• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Tentang Kawasan Tanpa Rokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengetahuan Tentang Kawasan Tanpa Rokok "

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI ANALISA FAKTOR KEPATUHAN REMAJA TERHADAP PERATURAN

DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI SEKOLAH WILAYAH KECAMATAN BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA

Oleh :

MUHAMMAD FIKRI HADJU C11114350

Pembimbing :

dr. MUHAMMAD HUSNI CANGARA, Ph.D, Sp.PA, DFM

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

ii

PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Skripsi dengan judul “Analisa Faktor Kepatuhan Remaja Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah Wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba” telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :

Hari/Tanggal : Rabu/ 22 November 2017 Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Pembimbing,

dr. Muhammad Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA, DFM NIP. 19770409 200212 1 002

Panguji 1 Penguji 2

NIP. 19670718 199903 1 002 NIP. 19670429 199202 2 002

Dr. dr. Berti Julian Nelwan, DFM., M.Kes., Sp.PA Dr. dr. Rina Masadah, Sp.PA, M.Phil, DFM ,

(3)

iii

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Skripsi dengan judul :

Analisa Faktor Kepatuhan Remaja Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah Wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

Makassar, November 2017

Pembimbing,

dr. Muhammad Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA, DFM NIP. 19770409 200212 1 002

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar hasil di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul :

“Analisa Faktor Kepatuhan Remaja Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah Wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba”

Hari/Tanggal : Senin/ 13 November 2017 Waktu : 13.00 WITA

Tempat : Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

Makassar, 13 November 2017

Pembimbing,

dr. Muhammad Husni Cangara, Ph.D, Sp.PA, DFM NIP. 19770409 200212 1 002

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang berupa tulisan, data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan akademik lainnya.

Makasaar, 13 November 2017

Muhammad Fikri Hadju C11114350

(6)

vi

ANALISA FAKTOR KEPATUHAN REMAJA TERHADAP PERATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI SEKOLAH WILAYAH KECAMATAN

BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA

ABSTRAK

Latar Belakang : Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang menimbulkan dampak yang buruk bagi si perokok dan orang-orang disekitarnya. Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah perokok pemula dan menjaga kesehatan lingkungan dari asap rokok. Pada tahun 2015, Kabupaten Bulukumba menetapkan Peraturan Daerah No. 2 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observartional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling dengan total 97 orang. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan p value = 0,05 menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba pada bulan Agustus – September 2017.

Hasil : Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 97 siswa yang merokok terdapat 54 orang yang patuh (59,5%) dan 43 orang yang tidak patuh (40,5%). Tidak terdapat hubungan antara latar belakang perilaku merokok (0,510), pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok (0,106), pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok (0,258), sikap kepala sekolah/ penanggung jawab (0,572) dan adanya hubungan terbalik antara tersedianya sarana dan prasarana (0,003) terhadap kepatuhan remaja pada peraturan kawasan tanpa rokok.

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara latar belakang perilaku merokok, pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok, pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok, sikap kepala sekolah/penanggung jawab, tersedianya sarana dan prasarana terhadap kepatuhan remaja pada peraturan kawasan tanpa rokok di sekolah SMA/sederajat di Kacamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

Kata kunci : Kawasan Tanpa Rokok, Kepatuhan, Remaja

(7)

vii

ANALYSIS OF ADOLESCENT FACTORS TO REGULATION OF NON SMOKING AREA IN SCHOOL SUB-DISTRICT OF BULUKUMPA

DISTRICT OF BULUKUMBA ABSTRACT

Background : Smoking is a habit that had a bad impact on the smoker and the people around him. The Non smoking area is a government effort to reduce the number of beginner smokers and maintain environmental health from cigarette smoke. In 2015, the District of Bulukumba stipulates Regional Regulation No. 2 about Non Smoking Area.

Objective : To know the factors of adolescent adherence to Regulation of Non Smokng Area in school Sub-District of Bulukumpa District of Bulukumba.

Method : This research is an observational analytic study with cross sectional study design. Sampling was done by quota sampling with total 97 people. Data analysis using Chi-square test with p value = 0,05 using SPSS program. This research was conducted in Bulumpa sub-district in August – September 2017.

Results : The results of this study indicate that of 97 students who smoked there were 54 obedient peple (59m5%) dan 43 disobedient people (40,5%). There is no correlation between background of smoking behavior (0,510), knlowledge about danger of cigarette content (0,106), knowledge of non smoking area (0,258), principal/ responsibility attitude (0,572) and existaence of inverse and infrastructur (0,003) to adolescent adherence to non smoking area regulation.

Conclusion : there is no correlation between background of smoking behavior, knowledge about danger of cigarette content, knowledge about non smoking area, atitude of principal/ responsibitlity, availabililty of facilies and infrastructure to adolescent obedience to non smoking area regulation in high school / equal in Sub- district of Bulukumpa District of Bulukumba.

Keyword : Non smoking area, obedience, adolescent.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka penyelesaian studi di semester akhir dalam mengikuti jenjang preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Shalawat serta salam senantiasa tercurah atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqamah di jalan Islam.

Dengan rahmat dan petunjuk Yang Maha Kuasa, kemudian disertai usaha, doa, serta arahan dan bimbingan dokter pembimbing, maka skripsi yang berjudul

“Analisa Faktor Kepatuhan Remaja Terhadap Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah Wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis menemui hambatan–

hambatan, tetapi atas izin Allah kemudian bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat teratasi.

Dengan tulus ikhlas dan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT kemudian orangtua tercinta Ayahanda Veni Hadju dan Helmi Arbie atas doa, ketulusan, dan kasih sayangnya selama ini, serta kepada saudaraku-saudaraku tersayang atas perhatian, motivasi dan bantuan selama ini.

Ucapan terima kasih penulis haturkan pula kepada :

(9)

ix

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, para Pembantu Dekan, staf Pengajar, dan tata usaha yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

2. dr. Muhammad Husni Cangara, Ph.D., Sp.PA., DFM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan berbagai bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan dan membantu kami dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

3. Dr. dr. Berti Julian Nelwan, DFM., M.Kes., Sp.PA selaku penguji dalam skripsi ini yang telah meluangkan waktunya untuk turut memberikan perbaikan ataupun saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. dr. Rina Masadah, Sp.PA, M.Phil, DFM selaku penguji dalam skripsi ini yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran yang membangun kepada penulis.

5. dr.Tjiang Sari Lestari selaku KPM Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

6. Staf pengajar dan karyawan Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Pimpinan, staf pengajar, dan seluruh karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

7. Rekan-rekan seperjuangan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2014 (Neutrof14vine) atas kebersamaan, bantuan, dan motivasi selama ini.

8. Teman-teman sepembimbing Gianina Helena, Astri Dewi, dan Lukman yang telah berjuang bersama dalam penyelesaian skripsi ini.

(10)

x

9. Seluruh pihak yang tidak sempat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa berkontribusi dalam perbaikan upaya kesehatan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, November 2017

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

Table of Contents

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Rokok ... 6

2.1.1 Pengertian Rokok ... 6

2.1.2 Kandungan Rokok ... 7

2.2 Peraturan Kawasan Tanpa Rokok... 7

2.2.1 Penjelasan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok 7 2.2.2 Penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 10

2.3 Teori Kepatuhan ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...16

3.1 Konsep Penelitian... 16

3.2 Hipotesis Penelitian ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ...18

4.1 Rancangan Penelitian ... 18

(12)

xii

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 18

4.3.1 Populasi Penelitian ... 18

4.3.2 Sampel Penelitian ... 18

4.4 Variabel Penelitian ... 19

4.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ... 21

4.6 Analisis Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN ...22

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22

5.2 Karakteristik Demografi Responden ... 22

5.3 Pengaruh Latar Belakang Perilaku Merokok terhadap Kepatuhan ... 23

5.4 Pengaruh Pengetahuan Tentang Bahaya Kandungan Rokok terhadap Kepatuhan ... 25

5.5 Pengaruh Pengetahuan Tentang KTR terhadap Kepatuhan ... 26

5.6 Pengaruh Tersedianya Sarana dan Prasarana terhadap Kepatuhan ... 27

5.7 Pengaruh Perilaku Merokok Kepala Sekolah/Penanggung Jawab terhadap Kepatuhan 28 5.8 Pengaruh Sikap Kepala Sekolah/Penanggung Jawab terhadap Kepatuhan ... 29

BAB 6 PEMBAHASAN ...31

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...36

7.1 Kesimpulan ... 36

7.2 Saran ... 36

Daftar Putaka ...38

Lampiran 1 ...40

Lampiran 2 . Lembar pengantar penelitian ...41

Lampiran 3 . Lembar kuesioner penelitian ...42

Lampiran 4. Lembaran skoring kuesioner ...48

Lampiran 5. Hasil Data ...52

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Karakteristik Responden ... 23

Tabel 5.2. Pengaruh Latar Belakang Perilaku Merokok ... 24

Tabel 5.3. Pengaruh Pengetahuan Tentang Bahaya Kandungan Rokok ... 25

Tabel 5.4. Pengaruh Pengetahuan Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 26

Tabel 5.5. Pengaruh Tersedianya sarana dan prasarana ... 28

Tabel 5.6. Pengaruh Perilaku Merokok Kepala Sekolah/ Penanggung Jawab ... 29

Tabel 5.7. Pengaruh Sikap Kepala Sekolah/Penanggung Jawab ... 30

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi si perokok dan orang-orang disekitarnya (Soetjiningsih, 2010). Merokok banyak disukai oleh semua kalangan, baik orang tua maupun remaja, walaupun sebagian besar dari mereka mengetahui akibat buruk dari rokok.

Merokok memberikan konsekuensi yang signifikan baik kesehatan fisik, psikologis serta ekonomis. Dampak merokok terhadap kesehatan telah diketahui secara luas. Lebih dari 4.000 bahan kimia telah diidentifikasi dalam asap tembakau. Banyak di antarnya beracun, beberapa bersifat radioaktif. Lebih dari 40 diketahui menyebabkan kanker. Bahan-bahan kimia ini terutama terkonsentrasi di dalam tar, yaitu cairan cokelat lengket yang terkondensasi dari asap tembakau.

Tembakau menghasilkan begitu banyak bahan kimia karena sangat tingginya suhu (sampai 900° C) yang ditimbukan di ujung rokok yang menyala ketika dihisap oleh perokok (Crofton dan Simpson, 2009).

Merokok juga menyebabkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kosen pada 2010 bahwa 12,7% kematian akibat penyakit yang terkait dengan merokok, dengan total 190.260 jiwa terdiri dari 100,680 jiwa laki-laki dan perempuan sebesar 89.580 jiwa. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh rokok di Indonesia mencapai Rp.

245,41 Trilyun (53,20%) dan produkivitas yang hilang akibat kesakitan dan disabilitas terkait merokok sebesar Rp. 105,3 Trilyun (40,60%). Biaya untuk

(15)

2

rawat inap sebesar Rp. 1,85 Trilyun (5,51%) dan biaya untuk rawat jalan sebesar Rp. 0,26 Trilyun (0,96%) (Kosen, 2012). Beban ekonomi yang terkait dengan tembakau ini hampir 4 kali lipat lebih besar daripada pendapatan negara dari cukai rokok tahun 2010 ( Rp. 63,2 Trilyun).

Prevalensi perokok di Indonesia adalah terbesar ke 3 dunia setelah Negara Cina dan India. Menurut survey WHO pada tahun 2002, jumlah perokok di Indonesia sangat mengkhawatirkan, lebih dari setengah populasi merupakan perokok aktif, terdapat 63,5% perokok laki-laki, dan 4,5% perokok perempuan.

Ditemukan juga bahwa sekitar 69,1 % pria Indonesia berusia 20 tahun atau lebih merokok secara reguler dengan jumlah yang lebih tinggi di daerah pedesaan yaitu 74% (Jamal, 2006).

Anak-anak dari keluarga merokok cenderung mengikuti jejak yang sama dengan orang tuanya. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok atau obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dan yang mempunyai pengaruh paling kuat yaitu orang tuanya sendiri sebagai figur perokok dil ingkungannya (Nasution, 2007). Dan menurut Sumiyati (2007), faktor orang tua yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja adalah 20,41%.

Pemerintah berupaya untuk mengurangi jumlah perokok pemula melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Pasal 25 PP 109 Tahun 2012 dengan jelas dikatakan setiap orang dilarang menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, kepada anak di bawah usia 18 tahun, dan kepada perempuan hamil. Pada pasal 26 dikatakan pemerintah melakukan

(16)

3

pengendalian iklan produk tembakau. Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015 sampai 2019, ditargetkan bisa menurunkan jumlah perokok pemula dari angka 7 lebih mnjadi 5,2%. Tetapi pada tahun 2016 angkanya naik menjadi 8,8% (Depkes, 2017)

Pada tahun 2014, telah terdapat 127 kabupaten / kota di 32 provinsi yang memiliki Peraturan Darah (Perda) terkait Kawasan Tanpa Rokok. Langkah ini sangat penting demi melindungi masyarkat dari ancaman gangguan kesehatan akibat lingkungan yang tercemar asap rokok (Depkes, 2014). Pemerintah Kabupaten Bulukumba juga telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) No. 2 Tahun 2015 tentang kawasan tanpa rokok, yang bertujuan untuk terciptanya kawasan sehat yang sesuai dengan PP No. 109 Tahun 2012 (Fajar, 2015). Sangat banyak juga publikasi ilmiah terkait rokok, buku-buku yang diterbitkan terkait dampak rokok, dan komunitas yang bertujuan untuk mengurangi jumlah perokok karena dampak yang ditimbulkan sangat buruk baik itu untuk individu atau untuk Negara.

Dari penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok khususnya di lingkungan sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) / sederajat.

1.2 Rumusan Masalah

Penerapan Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi dampak dari rokok dan solusi yang tepat untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Salah satu kawasan yang penting adalah sekolah terutama sekolah menengah atas atau sederajat.

Berdasarkan masalah yang dihadapi tersebut maka penting diketahui

(17)

4

a) Bagaimanakah pengaruh latar belakang perilaku merokok dengan kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

b) Bagaimanakah pengaruh pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok dengan kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

c) Bagaimanakah pengaruh pengetahuan tentang peraturan Kawasan Tanpa Rokok dengan kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

d) Bagaimanakah pengaruh sarana dan prasarana dengan kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

e) Bagaimanakah pengaruh perilaku merokok kepala sekolah / penanggung jawab dengan kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

f) Bagaimanakah pengaruh sikap kepala sekolah / penanggung jawab dengan kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kepatuhan remaja terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

(18)

5 1.3.2 Tujuan Khusus

a) Mengetahui pengaruh latar belakang perilaku merokok terhadap kepatuhan remaja pada Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

b) Mengetahui pengaruh pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok terhadap kepatuhan remaja pada Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

c) Mengetahui pengaruh pengetahuan tentang peraturan Kawasan Tanpa Rokok terhadap kepatuhan remaja pada Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

d) Mengetahui pengaruh sarana dan prasarana terhadap kepatuhan remaja pada Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

e) Mengetahui pengaruh perilaku merokok kepala sekolah / penanggung jawab terhadap kepatuhan remaja pada Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

f) Mengetahui pengaruh sikap kepala sekolah / penanggung jawab terhadap kepatuhan remaja pada Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

(19)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Pengertian Rokok

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Zat adiktif lain sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan atau masyarakat sekelilingnya.

Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok telah disebutkan bahwa rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asanya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

Kebiasaan merokok mendatangkan banyak bahaya, yaitu meningkatkan angka kematian pada penderita asma, pneumonia, influenza dan penyakit sitem pernapasan lainnya. Sebagian besar pendertia penyakit paru obstruktif kronik adalah akibat menghirup asap rokok. Angka infeksi sisem pernapasan berkurang pada orang yang berhenti merokok dibandingkan dengan yang tetap merokok (Djojodibroto, 2014).

(20)

7 2.1.2 Kandungan Rokok

Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan.

Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu dihasilkan saat Rokok dibakar setelah dikurangi Nikotin dan air, yang bersifat karsinogenik.

Kandungan lain, seperti: gas CO, aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan pembuat kapur barus), arsenic (elemen metaloid, yang membentuk sejumlah komponen beracun), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastic PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrat (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-201 (bahan radioaktif), ammonia (bahan untuk pencuci lantai), DDT (digunakan untuk racun serangga), hydrogen cyanide (gas beracun), dan cadmium (digunakan untuk aki mobil).

2.2 Peraturan Kawasan Tanpa Rokok

2.2.1 Penjelasan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok

Pengaturan Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok oleh pemerintah ini bertujuan untuk :

1. Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan Kawasan Tanpa Rokok.

2. Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok.

3. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.

(21)

8

4. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik secara langsung maupun tiddak langsung.

Pada peraturan ini, disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di setiap wilayahnya. Kawasan Tanpa Rokok yang tercantum adalah :

1. Fasilitas pelayanan kesehatan

Suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

2. Tempat proses belajar mengajar

Gedung yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/atau pelatihan.

3. Tempat anak bermain

Area tertutup maupun terbuka yang digunkan untuk kegiatan bermain anak-anak.

4. Tempat ibadah

Bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.

5. Angkutan umum

Alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air, dan udara biasanya dengan kompensasi.

(22)

9 6. Tempat kerja

Tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki ternaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

7. Tempat umum

Semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarkat yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.

8. Tempat lainnya yang ditetapkan

Tempat terbuka yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

Kawasan Tanpa Rokok juga dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok dengan memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Merupkan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan

langsung dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik.

2. Terpisah dari gedung/tempat/ ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas

3. Jauh dari pintu masuk dan keluar.

4. Jauh dari tempat orang berlalu-lalang.

(23)

10

2.2.2 Penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Isi pada peraturan daerah Kabupaten Bulukumba No. 2 Tahun 2015 kurang lebih sama dengan Peraturan Bersama Menkes dan Mendagri No. 188?MENKES/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011.

Pimpinan atau penanggung jawab tempat tersebut wajib menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Setiap orang dilarang untuk merokok, menjual, mengiklankan dan mempromosikan produk tembakau di tempat atau area yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok. Pimpinan atau penanggung jawab tempat tesebut dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok dengan ketentuan tertentu.

Setiap orang dilarang menjual produk tembakau menggunakan mesin layan diri, kepada anak dibawah usia 18 tahun, dan kepada perempuan hamil.

Pemerintah daerah juga harus melakukan pengendalian iklan produk tembakau yang di lakukan pada media luar ruang. Ketentuan untuk pemasangan iklan produk tembakau sebagai berikut :

1. Tidak diletakkan di Kawasan Tanpa Rokok.

2. Tidak diletakkan di jalan utama atau protokol.

3. Harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang.

4. Tidak boleh melebihi ukuran 72 m2.

5. Tidak boleh melanggar ketentuan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah Daerah.

Pemerintah daerah juga dapat menyelenggarakan iklan layanan

(24)

11

masyarakat mengenai bahaya menggunakan rokok, untuk memenuhi akses tersedianya informasi dan edukasi kesehatan masyarakat.

Pemerintah juga mengharapkan peran serta dari masyrakat dalam menyukseskan Kawasan Tanpa Rokok untuk mewujudkan tempat atau lingkungan yang bersih dan sehat serta bebas dari asap rokok. Peran masyarakat bisa dalam bentuk sebagai berkut :

1. Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok diligkungan masing-masing.

2. Penyampaian saran, masukan, dan pendapat dalam penetapan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok.

3. Keikutsertaan dalam kegiatan penyelenggaraan dan pengendalian penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok melalui pengawasan sosial.

Pemerintah daerah memfasilitasi adanya peran dari masyarakat dalam bentuk penyediaan bantuan yang diperlukan bagi terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok.

Bupati juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok di daerah. Pembinaan dan pengawasan dilakukan daengan membentuk tim yang ditetapkan dengan keputusan bupati. Bupati juga dapat melimpahkan kepada camat untuk pembinaan dan pengawasan dalam tingkat desa dan kelurahan.

Bupati melakukan pembinaan atas penyelenggaran program tersebut dengan cara :

(25)

12

1. Mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok.

2. Mencegah perokok pemula dan melakukan konseling untuk tidak merokok.

3. Memberikan informasi, edukasi, dan pengembangan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

4. Bekerja sama dengan badan / atau lembaga internasional atau organisasi kemasyarakatan untuk menyelenggarakan Kawasan Tanpa Rokok.

5. Memberikan penghargaan kepada orang yang telah berjasa dalam membantu penyelnggaraan Kawasan Tanpa Rokok.

Bupati melakukan pengawasan dengan mengambil tindakan administratif terhadap pelanggaran ketentuan dalam peraturan daerah.

Pengawasan ini dilakukan untuk mengetahui ketaatan setiap orang terhadap ketentuan tentang penjualan, iklan sponsor, dan Kawasan Tanpa Rokok, dan mengetahui ketaatan pimpinan atau penaggung jawab Kawasan Tanpa Rokok terhadap ketentuan penyelenggaran Kawasan Tanpa Rokok.

Pimpinan atau penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok wajib melakukan pengawasan terhadap setiap orang yang merokok, memproduksi, menjual mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau di Kawasan Tanpa Rokok yang menjadi wilayah kerjanya. Dalam hal ini, pimpinan atau penanggung jawab berwenang:

a) Menegur setiap orang yang merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan, dan / atau mempromosikan produk tembakau di

(26)

13

Kawasan Tanpa Rokok yang menjadi wilayah kerjanya.

b) Memerintahkan setiap orang yang tidak mengindahkan teguran untuk meninggalkan Kawasan Tanpa Rokok.

c) Menghentikan penjualan, iklan, dan / atau promosi produk tembakau.

Setiap orang, lembaga dan / atau badan yang melanggar ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan, dikenakan sanksi administratif.

Sanksi tersebut dapat berupa : a) Teguran.

Teguran diberikan dalam bentuk teguran lisan, kemudian teguran tertulis yang dilaksanakan 3 tahapan. Jika teguran tidak diindahkan maka dikenakan sanksi berupa denda administratif, pembekuan dan/atau pencabutan izin.

b) Pembekuan dan/atau pencabutan izin.

c) Denda administratif.

Denda untuk perorangan paling sedikit Rp 50.000,- dan paling banyak Rp 100.000,- untuk setiap kali pelanggaran. Denda untuk lembaga/ badan paling sedikit Rp 1.000.000,00 dan/atau penegelan. Denda ini dapat disetor ke kas daerah jika pemerintah daerah dapat menyelesaikan permasalahan tanpa melalui pengadilan.

d) Sanksi lain seseuai ketentuan perundang-undangan

(27)

14 2.3 Teori Kepatuhan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang perilaku di bidang kesehatan, seperti teori ABC yang dicetuskan oleh Sulzer, Azaroff dan Mayer tahun 1977, Teori Reaction-action yang dicetuskan oleh Fesbein dan Ajzen pada tahun 1980, Teori Thought and Feeling yang dirumuskan oleh WHO pada tahun 1984 dan Teori Preced-Proced yang dicetuskan oleh Lawrence Green tahun 1991. Dari sekian banyak teori perilaku kesehatan yang ada, Teori Lawrence Green merupakan yang paling populer dan paling banyak digunakan karena mudah dimengerti. Teori Lawrence Green membagi faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat menjadi 3 faktor utama, faktor predisposisi (Predisposing factor), faktor pemungkin (Enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor) (Notoatmojo, 2003).

Untuk Mempelajari faktor yang mempengaruhi kepatuhan pelaksanaan Perda KTR, teori yang paling cocok digunakan adalah Teori Lawrence Green tentang kesehatan. Kepatuhan terhadap Perda KTR pada dasarnya merupakan perilaku orang-orang yang berada pada suatu kawasan untuk tidak merokok di wilayah tersebut.Kepatuhan pelaksanaan Perda KTR sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang berada di wilayah tersebut beserta penanggung jawab pada wilayah tersebut (Devhy, 2014).

Dalam pendekatan menggunakan teori Lawrence Green, faktor predisposisi bagi remaja di Sekolah meliputi : latar belakang perilaku merokok, pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok, pengetahuan tentang peraturan yang berlaku. Faktor pemungkin yaitu ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat berupa : penyediaan fasilitas pendukung seperti pemberian stiker tanda dilarang merokok, poster dan juga sarana / prasarana

(28)

15

lainnya yang dapat menunjang untung berlangsungnya peraturan tersebut.

Faktor penguat merupakan tauladan yang bisa diambil dari orang berpengaruh di wilayah tersebut, meliputi : perilaku merokok dan sikap kepala sekolah/ penanggung jawab.

(29)

16 BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan konsep penelitian diatas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Latar Belakang perilaku merokok mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

Faktor Predisposisi :

1. Latar Belakang Perilaku Merokok

2. Pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok 3. Pengetahuan tentang

peraturan Kawasan Tanpa Rokok

Faktor Penguat :

1. Sikap dan perilaku merokok kepala sekolah/

penanggung jawab

Kepatuhan terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok Faktor Pemungkin :

1. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang

(30)

17

2. Pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

3. Pengetahuan tentang peraturan Kawasan Tanpa Rokok mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

4. Tersedianya sarana dan prasarana mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

5. Perilaku Merokok penanggung jawab wilayah mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

6. Sikap Penanggung jawab mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di sekolah wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

(31)

18 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional dengan rancangan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel tergantung yaitu dengan cross-sectional analitik.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi-selatan. Data ini diambil selama 2 bulan, yaitu Bulan Juli dan Bulan Agustus tahun 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMA atau sederajat yang berada di wilayah Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini diambil dari semua anggota populasi yaitu siswa laki-laki yang merokok dan bersedia mengisi kuisioner di SMA atau sederajat wilayah Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

Jumlah sampel minimal diambil menurut rumus Slovin (2010) untuk jumlah populasi yang diketahui, yaitu

n = N : (1+Ne2)

Keterangan

n = Jumlah sampel

(32)

19

N = Total Populasi yaitu jumlah siswa laki-laki SMA atau sederajat di Kecamatan Bulukumpa (1.115)

e = Tingkat Kesalahan yang diinginkan (0,10%)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 92 orang.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala

Variabel Terikat Kepatuhan Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah

Kepatuhan remaja terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok dinilai menggunakan kuisioner untuk mendeskripsikan

kepatuhannya di sekolah. Yaitu remaja tidak merokok di sekolah

Responden mengisisi kuisioner secara mandiri

Nominal

Variabel Bebas Latar Belakang Perilaku merokok

Latar Belakang perilaku merokok dipengaruhi oleh lingkungan atau tidak

Responden mengisisi kuisioner secara mandiri

Nominal

Pengetahuan tentang bahaya kandungan

Pengetahuan remaja tentang bahaya kandungan pada rokok

Responden mengisisi kuisioner

Nominal

(33)

20

rokok secara

mandiri Pengetahuan

tentang peraturan Kawasan Tanpa Rokok

Pengetahuan masyarakat tentang peraturan KTR yang ditetapkan yaitu Peraturan Bersama Menkes dan Mendagri Tahun 2011 dan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba No. 2 Tahun 2015.

Responden mengisisi kuisioner secara mandiri

Nominal

Sarana dan prasarana

Fasiltas yang mendukung berlangsungnya Kawasan Tanpa Rokok merupakan stiker dan spanduk yang diletakkan di sekitar sekolah.

Observasi menggunakan lembar observasi

Nominal

Perilaku merokok guru

Guru adalah wali kelas di setiap sekolah.

Wawancara terstruktur menggunakan kuisioner

Nominal

Sikap penanggung jawab

Penanggung jawab adalah Kepala sekolah.

Wawancara terstruktur menggunakan kuisioner

Nominal

(34)

21

4.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data

Data variabel terikat dan data variabel bebas untuk variabel latar belakang perilkau merokok, pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok, pengetahuan tentang Peraturan Kawasan Tanpa Rokok dikumpulkan dengan kuisioner (terlampir) yang diisi oleh responden. Variabel sarana dan prasarana diambil dari hasil observasi sesuai form observasi (terlampir), dan variabel untuk guru dan penanggung jawab dikumpulkan melalui wawancara tersturktur menggunakan kuisioner (terlampir).

4.6 Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis dilakukan cleaning, coding, tabulasi data dan kemudian data dimasukkan ke dalam komputer. Data primer yang berupa data deskriptif akan disajikan dalam bentuk tabel dengan gambar atau diagram.

Kemudian data dianalisis menggunakan uji chi-square dan apabila p≤0,05 maka hipotesis nol akan ditolak. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciense).

(35)

22 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat di Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Sulawesi- Selatan. Jumlah sekolah yang dilakukan penelitian yaitu 6 sekolah, sesuai jumlah sekolah SMA atau sederajat di Kecamatan Bulukumpa.

Sekolah-sekolah tersebut adalah SMAN 2 Bulukumba dan MAN 1 Bulukumba yang terletak di Kelurahan Tanete, SMA 14 Bulukumba di Desa Salassae, SMKN 8 Bulukumba di Desa Bontominasa, SMKN 11 Bulukumba di Desa Sapobonto, dan MAS Darul Qalam yang terletak di Desa Barugae.

5.2 Karakteristik Demografi Responden

Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 97 orang siswa sesuai kriteria yang telah ditentukan. Informasi didapatkan menggunakan kuisioner yang dibagikan di sekolah masing-masing.

Jumlah siswa yang paling banyak adalah kelas dua belas (67). Dari enam sekolah yang dilakukan tempat penelitian, didapatkan paling banyak berasal dari sekolah SMAN 2 Bulukumba (21). Didapatkan juga jumlah perokok dengan konsumsi sedang-berat yaitu lebih dari satu bungkus dalam sehari adalah 23% (Tabel 5.1).

(36)

23 Tabel 5.1

Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Presentasi (%) Kelas

X 16 16,5

XI 19 19,6

XII 62 63,9

Sekolah

SMAN 2 Bulukumba 21 21,6

SMAN 14 Bulukumba 19 19,6

MAN 1 Bulukumba 8 8,2

MAS Darul Qalam 10 10,3

SMKN 8 Bulukumba 19 19,6

SMKN 11 Bulukumba 20 20,6

Riwayat Konsumsi Rokok

Sedang-Berat(>1bungkus setiap hari) 23 23,7

Ringan (<1bungkus) 74 76,3

5.3 Pengaruh Latar Belakang Perilaku Merokok terhadap Kepatuhan

Latar Belakang Perilaku merokok responden dinilai dengan menggunakan kuisioner yang berisi 7 buah pertanyaan. Setiap soal memiliki poin 1 atau 2, jika jumlah poin ≤10 maka interpretasinya adalah perilaku merokok tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Jika lebih dari itu maka dinilai sebagai perilaku merokok yang dipengaruhi oleh lingkungan.

(37)

24 Tabel 5.2

Pengaruh Latar Belakang Perilaku Merokok terhadap Kepatuhan KTR di SMA/Sederajat di Kecamatan Bulukumpa

Variabel

Kepatuhan

Total

Nilai P Patuh,

f(%)

Tidak Patuh, f(%) Perilaku Merokok

dipengaruhi oleh lingkungan

24(52,2%) 22(47,8%) 46(100%)

0,510 Perilaku Merokok Tidak

dipengaruhi oleh lingkungan

30(58,8%) 21(41,2%) 51(100%)

Total 54(59,5%) 43(40,5%) 97(100%)

Tabel 5.2 menunjukkan jumlah siswa dengan perilaku merokok yang dipengaruhi oleh lingkungan dan patuh adalah 24, dimana jumlah ini lebih banyak dari siswa yang tidak patuh yaitu 22 orang, walaupun perbedaan nilainya tidak jauh. Dari hasil analisis ini juga didapatkan siswa dengan perilaku merokok tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan patuh adalah 30, dan lebih banyak dari yang tidak patuh yaitu 21 orang. Dari hasil ini, tidak ditemukan pengaruh terhadap kepatuhan dengan nilai p ≥ 0,05.

(38)

25

5.4 Pengaruh Pengetahuan Tentang Bahaya Kandungan Rokok terhadap Kepatuhan

Pengetahuan tentang Bahaya Kandungan rokok dinilai menggunakan kuisioner dengan jumlah pertanyaan 9 soal. Setiap soal memiliki poin 1 atau 2 sehingga jika total poin ≥16 maka interpretasinya adalah responden mengetahui tentang bahaya kandungan rokok.

Tabel 5.3

Pengaruh Pengetahuan Tentang Bahaya Kandungan Rokok terhadap Kepatuhan KTR di SMA/Sederajat di Kecamatan Bulukumpa

Variabel

Kepatuhan

Total

Nilai Patuh, f(%) P

Tidak Patuh, f(%) Pengetahuan Tentang Bahaya

Kandungan Rokok Baik

25(48,1%) 27(51,9%) 52(100%)

0,106 Pengetahuan Tentang Bahaya

Kandungan Rokok Kurang

29(64,4%) 16(35,6%) 45(100%)

Total 54(59,5%) 43(40,5%) 97(100%)

Tabel 5.3 menunjukkan jumlah siswa yang mengetahui tentang bahaya kandungan rokok dengan baik dan patuh adalah 25 orang, dan yang tidak patuh lebih banyak yaitu 27 orang, walaupun perbedaannya sangat sedikit. Dapat dilihat juga jumlah siswa dengan pengetahuan tentang bahaya kandungan rokok kurang yaitu 29

(39)

26

orang, dan lebih banyak dibandingkan yang tidak patuh yaitu 16 orang. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan, tidak adanya hubungan kepada dua variable tersebut dengan nilai P ≥ 0,05.

5.5 Pengaruh Pengetahuan Tentang KTR terhadap Kepatuhan

Tabel 5.4

Pengaruh Pengetahuan Tentang KTR terhadap Kepatuhan KTR di SMA/Sederajat di Kecamatan Bulukumpa

Variabel

Kepatuhan

total

Nilai P

OR Patuh,

f(%)

Tidak Patuh, f(%) Pengetahuan Tentang

Kawasan Tanpa Rokok Baik

35(60,3%) 23(39,7%) 57(100%)

0,258 1,6 Pengetahuan Tentang

Kawasan Tanpa Rokok Kurang

19(48,7%) 20(51,3%) 39(100%)

Total 54(59,5%) 43(59,5%) 97(59,5%)

Pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok dinilai menggunakan kuisioner dengan jumlah pertanyaan 10 soal. Setiap

(40)

27

soal memiliki poin 1 atau 2 sehingga jika total poin ≥16 maka interpretasinya adalah responden mengetahui tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengetahui tentang peraturan kawasan tanpa rokok dengan baik dan patuh adalah jumlah yang terbanyak yaitu 35 orang (60,3%), sedangkan yang tidak patuh yaitu 23 orang (39,7%). Hasil ini juga menunjukkan jumlah siswa yang kurang mengetahui tentang Kawasan Tanpa Rokok dan patuh adalah 19 orang dan lebih sedikit dari yang tidak patuh yaitu 20 orang walaupun perbedaannya sangat dekat. Tidak ditemukan adanya hubungan pada variable ini.

5.6 Pengaruh Tersedianya Sarana dan Prasarana terhadap Kepatuhan Tersedianya sarana dan prasarana dinilai dengan observasi langsung oleh peneliti, dengan melihat tiga kategori yaitu adanya spanduk, pamphlet, atau kawasan khusus rokok. Jika salah satu dari tiga tersebut ada, maka dinilai tersedianya sarana dan prasarana.

Hanya ada dua sekolah yang tersedia dari enam sekolah.

(41)

28 Tabel 5.5

Pengaruh Tersedianya sarana dan prasarana terhadap Kepatuhan KTR di SMA/Sederajat di Kecamatan Bulukumpa

Variabel

Kepatuhan

Total

Nilai P Patuh

Tidak Patuh Sarana dan Prasarana Tidak

Tersedia

45(65,2%) 24(34,8%) 69(100%)

0,003 Sarana dan Prasarana Tersedia 9(32,1%) 19(67,9%) 28(100%)

Total 54(59,5%) 43(40,5%) 97(100%)

Tabel 5.5 menunjukkan murid yang sekolah dengan sarana dan prasarana tersedia dan patuh, yaitu 9 orang dan yang tidak patuh lebih banyak yaitu 19 orang. Sedangkan murid yang sekolah dengan sarana dan prasarana tidak tersedia dan patuh ada 45 orang, dan yang tidak patuh yaitu 69orang. Hasil analisis ini ditemukan hubungan, tapi terbalik dari hipotesa yang diharapkan.

5.7 Pengaruh Perilaku Merokok Kepala Sekolah/Penanggung Jawab terhadap Kepatuhan

Perilaku Merokok Kepala Sekolah/ Penanggung Jawab diukur menggunakan kuisioner yang diisi oleh peneliti, Jika penanggung jawab tidak merokok disekolah, maka perilaku merokok dinilai baik.

Penilaian penanggung jawab dimasukkan di setiap responden siswa.

(42)

29 Tabel 5.6

Pengaruh Perilaku Merokok Kepala Sekolah/Penanggung Jawab terhadap Kepatuhan KTR di SMA/Sederajat di Kecamatan Bulukumpa

Variabel

Kepatuhan

Total

Nilai P Patuh, f(%)

Tidak Patuh, f(%) Perilaku Merokok Kepala

Sekolah / Penanggung Jawab Baik

54(55,7%) 43(44,3%) 97(100%)

- Perilaku Merokok Kepala

Sekolah / Penanggung Jawab Kurang

0 0 0

Total 54(59,5%) 43(40,5%) 97(100%)

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa semua kepala sekolah/

penanggung jawab di sekolah tersebut berperilaku merokok baik di sekolah. Sehingga didapatkan data yang homogen.

5.8 Pengaruh Sikap Kepala Sekolah/Penanggung Jawab terhadap Kepatuhan

Sikap kepala sekolah / penanggung jawab diukur menggunakan kuisioner yang diisi oleh peneliti. Kuisioner terdiri dari 5 pernyataan, jika salah satunya terdapat peryataan yang tidak disetuju, maka hasilnya adalah kurang.

(43)

30 Tabel 5.7

Pengaruh Sikap Kepala Sekolah/Penanggung Jawab terhadap Kepatuhan KTR di SMA/Sederajat di Kecamatan Bulukumpa

Variabel

Kepatuhan

Total

Nilai Patuh, f(%) P

Tidak Patuh, f(%) Sikap Kepala Sekolah /

Penanggung Jawab Baik

47(54,7%) 39(45,3%) 86(100%)

0,572 Sikap Kepala Sekolah /

Penanggung Jawab Kurang

7(63,6%) 4(36,4%) 11(100%)

Total 54(59,5%) 43(40,5%) 97(100%)

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa siswa yang belajar di sekolah dengan sikap kepala sekolah / penanggung jawab baik dan patuh yaitu 47 orang dan yang tidak patuh lebih sedikit yaitu 39 orang.

Dari tabel ini juga didapatkan siswa yang belajar di sekolah dengan sikap kepala sekolah/penanggung jawab kurang dan patuh lebih banyak yaitu 7 orang dibandingkan yang tidak patuh yaitu 4 orang.

Dari hasil analisis ini tidak ditemukan adanya hubungan.

(44)

31 BAB 6 PEMBAHASAN

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan memalui dua tahap: 1.

Paksaan, mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara-cara tekanan, paksaan yaitu bisa secara tidak langsung dalam bentuk undang-undang atau peraturan.

2. Pendidikan, mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan,dll. (Notoatmojo, 2012)

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus, namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Fakto-faktor yang membedakan respons berbeda tiap-tiap orang disebut determinan perilaku.

Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Determinan internal (karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given) dan Determinan ekternal yang termasuk lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmojo, 2012).

Jumlah siswa terbanyak pada penelitian ini yaitu siswa SMAN 2 Bulukumba, hal ini dikarekan jumlah siswa pada sekolah ini khususnya laki- laki paling banyak diantara sekolah lain. Hampir sebagian besar siswa laki- laki pada sekolah SMK merupakan perokok, hal ini dapat dilihat dari jumlah

(45)

32

siswanya yang sedikit tetapi jumlah perokoknya berbeda sedikit dengan di sekolah SMA.

Banyaknya jumlah siswa yang patuh dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor yaitu peraturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah agar siswa tidak merokok di sekolah dan adanya peneguran secara langsung. Tetapi beberapa siswa masih merokok di sekolah dan melanggar Kawasan Tanpa Rokok dengan cara bersembunyi atau merokok di tempat yang tidak lihat oleh pihak sekolah.

Oleh Karena itu, peran pemerintah sangatlah penting, begitu juga pengelola disetiap tempat yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok dan semua masyarakat yang terlibat di lingkungan itu. Oleh karena itu pedoman kawasan tanpa rokok akan dapat berhasil jika seluruh masyarakat ikut berperan dalam mewujudkannya (Shirley dkk, 2016).

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok, yang diperkirakan memiliki pengaruh juga terhadap kepatuhan remaja terhadap peraturan kawasan tanpa rokok. Tentu dengan lingkungan yang baik diharapkan remaja bisa mematuhi aturan kawasan tanpa rokok. Pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tidak merokok di sekolah dan latar belakang perilaku merokoknya dipengaruhi oleh lingkungan yaitu hampir sama dengan yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh variabel yang digunakan terlalu umum, sehingga tidak terjadi hubungan yang berarti.

Pengetahuan siswa tentang bahaya kandungan rokok tidak memperlihatkan adanya hubungan terhadap kepatuhan kawasan tanpa rokok.

(46)

33

Hal ini disebabkan karena alat pengukuran/ kuisioner yang digunakan pada penelitian ini tidak membahas pengetahuan remaja secara mendalam tentang bahaya rokok pada perokok pasif, sehingga pengetahuan yang mendorong seseorang untuk mematuhi kawasan tanpa rokok tidak diketahui secara pasti.

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa semua perilaku penanggung jawab adalah baik, yaitu tidak ada kepala sekolah / penanggung jawab sekolah yang merokok di sekolah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh sikap moral yang dimiliki oleh penanggung jawab sebagai pihak yang condong diikuti atau dilihat oleh siswa.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Allport, sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu Kepercayaan, emosional dan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmojo, 2012). Sehingga sikap penanggung jawab pada penelitian ini kurang berpengaruh, dan adanya faktor-faktor yang lebih dominan.

Program Kawasan Tanpa Rokok ini sangat berpengaruh dengan sikap Penanggung Jawab jika adanya tindakan yang nyata seperti hukuman yang tegas bagi pelanggar di tempat yang diberlakukan peraturan ini, sebagaimana kesehatan masyarakat merupakan kegiatan politik yang harus didukung oleh pemerintah tempat tersebut. Kekuasaan ini juga merupakan kemampuan sebuah kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain atau masyarakat lain, sehingga orang lain atau kelompok masyarakat tersebut

(47)

34

melaksanakan sesuai dengan apa yang diinginkan pemegang kekuasaan tersebtut (Achmadi, 2008). Penelitian yang dilakukan prabandari, dkk(2009) dengan jumlah sampel 463 mahasiswa FK UGM menyebutkan bahwa sebagian besar mahasiswa berpendapat bahwa sanksi atau denda jika seseorang merokok di kampus diperlukan. Hal ini menujukkan bahwa sikap penanggung jawab sangat berperan dalam mengurangi jumlah perokok di sekolah yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

Dari 6 sekolah yang dinilai, hanya dua sekolah yang memiliki sarana dan prasarana peraturan KTR dengan media yang sangat terbatas atau sangat kurang. Dari data tersebut didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara tersedianya sarana dan prasarana terhadap kepatuhan dengan hasil tidak tersedianya sarana dan prasarana maka meningkatkan jumlah kepatuhan. Tentu hasil analisa ini tidak bisa dijadikan sebuah faktor yang meningkatkan kepatuhan peraturan KTR.

Hal ini mungkin dipengaruhi oleh penilaian yang kurang objektif, dimana sarana dan prasarana yang tersedia pada 2 sekolah hanya berupa pamphlet kecil yang terpajang pada sekolah di beberapa titik yang sedikit dan tidak bisa dilihat semua orang secara langsung karena ukurannya yang kecil.

Sarana dan prasarana harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan untuk menunjang peraturan tersebut berjalan dengan efektif dan efisien. Sarana dan prasarana yang telah tersedia harus juga senantia diikuti oleh kinerja yang lebih signifikan ( Azkha, 2013).

Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap Kawasan Tanpa Rokok, maka dibutuhkan penyesuaian dengan teori

(48)

35

kepatuhan yang lain seperti determinan perilaku yang lebih spesifik. Faktor yang perlu digali yaitu faktor internal remaja dan juga faktor eksternal yang menggali lebih mendalam tentang faktor kepatuhan remaja tersebut. Pada dasarnya setiap kategori umur dan lokasi pada populasi maka akan menggambarkan hasil yang berbeda.

Dalam setiap penelitian tentu tidak bisa terbebas dari setiap keterbatasan, begitu juga dengan penelitian ini. Sumber data pada penelitian ini yaitu data primer yang sebagian variable diisi langsung oleh siswa. Sehingga adanya bias hasil karena penilaian dari beberapa siswa remaja tidak menjawab kuisioner sesuai keadaanya. Instrument kuisioner yang digunakan bukan kuisioner yang baku digunakan nasional, tetapi improvisasi dari beberapa jurnal yang dilakukan di Indonesia. Jumlah sample yang didapatkan terlalu sedikit untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.

(49)

36 BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitia dan pembahasan maka dapat dibuat beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Latar Belakang Perilaku Merokok tidak mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan KTR di sekolah.

2. Pengetahuan Tentang Bahaya Kandungan Rokok tidak mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan KTR di sekolah.

3. Pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok tidak mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan KTR di sekolah.

4. Sarana dan prasarana tidak mempengarui kepatuhan remaja terhadap peraturan KTR di sekolah.

5. Perilaku Merokok Penanggung Jawab tidak bisa dinilai dapat

mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan KTR di sekolah.

6. Sikap Penanggung Jawab tidak mempengaruhi kepatuhan remaja terhadap peraturan KTR di sekolah.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitan, pembahasan dan simpulan yang diambil, maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepatuhan remaja terhadap peraturan KTR dengan adanya ketegasan yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan

memberikan sanksi yang membuat siswa tidak melakukan pelanggaran kembali.

(50)

37

2. Segala upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang peraturan KTR perlu dilakukan baik dalam bentuk sosialisasi atau dengan cara lain.

3. Sarana dan prasarana yang mendukung peraturan KTR harus

disediakan di setiap tempat berlakunya peraturan KTR khususnya di sekolah, dan jumlah yang disediakan harus disesuaikan dengan keadaan sekolah sehingga semuanya mengetahui adaya peraturan tersebut.

4. Perlunya penelitian yang lebih lanjut dengan instrument yang lebih baik dan jumlah sample yang lebih banyak dengan pendekatan yang lebih spesifk sehingga hasil yang didapatkan jelas.

(51)

38 Daftar Putaka

Achmadi UF, 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia.

Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Adams ML, Jason LA, Pokomy S, Hunt Y, 2009. The Relationship

Between Tobacco School Policies and Youth Tobacco Use. Journal of School Health ; 79(1):17-23

Albers AB et al, 2008. Household Smoking Bans and Adolescent Antismoking Attidudes and Smokin Initiation : Findings From Longitudinal Study of Massachusetts Youth Cohort. Pub Health;

98(10):1886-93

Azkha Nizwardi, 2013. Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Suamtera Barat Tahun 2013. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia ; Vol 02 No.4.

Astuti K, 2007. Mencari Prediktor Perilaku Merokok pada Remaja Awal.

Fakultas Psikologi, Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

Dalam Jurnal Riset Daerah Kabupaten Bantul, 1-5.

Crofton J dan Simpson D, 2009. Tembakau : Ancaman Global. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. p10

Depkes, 2017. Pemerintah Upakan Pengurangan Jumlah Perokok Pemula.

Dapat diakses di

http://www.depkes.go.id/article/view/17060200002/pemerintah- upayakan-pengurangan-jumlah-perokok-pemula-.html

Depkes, 2014. Menkes : pemda Segera Terbitkan Regulasi KTR. Dapat diakses di

http://www.depkes.go.id/article/view/201406040001/menkes-- pemda-segera-terbitkan-regulasi-ktr-.html

Deverell M et al, 2006. Diffusion of Local Restauran Smoking Regulations in Massachusetts : Identifying Disparities in Health Protection for Population Subgroups. J Public Health Management Practice ; 12(3):262-9

(52)

39

Devhy NLP, 2014. Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan

Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten Bandung. Tesis, Universitas

Udayana, Indonesia.

Djojodibroto D, 2014. Bab Lain-lain dalam Respirologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp230-231

Fajar, 2015. Bulukumba Terapkan Kawasan Tanpa Rokok. Dapat diakses di http://fajar.co.id/2015/08/26/bulukumba-terapkan-kawasan-tanpa- rokok/

Jamal S, 2006. Pria desa Berpendidikan Rendah, Perokok Terbanyak.

Jurnal Kedokteran dan Farmasi,33, 152-155.

Kosen S, 2012. Current Burden nd Economic Cost of Major Tobacco Attributed Diseaes in Indonsia. Singapore : Presented at The World Conferrence on Tobacco or Healh (WCTHOH)

Nasution IK, 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Program Studi

Psikoklogi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Medan.

Notoatmojo S, 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmojo S, 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. pp137-140

Prabandari YS, 2009. Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Alternatif Pengendalian Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok Terhadap Perilaku dan Status Merokok Mahasiswa Di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 12(04).

Shirley K F L, Wahyati E Y, Siarif J T, 2016. Kebijakan Tentang Pedoman KawasanTanpa Rokok Dikaitkan dengan Asas Manfaat. Soepra, 2(1), 104-111

Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.

Jakarta : Sagung Seto.

Sumiyati, 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Merokok pada Remaja. Skripsi Strata Satu, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(53)

40 Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Muhammad Fikri Hadju

NIM : C111 14 350

Tempat Tanggal Lahir : Maros, 7 November 1996

Alamat : Darul Istiqomah Maccopa Maros, Sulawesi-Selatan

Agama : Islam

Suku : -

Nama Orang Tua

Ayah : Veni Hadju

Ibu : Helmi Arbie

Riwayat Pendidikan

Tahun 2002 Lulus TK Darul Istiqomah

Tahun 2008 Lulus SDITQ Al-Irsyad Tengaran Tahun 2011 Lulus MTs Al-Iryad Tengaran

Tahun 2014 Lulus MA Daar El-Qolam Tanggerang

Tahun 2014-Sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

(54)

41 Lampiran 2 . Lembar pengantar penelitian (diisi oleh peneliti)

Tanggal :...

PENGANTAR

Nama saya Muhammad Fikri Hadju, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, sedang melakukan penelitian tentangFaktor Kepatuhan Remaja terhadap Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok Di Sekolah Wilayah Kecamatan Bulukumpa.

Respon yang anda berikan dalam kuisioner ini akan kami rahasiakan. Data pribadi yang tercantum disebarluaskan secara umum. Dengan demikian, identitas anda akan terjamin sesuai dengan pernyataan ketersediaan yang anda isi. Kami meminta bantuan anda untuk mengisi kuisioner ini dengan sejujur-jujurnya, untuk kesesuaian hasil penelitian dengan data yang ada.

Terima kasih atas perhatian dan partisipasi anda.

Bulukumba, Agustus 2017 Peneliti,

Muhammad Fikri Hadju

(55)

42 Lampiran 3 . Lembar kuesioner penelitian

No responden :

KUESIONER PENELITIAN

Latar Belakang Perilaku Merokok, Pengetahuan Tentang Bahaya Kandungan Rokok, Pengetahuan Tentang Peraturan Kawasan Tanpa Rokok, dan Kepatuhan Remaja Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa

Rokok di Sekolah I. Karakteristik

1. Nama :

2. Umur : th

3. Alamat :

4. Nama Sekolah :

II. Latar Belakang Perilaku Merokok 1. Apakah anda merokok?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda menghabiskan >1 bungkus rokok setiap hari ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah alasan anda merokok karena terpengaruh orang lain ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda merokok pada pertama kali bersama teman-teman ?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah orang tua anda merokok ?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah orang-orang di sekitar lingkungan anda juga merupakan perokok ?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah iklan rokok yang menarik dapat membuat anda ingin mencoba produk tersebut ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah iklan rokok yang menarik dapat membuat anda ingin mencoba produk tersebut ?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah menurut anda, merokok merupakan lambang kejantanan seorang pria?

(56)

43

a. Ya b. Tidak

III. Pengetahuan Tentang Bahaya Kandungan Rokok 1. Apakah anda mengetahui bahaya dari kandungan rokok ?

a. Ya b. Tidak

2. Selain tar dan nikotin, apakah anda mengetahui kandungan berbahaya lainnya didalam rokok ?

a. Tahu b. Tidak tahu

3. Apakah kandungan seperti gas CO, aceton, arsenic, methanol, dll juga terdapat didalam sebatang rokok ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda mengetahui efek dari zat berbahaya didalam rokok tersebut dapat mengakibatkan bahaya pada tubuh ?

a. Tahu b. Tidak tahu

5. Apakah anda mengetahui rokok dapat membahayakan kesehatan paru- paru?

a. Tahu b. Tidak tahu

6. Apakah anda mengetahui rokok dapat membahayakan kesehatan organ lain selain paru-paru ?

a. Tahu b. Tidak tahu

7. Menurut anda, apakah organ seperti : ginjal, pankreas, kantung kemih, dan leher rahim dapat juga terganggu akibat rokok ?

a. Ya b. Tidak

8. Dari pengetahuan mengenai bahaya rokok yang anda ketahui, menurut anda apakah rokok juga dapat menyebabkan gangguan kehamilan pada wanita ?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah rokok dapat mengganggu kesehatan tulang dan darah ?

a. Ya b. Tidak

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa body shame remaja laki-laki kelas X SMAN 5 Cimahi pada aspek mengkritik penampilan orang lain tanpa sepengetahuan orangnya

dan salah satu ketua jurusan dapat dilihat bahwa dalam proses penjurusan siswa, sekolah sudah berusaha untuk membimbing siswa sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh

Indikasi dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho), yang berbunyi” tidak terdapat dampak positif, program permukiman nelayan

Deskripsi hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul ”M eningkatkan Aktivitas Belajar Dengan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

pembelajaran STM. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas. Karena itu, model pembelajaran PBL lebih berhasil

mendapat imbalan atau penghasilan. Penghasilan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak peduli besar ataupun kecil bisa jadi masalah besar jika penghasilan yang

i8088 jika dihubungkan dengan 4 chis memori dengan kapasitas sama masing- masing 64 Kbyte maka akan menempati alamat :a. i8088 dengan 20 bit address bus jika dihubungkan dengan