BAB II KAJIAN PUSTAKA
5. Prinsip-Prinsip Produksi
Prinsip-prinsip produksi secara singkat adalah pedoman yang harus diperhatikan, ditaati, dan dilakukan ketika akan berproduksi. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam produksi adalah:30
a. Berproduksi dalam lingkaran halal
Dalam system ekonomi islam tidak semua barang dapat diproduksi dan dikonsumsi. Oleh karena itu, dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang haram. Produk yang dihasilkan harus memberikan manfaat yang baik, tidak mudharat atau membahayakan bagi konsumen, baik dari sisi kesehatan maupun moral.
Kenaikan volume produksi tidak akan dapat menjamin kesejahteraan masyarakat secara maksimum, tanpa memperhitungkan mutu atau kualitas barang yang diproduksi. Mutu harus baik dan tentu saja harus halal.
b. Menjaga sumber produksi
Kewajiban setiap muslim adalah memelihara lingkungan termasuk sumber-sumber produksi, dan tidak boleh berlebihan dalam mempergunakannya. Begitupun dengan tanah dan kekayaan yang
30Ilfi Nur Diana, Hadist-Hadist Ekonomi, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal. 45.
terkandung didalamnya, harus dipergunakan dengan cara yang baik dan hemat, demi keberlangsungan semua generasi.
Ada beberapa prinsip produksi menurut ajaran islam, yaitu:31
1) Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2) Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian dan ketersediaan sumber daya alam.
3) Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
4) Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
5) Produksi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas mental-spiritual ataupun fisik.
6) Produksi terkait dengan tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah, yaitu memakmurkan bumi dan alam semesta.
7) Teknik produksi diserahkan kepada keinginan, kapasitas, dan kemampuan manusia.
8) Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan manfaat.
9) Mengoptimalkan fungsi dan kreatifitas indra dan akal.
10) Memberdayakan alam semesta sebagai sumber daya produksi.
31Idri, Hadist Ekonomi; Ekonomi dalam Perspektif Hadist Nabi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hal. 75.
11) Terjadinya keseimbangan antara aktivitas produksi untuk kehidupan dunia dan akhirat.
12) Aktivitas produksi dilandasi oleh moral dan akhlak mulia.
13) Produksi ramah lingkungan 6. Norma dan Etika dalam Produksi
Prinsip-prinsip etika produksi yang implementatif terkandung dalam prinsip tauhid, prinsip keadilan, prinsip kebajikan, prinsip kemanusiaan serta prinsip kebebasan dan tanggung jawab. Implementatif prinsip etika produksi akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan keadilan distributif, kelestarian lingkungan hidup serta tanggung jawab sosial produsen. Adapun nilai-nilai yang penting dalam bidang produksi :32
a) Ihsan dan itqan (sungguh-sungguh) dalam berusaha b) Iman, taqwa, mashlahah dan istiqomah
c) Bekerja pada bidang yang dihalalkan 7. Implementasi Aktivitas Produksi Islam
Dalam aktivitas produksi islam, target hasil tidak hanya diorientasikan pada profit tapi juga benefit. Begitu juga tanggung jawab produksi tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi masyarakat dan Allah SWT. Seperti contoh meningkatkan intensitas zakat, sedekah, infaq dan sebagainya yang diyakini akan mendatangkan keberuntungan bagi usahanya.
32Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 148.
Langkah awal untuk mengaitkan nilai syariah dan kegiatan produksi adalah memasukkan prinsip-prinsip moral. Target minimal dalam pemberlakuan etika dalam produksi adalah produsen mengimplementasikan nilai-nilai positif sehingga kegiatan produksi berjalan pada koridor yang tepat.
Disamping itu, dalam mengimplementasikan etika produksi juga harus mengacu pada prinsip-prinsip etika produksi seperti berikut:33
a) Implementasi tauhid seperti memproduksi barang dan jasa yang halal dan baik.
b) Implementasi prinsip kemanusiaan seperti memberi kesempatan yang luas bagi setiap manusia untuk mengaktualisasikan implementasi prinsip keadilan.
c) Implementasi prinsip keadilan dalam kegiatan produksi bermakna menegakkan hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap manusia sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
d) Implementasi prinsip keadilan dilakukan dengan membayar zakat, infaq, sedekah dan sebagainya bagi kelompok kurang beruntung
e) Implementasi prinsip kebajikan.
f) Dll
33FORDEBI, ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam : Seri Konsumen dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: Rajawali Prers, 2016), Ed. 1 Cet. 1 hal. 271.
B. KESEJAHTERAAN
1. Defenisi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat telah berada pada komoditi sejahtera. Kesejahteraan dapat diartikan persamaan hidup yang setingkat lebih dari kehidupan. Seseorang akan merasa hidupnya sejahtera apabila ia merasa senang, ia terlepas dari kemisikinan serta bahaya yang mengancam.34
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, “Kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Kesejahteraan dapat dilihat dari pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Pemerataan pendapatan berhubungan dengan adanya lapangan pekerjaan, peluang dan kondisi usaha, dan factor ekonomi lainnya. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima.35
Menurut Rambe dalam Buku Euis Sunarti, kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual
34Mita Noveria, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (Jakarta: LIPI Pers, 2011), hal. 22.
35Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Pratama, 2015), hal. 86.
yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warganegara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat.36
Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Kalau menurut HAM, maka defenisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa setiap laki-laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.37
Berdasarkan defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan adalah suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup baik material maupun non material, yang dapat diukur dengan dengan adanya pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan
36 Euis Sunarti, Indikator Keluarga Sejahtera dan Pengembangan, Evaluasi dan Keberlanjutan, (Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, 2005), ISBN 978-602-8665-05-6, Hal. 15.
37Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hal. 24.
kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata, sehingga dapat membuat seseorang merasa aman, sentosa, makmur, dan selamat.
2. Indikator Kesejahteraan
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 dibagi atas:
a. Keluarga Pra Sejahtera
Yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah. Yaitu keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I.
b. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang baru dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan agama(ibadah), kualitas makan, pakaian, papan, penghasilan, pendidikan, kesehatan, dan KB.
c. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya, seperti kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan agama, interaksi dengan anggota keluarga dan lingkungannya, serta akses kebutuhan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, seperti sumbangan (kontribusi) secara teratur kepada masyarakat.
e. Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, yaitu kebutuhan dasar, sosial psikologis, pengembangan, serta aktualisasi diri, terutama dalam memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Adapun menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut terpenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dan untuk mengukur tingkat kesejahteraan manusia, BPS (badan pusat statistic) memiliki beberapa indikator yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:
1) Pendapatan
2) Perumahan dan pemukiman 3) Kesehatan
4) Pendidikan
Berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan diatas maka proses pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan yang mendukung pembangunan manusia lebih berkualitas.38
Konsep kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indicator yaitu :
1) Rasa aman (security) 2) Kesejahteraan (welfare) 3) Kebebasan (freedom) 4) Jati diri (identity)
Biro Pusat Statistik Indonesia menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain:39
1) Tingkat pendapatan keluarga.
Pendapatan seringkali digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan perekonomian suatu masyarakat. Dalam menggunakan pendapatan sebagai indicator sebagai peningkatan ekonomi masyarakat ada satu pendapat yang mengatakan peningkatan pendapatan itu bukan sekedar meningkatkan pendapatan riil saja akan tetapi peningkatan tersebut haruslah disertai dengan
38Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2009), hal. 96.
39Dokumen Biro Pusat Statistik Indonesia Tahun 2000
perubahan “ sikap dan kebiasaan” sosial yang sebelumnya menghambat langkah-langkah untuk meningkatkan perekonomian.40 2) Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan
pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan.
3) Tingkat pendidikan keluarga.
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya.41
4) Tingkat kesehatan keluarga.
5) Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.
3. Prinsip dan Faktor Kesejahteran
Prinsip-prinsip kesejahteraan adalah sebagai berikut:
a. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari kepentingan individu.
b. Melepas kesulitan harus diprioritaskan disbanding memberi manfaat.
c. Kerugian yang besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya, hanya yang lebih kecil harus dapat diterima atau diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar, sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.
40 Parsiyodan dan Widyaiswara Madya, Indikator Keberhasilan Pembangunan, (Ppmkp.bppsdmp.deptan.go.id), diakses pada tanggal 10/01/2018 pukul 20:30.
41 Miftahu Huda, Faktor yang mempengaruhi Tingkat Konsumsi, (huda57 blogspot.com), diakses pada tanggal 20/01/2018 pukul 16:57.
Kesejahteraan individu dalam kerangka etika islam diakui selama tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu tidak menlangkahi hak-hak orang lain. Jadi menurut Al-Qur’an kesejahteraan meliputi factor-faktor berikut:
a. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh.
b. Nilai-nilai system perekonomian.
c. Keadilan distribusi pendapatan.
C. Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
1. Pengertian Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
Al-falah secara bahasa diambil adri kata dasar falah yang artinya zhafran bima yurid (kemenangan atas apa yang diinginkan), disebut Al-falah artinya menang, keberuntungan, dengan mendapat kenikmatan akhirat.42
Definisi islam tentang kesejahteraan pada pandangan komperhensif tentang kehidupan ini. Kesejahteraan menurut islam mencakup dua pengertian yaitu:43
a. Kesejahteraan holistik dan seimbang, yaitu kecukupan materi yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan spiritual serta mencakup individu dan sosial. Sosok manusia terdiri atas unsur fisik dan jiwa, karenanya kebahagian harus menyeluruh dan seimbang. Demikian pula
42 Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hal. 2.
43Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hal 4.
manusia memiliki dimensi individu sekaligus sosial. Manusia merasa bahagia jika terdapat keseimbangan diantara dirinya dan lingkungan sosialnya. Yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 10:
Artinya :“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
b. Kesejahteraan didunia dan akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup dialam dunia ini saja, tetapi dialam kematian atau kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan materi didunia ditunjukkan dalam rangka untuk memperoleh kecukupan akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak dapat dicapai maka kesejahteraan akhirat tentu lebih dinamakan, sebab ia merupakan kehidupan yang abadi dan lebih bernilai dibanding kehidupan dunia.
Secara terperinci, tujuan ekonomi islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kesejahteraan ekonomiadalah tujuan ekonomi yang terpenting.
Kesejahteraan ini mencakup kesejahteraan individu, masyarakt dan Negara.
2) Tercukupi kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta system Negara yang menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil dibidang ekonomi.
3) Penggunaan sumberdaya secara optimal, efesien, efektif, hemat dan tidak mubazir.
4) Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan merata.
5) Menjamin kebebasan individu.
6) Kesamaan hak dan peluang.
7) Kerjasama dan keadilan.
Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan dari suatu masyarakat tergantung pada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yaitu:
1) Agama (Ad-din), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan agama yang diindikasikan oleh kokohnya keimanan dan ketaqwaan.
2) Hidup atau jiwa (An-nafs), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan keamanan, kehormatan diri dan harga diri.
3) Keluarga atau keturunan (Al-Nasl), yakni terpenuhinya kebutuhan akan ketentraman diri pribadi, keluarga, hubungan kekeluargaan, dan keturunan yang menjamin penggantian generasi.
4) Harta atau kekayaan (Al-Maal), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan harta benda seperti air bersih, air suci, dan mensucikan, udara yang segar, bahan bakar, listrik, sarana komunikasi dan informasi, sandang, pangan, dan papan.
5) Intelektual atau akal (Al-Aql), yaitu terpenuhinya kebutuhan akan kecerdasan yang diindikasikan oleh lama tahun pendidikan,
produktivitas, kemampuan meneliti, dan kemampuan menemukan hal-hal baru (research).
Ia menitik beratkan bahwa sesuai tuntunan wahyu, kebaikan didunia dan akhirat merupakan tujuan utamanya. Ia mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah individu dan sosial yang meliputi kebutuhan pokok, kesenangan dan kenyamanan, serta kemewahan.44
Atas landasan ketiga konsep dasar ini maka semua barang dan jasa yang memiliki kekuatan untuk memenuhi lima elemen pokok (dharuriy) telah dapat dikatakan memiliki mashlahah bagi umat manusia. Semua kebutuhanini meliputi tiga hirarki kategori yaitu:45
1) Tingkat dimana lima elemen pokok diatas dilindungi secara baik 2) Tingkat dimana perlindungan lima elemen pokok diatas dilengkapi
untuk memperkuat perlindungan
3) Tingkat dimana lima elemen pokok diatas secara sederhana diperoleh secara lebih baik
Semua barang dan jasa yang memiliki kekuatan, atau kualitas untuk melindungi, menjaga dan memperbaiki, atau salah satu dari padanya untuk kelima elemen pokok diatas maka barang dan jasa tersebut memiliki mashlahah. Seorang muslim didorong untuk mencari dan memproduksi barang dan jasa yang memiliki mashlahah.
44 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 62.
45 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:
Erlangga,2009), hal. 97.
2. Indikator Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
Menurut Muhammad Abdul Mannan, ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.46 Sebagai tatanan ekonomi, islam menganjurkan manusia untuk bekerja serta berusaha. Bekerja dan berusaha dilakukan oleh manusia diletakkan Allah dalam timbangan kebaikan.
Menurut teori islam, kehidupan-kehidupan terbagi dua unsur materi dan spiritual yang satu sama lain saling membutuhkan, antara lain:
a. Unsur Materi
Kenikmatan yang disediakan Allah dibumi berupa rezki dan perhiasan. Islam memandang kehidupan didunia secara wajar, islam membolehkan memanfaatkan nikmat dunia dalam batas-batas yang halal serta menjauhi yang masuk dalam perkara haram. Dalam Al-Qur’an serta Hadist Nabi yang menyebutkan sejumlah kehidupan yang baik, beberapa kenikmatan dalam kehidupan diantaranya:
1) Nikmat makan dan minum yang terdiri dari kelezatan daging, buah, susu, madu, air, dan lain-lain
2) Nikmat pakaian dan perhiasan 3) Nikmat tempat tinggal
4) Nikmat dalam rumah tangga
46 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 2-3.
b. Unsur Spiritual
Sesungguhnya pondasi kebahagian kehidupan terletak pada kedamaian, kelapangan dada, serta ketenangan hati. Jika manusia menginginkan kebahagiaan, maka sesungguhnya ia tidak akan memperolehnya dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.47
Indikator sejahtera menurut islam merujuk pada Al-Qur’an Surat Quraisy dalam Ayat 3-4 yang berbunyi:
“ 3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4.yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”
Dari ayat diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Menyembah kepada Allah (Pemilik Ka’bah)
2) Mengandung makna bahwasanya proses mensejahterahkan masyarakat tersebut didahului dengan pembangunan tauhid atu keyakinan kita terhadap Allah sang pencipta segalanya, sehingga sebelum masyarakat sejahtera secara fisik, maka terlebih dahulu yang paling utama adalah masyarakat benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung, pengayom serta menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada sang Khaliq. Sehingga semua aktifitas masyarakat terbingkai dalam aktifitas ibadah.
3) Menghilangkan Lapar
47Yusud Qardhawi, Norma dan Etika Islam, (Jakarta: Gema Insan Press, 2000), hal 64.
Mengandung bahwa yang memberi makan kepada kita adalah Allah. Kepada setiap umatnya bukan untuk ditumpuk-tumpuk, ditimbun apalagi dikuasai oleh individu, kelompok maupun orang-orang tertentu saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan lapar bukan kekenyangan apalagi sampai berlebih-lebihan.
4) Menghilangkan Rasa Takut
Membuat rasa aman, nyaman dan tentram adalah bagian dari indicator sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat. Jika perampokan, pemerkosaan, bunuh diri, dan kasus kriminalitas tinggi maka mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum sejahtera. Dengan demikian pembentukan pribadi-pribadi yang soleh serta membuat system yang menjaga kesolehan setiap orang bisa terjaga merupakan bagian integral dari proses mensejahterakan masyarakat.
Muhammad Abdul Manan mengutip pendapat Dr. Dalton yang menyatakan bahwa terdapat dua syarat pokok untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pertama, melalui perbaikan dalam sarana produksi, dan kedua,melalui mekanisme perbaikan dalam system distribusi. Perbaikan dalam system distribusi diwujudkan melalui upaya pengurangan perbedaan pendapatan individu dan keluarga yang berlainan yang biasa tampak pada komunitas yang beradab dan pengurangan
fluktuasi antara periode waktu yang berbeda-beda dalam pendapatan individu dan keluarga, terutama masyarakat yang lebih miskin.48
Ada empat indikator kesejahteraan dalam system nilai islami.49
Pertama, basis dari kesejahteraan adalah ketika nilai ajaran islam menjadi panglima dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa. Kesejahteraan sejati tidak akan pernah diraih jika kita menentang aturan Allah SWT justru menjadi menjadi sumber penyebab hilangnya kesejahteraan dan keberkahan hidup manusia. Sesuai dalam firman Allah SWT dalam QS:
Thaha : 124 yang berbunyi:
Artinya : “dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".
Kedua, kesejahteraan tidak akan mungkin diraih ketika kegiatan ekonomi tidak berjalan sama sekali. Inti dari kegiatan ekonomi terletak pada sektor riil, yaitu bagaimana memperkuat industry dan perdagangan.
Ketiga, pemenuhan kebutuhan dasar dan system distribusi. Suatu masyarakat tidak mungkin disebut sejahtera apabila kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi. Demikian pula apabila yang bisa memenuhi kebutuhan dasar ini hanya sebagian masyarakat, sementara sebagian yang
48 Zaki Fuad Chalil, Pemerataan Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hal. 14.
49Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2017), hal. 29.
lain tidak bisa. Dengan kata lain, system distribusi ekonomi memegang peranan penting dalam menentukan kualitas kesejahteraan. Islam mengajarkan bahwa system distribusi yang baik adalah system distribusi yang mampu menjamin rendahnya angka kemiskinan dan kesenjangan, serta menjamin bahwa perputaran roda perekonomian bisa dinikmati semua lapisan masyarakat tanpa kecuali. Berdasarkan QS: Al-Hasyr : 750
Artinya: ”Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”
Keempat, kesejahteraan diukur oleh aspek keamanan dan ketertiban sosial.
3. Pemenuhan kebutuhan manusia
Kebutuhan (need) merupakan konsep yang lebih bernilai daripada keinginan (want). Keinginan hanya ditetapkan berdasarkan konsep utility, tetapi kebutuhan didasarkan konsep mashlahah. Hal itu terkait dengan
50Al-Qur’an Surah Hasyr ayat 7.
tujuan utama Allah SWT menurunkan syariat Islam. Mensejahterakan seluruh makhluknya melalui aturan agama yang menjadi pedoman.51
Secara umum dapat dibedakan antara kebutuhan dan keinginan, yakni kebutuhan itu berasal dari fitrah manusia, bersifat objektif, serta mendatangkan manfaat dan kemashlahatan disamping kepuasan. Pemenuhan terhadap kebutuhan akan memberikan manfaat, baik secara fisik, spiritual, intelektual maupun material. Sementara itu, keinginan berasal dari hasrat manusia yang bersifat subjektif. Bila keinginan itu terpenuhi, hasil yang diperoleh adalah dalam bentuk kepuasan atau manfaat psikis, disamping manfaat lainnya.52
a. Kebutuhan Pangan
Kehidupan manusia di dunia ini tidak mungkin ada tanpa tersedianya bahan pangan. Makan dan makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang paling asasi. Tujuan utama makan adalah memberikan gizi bagi tubuh. Makanan dibutuhkan untuk mempertahankan hidup.
Susunan pangan yang seimbang adalah menyediakan unsur gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan fisiologi tubuh.
Manusia membutuhkan tiga zat pokok yaitu:
Manusia membutuhkan tiga zat pokok yaitu: