang-Undang nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kemudian setelah berlakunya Undang-Undang nomor 22 tahun 2009, maka Undang-undang nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dinyatakan tidak berlaku dikarenakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan saat ini.18

E. Tinjauan Umum Mengenai Polisi E.1. Pengertian Polisi

Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum. Namun kadangkala pranata ini bersifat militaris, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari beberapa sumber, baik keterangan saksi-saksi maupun keterangan saksi ahli.19

Dalam penguatan sumber hukum maka dalam penulisan ini, penulis melampirkan beberapa kutipan yang menjadi vital untuk memberikan pengertian terhadap beberapa permasalahan yang diteliti, baik itu sumber berupa kajian undang-undang ataupun sumber pendukung lainnya. Demikian dalam hal keamanan dan ketertiban masyarakat keberadaan peranan lembaga Kepolisian sangat signifikan

18 C Anggara, 2016, Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Terhadap Pelanggaran Pasal 134 Huruf G Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Yogyakarta, e-journal UAJY.

19 Warsito Hadi Utomo, 2005, Hukum Kepolisian di Indonesia, Jakarta, Prestasi Pustaka, Hal.3.

(12)

34

untuk mengendalikan situasi genting, sehingga kepolisian menjadi alat negara untuk mengatasi masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat indonesia. Dalam proses penyelesaian kepolisian merupakan bagian terpenting untuk melakukan aksi untuk memediator pihak-pihak yang terlibat dan bertikaitan, yang melakukan pelanggaran berupa melawan hukum.

Dengan demikian berbicara kepolisian berarti berbicara tentang fungsi dan lembaga kepolisian. Pemberian makna dari kepolisian ini dipengaruhi dari konsep fungsi kepolisian yang yang diembannya dan dirumuskan dalam tugas dan wewenangnya. polisi, termasuk pengertian kepolisian. Hanya saja definisi tentang kepolisian tidak dirumuskan secara lengkap karena hanya menyangkut soal fungsi dan lembaga polisi sesuai yang diatur dalam peraturan Perundang-undangan.

Selengkapnya Pasal 1 bagian 1, 4, 5, 6, 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 berbunyi:

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian adalah segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.

2. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan.

(13)

35

3. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional, yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

4. Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

5. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan/atau kepentingan bangsa dan negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri.20

E.2. Fungsi dan Peranan Polisi

Fungsi utama dari polisi adalah menegakkan hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas polisi adalah melakukan pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat.21

20 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

21 Mahmud Mulyadi, 2009, Medan, Kepolisian dalam sistem peradilan pidana, USU press, hlm.

40.

(14)

36

Polisi merupakan instrumen hukum yang hidup. Dengan keberadaan polisi dapat meminimalisir sangsi hukum yang dijerat dan mengakibatkan kepada masyarakat dan juga tujuan-tujuan hukum untuk mengamankan dan melindungi serta mengayomi masyarakat menjadi satu keniscahyaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perincian tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, misalnya membuktikan hal tersebut, diantaranya yaitu:

1. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

2. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan pertolongan.

3. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam.

4. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.

5. Mengusahakan ketaatan warga Negara dan masyarakat terhadap peraturan peraturan Negara.22

Fungsi kepolisian salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Fungsi kepolisian terikat erat dengan Good Govermance, yakni sebagai alat Negara yang menjaga Kamtibnas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang bertugas melindung, mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum yaitu sebagai salah satu fungsi pemerintahan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat yang diperoleh secara atributif melalui ketentuan Undang-undang, UUD 1945 pasal 30 dan pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang POLRI).23

22 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

23 Ibid.

(15)

37 E.3. Wewenang Polisi

Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur di dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Polri yang berbunyi:

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang ditempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

(16)

38

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung- jawab.

E.4. Pengertian Polisi Lalu Lintas (POLANTAS)

Polisi Lalu Lintas (POLANTAS) adalah unsur pelaksana yang bertugas melaksanakan tugas kepolisian yang mencakup penjagaan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidik kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas guna memelihara ketertiban dan kelancaran lalu lintas.24

Keberadaan Polantas menjadi hal penting dalam menanggulangi pelanggaran-pelanggaran lalu lintas, untuk menanggulangi pelanggaran tersebut maka Polantas melakukan upaya preventif dalam pencengahan pengendara motor saat berlalu lintas dijalan raya baik itu memberikan isyarat lalu lintas, pengaturan marka jalan dan menata rambu-rambu lalu lintas yang baik sehingga pengguna jalan dalam berkendara dapat mematuhi pentunjuk yang telah diatur oleh Polantas.

Patroli adalah salah satu kegiatan Kepolisian yang dilakukan oleh dua personel atau lebih dari Polri sebagai upaya mencegah bertemunya niat kesempatan dengan cara mendatangi, menjelajahi, mengamati mengawasi memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk gangguan Kamtibmas

24 http://eprints.uny.ac.id/18311/4/BAB%20II%2009401241004.pdf, diakses pada tanggal 30 Juli 2021.

(17)

39

(baik kejahatan maupun pelanggaran) serta menuntut kehadiran Polri untuk melakukan tindakan-tindakan Kepolisian guna memelihara ketertiban masyarakat.25

Dalam upaya untuk menertibkan pengendara maka pihak patroli dapat memberikan stimulus kepada masyarakat dengan memberikan pengertian terhadap masyarakat untuk sama-sama menjaga ketertiban dalam berlalu lintas sehingga ini dapat berimplikasi baik terhadap pengguna jalan khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk menaati aturan secara seksama sehingga pengendara lalu lintas tidak melintasi batas-batas yang sudah menjadi ketentuan dari pihak kepolisian dan dapat ditaati masyarakat.

E.5. Tugas dan Peranan Polisi Lalu Lintas (POLANTAS)

Tugas Polisi Lalu Lintas (POLANTAS) adalah melaksanakan Tugas Polri di bidang Lalu-lintas yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam pengendalian Lalun lintas untuk mencegah dan meniadakan segala bentuk gangguan serta ancaman agar terjamin keamanan, ketertiban, keselamatan dan kelancaran Lalu lintas di jalan umum.26

Tugas Polantas menjadi bagian paling vital untuk meredup masalah-masalah lalu lintas untuk mrengurangi angka kecelakaan yang terjadi saat berkendara, dengan demikian Polantas dapat berperan aktif untuk mengendalikan situasi dan kondisi pengendara saat berkendara

25 Anton Tabah, 1993, Patroli Polisi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 8.

26 Dedek Buana, Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Polisi Lalu-lintas (POLANTAS),

http://artikelddk.com/tugas-fungsi-dan-peranan-polisi-lalu-lintas-polantas/, di akses tanggal 30 Juli 2021.

(18)

40

sehingga tidak menuai angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas dari tahun ketahun.

Fungsi Polisi Lalu Lintas adalah penyelenggaraan tugas Polri di bidang Lalu lintas yang merupakan penjabaran kemampuan teknis profesional yang meliputi:

a. Pendidikan masyarakat lalu lintas (Police Traffic Education).

b. Pengkajian masalah Lalu lintas (Police Traffic Engineering).

c. Penegakan hukum Lalu lintas (Police Traffic Law Enforcement).

d. Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.

e. Patroli Jalan Raya (PJR) f. Informasi Lalu lintas.27

F. Tinjauan Umum Mengenai Diskresi Kepolisan F.1. Pengertian Diskresi Kepolisian

Diskresi dalam Black Law Dictionary berasal dari bahasa Belanda Discretionair yang berarti kebijaksanaan dalam halnya memutuskan sesuatu tindakan tidak berdasarkan ketentuan-katentuan peraturan, Undang-undang atau hukum yang berlaku tetapi atas dasar kebijaksanaan, pertimbangan atau keadilan.28 Diskresi sering dirumuskan sebagai Freis Ermessen, diskresi diartikan sebagai kebebasan mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri.29

Dalam Pasal 18 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dijelaskan bahwa:

27 Ibid.

28 Yan Pramadya Puspa, 1977, Kamus Hukum, Semarang, Aneka Ilmu, hlm. 91.

29 JCT Simorangkir dkk, 2008, Kamus Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 38.

(19)

41

1. Untuk kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.

2. Pelaksanaan ketentuan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kalimat dalam Pasal 18 tersebut yang berbunyi “bertindak menurut penilaian sendiri” merujuk kepada konsep diskresi atau Freies Ermessen. Dalam bahasa Inggris, diskresi (Discretion) mengandung

arti, the quality of being discreet, or careful about what one does and says, dari kalimat tersebut mempunyai makna yakni kualitas yang

bijaksana, atau berhati-hati tentang apa yang dilakukan dan dikatakan.

Jadi, inti dari makna kata diskresi yang telah dijelaskan diatas yakni harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian.

Dalam bahasa UU No. 2 Tahun 2002 tersebut diskresi dirumuskan sebagai dalam keadaan yang sangat perlu. Penjelasan resmi dari UU tersebut berbunyi, yang dimaksud dengan bertindak menurut penilaiannya sendiri adalah suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam bertindak harus mempertimbangkan manfaat serta resiko dari tindakannya dan betul-betul untuk kepentingan umum.

(20)

42

Diskresi adalah kebebasan untuk memilih berbagai langkah tindakan (Caurses of action or inaction). Diskresi membutuhkan tingkat kecerdasan yang memadai dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini sumber daya manusia penegak hukum memegang peranan penting dari pada isi dari produknya, atau dalam hal ini adalah Peraturan Perundang- undangan saja (to improve the human resources is more important than it`s product), mengingat pentingnya penegak hukum (Kepolisian,

Kejaksaan dan Kehakiman atupun Advokad) harus berani keluar dari alur tradisi penegakan hukum yang hanya didasarkan pada peraturan perundang-undangan semata, sebab hukum bukanlah hanya ruang hampa yang steril dari konsep-konsep non hukum, ia harus dilihat dari perspektif sosial, perilaku yang senyatanya yang dapat diterima oleh manusia yang ada didalamnya.30

Kualitas sumberdaya manusia penegak hukum adalah faktor menentu, jalannya suatu Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) oleh karena itu peningkatan profesionalisme, integritas dan

disiplin merupakan upaya penting yang harus dilakukan tiada henti.

Selain itu perlu setiap penegak hukum bertindak proporsional serta memiliki kemandirian, kearifan dan perilaku hukum yang baik, agar

30 Marwan Effendy, 2012, Diskresi, Penemuan Hukum, Korporasi dan Tax Amnesty Dalam Penegakan Hukum, Jakarta, Referensi.

(21)

43

kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum sebagai tata hukum atau nilai dasar dari cita hukum dapat diwujudkan dinegeri tercinta ini.31

Kewenangan diskresi adalah suatu kekuasaan atau wewenang yang dilakukan berdasarkan hukum atas dasar pertimbangan dan keyakinan dan lebih menekankan pada pertimbangan moral ketimbang pertimbangan hukum. Diskresi itu dilakukan bukan lepas dari ketentuan hukum tetapi diskresi itu tetap dilakukan dalam kerangka hukum. Oleh karena itu praktek Kepolisian demi kepentingan umum dapat dipandang sebagai upaya pengayoman sehingga dapat berlangsung. Secara tegas dijelaskan dalam penjelasan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum Kepolisian yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan diskresi yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri.32

Undang-undang ini mengatur, pula pembinaan profesi dan kode etik profesi agar tindakan pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum, moral maupun secara teknik profesi dan terutama hak asasi manusia.

31 Ibid.

32 E Angelia, https://repository.upnvj.ac.id/5164/3/BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 28 Oktober 2021.

(22)

44

Meskipun Polisi itu bertindak seolah-olah justru tidak berdasarkan hukum positif yang berlaku, namun apabila dikaji lebih, justru itu suatu tindakan yang dapat menjunjung tinggi tujuan hukum itu sendiri, yaitu perlindungan terhadap setiap warga negara yang berdasarkan atas keadilan, kemaslahatan dan kemanfaatan hukum itu sendiri untuk membahagiakan rakyatnya.33

Pemberian diskresi kepada Polisi pada hakekatnya bertentangan dengan Negara yang didasarkan pada hukum (Rechtstaats). Diskresi ini menghilangkan kepastian terhadap apa yang terjadi, tetapi suatu tatanan dalam masyarakat yang sama sekali dilandaskan pada hukum juga merupakan suatu ideal yang tidak akan dicapai.34 Di sini dikehendaki, bahwa semua hal dan tindakan diatur oleh peraturan yang jelas dan tegas, suatu keadaan yang tidak dapat dicapai.

Hukum merupakan suatu bentuk ide-ide yang mengatur secara terperinci dan mendetail dengan memberikan suatu bentuk arah pada kehidupan bersama dan bersifat umum, maka pada saat itu pula kehidupan akan mengalami kemacetan. Sekalipun Polisi dalam melakukan diskresi terkesan melawan hukum, namun hal itu merupakan jalan keluar yang memang diberikan oleh hukum kepada Polisi guna memberikan efektifitas demi kepentingan umum yang lebih luas.35

33 Ibid.

34 Fitriani Kartika Ratnaningsih, 2006, Pelaksanaan Diskresi Oleh Polisi Dalam Penyidikan Di Polwiltabes Semarang, Semarang, Lib UNNES.

35 Ratnaningsih, op.cit, hlm. 13.

(23)

45

Dengan dimiliknya kekuasaan diskresi oleh polisi, maka polisi mempunyai kewenangan dalam menerobos suatu bentuk kekakuan hukum yang lebih menonjolkan sisi legisme semata, tanpa memperhatikan sistem-sistem kemasyarakatan yang hidup dimasyarakat dalam mencapai suatu bentuk kemaslahatan dan keadilan yang nyata.

Dari hal tersebut, maka bentuk diskresi yang diberikan kepada Polisi merupakan suatu bentuk terobosan terhadap penegakan hukum secara nyata dengan tetap memberikan suatu bentuk keadilan yang nyata, dengan memperhatikan sisi resiko dan kemanfaatan dari suatu tindakan yang dilaksanakan.

G. Tinjauan Umum Mengenai Pelanggaran

Menurut Andi Hamzah menyatakan bahwa pembagian delik atas kejahatan dan pelanggaran di dalam WvS Belanda 1886 dan WvS (KUHP) Indonesia 1918 itu menimbulkan perbedaan secara teoritis. Kejahatan sering disebut sebagai delik hukum, artinya sebelum hal itu diatur dalam Undang- Undang, sudah dipandang sebagai seharusnya dipidana, sedangkan pelanggaran sering disebut sebagai delik Undang-Undang, artinya dipandang sebagai delik karena tercantum dalam Undang-Undang.36 Lebih lanjut Andi Hamzah menjelaskan bahwa mengenai jenis pidana, tidak ada perbedaaan

36 Andi Hamzah, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana (Edisi Revisi), Jakarta, Rineka Cipta, halaman.106.

(24)

46

mendasar antara kejahatan dan pelanggaran. Hanya pada pelanggaran tidak pernah diancam pidana.37

Lamintang, dalam bukunya dasar-dasar hukum pidana di Indonesia menyatakan bahwa orang pada umumnya baru mengetahui bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran yang bersifat melawan hukum sehingga dapat dihukum yaitu setelah tindakan tersebut dinyatakan dilarang dalam Undang-Undang.38 Kemudian pada pelanggaran tidak terdapat ketentuan adanya suatu pengaduan sebagai syarat bagi penuntutan.39

H. Tinjauan Umum Mengenai Tindak Pidana H.1. Pengertian Tindak Pidana

Mengenai tindak pidana, terdapat banyak istilah yang digunakan seperti dalam KUHP, yang disebut dengan Strafbaarfeit, perbuatan pidana atau dalam kepustakaan hukum pidana sering disebut dengan delik sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu undang- undang mempergunakan istilah peristiwa pidana.

Strafbaarfeit merupakan istilah tindak pidana dalam KUHP,

setelah istilah Strafbaarfeit diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh sarjana hukum Indonesia, menjadikan makna dari Strafbaarfeit menjadi bermacam-macam. Secara sederhana terdapat lima kelompok istilah yang digunakan, yaitu:

37 Ibid.

38 Lamintang, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, halaman 210.

39 Ibib, halaman 212.

(25)

47 1. Peristiwa pidana

2. Perbuatan pidana

3. Perbuatan yang boleh di hukum 4. Tindak pidana

5. Delik.40

Istilah yang digunakan untuk penyebutan tindak pidana, dapat digunakan bermacam-macam istilah, sepanjang istilah-istilah tersebut di atas, tidak merubah makna dari Strafbaarfeit.

Sedangkan mengenai pengertian tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.41

Pengertian tindak atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang melanggar yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu. Selanjutnya perumusan mengenai perbuatan pidana akan lebih lengkap apabila tersusun sebagai berikut:

Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang

40 Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Memahami Tindak Pidana Dan

Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan (Disertai Teori-Teori Pengantar Dan Beberapa Komentar), Yogyakarta, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-Indonesia, h. 21.

41 Ibid. hal. 18.

(26)

48

siapa yang melanggar larangan tersebut. Adapun perumusan tersebut yang mengandung kalimat aturan hukum pidana dimaksudkan akan memenuhi keadaan hukum di Indonesia yang masih mengenal kehidupan hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.42

Terdapat 2 macam definisi terkait tindak pidana yaitu definisi teoritis yaitu pelanggaran norma (kaidah dan tata hukum), yang diadakan karena kesalahan pelanggar, dan harus diberikan pidana untuk dapat mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum dan definisi yang bersifat perundang-undangan yaitu suatu peristiwa yang oleh Undang-Undang ditentukan mengandung perbuatan (handeling) dan pengabaian (nalaten); tidak berbuat; berbuat pasif, biasanya dilakukan di dalam beberapa keadaan yang merupakan bagian dari suatu peristiwa.43

Sedangkan menurut ahli yang lain bahwa tindak pidana tersebut mempunyai 5 unsur, yaitu:

1. Subjek 2. Kesalahan

3. Bersifat melawan hukum dari suatu tindakan

4. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh Undang-Undang dan terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana,

42 Bambang Poerrnomo dalam Amir Ilyas, Op. Cit. h. 25.

43 Pompe dalam Andi Zainal Abidin, 1995. Hukum Pidana I. Jakarta, Sinar Grafika, h. 225.

(27)

49

5. Waktu, tempat, dan keadaan (unsur objektif lainnya).44

Menurut Penulis yang dimaksud pengertian tindak pidana adalah tindakan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga setiap pelanggaran tersebut dapat dikenai sanksi pidana.

H.2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidaknya dari dua sudut pandang, yaitu, dari sudut pandang teoritis dan dari sudut pandang Undang-undang. Maksud teoritis adalah berdasarkan pendapat ahli hukum, yang tercermin dari pada rumusannya. Sedangkan sudut Undang-undang adalah kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam Pasal-pasal perundang-undangan yang ada.45

H.2.1. Unsur-unsur Tindak Pidana Menurut Beberapa Teoritis

Berdasarkan rumusan tindak pidana menurut Moeljatno, maka unsur tindak pidana adalah perbuatan, yang dilarang (oleh aturan hukum), ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan). Dari batasan yang dibuat Jonkers dapat dirincikan unsur-unsur tindak pidana adalah perbuatan, melawan hukum (yang berhubungan dengan), kesalahan (yang dilakukan oleh

44 E.Y Kanter & S.R. Sianturi, 2002. Azas-Azas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya, Jakarta, Storia Grafika, h. 211.

45 Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta, Rajawali Pers, hlm. 78.

(28)

50

orang yang dapat), dipertangungjawabkan. E.Y. Kanter dan SR.

Sianturi menyusun unsur-unsur tindak pidana yaitu:

1. Subjek 2. Kesalahan

3. Bersifat melawan hukum (dari tindakan)

4. Suatu tindakan yang dilarang dan diharuskan oleh UU/PerUU- an dan terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana

5. Waktu, tempat, keadaan (unsur objektif lainnya).46

Sementara K. Wantjik Saleh menyimpulkan bahwa suatu perbuatan akan menjadi tindak pidana apabila perbuatan itu:

1. Melawan hukum 2. Merugikan masyarakat 3. Dilarang oleh aturan pidana

4. Pelakunya diancam dengan pidana.47

Perumusan Simons mengenai tindak pidana, menunjukan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:48

1. Handeling, perbuatan manusia, dengan hendeling dimaksudkan tidak saja eendoen (perbuatan) tetapi juga “een natalen” atau

“niet doen” (melalaikan atau tidak berbuat)

2. Perbuatan manusia itu harus melawan hukum (wederrechtelijk) 3. Perbuatan itu diancam pidana (Strafbaarfeit Gesteld) oleh UU 4. Harus dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung

jawab (toerekeningsvatbaar).

5. Perbuatan itu harus terjadi karena kesalahan.

H.2.2. Unsur-unsur Tindak Pidana Menurut Undang-Undang

Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP, maka dapat diketahui adanya delapan unsur tindak pidana, yaitu:

1. Unsur tingkah laku 2. Unsur melawan hukum 3. Unsur kesalahan

46 E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Op. Cit, hlm. 211.

47 K. Wantjik Saleh, 1998, Kehakiman dan Keadilan, Jakarta, Ghalia Indonesia.

48 Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, 1983, Intisari Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 26-27.

(29)

51 4. Unsur akibat konstitutif

5. Unsur keadaan yang menyertai

6. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana 7. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana 8. Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana.

H.3. Pertanggungjawaban Pidana

H.3.1. Pengertian Tanggung-Jawab Pidana

Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing disebut dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada pemidanaan pelaku dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak.

Pandangan mengenai kemampuan bertanggungjawab dalam hukum pidana menurut beberapa beberapa ahli dapat diuraikan sebagai berikut.49 Menurut Pompe kemampuan bertanggungjawab pidana harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir (psychisch) pembuat (dader) yang memungkinkan ia menguasai pikirannya, yang memungkinkan ia menentukan perbuatannya.

49 Wirjono Prodjodikoro, 1986, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia (selanjutnya disebut Wirjono Projodikoro I), Bandung: Eresko, hlm. 55.

(30)

52

2. Dapat menentukan akibat perbuatannya; dan

3. Dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan pendapatnya.

Van Hamel berpendapat, bahwa kemampuan bertanggung-jawab adalah suatu keadaan normalitas psychis dan kematangan, yang mempunyai tiga macam kemampuan:

1. Untuk memahami lingkungan kenyataan perbuatan sendiri;

2. Untuk menyadari perbuatannya sebagai suatu yang tidak diperbolehkan oleh masyarakat; dan

3. Terhadap perbuatannya dapat menentukan kehendaknya.

Selanjutnya G. A. Van Hamel, menyampaikan pendapatnya bahwa orang yang dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:50

1. Jiwa orang harus sedemikian rupa sehingga dia mengerti atau menyadari nilai dari perbuatannya;

2. Orang harus menyadari bahwa perbuatannya menurut tatacara kemayarakatan adalah dilarang;

3. Orang harus dapat menentukan kehendaknya terhadap perbuatannya.

Pengertian yang disampaikan para sarjana hukum seperti di atas, dapat dipahami bahwa pertanggungjawaban pidana bertalian erat dengan pemidanaan petindak, jika telah

50 P.A.F. Lamintang dalam Amir ilyas, Op., Cit. hlm. 74.

(31)

53

melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam Undang-Undang.

H.4. Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Tindak Pidana

Pertanggungjawaban pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

H.4.1. Kemampuan Bertanggungjawab

E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi menjelaskan bahwa, unsur mampu bertanggung-jawab mencakup:51

1. Keadaan jiwanya:

a. Tidak terganggu oleh penyakit terus-menerus atau sementara (temporair);

b. Tidak cacat dalam pertumbuhan (gagu, idiot, imbecile, dan sebagainya);

c. Dalam keadaan sadar.

2. Kemampuan jiwanya:

a. Dapat menyadari hakekat dari tindakannya;

b. Dapat menentukan kehendaknya atas tindakan tersebut;

c. Dapat mengetahui ketercelaan dari tindakan tersebut.

Kemampuan bertanggungjawab didasarkan pada keadaan dan kemampuan jiwa (geestelijke vermogens), dan bukan kepada keadaan dan kemampuan berfikir (verstanddelijke vermogens), dari seseorang, walaupun dalam istilah yang resmi

digunakan dalam Pasal 44 KUHP adalah verstanddelijke vermogens. Untuk terjemahan dari verstanddelijke vermogens

sengaja digunakan istilah keadaan dan kemampuan jiwa seseorang.

51 E.Y. Kanter & S.R Sianturi. 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya.

Jakarta, Storia Grafika.

(32)

54

Pertanggungjawaban tindak pidana disebut sebagai toerekenbaarheid, dimaksudkan untuk menentukan apakah

seseorang tersangka/terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana yang terjadi atau tidak, sehingga dapat dipahami bahwa konsep dari pertanggungjawaban pidana hanya diperuntukan untuk orang, bukan makluk lainnya.

H.4.2. Adanya Kesalahan

Kesalahan dianggap ada, apabila dengan sengaja atau karena kelalain telah melakukan perbuatan yang menimbulkan keadaan atau akibat yang dilarang oleh hukum pidana dilakukan dengan mampu bertanggungjawab.

Seseorang melakukan kesalahan, jika pada waktu melakukan delict, dilihat dari segi masyarakat. Dengan demikan, seseorang mendapatkan pidana tergantung pada dua hal, yaitu:

harus ada perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau dengan kata lain, harus ada unsur melawan hukum. Jadi harus ada unsur Obejektif, dan terhadap pelakunya ada unsur kesalahan dalam bentuk kesengajaan dan atau kealpaan, sehingga perbuatan yang melawan hukum tersebut dapat di pertanggungjawabkan kepadanya. Jadi ada unsur subjektif.52 Dalam hukum pidana kesalahan dan kelalaian seseorang dapat

52 Lilik Mulyadi, 2004, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi, Jakarta, Djambatan, Hal 45.

(33)

55

diukur dengan apakah pelaku tindak pidana itu mampu bertanggungjawab, yaitu bila tindakannya itu memuat 3 (tiga) unsur yaitu:53

1. Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pelaku atau si pembuat perbuatna tindak pidana; artinya keadaan atau situasi si pelaku harus mempunyai akal yang sehat;

2. Hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatannya yang mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan (dolus) dan kealpaan/kelalaian (culpa);

3. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf.

Secara teoritis unsur kesengajangan ini, dibedakan menjadi 3 corak yaitu kesengajaan sebagai maksud, kesengajaan dengan sadar kepastian, kesengajan dengan sadar kemungkinan (dolus eventualis).54

1. Kesengajaan sebagai maksud

Kesengajaan yang bersifat tujuan ini, si pelaku benar-benar menghendaki tercapainya akibat yang menjadi alasan adanya hukuman pidana (Constitutief gevolg).

2. Kesengajaan dengan sadar kepastian

Kesengajaan ini dilakukan oleh si pelaku dengan perbuatannya, tidak bertujuan untuk mecapai akibat yang menjadi dasar dari perbuatan, tetapi ia tahu benar, bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan tersebut.

3. Kesengajaan dengan sadar kemungkinan

Kesengajaan sebagai sadar akan merupakan terwujudnya delik bukan merupakan tujuan dari pelaku, melainkan merupakan syarat yang mungkin timbul sebelum/ pada saat/sesudah tujuan pelaku tercapai.

I. Tinjauan Umum Mengenai Hak Asasi Manusia I.1. Pengertian HAM

53 Loebby Logman, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Datacom, Hal 67.

54 Barda Nawawi Arief, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bhakti, Hal.

87.

(34)

56

Pada akhir abad XIV hingga awal abad XIIV John Locke mencetus kan ide tentang Hak asasi manusia yang mana hak asasi manusia ini adalah hak yang di bawa semenjak lahir yang melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat ataupun dihilangkan. Hal ini yang menjadi ide dasar munculnya gerakan pembelaan hak asasi manusia di dunia barat. Dan muncul juga ide dari J.J Rousseau yang menyatakan bahwa Negara tidak bisa mencabut hak-hak dasar yang dimiliki individu dan masyarakat, melainkan Negara harus melindungi hak-hak tersebut.55

Secara etimologis hak asasi manusia terdiri dari tiga kata yakni:

hak, asasi, dan manusia. Hak dan asasi berasal dari bahasa Arab, yaitu haqq yang di ambil dari kata haqqa, yahiqqu, haqqaan yang artinya

adalah benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Makaa haqq adalah kewenangan atau kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kata asasiy yang di ambil dari kata assa, yaussu, asasaan yang artinya membangun, mendirikan, meletekan. Maka asasi

adalah segala sesuatu yang bersifat mendasar dan fundamental yang selalu melekat pada objeknya. sedangkan kata manusa berasal dari Bahasa Indonesia. Jadi di Indonesia HAM diartikan sebagai hak-hak mendasar pada Manusia.56

55 Mahrus Ali, Syarif Nurhidayat, 2011, Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Jakarta, Gramata Publishing, hlm. 3.

56 Ibid.

(35)

57

Pengertian HAM di atas di Indonesia masih sangat umum dan universal, tetapi Indonesia juga memiliki konsep tentang HAM yang di atur secara jelas dalamundang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan tentang pengertian hak asasi manusia, yaitu

“Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. Berdasar kan pengertian HAM dari undang-undang tersebut dapat dikatakan bahwa penting dan adanya suatu kewajiban setiap orang untuk menghormati hak-hak individu yang dimiliki setiap orang. Kewajiban tersebut telah dituangkan dalam undang-undang sebagai seperangkat kewajiban sehingga apabila tidak dilaksanakan maka tidak akan terlaksana dan tegaknya perlindungan terhadap hak asasi manusia.

I.2. Jenis-Jenis Hak Asasi Manusia

1. Hak asasi pribadi (personal rights) antara lain hak mengemukakan pendapat, hak memeluk agama, hak beribadah menurut agama masing-masing, dan hak kebebasan berorganisasi atau berserikat.

2. Hak asasi ekonomi (property rights) antara lain hak memiliki sesuatu, hak menjual dan membeli sesuatu, hak mengadakan suatu perjanjian atau kontrak, dan hak memiliki pekerjaan.

(36)

58

3. Hak asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam keadilan hukum dan pemerintahan (rights of legal equality), hak ini adalah hak persamaan hukum.

4. Hak asasi politik (political rights) antara lain hak untuk diakui sebagai warga negara yang sederajat, hak ikut serta dalam pemerintahan, hak memilih dan dipilih dalam pemilu, hak mendirikan partai politik, serta hak mengajukan petisi dan kritik atau saran.

5. Hak asasi sosial dan budaya (social cultural rights) antara lain hak untuk memilih pendidikan, hak mendapatkan pelayanan kesehatan, dan hak untuk mengembangkan kebudayaan.

6. Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum (procedural rights) antara lain hak mendapat perlakuan yang adil dalam penggeledahan, penangkapan, peradilan, dan pembelaan hukum.57

I.3 Hak Pengguna Jalan

Di dalam berlalu lintas, semua pengguna jalan mendapatkan hak yang sama. Hak untuk memperoleh keamanan dan keselamatan dalam berlalu lintas yang harus diutamakan. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas. Sedangkan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari

57 P.N.H. Simanjuntak, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Grasindo.

(37)

59

risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.58

Dalam hal ini, pemerintah melalui Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan dalam mewujudkan dan memelihara keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui Satuan Lalu Lintas bertanggung-jawab penuh untuk mengatur dan mengelola lalu lintas yang berada di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Tentu saja dalam mewujudkannya dibutuhkan langkah-langkah konkret seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 200 ayat (3). Dalam ayat tersebut, dinyatakan bahwa perlu diadakan upaya-upaya dan langkah yang mendukung hak para pengguna lalu lintas, antara lain:

a. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas, juga perlengkapan keamanan lalu lintas dan angkutan jalan. Fasilitas yang ada harus layak kondisinya sehingga tidak mencelakakan penggunannya.

b. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, pembimbingan, penyuluhan dan penerangan berlalu lintas dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum dan etika masyarakat dalam berlalu lintas, termasuk di dalamnya adalah sosialisasi apabila ada peraturan perundangan yang baru mengenai lalu lintas dan angkutan jalan

58 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(38)

60

c. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan/atau patroli oleh polisi demi memberikan rasa aman dan nyaman dalam berlalu lintas

d. Manajemen keamanan lalu lintas, dimana pihak Kepolisian dan dinas perhubungan bekerja sama dalam mengatur keamanan lalu lintas agar tercipta keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas

e. Penegakan hukum lalu lintas yang dilakukan oleh pihak Kepolisian agar tercipta ketertiban dalam berlalu lintas sehingga para pengguna bisa merasakan keamanan dan kenyamanan.59

Dengan adanya upaya-upaya dan langkah yang dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia, diharapkan hak para pengguna jalan dalam berlalu lintas dapat terpenuhi. Dalam hal kecelakaan , pemerintah mempunyai tanggung jawab dan kewajiban tertentu. Di dalam pasal 238 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban dan bertanggung-jawab untuk menyediakan dan/atau memperbaiki pengaturan, sarana dan prasarana lalu lintas yang menjadi penyebab kecelakaan.60 Selain itu pemerintah menyediakan alokasi dana untuk pencegahan dan penanganan kecelakaan lalu lintas.

Tak hanya mendapatkan hak sebagai pengguna jalan saja, namun bila terjadi kecelakaan, semua pengguna jalan juga mendapatkan hak

59 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ps. 200.

60 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ps. 238.

(39)

61

apabila menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Seperti disebutkan dalam pasal 240 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, yaitu mengenai hak korban. Disebutkan bahwa setiap korban kecelaakaan lalu lintas berhak mendapatkan :

a. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung-jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan/atau pemerintah. Pihak yang bertanggung-jawab disini adalah pihak yang menimbulkan terjadinya kecelakaan tersebut. Apabila kecelakaan disebabkan oleh sarana dan prasarana jalan yang tidak layak, maka pemerintah yang bertanggung- jawab atas kecelakaan tersebut.

b. Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung-jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas. Ganti rugi berupa ganti rugi materiil atas akibat dari terjadinya kecelakaan, termasuk didalamnya bisa berupa perawatan kesehatan yang terganggu akibat terjadinya kecelakaan.

c. Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi ini diselenggarakan oleh pemerintah yang khusus menangani santunan akibat kecelakaan lalu lintas.61

Mengenai santunan kecelakaan ini, perusahaan asuransi yang menangani adalah PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja. Selain ketiga hak tersebut diatas, korban kecelakaan lalu lintas juga berhak memperoleh pengutamaan perrtolongan pertama dan perawatan pada rumah sakit

61 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ps. 240.

(40)

62

terdekat sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Pengutamaan pertolongan pertama misalnya dengan menggunakan ambulans yang disediakan oleh pemerintah, yang mendapatkan prioritas dalam penggunaan jalan sehingga bisa meminimalisir timbulnya korban jiwa akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Lupiyoadi (2001) kualitas pelayanan merupakan tindakan seseorang kepada orang lain melalui penyajian produk atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan ,

salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. 3) Melakukan perawatan dirumah bagi anggota keluarga yang sakit.. untuk mengetahui sejauh mana

penurunan tonus otot, kurang masukan.. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24. jam diharapkan masalah konstipasi

Diskusikan dengan klien akibat negatif atau kerugian dari cara atau tindakan kekerasan yang dilakukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.. TUK 6 : Klien

Dalam UU No. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, tindakan sosial merupakan segala sesuatu yang dapat merubah orang lain, bahwa tindakan sosial merupakan suatu upaya atau aksi

30 Menurut ketentuan Pasal 1 angka 35 UU-PPLH, yang dimaksud dengan izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau

Menurut penjelasan pasal 46 ayat 1 UU Praktik Kedokteran, rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaaan yang telah