BAB IV HASIL PENELITIAN
3. Letak Geografis
Kenagarian Koto Alam merupakan salah satu Kenagarian yang berada diwilayah pemerintahan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota. Kenagarian Koto Alam ini memiliki luas wilayah 5875 Ha. secara geografis Nagari Koto Alam terletak pada 00˚19ʹ40˚ LS- 00˚16ˊ15˚ LS dan 100˚41ˊ20˚ BT, 100˚41ˊ50˚ BT. Dengan rata-rata 24˚ C dan tinggi dari permukaan laut adalah 300-750 mdl.
Secara administrasi Kenagarian Koto Alam memiliki daerah batasan yakni :
Sebelah Utara : Kenagarian Pangkalan Utara dan Banjaranah Sebelah Selatan : Bukit Barisan
Sebelah Timur : Kecamatan Pangkalan Kape dan Manggilang Sebelah Barat : Kecamatan Harau dan Bukit Barisan
Kenagarian Koto Alam berdasarkan administrasi pemerintahannya memiliki 4 jorong yaitu untuk lebih jelasnya perhatikan rincian berikut:
1) Jorong Simpang Tigo 2) Jorong Polong Duo 3) Jorong Koto Tangah
4) Jorong Koto Ronah
Tabel 4.1
Jumlah dan Luas Daerah Nagari Koto Alam Menurut Jorong
Sumber : Data Monografi Nagari Koto Alam 4. Aspek Kependudukan
Untuk aspek kependudukan pada tahun 2017, Nagari Koto Alam memiliki jumlah total penduduk sebanyak 3048 jiwa yaitu 837 KK.
Dengan masing-masing jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki sebanyak 1437 jiwa dan penduduk perempuannya yaitu sebanyak 1611 jiwa.
Negeri Koto Alam yang memiliki jorong sebanyak 4 Jorong dengan jumlah penduduk yang berbeda-beda pada setiap jorong. Adapun jumlah penduduk yang terbanyak pada tahun 2017 terdapat pada Jorong Koto Ronah dan jumlah penduduk terkecil terletak pada Jorong Polong Duo. Sedangkan untuk penduduk dari tahun 2014-2017 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini :
No Nama Jorong Luas (Ha)
1 Simpang Tigo 967
2 Polong Duo 950
3 Koto Tangah 1958
4 Koto Ronah 2000
Jumlah 5875
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Per Jorong Nagari Koto Alam Tahun 2017
No Nama Jorong Jumlah Penduduk (Jiwa)
2014 2015 2016 2017
1 Simpang Tiga 589 591 581 571
2 Polong Duo 340 343 345 340
3 Koto Tangah 902 914 905 884
4 Koto Ronah 1250 1253 1273 1253
Jumlah 3081 3101 3104 3048
Sumber : Data Kantor Wali Nagari Koto Alam
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Nagari Koto Alam tahun 2014 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan, dan tahun 2017 mengalami penurunan karena masyarakat pindah domisili, dari tabel dapat dilihat pada tahun 2017 jumlah penduduk yang paling banyak yaitu Jorong Koto Ronah yaitu 1253 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah penduduk Jorong Polong Duo yaitu 340 jiwa.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Umur Nagari Koto Alam Tahun 2017
No Jorong Umur (tahun)
0-<5 6-13 14-18 19-25 26-45 >46
1 Simpang Tigo 75 110 80 92 170 140
2 Polong Duo 56 70 40 65 120 76
3 Koto Tangah 80 173 119 145 250 171
4 Koto Ronah 88 200 120 150 270 188
Jumlah 229 553 358 452 811 575
Sumber : Data Kantor Wali Nagari Koto Alam
Adapun mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk baragam, yaitu untuk Nagari Koto Alam terdapat 7 jenis pekerjaan yaitu petani, buruh tani, PNS, montir, tukang batu, tukang kayu, tukang jahit.
Dan untuk Nagari Koto Alam mayoritas penduduk bermata pencaharian petani yaitu sebanyak 550 jiwa. Sehingga hal demikian dapat disimpulkan
bahwa mata pencaharian Nagari Koto Alam masih bergerak disektor pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Nagari Koto Alam Tahun 2017
No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 Petani 1150
2 PNS 42
3 Montir 10
4 Tukang batu 12
5 Tukang kayu 12
6 Tukang jahit 10
Jumlah 1236
Sumber: Data Kantor Wali Nagari Koto Alam
Untuk sosial budaya Nagari Koto Alam dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang dilakukan di Nagari yaitu kegialatan oleh kelompok wanita seperti acara yasinan yang diadakan sekali seminggu. Dalam kegiatan yasinan tersebut terdapat kegiatan iuran arisan, iuran untuk acara pesta, iuran simpan pinjam. Dimana untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh setiap kelompok wanita dan laki-laki di setiap Jorong yang ada di Nagari Koto Alam.
5. Aspek kesejahteraan masyarakat a. Keadaaan Sosial
Kondisi sosial budaya dapat digambarkan melalui perkembangan pendidikan, kesehatan, kemiskinan penduduk, kriminalitas, pengalaman ajaran agama dan sebagainya.
1) Pendidikan
Di Nagari Koto Alam dari tahun ke tahun penyelenggaraan pendidikan dan pengelolaan pendidikan formal yang ada PAUD/TK, SD, dan SLTP mengalami perkembangan yang baik dan telah menuju kepada penyelenggaraan dan pengelolaan yang baik dan berkualitas.
2) Kesehatan
Di Nagari Koto Alam masih kurang dan sangat membutuhkan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat disetiap jorong karena, tidak setiap jorong memiliki sarana kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
3) Kemiskinan
Angka kemiskinan di Nagari Koto Alam masih ada dan diperkirakan sebanyak 23% yang diakibatkan oleh ketersediaan lahan dan rendahnya sumber daya manusia.
4) Kriminalitas
Selama tahun 2017 belum ada terjadi tindakan kriminalitas, baik yang kecil maupun tindakan kriminalitas yang besar.
5) Agama
Penduduk Nagari Koto Alam 100% memeluk agama islam, namun demikian seiring dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat “Baliak Kanagari” diera otonomi daerah belum
mampu diterjemahkan secara konkrit ditengah-tengah kehidupan masyarakat Nagari Koto Alam, sehingga muncul kekhawatiran makin luntur dan rendahnya pemahaman agama generasi muda.
Untuk mengantisipasi hal ini telah dilakukan berbagai langkah dan upaya oleh Tokoh Masyarakat di Nagari Koto Alam untuk membangun Mesjid/Mushalah dan melakukan kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan di Nagari Koto Alam seperti adanya TPQ/MDA, kegiatan yasinan tiap seminggu sekali, didikan subuh setiap hari minggu dan lain-lain.
b. Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian di Nagari Koto Alam sebagian besar bergerak dibidang pertanian, perkebunan, perdagangan, peternakan dan perikanan. Ini didukung oleh kondisi alam Nagari Koto Alam, sehingga sebagian besar masyarakat Nagari Koto Alam bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun.
Berikut gambaran umum kondisi ekonomi Nagari Koto Alam : 1) Bidang pertanian
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Nagari Koto Alam berupa areal sawah yang keseluruhannya merupakan tempat menanam padi.
2) Bidang perkebunan
Bidang perkebunan merupakan usaha unggulan selain pertanian bagi masyarakat Nagari Koto Alam. Karet dan gambir
merupakan komoditi unggulan disamping tanaman kebun lain yaitu kakao, manggis, durian, jengkol, dan petai.
Tabel 4.5
Jumlah KK Petani Berdasarkan Jenis Produk Pertanian Tahun 2017
iNo Jenis Produk Pertanian Jumlah KK Petani
1 Lahan sawah padi 223 KK
2 Lahan Kering a. Karet b. Gambir c. Pinang
500 KK 417 KK 10 KK Sumber: Data Kantor Wali Nagari Koto Alam
Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat di Nagari Koto Alam memiliki potensi alam berupa perkebunana dan pertanian. Dimana perkebunan adalah mata pencahrian yang paling dominan dilakukan oleh masyarakat setempat yakni sekitar 550 KK mengusahakan perekebunan karet, gambir menjadi komoditas kedua dimana sebanyak 357 KK mengusahakannya dan terkhir adalah pertanian sawah sebanyak 223 KK.
3) Bidang perdagangan
Usaha perdagangan yang ada di Nagari Koto Alam masih berskala kecil dengan omset yang relative kecil. Sebagian besar merupakan pedagang harian.
4) Bidang peternakan
Di Koto Alam juga terdapat berbagai jenis usaha peternakan yang berskala rumah tangga antara lain ternak ayam kampong, kambing, kerbau, dan itik.
5) Bidang perikanan
Di Nagari Koto Alam juga terdapat beberapa sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan usaha perikanan, namun, demikian tidak banyak masyarakat yang mampu memanfaatkan sumberdaya alam ini, sehingga usaha perikanan belum terkelola maksimal yang disebabkan karena sarana dan prasarana yang tidak ada dan kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan perikanan.
6) Lembaga keuangan
Lembaga keuangan yang ada di Nagari Koto Alam ada 2 yaitu Kredit Mikro Nagari (KMN) dan PUAP. Namun, pada saat ini belum terkelola dengn maksimal karena kurangnya pengetahuan pengurus tentang pengelolaan keuangan dan keterbatasan sarana dan prasarana.
7) Pariwisata
Di Nagari Koto Alam terdapat objek wisata yang diberi nama
“Sakido Sahabat Dunia” yang merupakan tugu lintasan khatulistiwa.
Disini, diadakan upacara peringatan titik kulminasi matahari atau sering disebut “Sehari Tanpa Bayangan”. Yang diadakan 2 kali dalam setahun yakni pada bulan April dan bulan November.
8) Sektor pertambangan
Disektor pertambangan Nagari Koto Alam mempunyai usaha pertambangan batu gunung yang dikelola oleh investor swasta.
Namun, regulasi dibidang pertambangan sedikit menghambat aktivitas yang dilakukan oleh investor tersebut. Luas areal yang mengandung bahan tambang ada sekitar 5820 Ha, yang terletak di Jorong Polong Duo dan Simpang Tigo.
B. Deskripsi Responden
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.
Dan wawancara diperoleh mengenai gambaran umum karakteristik responden, responden dalam penelitian ini adalah petani karet di Nagari Koto Alam sebanyak 30 orang petani karet yang memiliki luas lahan 0,5 Ha keatas.
Karakteristik responden pada penelitian ini antara lain meliputi luas lahan dan jenis kelamin.
Tabel 4.6
Gambaran Umum responden Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase
1 <1 Ha 7 23,33%
2 1 Ha 18 60,00%
3 2 Ha 5 16,67%
Jumlah 30 100%
Sumber: Data Primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel 4. Diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki lahan seluas < 1 Ha sebanyak 7 orang atau 23,33%, responden memiliki lahan seluas 1 Ha sebanyak 18 orang atau 60% sedangkan responden
yang memiliki lahan seluas 1-2 Ha sebanyak 5 orang atau 16,67%. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan rata-rata responden sebanyak 1 Ha yaitu 18 orang atau 60%.
Tabel 4.7
Gambaran umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Keterangan Jumlah (orang) Persentase
1 Laki-laki 20 66,67%
2 Perempuan 10 33,33%
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2018
Dari tabel diatas diketahui dari jenis kelamin responden yang memiliki kebun karet adalah laki-laki sebanyak 20 orang atau 66,67%, dan perempuan sebanyak 10 orang atau 33,33%. Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar yang memiliki perkebunan karet di Nagari Koto Alam adalah laki-laki.
C. Gambaran Umum Tentang Perkebunan Karet
Petani karet di Nagari Koto Alam pada umumnya terdiri dari Bapak-bapak/Ibu- ibu yang telah bekerja sebagai petani karet selama kurang lebih 20 tahun. Para petani di Nagari Koto Alam ini akan melakukan pertanian karet dengan system pembudidayaan. Lahan yang ditanami karet oleh para petani adalah lahan milik petani sendiri yang sudah ada sejak lama yang letaknya di atas Bukit atau hutan-hutan yang jauh dari pemukiman warga. Adapun untuk luas lahan karet di Nagari Koto Alam ini bervariasi yaitu sekitar 0,5 ha sampai 2 ha.
Pemanenan karet dilakukan setiap seminggu sekali atau sampai wadah tempat penampungan getah hasil sadapan penuh, jika dihitung dalam satu
bulan ada 4 kali pemanenan. Pemanenan hasil sadapan dipengaruhi oleh cuaca jika cuaca panas maka bisa 4 kali dalam satu bulan tetapi jika cuaca hujan maka bisa menjadi 2 kali dalam satu bulan.
Petani karet di Nagari Koto Alam dapat menghasilkan hasil sadapan sekitar 50 kg-70 kg/minggu dengan harga karet saat ini Rp.6000/kg pada bulan Agustus 2018, jika memiliki luas lahan sekitar 1 ha maka pendapatan tersebutlah yang harus dimanfaatkan oleh par isteri dalam memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Banyaknya hasil sadapan karet dan pendapatan yang bisa dihasilkan tergantung pada cuaca dan harga pada saat menjual karet.
Gambaran umum perkebunan karet pada proses produksi karet meliputi:
1. Pembukaan lahan
Persiapan lahan untuk budidaya tanaman karet bertujuan untuk memberikan kondisi pertumbuhan yang baik. Lahan yang digunakan dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Pertama, membabat atau menebang areal yang akan dijadikan lahan tanaman karet kemudian membuat panjang atau jalur tanam menurut jarak antar barisan tanaman.
Kemudian dibersihkan dari sisa-sisa tebangan untuk selanjutnya lahan siap untuk dibuat lubang tanam. Jarak lubang tanam sesuai yang kita inginkan.
2. Pembibitan dan penanaman
Pembibitan dilakukan dengan membeli bibit dari orang-orang yang menjual bibit tanaman. Bibit biasanya dalam bentuk polybag. Caranya, bagian bawah polybag disobek, bibit kemudian diletakkan ditengah-tengah
lubang tanam. Kantong polybag secara bertahap dibuka sambil ditimbun dengan tanah bagian bawah kemudian polybag ditarik keatas dan selanjutnya ditimbun dengan tanah bagian atas. Pemadatan tanah dilakukan dengan tangan dari bagian pinggir kearah tengah. Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air hujan tidak mengenang.
3. Pemeliharaan tanaman
Selama masa pertumbuhan tanaman, petani hanya melakukan beberapa kali penyiangan gulma untuk menjaga kebersihan areal tanaman karet. Untuk tanaman karet yang menjadi permasalahan utama hanyalah gulma karena gulma hidup berdampingan dengan tanaman karet sehingga dapat menghambat dan merusak kualitas karet, selain itu gulma juga menghambat aktivitas petani dalam menyadap karet. Salah satu cara petani dalam mengatasi gulma yaitu dengan cara melakukan penyemprotan herbisida jenis roundup.
4. Pemasaran
Pada umumnya masyarakat yang ada di Nagari Koto Alam merupakan petani karet yang mempunyai penghasilan/pendapatan dari pengusahaan karet di ladang mereka. Untuk karet itu sendiri biasanya dijual ke pengumpul, mereka ini disebut Toke yang langsung menjemput ke masing-masing kebun karet petani. Bisa juga petani yang langsung menjual kepada pedagang pengumpul dengan mengantarkan hasil sadapan
ke pedagang pengumpul yang dimaksud dengan mengeluarkan biaya transport menggunakan becak.
Harga sendiri ditentukan dari jenis sadapan yang diolah masyarakat berkisar harga Rp.5000-Rp.7.000/kg nya. Dari total jumlah hasil sadapan yang diperoleh petani selama memproduksi dalam satu minggu dalam penimbangan yang dilakukan oleh toke maka akan dipotong 1 kg untuk toke tersebut.
D. Analisis Optimalisasi Produksi Karet dalam Meningkatkan Kesejahteraan Menurut Perspektif Ekonomi Islam di Kenagarian Koto Alam
Berdasarkan hasil wawancara untuk mengetahui optimalisasi produksi karet dalam meningkatkan kesejahteraan, penulis melakukan wawancara dengan beberapa petani karet yang sudah penulis pilih sacara acak dengan system pertanyaan terstruktur. Hasil dari wawancara tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1. Alokasi kerja
Alokasi kerja merupakan curahan waktu kerja yang dilakukan oleh petani dalam memproduksi dimulai dari proses penyadapan karet sampai pada menjual hasil sadapan. Dimana, curahan waktu kerja merupakan hal terpenting dalam menetukan besarnya hasil produksi disamping besarnya luas lahan yang dimiliki. Petani karet biasanya bekerja 6-7 jam dalam sehari. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara saya dengan seorang petani karet yaitu Bapak Amal yang mengatakan bahwa :
“Saya bekerja pukul 07.00-14.00 wib. Karet yang saya sadap kurang lebih luasnya 1 Ha. setibanya dikebun saya langsung melakukan penyadapan dengan pisau sadap yang telah diasah dirumah. Lalu getah hasil sadapan saya lihat apakah posisi wadah tepat sehingga getah yang ditampung tidak keluar atau tumpah. Kegiatan tersebut saya lakukan setiap hari. Dimana setelah getah sudah penuh dalam wadah saya akan memanennya dan menjual ke toke”.67
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa curahan jam kerja yang dilakukan oleh petani yakni sekitar 6-7 jam/hari. Dimana, setibanya petani di kebun karet mereka langsung melakukan penyadapan hingga getah yang disadap memenuhi wadah yang disediakan untuk menampung getah. Alat-alat yang dipergunakan oleh petani pun masih terbilang sederhana yakni berupa pisau sadap, wadah nya berupa tempurung kelapa. Hasil sadapan akan langsung dijual petani ke toke untuk segera memperoleh pendapatan petani karet.
2. Perawatan dan pemupukan terhadap pohon karet
Pada umumnya pemupukan diberikan untuk mempercepat pertumbuhan dan matang sadap. Sebagian besar petani tidak menggunakan pupuk lagi karena terbatasnya modal dan hanya melakukan pemeliharaan dan penyadapan karet. Masyarakat yang bekerja sebagai petani karet hanya melakukan perawatan seperti melakukan penyiangan gulma disekitar pohon karet atau menyemprot roundup. Penyiangan atau menyemprot roundup dilakukan 2 kali dalam setahun.
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara saya dengan seorang petani karet yaitu Bapak Andes yang mengatakan bahwa :
67Bapak Amal, Salah Seorang Petani Karet, Wawancara Pribadi. 02 Agustus 2018.
“untuk pemupukan itu sendiri saya hanya melakukan ketika penanaman karet diumur 1-3 tahun. Sampai saat ini saya tidak lagi melakukan pemupukan karena terbatasnya modal untuk biaya pemupukan karet. rata-rata petani karet disini juga tidak ada lagi melakukan pemupukan. Yang kami lakukan hanyalah menyemprot roundup atau menyiang jika semak sudah terlalu tinggi, biasanya 2 kali dalam setahun.
Kalau tidak babi nanti akan bersarang disemak-semak dan memakan hasil sadapan”.68
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa petani karet hanya melakukan pemupukan pada saat umur karet 1-3 tahun dan tidak lagi melakukan pemupukan setelahnya karena terbatasnya modal. Untuk perawatan rutin dalam setahun sebanyak 2 kali gunanya untuk hama tidak menghambat aktifitas petani karet dalam memproduksi karet serta babi tidak memakan hasil sadapan yang telah ditampung petani karet.
3. Tenaga kerja
Factor produksi tenaga kerja merupakan factor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sawir yaitu:
“Dalam kegiatan produksi karet saya lebih memilih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Karena disamping tidak mengeluarkan biaya tambahan mengupah orang dengan tenaga kerja dalam keluarga seperti isteri atau anak juga bisa membantu penghasilan dalam keluarga”.69
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa petani karet lebih memilih tenaga kerja dalam keluarga dalam aktivitas menyadap karet dibanding tenaga kerja luar karena dapat meminimalisir pengeluaran.
68Bapak Andes, Salah Seorang Petani Karet, Wawancara Pribadi. 02 Agustus 2018.
69Bapak Sawir, Salah Seorang Petani Karet, Wawancara Pribadi. 02 Agustus 2018.
4. Hasil sadapan karet dan pemasaran
Secara umum responden mengatakan bahwa mereka dapat menghasilkan sadapan karet dalam 1 Ha sekitar 7-10 kg/harinya. Dimana hasil produksi karet tadi dijual kepada toke-toke terdekat. Salah satunya diungkapkan oleh salah seorang responden yaitu Bapak Andri:
“Kalau kebun karet saya sehari hasil sadapannya kurang lebih 10 kg/hari nya. Jadi kalau satu minggu 60 kg hasil sadapan kotornya. Hasil yang 60 kg itu luas lahannya 1 Ha. Nanti dijual ke toke yang datang ke kebun saya. Dari total 60 kg hasil sadapan itu dikurangi 1 kg nya untuk toke”.70
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hasil sadapan karet atau pemanenan petani karet dilakukan setiap minggunya dengan rata-rata hasil sadapan kotor 60 kg/minggu. Nantinya setiap penimbangan petani karet akan menjual ke toke dimana, hasil sadapan akan dikurangi 1 kg untuk toke.
5. Pendapatan dan Pengeluaran
Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh dari aktivitas produksi yang dilakukan setelah dikurangi seluruh biaya- biaya. Biaya yang dikeluarkan petani karet berupa biaya transportasi/minggu dan cuka untuk proses pemanenan. Dari hasil sadapan selama seminggu inilah yang akan dijadikan oleh petani karet untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Hal ini diperkuat oleh jawaban responden yakni Bapak Zulkarnaini yakni:
“Pendapatan yang saya terima tergantung cuaca. Kalau biaya yang dikeluarkan dalam seminggu yakni biaya taransportasi/minggu dan cuka digunakan saat proses panen. Nanti hasilnya ini yang dicukupi untuk
70Bapak Andri, Salah Seorang Petani Karet, Wawancara Pribadi. 03 Agustus 2018.
konsumsi dalam satu minggu seperti beras, lauk-pauk, belanja anak yang sekolah dan lain-lain”71
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam satu minggu hanya biaya transportasi dan cuka untuk proses panen. Pendapatan petani karet dipengaruhi oleh cuaca karena cuaca merupakan kendala utama dalam aktivitas petani karet untuk menyadap. Hasil yang mereka dapatkan nantinya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga maupun lainnya.
6. Usaha sampingan
Usaha sampingan merupakan alternative yang harus diambil oleh petani karet jika terjadi kendala seperti cuaca hujan. Karena jika hujan berkepanjangan petani karet tidak bisa melakukan penyadapan karena pohon karet basah dan getah tidak keluar maupun getah karet ada yang bercampur dengan air hujan sehingga hasil sadapan getah yang baru disadap akan hilang atau tumpah oleh air hujan. Secara umum responden menjawab, bahwa petani melakukan usaha sampingan apabila tidak bisa menyadap karet disaat musim hujan. Pekerjaan tersebut seperti menjadi buruh bangunan ataupun buruh tani, ada juga yang memanfaatkan hasil kebun disekitar rumah untuk menambah penghasilan.
7. Pendidikan
Pendidikan adalah kebutuhan untuk mengembangkan potensi dalam diri seseorang agar menjadi lebih cerdas dan terampil. Dalam wawancara denga petani karet, secara umum responden mengatakan
71Bapak Zulkarnaini, Salah Seorang Petani Karet, Wawancara Pribadi. 03 Agustus 2018.
bahwa walau dengan penghasilan minim ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
8. Kesehatan
Kesehatan adalah kebutuhan manusia akan kesejahteraan badan, jiwa dan sosial agar bisa produktif secara sosial maupun secara ekonomi.
Bagi petani karet yang telah penulis wawancara mereka mendapat kemudahan untuk masalah kesehatan seperti ungkapan Bapak Andri yaitu:
“Alhamdulillah kalau berobat saya tidak pusing lagi memikirkan biaya karena sudah menerima kartu jaminan kesehatan dari pemerintah.”72
Responden lain mengatakan bahwa:
“Walau saya tidak mendapatkan kartu jaminan kesehatan tapi disini ada program dari Wali Nagari setempat yaitu obat murah.
Kualitasnya tetap sama seperti obat lainnya soalnya dari puskesmas.
Pengobatannya dibuka setiap hari senin-jum’at mulai pukul 08.00-10.00 wib. Sangat membantu lah”.73
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa para petani karet tidak khawatir lagi dalam masalah kesehatan karena mereka sudah menerima kartu jaminan kesehatan dan berobat murah. Sehingga memberikan kemudahan bagi mereka dalam kebutuhan akan kesehatan mereka.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, proses produksi karet yang dilakukan oleh petani karet di Nagari Koto Alam ini masih
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, proses produksi karet yang dilakukan oleh petani karet di Nagari Koto Alam ini masih