• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis ungkapan sarkasme dalam Bahasa jawa di desa Mekar Jaya: kajian sosiolinguistik

N/A
N/A
ahadianto

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis ungkapan sarkasme dalam Bahasa jawa di desa Mekar Jaya: kajian sosiolinguistik "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis ungkapan sarkasme dalam Bahasa jawa di desa Mekar Jaya: kajian sosiolinguistik

Ahadianto_i1b120022

Program studi Sastra Indonesia Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

Ahadia2001@gmail.com.

Abstrak

Kata kunci:

Pendahuluan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia untuk menyampaikan sesuatu. Tanpa bahasa tidak akan terjalin interaksi antarmanusia karena manusia merupakan mahluk social yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Menurut lindgren, bahasa merupakan perekat masyarakat. Selain itu, Broom

(2)

dan Selznik juga menyebutkan bahasa sebagai faktor penentu penciptaan masyarakat manusia (Indah & Abdurrahman, 2008).

Manusia mengenal Bahasa ketika mulai sejak lahir hingga manusia terseut dijembut oleh ajalnya, hal ini dikarenakan seperti yang telah disamaikan diatas bahwa Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang penting sebagai bentuk alat untuk berkomunikasi antara manusia satu dengan manusia yang lanya. Bahasa yang di kenal sejak lahir adalah Bahasa ibu, dimana bahasaibu pada umunya juga bias disebut dengan Bahasa daerah. Pada umunya, dalam konteks penggunaan Bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Indonesia adalah menggunakan Bahasa ibu hal ini sejalan dengan pendapat Dardjowidjojo (2012: 242) mengartikan bahasa sang ibu sebagai

“bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses pemerolehan bahasa ibunya”. Hal ini memang sesuai dengan kehidupan realitanya, dimana dalam pemerolehan Bahasa ibu pada dasarnya memang diperlukan peran orang dewasa yang bias menggunakan Bahasa ibu tersebut. Sedangkan pada saat tertentu masyarakat menggunakan Bahasa formal yaitu Bahasa pemersatu kita yakni Bahasa Indonesia.

Bahasa ibu sering dikaitkan dengan Bahasa daerah yang ada di Indonesia, yang dimana notabenya Bahasa daerah di Indonesia itu sangatlah beragam, hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang sangat multikultural. Diantara banyaknya Bahasa-bahasa yang ada di indoesia adalah Bahasa jawa, Bahasa jawa adalah Bahasa daerah yang digunakan oleh para masyarakat jawa ketika berbicara dengan sesame orang yang bersukukan jawa hal ini sejalan dengan pendapat Mulyana (2008: 234) menjelaskan bahwa “bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari antara seseorang dengan orang lain oleh masyarakat Jawa”. Selain dari Bahasa jawa merupakan salah satu Bahasa daerah dengan pemakai terbanyak hal ini sesuai dengan pendapat Kartini (2006: 121)

“Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia, yang apabila dilihat dari jumlah pemakainya terbesar dibanding bahasa daerah yang lain”. Hal ini dikarenakan masyarakat jawa merupakan salah satu suku yang terbesar dan paling banyak di Indonesia, bahkan berdasarkan sensur penduduk masyarakat tidak hanya menetap di pulau jawa saja namun hingga hamper di seluruh pulau yang ada di Indonesia terdapat masyarakat suku jawa.

(3)

Era globalisasi yang semakin pesat membuat bahasa mengalami perkembangan.

Masyarakat yang semakin kompleks menggunakan bahasa yang berbeda. Dimulai dengan anak-anak hingga orang dewasa, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan memiliki kekhasan bahasa yang digunakan (Ibda, 2017). Hal ini disebabkan adanya teknologi komunikasi yang mudah diakses. Adanya kemudahan tersebut, membuat masyarakat mudah menerima informasi dan komunikasi. Perilaku berbahasa mencerminkan kepribadian seseorang. Pemerolehan bahasa diperoleh dari berbagai faktor, yaitu keluarga, lingkungan, dan teman (Anggraini, 2020). Dalam suatu lingkungan terdapat bahasa yang baik dan juga bahasa yang buruk (negatif). Berbahasa yang baik dapat mempengaruhi lingkungan. Sebaliknya, berbahasa kasar juga akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Dapat dikatakan, lingkungan bahasa memberikan gambaran bahwa bahasa dapat tumbuh dan berkembang untuk digunakan penuturnya.

Berbicara mengenai Bahasa yang kasar tentu saja tak luput dengan kata istilah sarkasme dimana menurut (Suryaningsih, 2021). Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengolok-olok kasar, sindiran kasar yang dapat melukai hati dan kurang enak didengar Sarkasme yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat kendal ini sendiri muncul bukan hanya berfungsi menyakiti hati orang lain saja. Kegiatan yang dilakukan dalam keseharian tidak hanya tentang menyakiti hati. Ada juga kegiatan humor selingan untuk menghilangkan kepenatan rutinitas hidup. Dalam hal ini bisa berfungsi sebagai humor, sindiran, mengkritik, dan menggunjing. Sarkasme bisa dijumpai pada masyakat disekitar kita, ungkapan sarkasme sangat sering kita jumpai baik dimanapun itu kita berada, terutama pada masyarakat jawa yang memang sudah terkenal dengan banyak nya ngkapan-ungkapan yang digunakan oleh para pengguna Bahasa jawa.

Metode penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif, yaitu penelitian dilakukan pada objek yang alamiah, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut (Fahruraji, 2022).

Unit analisis yang dikaji pada penelitian ini ialah ungkapan sarkasme dalam bahasa jawa di desa Mekar Jaya, yang ditinjau dari segi bentuk dan faktor yang memengaruhi.

Sumber-sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data lisan berupa ungkapan sarkasme yang digunakan dalam pergaulan masyarakat jawa, buku, artikel, dan internet

(4)

yang relevan dengan topik penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara pemuda masyarakat jawa dari desa mekar jaya, kemudian dideskprisikan dalam bentuk pengidentifikasian bahasa sarkasme yang menjadi temuan. Sedangkan, data sekunder didapatkan melalui dokumen tertulis dari literatur atau penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan teknik editing (menghimpun dan mengecek data), organizing (mencatat dan manyajikan fakta), dan founding (analisis temuan data), sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik analisis data Miles dan Huberman, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan pembahasan a. Hasil

Desa Mekar Jaya merupakan suatu desa yang terletak di kecamatan betara, kabupaten Tanjung Jabung

Barat, provinsi Jambi. Desa mekar jaya memiliki luas wilayah sebesar 19,67 km, dengan berjumlahkan penduduk sebanyak 2.758 jiwa berdasrakan sumber sensus tahun 2020.

Berdasrkan sejarahnya desa mekar jaya merupakan pemekaran dari desa teluk sialan kecamatan tungkal ilir, karena desa teluk sialang terlalu luas dan juga karena perkembangan atau padatnya penduduk di desa teluk sialang ini, maka diadakanlah pemekaran menjadi 3 bagian desa dari pemekaran desa Teluk Sialang, kemudian dari desa Teluk Sialang ini terdapat 3 nama desa dari hasil pemekaran tersebut yaitu desa Harapan Jaya, Mekar Jaya dan Makmur Jaya.

Setelah 3 tahun dimekarkan kembali menjadi desa Mekar Jaya, dan Sungai Terap. Desa Mekar Jaya ini pun sebenar nya tidak langsung bernama desa mekar jaya, karena adanya voting dari kelompok masyarakat setempat atau di sebut juga dusun, di dalam mekar jaya ini terdapat 3 dusun yaitu dusun Sukarejo, Trijaya, dan Harapan Jaya dari 3 dusun ini mengajukan nama untuk gabungan dari 3 dusun ini untuk membentuk satu desa.

(5)

Suku jawa mendominasi menjadi mayoritas pada desa ini, hal ini dikarenakan suku jawa telah mendiami di desa ini sejak lama, maka dari itu desa mekar jaya memiliki kebudayaan dak aktivitas sosial yang berkaitan erat dengan kebudayaan jawa.

b. Pembahasan.

penelitian ini menggunakan bentuk sarkasme menurut Riza et al., (2022) yang dibedakan menjadi 5, terdiri dari:

1. sarkasme sifat ialah menyampaikan karakteristik buruk seseorang atau kelompok melalui penggunaan kata atau frasa yang kasar.

2. sarkasme tindakan ialah ungkapan kasar terhadap suatu tindakan oleh seseorang atau kelompok yang dianggap tidak menyenangkan.

3. sarkasme hasil dari tindakan ialah ungkapan mengolok-olok seseorang atau kelompok atas hasil dari tindakan yang telah dilakukan dinilai tidak memuaskan.

4. sarkasme himbauan ialah gaya bahasa sarkasme yang menonjolkan himbauan kasar terhadap seseorang atau kelompok.

5. sarkasme sebutan ialah kalimat kasar atau bernada mengejek dengan sebutan yang tidak sopan kepada seseorang atau kelompok tertentu.

Berdasarkan data yang telah didapatkan di lapangan, mendapatkan hasil penggunaan sarkasme Bahasa jawa di desa mekar jaya.

Berikut ini akan diuraikan beberapa bahasa sarkasme dalam Bahasa jawa di kalangan masyarakat desa mekar jaya dalam bentuk analisis. Analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan bahasa sarkasme yang ditemukan, agar para pembaca dapat memahami makna yang terselubung dalam bahasa sarkasme tersebut.

Table 1. data sarkasme Bahasa jawa N

o

kata Arti Ungkapan sarkasme Bahasa jawa 01 Asu Anjing terah wong kae sifat e koyo asu

(narasumber)

02 Celeng Babi Celeng men we wi (narasumber) 03 Genjek Anak babi ocah kok rupanae koyo genjek

(6)

kebonan

04 Congor Mulut Congormu lek ngomong seng nggenah

05 Ketek Monyet Raimu mirip ketek ngono

06 Wedus Kambing Pawakan koyo wedus ngono sok gembagus

07 Jaran Kuda Jaran tenan ok we wi

08 Kirek Anjing Jan kirek terah e dino ki

09 Jangkrik Jangkrik Jangkrek tenan terah e motor ki 10 Picek Buta Picek po piye we wi cok

11 Budeg Tuli kupingmu wi ancene budeg opo jamuren

12 Pincang Pincang Mbiahmu pincang kuwi

13 Sangkil Mbahmu sangkil kuwi

14 Cengoh Goblok nilai rapor mu kok elek men, dasar cengoh e ram

15 Slendro Juling Ayu matamu slendro kuwi, nggenah- nggenah elek ngono.

16 Matamu Matamu jane matamuwi ndelok po ora to, mlaku kok mblangar waae

17 Ndasmu Kepalamu awas wae ne kora mbok tukoke, tak tempiling ndasmu

18 Raimu Mukamu Ancene raimu ra nduwe isin ok 19 Cangkemu Mulutmu Cangkemu iso meneng pora 20 Tokormu Kakimu Tokormu malang nang tengah

lawang wi lo

21 Gendeng Gila Cah gendeng we

22 Edan Gila Edan tena n aku nginiki sui-sui 23 Gemblong Gila Cah gemblong ka eke ojo di eloni 24 Jancok Sialan Jancok tenan terah e kayu ki 25 Pejoh Sperma Pejoh tenan we ki terah e

26 Gatel Gatal Jampot bocah ancene gatel tenan 27 Kakekanmu Kakekmu Mbok piker dalane kakekanmu po

piye

28 Mbahmu Kakekmu Mbahmu mati kuwi

29 Bapakanmu Bapakmu Ndang gek omongo bapakanmu kono

(7)

30 Cakrikanmu Seperti kamu

Cakrikan mu ngunuwi opo yo wani

Data 01

Pada data diatas terdapat ungkapan sarkasme sifat yaitu terah wong kae sifat e koyo asu yang beratikan dalam Bahasa Indonesia “memang orang itu sifat nya seperti anjing”. Ungkapan tersebut dilontarkan karena rasa kesal seseorang terhadap orang lain yang di anggap sifatnya menyerupai anjing, namun ungkapan tersebut dilontarkan secara tidak langsung kepada mitra tuturnya.

Data 02

Pada data di atas terdapat bentuk ungkapansarkasme sarkasme tindakan yaitu celeng men we wi ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “babi sekali sih kamu itu”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk rasa kesal dari seseorang mitra tuturnya dikarenakan suatu hal, dan ungkapan tersebut tersontak secara refleksitas bukan karena mitra tutur memiliki sifat yang menyerupai babi.

Data 03

Pada data di atas terdapat bentukungkapan sarkasme tindakan yaitu: bocah kok rupanae koyo genjek kebonan ungkapan tersebut memiliki arti dalam bahasa indonesia yaitu “bocah kok bentukanya mirip anakan babi kebun”. Ungkapan tersebut erupakan bentuk rasa ungkapan rasa kesal orang tua kepada anaknya yang baru saja bermain tanah hingga membuatnya menjadi kotor seperti anakan babi yang dikebun.

Data 04

Pada data di atas terdapat bentuk ungkapan sarkasme himbauan yaitu: congormu lek ngomong seng nggenah ungkapan tersebut memliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu “mulutmu kalau bicara yang benar”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk himbauan terhadap seseorang yang memberikan informasi yang masih belum jelas, dimana informasi tersebut tentang suatu hal yang kurang mengenakan.

(8)

Data 05

Pada data di atas terdapat bentuk ungkapan sarkasme sebutan yaitu: raimuu mirip ketek ngono ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “mukamu mirip monyet gitu”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk ejekan atau hinaan terhadap rekan atau teman yang memang sudah akrab, diaman teman yang dimaksudkan adalah teman sebaya, pada ungkapan tersebut tidak ada unsur emosi atauppun kekerasan hanya saja kekesalan yang diselingi dengan candaan.

Data 06

Pada data di atas terdapat bentuk ungkapan sarkasme sebutan yaitu pawakan koyo wedus ngono sok gembagus ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “modelan mirip kambing aja sok kegantengan”. Ungkapan tersebut merupan bentuk ejekan pada seorang teman yang memang sudah mempunya kedekatan akrab, ungkapan tersebut hanya digunakan untuk mengejek ataupun menyindir seseorang kepada temanya.

data 07

pada data di atas terdapat sebuah ungkapan sifat yaitu jaran tenan we wi ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “kudan tenan emang kamu itu”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk ungkapan sarkasme yang mengatakn mitra tuturnya memiliki sifat-sifat kuda, ungkapan tersebut di ungkapan dalam bentuk rasa kesal kepada mitra tutur.

Data 08

Pada data di atas terdapat sebuah ungkapan tindakan yaitu: jan kirik tenan dino ki ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “memang anjing hari ini”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk sarkasme tindakan dengan mengumpat kepada keadaan atau cuaca hari ini, dimana cuaca hari ini yang tidak begitu diharapkan dari si penutur, ungkapan tersebut dituturkan dengan cara enosi dan mengatakan dengan nada yang kasar.

(9)

Data 09

Pada data di atas terdapat bantuk ungkapan sarkasme tindakan yaitu jangkrik tenan terah motor ki ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “ jankrik memang ini motor”. Pada ungkapan tersebut merupakan bentuk ungkapan memaki sebuah sepeda motor yang dinilai kurang memuaskan untuk dipakai, dan penutur memaki motor tersebut karena sepeda motor tersenut mogok. Ungkapan makian tersebut di ungkapkan dengan keadaan kesal.

Data 10

Pada data di atas terdapat bentuk ungkapan sarkasme tindakan yaitu: picek po piye we wi cok ungkapan sarkasme tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu : “buta atau gimana kamu ini”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk ungkapan yang di ungkapkakn kepada temans yang memang sudah terdapat jalinan akrab, konteks ungkapan tersebut ketika seorang rekan penutur tersandung ataupun menabrak sesuatu.

Data 11

Pada data di atas merupakan bentnuk ungkapan sarkasme hasil tindakan yaitu:

kupingmu wi ancene budeg opo jamuren ungkapan tersebut memilki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “kupingmu itu memang tuli atau jamuran?.” Ungkapan tersebut merupakan bentuk ungkapan yang di tuturkan dengan rasa kesal dari penutur kepada mitra tutur nya yang sudah di panggil namnya beberapa kali ternyata mitra tuturnya sedang mengenakan headseat ataupun tidak mendengar.

Ungkapan ini di ungkapkan dengan kesal dan dongkol.

Data 12

Pada data diatas merupakan bentuk bentuk ungkapan sarkasme sebutan yaitu mbiahmu pincang kuwi ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu : “mbahmu pincang itu”. Ungkapan sarkasme tersebut merupakan bentuk ungkapan dengan memberikan sebutan yang kurang sopan dan dinilai

(10)

memberikan kesan memberikan hinaan terhadap keluarga si mitra tutur.

Ungkapan ini di tuturkan dalam keadaan kesal.

Data 13

Pada data diatas merupakan bentuk ungkapan sarkasme sebutan yaitu mbahmu sangkil kuwi ungkapan tersebut memili arti dalam Bahasa Indonesia yaitu:

“mbahmu pincang itu”. Ungkapan ini memang memiliki arti yang sama dengan ungkapan pada data 12 dan penggunanya pun sama, namun memiliki beda maksud apabilah pada data 12 di ungkapkan dengan keadaan kesal sedangkan pada data 13 di ungkapkan dengan keadaan bercanda.

Data 14

Pada data diatas merupakan bentuk ungkapan sarkasme hasil tindakan yaitu nilai rapor mu kok elek men, dasar cengoh e ram ungkapan tersebut memiki arti dalam Bahasa Indonesia yaiu: “nilai rapor kamu kok jelek banget, dasar gobloknya kebangetan”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk dari hasil tindakan nilai rapor yang jelek dari seorang anak, dan kemudian orang tuanya memaki dengan menggunakan kata ungkapan yang sangat dinilai kurang etis terhadap perkembangan anak. Ungkapan tersebut di tuturkan dengan keadaan marah.

Data 15

Pada data diatas merupakan ungkapan sarkasme tindakan yaitu Ayu matamu slendro kuwi, nggenah- nggenah elek ngono.ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “cantik matamu juling itu, sudah jelas-jelas jelek gitu”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk ungkapan sarkasme tindakan yaitu ketika mitra tutur mengatakan bahwa wanita yang diliatnya cantik, namun menurut si penutur wanita yang baru saja di bilang cantik tersebut sangatlah jelek.

Data 16

(11)

Pada data diatas merupakan bentuk ungkapan sarkasme hasil yaitu: jane matamuwi ndelok po ora to, mlaku kok mblangar wae ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu: “sebenarnya matamu itu liat atau tidak, jalan kok ngawur aja”. Ungkapan tersebun merupakan bentuk sarkasme hasil, dimana pada ungkapan tersebut penutur sangat marah karena mitra tutur berjalan tanpa lihat-lihat sekelilingnya alhasil menabrak penutur. Ungkapan tersebut di tuturkan dengan keadaan kesal dan bias jadi marah.

Data 17

Pada data diatas merupakan bentuk ungkapan sarkasme himbauan yaitu: awas wae ne kora mbok tukoke, tak tempiling ndasmu makian tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu : “awas saja kalua tidak kamu belikan , aku tampar kepalamu”. Ungkapan tersebut merupakan ungkapan sarkasme yang memberikanhimnauan dari penutur kepada mitra tutur, dimana penutur memerintahkan kepada penutur agar membelikan sesuatu, dan kemudian ketika memberikan uang si oenutur memberikan ungkapan demikian.

Data 18

Pada data diatas merupakan bentuk ungkapan sarkasme sebutan yaitu: ancene raimu ra nduwe isin ok ungkapan tersebut memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, makna idiomatikal penggunaan leksikon makan dalam ungkapan bahasa Indonesia berjumlah 80 data yang terdiri dari 39 idiom penuh dan 41 idiom

Objek penelitian ini berupa gaya bahasa sarkasme pada kompetisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Season 4 di Kompas TV episode bulan Maret-Mei 2014. Teknik pengumpulan data dalam

Adapun tujuan dalam penelitian ini: (1) mengkaji bentuk lingual pemakaian kata hati dalam ungkapan bahasa Indonesia; (2) menganalisis makna idiomatikal pemakaian kata hati

Dalam bahasa Indonesia pun lazim dijumpai pemilik barang meminta diingatkan kembali lewat media tekstual atau telepon genggam, sedangkan pada percakapan berbahasa Jepang,

Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat vitalitas bahasa karena masyarakat Rejoyoso adalah masyarakat bilingual, prestise terhadap bahasa daerah, pilihan

Bentuk fungsi bahasa yang terdapat dalam caption postingan akun Instagram @Zaskiaadyamecca didominasi dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri dengan jumlah

No Data Peserta Tutur Variasi bahasa yang terjadi 26 Penutur 1: Yudi Evandi Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Bahasa Serawai dialek Seluma Waktu dan Tempat: Pagi hari pukul

2 Berdasarkan hasil dari analisi data makna dalam ungkapan sindiran bahasa jawa halus dan jawa kasar yang ada pada masyarakat desa sidorejo yaitu memiliki makna yang beragam dalam