10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Penelitian Terdahulu
1. Edwing Isnanto (2014), Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Atas SDN 2 Banjarkerta”
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perubahan pada kecerdasan emosi tidak mempengaruhi perubahan pada hasil belajar kognitif siswa.
2. Maesarah (2014), Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, berjudul “Pengembangan kecerdasan Emosional Siswa yang Berprestasi Belajar Rendah di Sekolah Dasar Standar Nasional Al Irsyad 01 Cilacap.” Mendiskripsikan bahwa ukuran keberhasilan tidak mutlak dari prestasi belajar siswa secara signifikan, akan tetapi lebih dari itu keberhasilan juga dapat dilihat dari prilaku emosional siswa yang tepat yang ditunjukkan oleh siswa selama pelaksanaan pengembangan, yaitu prilaku emosional siswa adanya motivasi pada siswa tersebut untuk memperbaiki prestasi belajarnya menjadi lebih baik dan maksimal, maka hal ini ditangani khusus oleh guru sebagai pendidik.
3. Hasanudin (2002) Penelitian yang berjudul ”Menanamkan EQ Melalui Kisah-kisah Dalam Al-Qur‟an”, dalam penelitiannya ini memfokuskan pada cara mengajarkan EQ kepada anak melalui cerita-cerita dalam Al- Qur‟an.
11 B. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi
Kata Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang artinya mencerca. Maksudnya, sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu atau dorongan untuk bertindak, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berprilaku menangis. 13
Beck (dalam buku Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran) mengungkapkan pendapat James & Lange yang menjelaskan bahwa emosi adalah “persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respon) terhadap suatu peristiwa.”14
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa emosi adalah respon atau reaksi individu terhadap individu lain atau terhadap suatu peristiwa.
Bentuk-bentuk emosi menurut Daniel Goleman, yaitu :15
a) Amarah adalah salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
13 Romlah, Psikologi Pendidikan (Malang: UMM Press, 2010), hal 65
14 Hamzah B.Uno, Orientasi baru dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2010), hal. 62
15 Hamzah B.Uno, Ibid, hal. 64-65
12
b) Kesedihan ialah salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
c) Rasa takut merupakan salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik dan fobia.
d) Kenikmatan adalah salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan mania.
e) Cinta ialah salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih sayang.
f) Terkejut merupakan salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
g) Jengkel adalah salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka dan mau muntah.
h) Malu merupakan salah satu dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib dan hati hancur lebur.
2. Pengertian Kecerdasan Emosional
Seperti yang telah dikemukakan terdahulu bahwa kecerdasan akademik, nilai-nilai intelektual yang selama ini merupakan suatu yang
13
sangat dibanggakan bahkan seakan-akan menjadi salah satu faktor keberhasilan dan kesuksesan seseorang semakin diragukan, bahkan menimbulkan kekecewaan pada sejumlah orang. Prestasi akademik yang tinggi, predikat juara, ternyata tidak cukup mampu memberikan bekal untuk dapat merespon berbagai gejolak, kesulitan-kesulitan dan berbagai kehidupan lingkungan yang dinamis.
Berbagai pihak termasuk para ahli psikologi mulai memahami bahwa ada sisi lain yang lebih penting atau sekurang-kurangnya sama dan sama pentingnya dengan kecerdasan akademik. Kecerdasan yang dinilai mampu memberikan kekuatan yang lebih besar di dalam diri seseorang yang dinamakan kecerdsan emosional (EQ).
Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikologi Peter Salovey dan John Mayer yang mendefinisikan
“Kecerdasan emosi sebagai sejumlah keterampilan yang berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih tujuan kehidupan.”16
Daniel Goleman juga mengemukakan kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan diri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.17
16 Rika Sa‟diyah, Pengembangan Instrumen Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini, PRORESSIVA: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol.1, No.1, (Februari-Juni 2016),hal.133
17 Ibid.
14
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali dan memahami perasaan diri sendiri, perasaan orang lain sehingga dapat bersikap empati, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi- emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Keterampilan EQ bukanlah lawan dari keterampilan IQ namun keduanya harus saling berinteraksi secara dinamis. Perbedaan paling mendasar antara IQ dan EQ adalah bahwa EQ tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka kesempatan bagi orang tua dan para pendidik untuk mengasah EQ lebih mudah sehingga anak memiliki peluang lebih besar untuk meraih kesuksesan. Dengan demikian maka kecerdasan emosional lebih merupakan hasil dari aktivitas indivudu dalam melatih fungsi-fungsi emosional diri sendiri atau oleh orang lain sehingga lebih merupakan hasil belajar.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi kecerdasan Emosional
Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal, Goleman menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu18 :
1) Faktor Otak
Goleman mengungkapkan bagaimana arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang
18 Sri Winarti, “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan interaksi sosial pada Siswa-siswi SMK X dan XI Cendika Bangsa Kepanjen Malang” (Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang 2013), hal 19
15
mampu membajak otak karena amigdala mampu mengambil alih kendali apa yang sedang manusia kerjakan bahwa sewaktu otak sedang berpikir atau neokorteks masih menyusun keputusan. Dapat disimpulkan bahwa emosi dapat terarah ketika masuk dalam korteks, namun sebaliknya emosi juga bisa tak terkendali, liar dan spontan manakala terjadi pembajakan emosi, yaitu ketika amigdala mengambil peran.19 Artinya, apabila terjadi kerja sama antara amgidala dan neokorteks pada seseorang, maka seseorang tersebut akan mampu menggunakan emosinya secara cerdas.
2) Lingkungan Keluarga
Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Peran orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua adalah subyek pertama yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi. Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh: melatih hidup disiplin, bertanggung jawab, kemampuan berempati, kepedulian dan sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak lebih mudah untuk menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan, sehingga anak tidak memiliki
19 Rika Sa‟diyah, Op.Cit.,hal.133
16
banyak masalah yang berkaitan dengan tingkah laku seperti tingkah laku kasar dan negatif.
3) Lingkungan Sekolah
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, namun pendidikan melalui kegiatan non akademik seperti ekstrakurikuler pun memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah, keolahragaan, nasionalisme, maupun keterampilan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diajarkan keterampilan teknis, disiplin, kerjasama, kepemimpinan dan nilai–nilai lain yang bermanfaat bagi perkembangan remaja. Berikut nilai-nilai yang terkandug dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya: 20
a) Kegiatan prososial: kegiatan ini lebih bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan, mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk menciptakan lingkungan yang efektif, harmonis terhadap diri sendiri dan terhadap semua pihak. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa terbiasa berinteraksi dan saling kerjasama dengan orang lain.
Selain itu kegiatan terebut dapat menumbuhkan kecerdasan emosi
20 Vety Dazeva, Tarmidi, “Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa ditinjau dari Jenis Kegiatan Extrakurikuler,” Psikologia-online, 2012, Vol.7, No.2, (April,2014),hal.84-85
17
siswa karena dengan kegiatan tersebut anak akan menghargai orang lain, belajar mengendalikan emosi, berempati dengan orang lain, saling tolong menolong dan bekerjasama dalam mengerjakan tugas.
b) Olah raga : kegiatan ini tidak hanya mengembangkan keterampilan melainkan juga belajar menghormati otoritas, belajar menghadapi tantangan baru, lebih percaya diri, dan dapat mengurangi kecemasan dan depresi.
c) Kesenian: Keterlibatan dalam seni tidak hanya membawa peningkatan kesadaran dan apresiasi saja, tetapi memperluas pemahaman siswa tentang diri mereka sendiri dan orang lain, belajar memecahkan masalah, kemampuan untuk membuat keputusan, dan mengekspresikan diri
d) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS): kegiatan ini memiliki manfaat meningkatkan kepribadian dan budi pekerti, meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan, meningkatkan keterampilan, kemandirian dan percaya diri.
Dari penjelasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan emosional tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, tetapi faktor pengalaman dan lingkungan juga banyak membentuk dan mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang.
18 4. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman ada beberapa kecerdasan emosi, yang ditandai oleh beberapa sikap, diantaranya: Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.21
a. Kesadaran diri: Kemampuan seseorang untuk menyadari emosi yang sedang dialami. Orang yang mampu memantau emosi secara cermat adalah orang yang dapat mengendalikan hidupnya, sehingga dapat memandu dalam pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri: Menangani emosi diri sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu segera pulih kembali dari tekanan emosi.
c. Motivasi: Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
d. Empati: Kemampuan dalam membaca emosi orang lain, kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain melalui keterampilan membaca pesan non verbal, nada bicara, gerak gerik, ekspresi wajah
21 Daniel Goleman, Working with Emotional intelligence:Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Peterj: Alex Tri Kuntjoro (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1999),hal.42-43
19
dan sebagainya, mampu memahami perspektif orang lain, dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang.
e. Keterampilan sosial: Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan kemampuan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.
C. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa, akhlak di ambil dari bahasa arab khuluq (bentuk jama‟) yang berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan).
Berdasarkan pengertian bahasa seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma prilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan bahkan dengan alam semesta.
Adapun pengertian akhlak secara istilah menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).
20
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah: “Sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu)”.22
Pengertian akhlak yang dikemukakan oleh beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Akhlak a. Pola Dasar bawaan (turunan)
Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran manusia itu sama yang membedakan adalah faktor pendidikan, tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam hal tubuh, akal dari akhlaknya.
Ada teori yang mengemukakan masalah turunan (bawaan), yaitu:23 1) Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia
2) Sifat-sifat bangsa b. Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang meliputi tubuh yang hidup, tanah, dan udara. Lingkungan dibagi menjadi dua macam:24
1) Lingkungan alam
22 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, 2001), hal. 1-2
23 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:Pustaka Setia,2010), hal 88
24 Ibid., hal.91
21
Faktor yang ada disekitar manusia yang ikut mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang.contoh seseorang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan alam tanah besar akan mencetak wataknya menjadi keras, kuat dan tidak mudah menyerah.
2) Lingkungan Pergaulan
Dapat dibagi menjadi beberapa faktor:
o Lingkungan dalam rumah tangga, lingkungan ini sangat mempengaruhi akhlak anak karena lingkungan yang pertama sekali yang dimasuki adalah lingkungan ini. Anggota keluarga seperti: Ayah, Ibu, Kakak, Adik, dan lain-lain.
o Lingkungan sekolah, setelah anak memasuki usia sekolah maka ia akan dihadapkan pada lingkungan baru, teman-teman baru, suasana baru, materi palajaran yang baru.
o Lingkungan yang bersifat umum ini adalah lingkungan masyarakat luas. Bila seseorang yang hidup dalam masyarakat yang tertip teratur, maka ia akan ikut menjadi tertib dan teratur.
c. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Orang berbuat baik atau buruk karena 2 faktor kebiasaan, yakni: pertama, kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan. Kedua, menerima kesukaan itu yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan diulang terus menerus.
22
Orang yang hanya melakukan tindakan secara berulang-ulang tidak ada manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan jika tidak diiringi dengan perasaan suka dalam hati, sebaliknya suka atau senang dalam hati saja tanpa diwujudkan dalam bentuk perbuatan secara berulang- ulang tidak akan menjadi kebiasaan. Maka dari itu kebiasaan dapat dicapai karena keinginan hati dan dilakukan berulang-ulang. 25
d. Pendidikan
Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Ada anak yang nakal, berprilaku baik dan sopan dalam berbahasa dan sifatnya, pandai dalam berbicara, dan berinteraksi sesamanya.26
3. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak menurut pendapat M.Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur‟an dan pendapat Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlaq antara lain:
a. Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak terhadap Allah dapat di artikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya di lakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai sang khalik.
1) Beriman kepada Allah SWT
Beriman kepada Allah artinya mengakui, mempercayai, meyakini bahwa Allah itu ada dan bersifat dengan segala sifat
25 Ibid., hal 96
26 Ibid., hal 109
23
yang baik dan mahasuci dari segala sifat yang buruk. Seperti diketahui, bahwa di alam ini ada satu kekuatan tersembunyi yang menggerakkan dan mengatur seluruh alam. Dia-lah yang menjadi sebab ada dan keberlangsungan seluruh kehidupan di alam ini dengan baik, meliputi kehidupan manusia, binatang, tumbuh- tumbuhan, udara, bumi, dan benda-benda lainnya.
2) Beriman/mengabdi kepadanya dengan tulus dan ikhlas
Beriman kepada Allah, tidak cukup hanya mempercayai akan adanya Allah saja, sekaligus juga harus diikuti dengan beribadah atau mengabdi kepada Allah dalam kehidupan sehari- hari, yang dapat diaplikasikan berupa mengamalkan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Dan semua itu dikerjakan dengan tulus dan ikhlas, semata-mata hanya karena Allah SWT.27
b. Akhlak terhadap sesama manusia
Allah juga memerintahkan umatnya supaya berbuat baik terhadap kedua orang tua, kerabat karib, anak yatim, tetangga, orang miskin, teman sejawat, dan hamba sahaya. Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan dengan perlakukan terhadap sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga
27 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:Mizan Pustaka, 2003), hal. 262-265
24
sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakang, tidak perduli aib itu benar maupun salah.
ىًذَا آَهُعَ بْتَ ي ٍةَقَدَص ْنِم ٌرْ يَخٌةَرِفْغَمَو ٌفْوُرْعَم ٌلْوَ ق
ىلق
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah ynag disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima)”. (QS. Al-Baqarah:263).28
c. Akhlak terhadap Lingkungan
Maksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda- benda tak bernyawa. binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda- benda tak bernyawa semua diciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya
Akhlak terhadap lingkungan dapat diwijudkan dalam bentuk ikhsan, yaitu dengan menjaga kelestarian dan keserasiannya serta tidak merusak lingkungan hidup tersebut. Usaha usaha pembangunan yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah kelestarian hidup.
Jika kelestarian terancam maka kesejahteraan hidup manusia terancam pula. Hal ini sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:
اْوُلِمَع ْيِذَّلا َضْعَ ب ْمُهًقْ يِذُيِل ِساَّنلا ىِدْيَأ ْتَبَسَك اَِبِ ِرْحَبلْاَو ِّرَ بلا ِفِ ُداَسَفْلا َرَه َظ َنْوُعِجْرَ ي ْمُهَّلَعَل : مورلا(
1ٔ
)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS.Ar-Rum:41). 29
28 Ibid.,hal. 266-269
29 Ibid., hal. 269-272
25 d. Akhlak terhadap Rasulullah
1) Mencintai dan Memuliakan Rasul
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya dan sepantasnya mencintai beliau melebihi cinta kepada siapapun selain Allah SWT. Bila iman seseorang tulus, lahir dari lubuk hati yang paling dalam tentu akan mencintai beliau. Rasulullah SAW bersabda:
َل ُ ي ْؤ ِم ُن
َأ َح ُد ُك ْم َح َّتّ
ُك ْو َأ َن َح َأ َّب ِإ َل ْي ِو ْن ِم َ ن ْف ِس َو َو ِلا ِو ِد ِه َو َو َل ِد َو َّنلا ِه ِسا َْج َأ ْي ِع
)ىأسنلاو ملسموىراخبلا هاور(
“tidak beriman salah seorang diantara kalian sebulum aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya, dan semua manusia”. (HR.Bukhori, Muslim dan Nasa‟i)30
2) Mengikuti dan Menaati Rasul
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt.
Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah- pisahkan. Allah berfirman:
اسّنلأ﴿ ًاظيِفَح ْمِهْيَلَع َكاَنْلَسْرَأ اَمَف َّلََّوَ ت نَمَو َوّللا َعاَطَأ ْدَقَ ف َلوُسَّرلا ِعِطُي ْن َم :
٠ٓ
﴾
“Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS An-nisa‟:80).”31
30 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal 66
31 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal 67
26
3) Mengucapkan Sholawat dan Salam
Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mengucapkan sholawat dan salam bagi nabi Muhammad SAW.
ِإ َّن َللا ِئَلَمَو َك َت ُو ُي َص ل ْو َن َع َل َّنلا ى ِّبِ
َي , يآ َه َّلاا ِذ ْي َء َما َن ُ ن ْوا َص ل ْوا َع َل ْي َو َس ِو ِّل ُم ْو ْس ِل َت ا ْي ًم ا
:بازحلأا(
65 )
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. Al-Ahzab:56)32
Menurut Al-Ghazali Khalil Aid dalam bukunya Tafsir Surah Al-Ahzab, sholawat dari Allah SWT untuk nabi artinya rahmah dan keridhaan, dari malaikat artinya permohonan ampun dan do‟a, sedangkan dari orang-orang yang beriman berarti penghormatan dan do‟a supaya Allah SWT menambah kemuliaan dan kehormatan bagi beliau.33
e. Akhlak Pribadi 1) Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah dan selelu bersih dari penyakit hati. Benar perkataan adalah semua yang telah
32 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal 67
33 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal. 65-76
27
diucapkan dari mulut merupakan suatu kebenaran bukan kebathilan.
Rasulullah saw telah memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur, karena sikap sidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Ada lima bentuk shidiq yaitu :
a) Benar Perkataan (shidq al-hadits)
Sebagai seorang muslim dalam keadaan apapun dan dengan siapapun harus bisa berkata yang baik dan benar, baik dalam menyampaikan informasi, menjawab suatu pertanyaan, melarang dan memerintah ataupun yang lainnya.
b) Benar Pergaulan (shidq al-mu‟amalah)
Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat, dan tidak memalsu sekalipun kepada kaum non muslim. Orang yang shidiq dalam muamalah jauh dari sifat sombong, ria dan tidak mengharapkan balas budi orang lain. Orang tersebut akan selalu bersikap benar dengan siapapun tanpa memendang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.
c) Benar Kemauan (shidq al-azam)
Seorang muslim sebelum memutuskan sesuatu tentu harus mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu terhadap apa yang dilakukan, perbuatan tersebut akan mendatangkan mudhorot atau manfaat kepada orang lain.
28 d) Benar Janji (shidq al-wa‟ad)
Janji merupakan sebuah hutang yang harus dilaksanakan, karena ingkar janji merupakan salah satu sifat munafik seperti yang telah disebutkan dalam hadits di atas. Seorang muslim apabila berjanji akan selalu menepatinya, sekalipun dengan musuh ataupun anak kecil.
e) Benar Kenyataan (shidqal-hal)
Seorang muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan menipu kenyataan,tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula mengada ada.
2) Amanah
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula.
Dalam pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu:
menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusia dengan baik. Bentuk-bentuk amanah dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula b) Menjaga rahasia
c) Tidak menyalahgunakan jabatan d) Menunaikan kewajiban dengan baik
29
e) Memelihara semua nikmat yang diberikan Allah 3) Istiqamah
Secara epistemologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus.Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan. Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam Al-Qur‟an yang artinya:
“Maka karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka..” 34
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut. Ibarat berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus yang cepat alam menghntarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar untuk mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian dari Allah.
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termasuk kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan akan tetap teguh dalam mengahdapi kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman,
34 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal. 98
30
kemunduran, hambatan dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan.
4) Iffah
Secara etimologis, iffah adalah bentuk masdar dari affa- ya‟iffu-iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik,dan juga berarti kesucian tubuh.Secara terminologis, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yanag akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidaklah di tentukan oleh kekayaan dan jabatannya,dan tidak pula oleh bentuk dan rupanya,tapi di tentukan oleh kehormatan dirinya.Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist memberikan beberapa contoh dari „iffah di antara lain:
a) Menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual, seorang muslim diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan, dan pakaiannya. Tidak mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada perzinaan. Firman Allah yang artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buuk”. (QS.Al-Isra‟:32)35
b) Menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta, islam mengajarkan, terutama bagi orang miskin untuk
35 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal.104
31
tidak menadahkan tangan meminta minta. Al-Qur‟an menganjurkan kepada orang-orang berharta untuk membantu orang-orang miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap iffah mereka.
c) Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain kepada dirinya, seseorang harus betul- betul menjauhi segala macam bentuk ketidakjujuran.sekali-kali jangan dia berkata bohong, ingkar janji, khianat, dan lain sebagainya.
5) Mujahadah
Istilah mujahadah berasal dari kata jaahada-yuhaahidu- mujaahadah-jihad yang berarti mencurahkan segala kemampuan.
mujahadah dalam konteks akhlaq adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepas diri dari segala hal yang menghambat pendekatan diri terhadad Allah swt, baik hambatan yang bersifat internal maupun eksternal.
Hambatan yang bersifat Internal datang dari jiwa yang mendorong untuk berbuat keburukan,hawa nafsu yang tidak terkendali,dan kecintaan kepada dunia.Sedangkan hambatan eksternal datang dari syaithan,orang kafir, munafik, dan para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran.Untuk mengatasi semua hambatan tersebut diperlukan usaha dan perjuangan yang sungguh- sungguh serta usaha yang keras, dan itu disebut dengan Mujahadah.
32
Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhoan Allah SWT, maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan baginya untuk mencapai tujuan tersebut. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridhoan Allah),benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.Dan sesungguhnya Allah benar- benar beserta orang yang berbuat baik.” (QS.Al-„Ankabut : 69)36
6) Syaja‟ah
Syaja‟ah artinya berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang siapa saja tanpa mempedulikan apakah seseorang tersebut berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula berani memperturutkan hawa nafsu. Tetapi berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan. Rasulullah saw bersabda, yang artinya:
“Bukanlah yang dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai dirinya diwaktu marah”. (HR.
Muttafaqun „Alaih)37 7) Tawadhu‟
Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Orang yang tawadlu adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah swt. Maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih
36 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal. 109
37 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal. 116
33
baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Orang tersebut tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya karena Allah.
8) Malu
Malu adalah sifat yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut atau tidak baik akan terlihat gugup atau mukanya memerah, sebaliknya orang yang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa rasa gugup sekalipun. Sifat malu dibagi menjadi 3 jenis:
a) malu kepada Allah, seseorang akan malu kepada Allah apabila tidak mengerjakan perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya dan tidak mengikuti petunjuk-Nya.
b) malu kepada diri sendiri, orang akan memiliki rasa malu terhadap dirinya sendiri ketika mengerjakan perbuatan yang salah meskipun tidak ada orang lain yang mengetahuinya.
c) malu kepada orang lain, malu melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
34 9) Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal – hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu. Macam–
macam sabar menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash- Shabr fi Al-Qur‟an, sabar dapat dibagi kepada enam macam :
a) Sabar menerima cobaan hidup b) Sabar dari keinginan hawa nafsu c) Sabar dalam taat kepada Allah swt.
d) Sabar dalam berdakwah e) Sabar dalm perang f) Sabar dalam pergaulan 10) Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah menyadari kesalahahnnya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu
35
hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk memberi maaf sebelum dimintai maaf.38
f. Akhlah terhadap keluarga 1) Birrul Walidain
Birrul walidain terdiri dari kata Birru dan Walidain, birru atau al-birru artinya kebajikan. Al-Walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi Biruul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Isra‟
ayat: 23 yang artinya:
“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya....” (Qs. Al- Isra‟:23).39
2) Silaturrahim dengan Karib Kerabat
Silaturrahim disini yakni hubungan kasih sayang yang terbatas pada hubungan dalam sebuah keluarga besar atau qarabah.
Keluarga dalam konteks islam bukanlah keluarga kecil seperti konsep barat yang hanya terdiri dari bapak, ibu dan anak, tetapi keluarga besar, melebar ke atas, ke bawah, dan ke samping. Di samping anggota inti juga mencakup kakek, nenek, kakak, adik, paman, bibi, keponakan, sepupu dan lain-lain seterusnya.40
38 Yunahar Ilyas, Op.Cit., hal 81-140
39 Yunahar Ilyas ,Op.Cit., hal 147
40 Yunahar Ilyas, Op.cit., hal 183
36 g. Akhlak bermasyarakat
Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang manusia. Penciptaan manusia sebagai mahluk sosial membuatnya selalu membutuhkan orang lain. Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini merupakan perkara yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar hubungan baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga menciptakan rasa cinta, damai dan tentram di antara masyarakat. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam akhlak bermasyarakat yakni :
1) Bertamu dan Menerima Tamu
Tamu adalah orang yang datang berkunjung ke rumah orang lain, ke tempat kerjanya, atau ke tempat perjamuannya.
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat silahturrahim. Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk Akhlak Bertamu diantaranya Meminta izin kepada tuan rumah dengan mengucapkan salam, meminta izin dengan salam maksimal tiga kali, mengetuk pintu dan tidak berdiri didepan pintu, tetapi berdiri di kanan atau di kirinya.
Bentuk-bentuk Akhlak menerima Tamu diantaranya yaitu Menjawab salam dengan ramah, menanyakan nama tamu dan
37
keperluannya, menyambut tamu dengan gembira, menjamu tamu dengan kemampuan, boleh saling berpelukan dan jabat tangan dan tidak memasukan tamu lawan jenis.
2) Hubungan baik dengan Tetangga
Bertetangga adalah bagian dari kebidupan manusia yang tidak bisa dipisahkan, kerana secara otomatis manusia tidak bisa hidup secara individu. Dalam kehidupan bertetangga ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi supaya tetap terjalin hubungan yang baik dengan tetangga dan menghindarkan dari masalah atau konflik dengan tetangga, Adapun beberapa kewajibannya ialah Berbuat Baik Terhadap Tetangga, Saling memberi dan tolong-menolong, Jangan memutus persaudaraan dengan tetangga. Memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga adalah perkara yang sangat ditentukan dalam syariat islam, Rasulullah pun mencontohkan kepada kita agar senantiasa memuliakan tetangga kita.
3) Hubungan baik dengan Masyarakat
Seorang muslim harus dapat berhubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas, baik di lingkungan pendidikan, kerja, sosial dan lingkungan lainnya. Baik dengan sesama muslim maupun non muslim.
Berhubungan dengan masyarakat non muslim, islam mengajarkan untuk toleransi, yakni menghormati keyakinan umat
38
lain tanpa berusaha memaksakan keyakinan terhadap mereka, sedangkan untuk terciptanya hubungan baik sesama muslim dalam masyarakat ada hal-hal yang harus ditunaikan anatar sesama umat islam diantaranya: menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, mengabulkan undangan dan menyahuti orang bersin.
4) Pergaulan Muda-Mudi
Dalam pergaulan muda mudi ada beberapa hal yakni:
a) Mengucapkan dan menjawab salam
Islam mengajarkan kepada sesama muslim untuk saling bertukar salam apabila bertemu dan berpisah.
b) Berjabat tangan
Rasulullah mengajarkan bahwa untuk lebih menyempurnakan salam dan menguatkan tali ukhuwah islamiyah, sebaiknya ucapan salam diikuti dengan berjabat tangan.
c) Khalwah
Khalwah yakni berdua-duaan antara pria dan wanita yang tidak mempunyai hubungan suami dan istri dan tidak pula mahram tanpa ada orang ketiga. Rasulullah SAW melarang pria dan wanita ber khalwah baik ditempat umum apalagi sepi.
39 5) Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah bisa di artikan sebagai persaudaraan di antara umat islam, dimana persaudaraan diantara seorang muslim diibaratkan sebagai bangunan yang kokoh yang sedang menguatkan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits:
َا ْل ُم ْؤ ُن ِم
ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن ْلا ُ ب ْ ن َك َي َي ِنا ُش َ ب ْع د ُو َ ب ُض ْع ًض )ملسمو ىراخبلا هاور( ا
“Orang mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang antara bagian-bagiannya satu sama lain saling menguatkan”. (HR.Bukhori Muslim)41
D. Perkembangan Remaja
Fase remaja merupakan peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Berikut beberapa karakteristik perkembangan remaja antara lain: 42
1. Perkembangan emosi
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, yakni perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental
41 Yunahar Ilyas, Op.cit., hal 195-221
42 Samsyu Yusuf,2012,Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung:PT Remaja Rosdakarya), hal.196-200
40
(mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung), Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya.
Remaja yang berkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku seperti:
a. Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain- lainnya
b. Melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum minuman keras atau obat-obat terlarang.
Sebaliknya, remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi:
a. Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
b. Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak.
2. Perkembangan sosial
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilau mapun perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk
41
menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (pacaran).
Ketika menjalin persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain- lainnya.
3. Perkembangan Moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Remaja sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).