• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNGKAPAN SATIRE DAN SARKASME DALAM CHARLIE HEBDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNGKAPAN SATIRE DAN SARKASME DALAM CHARLIE HEBDO"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

i UNGKAPAN SATIRE DAN SARKASME DALAM CHARLIE HEBDO

(Suatu Analisis Semantik dan Pragmantik)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanudin

Oleh :

SRI RATNAWATI F31113012

JURUSAN SASTRA PERANCIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

ii

SKRIPSI

“UNGKAPAN SATIRE DAN SARKASME DALAM CHARLIE HEBDO”

Disusun dan diajukan oleh:

Sri Ratnawati F311 13 012

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi Pada tanggal 26 November 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Hasyim, M.Si Masdiana, S.S.,M.Hum

NIP. NIP. 19791117 201012 2 002

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Ketua Jurusan Universitas Hasanuddin, Sastra Barat Roman,

Prof. Dr. Akin Duli, M.A Dr. Ade Yolanda, Latjuba, M.A

NIP. 196607161991031010 NIP. 19601015 1987032 001

(3)

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS ILMU BUDAYA

Pada hari Jumat, 26 Mei 2017 Panitia Ujian Skripsi menerima dengan baik skripsi yang berjudul :

“UNGKAPAN SATIRE DAN SARKASME DALAM CHARLIE HEBDO”

Yang diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra Barat Roman (Prancis) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

Makassar, 26 November 2017 Panitia Ujian Skripsi :

1. Dr. Ade Yolanda Latjuba, M.A Ketua 1. ………

2. Masdiana, S.S., M. Hum Sekretaris 2. ………

3. Dr. Muhammad Hasyim, M.Si Penguji 3. ………

4. Dr. Prasuri Kuswarini, M.A Penguji II 4. ………

5. Dr. Ade Yolanda Latjuba, M.A Pembimbing I 5. ………

6. Drs. Hasbullah., M.Hum Pembimbing II 6. ………

(4)

ii RÉSUMÉ DU MÉMOIRE

Le Titre de ce mémoire est la satire et sarcasm dans le Journal Charlie Hebdo. Le but de ce mémoire est d‟analyser le sens revélé dans les caricatures de Charlie Hebdo, afin d‟identifie le but desexpression satiriques est sarcastiques analysés aux problèmes identifier dans ce mémoire, nous prenons recours aux méthodes descriptivés qualitatives sur la théorie de la sémantique et de la pragmatique.

Après avoir fait l‟analyse, nous prenons conclure que les expressions satiriques et sarcastiques sont employés dans le but unsinuer . Cependant, ce qui distingue les deux formes est leur faҫon à tranmettre le message. Une satirique est une expression qui insinue de faҫon subtile, tandis qu‟une expression sarcastique est plues indécent et vulgaire.

Par ailleurs, une satire a un but de critiqueret de decorriger des erreurs pahr le rire sympatique. De plus, elle peut contenir de l‟humour afin de donner un résultat positif. Dàutre part, un sarcasme peut blesser l‟unter l‟auteur ou le destinataire à cause de ce propos insultants et moquers. En plus, il peut mettre une personne dans un énorme problème du fait des mots demployés qui sont injurieux.

(5)

iii ABSTRACT

In order to know what is meant by the phrase satire and sarcasm studied in this thesis. To answer the research problem, qualitative descriptive method ie used by applysing the semantic and pragmatic analysis theories at the research, it can ne concluded.

Howere, the difference between both phrases is satire‟s expression is a subtle allusion whereas sarcasm‟s expression is rude and spicy.

In addition, the nature of satire is to criticize and correcting the mistake of someone with a sympathetic laughter. Mereover, in satire it self has a positive things. Meanwhile the nature of carcasm intended to insinuate, or offend someone or something. Sarcasm can be an insult that expressions resentment and anger by using harsh words. It can hurf someone‟s feeling and it can giving big trouble to someone with that.

(6)

iv ABSTRAK

Judul dari skripsi ini adalah ungkapan satire dan sarkasme dalam Charlie Hebdo. Tujuan penulisan skripsi ini ialah untuk menganalisis ungkapan yang terdapat dalam karikatur Charlie Hebdo, agar dapat diketahui apa yang dimaksud dengan ungkapan satire dan sarkasme yang di teliti.

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, digunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengaplikasikan teori analisis semantic dan pragmatik.

Setelah melakukan penelitian, dapat dimbil kesimpulan bahwa ungkapan satire dan sarkasme adalah ungkapan yang menyindir. Namun yang membedakannya adalah ungkapan satire merupakan sindiran yang halus, sedangkan ungkapan sarkasme adalah sindiran yang kasar dan pedas.

Selain itu, satire sifatnya mengkritik dan memperbaiki kesalahan dengan tawa yang simpatis. Bahkan di dalam satire sendiri terdapat hunor dengan tujuan membawa hasil yang positif. Sementara sarkasme sifatnya membuat orang sakithati karena ejekannya yang menghina dan mengolok-olok. Selain itu, sarkasme dapat menjerumuskan seseorang pada masalah besar akibat kata-kata yang dikeluarkan atau diucapkan sangat kasar.

(7)

v KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta‟ala, atas berkat rahmat dan hidayahNya yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Ungkapan Satire dan Sarkasme dalam Charlie Hebdo”.

Skripsi ini berisikan tentang ungkapan satire dn sarkasme dalam Charlie Hebdo yang di analisis dengan menggunakan Suatu Analisis Semantik dn Pragmatik. Penulis menyadari dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan hasil penulisan yang lebih baik lagi.

Dalam pelaksanaan studi sampai penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar- besarnya kepada:

1. Saharuddin selaku Abiku tercinta dan Samsinar selaku Ummiku tercinta yang tak henti-hentinya mendo‟akan dan bekerja keras demi keberhasilan penulis. Abi Cucuran keringat yang keluar dari tubuhmu untuk mencari rezeki yang halal demi mencari biaya kuliah untukku dan saudari-saudariku, rela bekerja keras menjadi kuli bangunan di berbagai tempat demi kami keluargamu. Teringat kata-kata yang pernah abi ucapkan padaku dan saudariku bahwa sekolahlah tinggi-tinggi selagi masih kuat dan masih bias bekerja, jangan pernah dengarkan perkataan orang-orang yang berbicara tidakmbaik kepada keluarga kita, biarkan mereka berkata semaunya, cukup kesuksesanmu suatu saat nanti yang membuktikan semua ucapan mereka.

Ummiku di setiap Sholatmu kau selalu mendo‟akan keberhasilan anak- anakmu. Apapun kau lakukan demi kami bertiga, semua kau korbankan demi kami anak-anakmu. Tak peduli dengan perkataan orang-orang yang merendahkan keluarga kita. Abi dan Ummiku engkaulah yang selalu memberi semangat di setiap langkah-langkahku dan tak henti-hentinya memberi semangat nasehat kepadaku, hingga saat ini kesuksesan yang ku raih itu semua karena do‟a dan usahamu. Saya sangat beruntung terlahir dari kelurga sederhana sepertimu karena kalian rela menyekolahkan kami bertiga walaupun penghasilan tidak seberapa. Namun kalian membuktikan kepada dubia dan kepada orang-orang bahwa ternyata kalian berdua sukses dalam mendidik dan menyekolahkan kami, hingga akhirnya Alhamdulillah saat ini anakmu sudah mendapat gelar sarjana dua orang yaitu Sry Winarti S.Pd dan Sri Ratnawati S.S. Masya Allah itu semua karena keberanianmu di sertai do‟a dan usaha sehingga semuanya Alhamdulillah Allah mudahkan dan

(8)

vi kabulkan. Sungguh luar biasa keberanianmu AbI dan Ummiku. Saya salut dengan keberanianmu dan semangatmu demi kesuksesan anak-anakmu.

Gelar Sarjana SI ini saya persembahkan untukmu Abi dan Ummiku. Semua berkatmu sampai saya bias seperti ini.

2. Sry Winarti S.Pd selaku kakak yang selalu memotivasiku dan memberi semangat dari awal sampai saat ini. Mulai saya awal masuk kuliah dan bahkan ketika saya mulai menyerah dengan dunia perkuliahan, namun saat itu kakaklah yang menjadi contoh untuk adai-adiknya. Kaulah sosok kakak yang selalu menjadi motivasiku yang selalu saya ingat di saat saya mulai menyerah dan putus asa. Nmun saya ingat kata kakak bahwa buktikan pada semua orang bahwa kita pasti bisa dan berhasil serta bisa membuat orang tua bangga, karena dialah yang berusaha keras demi keberhasilan kita, buktikan kepada orang yang selalu merendahkan kita bahwa kita pasti bisa meraih mimpi yang diinginkan. Dengan cara belajar dn kuliah yang sebaik- baiknya agar bisa mendapat gelar Sarjan S1 dari Jurusan Sastra Perancis Universitas Hasanuddin. Kakak yakin kamu pasti bisa….

3. Sri Fitriani selaku Adeku yang sekarang sudah SMA dan sebentar lagi sudah tamat dan ingin melanutkan pendidiknnya seperti saudari-saudarinya.

Dialah adekku satu-satunya yang selalu menyuruhku saya cepat balik ke Unhas saat saya pulkam dan jug selalu bertanya tentang dunia kampus, Skripsi dan wisuda. Mmmmm nyeseknya itu saat di Tanya kapan wisuda

???. Adekku ini yang katanya bercita-cita kuliah di Unhas, kampus yang selalu di idam-idamkan. Katanya kampus Unhas lebih bagus di banding kampus lainnya dan lebih terkenal.

4. Dr., AdeYolanda Latjuba, M.A selaku ketua Jurusan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.

5. Dr. Muhammad Hasyim, M.Si. dan Masdiana, S.S.,M.Hum. Sebagai pembimbing 1 dan pembimbing 2 yang telah banyak membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini, serta memberikan waktu luangnya walaupun di sela-sela sibuknya.

Merci beaucoup Monsieur et Madame atas semuanya. Semoga selalu di beri umur yang panjang, kesehatan dan di lancarkan semua urusannya. Amiiiin.

6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, khususnya Jurusan Satra Prancis yang telah memberi banyak ilmu kepada penulis selama kuliah. Semoga apa yang penulis dapatkan bisa bermanfaat dan bisa di pertanggung jawabkan kelak nantinya. Dan untuk para dosen-dosen semoga sehat selalu,di beri umur yang panjang dan selalu di mudahkan segala urusannya. Amiiin

(9)

vii 7. Ester Rombe A.Md, dan Rugaiyahselaku staf akademik, yang senantiasa membantu kelengkapan berkas akademik dan memberi motivasi kepada penulis. Merci beaucoup.

8. Ibu Zuryati selku Supervaisor KKN Gelombang 93 Kan. Jeneponto Kec.

Tamalatea, Desa Turatea Timur.

9. Kepala Desa Turatea Timur dan Masyaraktnya yang senantiasa berbaik hati menerima kami KKN Gelombang 93 Universitas Hasanuddin. Susah senang semua dilalui di lokasi tersebut.

10. Rekan-rekan Mahasiswa KKN Gelombang 93 Universitas Hasanuddin Kab.

Jeneponto Kec. Tamalatea, Desa Turatea Timur Dan KKN Unm.

11. Keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Mushalla Al- Aadab (UKM LDM AL-ADAB) FIB UNHAS, yang telah memperkenalkan penulis dengan arti Ukhuwah dan keimanan kepada Allah serta mengajarkan penulis tentang sebuah pengorbanan dan perjuangan dakwah ilallah.

Syukron Jazakillah Khair Ukhtifillahku.

12. Keluarga besar Pondok Pesantren An-Nuriyah Bonto Cini Jeneponto, terutama kepada Anak Maka Annanna An-Nuriyah. Vina, Riska, Kasma, Puji, Susi, Sinar, Jusmi, Ayu, Nining, Bola, Fajar, Udin, Popo, Sule, Takdir, Anggi, Hamka, Sapar, Nawir, Wawan, Suriadi, Ammink, Muslim, Jamil, Jumali, Ibnu, Mardi. Merci Beaucoup mes amis.

13. Teman-teman mahasiswa Jurusan Sastra Prancis Universitas Hasanuddin yang telah memberikan bantuan tulus selama ini, kakak-kaka HIMPRA dan teman-teman HIMPRA terkhusus MONTESQUIEU 2013 yang selalu memberikan semangat dan telah menjadi bagian dari keluarga penulis selama menjalani kuliah. Putri, Viki, Kila, Elsi, Sofi, Fina, Nanda, Cece, Dian, Iting, Kibo, Lulu, Febi, Restu, Vika, Pipo, Reza, Bayu, Rial, Merci beaucoup mes amis.

14. Keluarga besar HPMT (Himpunan Pelajar Mahasiwa Turatea) Jeneponto.

15. Sahabatku Vin, Riska, Sri, Jannah, Inna,Viki dan Putri yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam mngerjakan skripsi ini. Syukron Ukhtifillahku.

16. Adeku Miftah, Rina, Ummu dan semua Mahasiwa Sastra Prancis Unhas mulai dari angkatan 2014-2016. Merci beaucoup adek-adekku atas semangat dan dukungannya.

17. Semua pihakyang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah tulus Ikhlas memberi do‟a dan dukungn hingga dapat terselesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi mereka yang membacanya, terutama pada penulis sendiri. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masihbanyak terdapat kekurangan-

(10)

viii kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, 2017

Penulis

(11)

ix DAFTAR ISI

RÉSUMÉ DU MÉMOIRE ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 6

1.3. Batasan Masalah ... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 7

1.5. Tujuan Penelitian ... 7

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

1.7. Metode Penelitian ... 8

1.7.1. Teknik Pengumpulan Data ... 8

a. Mengumpulkan ... 8

b. Mengamati... 8

c. Mencatat ... 9

d. Identifikasi dan Klarifikasi ... 9

1.7.2. Teknik Analisis Data ... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Semantik ... 13

2.2. Pragmatik ... 12

(12)

x

2.3. Hubngan Semantik dan Pragmatik ... 15

2.4. Satire ... 17

2.5. Jenis – Jenis Satire ... 23

2.6. Sarkasme ... 23

2.7. Jenis – Jenis Sarkasme ... 24

2.8. Perbedaan Ungkapan Satire dan Ungkapan Sarkasme ... 25

2.9. Sejarah Koran Charlie Hebdo ... 29

BAB III ANALISIS DATA ... 33

3.1. Ungkapan Satire dan Sarkasme dalam Karikatur Charlie Hebdo ... 33

3.2. Makna Satire dan Sarkasme dalam Karikatur Charlie Hebdo ... 42

BAB IV PENUTUP ... 64

4.1. Kesimpulan ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat efektif antar sesama manusia dalam menyampaikan kepentingan masing-masing. Dengan demikian, dikatakan bahwa bahasa adalah milik seluruh masyarakat. Bahasa juga merupakan sasaran media komunikasi dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sasaran untuk menyampaikan dan menerima informasi, mengungkapkan kebahagiaan, rasa senang ataupun sedih, memberi nasehat. Dengan kata lain, bahasa merupakan media komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia, dengan bahasa manusia dapat mengapresiasikan semua yang ada dalam pikiran.

Bahasa merupakan salah satu ciri pembeda utama manusia dengan makhluk lainnya di dunia ini. Perlu disadari bahwa manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi, bukan hanya merupakan suatu peristiwa belaka atau sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud, dan tujuan tertentu serta menghasilkan pengaruh terhadap pendengar.

Peranan bahasa dalam kehidupan manusia dewasa ini besar sekali. Hampir dalam semua kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa, dalam kehidupan sehari. Bahasa merupakan sarana yang tidak dapat ditinggalkan dalam sehari – sehari, karena bahasa memiliki peranan yang sangat penting bagi kalangan masyarakat.

(14)

2 Begitu pula halnya dalam media cetak atau surat kabar, bahasa yang digunakan dikemas dalam bentuk yang menarik dan berkarakter agar dapat membuat masyarakat berminat dan termotivasi untuk membacanya. Surat kabar sebagai salah satu media komunikasi massa memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi ke semua lapisan masyarakat. Perkembangan surat kabar menunjukkkan perkembangan yang luar biasa. Sehingga kebutuhan manusia terhadap berita sangatlah tingggi dan semakin meningkatkan jumlah pembaca, baik berita di media cetak maupun elektronik. Seperti halnya dalam media cetak khusunya, ada beberapa berita yang tersajikan baik mengenai berita – berita lainnya atau yang berhubungan dengan Charlie Hebdo, yaitu Koran perancis yang sangat terkenal dengan kontroversinya yang memuat berita mengenai dunia perpolitikan, agama dan budaya. Koran tersebut sangat terkenal dengan karikaturnya yang mengejek, menghina, memaki atau mengolok – olok, semua tidak pernah lepas dari bahan ejekannya. Seperti dalam sebuah kutipan dari pernyataan Tucholsk : “Satir punya sebuah batasa, ke atas “. Paling tidak batasan ini terlampuai setelah sengketa gara – gara karikatur yang menghina kaum muslim. Satu decade lamanya kita punya waktu untuk membolak – balik, memutar, menjauhi atau mempertimbangkan setiap argumen.

Semua ini tidak lagi memainkan pernan, apakah redaktur Charlie Hebdo dengan artikel dan karikaturnya sekali – sekali melewati batasan yang ada.

Pembantaian di Paris telah mengubah perspektif. Terlalu lama kita bersembunyi di balik diskusi “ dimana batasan seni “ dan meredam pertanyaan yang sebenarnya.

(15)

3 Para redaktur Charlie Hebdo yang dibunuh di Paris memiliki keberanian luar biasa untuk melawan segala ancaman dan tekanan, dan terus melakukan pekerjannya. Merka membuat para politisi Perancis Jengkel, menerima kritikan dari rekan seprofesi serta hidup dalam ancaman pembunuhan. Sekrang kita tahu, kini muncul pertanyaan berikutnya. Jika sosok pembunuh dari kelompok fanatic bias menyerbu hingga ke ruang redaksi, siapa yang melindungi orang – orang yang berani ini? Apakah masih tersisia orang yang berani?

Paling tidak setelah serangan teror Paris, sejumlah redaksi Koran dan majalah memutuskan, mengaburkan atau menutup foto – foto dan artikel Charlie Hebdo hingga tidak bisa dikenali lagi. Sebagai antisipasi. Kita tidak biasa menutupi, rasa takut sudah merasuki redaksi media. Tapi di sisi lain juga terjadi hal yang istimewa. Sesaat setelah aksi pembantaian di Paris, jutaan orang di seluruh dunia menunjukkan solidaritas dengan Charlie hebdo. Dengan hastag :

#JeSuisCharlie mereka menunjukan, setiap orang adalah Charlie. Para jurnalis, para seniman dan warga biasa mengutarakan sikapnya secara terbuka. Sebuah teriakan kencang kolektif digital yang dari menit ke menit makin lantang.

Kita semua perlu aksi semacam itu untuk melawan kehilangan semangat dan keputusasaan. Dengan itu, minimal pendapat orang lain yang terkdang keras, tidak kehilangan arti. Kita bias mengatakan : “Saya tidak suka dengan pendapat anda, tapi saya membela dengan segela cara hak anda untuk mengeluarkan pendapat”.(http://www.dw.com/id/harga-sebuah-kepedulian-sipil/a-1876829).

(16)

4 Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa adanya sikap keberanian dalam diri mereka untuk ikut mempertahankan apa yang ingin diperjuangkan. Dengan semangat dan tidak putus asa dengan apa yang dilakukan bahkan menurutnya kebebasan untuk mengeluarkan pendapat adalah haknya.

Berangkat dari pembahasan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji mengenai ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie hebdo.

Satire adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Gaya bahasa satire meliputi berbagai jenis yaitu, menertawakan, menolak, dan mengkritik. Menertawakan merupakan ekspresi atau tindakan yang bersifat responsif, yang tercipta karena adanya sesuatu hal atau kejadian yang bersifat lucu dan menggelikan sehingga melahirkan rasa senang dan gembira.

Menolak mempunyai definisi tidak setuju atau tidak sependapat dengan situasi.

Mengkritik merupakan sifat menilai suatu keadaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan membangun lebih baik. (Keraf, 2005: 144).

Satire pada dasarnya memang menyindir tapi sindiran yang di lontarkan secara halus dan tidak kasar bahkan bisa di jadikan sebagai lolucon. Sehingga tidak dapat melukai hati seseorang bahkan dengan adanya ungkapan satire tersebut dapat membuat orang tertawa atau melucu dan lahirlah rasa senang. Sedangkan Sarkasme adalah suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir atau menyinggung, olok-olokan seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar dan pedas. Majas ini dapat melukai perasaan seseorang.

(17)

5 Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme ini akan menyakiti hati dan kurang enak didengar (Keraf, 2004: 143-144)

Sarkasme adalah majas sindiran yang sangat kasar dan menyakitkan (Lestari, 2008: 22). Bila dibandingkan dengan ironi dan sinisme, maka sarkasme ini lebih kasar. Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. (Purwadinata, 1976: 876 dalam Tarigan, 1985:

92 ).

Secara etimologis, sarkasme berasal dari Prancis yang bahasa latinnya adalah sarcasmus asal katanya sarkasmos atau sarkazo. Arti dari sarkazo itu sendiri adalah daging yang tertusuk atau hati yang tertusuk. Jadi sarkazo itu adalah sesuatu yang dihujamkan dan menyebabkan rasa sakit yang mendalam. Dalam perkembangannya kata sarkazo lebih dikenal dengan kata sarx-sarkos yang artinya menyindir dengan tajam atau sindiran yang tajam (Webster‟s World Encyclopedia, 2000).

Jadi Sarkasme tidak lagi merupakan sindiran tetapi lebih berbentuk luapan emosi orang yang sedang marah, oleh karna itu kata yang di pergunakan biasanya kasar dan terdengar tidak sopan bahkan dapat melukai perasaan orang.

Dari penjelesan mengenai ungkapan satire dan sarkasme diatas dapat di pahami bahwa satire dan sarkasme tidak jauh berbeda, mempunyai karakter bahasa yang sama, kedua ungkapan tersebut menekankan majas ironi dalam penggunaannya. Keduanya digunakan secara efektif untuk menyindir sesuatu keadaan atau seseorang. Sehingga apabila orang tidak teliti maka bisa jadi salah

(18)

6 paham dan tidak dapat membedakan antara keduanya. Ungkapan satire itu sendiri merupakan sindiran secara halus sedangkan sarkasme merupakan ungkapan secara kasar yang bisa melukai perasaan orang. Ungkapan Satire dan Sarkasme lebih bisa dipahami saat diucapkan secara langsung, namun jika dalam konteks tulisan, maka resiko disalah pahami seorang pembaca sangat besar. Sehingga harus lebih teliti dalam memperhatikan ungkapan satire dan sarkasme.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memutuskan untuk memilih Judul

“Ungkapan Satire dan Sarkasme dalam Charlie Hebdo” sebagai judul penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah membaca Charlie Hebdo, penulis menemukan beberapa permasalahan yang dapat di bahas di antaranya :

1. Ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo 2. Analisis karikatur dalam Charlie Hebdo

3. Bentuk ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada. Penulis kemudian membatasi masalah hanya pada ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo.

(19)

7 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo ?

2. Apa makna ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo

?

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo

2. Mendeskripsikan analisis karikatur dalam Charlie Hebdo

1.6 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini di harapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam pengembangan Ilmu Linguistik khususnya pada bidang analisis semantik dan pragmatik di Jurusan Sastra Prancis Universitas Hasanuddin.

2. Penelitian ini di harapkan dapat berhasil, agar dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Serta pembaca dapat memahami dan mengetahui ungkapan satire dan sarkasme dalam koran Charlie Hebdo maupun media lainnya.

(20)

8 3. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan Sastra Prancis mengenai analisis Semantik dan Pragmatik dalam teks berita yang terdapat dalam surat kabar, khususnya surat kabar Charlie Hebdo.

1.7 Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan fokus pada subjek dan objek penelitian. Hal ini guna membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat atas fakta-fakta yang ditemukan dalam Charlie Hebdo tersebut.

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dimana data dalam penelitian ini mengenai Charlie Hebdo tentang ungkapan satire dan Sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo.

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:

a. Mengumpulkan

Dalam tahapan ini di lakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo

b. Mengamati

Mengamati atau observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti ( Keraf, 1987 : 162 ). Oleh karena itu, peneliti berusaha

(21)

9 meneliti langsung, yakni membaca secara seksama tulisan yang terdapat dalam Charlie Hebdo.

c. Mencatat

Mencatat ungkapan satire dan sarkasme. Dalam hal ini peneliti mencatat dengan teliti ungkapan satire dan sarkasme yang terdapat dalam karikatur Charlie Hebdo.

d. Identifikasi dan klasifikasi

Pada tahap pengidentifikasian ini. Peneliti mencoba mengumpulkan gambar serta kata-kata yang berhubungan dengan ungkapan satire dan sarkasme. Kemudian menganalisis dengan menggunakan teori semantik dan pragmatik.

1.7.2 Teknik Analisis Data

Setelah mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif yaitu penulis menampilkan data secara deskriptif dengan cara menjelaskan data sebagaimana adanya dengan menyatakan beberapa contoh yang di anggap penting dan mendukung guna menguatkan analisis data tersebut. Maka dari itu, digunakan penelitian tentang Teori Analisis Semantik dan pragmatik.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan seluruh data yang relevan dalam Charlie Hebdo.

(22)

10 2. Mengklasifikasikan data.

3. Menganalisis data pada tingkat semantik dan pragmatik.

4. Menentukan ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo.

5. Menarik kesimpulan

(23)

11 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

• BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematikan penulisan.

• BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini meliputi landasan teori, tinjauan pustaka yang berhubungan dengan analisis semantik dan pragmatik dan yang berhubungan dengan topik tulisan yang menjadi dasar dalam penulisan penelitian ini.

• BAB 3 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data dan pembasan berisi analisis semantik dan pragmatik dalam sebuah koran yang bernama Charlie Hebdo. Mengenai ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo.

• BAB 4 PENUTUP

Penutup terdiri atas kesimpulan. Kesimpulan berisi mengenai kesimpulan penelitian yang di lakukan oleh penulis tentang Charlie Hebdo.

(24)

12 BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum penelitian perlu ada landasan teori yang mendasari karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan diharapkan mampu menjadi dasar sebuah tumpuan untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian. Dan Sebelum masuk ke dalam tahap analisis, terlebih dahulu akan dipaparkan sejumlah teori yang akan digunakan dalam menganalisis.

Teori-teori tersebut adalah teori semantik dan pragmatik.

2.1 Semantik

J.W.M Verhaar; 1981:9, Mengemukakan bahwa semantik (inggris:

semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. Semantik merupakan penyelidikan tentang makna.

(Pengantar Teori Linguistik John Lyons hal. 393).

Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. ( Asas-asas Linguistik Umum. J.W.M. Verhaar hal 13 ).

Sedangkan Istilah semantik dalam Bahasa Indonesia (Inggris: Semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau

“lambing”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau

“melambangkan”. Apa yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (Perancis: signélinguistique) seperti yang dikemukakan Saussure dalam (Chaer, 1990:2). Tanda terdiri dari 2 komponen yakni: 1. Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan kompoen yang diartikan atau makna dari komponen yang

(25)

13 pertama itu. Kedua komponen ini adalah makna atau lambang. Sedangkan yang di tandai atau yang dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, dan lazim di sebut referen atau hal yang di tunjuk. Sehingga semantik adalah ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian semantic menurut penulis adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang makna, atau arti, dimana di dalam struktur suatu bahasa terdapat juga makna, dan makna merupakan tujuan pokok dari linguistik, disamping bentuk

Adapun jenis-jenis semantik dapat dibedakan berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa itu yang menjadi objek penyelidikannya.

1. Semantik Leksikal

Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vocabulary, kosakata, pembendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan kata yang bemakna (Chaer, 2002: 60). Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan dengan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Makna leksikal dapat juga diartikan makna yang sesuai dengan acuannya, makna yang sesuai dengan hasil observasi panca indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.

Beberapa ahli menegaskan demikian, The noun ‘lexeme’ is of course related to the words ‘lexical’ and ‘lexicon’, (we can think of ‘lexicon’ as having the same

(26)

14 meaning as vocabulary or dictionary ( Lyons, 1995:47). Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebutkan satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil.

Leksem dapat berupa kata, dapat juga berupa gabungan kata. Kumpulan dari leksem suatu bahasa disebut leksikon, sedangkan kumpulan kata-kata dari suatu bahasa disebut leksikon atau kosa kata. Kajian makna bahasa yang lebih memusatkan pada peran unsur bahasa atau kata dalam kaitannya dengan kata lain dalam suatu bahasa lazim disebut sebagai semantik leksikal.

2. SemantikGramatikal

Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang dari linguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta proses-proses pembentukannya, sedangkan sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Satuan-satuan morfologi, yaitu morfem dan kata, maupun satuan sintaksis yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat, jelas ada maknanya. Baik proses morfologi dan proses sintaksis itu sendiri juga makna. Oleh karena itu, pada tataran ini ada masalah-masalah semantik yaitu yang disebut semantik gramatikal karena objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran tersebut.

(27)

15 2.2 Pragmatik

Pragmatik merupakan studi tentang makna menurut konteksnya yaitu sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar yang mengkaji makna dalam berinteraksi.

Sedangkan menurut (George, 1996: 3 ), dia mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan – tuturan daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Dari pengertian pragmatik di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian semantik menurut penulis adalah studi tentang makna yang memiliki kontek sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar yang dimana mengkaji tentang makna dalam berinteraksi.

2.3 Hubungan semantik dan pragmatik

Semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi (dyadic). Sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadi). Dengan demikian dalam pragmatik diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa, sedangkan dalam semantik, makna didefinisikan semata-mata sebagai ciri-ciri ungkapan-ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur dan penuturnya.

(28)

16 Pandangan bahwa semantik dan pragmatik berbeda tetapi saling melengkapi dan saling berhubungan, mudah untuk dipahami secara subjektif, tetapi agak sulit untuk dibenarkan secara objektif. Dalam hal ini cara pembenaran yang terbaik ialah cara yang negatif, yaitu dengan menunjukkan kegagalan-kegagalan atau kelemahan pandanagan lain.

Sedangkan Menurut Peccei (1998), semantik menekankan pada makna yang berasal dari pengetahuan linguistik secara murni, sedangkan pragmatik menekankan pada aspek-aspek makna yang tidak dapat diramalkan dengan pengetahuan linguistik dan mempertimbangkan pengetahuan tentang dunia fisik dan sosial. Mengenai perbedaan antara semantik dan pragmatik, Leech (1983) berpendapat bahwa (1) semantik mengkaji makna (sense) kalimat yang bersifat abstrak dan logis, sedangkan pragmatik mengkaji hubungan antara makna ujaran dan daya (force) pragmatiknya; dan (2) semantik terikat pada kaidah (rule- governed), sedangkan pragmatik terikat pada prinsip (principle-governed).

Tentang perbedaan yang pertama, meskipun makna dan daya adalah dua hal yang berbeda, keduanya tidak dapat benar-benar dipisahkan, sebab daya mencakup juga makna. Dengan kata lain, semantik mengkaji makna linguistik, sedangkan pragmatik mengkaji makna ujaran yang terkomunikasikan atau dikomunikasikan.

Selanjutnya, kaidah berbeda dengan prinsip berdasarkan sifatnya. Kaidah bersifat deskriptif, absolut atau bersifat mutlak, dan memiliki batasan yang jelas dengan kaidah lainnya, sedangkan prinsip bersifat normatif atau dapat diaplikasikan secara relatif, dapat bertentangan dengan prinsip lain, dan memiliki batasan yang bersinggungan dengan prinsip lain.

(29)

17 2.4 Satire

Menurut Gorys Keraf (2002: 144) satire adalah ungkapan yang menertawakan sesuatu, dimana gaya bahasa tersebut menyindir secara halus.

Ade Nurdin, Yani Maryani, dan Mumu (2002:28) berpendapat bahwa satire adalah gaya bahasa yang berbentuk penolakan dan mengandung kritikan dengan maksud agar sesuatu yang salah itu dicari kebenarannya. Sementara itu menurut Gorys Keraf (2004:144) satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa satire adalah gaya bahasa yang menolak sesuatu untuk mencari kebenarannya sebagai suatu sindiran.

Satire adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam 3 bentuk yaitu : Ironi, sarkasme dan parodi.

 ironi

Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud mengolok-olok.

Maksud itu dapat dicapai dengan mengemukakan :

a. Makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya

b. Ketaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya

c. Ketaksesuaian antara harapan dan kenyataan (Moeliono, 1984 : 3)

Ironi berasal dari kata Yunani "eironeia" yang berarti "pura-pura tidak tahu".

Dalam bentuk majas, ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sindiran. Majas ironi

(30)

18 melakukannya dengan cara menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya yang dimaksud. Dengan kata lain, ironi itu bersifat menyembunyikan dan menutup- nutupi. Ironi merupakan penggunaan kata-kata yang berbeda dan apa yang ditulis atau diucapkan. Ironi dapat dikatakan sebagai praktik kepura-puraan karena menyembunyikan makna sebenarnya. Makna yang dimaksud berlawanan dengan apa yang dikatakan. Ironi dapat bersifat halus tetapi dapat juga menyatakan makna yang kasar atau mengungkapkan makna dengan sindiran-sindiran halus, yang merupakan kata- kata yang bertentagan dengan makna sesungguhnya. Majas ironi digolongkan sebagai salah satu majas pertentangan atau majas sindiran.

Adapun majas pertentangan terdiri dari:

1. Hiperbola

Hiperbola ialah majas yang mengandung pernyataan yang dilebih-lebihkan baik jumlah, ukuran maupun sifatnya dengan tujuan untuk memberikan penekanan, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Majas ini dapat melibatkan kata-kata frase, atau kalimat (Tarigan, 1983 : 143).

Kata hiperbola adalah berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemborosan:

berlebih-lebihan dan diturunkan dari hyper „melebihi‟ + ballein‟ melemparkan‟

Hiperbola merupakan suatu cara yang berlebih-lebihan mencapai efek, suatu majas yang di dalamnya berisi kebenaran yang direntang-panjangkan. (Dale 1971 : 233).

Dengan kata lain “hiperbola ialah ungkapan yang berlebih-lebihkan apa yang sebenarnya di maksud jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya. “ (Moeliono, 1984 : 3).

(31)

19 2. Litotes

Litotes ialah majas yang di dalam pengungkapan menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negative atau bentuk yang bertentangan.

Litotesmengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya (Moeliono, 1984 : 3)

Litotes berasal dari kata Yunani litos yang berarti „sederhana‟. Litotes, lawan dari hiperbola, merupakan sejenis majas yang membuat pernyataan mengenai sesuatu dengan cara menyangkal atau mengingkari kebaikannya (Dale (et al) 1971 : 237).

3. Ironi

Ironi ialah jenis majas yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dengan yang sebenarnya di katakana itu. Ironi ringan merupakan suatu bentuk humor, tetapi ironi keras biasanya merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire walaupun pembatasan yang tegas antara hal-hal itu sangat sukar dibuat dan jarang sekali memuaskan orang (Tarigan, 1983 : 144).

4. Oksimoron

Oksimoron ialah majas yang mengandung penegakan atau pendirian sesuatu hubungan sintaksis (baik koordinasi maupun determinasi) antara dua antonim (Ducrot & Todorov, 1981 : 278).

5. Paronomasia

Paronomasia ialah majas yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi berbeda maknanya (Ducrot & Todorov, 1981 : 278).

(32)

20 6. Paralipsi

Paralipsi ialah majas yang merupakan suatu formula yang dipergunakan sebagai sarana unruk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu (Ducrot & Todorov, 1981 : 278).

7. Zeugma

Zeugma ialah majas yang merupakan koordinasi atau gabungan gramatis dua kata yang mengandung cirri-ciri semantik yang bertentangan , seperti abstrak dan kongkrit (Ducrot & Todorov, 1981 : 279). (Tarigan; Henry Guntur.1985.

Pengajaran Semantik,Bandung: Angkasa Bandung).

 Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang

pedas atau kasar. Sarkasme itu sindiran langsung dan kasar. Gaya bahasa sindiran yang terkasar dimana memaki orang dengan kata-kata kasar dan tak sopan.

 Parodi, dalam penggunaan yang umum, artinya adalah suatu hasil karya yang

digunakan untuk memelesetkan, memberikan komentar atas karya asli, judulnya ataupun tentang pengarangnya dengan cara yang lucu atau dengan bahasa satire.

Dari ketiga bagian di atas tentang ironi, sarkasme dan parodi dapat di simpulkan bahwa ketiga-tiganya merupakan sindiran. Namun ironi dan parody sangatlah berbeda jauh dari sarkasme karna sarkasme merupakan sindiran yang sangat kasar dan tak sopan, yang di mana sarkasme ini bisa melukai perasaan orang di akibatkan karna kata-katanya.

Satire menceritakan tentang keburukan, kebodohan, dan kelemahan di sajikan dalam bentuk jenaka (The New Encyclopaedia Britannica, 2002: 173). Satire

(33)

21 sangat berkaitan dengan kondisi suatu masyarakat karena menjadikan masalah yang terjadi di masyarakat sebagai objek cerita (Weisgerber, 1973: 160). Satire bertujuan untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat di suatu tempat agar mereka dapat memperbaiki kekurangan mereka. Satire menggunakan lelucon dan ketajaman kritik untuk membuka dan mengejek kekurangan di suatu masyarakat.

Robert Harris (2004) dalam artikel berjudul “The Purpose and Method of satire” berpendapat bahwa sebuah karya satire harus meminimalkan penolakan kritik. Ia mengungkapkan bahwa penggunaan humor membuat pembaca satire menerima kritik. Pembaca dapat lebih mudah memahami kritik karena humor dalam satire berfungsi sebagai penghalus kritik dan membuat kritik tersebut sebagai hiburan. Kritik yang di sampaikan secara jenaka akan membuat orang tertawa sehingga pembaca akan lebih mudah memahami kritik.

Satire memiliki dua elemen penting, yaitu gaya bahasa ironi dan hiperbola.

Ironi merupakan suatu pernyataan atau tuturan yang berbeda dengan tujuan pernyataan tersebut. Satire harus ironis untuk menampilkan hypocritical situation dari sebuah kekurangan (Harris, 2004). Maksud dari hypocritical situation adalah ironi membuat situasi menjadi lebih baik dari yang sebenarnya. Sedangkan gaya bahasa hiperbola dalam satire digunakan untuk membesar-besarkan suatu masalah. Selain itu, gaya bahasa hiperbola digunakan untuk menunjukkan kepada pembaca kekurangan yang menjadi objek cerita dalam satire. Penggunaan hiperbola akan menyebabkan efek berlebihan. Efek berlebihan ini tidak hanya dapat ditemukan dalam bentuk pernyataan, tetapi juga percakapan.

(34)

22 Gaya bahasa ironi dan hiperbola merupakan dua elemen penting bagi satire, tetapi elemen tersebut tidak cukup untuk membuat sebuah satire. Masih menurut Harris (2004), satire membutuhkan beberapa unsur-unsur yang dapat menunjukkan sindiran atau kritik yang akan disampaikan. Unsur-unsur tersebut dapat dilihat dari penggunaan gaya bahasa, seperti innuendo, paronomasia, zeugma, simile, parabel, alegori, metafora, dan oksimoron.

a. Innuendo adalah sindiran yang mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

(Keraf, 2007:144).

b. Paronomasia adalah kiasan yang mempergunakan kemiripan bunyi.

(Keraf, 2007:145).

c. Zeugma adalah bahasa yang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata, tetapi hanya satunya yang mempunyai hubungan dengan kata pertama. (Keraf, 2007:135).

d. Simile adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan menyebutkan suatu persamaan dengan suatu benda dengan sifat benda lain secara eksplisit. (Keraf, 2007:138).

e. Parabel adalah suatu kisah singkat yang tokoh-tokohnya biasanya manusia dan mengandung tema moral. (Keraf, 2007:140).

f. Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. (Keraf, 2007:140).

g. Metafora adalah gaya bahasa yang menggunakan analaogi untuk membandingkan sesuatu secara langsung. (Keraf, 2007:139).

(35)

23 h. Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan

kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama. (Keraf, 2007:136).

2.5 Jenis-jenis satire

Satire dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Satire Horatian

Satire Horatian adalah satire yang lembut, dan ide umumnya adalah untuk mengajak orang memperbaiki kesalahan dengan tawa yang simpatis.

b. Juvenalian

Satire Juvenalian adalah satire yang nadanya getir dan agresif. Ide umumnya adalah memperlihatkan kerusakan moral menggunakan sarkasme, parodi, dan teknik sejenis untuk memperlihatkan betapa rusaknya sesuatu.

2.6 Sarkasme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarkasme adalah penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain; cemoohan atau ejekan kasar.

Secara etimologis, sarkasme berasal dari Prancis yang bahasa latinya sarcasmus asal katanya sarkasmos atau sarkazo. Arti dari sarkazo itu sendiri adalah daging yang tertusuk atau hati yang tertusuk. Jadi sarkazo itu adalah sesuatu yang dihujamkan dan menyebabkan rasa sakit yang mendalam. Dalam perkembangannya kata sarkazo lebih dikenal dengan kata sarx-sarkos yang artinya menyindir dengan tajam atau sindiran yang tajam (Webster‟s World Encyclopedia, 2000).

(36)

24 Herman J. Waluyo (1995:86) berpendapat bahwa sarkasme adalah penggunaan kata-kata yang keras dan kasar untuk menyindir atau mengeritik. Jadi yang dimaksud dengan sarkasme adalah gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-kata yang kasar dan keras.

Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Gaya bahasa sindiran yang terkasar dimana memaki orang dengan kata-kata kasar dan tak sopan.

Sarkasme juga mengejek dengan kasar yang tidak lagi merupakan sindiran, tetapi lebih berbentuk luapan emosi orang yang sedang marah, oleh karena itu kata yang dipergunakan biasanya kasar dan tak terdengar tidak sopan.

Jadi Sarkasme merupakan suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Majas ini dapat melukai perasaan seseorang.

2.7 Jenis-jenis sarkasme

Sarkasme dapat di bedakan menjadi 2 yaitu : 1. Dirty Sarcasm (Sarkasme Kasar)

Sarkasme Kasar merupakan jenis Sarkasme yang banyak ditafsirkan oleh orang-orang Indonesia, jenis Sarkasme ini yang di ketahui hampir menyerupai umpatan kasar secara langsung, berbanding terbalik dengan Sarkasme pintar, bahasa yang digunakan untuk mengumpat yaitu secara langsung dan to the point, sehingga orang yang menjadi objek sarkasme-nya akan langsung mengetahui dan tersinggung.

(37)

25 2. Smart Sarcasm (Sarkasme Jenius)

Sarkasme Pintar ini jenis Sarkasme yang digunakan secara global, yaitu sindiran secara tidak langsung, tetapi tajam dengan maksud mengolok-olok.

Sarkasme ( Sarcasm ) di luar sana sendiri identik dengan ungkapan umpatan yang cerdas, karena kenapa? Umpatan Sarkasme bagi orang yang ditujukan bagi orang yang kurang cerdas tidak akan tersampaikan. Saat di umpat dengan Sarkasme, orang yang menjadi bahan umpatan itu akan berfikir, jika ia cerdas maka ia akan tahu umpatan tersebut, jika ia tidak cerdas, maka maksud asli dari Sarkasme itu tidak tersampikan.

Dari pengertian mengenai sarkasme maka dapat di simpulkan bahwa sarcasme adalah pengucapan yang dilakukan dengan kata-kata kasar yang diduga akan menyakiti hati orang lain. Serta mengejek,cemooh atau menyindir yang akan menyakiti hati orang lain yang dimana melanggar kesantunan dalam berbahasa.

Sehingga menimbulkan efek emosi tertentu, misalnya terhina, sakit hati,tidak enak, marah, dan lain-lain.

2.8 Perbedaan ungkapan satire dan ungkapan sarkasme

• Ungkapan satire

1. Satire memiliki dimensi moral

Satire memiliki tujuan, karena satire memiliki tujuan, maka di dalam satire biasanya tersimpan pesan moral tersembunyi. Satire memaksa pembaca mengambil kesimpulan moral melalui tulisan satirenya sendiri. Karena satire

(38)

26 bertujuan menyampaikan pesan, maka penting bagi satire untuk memiliki point yang berarti. Tidak demikian halnya dengan sarkasme.

2. Satire menargetkan masyarakat

Satire adalah karya literasi atau seni untuk menyorot kelemahan dalam pandangan masyarakat luas. Satire adalah kekurangan masyarakat yang dibalut humor dengan tujuan membawa hasil yang positif. Tujuannya adalah untuk menyadarkan masyaraakat akan kekurangannya maupun mengingatkan masyarakat akan keadaan yang lebih baik. Di sisi lain, sarkasme lebih sering menyangkut individu, biasanya dengan tujuan menghina atau menyakiti.

3. Satire adalah genre

Satire adalah salah satu genre yang sering digunakan dalam karya seni, tidak demikian halnya dengan sarkasme. Mungkin inilah penyebab para satireist seperti Plato, Erasmus, Jane Austen, Jonathan Swift, Oscar Wilde, dan Voltaire masih di perbincangkan dengan hormat sampai saat ini. Sedangkan sarkasme tidak ada hubungannya . Hanya bentuk lain dari provokasi atau penghinaan biasa.

4. Humor dalam satire

Humor adalah bagian integral yang tidak terpisahkan dalam satire.

Kemungkinan besar anda bisa menikmati sebagian besar tulisan satire dengan perasaan senang. Karena tujuan utama satire adalah membuat masyarakat menyadari kekurangan dan bisa memperbaiki diri, humor menjadi bagian penting dari satire. Sedangkan tujuan utama sarkasme adalah menunjukkan superioritas dalam argumen. Jadi humor tidak diharuskan dalam sarkasme.

(39)

27 5. Satire mengedukasi, sarkasme tidak

Sarkasme tajam dan pahit. Sarkasme lebih sering menyakiti atau menjerumuskan anda pada masalah. Satire menguntungkan dengan tujuannya yang mengarah ke perbaikan. Perbedaan terbesar antara satire dan sarkasme adalah, satire memiliki kemungkinan memacu anda dan masyarakat secara umum untuk mengedukasi dan memperbaiki diri, sedangkan sarkasme (yang secara natural berbentuk penghinaan).

Yang bisa dijadikan patokan sebuah tulisan menjadi satire paling tidak ada 2 hal yang harus dipenuhi, yakni:

1. Satire menertawakan perorangan, ide, atau institusi.

2. Satire tidak hanya bertujuan menghibur, tetapi juga memberi informasi atau membuat orang berpikir.

 Ungkapan sarkasme

1. Sarkasme adalah penghinaan, sedangkan satire adalah kritik

Satire dalam sebuah tulisan ataupun drama menyorot kekurangan. Satire adalah kritik constructive, dengan tujuan menyadarkan mereka yang peduli pada kekurangan tersebut. Di sisi lain, sarkasme adalah penghinaan diselimuti pujian yang jelas-jelas tidak bertujuan untuk memuji.

2. Sarkasme adalah celaan yang menyebalkan

Bila tujuanmu ingin menjadi orang yang menyenangkan, caranya bukan melalui sarkasme. Satire adalah humor yang cerdas, yang bertujuan menstimulasi intelektualitas pembaca untuk mengerti substansi yang ingin disampaikan.

Sedangkan sarkasme lebih sering menyudutkan seseorang.

(40)

28 3. Sarkasme menjauhkan

Sarkasme biasanya kita temui pada anak kecil yang mengamuk atau antara dua orang yang saling tidak menyukai. Sarkasme biasanya digunakan oleh para pembulli dan orang yang tidak dewasa. Sarkasme tidak membuatmu terlihat baik di mata orang lain. Justru yang sering terjadi adalah membuat target sarkasmemu semakin menjauh darimu. Bila kamu berpikir bahwa ini membuatmu terlihat seolah “pintar”, kamu salah. Sarkasme hanya membuatmu terlihat sebagai

“asshole”.

4. Sarkasme melukai

Sarkasme itu menyakitkan. Bila mau jujur, apakah anda menggunakan sarkasme pada orang yang anda cintai? Biasanya tidak. Biasanya anda menggunakan sarkasme pada orang yg tidak anda sukai. Seringkali sarkasme itu muncul dalam sebuah argumen. Dan biasanya sarkasme yang anda kemukakan memang bermaksud untuk melukai dan menyakiti.

5. Sarkasme sebagai senjata dalam debat

Sarkasme biasanya digunakan dalam sebuah pembicaraan untuk memperlihatkan superioritas dalam debat, sekaligus melemahkan lawan bicara.

Sedangkan satire biasanya digunakan untuk tujuan yang lebih baik daripada sekedar menang debat. Mungkin itu sebabnya satire lebih sering membawa hasil yang positif. Jadi, kecuali anda sedang berdebat dengan seseorang yang benar- benar tidak anda sukai, hindari sarkasme.

(41)

29 2.9 Tinjauan Pustaka

 Sejarah Koran Charlie Hebdo

Koran Charlie Hebdo merupakan koran yang penuh dengan kontroversi di kalangan Masyarakat eropa, Karena bentuk hinaan, makian, ejekan atau pun olokan dan sindiran-sindiran pedas yang terdapat dalam koran tersebut. Dengan adanya koran Charlie Hebdo tersebut itu sangat menuai emosional para masyarakat, bahkan sudah berulangkali pemboman bahkan teror di kantor Chalie Hebdo terjadi. Hingga pada akhirnya orang-orang yang terlibat dalam pembuatan karikatur tersebut akhirnya meninggal dunia di akibatkan karena koran yang diterbitkan membuat kalangan masyarakat di sekitarnya jengkel bahkan marah dan tidak bisa menerima jika agama, dunia politik dan budaya di jadikan bawan ejekan dan bahkan lebih sadisnya di jadikan sebagai bahan olok-olokan dan hinaan yang tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

Charlie Hebdo merupakan sebuah surat kabar yang telah muncul di tengah masyarakat Eropa terutama Prancis. Surat kabar satir ini tetap hadir meski cercaan terus disorotkan kepada mereka. Charlie Hebdo selalu berisi penghinaan seperti dunia perpolitikan , budaya, dan agama. Charlie Hebdo juga sifatnya mengejek dengan karikaturnya yang tidak sopan serta ungkapan yang di gunakan sangatlah kasar sehingga dapat melukai hati dan perasaan orang lain.

Charlie Hebdo atau dalam bahasa inggris di katakana Charlie Weekly adalah Koran perancis yang menampilkan kartun, laporan, polemik dan lelucon. Secara nyaring non-konformis dalam penyuaraan, publikasi memiliki kecondongan sangat antireligius dan anarkis. Berdirinya Charlie Hebdo bermula dari publikasi

(42)

30 satire lainnya bernama Hara-Kiri yang diterbitkan seacara bulanan. Dilihat dari namanya saja kontroversial, yaitu Hara-Kiri (dalam bahasa jepang berarti bunuh diri). Majalah ini memang mengkhususkan pemberitaan yang bersifat menyindir (dalam bahasa perancis satire) terutama hal-hal yang berkaitan dengan politik, ideologi, agama dan budaya. Tradisi satire terhadap politik dan agama bukan hal yang baru di Perancis. Karakter orang Perancis yang suka berdebat dalam hal-hal intelektualitas, sudah dimulai ketika bersikap apatis terhadap pemerintahan monarki-absolut yang diwariskan Louis XIV. Kalangan intelektual Perancis yang rata-rata berasal dari golongan borjuis ataupun rakyat jelata mulai berani mempublikasikan selebaran-selebaran yang berisi cemoohan terhadap keluarga kerajaan. Golongan apatis ini disebut golongan kiri yang mewakili pendukung Revolusi Perancis dan memperjuangkan pemisahan antara agama dan negara.

Pada zaman sekarang Charlie Hebdo disebut sebut sebagai perwakilan sayap kiri anti-konformis. Menurut editornya, Stéphane Charbonnier, majalah ini memang menampilkan berbagai anekdot, lelucon, polemik dari sudut pandang kalangan pluralis termasuk para golput (golongan putih).

Hara-Kiri di dirikan tahun 1960 oleh Georger Bernier dan Francois Cavanna.

Sejak kelahirannya, media tersebut sudah mendapat sebutan bodoh dan menjijikan dari pembaca. Dan pada akhirnya Hara-Kiri pun dilarang terbit pada 1966.

Kemudian pada tahun 1969, tim Hara-Kiri berniat membuat terbitan mingguan.

Mereka muncul kembali dengan nama Hara-Kiri Hebdo yang berencana mengulas masalah terkini. Hebdo berasal dari kata “hebdomadaire” yang berarti “pekanan atau mingguan” dalam bahasa Perancis. Kemudian pada tahun 1970 terjadi dua

(43)

31 peristiwa yang berujung pembentukan Charlie Hebdo. Kedua kebakaran di diskotek yang menewaskan lebih dari 100 orang dan mangkatnya mantan Presiden Perancis Charlie de Gaule. Yang di mana Hara-Kiri menerbitkan majalah mereka dengan judul yang mengejek kematian Gaulle : Bal tragique a Colombey un mort yang berarti tarian tragis di Colombey (kediaman Gaulle) satu tewas.

Saat itulah mentri dalam negeri Perancis segera melarang Hara-Kiri Hebdo terbit sehingga mereka terpaksa kembali mengubah namanya menjadi Charlie Hebdo. Nama ini terinspirasi dari komik Charlie Brown terbitan Peanut, sindikasi komik Amerika. Charlie Hebdo digambarkan sebagai tokoh protagonis yang biasanya menderita sehingga kerap gugup dan tidak percaya diri. Namun, bagi orang dalam Charlie Hebdo sendiri, nama itu adalah guyonan lokal tentang Presiden Charles de Gaulle.

Adapun orang-orang yang bersejarah dalam Charlie Hebdo tersebut diantaranya adalah :

1. Jean Cabut

Jean Cabut adalah pendiri dan kartunis, berusia 76 tahun dan merupakan kartunis dengan bayaran tertinggi di dunia. Ia belajar di sekolah seni dan karyanya pertama kali diterbitkan di sebuah surat kabar Paris pada tahun 1954.

2. Stephane „Charb‟ Charbonnier

Stephane „Charb‟ Charbonnier adalah Pemimpin redaksi dan kepala kartunis, umur 47 tahun.Ia mulai menyunting Charlie Hebdo di tahun 2009. Dua karakter kartunnya yang paling terkenal adalah Maurice dan Patapon, kucing dan anjing anti-kapitalis.

(44)

32 3. Bernard Maris

Bernard Maris adalah wakil pemimpin redaksi, berusia 68 tahun, ia adalah direktur editorial Charlie Hebdo serta penulis dan ekonom di Bank OF France. Ia menulis kolom dengan namasamaran Oncle (Paman) Bernard. Bernard juga member kontribusi pada layanan radio pemerintah Perancis „Radio France.

Gubernur Bank of France Christian Noyer, member penghormatan kepada Bernard.

4. Georges Wolinski

Georges Wolinski adalah wakil pemimpin redaksi, berusia 80 tahun, terlahir dari orang tua Yahudi di Tunisia, yang melarikan diri dari penindasan di Eropa.

Keluarganya pindah ke Perancis pada tahun 1946, 10 tahun setelah sang ayah dibunuh oleh mantan karyawannya yang tidak puas.

5. Berbard Verlhac

Berbard Verlhac dikenal dengan nama samara Tignous, karya kartunis berusia 58 tahun ini muncul di Charlie Hebdo, serta beberapa media lain seperti Marianne dan Fluide Glacial. (https://m.radioaustrali.net.au/indonesia/2015-01- 08/inilah-korban-penembakan-maut-di-kantor-charlie-hebdo)

(45)

33 BAB III

ANALISIS DATA

Pada bab ini, akan disajikan analisis data yang terdapat dalam karikatur Charlie Hebdo dengan menggunakan analisis semantik dan pragmatik. Adapun yang di analisis pada penelitian ini mengenai ungkapan satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo.

Dalam penelitian ini, akan di teliti beberapa ungkapan yang mengandung satire dan sarkasme dalam karikatur Charlie Hebdo. Hal pertama yang akan dilakukan adalah mencari data dalam Charlie Hebdo, lalu mengklasifikasikannya ke dalam beberapa kategori sesuai dengan teori semantik dan pragmatik yang digunakan.

3.1 Ungkapan Satire dalam Karikatur Charlie Hebdo Data 1

Pada karikatur di atas ada 2 orang yang sedang duduk, sedang terjadi sesuatu yang ingin di sampaikan oleh orang muslim, dikatakan sebagai orang muslim

(46)

34 karena dia memakai juba, berjenggot dan memakai peci da nada 1 orang yang memakai baju tentara membawa bom dan teropong seperti orang yang ingin terjun di medan perang. Adapun yang dikatakan oleh orang muslim tersebut pada pemuda yang memakai baju tentara di sampingnya yaitu Ta mission àl’opéra garnier est annulée artinya Misi anda untuk opera di batalkan. Kalimat tersebut merujuk pada pemuda yang memakai baju tentara tersebut karena misi untuk membom ternyata gagal . karena Ils ont déjà tout pété artinya mereka kentut.

Kalimat pété tersebut merujuk pada orang – orang yang hadir dalam acara tersebut, membom tempat tersebut. Namun semua yang sudah di rencanakan akhirnya gagal total dan orang muslim akhirnya menangkap pemuda yang memakai baju tentara tersebut dan di bawah untuk di adili atau diminta keterangan.

Pada karikatur di atas terdapat 2 orang laki-laki yang sedang duduk. Yang satu adalah seorang muslim yang memakai baju juba berwarna putih dan jenggok panjang yang sedang berada di depan computer. Sedangkan yang satunya adalah seorang pemuda dengan membawa barang jualan dengan muka yang sedih karena dia sedang di adili oleh orang yang memakai juba tersebut. Dalam gambar tersebut terlihat terjadi wawancara yang sedang di lakukan oleh orang muslim tersebut. Orang muslim tersebut berbincang mengenai ula yang di lakukan pemuda yang membawa jualan tersebut.

Berdasarkan pada karikatur di atas, terdapat kalimat Ta mission àl’opéra garnier est annulée artinya Misi anda untuk opera di batalkan. Sedangkan pada kalimat kedua Ils ont déjà tout pété artinya mereka kentut. Ada pun bentuk

(47)

35 ungkapan yang digunakan pada karikatur tersebut adalah ungkapan satire yang di tandai dengan pété artinya kentut. Ungkapan tersebut merupakan sindiran pada seseorang yaitu orang – orang yang hadir dalam acara tersebut. Namun sindiran tersebut secara halus yang di tujukan pada seseorang yang berada pada tempat tersebut.

Makna kata pété yang terdapat dalam karikatur di atas memiliki arti yaitu

„kentut‟, kata tersebut sangatlah menyindir. Dan yang di sindir adalah orang – orang yang berada dalam acara tersebut. Jika diperhatikan pada karikatur di atas dimana ada 2 orang terlihat begitu serius, pemuda yang memakai jubah, berjenggok dan memakai peci dengan seriusnya mengadili atau meminta keterangan pada pemuda yang memakai baju tentara tersebut. Sedangkan pemuda yang memakai baju tentara tersebut hanya berdiam diri dan menyesali semua perbuatanya.

Data 2

Pada karikatur diatas, ada 2 orang sepasang pengantin yang sedang melakukan pernikahan dengan berpakaian lengkap seperti pengantin pada

(48)

36 umumnya. Pernikahan tersebut merupakan pernikahan antara sesama, kenapa di katakana pernikanan antar sesame karena terlihat jelas pada karikatur di atas bahwa pernikahan tersebut dilakukan oleh 2 orang laki laki. Dikatakan laki – laki karena tangannya yang sangat berbulu lebat terlihat sangat jelas dan memiliki jenggot. Pernikahan tersebut merupakan suatu pernikahan antara sesame yang terjadi di Negara Eropa. Pernikahan sesame tersebut berlangsung dengan baik seperti pernikahan pada umumnya. Pada pernikahan tersebut juga terjadi sebuah resepsi yang dimana di adakan sebuah pesta dan berpakain seperti pakain pengantin wanita dengan memakai gaun wanita membawa bunga dan lengkap seperti apa yang di pakai pengantin wanita pada umumnya. Itu menandakan bahwa tidak ada perbedaan pendapat yang melarang adanya pernikahan sesama antara keduanya. Hanya saja yang membedakan adalah pernikahan sesama laki – laki

Berdasarkan pada karikatur di atas, kata yang merupakan bentuk ungkapan satire adala c’est Ringard artinya itu norak. Dikatakan norak karena pakaian yang di kenakan pada pengantin laki – laki tersebut sangatlah tidak sesuai dengan pakaian pengantin pada umumnya. Karena yang seharusnya di pakai khusus untuk pengantin perempuan saja bukan untuk laki – laki. Namun baginya tidak ada perbedaan yang melarangnya, sehingga 1 diantara mereka terlihat memakai gaun pengantin wanita.

Pada karikatur di atas, sangat jelas 2 orang laki – laki yang sedang memakai memakai gaun pengantin. Gaun yang di pakai berwarna putih, membawa bunga, dan memakai sepatu putih seperti pernikahan pada umumnya, sedangkan yang

(49)

37 satunya memakai baju berwarna coklat, celana berwarna coklat, dan sepatu coklat.

Keduanya terlihat begitu lengkap. Namun pada karikatur tersebut dikatakan en route vers le divorce gay yang artinya dalam perjalanan untuk penceraian. Adapun yang mengatakan tentang perceraian adalah salah satu dari mereka yaitu pemuda yang memakai baju coklat tersebut. Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa akan terjadi suatu perceraian antara keduanya yang di akibakan karena adanya ketidak cocokan di antara mereka berdua, sehingga jalan satu – satunya adalah mengabil jalur perceraian

Makna kata Ringard yang terdapat dalam karikatur di atas memiliki arti yaitu

„norak‟, dari kata tersebut yang di sindir dengan kata norak adalah pernikahan antara sesama tersebut. Dalam ungkapan tersebut di jelaskan bahwa di negara eropa sendiri orang-orang menganggap pernikahan sesama itu biasa-biasa saja, walaupun dikatakan norak karena tidak sesuai dengan ajaran yang sebenarnya, itu tetap di lakukan. Karena baginya pernikahan antar sesama itu telah di ilegalkan dan sudah banyak di Negara – Negara lainnya yang sudah menetapkan dan menyepakati adanya pernikahan antara sesama, termasuk di Negara eropa itu sendiri.

(50)

38 Data 3

Pada karikatur, diatas ada 2 yang terlihat berada di atas air. Pemuda yang 1 mengenakan pakaian juba dan berjenggok sedang berjalan diatas air. Sedangkan yang 1 adalah anak muslim tenggelam di dalam air. Saat pemuda tersebut sedang berjalan diatas air, pemuda tersebut melihat anak muslim tenggelam sehingga pemuda tersebut menghampiri. Adapun kata yang menunjukkan bahwa orang – orang Kristen berjalan diatas air adalah Les chrétiens marchent sur les eaux.

Maksud darii kalimat tersebut adalah di Negera eropa itu sendiri yang paling berkuasa adalah orang – orang Kristen karena di Negara eropa tersebut yang lebihdominan adalah orang – orang kristen.

Pada karikatur diatas terdapat kalimat la prevue qui l’europe est chrétienne yang artinya bukti bahwa orang eropa adalah orang Kristen dan pada kalimat selanjutnya Les chrétiens marchent sur les eaux artinya orang – orang Kristen berjalan di atas air. Sedangkan Les enfants musulmans artinya anak-anak muslim tenggelam.

Referensi

Dokumen terkait

Ungkapan (1) dan (2) tersebut di atas merupakan suatu sindiran yang disampaikan kepada seseorang dengan menggunakan kata kiasan yang bernada humor, namun menyakitkan bagi orang

Ungkapan di atas merupakan ungkapan yang menggunakan bahasa kasar. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kata “dasar”. Penulis meneuliskan ungkapan tersebut dengan tujuan

Ungkapan di atas merupakan ungkapan yang menggunakan bahasa kasar. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kata “dasar”. Penulis meneuliskan ungkapan tersebut dengan tujuan

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) sarkasme yaitu penggunaan kata pedas untuk menyakiti orang lain : cemoohan atau ejekan kasar. Namun pada Impoliteness

Penggunaan 23 kutipan, 13 kata, 2 kalimat yang termasuk dalam bentuk- bentuk gaya bahasa sarkasme yang menjadi objek penelitian yang terdapat dalam film The Raid bermakna kasar, cacian,

Hasil penelitian menunjukkan gaya bahasa sarkasme dalam film Lara Ati Karya Bayu Skak terdapat 23 data bentuk dan makna gaya bahasa sarkasme yang terdiri dari ejekan dan sindiran..

2 Berdasarkan hasil dari analisi data makna dalam ungkapan sindiran bahasa jawa halus dan jawa kasar yang ada pada masyarakat desa sidorejo yaitu memiliki makna yang beragam dalam

Terdapat 19 data dialog dari film tersebut yang menggunakan 6 jenis gaya bahasa sindiran, yaitu 4 bentuk ungkapan sinisme, 3 ungkapan berbentuk ironi, 11 ungkapan sarkasme, 1 ungkapan