• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Kesejahteraan

Dalam dokumen Ika Listi Wardani NIM: (Halaman 45-0)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kesejahteraan

2. Indikator Kesejahteraan

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 dibagi atas:

a. Keluarga Pra Sejahtera

Yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah. Yaitu keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I.

b. Keluarga Sejahtera I

Yaitu keluarga yang baru dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan agama(ibadah), kualitas makan, pakaian, papan, penghasilan, pendidikan, kesehatan, dan KB.

c. Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya, seperti kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan agama, interaksi dengan anggota keluarga dan lingkungannya, serta akses kebutuhan memperoleh informasi.

d. Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, seperti sumbangan (kontribusi) secara teratur kepada masyarakat.

e. Keluarga Sejahtera III Plus

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, yaitu kebutuhan dasar, sosial psikologis, pengembangan, serta aktualisasi diri, terutama dalam memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Adapun menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut terpenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dan untuk mengukur tingkat kesejahteraan manusia, BPS (badan pusat statistic) memiliki beberapa indikator yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:

1) Pendapatan

2) Perumahan dan pemukiman 3) Kesehatan

4) Pendidikan

Berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan diatas maka proses pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan yang mendukung pembangunan manusia lebih berkualitas.38

Konsep kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indicator yaitu :

1) Rasa aman (security) 2) Kesejahteraan (welfare) 3) Kebebasan (freedom) 4) Jati diri (identity)

Biro Pusat Statistik Indonesia menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain:39

1) Tingkat pendapatan keluarga.

Pendapatan seringkali digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan perekonomian suatu masyarakat. Dalam menggunakan pendapatan sebagai indicator sebagai peningkatan ekonomi masyarakat ada satu pendapat yang mengatakan peningkatan pendapatan itu bukan sekedar meningkatkan pendapatan riil saja akan tetapi peningkatan tersebut haruslah disertai dengan

38Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2009), hal. 96.

39Dokumen Biro Pusat Statistik Indonesia Tahun 2000

perubahan “ sikap dan kebiasaan” sosial yang sebelumnya menghambat langkah-langkah untuk meningkatkan perekonomian.40 2) Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan

pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan.

3) Tingkat pendidikan keluarga.

Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya.41

4) Tingkat kesehatan keluarga.

5) Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.

3. Prinsip dan Faktor Kesejahteran

Prinsip-prinsip kesejahteraan adalah sebagai berikut:

a. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari kepentingan individu.

b. Melepas kesulitan harus diprioritaskan disbanding memberi manfaat.

c. Kerugian yang besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya, hanya yang lebih kecil harus dapat diterima atau diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar, sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.

40 Parsiyodan dan Widyaiswara Madya, Indikator Keberhasilan Pembangunan, (Ppmkp.bppsdmp.deptan.go.id), diakses pada tanggal 10/01/2018 pukul 20:30.

41 Miftahu Huda, Faktor yang mempengaruhi Tingkat Konsumsi, (huda57 blogspot.com), diakses pada tanggal 20/01/2018 pukul 16:57.

Kesejahteraan individu dalam kerangka etika islam diakui selama tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu tidak menlangkahi hak-hak orang lain. Jadi menurut Al-Qur’an kesejahteraan meliputi factor-faktor berikut:

a. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh.

b. Nilai-nilai system perekonomian.

c. Keadilan distribusi pendapatan.

C. Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam

1. Pengertian Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam

Al-falah secara bahasa diambil adri kata dasar falah yang artinya zhafran bima yurid (kemenangan atas apa yang diinginkan), disebut Al-falah artinya menang, keberuntungan, dengan mendapat kenikmatan akhirat.42

Definisi islam tentang kesejahteraan pada pandangan komperhensif tentang kehidupan ini. Kesejahteraan menurut islam mencakup dua pengertian yaitu:43

a. Kesejahteraan holistik dan seimbang, yaitu kecukupan materi yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan spiritual serta mencakup individu dan sosial. Sosok manusia terdiri atas unsur fisik dan jiwa, karenanya kebahagian harus menyeluruh dan seimbang. Demikian pula

42 Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hal. 2.

43Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hal 4.

manusia memiliki dimensi individu sekaligus sosial. Manusia merasa bahagia jika terdapat keseimbangan diantara dirinya dan lingkungan sosialnya. Yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 10:



Artinya :“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

b. Kesejahteraan didunia dan akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup dialam dunia ini saja, tetapi dialam kematian atau kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan materi didunia ditunjukkan dalam rangka untuk memperoleh kecukupan akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak dapat dicapai maka kesejahteraan akhirat tentu lebih dinamakan, sebab ia merupakan kehidupan yang abadi dan lebih bernilai dibanding kehidupan dunia.

Secara terperinci, tujuan ekonomi islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kesejahteraan ekonomiadalah tujuan ekonomi yang terpenting.

Kesejahteraan ini mencakup kesejahteraan individu, masyarakt dan Negara.

2) Tercukupi kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta system Negara yang menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil dibidang ekonomi.

3) Penggunaan sumberdaya secara optimal, efesien, efektif, hemat dan tidak mubazir.

4) Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan merata.

5) Menjamin kebebasan individu.

6) Kesamaan hak dan peluang.

7) Kerjasama dan keadilan.

Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan dari suatu masyarakat tergantung pada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yaitu:

1) Agama (Ad-din), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan agama yang diindikasikan oleh kokohnya keimanan dan ketaqwaan.

2) Hidup atau jiwa (An-nafs), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan keamanan, kehormatan diri dan harga diri.

3) Keluarga atau keturunan (Al-Nasl), yakni terpenuhinya kebutuhan akan ketentraman diri pribadi, keluarga, hubungan kekeluargaan, dan keturunan yang menjamin penggantian generasi.

4) Harta atau kekayaan (Al-Maal), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan harta benda seperti air bersih, air suci, dan mensucikan, udara yang segar, bahan bakar, listrik, sarana komunikasi dan informasi, sandang, pangan, dan papan.

5) Intelektual atau akal (Al-Aql), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan kecerdasan yang diindikasikan oleh lama tahun pendidikan,

produktivitas, kemampuan meneliti, dan kemampuan menemukan hal-hal baru (research).

Ia menitik beratkan bahwa sesuai tuntunan wahyu, kebaikan didunia dan akhirat merupakan tujuan utamanya. Ia mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah individu dan sosial yang meliputi kebutuhan pokok, kesenangan dan kenyamanan, serta kemewahan.44

Atas landasan ketiga konsep dasar ini maka semua barang dan jasa yang memiliki kekuatan untuk memenuhi lima elemen pokok (dharuriy) telah dapat dikatakan memiliki mashlahah bagi umat manusia. Semua kebutuhanini meliputi tiga hirarki kategori yaitu:45

1) Tingkat dimana lima elemen pokok diatas dilindungi secara baik 2) Tingkat dimana perlindungan lima elemen pokok diatas dilengkapi

untuk memperkuat perlindungan

3) Tingkat dimana lima elemen pokok diatas secara sederhana diperoleh secara lebih baik

Semua barang dan jasa yang memiliki kekuatan, atau kualitas untuk melindungi, menjaga dan memperbaiki, atau salah satu dari padanya untuk kelima elemen pokok diatas maka barang dan jasa tersebut memiliki mashlahah. Seorang muslim didorong untuk mencari dan memproduksi barang dan jasa yang memiliki mashlahah.

44 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 62.

45 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:

Erlangga,2009), hal. 97.

2. Indikator Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam

Menurut Muhammad Abdul Mannan, ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.46 Sebagai tatanan ekonomi, islam menganjurkan manusia untuk bekerja serta berusaha. Bekerja dan berusaha dilakukan oleh manusia diletakkan Allah dalam timbangan kebaikan.

Menurut teori islam, kehidupan-kehidupan terbagi dua unsur materi dan spiritual yang satu sama lain saling membutuhkan, antara lain:

a. Unsur Materi

Kenikmatan yang disediakan Allah dibumi berupa rezki dan perhiasan. Islam memandang kehidupan didunia secara wajar, islam membolehkan memanfaatkan nikmat dunia dalam batas-batas yang halal serta menjauhi yang masuk dalam perkara haram. Dalam Al-Qur’an serta Hadist Nabi yang menyebutkan sejumlah kehidupan yang baik, beberapa kenikmatan dalam kehidupan diantaranya:

1) Nikmat makan dan minum yang terdiri dari kelezatan daging, buah, susu, madu, air, dan lain-lain

2) Nikmat pakaian dan perhiasan 3) Nikmat tempat tinggal

4) Nikmat dalam rumah tangga

46 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 2-3.

b. Unsur Spiritual

Sesungguhnya pondasi kebahagian kehidupan terletak pada kedamaian, kelapangan dada, serta ketenangan hati. Jika manusia menginginkan kebahagiaan, maka sesungguhnya ia tidak akan memperolehnya dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.47

Indikator sejahtera menurut islam merujuk pada Al-Qur’an Surat Quraisy dalam Ayat 3-4 yang berbunyi:



“ 3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).

4.yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”

Dari ayat diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Menyembah kepada Allah (Pemilik Ka’bah)

2) Mengandung makna bahwasanya proses mensejahterahkan masyarakat tersebut didahului dengan pembangunan tauhid atu keyakinan kita terhadap Allah sang pencipta segalanya, sehingga sebelum masyarakat sejahtera secara fisik, maka terlebih dahulu yang paling utama adalah masyarakat benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung, pengayom serta menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada sang Khaliq. Sehingga semua aktifitas masyarakat terbingkai dalam aktifitas ibadah.

3) Menghilangkan Lapar

47Yusud Qardhawi, Norma dan Etika Islam, (Jakarta: Gema Insan Press, 2000), hal 64.

Mengandung bahwa yang memberi makan kepada kita adalah Allah. Kepada setiap umatnya bukan untuk ditumpuk-tumpuk, ditimbun apalagi dikuasai oleh individu, kelompok maupun orang-orang tertentu saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan lapar bukan kekenyangan apalagi sampai berlebih-lebihan.

4) Menghilangkan Rasa Takut

Membuat rasa aman, nyaman dan tentram adalah bagian dari indicator sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat. Jika perampokan, pemerkosaan, bunuh diri, dan kasus kriminalitas tinggi maka mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum sejahtera. Dengan demikian pembentukan pribadi-pribadi yang soleh serta membuat system yang menjaga kesolehan setiap orang bisa terjaga merupakan bagian integral dari proses mensejahterakan masyarakat.

Muhammad Abdul Manan mengutip pendapat Dr. Dalton yang menyatakan bahwa terdapat dua syarat pokok untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pertama, melalui perbaikan dalam sarana produksi, dan kedua,melalui mekanisme perbaikan dalam system distribusi. Perbaikan dalam system distribusi diwujudkan melalui upaya pengurangan perbedaan pendapatan individu dan keluarga yang berlainan yang biasa tampak pada komunitas yang beradab dan pengurangan

fluktuasi antara periode waktu yang berbeda-beda dalam pendapatan individu dan keluarga, terutama masyarakat yang lebih miskin.48

Ada empat indikator kesejahteraan dalam system nilai islami.49

Pertama, basis dari kesejahteraan adalah ketika nilai ajaran islam menjadi panglima dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa. Kesejahteraan sejati tidak akan pernah diraih jika kita menentang aturan Allah SWT justru menjadi menjadi sumber penyebab hilangnya kesejahteraan dan keberkahan hidup manusia. Sesuai dalam firman Allah SWT dalam QS:

Thaha : 124 yang berbunyi:



Artinya : “dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".

Kedua, kesejahteraan tidak akan mungkin diraih ketika kegiatan ekonomi tidak berjalan sama sekali. Inti dari kegiatan ekonomi terletak pada sektor riil, yaitu bagaimana memperkuat industry dan perdagangan.

Ketiga, pemenuhan kebutuhan dasar dan system distribusi. Suatu masyarakat tidak mungkin disebut sejahtera apabila kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi. Demikian pula apabila yang bisa memenuhi kebutuhan dasar ini hanya sebagian masyarakat, sementara sebagian yang

48 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:

Erlangga, 2009), hal. 14.

49Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2017), hal. 29.

lain tidak bisa. Dengan kata lain, system distribusi ekonomi memegang peranan penting dalam menentukan kualitas kesejahteraan. Islam mengajarkan bahwa system distribusi yang baik adalah system distribusi yang mampu menjamin rendahnya angka kemiskinan dan kesenjangan, serta menjamin bahwa perputaran roda perekonomian bisa dinikmati semua lapisan masyarakat tanpa kecuali. Berdasarkan QS: Al-Hasyr : 750



Artinya: ”Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”

Keempat, kesejahteraan diukur oleh aspek keamanan dan ketertiban sosial.

3. Pemenuhan kebutuhan manusia

Kebutuhan (need) merupakan konsep yang lebih bernilai daripada keinginan (want). Keinginan hanya ditetapkan berdasarkan konsep utility, tetapi kebutuhan didasarkan konsep mashlahah. Hal itu terkait dengan

50Al-Qur’an Surah Hasyr ayat 7.

tujuan utama Allah SWT menurunkan syariat Islam. Mensejahterakan seluruh makhluknya melalui aturan agama yang menjadi pedoman.51

Secara umum dapat dibedakan antara kebutuhan dan keinginan, yakni kebutuhan itu berasal dari fitrah manusia, bersifat objektif, serta mendatangkan manfaat dan kemashlahatan disamping kepuasan. Pemenuhan terhadap kebutuhan akan memberikan manfaat, baik secara fisik, spiritual, intelektual maupun material. Sementara itu, keinginan berasal dari hasrat manusia yang bersifat subjektif. Bila keinginan itu terpenuhi, hasil yang diperoleh adalah dalam bentuk kepuasan atau manfaat psikis, disamping manfaat lainnya.52

a. Kebutuhan Pangan

Kehidupan manusia di dunia ini tidak mungkin ada tanpa tersedianya bahan pangan. Makan dan makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang paling asasi. Tujuan utama makan adalah memberikan gizi bagi tubuh. Makanan dibutuhkan untuk mempertahankan hidup.

Susunan pangan yang seimbang adalah menyediakan unsur gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan fisiologi tubuh.

Manusia membutuhkan tiga zat pokok yaitu:

1) Sumber tenaga dan panas yang kegunaannya untuk bekerja dan bergerak. Zat ini terdapat dalam karbohidrat, lemak, dan protein.

51 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:

Erlangga, 2009), hal. 89.

52Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2014), hal 105.

2) Zat pembangun, yang berguna untuk pertumbuhan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak atau aus. Zat ini terdapat dalam protein atau putih telur.

3) Zat pengatur, zat yang terdapat dalam air, mineral dan vitamin.

Al-Qur’an memberi perhatian besar terhadap makanan yang dikonsumsi manusia. Seperti yang terdapat dalam QS: Al-Maidah : 4

Artinya: “mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya.”

Didalam surat ini ditegaskan bahwa yang dihalalkan adalah yang baik-baik dan yang diharamkan adalah yang kotor. Tujuan makan didalam Al-Qur’an adalah untuk sehat, serta manusia hendaknya mengkonsumsi kebutuhannya sesuai petujuk kesehatan yaitu empat sehat lima sempurna dan tidak boleh berlebihan.

53Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 4.

b. Kebutuhan sandang

Pakaian merupakan kebutuhan primer manusia. Kebutuhan yang kedua setelah makanan. Pakaian berfungsi melindungi manusia dari panas dan dingin serta dari cuaca buruk yang dapat membahayakan kesehatan.

Dalam al-Qur’an terdapat dalam QS: Al-Nahl: 8154



Artinya:“dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.

Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).”

Ajaran islam memberi kebebasan kepada umatnya untuk merancang model pakaian yang dikenainya. Akan tetapi, dalam hal ini islam menentukan beberapa prinsip dan kriteria dasar yang harus dipenuhi berkenaan dengan pakaian wanita.

Pangan dan sandang adalah kebutuhan pokok utama manusia yang harus dipenuhi. Tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari kedua kebutuhan itu. Oleh karenanya, Islam menjadikan dua hal itu

54Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 81.

sebagai nafkah pokok yang harus diberikan kepada orang-orang yang menjadi tanggungan.

c. Kebutuhan papan

Seperti halnya pangan dan pakaian, papan atau perumahan termasuk kedalam kategori kebutuhan poko manusia. Ajaran islam memberi perhatian terhadap kebutuhan ini. Islam tidak mentolerir manusia menjadi tunawisma. Dalam pandangan Islam, memiliki tempat tinggal adalah hak asasi manusia. Allah berfirman dalam QS: Al-Thalaq : 6 yang berbunyi:55



Artinya:“tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”

Makna lain dari petunjuk Al-Qur’an itu memperlihatkan bahwa Islam sama sekali tidak mengabaikan aspek=aspek kehidupan manusia.

Islam telah memberikan pertimbangan yang tepat terhadap kenyataan bahwa kebutuhan setiap individu harus terpenuhi. Dengan demikian Islam mewajibkan kaum muslimin untuk mempertahankan supaya setiap

55Al-Qur’an Surah Al-Thalaq ayat 6.

anggota masyarakat mampu mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk membangun kehidupan ini dengan adil dan makmur sehingga setiap warga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sesuai dengan standar kehidupan yang layak bagi nilai-nilai kemanusiaan yang bermartabat sebagai khalifah Allah di muka bumi.

d. Kebutuhan kesehatan

Ajaran Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk kemashlahatan bagi umat manusia dengan cara memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Tiga dari lima maqashid al- syariah diatas berkaitan dengan kesehatan. Banyak tuntunan kesehatan ditemukan dalam syariat Islam. Misalnya, Allah menggandengkan kebersihan dengan taubat dalam QS: Al-Baqarah ayat 22 yang berbunyi :56



Artinya:“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.”

Taubat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kebersihan fisik.

56Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 22.

Kesehatan merupakan kebutuhan asasi. Harus diperoleh mnusia dalam hidupnya. Kesehatan termasuk dalam masalah pelayanan umum dan kemashlahatan hidup yang terpenting. Negara berkewajiban mewujudkan pemenuhannya untuk seluruh warga Negara. Islam menetapkan bahwa yang bertanggung jawab menjamin kebutuhan dasar tersebut adalah Negara. Negara harusmerealisasikan agar kesehatan dapat dinikmati seluruh warga Negara, muslim atau non-muslim, kaya atau miskin. Biaya yang diperlukan untuk pembiayaan sektor kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah.

e. Kebutuhan pendidikan

Syariat Islam dimulai dengan anjuran membaca. Ini mendorong manusia berupaya mengembangkan ilmu secara terus menerus. Syariat Islam memberikan bimbingan kepada manusia supaya hidup beradab dengan ilmu yang terpadu dengan iman. Perintah membaca mendorong manusia berupaya mengembangkan IPTEK terus menerus. Hal ini mendukung tegaknya kehidupan beradab yang menandai tingginya martabat manusia dan keluhuran moralnya. Maka, IPTEK yang dapat mewujudkan kemashlahatan dan tidak menimbulkan kemudharatan manusia diberi kebebasan untuk dikembangkan dalam ajaran Islam.

Ajaran Islam mewajibkan semua umat Islam menuntut ilmu agar dapat memikirkan segala ciptaan Allah baik yang tersurat maupun yang

tersirat di alam raya. Misalnya dalam QS: Al- Mujadalah ayat 11 yang

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dengan ilmu manusia memahami dan merasakan kehadiran Allah. Bertakwa kepada-Nya, melakukan sesuatu dalam kesadaran

Dengan ilmu manusia memahami dan merasakan kehadiran Allah. Bertakwa kepada-Nya, melakukan sesuatu dalam kesadaran

Dalam dokumen Ika Listi Wardani NIM: (Halaman 45-0)