• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, DIAKONIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, DIAKONIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, DIAKONIA

2. 1. Pengertian Diakonia

Secara harfiah kata “diakonia” berarti memberi pertolongan atau pelayanan.

Kata diakonia berasal dari kata Yunani diakonia (pelayanan), diakonein (melayani), diakonos (pelayan). Dalam Perjanjian Baru disamping kata-kata ini terdapat 5 kata lain untuk “melayani”, masing-masing dengan nuansa dan arti tersendiri yakni: Douleuein: melayani sebagai budak, Leitreuein: melayani untuk uang khususnya untuk pelayanan persembahan, Leitourgein: dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayanan umum bagi kesejahteraan rakyat dan negara.

Therapeuein: kesiapan untuk melakukan pelayanan sebaik mungkin, untuk penyembuhan, Huperetein: menunjukkan hubungan kerja terutama relasi dengan orang untuk siapa pekerjaan itu dilakukan. Diakonein secara harfiah berarti melayani, umumnya diartikan sebagai pekerjaan melayani meja makan, melayani para tamu. Di dunia Yunani dianggap pekerjaan yang rendah, pekerjaan seorang budak .1

Pada mulanya semua pelayan jemaat disebut Diakonos. Kemudian muncullah kata Diaken yang banyak dipakai gereja untuk menyebut sekelompok pelayan yang mempunyai tugas melayani dan memperhatikan kehidupan jemaat yang dalam kesusahan terutama janda dan yatim piatu. Dengan adanya pelayanan para diaken ini, terlihat keindahan persekutuan diantara jemaat mula-mula. Disini terlihat bahwa antara pemberitaan firman, pelayanan diakonia, dan persekutuan tidak terpisahkan. Dalam jemaat mula-mula pelayanan diakonia yang dilakukan para Diaken banyak ditujukan kepada janda-janda.Seiring perjalanan waktu, pemahaman terhadap makna diakonia semakin berkembang. Saat ini diakonia dapat diberikan kepada janda-janda, orang-orang miskin, orang-orang sakit, orang-orang yang terkena musibah, juga orang-orang yang ada di dalam penjara. Diakonia bukan hanya merupakan tugas para Diaken, tetapi juga merupakan tugas seluruh warga

1 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi(Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet-3, 2017), 2-4.

(2)

2

jemaat.2 Pelayanan diakonia tidak tertutup hanya bagi warga jemaat tetapi juga bagi sesama manusia dimana gereja hadir untuk berperan serta dalam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dalam konteks budaya Yunani dan Romawi di Jemaat mula-mula, yang berkuasa adalah raja dan kaisar. Moralitas Yunani mewajibkan untuk memberi perhatian kepada sesama yaitu kepada orang tua, orang jompo, orang asing, juga orang yang mengalami ketidakadilan. Sedangkan diakonia masa kini berusaha mengaktifkan jemaat untuk bisa menjadi jemaat yang diakonal, artinya gereja yang sungguh-sungguh ikut serta mewujudkan panggilan nya sebagai gereja yang melayani.3

Yewangoe mengatakan bahwa tugas diakonia bukanlah tugas para Diaken gereja saja, melainkan merupakan tugas gereja secara keseluruhan. Tanpa diakonia, gereja tidak mempunyai makna. Berkhof sebagaimana dikutip Yewangoe menegaskan bahwa diakonia adalah yang memperantarai firman Allah yang menyelamatkan yang ditujukan kepada manusia. Sehingga firman yang diberitakan tidak merupakan firman yang kosong, melainkan firman dan perbuatan itu berjalan bersama.4 Yewangoe juga menegaskan bahwa pelayanan diakonia tidak terbatas pada kelompok tertentu saja. Kasih Kristus menjadi dasar dari pelayanan diakonia, sebagaimana kasih Kristus yang melampaui segala batas maka pelayanan diakonia juga tidak mengenal perbedaan suku, agama, ras, etnis dll.5

Diakonia bukan sekedar persoalan memberi, tetapi lebih merupakan panggilan untuk berbagi solidaritas dengan mereka yang membutuhkan pertolongan. Lebih melibatkan diri pada penderitaan orang dan diperlukan kesedian diri untuk berkorban. Diakonia bukan sekedar pelayanan untuk menciptakan hubungan pemberi dan penerima saja, melainkan diakonia dilakukan dalam rangka Misio Dei yaitu menghadirkan pemerintahan Allah didunia.6

2 https://www.scribd.com/doc/270681478/Arti-Pelayanan-Diakonia-Di-Masa-Kini. Diakses pada tanggal 5 Januari 2022.

3 Filda Rosiana. Lakumani, “Pelayanan Diakonia di Jemaat GERMITA lembang Rintulu Mamahan Ditinjau Dari Teori Diakonia”. (Salatiga: Universistas Kristen Satya Wacana, 2016).

4 A. A. Yewangoe, Tidak Ada Penumpang Gelap: warga gereja warga bangsa(Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet- 3, 2015), 129-131.

5 A. A. Yewangoe, Tidak Ada Penumpang Gelap, 133.

6J. P. Widyatmadja, Diakonia Sebagai Misi Gereja, Eds, Judith Liem dan J. B. Banawiratma (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 41.

(3)

3

Diakonia sekarang lebih dipahami sebagai suatu ungkapan sederhana dengan cinta kasih dan uluran tangan kepada sesama, bukan hanya sekedar sebuah pekerjaan amal biasa.7 Pengertian diakonia adalah membantu orang yang mengalami kesulitan dalam hidup bermasyarakat. Diakonia yang merupakan pelayanan terhadap orang miskin dan membutuhkan pertolongan, tidak terlepas dari pelayanan firman, keduanya tidak dapat dipisahkan.8 Pelayanan diakonia dan pelayanan firman sama pentingnya, keduanya saling melengkapi dan saling menjelaskan. Tanpa pelayanan diakonia, pemberitaan firman sia-sia saja ibarat pidato kosong. Sebaliknya tanpa pemberitaan firman pelayanan diakonia tidak mempunyai landasan hidup dan hanya merupakan pekerjaan amal biasa. Gereja berfungsi sebagai “garam dunia” jika pemberitaan firman dan pelayanan diakonianya saling berhubungan erat.9

Handriyanto sebagaimana dikutip Inriani, menuliskan bahwa diakonia merupakan usaha untuk menolong orang yang menderita, baik anggota jemaat maupun bukan anggota jemaat, karena dorongan kasih Kristus. Yang menjadi perhatian bukanlah pada apa yang diberikan, namun berhubungan dengan pelibatan diri pada penderitaan orang dan dalam pelibatan diri itu diperlukan kesediaan diri untuk berkorban.10 Diakonia dikenal juga sebagai pelayanan kasih. Disini pengikut kristus harus memiliki sikap hidup melayani sebagaimana yang Yesus teladankan sebagai seorang pelayan. Diaken sebagai pelaksana diakonia harus meneladani Yesus dengan memberikan dirinya untuk melayani orang lain.11 Noordegraaf juga mengatakan bahwa diakonia sebagai pelayanan kasih dan juga pelayanan keadilan, yang berarti bertindak memerangi dan jika mungkin mengatasi ketidakadilan, penindasan, kemiskinan, kekurangmampuan, dengan harapan meningkatkan kehidupan yang lebih baik dalam terang Injil.12 Pelayanan diakonia yang dikenal sebagai pelayanan kasih adalah pelayanan kasih dari Allah kepada manusia yang menderita, Allah yang memberi bukan gereja yang memberi. Gereja atau Diaken

7A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja :Teologi Dalam Perspektif Reformasi(Jakarta: BPK GM, 2017), 4.

8 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja,5.

9 J.L.Ch. Abineno, Diaken:Diakonia dan Diakonat Gereja(Jakarta:BPK Gunung Mulia,cet-9,2017),65.

10 Eva Inriani, Strategi Gereja Memaksimalkan Tri Panggilan Gereja Pada Masa Pandemi Covid- 19.Jurnal Teologi Pambelum(JTP) vol 1, No.1(2021). Diakses pada tanggal 23 Oktober 2021.

11 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja,4.

12 A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, 9.

(4)

4

hanyalah sebagai alat untuk menyampaikan pemberian Allah kepada manusia yang membutuhkan.13

Pelayanan diakonia bisa diawali dari “ keluarga Allah “ yaitu anggota jemaat dalam persekutuan tubuh Kristus, kemudian dari anggota jemaat makin bertumbuh dan menyebar keluar, pelayanan mencakup masyarakat luas. Dengan kata lain pelayanan diakonia dipahami sebagai pelayanan kepada semua orang, bukan hanya untuk kalangan sendiri sesama orang kristen, melainkan juga untuk orang yang bukan Kristen, bahkan orang-orang yang membenci kita.14 Irene ludji mengatakan bahwa pelayanan diakonia tidak hanya ditujukan bagi sesama anggota jemaat saja, melainkan juga untuk seluruh ciptaan. Disini berarti pelayanan diakonia tidak diperuntukkan bagi saudara-saudara seiman saja melainkan juga bagi semua orang yang membutuhkan pertolongan termasuk saudara-saudara yang berbeda keyakinan.15 Diakonia secara umum diartikan sebagai pelayanan Kristus atau pelayanan jemaat (Kolose 1:7) Namun makna terpenting adalah pelayanan Kristus bagi umatNya dengan memberikan nyawaNya ( Markus 10:45). Diakonia harus menempati tempat yang sentral sebagai suatu misi dalam kehidupan gereja.

Dalam gereja orang-orang miskin dan membutuhkan pertolongan selalu akan ada, untuk itu perlu diatur dengan baik sehingga pelayanan doa, pemberitaan Firman dan pelayanan diakonia dapat berjalan secara seimbang.16

Istilah diakonia yang dahulu di dunia Yunani dipandang rendah, saat ini dalam kehidupan kristen menjadi salah satu istilah yang dihormati. Diakonia merupakan salah satu dari Tri Tugas Panggilan gereja yang harus dijalankan demi mewujudkan kerajaan Allah di dunia. Diakonia merupakan salah satu bagian dari Tri Tugas Panggilan Gereja selain koinonia (persekutuan) dan marturia (kesaksian).

Emanuel Gerrit Singgih menggambarkannya sebagai sebuah segitiga samasisi dimana tiap sudutnya diletakkan masing-masing koinonia, marturia dan diakonia.

Masing-masing mempunyai porsi yang sama besar, yang berarti diantara ketiga nya

13 J. L. Ch. Abineno, Diaken: Diakonia dan Diakonat gereja(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2017).64-65.

14 J. L. Ch. Abineno,Diaken, 27.

15 Irene Ludji, “Ekklesiologi dan Konsep Pelayanan Holistik”. Jurnal Theologia vol. IV. No. 1.(Agustus 2009).

84. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2021.

16 Irene Ludji 85.Diakses pada tanggal 22 Oktober 2021.

(5)

5

tidak ada yang lebih penting maupun yang kurang penting. Jadi persekutuan, kesaksian dan pelayanan harus dijalankan secara seimbang.17

Diakonia merupakan perbuatan kasih yang dilakukan gereja untuk menolong sesama yang membutuhkan. Perbuatan kasih yang dilakukan sebagai wujud nyata pemberitaan firman, karena pemberitaan firman tanpa disertai perbuatan kasih tidak ada artinya.

2.2 Diakonia dalam Alkitab

Ajaran untuk berbuat baik, memperhatikan sesama yang berkekurangan dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan banyak diajarkan dan diteladankan oleh Yesus Kristus dalam kitab Perjanjian Baru. Bahkan dalam Perjanjian Lama Allah memerintahkan untuk berbuat baik, memperhatikan, mengasihi dan berbagi kepada mereka yang dalam kesulitan dan membutuhkan pertolongan.

2.2.1 Dalam Perjanjian Lama

Kitab Kejadian 1:10-31 mencatat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada dan semua yang diciptakan Allah sungguh amat baik.. Allah membuktikan pemeliharaanNya yang ditujukan kepada manusia.

Manusia sebagai wakil Allah diberi mandat melayaniNya dengan mengurus bumi dan isinya.18 Diakonia dipahami sebagai tindakan pemeliharaan Allah atas umatNya. Allah menunjukkan kasihNya kepada orang-orang yang lemah, miskin dan tak berdaya, seperti orang-orang asing yang ada di negeri Israel, anak yakim dan janda-janda.19

Tindakan Allah dalam memelihara orang-orang lemah, miskin dan tak berdaya di delegasikan Allah kepada umat Israel ( Kel. 23:11 ). Allah memberi perintah kepada umat Israel untuk memberikan sebagian hasil panen mereka bagi kelangsungan hidup orang-orang miskin diantara bangsa israel. Dikatakan dalam Yesaya 58:6-7 bahwa kesalehan hidup yang berkenan bagi Allah adalah kepedulian kepada mereka yang menderita. Allah menghendaki kita memberi makan pada yang lapar, memberi pakaian kepada yang telanjang, memberi tumpangan kepada yang

17 E.G.Singgih, Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke- 21(Yogyakarta:Kanisius,1977),25-27.

18 W.S.Lassor, Pengantar Perjanjian Lama(Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001),122.

19 J.L.Ch. Abineno,Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983).

(6)

6

tidak punya rumah, membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teranianya, mematahkan setiap kuk. Sebaliknya, tindakan yang tidak berkenan bagi Allah

adalah menindas orang-orang miskin ( Za. 7:10 ). Barangsiapa yang menindas orang lemah menghina penciptanya, tetapi siapa yang menaruh belas kasihan kepada orang miskin memuliakan Tuhan ( Amsal 14:31 ). Orang-orang miskin akan selau ada dinegeri, demikian dikatakan dalam Ul. 15:11 bahwa Allah sendiri melalui umatNya berusaha menolong orang-orang miskin, dikatakan “Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu yang tertindas dan yang miskin di negerimu”. “Siapa menindas orang yang lemah, menghina penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia”( Amsal 14:31 ).

2.2.2 Dalam Perjanjian Baru

Yesus merupakan tokoh yang menjalankan misi Allah di dunia. Dalam kehidupan dan pelayananNya Yesus tidak hanya memberi makan mereka yang lapar, menyembuhkan mereka yang sakit, membangkitkan orang mati, tetapi juga membela mereka yang lemah dan tak berdaya. Yesus tidak hanya memberitakan berita pengampunan dari Allah tetapi juga memberdayakan mereka yang lemah.

Dikisahkan dalam Lukas 5: 17-26 bahwa Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh sehingga dimampukan untuk berjalan dan dapat memberdayakan dirinya sendiri.20 Pelayanan diakonia sudah seharusnya dilakukan sesuai teladan Yesus, Noordegraaf berpendapat bahwa orang yang sungguh-sungguh mendengar suara Kristus dan percaya kepadaNya pasti akan hidup dan bertindak secara diakonal sesuai teladanNya.21

Keteladanan Yesus mengajarkan kepada murid-muridNya untuk memberi perhatian kepada orang miskin juga dinyatakan dalam Luk. 4: 18-19, yaitu menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang tawanan, memberi penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan sudah datang.22 Jadi jelas

20 Josep P. Widyatmadja, Jesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia Transformatif dan Teologi Rakyat di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet-4,2017), 10.

21 A. Noordegraaf,Orientasi Diakonia Gereja, 7.

22 A. Larosa, Misi Sosial Gereja(Bandung: Yayasan Kalam Hidup,2001),14.

(7)

7

bahwa Yesus melakukan pelayanan diakonia bagi mereka yang menderita, terhina dan tersisih. Pelayanan diakonia bagi mereka yang menderita, terhina dan tersisih dianggap sebagai pelayanan kepada Yesus karena Yesus menyamakan diriNya dengan mereka yang menderita (Mat. 25: 35-46). Sebagaimana Yesus menyamakan diriNya dengan orang-orang yang terhina dan tersisih, maka melayani mereka adalah juga melayani Yesus.

Dalam Matius 22:34-40 dikatakan bahwa kasih kepada Allah tidak dapat dipisahkan dengan kasih kepada manusia. Kasih kepada Allah harus dinyatakan dengan mengasihi sesama, mengasihi dengan perbuatan dan bukan hanya dengan perkataan saja.23 Berbuat baik dan memberi bantuan kepada sesama yang membutuhkan merupakan korban yang berkenan bagi Allah ( Ibr.13: 16). Berbuat baik dengan memberi dan berbagi merupakan perintah Allah yang harus dilakukan ( 1 Tim 6: 18 ). Jelas disini bahwa merupakan kewajiban bagi kita sebagai umat Allah untuk memberi dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Memberi dan berbagi dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas kemurahanNya.

Memberi dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan tidak akan membuat kita berkekurangan seperti dikatakan dalam 1 Raj. 17:12-16, seorang janda di Sarfat tidak mengalami kekurangan ketika ia memberikan roti terakhirnya kepada nabi Elia. Sebagaimana Allah peduli kepada mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan, umat Tuhan juga harus mempunyai kepedulian untuk memberi dan berbagi untuk sesama yang membutuhkan.

2.3 Gereja, Pandemi dan Diakonia

Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Keadaan normal yang baru dengan pelaksanaan sosial distancing memaksa gereja untuk membatasi kegiatan, pertemuan dan tatap muka antar jemaat. Dalam kondisi sulit gereja tetap melakukan Tri Tugas Panggilan Gereja yaitu koinonia, marturia dan diakonia.

Dengan kemajuan teknologi, koinonia dan marturia dapat dilaksanakan secara virtual walau tidak semua kalangan anggota jemaat dapat mengikuti karena

23 J.L.Ch. Abineno, Diaken,2.

(8)

8

keterbatasan sarana. Sementara diakonia adalah satu-satunya tugas panggilan gereja yang tetap harus dilaksanakan secara langsung.

Gereja yang merupakan persekutuan orang-orang percaya telah menerima anugerah keselamatan dan berkat Tuhan. Panggilan gereja mewartakan anugerah dan kasih Allah harus terus dilakukan dalam berbagai situasi termasuk situasi sulit saat ini, pandemi Covid-19. Inriani berpendapat, penting bagi gereja mengutamakan solidaritas sosial yang biasanya kurang diperhatikan. Pandemi Covid-19 menjadi pelajaran berharga bagi gereja-gereja dalam memahami pentingnya bersosialisasi dengan masyarakat.24

Banyak gereja memandang diakonia sebagai pelayanan yang tidak penting, gereja yang hanya mementingkan pelayanan internal, sibuk dengan pelayanan untuk gereja itu sendiri,lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan dogma atau ajaran, sementara diakonia tidak mendapat perhatian.Diakonia dan pemberitaan firman harusnya berjalan seimbang karena diakonia merupakan bagian dari pemberitaan firman.25 Pelayanan diakonia dan pemberitaan firman merupakan satu kesatuan, keduanya merupakan perwujudan kerajaan Allah dalam kehidupan manusia. Pelayanan firman dalam bentuk perkataan dan pelayanan diakonia dalam bentuk perbuatan. Gereja harus menjadikan pelayanan diakonia sebagai kesaksian bahwa gereja ikut serta menghadirkan kerajaan Allah melalui pelayanan yang menghadirkan kasih, keadilan, damai sejahtera bagi mereka yang membutuhkan. . Di GKI seringkali diakonia (pelayanan) digabungkan dengan marturia (kesaksian) menjadi satu bidang pelayanan yaitu bidang Kesaksian dan Pelayanan (Kespel) yang disebut sebagai tugas pengutusan.

Pelaksana pelayanan diakonia haruslah mereka yang mau melayani dengan kesungguhan dan ketulusan hatinya, memberikan tenaga, waktu, pikiran untuk mereka yang perlu dilayani. Banyak gereja tidak mampu melakukan pelayanan diakonia dikarenakan hal-hal seperti: Gereja lebih mementingkan pelayanan pemberitaan firman daripada pelayanan diakonia, pelayanan diakonia hanya dianggap sebagai pelengkap pemberitaan firman saja, pelayanan diakonia dianggap

24 Eva Inriani, 107.

25 Jozef M.N. Hehanussa, Pelayanan Diakonia Yang Transformatif: Tuntutan atau Tantangan.

Gema Teologi Vol 36, 2012, 127.

(9)

9

sebagai pelayanan yang sifatnya insidental saja, gereja gagal menjadikan pelayanan diakonia sebagai kesaksian menghadirkan menghadirkan kerajaan Allah di dunia.26

Sikkel sebagaimana dikutip Widyatmadja dalam bukunya “Yesus & Wong Cilik” mengatakan bahwa, gereja bisa hidup tanpa gedung, tetapi gereja tidak bisa hidup tanpa diakonia. Walau pada kenyataannya banyak gereja di kota-kota besar dengan bangunan megah tetapi tidak melakukan pelayanan diakonia.27 Widyatmadja mengkritik keberadaan gereja-gereja terutama di kota-kota besar yang berlomba membangun gereja semegah mungkin tetapi tidak ada kepedulian terhadap masalah kemiskinan dan ketidakadilan. Gereja berpikir, dengan pembangunan gedung yang megah, mereka telah membangun kerajaan Allah di tengah dunia.28 Perlu dipahami bahwa gereja memiliki peran dan tanggung jawab mengatasi kemiskinan. Allah yang penuh kasih begitu peduli terhadap kaum miskin dan peduli untuk mengatasinya karena kemiskinan bukanlah kehendak Allah, kemiskinan juga bukan akibat dosa. Untuk itu manusia harus berjuang melawan kemiskinan.29

Tugas gereja tidak hanya menyampaikan kabar baik dan sibuk dengan kegiatan rohani dalam lingkup gereja saja, tetapi gereja harus lebih tanggap dan peduli akan keadaan sekitar yang membutuhkan pertolongan. Menurut Widyatmadja, gereja harus menyadari akan tugas dan panggilannya di dunia.

Gereja tidak hanya hidup dalam ketenangan dan kenyamanan dibalik tembok, tetapi harus melihat, mendengar,mengetahui, dan menolong mereka yang menderita agar mendapat kehidupan yang lebih baik.30

Di masa pandemi, banyak gereja melakukan aksi sosial dengan berdiakonia kepada masyarakat sekitar yang terdampak pandemi, diakonia dilakukan sebagai upaya menghadirkan kerajaan Allah di tengah dunia. Namun perlu diingat sebagaimana yang dikatakan Widyatmadja bahwa, mewujudkan kerajaan Allah di tengah dunia tidak berarti mengkristenkan dunia. Pelayanan diakonia yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak seiman tidak berarti melakukan

26 Jozef M.N. Hehanussa, 129-130.

27 Josef P. Widyatmadja, Yesus & Wong Cilik,1.

28 Josef P.Widyatmadja, Yesus & Wong Cilik, 37.

29 Josef P.Widyatmadja, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 56

30 Josef P. Widyatmadja, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 58-59.

(10)

10

pengkristenan terhadap orang-orang yang dilayani. Pelayanan diakonia yang dilakukan harus dijadikan sebuah kesaksian bahwa gereja berperan serta mewujudkan kerajaan Allah melalui pelayanan diakonia dengan menghadirkan kasih, keadilan,dan damai sejahtera bagi umat manusia.31 Pandemi covid-19 merupakan kesempatan bagi gereja untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat sekaligus melaksanankan tugas dan panggilannya sebagai gereja yang mempunyai makna.

2.4 Bentuk-bentuk Diakonia gereja

Ada tiga bentuk pelayanan diakonia yang dapat dilakukan oleh gereja, yaitu diakonia Karitatif, diakonia Reformatif dan diakonia Transformatif.

2.4.1 Diakonia Karitatif

Diakonia Karitatif merupakan bentuk diakonia yang paling tua dan dipraktekkan oleh gereja dan pekerja sosial. Bentuk diakonia ini dipraktekkan dalam bentuk pemberian makanan, pakaian untuk orang miskin, pendampingan orang sakit, dan perbuatan baik lainnya. Banyak gereja mempraktekkan bentuk diakonia ini karena memberikan manfaat secara langsung. Bentuk pelayanan ini baik dan berguna, umumnya untuk kebutuhan yang mendesak dan harus segera diberi pertolongan. Bentuk diakonia ini menciptakan hubungan ketergantungan antara pemberi dan penerima. Pelayanan bentuk ini yang sering dilakukan oleh gereja adalah mengunjungi orang dalam penjara dengan membawa makanan dan memimpin renungan, menyediakan beras untuk membantu keluarga miskin dan lain-lain. Diakonia Karitatif digambarkan dengan, jika ada orang lapar maka diberi ikan dan roti tanpa ada upaya untuk memberdayakan orang tersebut. Widyatmadja menegaskan bahwa, gereja perlu menghindari pemakaian diakonia Karitatif yang hanya untuk menciptakan kristen roti. Sebab panggilan kristen adalah untuk mengangkat salib, bukan sekedar mendapatkan roti dan bantuan material.32 Dalam Alkitab, diakonia Karitatif dapat ditemukan dalam perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati ( Luk. 10:25-37 ) dan ketika Yesus memberi makan 5000 orang.( Mat. 14: 13-21 ). Bentuk diakonia ini memang memiliki kelemahan,

31 Josef P. Widyatmadja, Yesus & Wong Cilik,38.

32 Josef P. Widyatmadja, Yesus & Wong Cilik(Jakarta: BPK Gunung Mulia,cet-4,2017),35-40.

(11)

11

menimbulkan ketergantungan, namun tetap dibutuhkan terutama dalam keadaan darurat seperti bencana alam, atau masa-masa pandemi saat ini.

2.4.2 Diakonia Reformatif

Diakonia reformatif adalah pelayanan dengan memberdayakan seseorang.

Widyatmadja menyebut diakonia ini sebagai diakonia pembangunan. Dalam bentuk diakonia ini penerima ditolong agar dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mendapatkan sumber penghasilannya. Diakonia Reformatif digambarkan dengan, jika ada orang lapar diberi alat pancing ( bantuan modal ) dan diajarkan cara memancing ( bantuan teknologi ).

Diakonia reformatif yang lebih dikenal sebagai diakonia pembangunan muncul dalam era pembangunan. Kesadaran baru dari gereja-gereja untuk melakukan diakonia reformatif muncul seiring dengan kesadaran untuk berpartisipasi dalam pembangunan yaitu pada saat Sidang Raya Dewan Gereja se – Dunia (DGD) IV atau WCC di Upsalla, Swedia pada tahun 1967. Sidang Raya Upsalla mendesak agar negara-negara kaya di utara bersedia memberiikan bantuan ekonomi dan teknologi bagi negara-negara miskin di selatan. Seiring perkembangan teknologi pembangunan, diakonia gereja bergeser dari diakonia karitatif menjadi diakonia reformatif. Diakonia bukan lagi sebatas memberikan bantuan pangan dan pakaian tetapi ada upaya pemberdayaan bagi penerima bantuan. Pemberdayaan disini dengan pemberian kursus ketrampilan, juga pemberian atau peminjaman modal.

2.4.3 Diakonia Transformatif

Menurut Widyatmadja diakonia transformatif digambarkan dengan gambar mata terbuka, yang artinya adalah pelayanan dengan mencelikkan mata yang buta dan memampukan kaki seseorang untuk dapat berjalan sendiri. Menurutnya banyak rakyat kecil yang buta akan hukum dan perlu disadarkan atas hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan. Mereka putus asa, kehilangan dan tidak menyadari hak mereka., untuk itu perlu dorongan dan semangat untuk percaya pada diri sendiri. Tujuan pelayanan diakonia ini untuk membebaskan rakyat kecil dari belenggu struktural yang tidak adil. 33 Dalam Alkitab, diakonia transformatif dapat ditemukan dalam Kis. Pr.Rsl 3:16 dimana Petrus tidak langsung memberi roti,

33 Josef P. Widyatmadja, Yesus & Wong Cilik(Jakarta: BPK Gunung Mulia,cet-4,2017),45-48.

(12)

12

tetapi menyembuhkan orang lumpuh dengan kuasa Allah sehingga orang itu dimampukan untuk bekerja mencukupi kebutuhannya sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

yaitu pelayanan yang dilakukan oleh Allah di dalam dan melalui diri Yesus Kristus untuk.. mendamaikan diri-Nya

Orientasi Diakonia Gereja; Teologi dalam Perespektif Reformasi, BPK Gunung Mulia.?. 30 Octavianus, P (1986), Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah,

Warung Tiberias adalah kegiatan diakonia yang dilakukan oleh warga gereja yang. memiliki kepedulian terhadap masalah kemiskinan dan orang-orang miskin, melalui

Dengan melaksanakan pelayanan di bidang diakonia GMIT pada umunya dan gereja Bukit Zaitun Oelelo pada khususnya mewujudkan diri sebagai tanda kehadiran kerajaan Allah. Tentu

Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri,

Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat diambil keterangan bahwasannya Allah telah memberi kemampuan kepada manusia khususnya kepada orang Islam untuk mengukur

Melalui kitab suci al-Qur’an, Allah SWT telah memberikan informasi spiritual kepada manusia untuk besikap ramah terhadap lingkungan. Infomasi ini memberikan sinyalemen

Ayat tersebut memberi anjuran manusia untuk menjauhi kemiskinan dengan bekerja keras sebagai wujud ikhtiyar dan bertawakal kepada Allah, sebagaimanan hadits Rasulullah SAW yang