ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI KARET DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DILIHAT DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Studi Kasus Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
OLEH:
Ika Listi Wardani NIM: 3214.230
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM ( FEBI ) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2018 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbill’alamin. Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Bukittinggi. Kemudian shalawat beriringan salam, penulis ucapkan buat junjungan umat sedunia yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Tujuan dari penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana( S-1 ) Ekonomi Islam dalam Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Bukittinggi. Ada pun judul skripsi ini adalah“Analisis Optimalisasi Produksi Karet Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dilihat Dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota)”.
Terimakasih sebesar-besarnya, khusus penulis sampaikan untuk Ibunda tercinta Delmawati dan Ayahanda tercinta Uli Wardhana Siregar karena berkat doa beliau pagi dan petang membuat penulis tidak pernah patah semangat untuk melaksanakan berbagai aktivitas terutama skripsi ini, semoga Allah SWT melindungi dan memberkati beliau.
Penulis skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan serta bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa syukur kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini diantaranya :
Keluarga besar Ibunda Delmawati (terkhusus kakek dan nenek yakni Alm.
Mahmud dan Almh. Nimar, ibuk Iten Sumarni, mamak Heriyanto dan Arisman, etek dan ocik tersayang Delimenrawati, Rini, Nora Santika dan Datuk Buyung).
Keluarga besar Ayahanda Uli Wardhana Siregar (terkhusus kakek dan nenek yakni Alm. Matnulis Siregar dan Siti Ogun Harahap, wak Agus Salim Siregar, bou-bou tersayang yakni Nismawati Siregar, Mirnawati Siregar, Erlina Sari Siregar dan uda Irsan Haposan Siregar).
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga juga kepada :
1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Bapak H. Harfandi, SE, M.Si, selaku DEKAN Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI)serta Bapak Yefri Joni, MA selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Islam, serta Ibu Ketua Prodi Fakultas Ekonomi Islam yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.
2. Ibuk Era Sonita, SE, M.Si selaku pembimbing I dan Ibuk Sandra Dewi, SE,MM, selaku Pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Zuwardi, MA selaku penasehat akademik yang telah memberikan nasehatnya demi kelancaran proses belajar penulis.
4. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis bisa melanjutkan karya ilmiah dalam bentuk skripsi.
5. Bapak/ibu pegawai perpustakan yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Rasa hormat, sembah sujud penulis ucapkan kepada Ibunda dan Ayahnda tercinta yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus dan selalu memberikan doa, dan dorongan kepada penulis baik secara materi dan spiritual.
7. Adik-adik tercinta Rara Mita Wardani, Muhammad Fadhlan dan Muhammad Fadhlih serta keponakan terkasih Arrasyah Gibran yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis hingga saat ini.
8. Para segenap perangkat Karyawan yang bekerja di Kantor Wali Nagari Koto Alam dan masyarakat Koto Alam yang telah meluangkan waktu dan membantu demi kelancaran penelitian, terima kasih atas bantuannya.
9. Kepada sahabat-sahabat saya Fitri Delvira, Rosmiani Ritonga, Masroyani Nasution, teman-teman EI F angkatan 2014, serta personil kos buk Marni (terkhusus Tri Rahayu) terima kasih selama ini telah banyak memberikan semangat bagi penulis. Semoga dapat meraih cita- citanya sehingga dapat mewujudkan impian untuk membahagiakan orang tua.
Selanjutnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Doa dan harapan penulis kepada semua pihak yang memberikan bantuan, semoga Allah SWT membalas serta melimpah kan rahmatdan karunia- nya.Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnakan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis sajikan karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan harapan bisa bermanfaat bagi kita semua.
Bukittinggi, September 2018 Penulis
IKA LISTI WARDANI NIM. 3214.230
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBARAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL ...vii
ABSTRAK ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian... 7
E. Penjelasan judul ... 8
F. Kajian Terdahulu ... 10
G. Sistematika Penulisan... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Produksi 1. Produksi dalam Pandangan Islam ... 14
2. Faktor-Faktor Produksi ... 16
3. Optimalisasi Produksi ... 22
4. Tujuan Produksi ... 24
5. Prinsip-Prinsip Produksi ... 26
5. Norma dan Etika dalam Produksi ... 28
6. Implementasi Aktivitas Produksi dalam Islam ... 28
B. Kesejahteraan 1. Defenisi Kesejahteraan Sosial... 30
2. Indikator Kesejahteraan ... 32
3. Prinsip dan Faktor Kesejahteraan... 35
C. Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam 1. Pengertian Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam... 36
2. Indikator Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam ... 40
3. Pemenuhan Kebutuhan Manusia ... 45
4. Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Keadilan Distribusi ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 55
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 55
C. Jenis dan Sumber Data ... 56
D. Teknik Pengumpulan Data ... 57
E. Informan Penelitian ... 58
F. Teknik Analisis Data ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Nagari Koto Alam ... 60
1. Sejarah singkat Nagari Koto Alam ... 60
2. Visi Misi... 61
3. Letak Geografis... 63
4. Aspek Kependudukan ... 64
5. Aspek Kesejahteraan... 66
B. Deskripsi Responden ... 71
C. Gambaran umum tentang Perkebunan Karet... 72
D. Analisis Optimalisasi Produksi Karet dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Menurut Perspektif Ekonomi Islam di Kenagarian Koto Alam Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota ... 75 E. Analisis Penulis ... 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 3
Tabel 1.2 Harga Rata-rata(Rp/Kg) Komoditas Karet ... 5
Tabel 4.1 Jumlah dan Luas Daerah Nagari Koto Alam Menurut Jorong... 64
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Per Jorong ... 65
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur ... 65
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan... 66
Tabel 4.7 Jumlah KK Petani Berdasarkan Jenis Produk Pertaniaanya ... 69
Tabel 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 71
Tabel 4.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72
ABSTRAK
Skripsi ini berjududul “Analisis Optimalisasi Produksi Petani Karet Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dilihat Dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Kenagarian Koto Alam Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota)” Di susun oleh Ika Listi Wardani Nim 3214.230. Skripsi mahasiswa jurusan Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negri Bukittinggi.
Penelitian ini dilatar belakangi karena d i Nagari Koto Alam masyarakatnya masih bergantung pada hasil pertanian/perkebunan terutama karet. Karet merupakan tanaman lahan kering yang memanfaatkan getah dari pohon karet. Rata-rata perkebunan yang dimiliki oleh masyarakat di Nagari Koto Alam sudah memasuki usia renta, fluktuasi harga yang terus terjadi mengakibatkan petani karet tidak bisa memenuhi kebutuhannya dan cuaca yang tidak menentu dapat menghambat aktivitas petani dalam memproduksi karet.
Maka, dari factor inilah dapat kita lihat apakah produksi karet sudah optimal untuk mensejahterakan kehidupan petani karet di Nagari Koto Alam selama ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat Analisis Optimalisasi Produksi Karet Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dilihat Dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota). Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara.
Adapun informan dalam penelitian ini adalah petani karet di Nagari Koto Alam.
Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa secara umum, petani mengandalkan tanaman karet secara turun temurun sehingga produkstivitas karet akan terus berkurang. Hal seperti pemupukan dan perawatan karet masih kurang optimal dilakukan karena terbatasnya sumber daya modal yang dimiliki petani serta pengetahuan petani akan peremajaan dan teknologi belum ada.
Optimalisasi produksi karet yang dilakukan oleh masyarakat di Nagari Koto Alam yang berprofesi sebagai petani dilakukan dengan menanam tanaman sela berupa tanaman musiman (seperti durian, petai, pinang, cabe rawit dan sabagainya) disekitar areal kebun karetnya. Adapun usaha sampingan yang dilakukan oleh masyarakat hanya dilakukan ketika terjadi musim hujan. Dengan tanaman sela tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat di Nagari Koto Alam. Oleh karena itu usaha yang dilakukan oleh petani karet sudah sesuai dengan perspektif ekonomi islam.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Produksi atau memproduksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah kegunaan (nilai guna) atau manfaat suatu barang.1Produksi juga diartikan dengan upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Menurut M. N Siddiqi produksi merupakan penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakat.
Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf hidup manusia dan kemakmuran suatu bangsa. Dalam al-qur’an dan sunnah rasul banyak dicontohkan bagaimana umat islam diperintahkan untuk bekerja keras dalam mencari penghidupan agar mereka dapat melangsungkan kehidupan dengan lebih baik, seperti dalam QS: Al-Qashas : 73 yang berbunyi:2
Artinya: “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”.
Pada hakikatnya, kegiatan produksi akan dapat dilaksanakan bila tersedia faktor-faktor produksi seperti tanah (sumber daya alam), tenaga kerja
1Iskandar Putong, Teori Ekonomi Mikro, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005), hal. 203.
2Al-Qur’an surah Al-Qashas ayat 73.
(sumber daya manusia), modal dan organisasi.3 Dengan adanya faktor-faktor produksi tersebut maka produsen akan melakukan aktifitas produksi untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang nantinya akan menjadi alat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Itulah sebabnya proses produksi harus terjadi dan tetap dilakukan secara berkesinambungan mengingat manusia adalah makhluk ekonomis.
Begitupun dengan masyarakat di Nagari Koto Alam, mereka tidak lepas dari kegiatan produksi terutama memproduksi karet.
Kecamatan Pangkalan Kota Baru merupakan salah satu daerah penghasil karet dan gambir terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota.4 Kenagarian Koto Alam merupakan salah satu Kenagarian yang berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Pangkalan Kota Baru. Nagari Koto Alam memiliki luas wilayah 5875 ha. Untuk aspek kependudukan, Nagari Koto Alam memiliki jumlah total penduduk sebanyak 3084 jiwa yaitu 843 KK.
Dengan masing-masing jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki sebanyak 1435 jiwa dan penduduk perempuannya sebanyak 1610 jiwa.5
3 M. Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Waqaf, 1997), hal. 55.
4http//: Badan Pusat Statistik Kabupaten 50 Kota dalam Angka 2017., hal 84.
5Sumber Data, Kantor Wali Nagari Koto Alam Tanggal 10 Januari 2018.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Nagari Koto Alam Tahun 2017
No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
1 Petani 1150 93
2 PNS 42 3.40
3 Montir 10 0.80
4 Tukang Batu 12 0.97
5 Tukang Kayu 12 0.97
Tukang Jahit 10 0.80
1236 100
Sumber : Data Kantor Wali Nagari Koto Alam
Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat di Nagari Koto Alam masih bergerak di sektor pertanian yakni sebanyak 1150 jiwa, atau sekitar 93% dari jumlah mata pencaharian di Kenagarian Koto Alam. Dari 1150 jumlah petani yang ada disana sekitar 55% adalah petani karet, 30% adalah petani gambir, 15% petani palawija dan petani lainnya.
Pengelolaan tanaman karet di Nagari Koto Alam masih terbilang sederhana (tradisional). Tanaman karet yang diusahakan merupakan warisan turun temurun yakni dari generasi ke generasi sehingga usaha tanaman karet yang digeluti masyarakat saat ini memiliki usia karet yang sudah tua renta yakni berkisar umur 25 tahun bahkan lebih. Tanaman karet sendiri dapat memproduksi getah yang produktif berkisar umur 6 tahun. Pada saat usia karet sudah mencapai usia tua dan renta karet hanya akan mampu menghasilkan getah kurang baik. Ditambah lagi tidak adanya penggunaan pupuk berdasarkan tepat waktu, jumlah dan sasarannya, kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang karet dalam perawatan dan peremajaan serta masih menggunakan alat-alat yang sederhana dalam memproduksi karet.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa petani karet, ia menyebutkan bahwa ada beberapa kendala yakni pada saat musim hujan. Dimana, saat musim panas petani karet bisa melakukan penyadapan setiap hari dan pendapatan normal meskipun harga karet mengalami penurunan. Sedangkan pada musim hujan intensitas penyadapan karet terganggu bahkan sampai tidak bisa melakukan penyadapan.6
Biasanya pada saat musim hujan itu petani karet yang melakukan penyadapan tidak sampai dalam seminggu itu bisa melakukan penyadapan sebanyak 7 hari tetapi karena musim hujan hanya bisa 3 hari saja dalam seminggu. Hasil yang didapat selama 3 hari itu biasanya ada petani karet yang menimbangnya langsung ada pula yang tidak melakukan penimbangan. Yang tidak melakukan penimbangan hasil sadapan itu disimpan dahulu. Setelah hasil itu cukup banyak barulah dilakukan penimbangan ke toke karet. tetapi jika memang terdesak dan tidak ada pemasokan lain baru hasil sadapan yang tidak banyak tersebut dijual. Oleh sebab itu, petani karet melakukan berbagai macam upaya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti mencari pekerjaan sampingan, memanfaatkan hasil perkebunan lain dan sebagainya.
Kendala lain ialah dikarenakan harga karet terus menurun (fluktuatif) dari tahun ke tahun. Ini membuat petani menjadi sulit dalam memperoleh pendapatan.
6 Hasil Wawancara dengan Bapak Ujang, Salah Seorang Petani Karet di Nagari Koto Alam, Tanggal 10 oktober 2017.
Tabel 1.2
Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Karet di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013-2017
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa harga karet per tahunnya terus mengalami penurunan. Terlihat harga karet tahun 2013 sebesar Rp. 8600, tahun 2014 turun lagi menjadi Rp. 6500, tahun berikutnya yakni 2015 berkisar Rp. 5000, tahun 2016 turun lagi menjadi Rp. 4500, dan ditahun 2017 harga karet kembali naik berkisar harga Rp. 7000. Harga karet saat ini berkisar harga Rp. 6.000/kg karet campuran dan Rp. 7.000/kg harga karet murni.
Kondisi cuaca serta fluktuasi harga seperti yang disebutkan diatas, menyebabkan omset penjualan menurun. Menurunnya jumlah penjualan menyebabkan menurunnya pendapatan. Akibat pendapatan yang tidak stabil dan cenderung rendah petani tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Dengan kata lain untuk melangsungkan kehidupannya, petani karet tidak dapat hanya mengandalkan perkebunan karet, mereka harus mencari alternatif lain diluar usaha bertani karet.
Alternative usaha yang dilakukan oleh petani antara lain dengan mengusahakan hasil perkebunan yang lain seperti pinang, coklat atau kopi
No Tahun Harga Karet/Kg
1 2013 Rp. 8600/kg
2 2014 Rp.6500/kg
3 2015 Rp. 5000/kg
4 2016 Rp. 4500/kg
5 2017 Rp.7000/kg
walau hasilnya tidak berskala besar atau memilih hidup hemat agar tetap terpenuhinya kebutuhan sehari-hari.
Kebun karet merupakan sumber pendapatan masyarakat paling utama, dengan adanya kebun karet tersebut masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat telah berada pada komoditi sejahtera. Kesejahteraan dapat diartikan persamaan hidup yang setingkat lebih dari kehidupan. Seseorang akan merasa hidupnya sejahtera apabila ia merasa senang, ia terlepas dari kemiskinan serta bahaya yang mengancam.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah produksi karet saat ini bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Untuk mengetahui hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Optimalisasi Produksi Karet Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dilihat Dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapat diidetifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masyarakat Nagari Koto Alam masih bergantung pada mata pencaharian sebagai petani karet untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Harga karet yang berfluktuatif (tidak menentu).
3. Cuaca yang tidak menentu.
4. Tidak terpenuhi kebutuhan disaat harga karet turun.
C. Batasan Masalah
Agar peneliti tidak keluar dari pokok penelitian yang akan dibahas maka peneliti memberi batasan masalah pada “Analisis Optimalisasi Produksi Karet untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ditinjau dalam Perspektif Ekonomi Islam di Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini yaitu: “ Bagaimana Optimalisasi Produksi Karet untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota “
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari penelitin ini adalah untuk melihat analisis optimalisasi produksi karet untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ditinjau dalam perspektif ekonomi islam di Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota
2. Kegunaan penelitian
a. Untuk Peneliti, dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengetahui analisis optimalisasi produksi karet untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ditinjau dalam perspektif ekonomi Islam di Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota.
b. Untuk Masyarakat, sebagai masukan mengatasi factor penghambat produksi dengan menemukan alternative untuk mengoptimalkan hasil produksi.
c. Untuk Mahasiswa, sebagai bahan acuan dan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang memerlukan, sehingga dapat menambah wawasan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang tertarik untuk meneliti permasalahan ini lebih lanjut.
d. Untuk Pemerintah, sebagai sumber informasi terkait dalam masalah pertanian rakyat dan bagaimana cara mengatasinya.
F. Penjelasan Judul
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap penulisan penelitian ini, maka penulis menjelaskan beberapa kata yang terdapat dalam judul yaitu:
Analisis : Menguraikan suatu keseluran menjadi komponen
sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan terpadu.7
7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), hal 185.
Optimalisasi : Proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan agar mendapatkan hasil yang terbaik dalam situasi tertentu.
Produksi Karet : Kegiatan usaha dengan memanfaatkan getah dari batang pohon karet dengan menggunakan pisau khusus.
Kesejahteraan Masyarakat
:
Sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap warga lainnya.8
Ekonomi Islam : Pengetahuan dan aplikasi dari anjuran islam dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber- sumber daya materil sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan
8Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), p. 24.
mengikuti aturan masyarakat.9
Jadi, yang dimaksud dengan penjelasan diatas adalah untuk mengetahui bagaimana optimalisasi produksi karet dalam meningkatkan kesejahteraan ditinjau dalam perspektif ekonomi islam.
G. Kajian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian maka terlebih dahulu peneliti mengamati dan mencermati penelitin terdahulu yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh:
1. Auliya Darsra 2005 tentang Optimalisasi Produksi Karet Olahan RSS (Ribbed Smoke Sheet) pada Unit Usaha Musi Landas, PTP Nusantara VII (Persero) Sumatera Selatan, menyimpulkan bahwa perusahaan belum dapat melakukan kegiatan produksinya secara optimal. Hal ini terjadi karena nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal lebih tinggi dibandingkan pada kondisi aktual. Dan kondisi ini terjadi karena perusahaan memproduksi produk berdasarkan pesananan konsumen. Ketersediaan sumber daya perusahaan tidak menjadi kendala yang berarti karena ketersediaannya bukan suatu hal yang kritis. Hal ini dapat dilihat pada dari nilai slock atau surplus pada sumber daya yang tersedia dalam perusahaan dan sebagainya. Untuk itu, sebaiknya menekan biaya produksi sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, perusahaan sebaiknya
9Idris, Hadist Ekonomi; Ekonomi dalam Perspektif Hadist Nabi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hal 3.
memproduksi RSS II, dan RSS III karena periode tersebut nilai optimalnya lebih besar dari nilai aktualnya.10
2. Hesi Yunita Wulandari 2014 dengan judul Optimalisasi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten menyimpulkan bahwa karakteristik usaha budidaya tambak ikan bandeng dapat dijelaskan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi petani tambak yang dilihat dari usia petani tambak dengan mayoritas usia 37-46 tahun, pendidikan petani tambak sampai sekolah dasar, budidaya sebagai mata pencaharian utama dengan system tradisional dan semi intensif dengan mayoritas lama usaha 11-25 tahun.
Factor-faktor yang mempengaruhi produksi belum optimal, Hal ini menyebabkan keuntungan yang diperoleh belum maksimal.
Pengoptimalan produksi budidaya memerlukan peningkatan input produksi untuk mencapai keuntungan maksimal.11
3. Musofa, Edi Turjono 2015 dengan judul Analisis Optimalisasi terhadap Aktivitas Petani Garam Melalui Pendekatan Hulu Hilir di Penambangan Probolinggo, menyimpulkan bahwa petani garam dalam proses pembuatan garam menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut didalam petak pegaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apapun, sehingga walupun bahan baku melimpah
10AuliyaDarsra , “Optimalisasi Produksi Karet Olahan RSS (Ribbed Smoke Sheet) pada Unit Usaha Musi Landas, PTP Nusantara VII (Persero) Sumatera Selatan “, (Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005) Tugas Akhir
11Hesi Yunita Wulandari 2014, “Optimalisasi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”, (Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2014) Tugas Akhir
namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam, disamping itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh rakyat sempit dan sebagainya. Maka untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam rakyat perlu adanya teknologi bagi pembudidaya garam, penataan lahan menjadi semi intensif, mengkaji kebijakan garam import, serta resi gudang sebagai solusi menyimpan garam pada saat musim kemarau.12
Pada penelitian ini yang membedakan dengan penelitian diatas terletak pada subjek penelitian. Pada penelitian ini memfokuskan pada petani karet rakyat (desa) di Nagari Koto Alam dimana aktivitas penyadapan tidak bisa dilakukan karena beberapa factor seperti cuaca, fluktuasi harga dan sebagainya ditambah lagi kondisi karet yang diusahakan petani karet sudah tua apakah dengan hal tersebut petani masih bisa mengoptimalkan produksi karetnya atau mencari alternative usaha lain untuk mencapai kesejahteraan yang dilihat berdasarkan perspektif ekonomi islam.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian dalam proposal ini tersusun dengan sistematis dan terarah antara yang satu dengan yang lainnya, maka sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Berisi penjelasan singkat mengenai penelitian yang akan dilakukan. Latar belakang, identifikasi masalah, rumusan
12 Musofa, Edi Turjono, “Analisis Optimalisasi terhadap Aktivitas Petani Garam Melalui Pendekatan Hulu Hilir”, Jurnal WIGA Vol. 5 No. 1, ISSN NO 2088-0944, (Probolinggo:STIE Mandala,2015), hal.9.
masalah dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan akan diuraikan dalam bab ini.
Bab II : Tinjauan Pustaka :
Berisi tentang landasan teori, yaitu Bab III : Metodologi Penelitian
Berisi tentang metodologi penelitian yang berkaitan dengan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, data dan sumber data, informan penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data yang digunakan
didalam penelitian ini.
Bab IV : Hasil Penelitian
Berisi tentang hasil penelitian dari analisis optimalisasi produksi karet dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (studi kasus Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima Puluh Kota).
Bab V : Kesimpulan
Berisi kesimpulan dan saran-saran, disini akan dijelaskan bagaimana penyelesaian dari persoalan yang dikemukakan dari rumusan masalah berikut alasan- alasannya dan saran-saran yang berguna dengan persoalan-persoalan yang dibahas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Produksi
1. Produksi dalam Pandangan Islam
Produksi dari segi islami, adalah suatu aktivitas atau pekerjaan yang berkaitan dengan pengambilan manfaat atas segala partikel di alam semesta ini, agar dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri pada khususnya dan kebutuhan umat pada umumnya. Al-qur’an menyebutkan dengan istilah “Beramal” yang merupakan aktualisasi eksistensi diri untuk memelihara kelangsungan hidup, memakmurkan bumi dan memberi nilai tambah kehidupan.13
Berproduksi telah dijelaskan Allah dalam QS: Ibrahim ayat 32 yang berbunyi:14
Artinya :“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”
13Muhammad Nadratuzzaman Hosen, dkk , Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2008), hal. 126.
14Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 32.
Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi”
dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajinmin ‘anashiral-
intajdhami naitharuzamaninmuhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbatas). Produksi dalam pandangannya, harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai nilai “halal”, serta tidak membahayakan bagi diri seseorang ataupun sekelompok masyarakat.15
Al-Ghazali menyebutkan bahwa produksi adalah pengerahan secara maksimal sumber daya alam (raw material) oleh sumber daya manusia, agar menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan yang moderat menimbulkan dua implikasi yaitu:16
1. Produsen hanya menghasilkan barang jasa yang menjadi kebutuhan (needs), meskipun belum tentu merupakan keinginan (wants) konsumen. Barang jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang islami, bukan sekedar memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen. Karenanya prinsip consumer satisfaction atau given demand hypothesis yang banyak dijadikan pegangan bagi produsen kapitalis, tidak dapat diimplementasikan begitu saja.
15Veitzal Rivai, dkk, Islamic Bussiness and Economic Ethics; Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cetakan 1 hal. 278.
16 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal. 116.
2. Kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barang jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran, tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara cepat. Semakin menipisnya persediaan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidup merupakan salah satu masalah serius dalam pembangunan ekonomi modern saat ini.
Jadi kesimpulannya, produksi menurut islam yaitu segala bentuk kegiatan (usaha) untuk menambah nilai guna suatu barang atau jasa dengan tujuan untuk kemashlahatan individu atau masyarakat yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah.
2. Faktor-Faktor Produksi
Secara garis besar, factor-faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu fakor manusia dan factor non-manusia. Yang termasuk factor manusia adalah tenaga kerja atau buruh dan wirausahawan, sementara factor non-manusia adalah sumber daya alam, modal (kapital), mesin, alat-alat, gedung, dan input-input fisik lainnya.
Faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat golongan:17 a. Sumber daya alam (tanah)
Tanah merupakan sumber alam meliputi segala sesuatu yang ada didalam, diluar, ataupun disekitar bumi yang menjadi sumber-
17 Idri, Hadist Ekonomi; Ekonomi dalam Perspektif Hadist Nabi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015), Cetakan ke-1, hal. 80.
sumber ekonomi, seperti pertambangan, pasir, tanah pertanian, sungai dan lain sebagainya.
Tanah adalah factor produksi yang penting mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam proses produksi. Ekonomi Islam mengakui tanah sebagai factor ekonomi untuk dimanfaatkan secara maksimal demi mencapai kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Al-qur’an dan sunnah dalam hal ini banyak menekankan pada pemberdayaan tanah secara baik. Dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dapat habis, Islam menekan agar generasi hari ini dapat menyeimbangkan pemanfaatannya untuk generasi yang akan datang.18
Sebagian dari fungsi tanah antara lain dijelaskan dalam QS:
As-Sajadah: 27 yang berbunyi:19
Artinya :“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya Makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan?”
Ayat diatas menjelaskan tentang fungsi tanah sebagai penyerap air hujan dan kemudian tumbuh tanam-tanaman dengan beragam jenisnya. Tanaman itu dapat dimanfaatkan manusia sebagai factor
18Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hal. 115-116.
19Al-Qur’an Surah Sajadah ayat 27.
produksi alam, dan juga mendorong manusia untuk berfikir tentang pemanfaatan sumber daya alam dan proses terjadinya hujan.
b. Sumber daya manusia
Allah menciptakan manusia dengan maksud agar memakmurkan bumi, dalam arti mereka memanfaatkan sumber daya alam di bumi dan menjadi tenaga-tenaga yang bertugas mengelola dan memproduksi hasil-hasil bumi sehingga tercapai kesejahteraan hidup.
Allah berfirman dalam QS: Hud: 61 yang berbunyi:20
Artinya :“Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh.
Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba- Nya)."
Ayat diatas menjelaskan bahwa kata pemakmur mengindikasikan manusia yang selalu menjadikan alam ini makmur dan tidak menjadi perusak atau pengeksploitasi alam secara tidak bertanggung jawab.
Sumber daya manusia merupakan factor produksi yng paling penting dari beberapa factor produksi yang lain karena manusialah
20Al-Qur’an Surah Hud ayat 61.
yang memiliki inisiatif atau ide, mengorganisasi, memproses, dan memimpin semua factor produksi non-manusia.
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang.21
Amal (kerja) adalah segala daya dan upaya yang dicurahkan dalam menghasilkan dan meningkatkan kegunaan barang dan jasa, baik dalam bentuk teoritis (pemikiran, ide, konsep) maupun aplikatif (tenaga, gerakan) yang sesuai dengan syariah. Seperti halnya rutinitas dalam sebuah industry (perusahaan), perdagangan, pertanian, kedokteran, pendidikan, maupun jasa-jasa sosial lainnya. Selain itu, segala kemampuan dan sumber-sumber kehidupan yang ada menuntut manusia terhadap pemberdayaan yang memiliki nilai guna dalam kehidupan.22
c. Modal atau Kapital (Capital)
Menurut M.A Mannan, modal adalah sebagai sarana produksi yang menghasilkan, tidak sebagai factor produksi pokok melainkan sebagai perwujudan tanah dan tenaga kerja.23Modal merupakan segala kekayaan baik yang berwujud uang maupun bukan uang (gedung, mesin, perabotan, dan kekayaan fisik lainnya) yang digunakan dalam
21 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hal. 115.
22 FORDEBY, ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam : Seri Konsumen dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Ed. 1 Cet. 1 hal.251.
23 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hal.113.
menghasilkan output. Pemilik modal harus berupaya memproduktifkan modalnya dan bagi yang tidak mampu menjalankan usaha, Islam menyediakan bisnis alternative seperti mudharabah, musyarakah, dan lain-lain. Pentingnya modal dalam kehidupan manusia ditunjukkan dalam QS:Ali Imran : 1424
Artinya :“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Berdasarkan jangka waktu penggunaan capital, asset (kekayaan) bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu fixed asset (asset tetap) dan variable asset (asset berubah). Fixed asset adalah modal yang digunakan untuk beberapa proses produksi dan tidak terjadi perubahan, seperti bangunan, mesin, dan peralatan. Variable asset adalah modal yang digunakan untuk satu proses produksi dan akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan proses produksi yang dilakukan, seperti labor, sumber energy, dan lainnya. Seperti halnya modal yang digunakan untuk kegiatan perdagangan, pertanian, ataupun peternakan.
24Al-Qur’an Surah Ali-Imran ayat 14.
d. Organisasi atau Manajemen
Organisasi atau manajemen merupakan proses merencanakan dan mengarahkan kegiatan usaha perusahaan untuk mencapai tujuan.
Organisasi memegang peranan penting dalam kegiatan produksi.
Tanpa organisasi dan manajemen yang baik, suatu perusahaan tidak akan bisa melakukan aktivitas produksi dengan baik pula.
Sumber daya pengusaha yang disebut juga dengan kewirausahaan. Berperan mengatur dan mengkombinasikan factor- faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efesien. Pengusaha berkaitan dengan manajemen.
Sebagai pemicu proses produksi, pengusah perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan factor-faktor produks, pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.25
Dalam islam, pentingnya perencanaan dan organisasi dapat dilihat pada hakikat bahwa Allah sendiri adalah pelindung dan perencana yang terbaik, sebagaimana disebutkan dalam QS: Ali Imran : 17326
25Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hal. 116.
26Al-Qur’an Surah Ali-Imran ayat 173.
Artinya : “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:
"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung".
3. Optimalisasi Produksi
Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah, tertinggi, baik, sempurna, terbaik, paling menguntungkan.
Mengoptimalkan berarti menjadikan sempurna, menjadikan paling tinggi, menjadkan maksimal. Optimalisasi berarti pengoptimalan.27
Optimalisasi adalah proses pencaharian solusi yang terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan adalah memaksimalkan keuntungan, atau tidak selalu biaya yang paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan biaya.
Ada 3 elemen permasalahan optimalisasi yang harus diidentifikasi, yaitu:
a. Tujuan
Tujuan bisa benrbentuk maksimasi atau minimasi. Bentuk maksimasi digunakan jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan keuntungan, penerimaan dan sejenisnya. Bentuk minimasi akan dipilih
27Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press, 2015), hal 562
jika tujuan pengoptimalan berhubungan dengan biaya, waktu, jarak dan sejenisnya.
b. Alternative keputusan
Alternative keputusan yang tersedia tentunya alternative yang menggunakan sumberdaya terbatas yang dimiliki pengambil keputusan. Alternative keputusan merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Sumberdaya yang dibatasi
Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diterapkan. Ketersediaan sumberdaya ini terbatas. Keterlibatan ini mengakibatkan dibutuhkannya proses optimalisasi.
Dalam proses produksi untuk mencapai optimalisasi banyak hal yang harus diperhatikan terutama dalam menyusun rencana produksi ini akan menjadi landasan dalam melakukan produksi. Optimalisasi proses produksi merupakan cara untuk memaksimalkan hasil produksi (output).
Optimalisasi produksi dapat dicapai dengan meningkatkan produktifitas, sehingga tingkat efesiensi akan menjadi tinggi dan berdampak pada produk yang dihasilkan sehingga rencana produksi atau target produksi dapat dicapai dengan tepat. Optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi adalah sebagai upaya, proses, cara, dan perbuatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimiliki dalam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling menguntungkan dan paling diinginkan dalam batas-batas tertentu dan kriteria tertentu.
4. Tujuan Produksi
Dalam islam, kata Monzer Kahf, tujuan produksi dilatarbelakangi oleh tiga kepentingan, yaitu:28
a. Produk-produk yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai moralnya sebagaimana ditetapkan dalam Al-Qur’an, dilarang. Semua jenis kegiatan dan hubungan industry menurunkan martabat manusia tau menyebabkan dia terperosok kedalam kejahatan dalam rangka meraih tujuan ekonomi semata-mata, dilarang juga.
b. Aspek sosial produksi ditekankan dan secara ketat dikaitkan denagn proses produksi. Sebetulnya distribusi keuntungan dari produksi diantara sebagian besar orang dan dengan cara yang seadil-adilnya adalah tujuan utama ekonomi.
c. Masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang terdapat dalam kaitannya dengan berbagai kebutuhan hidup tetapi ia timbul karena kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari anugerah Allah SWT, baik dalam bentuk sumber daya manusia maupun sumber daya alami.
28 Abdul Aziz, Ekonomi Islam; Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal. 62.
Menurut Marthon, pada dasarnya ada tujuan yang harus dicapai oleh produsen dalam melakukan pekerjaan, yaitu materialism dengan konotasi utility dan spiritualisme dengan konotasi ibadah. Karena setiap langkah dan gerak manusia yang berdasarkan ridha Allah SWT dalam bekerja akan bernilai ibadah.
Tujuan utama dari usaha produktif bukan sekedar mendapatkan keuntungan dan memasarkan produk untuk konsumen, tujuan ini hanyalah tujuan jangka pendek yang bersifat duniawi. Ada jangka panjang yang hendak dituju dari aktivitas produksi yaitu untuk tujuan ukhrawi, mengingat kembali tujuan utama diciptakannya jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan dengan apa pun.
Dan segala aktivitas kita tak bisa dipisahkan dari tema sentral ini yaitu ubudiah kepada Allah.29
Jadi, tujuan produksi dalam ekonomi islam bukan hanya untuk meningkatkan produktifitas per unit barang atau jasa dalam rangka memperoleh keuntungan (laba) atau jumlah keseluruhan produksi melainkan bahwa tujuan produksi adalah untuk membantu pengadaan barang atau jasa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh umat agar bia dimanfaatkan dengan baik, serta mendapatkan keuntungan yang baik lagi halal. Intinya, ridha Allah dan syukur ni’mat adalah asas dalam
29FORDEBI, ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsumen dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Ed.1 Cet. 1 hal. 263.
melaksanakan produksi guna melaksanakan anjuran-Nya, untuk ber- fastabiqul khairat fil khair wal hasanah.
5. Prinsip-Prinsip Produksi
Prinsip-prinsip produksi secara singkat adalah pedoman yang harus diperhatikan, ditaati, dan dilakukan ketika akan berproduksi. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam produksi adalah:30
a. Berproduksi dalam lingkaran halal
Dalam system ekonomi islam tidak semua barang dapat diproduksi dan dikonsumsi. Oleh karena itu, dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang haram. Produk yang dihasilkan harus memberikan manfaat yang baik, tidak mudharat atau membahayakan bagi konsumen, baik dari sisi kesehatan maupun moral.
Kenaikan volume produksi tidak akan dapat menjamin kesejahteraan masyarakat secara maksimum, tanpa memperhitungkan mutu atau kualitas barang yang diproduksi. Mutu harus baik dan tentu saja harus halal.
b. Menjaga sumber produksi
Kewajiban setiap muslim adalah memelihara lingkungan termasuk sumber-sumber produksi, dan tidak boleh berlebihan dalam mempergunakannya. Begitupun dengan tanah dan kekayaan yang
30Ilfi Nur Diana, Hadist-Hadist Ekonomi, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal. 45.
terkandung didalamnya, harus dipergunakan dengan cara yang baik dan hemat, demi keberlangsungan semua generasi.
Ada beberapa prinsip produksi menurut ajaran islam, yaitu:31
1) Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2) Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian dan ketersediaan sumber daya alam.
3) Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
4) Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
5) Produksi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas mental-spiritual ataupun fisik.
6) Produksi terkait dengan tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah, yaitu memakmurkan bumi dan alam semesta.
7) Teknik produksi diserahkan kepada keinginan, kapasitas, dan kemampuan manusia.
8) Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan manfaat.
9) Mengoptimalkan fungsi dan kreatifitas indra dan akal.
10) Memberdayakan alam semesta sebagai sumber daya produksi.
31Idri, Hadist Ekonomi; Ekonomi dalam Perspektif Hadist Nabi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hal. 75.
11) Terjadinya keseimbangan antara aktivitas produksi untuk kehidupan dunia dan akhirat.
12) Aktivitas produksi dilandasi oleh moral dan akhlak mulia.
13) Produksi ramah lingkungan 6. Norma dan Etika dalam Produksi
Prinsip-prinsip etika produksi yang implementatif terkandung dalam prinsip tauhid, prinsip keadilan, prinsip kebajikan, prinsip kemanusiaan serta prinsip kebebasan dan tanggung jawab. Implementatif prinsip etika produksi akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan keadilan distributif, kelestarian lingkungan hidup serta tanggung jawab sosial produsen. Adapun nilai-nilai yang penting dalam bidang produksi :32
a) Ihsan dan itqan (sungguh-sungguh) dalam berusaha b) Iman, taqwa, mashlahah dan istiqomah
c) Bekerja pada bidang yang dihalalkan 7. Implementasi Aktivitas Produksi Islam
Dalam aktivitas produksi islam, target hasil tidak hanya diorientasikan pada profit tapi juga benefit. Begitu juga tanggung jawab produksi tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi masyarakat dan Allah SWT. Seperti contoh meningkatkan intensitas zakat, sedekah, infaq dan sebagainya yang diyakini akan mendatangkan keberuntungan bagi usahanya.
32Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 148.
Langkah awal untuk mengaitkan nilai syariah dan kegiatan produksi adalah memasukkan prinsip-prinsip moral. Target minimal dalam pemberlakuan etika dalam produksi adalah produsen mengimplementasikan nilai-nilai positif sehingga kegiatan produksi berjalan pada koridor yang tepat.
Disamping itu, dalam mengimplementasikan etika produksi juga harus mengacu pada prinsip-prinsip etika produksi seperti berikut:33
a) Implementasi tauhid seperti memproduksi barang dan jasa yang halal dan baik.
b) Implementasi prinsip kemanusiaan seperti memberi kesempatan yang luas bagi setiap manusia untuk mengaktualisasikan implementasi prinsip keadilan.
c) Implementasi prinsip keadilan dalam kegiatan produksi bermakna menegakkan hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap manusia sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
d) Implementasi prinsip keadilan dilakukan dengan membayar zakat, infaq, sedekah dan sebagainya bagi kelompok kurang beruntung
e) Implementasi prinsip kebajikan.
f) Dll
33FORDEBI, ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam : Seri Konsumen dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: Rajawali Prers, 2016), Ed. 1 Cet. 1 hal. 271.
B. KESEJAHTERAAN
1. Defenisi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat telah berada pada komoditi sejahtera. Kesejahteraan dapat diartikan persamaan hidup yang setingkat lebih dari kehidupan. Seseorang akan merasa hidupnya sejahtera apabila ia merasa senang, ia terlepas dari kemisikinan serta bahaya yang mengancam.34
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, “Kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Kesejahteraan dapat dilihat dari pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Pemerataan pendapatan berhubungan dengan adanya lapangan pekerjaan, peluang dan kondisi usaha, dan factor ekonomi lainnya. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima.35
Menurut Rambe dalam Buku Euis Sunarti, kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual
34Mita Noveria, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (Jakarta: LIPI Pers, 2011), hal. 22.
35Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Pratama, 2015), hal. 86.
yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warganegara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat.36
Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Kalau menurut HAM, maka defenisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa setiap laki-laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.37
Berdasarkan defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan adalah suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup baik material maupun non material, yang dapat diukur dengan dengan adanya pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan
36 Euis Sunarti, Indikator Keluarga Sejahtera dan Pengembangan, Evaluasi dan Keberlanjutan, (Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, 2005), ISBN 978-602-8665- 05-6, Hal. 15.
37Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hal. 24.
kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata, sehingga dapat membuat seseorang merasa aman, sentosa, makmur, dan selamat.
2. Indikator Kesejahteraan
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 dibagi atas:
a. Keluarga Pra Sejahtera
Yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah. Yaitu keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I.
b. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang baru dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan agama(ibadah), kualitas makan, pakaian, papan, penghasilan, pendidikan, kesehatan, dan KB.
c. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya, seperti kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan agama, interaksi dengan anggota keluarga dan lingkungannya, serta akses kebutuhan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, seperti sumbangan (kontribusi) secara teratur kepada masyarakat.
e. Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, yaitu kebutuhan dasar, sosial psikologis, pengembangan, serta aktualisasi diri, terutama dalam memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Adapun menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut terpenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dan untuk mengukur tingkat kesejahteraan manusia, BPS (badan pusat statistic) memiliki beberapa indikator yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:
1) Pendapatan
2) Perumahan dan pemukiman 3) Kesehatan
4) Pendidikan
Berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan diatas maka proses pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan yang mendukung pembangunan manusia lebih berkualitas.38
Konsep kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indicator yaitu :
1) Rasa aman (security) 2) Kesejahteraan (welfare) 3) Kebebasan (freedom) 4) Jati diri (identity)
Biro Pusat Statistik Indonesia menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain:39
1) Tingkat pendapatan keluarga.
Pendapatan seringkali digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan perekonomian suatu masyarakat. Dalam menggunakan pendapatan sebagai indicator sebagai peningkatan ekonomi masyarakat ada satu pendapat yang mengatakan peningkatan pendapatan itu bukan sekedar meningkatkan pendapatan riil saja akan tetapi peningkatan tersebut haruslah disertai dengan
38Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2009), hal. 96.
39Dokumen Biro Pusat Statistik Indonesia Tahun 2000
perubahan “ sikap dan kebiasaan” sosial yang sebelumnya menghambat langkah-langkah untuk meningkatkan perekonomian.40 2) Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan
pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan.
3) Tingkat pendidikan keluarga.
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya.41
4) Tingkat kesehatan keluarga.
5) Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.
3. Prinsip dan Faktor Kesejahteran
Prinsip-prinsip kesejahteraan adalah sebagai berikut:
a. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari kepentingan individu.
b. Melepas kesulitan harus diprioritaskan disbanding memberi manfaat.
c. Kerugian yang besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya, hanya yang lebih kecil harus dapat diterima atau diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar, sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.
40 Parsiyodan dan Widyaiswara Madya, Indikator Keberhasilan Pembangunan, (Ppmkp.bppsdmp.deptan.go.id), diakses pada tanggal 10/01/2018 pukul 20:30.
41 Miftahu Huda, Faktor yang mempengaruhi Tingkat Konsumsi, (huda57 blogspot.com), diakses pada tanggal 20/01/2018 pukul 16:57.
Kesejahteraan individu dalam kerangka etika islam diakui selama tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu tidak menlangkahi hak-hak orang lain. Jadi menurut Al-Qur’an kesejahteraan meliputi factor-faktor berikut:
a. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh.
b. Nilai-nilai system perekonomian.
c. Keadilan distribusi pendapatan.
C. Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
1. Pengertian Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
Al-falah secara bahasa diambil adri kata dasar falah yang artinya zhafran bima yurid (kemenangan atas apa yang diinginkan), disebut Al- falah artinya menang, keberuntungan, dengan mendapat kenikmatan akhirat.42
Definisi islam tentang kesejahteraan pada pandangan komperhensif tentang kehidupan ini. Kesejahteraan menurut islam mencakup dua pengertian yaitu:43
a. Kesejahteraan holistik dan seimbang, yaitu kecukupan materi yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan spiritual serta mencakup individu dan sosial. Sosok manusia terdiri atas unsur fisik dan jiwa, karenanya kebahagian harus menyeluruh dan seimbang. Demikian pula
42 Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hal. 2.
43Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hal 4.
manusia memiliki dimensi individu sekaligus sosial. Manusia merasa bahagia jika terdapat keseimbangan diantara dirinya dan lingkungan sosialnya. Yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 10:
Artinya :“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
b. Kesejahteraan didunia dan akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup dialam dunia ini saja, tetapi dialam kematian atau kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan materi didunia ditunjukkan dalam rangka untuk memperoleh kecukupan akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak dapat dicapai maka kesejahteraan akhirat tentu lebih dinamakan, sebab ia merupakan kehidupan yang abadi dan lebih bernilai dibanding kehidupan dunia.
Secara terperinci, tujuan ekonomi islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kesejahteraan ekonomiadalah tujuan ekonomi yang terpenting.
Kesejahteraan ini mencakup kesejahteraan individu, masyarakt dan Negara.
2) Tercukupi kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta system Negara yang menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil dibidang ekonomi.