• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Amara Dewanti

N/A
N/A
Amara Dewanti

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Amara Dewanti"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASPEK LITERASI PADA BUKU TEKS PELAJARAN IPA KELAS VIII MATERI ZAT ADITIF & ZAT ADIKTIF

Amara Dewanti1, Jejem Mujamil*1, Eka Ad’hiya*1

1) Kimia FKIP Universitas Sriwijaya

*)Corresponding Author : jejem_jm@yahoo.com

Abstract

This study is aims to obtain information on aspects of scientific literacy in science textbooks for class VIII odd semester materials for additives & addictive substances. The research instrument used in this study consisted of aspects of scientific knowledge, aspects of scientific competences and aspects of the context of science. The results of the research in books A and B shown that of the three aspects of scientific literacy, the scientific knowledge aspect has an average percentage of 69.45%, the scientific competences aspect has an average percentage of 22.52%, and the science context aspect has an average percentage of 69.45%. the average percentage is 8.03%. In book A, the science knowledge aspect is 67.74%, the science competence aspect is 25.81% and the science context aspect is 6.45%. Meanwhile, in book B the scientific knowledge aspect is 71.15%, the scientific competences aspect is 19.23% and the science context aspect is 9.62%. This shows that book B contains more aspects of scientific knowledge and aspects of the context of science and book A contains more aspects of scientific competences.

Keywords: Science Literacy Science Textbooks

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi aspek literasi sains pada buku teks pelajaran IPA kelas VIII semester ganjil materi zat aditif & zat adiktif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari aspek pengetahuan sains, aspek kompetensi sains dan aspek konteks sains. Hasil penelitian pada buku A dan B menunjukkan bahwa dari ketiga aspek literasi sains tersebut aspek pengetahuan sains memiliki rata-rata persentase sebesar 69,45%, aspek kompetensi sains memiliki rata-rata persentase sebesar 22,52%, dan aspek konteks sains memiliki rata--rata persentase sebesar 8,03%. Pada buku A aspek pengetahuan sains sebesar 67,74%, aspek kompetensi sains sebesar 25,81% dan aspek konteks sains sebesar 6,45%. Sedangkan pada buku B aspek pengetahuan sains sebesar 71,15%, aspek kompetensi sains sebesar 19,23% dan aspek konteks sains sebesar 9,62%. Hal ini menunjukkan bahwa buku B lebih banyak memuat aspek pengetahuan sains dan aspek konteks sains dan pada buku A lebih banyak memuat aspek kompetensi sains.

Kata kunci: Literasi Sains, Buku Teks IPA

Indonesia merupakan salah satu partisipan Programme for International Student Assesment (PISA) di luar negara industri maju yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA merupakan suatu program yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang ditujukan untuk mengevaluasi kemampuan serta pengetahuan membaca, matematika, dan literasi sains bagi peserta didik yang berusia 15 tahun.

Program ini dilaksanakan di beberapa negara maju serta negara berkembang sejak tahun 2000 dalam interval tiga tahun sekali. Dalam pelaksanaannya, dari tahun 2000 hingga 2018, skor rata-rata kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia masih berada di bawah skor rata-rata ketuntasan yang ditetapkan oleh PISA (Sutrisna, 2021). Hal ini berarti peserta didik Indonesia masih kurang dalam

(2)

pemahaman proses dan konsep sains, maupun pengaplikasian pengetahuan sains yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2000 Indonesia menempati peringkat ke-39 dari 41 negara yang berpartisipasi dalam penilaian PISA. Selanjutnya pada tahun 2003 Indonesia kembali berpartisipasi dalam penilaian yang dilakukan oleh PISA dan setelah dilakukan tes hasilnya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu peringkat Indonesia tetap berada di bawah, begitu juga dengan tahun berikutnya sampai saat ini.

Laporan PISA untuk tahun 2018 Indonesia berada pada posisi 74 dari 79 negara yang berpartisipasi dalam penilaian yang dilakukan oleh PISA (Hewi, 2020).

Seperti penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Hasasiyah (2020) yang berjudul

“Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP pada Materi Sirkulasi Darah menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa SMP rendah pada aspek memahami dan menginterpretasikan statistik dasar. Banyak sekali faktor yang diduga menyebabkan rendahnya literasi sains anak-anak Indonesia yang berkaitan dengan proses pendidikan salah satunya adalah bahan ajar (Maturradiyah, 2015). Bahan ajar adalah suatu media instruksional yang dominan perannya di kelas dan merupakan bagian sentral dalam sistem pendidikan (Hasibuan & Ramlan,2017). Salah satu bahan ajar yang kerap digunakan guru dalam mengajar ialah buku teks. Buku-buku pelajaran yang digunakan harus benar-benar teruji kualitasnya sebagai sumber maupun media pembelajaran. Salah satu langkah untuk membentuk kemampuan literasi sains adalah melalui pendidikan khususnya melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dengan kata lain bahwa kemampuan literasi sains merupakan hasil belajar yang dapat diperoleh dari proses pembelajaran IPA.

Menurut Rustaman (Sains Edutainment, 2012) dalam konteks PISA, literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dan data-data yang ada agar dapat memahami dan membantu peneliti untuk membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alamnya. Dalam Narut (2019), PISA 2000 membagi literasi sains dalam tiga dimensi besar dalam pengukurannya, yakni konten/pengetahuan sains, Kompetensi/proses sains, dan konteks aplikasi sains. Sedangkan dimulai pada tahun 2006, PISA mengembangkan domain literasi kedalam empat domain besar, yakni konten sains, kompetensi/proses sains, konteks aplikasi sains dan sikap.

Literasi sains merupakan kemampuan untuk terlibat dengan isu-isu yang berhubungan dengan sains, dan dengan ide-ide sains, sebagai warga negara yang reklektif (OECD, 2019). Dalam kerangka ini, konsep literasi sains yang diterapkan mengacu pada pengetahuan sains dan teknologi berbasis sains.

Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa sains dan teknologi memiliki perbedaan dalam hal tujuan, proses, dan produknya. Teknologi ditujukan untuk mencari solusi yang optimal untuk suatu permasalahan yang dialami manusia dan memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu solusi yang

(3)

optimal. Sedangkan, sains mencari jawaban atas suatu pertanyaan yang spesifik mengenai material alami di dunia (OECD., 2019). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi aspek literasi sains pada buku teks pelajaran IPA kelas VIII semester ganjil materi zat aditif dan zat adiktif.

METODE

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif desktiptif.

Sampel yang akan dianalisis adalah materi zat aditif dan zat adiktif yang terdapat dalam buku teks pelajaran IPA. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi berdasarkan kerangka PISA 2019 yang kemudian divalidasi oleh dua dosen ahli kimia. Selanjutnya dihitung koefisien kesepakatan validator dengan menggunakan koefisien kesepakatan Cohen’s Kappa sebagai berikut :

𝐾 =𝑃𝑎− 𝑃𝑐 1 − 𝑃𝑐 Keterangan;

K = Koefisien Cohen Kappa

𝑃𝑎 = Proporsi kesepakatan teramati / terobservasi 𝑃𝑐 = Proporsi kesepakatan harapan

1 = Konstanta

Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mengelompokkan isi materi berdasarkan indikator aspek literasi sains. Kemudian teknik analisis data yang dilakukan terdiri dari beberapa langkah, yakni sebagai berikut :

1. Menjumlahkan kemunculan indikator sains untuk setiap aspek literasi sains pada setiap buku yang dianalisis.

2. Menghitung persentase kemunculan aspek literasi sains pada setiap buku ajar yang dianalisis.

Adapun perhitungannya menggunakan perumusan sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 × 100%

(Nurdini, 2018).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil validitas instrumen yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan kesepakatan koefisien cohen’s kappa diperoleh nilai 1, dengan kategori yaitu sangat baik. Sehingga instrumen yang digunakan dikatakan telah valid dan dapat digunakan dalam analisis literasi sains dalam buku berdasarkan kerangka PISA 2019. Data hasil penelitian menunjukkan persentase kemunculan aspek literasi sains pada aspek pengetahuan sains memberikan kemunculan yang paling besar yakni sebesar

(4)

69,45%. Sementara itu aspek yang paling sedikit muncul ialah aspek konteks dengan persentase sebanyak 8,03%. Sedangkan aspek kompetensi sains memiliki jumlah persentase sebanyak 22,52%.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kemunculan Aspek Literasi Sains Pada Buku A dan Buku B

No Aspek Literasi Sains Buku A Buku B Rata-rata (%) 1. Aspek Pengetahuan Sains 67,74 % 71,15% 69,45 2. Aspek Kompetensi Sains 25,81% 19,23% 22,52

3. Aspek Konteks Sains 6,45% 9,62% 8,03

Kurikulum 2013 memiliki standar kompetensi lulusan atau kompetensi inti dibagi menjadi 3 aspek yaitu kompetensi inti 1 dan 2 merupakan aspek sikap, kompetensi inti 3 menyangkut aspek pengetahuan dan kompetensi inti 4 menyangkut aspek keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum 2013 memuat semua aspek literasi sains. Dalam standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran IPA pada kurikulum 2013 dinyatakan bahwa sains/IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, yaitu penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip hal ini dimuat didalam aspek pengetahuan literasi sains yaitu pengetahuan konten dan epistemik dimana aspek pengetahuan ini banyak dimuat didalam buku B yaitu sebesar 71,15% sedangkan pada buku A sebesar 67,74%. Indikator pada buku B sub materi memuat fakta, hipotesis, dan model sebesar 25%. Indikator pada sub materi yang disajikan mewakili konsep ilmiah dan teori yang penting sebesar 17,31 %. Indikator pada sub materi yang disajikan memiliki relevansi terhadap kehidupan nyata, sebesar 13,46%. Sedangkan pada buku A banyak memuat indikator pada sub materi yang disajikan mewakili konsep ilmiah dan teori yang penting sebesar 27,42%.

Selanjutnya indikator pada sub materi memuat : fakta, hipotesis, dan model sebesar 17,74%. Dan indikator materi mengandung aspek penanaman nilai- nilai untuk perkembangan karakter siswa SMP sebesar 9,68%.

Literasi sains mulai diterapkan didalam kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan terlihat jelas pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda secara konseptual dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu berbasis kompetensi (Jannah, 2022).

Kegiatan inkuiri ilmiah ini sejalan dengan literasi sains dimana kegiatan inkuiri tersebut dimulai dengan kegiatan bertanya terkait permasalahn yang diajukan, menyusun hipotesis, melakukan pengumpulan data, pengolahan, dan mengambil kesimpulan melalui kegiatan ini siswa diharapkan mampu mengidentifikasi masalah, mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data

(5)

serta mampu membuat keputusan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Kegiatan tersebut terdapat didalam aspek kompetensi sains dimana pada penelitian ini aspek kompetensi sains banyak dimuat didalam buku A yang merupakan buku cetak terbitan kemendikbud dengan kurikulum 2013 edisi revisi. Persentase aspek kompetensi sains pada buku A sebesar 25,81% sedangkan pada buku B sebesar 19,23%. Pada buku A indikator yang banyak dimuat yaitu indikator membedakan pertanyaan yang mungkin untuk diselidiki secara ilmiah dan Indikator menganalisis dan menafsirkan data serta menarik menarik kesimpulan dari suatu kegiatan masing-masing sebesar 3,23%. Pada buku B indikator yang banyak dimuat ialah indikator mengevaluasi argumen dan bukti ilmiah dari berbagai sumber sebesar 7,69%. Dan indikator menganalisis dan menafsirkan data serta menarik menarik kesimpulan dari suatu kegiatan dan indikator membedakan antara argumen yang didasarkan pada bukti dan teori ilmiah dan yang didasarkan pada pertimbangan lain masing-masing sebesar 3,85%. Pada aspek konteks sains pada buku A hanya memuat indikator aplikasi sains dalam kesehatan dan penyakit; pemeliharaan kesehatan, kecelakaan dan nutrisi sebesar 6,45%. Aspek konteks sains pada buku B yaitu hanya indikator aplikasi sains dalam bidang sumber daya alam; konsumsi bahan dan energi sebesar 5,77% dan indikator aplikasi dalam batasan sains dan teknologi; bahan, perangkat dan proses baru, rekayasa genetik, teknologi kesehatan, transportasi sebesar 3,85%

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada buku A dan buku B didapatkan rata-rata persentase yang paling banyak muncul ialah aspek pengetahuan sains yaitu sebesar 69,45%, selanjutnya aspek kompetensi sains sebesar 22,52% dan aspek konteks sains sebesar 8,03%. Pada buku A memuat aspek pengetahuan sains sebesar 67,74%, aspek kompetensi sains sebesar 25,81%, dan aspek konteks sains 6,45%. Sedangkan pada buku B memuat aspek pengetahuan sains 71,15% aspek kompetensi 19,23% dan aspek konteks sains sebesar 9,62%. Hal ini menunjukkan bahwa buku B lebih banyak memuat aspek pengetahuan sains dan aspek konteks sains dan pada buku A lebih banyak memuat aspek kompetensi sains.

SARAN

Bagi guru hendaknya membiasakan siswa dengan pembelajaran yang berorientasi pada literasi sains. Guru hendaknya tidak menjadikan buku teks pelajaran IPA sebagai sumber belajar satu-satunya namun dapat mengintegrasikan buku teks dengan beberapa sumber lainnya seperti LKPD, modul.

DAFTAR PUSTAKA

Hasasiyah, dkk. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Pada Materi Sirkulasi Darah. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 6(1): 5-9.

(6)

Hasibuan, M. P. & Ramlan, S. (2017). Analisis Kualitas Buku Ajar Kimia Berbasis Kurikulum 2013. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA. 1(2): 159-164.

Hewi, L & Muh. Shaleh (2020). Refleksi Hasil PISA (The Programme For International Student Assesment):

Upaya Perbaikan Bertumpu Pada Pendidikan Anak Usia Dini). Jurnal Golden Age. 4(1). 30-41.

Jannah, M., F. (2022). Analisis Cakupan Literasi Sains Pada Buku Teks IPA SMP Kelas VIII Kurikulum 2013 Berdasarkan PISA. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

OECD. (2019). The PISA 2018 Assessment and Analytical Framework: PISA 2018 Science Framework. Paris:

PISA OECD Publishing

Maturradiyah. (2015). Analisis Buku Ajar Fisika Sma Kelas XII Di Kabupaten Pati Berdasarkan Muatan Literasi Sains. Unnes Physics Education Journal. 4(1): 17-20.

Narut & Kanisis, S. (2019). Literasi Sains Peserta Didik Dalam Pembelajaran IPA di Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar. 3(1): 61-69.

Nurdini., Ika, M. S., & Iyon, S. (2018). Analisis buku ajar fisika SMA kelas XI semester 1 di Kota Bandung berdasarkan keseimbangan aspek literasi sains. Jurnal Wahana Pendidikan Fisika. 3(1): 96-103.

Rustaman, N. Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Jakarta: Depdiknas.

Sutrisna, N. (2021). Analisis kemampuan literasi sains peserta didik SMA di kota Sungai Penuh. Jurnal Inovasi Penelitian. 1(12): 2683-2694.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah penggunaan video klip dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis teks naratif Bahasa Inggris, untuk mengetahui

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian dan analisa untuk mengetahui bagaimana karakteristik arus lalu lintas yang melalui jalan tembus

Hubungan fleksibilitas togok dengan keterampilan bermain sepakbola Fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam

Bagi PAB, penelitian ini untuk memberikan informasi pada pihak PAB bahwa faktor-faktor kemampuan fisik, seperti kecepatan, kelentukan dan daya tahan sangat berpengaruhi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode yang paling baik untuk ekstraksi kayu manis adalah microwave solvent extraction

Kosovo yang pada awalnya merupakan salah satu propinsi di negara Serbia dan dibawah kewenangan PBB mendeklarasikan diri menjadi salah satu negara merdeka pada

Pasca Kemerdekaan peran Amerika Serikat dalam hal kemanusiaan tidak terlalu mencolok, hal ini dikarenakan dengan bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada