• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di lingkup sekretariat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penelitian ini dilaksanakan di lingkup sekretariat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Analisis Hukum Pelaksanaan Pelayanan Kartu Keluarga Dan Kartu Tanda Penduduk Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bone

OLEH:

HERIANTO

B121 13 505

PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

(2)

HALAMAN JUDUL

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN PELAYANAN KARTU KELUARGA DAN KARTU TANDA PENDUDUK PADA KANTOR DINAS

KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE

OLEH

HERIANTO

B121 13 505

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana Pada Program Studi Hukum Administrsi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

HERIANTO, B121 12 505, ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN PELAYANAN KK DAN KTP PADA KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE. Dibawah bimbingan Aminuddin Ilmar sebagai pembimbing I dan Anshori Ilyas sebagai pembimbing II.

Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan KK dan KTP pada kantor dinas kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Bone. dan Untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pelaksanaan pelayanan KK dan KTP pada kantor dinas kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Bone.

Penelitian ini dilaksanakan di lingkup sekretariat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone. Jenis dan Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan interview atau wawancara.

Data dianalisis secara kualitatif deskriftif yang didukung oleh data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan KK dan KTP yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone secara umum belum maksimal sehingga masih perlu di optimalkan. Secara keseluruhan dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek observasi penelitian yang meliputi; Pelayanan administrasi kependudukan, Mekanisme dan prosedur pelayanan, serta Manajemen pelayanan. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pelayanan publik khususnya pelayanan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone yaitu faktor pendukung antara lain;

tersedianya anggaran yang memadai, Adanya komitmen pemerintah (Pemda) yang kuat dalam mendukung terlaksananya pelayanan yang baik, adanya Sumber Daya Manusia yang memadai, dan Kebijakan peraturan daerah sebagai acuan pelayanan publik. Faktor penghambat antara lain;

Kurangnya sarana dan prasarana, Adanya kebiasaan masyarakat menggunakan jasa calo yang memicu terjadinya tindakan pungutan ilegal, dan lain – lain (Faktor budaya), Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk, dan Kurangnya kedisiplinan pegawai (Aparat).

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu Alhamdulillah

Puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan, salam dan shalawat kepada junjungan besar Rasulullah SAW, sebagai nabi revolusioner yang membawa umatnya dari alam yang gelap gulita kealam yang terang benderang yang juga telah memperkenalkan kita kepada Islam agama “rahmatanlilalamin”.

Suatu kebahagiaan dan kebanggaan bagi penulis dengan selesainya tugas akhir ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Namun keberhasilan ini tidaklah dipatkan dengan sendirinya, karena keberhasilan ini merupakan hasil dari beberapa pihak yang tidak ada hentinya menyemangati Penulis dalam menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini.

Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan sumbangsih yang begitu besar dan senantiasa mendampingi Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Terkhusus kepada Ibunda Hj. Suhaeni yang telah membesarkan Penulis dengan penuh perhatian dan kasih sayang, yang dengan sabar dan tabah merawat

(9)

dan menjaga Penulis, menasehati, membimbing dan terus memberikan semangat, mengajarkan hikmah dan nilai kehidupan, kerja keras, selalu bertawakkal, menjaga Penulis dengan do’a yang tak pernah putus. Beliau adalah sosok orang tua yang terbaik di dunia dan di akhirat. Kepada Ir.

Herfiani, S.Pi., M.Si. yang sengatiasa sedia membimbing, mengajarkan berbagai hal terutama nilai-nilai kekeluargaan serta menjadi sosok orang tua yang sangat baik. Kepada saudara Penulis Ariadi Nasgum, S.Pt., Astri Nasgum, S.Pi. dan M. Adipradana Putra, S.H. Terima kasih atas semangat, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis selama ini.

Melalui kesempatan ini, Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A.

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr.

Farida Patittingi, S.H., M.Hum.

3. Pembimbing Penulis yang telah membimbing, memberikan masukan dan bantuan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini, Bapak Prof. Dr. Aminuddin Ilmar, S.H.,M.H. selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Anshori Ilyas, S.H., M.H. selaku pembimbing II.

4. Kepada tim penguji Penulis, Bapak Prof. Dr. Muh. Yunus Wahid, S.H., M.Si. Bapak Dr. Muh. Hasrul, S.H., M.H. dan Bapak Muh.

(10)

Zulfan Hakim, S.H., M.H. atas saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Univeritas Hasanuddin, secara khusus Program Studi Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu, nasihat, arahan, selama proses perkuliahan dan bantuan lainnya.

6. Seluruh Petugas Akedemik Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin serta civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang senantiasa melayani urusan administrasi dan bantuan lainnya.

7. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Bone beserta seluruh staf atas waktu dan kerjasama yang telah diberikan selama Penulis melakukan penelitian.

8. Kepada bagian Ortala setda kota Makassar, bapak Mohammad Syarief, S.Ip beserta staf yang senang hati menerima dan membagi ilmu selama proses magang Prodi HAN Tahun 2016.

9. Saudaraku “Ius Civitatis’13” ( Ardhy Saucy, Syaiful Fachri, Akbar Yadi, Ashabul Kahfi, Andi Adenalta, Andi Nurul Fadillah, Asriani, Antho, Andi Batara, Dian Dumbi, Dian Juliarsih, Mardis Awaluddin, Shelly Oktaviani Tahir, Mita Baranti Subakti,),

“Cekate48” (Arfian Dwi Septiandi, Muhammad Taqdir, Muh.

Hariabri, Andi Syukur, Rahmat Hidayat, Afdal Haidar, Rahmat, Adi,Taufiq Dwi Prasetyo), “MHR Squad” (Awal, Indra, Dery, Ary,

(11)

Irwan, Reza), atas doa, motivasi, semangat, bantuan yang begitu banyak, dan waktu yang selalu ada untuk Penulis.

10. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Hukum Bone (IMHB), selaku organisasi dan komunitas tempat penulis berproses dan bertransformasi hingga saat ini.

11. Untuk teman-teman seperjuangan angkatan 2013 FH-UH ASAS (Aktualisasi Solidaritas Mahasiswa yang Adil dan Solutif).

12. Kepada Teman-teman HAN-2013 dan Forum Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (FORMAHAN).

13. Teman-teman KKN Universitas Hasanuddin Gelombang 93 Kecamatan Kulo, kabupaten Sidrap terutama Posko Desa Rijang Panua (Yunus, Basril, Icha, Triayu, Andi Evy, dan Nur) yang senantiasa bahu membahu dan bekerja sama dalam menyukseskan kegiatan dan program kerja selama di lokasi KKN.

14. Seluruh teman-teman yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu, atas dukungan yang selama ini terus mengalir untuk Penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun tetap berharap dapat memberikan manfaat bagi dunia keilmuan dan semua pembaca skripsi ini umumnya.

Makassar, Januari 2018

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIHAN SKRIPSI ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Pelayanan Publik ... 11

1. Pengertian Pelayanan Publik ... 11

2. Bentuk Pelayanan Publik ... 17

3. Kualitas Pelayanan Publik ... 19

4. Pemerintah Sebagai Pelayan Masyarakat ... 21

B. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) ... 24

1. Pengertian AAUPB ... 24

2. Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintaha yang Baik ... 26

(13)

3. Substansi Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik .... 27

C. Administrasi Kependudukan ... 28

1. Pengertian Administrasi Kependudukan ... 28

2. Tertib Administrasi Kependudukan ... 32

3. Pelayanan Dokumen Administrasi Kependudukan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

1. Lokasi Penelitian ... 43

2. Jenis Penelitian ... 43

3. Jenis dan Sumber Data ... 44

4. Teknik Pengumpulan Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

1. Pelayanan Adiministrasi Kependudukan ... 47

2. Mekanisme dan Prosedur Pelayanan ... 55

3. Manajemen Pelayanan ... 62

4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan KK dan KTP ... 66

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat besar, sebagai negara kepulauan penduduk indonesia mempunyai persebaran penduduk yang tidak merata, banyak masalah yang merupakan akibat dari persebaran penduduk kerap kali muncul dan mendesak pemerintah untuk segera mengambil sebuah kebijakan. Disamping itu faktor pertumbuhan penduduk yang besar serta persebaran nya yang tidak merata dan rendahnya kualitas penduduk juga menjadi suatu pemasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di indonesia. SDM yang tinggi menyebabkan berbagai permasalahan antara lain adalah kemiskinan, kesehatan dan pengangguran. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang asing yang menetap di Indonesia sedangkan warga Negara Indonesia adalah Orang-orang bangsa Indonesia dan Orang-orang bangsa asing yang di sah kan dengan Undang-undang sebagai WNI.

Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pada hakekatnya Berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan

(15)

dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada didalam atau diluar wilayah Negara Kesatuam Republik Indonesia.

Untuk menyikapi berbagai masalah yang berhubungan dengan kependudukan pemerintah berusaha memperoleh data tentang kependudukan di Indonesia yang akurat untuk mampu membuat pemetaan yang tepat guna untuk menanggulangi masalah kependudukan baik tingkat lokal dan nasional. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatn biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.1Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaan diawali dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk,sehingga setiap warga terdaftar secara administrasi dan sesuai dengan Undang- undang No 24 Tahun 2013 tentang Administrasi kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), SIAK adalah Suatu sistem Informasi yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang bertujuan untuk menata sistem administrasi kependudukan di indonesia, sistem ini meliputi pendataan penduduk dan catatan sipil. Keberadaan sistem administrasi kependudukan akan menghasilkan data kependudukan yang akurat, baik

1Lihat Pasal 1 Ayat (10) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan

(16)

dari segi jumlah penduduk, tingkat ekonomi, pendidikan, dan lain-lain sehingga dengan data yang akurat tesebut berguna untuk implementasi kebijakan atau program pemerintahan lainnya. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang di terbitkan oleh Dinas yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Administrasi dalam arti luas adalah segenap proses kegiatan untuk mencapai tujuan, sedangkan administrasi dalam arti yang sempit adalah segenap proses pelayanan untuk mencapai tujuan. Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan dan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi Administrasi kependudukan serta pendayagunaan yang hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Penyelenggara yang mengelola adalah pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan administrasi kependudukan.

Pelaksanaan pelayanan pencatatan sipil meliputi :

1. Pencatatan Peristiwa Kelahiran 2. Pencatatan Peristiwa Kematian 3. Pembuatan Kartu Tanda Penduduk 4. Pelayanan Pembuatan KK

5. Lahir Mati

6. Pencatatan Perkawinan

(17)

7. Pencatatan Perceraian 8. Pengakuan Anak 9. Pengesahan Anak 10. Pengangkatan Anak 11. Perubahan Nama

12. Perubahan Status Kewarganegaraan 13. Pembatalan Perkawinan

14. Pembatalan Perceraian

15. Dan Peristiwa Penting Lainnya.

Dengan demikian, setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia maka masyarakat Indonesia sadar bahwa seseorang perlu memiliki bukti tertulis dalam menentukan status seseorang atas kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa, misalnya: perkawinan, kelahiran kematian, pengakuan anak, pengesahan anak, perceraian, kematian maupun pergantian nama.

Sedangkan untuk memiliki status tersebut, maka orang tersebut harus mendaftarkan peristiwa atau kejadian itu pada Lembaga Catatan Sipil, dengan demikian orang tersebut akan memperoleh bukti tertulis yang berupa Akta Catatan Sipil.

Administrasi kependudukan merupakan rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

(18)

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Berbagai konvensi perserikatan bangsa-bangsa dengan tegas menjamin hak setiap penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan memilih tempat tinggal di wilayah Republik Indonesia dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Dalam pemenuhan hak penduduk, terutama dibidang pencatatan sipil, masih ditemukan penggolongan penduduk yang didasarkan pada perlakuan perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam peraturan produk kolonial Belanda. Penggolongan penduduk dan pelayanan diskriminatif yang itu tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber data kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.

Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan diatas tidak memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan

(19)

administrasi kependudukan. Kondisi ini harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem Administrasi Kependudukan yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional.

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan penduduk, Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik, serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.

Administrasi Kependudukan diarahkan untuk :

1. Memenuhi hak asasi setiap orang dibidang Administrasi Kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional.

2. Meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan 3. Memenuhi data statiskik secara nasional mengenai peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting

4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional, regional, serta lokal; dan

5. Mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan.

(20)

Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan kewenangan meliputi :

1. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;

2. Pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan;

3. Pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;

4. Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;

5. Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;

6. Penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;

7. Pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskal kabupaten/kota; dan

8. Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan2.

Kecamatan sebagai perangkat daerah kabupaten/kota mempunyai peran yang sangat strategis, karena sebagai ujung tombak pelayanan, barometer penyelenggaraan pelayanan publik dan etalase

2Pasal 7 UU Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

(21)

penyelenggaraan pemerintahan daerah di kabupaten/kota. Pelimpahan kewenangan yang diharapkan diberikan oleh bupati tidak perlu semuanya, tetapi secukupnya yang sekiranya akan mendekatkan masyarakat kepada pusat pelayanan di tingkat lokal.

Sesuai dengan salah satu tugas kecamatan yakni melaksanakan fungsi pelayanan di tingkat kecamatan, maka salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan dibidang administrasi kependudukan, di sisi lain fungsi kecamatan yang berkoordinasi kepada unit-unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat (dinas, kecamatan, keluarahan) di bidang kependudukan dan pencatatan sipil.

Di sisi lain ada pula masyarakat yang ingin melakukan pengurusan Administrasi Kependudukan yang merasa kesulitan karena kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai tata cara pengurusan. Pada kondisi seperti ini, kantor-kantor pelayanan publik diharapkan mampu memberikan sosuli agar masyarakat tidak kebingungan, misalnya dengan memasang papan informasi sehingga masyarakat itu mampu menelaah proses dan alur pelayanan Administrasi Kependudukan pada saat akan melakukan pengurusan. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik menyatakan bahwa pembentukan aturan ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan badan publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas3.

3Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

(22)

Bertitik tolak dengan uraian di atas maka merupakan hal yang menarik untuk diangkat menjadi suatu bahan penelitian dengan judul

“Analisis Hukum Pelaksanaan Pelayanan KK dan KTP Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone” dengan harapan hasil penelitian ini memberikan manfaat kepada saya dan para pembaca setelah menyelesaikan studi S-1 Hukum Administrasi Negara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pelayanan KK dan KTP Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone ? 2. Apakah faktor-faktor yang menghambat dan mendukung

pelaksanaan pelayanan KK dan KTP Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan KK dan KTP pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung pelaksanaan pelayanan KK dan KTP pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

(23)

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum Administrasi Negara.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk pihak- pihak yang bertanggung jawab terkait dengan proses pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya setiap manusi membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.4 Hala yang sependapat dikemukakan oleh Budiman Rusli yang berpendapat bahwa selama hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan. 5 Pelayanan menurutnya sesuai dengan life cycle theory of leadership (LCTL) bahwa pada awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan secara fisik sangat tinggi, tetapi seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan semakin menurun.

Paradigma penyelenggaraan pemerintahan telah mengalami pergeseran dari “rule goverment” menjadi “good governance”. Pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik dalam perspektif good governance tidaklah semata-mata didasarkan

4Lijan Poltak Sinambela, Ilmu dan Budaya, Perkembangan Ilmu Administrasi Negara, Edisi Desember 1992, hlm.198

5Budiman Rusli, Pelayanan Publik di Era Reformasi,www.pikiran-rakyat.comedisi 7 Juni 2004.

(25)

kepada pemerintah (goverment) atau negara (state) saja, akan tetapi harus melibatkan seluruh komponen, baik dalam intern birokrasi maupun di luar birokras publik (masyarakat).6

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, sistem pelayanan adalah suatu kesatuan usaha yang dinamis yang terdiri dari berbagai bagian yang berkaitan secara teratur, diikuti dengan untuk kerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain dengan memberikan manfaat, guna mencapa suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pada hakekatnya pelayanan pada masyarakat tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama (rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional.

Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterahkan

6I.B. Wyasa Putra, 1993, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung : Remadja Rosdakarya, hlm 72.

(26)

masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state).

Pelayanan umum oleh lembaga administrasi negara diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan di pusat, di daerah dan di lingkungan badan usaha milik negara/ daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.7

Saat ini birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligusa dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif mentukan masa depannya sendiri.

Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan dengan adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :

Pertama, efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran.

Kedua, sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah

7Husni Thamrin, 2013. Hukum Pelayanan Publik, Aswaja Presindo : Yogyakarta, hal.17

(27)

dipahammi dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.

Ketiga, kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai : prosedur/tata cara pelayanan, persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif, unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

Keempat, keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab pemberi layanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinforasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

Kelima, efisiensi, mengandung arti : (a) persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan; (b) dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.

(28)

Keenam, ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Ketujuh, responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani.

Kedelapan, adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.8

Birokrasi publik juga dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik. dari yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayanai, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik pragmatis.

Dengan revitalitas birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya dapat terwujud.

Ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat (public service

8Husni Thamrin, 2013. Hukum Pelayanan Publik, Aswaja Presindo :Yogyakarta, hal.35

(29)

function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi perlindungan (protection function).9dari fungsi-fungsi tersebut, pemerintah mampu mengelola fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa (pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh masyarakat yang membutuhkannya.

Pemerintah juga mampu menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. artinya pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. pelayanan diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pemerintah memang mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas, namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa menjadi bidang tugas yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak swasta ataupun dengan menggunakan pola kemitraan (partnership), antara pemerintah dengan swasta untuk mengadakannya. pola kerjasama antara pemerintah dengan swasta dalam memberikan berbagai pelayanan kepada masyarakat tersebut sejala dengan gagasan reinventing government yang dikembangkan Osborne dan Gaebler.

9Ibid, hal.37

(30)

2. Bentuk Pelayanan Publik

Kewajiban Pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang menjadi hak setiap warga negara ataupun memberikan pelayanan kepada warga negara yang memenuhi kewajibannya terhadap negara. Kewajiban pemerintah, maupun hak setiap warga negara pada umumnya disebutkan dalam konstitusi suatu negara. Bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu:10

Pertama Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikan kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.

Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan / Penguasaan Tanah dan sebagainya.

Kedua Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk / jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya.

10Juniarso Ridwan & Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Publik, Nuansa,2009,hal.113.

(31)

Ketiga Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi pos, dan lain sebagainya.

Pola pelayanan publik dapat dibedakan menjadi 5 pola, yaitu:

Pertama : Pola Pelayanan Teknis Fungsional adalah pola pelayanan masyarakat yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangannya.

Kedua : Pola Pelayanan Satu Pintu merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan.

Ketiga : Pola Pelayanan Satu Atap yakni pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing.

Keempat : Pola Pelayanan Terpusat adalah pola pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan.

Kelima : Pola Pelayanan Elektronik adalah pola pelayanan yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan

(32)

otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat online sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas pelanggan.11

3. Kualitas Pelayanan Publik

Secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;

4. Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan, dan harapan masyarakat;

5. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain;

11Nisjar S. Karhi, Beberapa Catatan tentang Good Governance, Jurnal Administrasi Pembangunan, Vol 1. Nomor 2, 1991, hal. 119

(33)

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yakni pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Sampara Lukman mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok :12

1. Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung, maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan memberikan kepuasan atas penggunaan produk;

2. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Agar pelayan yang diberikan berkualitas tentu saja kedua kualitas dimaksud harus terpenuhi. Negara berkembang umumnya tidak dapat memenuhi kedua kualitas tersebut sehingga pelayanan publiknya kurang memuaskan.

Selanjutnya. Fitzsimmons dan Fidan Fitzsimmons dalam Budiman berpendapat terdapat lima indikator pelayanan publik, yaitu reliability yang ditandai dengan pelayanan yang tepat dan benar; tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya; responsiveness yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat; assurance yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan; dan empati yang

12Lukman, op. Cit. Halaman 9-11.

(34)

ditandai dengan tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.13

4. Pemerintah Sebagai Pelayan Masyarakat

Secara teoretis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat (public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi perlindungan (protection function).

Hal yang terpenting dari ketiga fungsi tersebut adalah pemerintah dapat mengelola fungsinya agar dapat menghasilkan barang dan jasa (pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh masyarakat yang membutuhkannya. selain itu, pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. Artinya pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan- pelayanan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan masyarakat. karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis karena akan

13Rusli. Loc.cit.

(35)

sangat menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya.

Karakteristik pelayanan secara jelas membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya kaduanya merupakan alat pemuas kebutuhan. sebagai suatu produk yang intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat tangible. produk akhir pelayanan tidak memiliki karakteristik fisik sebagaimana yang dimiliki oleh barang. produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.

Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik atau masyarakat umum.14

Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :

1. Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja macamnya;

2. Memperlakukan pengguna pelayanan, sebagai customers;

3. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang diinginkan mereka;

14Pamudji S, Ekologi Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta 1986, hal.57

(36)

4. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas;

5. Menyedian cara-cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.

Berangkat dari persoalan mempertanyakan kepuasan masyarakat terhadap apa yang diberikan oleh pelayan dalam hal ini yaitu administrasi publik adalah pemerintah itu sendiri dengan apa yang mereka inginkan, maksudnya yaitu sejauhmana publik berharap apa yang akhirnya diterima mereka.

Dengan demikian dilakukan penilaian tentang sama tidaknya antara harapan dengan kenyataan, apabila tidak sama maka pemerintah diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar lebih teliti untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.

Selanjutnya dipertanyakan apakah terhadap kehendak masyarakat, seperti ketentuan biaya yang tepat, waktu yang diperhitungkan dan mutu yang dituntut masyarakat telah dapat terpenuhi. andaikata tidak terpenuhi, pemerintah diharapkan mengkoreksi keadaan, sedangkan apabila terpenuhi dilanjutkan pada pertanyaan berikutnya, tentang berbagai informasi yang diterima masyarakat berkenaan dengan situasi dan kondisi, serta aturan yang melengkapinya.

(37)

Memang pada dasarnya ada 3 (tiga) ketentuan pokok dalam melihat tinggi rendahnya suatu kualitas pelayanan publik, yaitu perlu diperhatikan adanya keseimbangan antara :

1. Bagian antar pribadi yang melaksanakan (inter personal component);

2. Bagian proses dan lingkungan yang mempengaruhi (process and environment component);

3. Bagian profesional dan teknik yang dipergunakan (professional and technical component).

B. Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) 1. Pengertian AAUPB

Secara historis, konsep tentang asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik muncul pertaama kali di Belanda pada saat orang- orang mencari sarana kontrol dan perlindungan hukum bagi rakyat dari tindakan kesewenang-wenangan pemerintah/penguasa. Tahun 1950 panitia de monchy di Belanda membuat laporan tentang asas-asas umum pemerintahan yang baik. 15 Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik yang selanjutnya disingkat AAUPB adalah prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam

15Sirajuddin, dkk. 2012. Hukum Pelayanan Publik Berbasis Partisipasi Dan Keterbukaan Informasi.

Malang : setara press. Hlm. 35

(38)

mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintah.16

Menurut Ridwan HR pemahaman mengenai AAUPB tidak hanya dapat diihat dari segi kebahasaan saja namun juga dapat dilihat dari segi sejarahnya., karena asas ini timbul dari sejarah juga. Dengan bersandar pada kedua konteks ini, AAUPB dapat dipahami sebagai asas-asas umum yang dijadikan dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang layak, yang dengan cara demikian penyelenggaraan pemerintah menjadi baik, sopan, adil, terhormat, bebas dari kedzaliman, pelanggaran peraturan tindakan penyalahgunaan wewenang, dan tindakan sewenang- wenang.17

AAUPB merupakan konsep terbuka yang disesuaikan dengan ruang dan waktu dimana konsep itu berada. Berdasarkan penelitiannya, Jazim Hamidi menemukana pengertian AUPB sebagai berikut.

a. AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan Hukum Administrasi Negara.

b. AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam menilai tindakan administrasi negara (yang

16Lihat Pasal 1 Ayat (17) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan

17Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara. PT.Raja Grafindo persada, Jakarta. 2006. Hal 247

(39)

berwujud penetapan /beschikking), dan sebagai dasar penggugatan sebagai pihak penggugat.

c. Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis, masih abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan dimasyarakat.

d. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaedah hukum tertulis dan terpencar dalam berbagai peraturan hukum positif. Meskipun sebagian dari asas itu berubah menjadi kaidah hukum tertulis, namun sifatnya tetap sebagai asas hukum.18

2. Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

Pada awal kemunculannya, asas-asas umum pemerintahan yang baik hanya dimaksudkan sebagai sarana perlindungan hukum warga negara dari tindakan pemerintah, yaitu sebagai dasar penilaian dalam peradilan dan upaya administrasi, di samping sebagai norma hukum tidak tertulis bagi tindakan pmerintahan.

Menurut Jazim Hamidi dalam perkembangannya, asas-asas umum pemerintahan yang baik memiliki arti penting dan fungsi sebagai berikut:

a. Bagi Administrasi, bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan- ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas. Kecuali itu, sekaligus membatasi dan menghindari

18Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara. PT.Raja Grafindo persada, Jakarta. 2006. Hal 234-235

(40)

kemungkinan administrasi negara mempergunakan Freiss Ermessen atau melakukan kebijaksanaan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian, administrasi negara diharapkan terhindar dari perbuatan onrechmatigedaad, detournement de pouvoir, abdus de droit, dan ultravirus.

b. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dipergunakan sebagai dasar gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986.

c. Bagi hakim tata usaha negara, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan keputusan yang dikeluarkan badan atau pejabat tata usaha negara.

d. Kecuali itu asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu Undang-undang.19

3. Substansi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

Telah disebutkan, bahwa asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan konsep terbuka dan lahir dari proses sejarah. Oleh karena itu, terdapat rumusan yang beragam berkenaan substansi asas-asas. Hanya asas-asas umum pemerintahan yang baik, yang telah dirumuskan oleh

19Jasin Hamidi. Mengenali dan Menemukan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Hal. 197

(41)

Monchy di Belanda dan Koetjoro Pubopranoto yang sudah disebutkan sebelumnya saja, yaitu :

1. Asas kepastian hukum 2. Asas keseimbangan

3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan 4. Asas bertindak cermat atau seksama

5. Asas motivasi untuk setiap keputusan 6. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan 7. Asas permainan jujur

8. Asas keadilan atau larangan bertindak sewenang-wenang 9. Asas pemenuhan penghargaan yang ditimbulkan

10. Asas meniadakan akibat dari keputusan yang batal 11. Asas perlindungan cara hidup pribadi

12. Asas kebijaksanaan

13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum.

C. Administrasi Kependudukan

1. Pengertian Administrasi Kependudukan

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk

(42)

pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. 20 Informasi administrasi kependudukan memiliki nilai strategi bagi penyelenggara pemerintahan, pembangun dan pelayanan kepada masyarakat sehingga perlu pengelolaan informasi administrasi kependudukan secara terkordinasi dan berkesinambungan, sehingga untuk menjamin akan stabilitas pelayanan kepada masyarakat dibidang kependudukan sehingga pemerintah menetapkan kebjiakan akan sistem informasi administrasi kependudukan dan akta catatan sipil.

Administrasi Kependudukan dari Aspek Hak Keperdataan Gagasan menyusun suatu sistem administrasi yang menyangkut seluruh masalah kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan data-informasi kependudukan, patut menjadi perhatian untuk mewujudkannya. Karena sampai saat ini, peraturan perundang-undangan yang mendukungnya masih terpisah-pisah, berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kaitan satu dengan lainnya. Perwujudan suatu sistem memang sangat didambakan oleh masyarakat. Bahkan sebagai ciri dari penyelenggaraan negara yang modern khususnya bidang pelayanan masyarakat.

Pencatatan sipil merupakan hak dari setiap warga negara dalam arti hak memperoleh akta autentik dari pejabat negara. Masih jarang penduduk menyadari betapa pentingnya sebuah akta bagi dirinya dalam menopang perjalanannya dalam "mencari kehidupan". Betapa tidak, Anak lahir tanpa

20Lihat pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan

(43)

akta kelahiran, ia akan memperoleh kesulitan pada saat ia memasuki pendidikan. Demikian pula dalam masalah perkawinan, kematian, dan status anak. Banyak manfaat yang membawa akibat hukum bagi diri seseorang. Sebuah akta perkawinan yang diterbitkan oleh pejabat Kantor Catatan Sipil, memiliki arti yang sangat besar di kemudian hari, manakala terjadi sesuatu. Misalnya untuk kepentingan menentukan ahli waris, menentukan dan memastikan bahwa mereka adalah mukrimnya, atau dapat memberi arah ke pengadilan mana ia mengajukan cerai dan lain-lain yang tanpa disadari akta-akta tersebut sangat penting artinya bagi kehidupan sesseorang.

Pengertian pendafataran penduduk dan pencatatan sipil adalah tidak dapat disangkal bahwa sistem administrasi kependudukan merupakan sistem yang mengatur seluruh administrasi yang menyangkut masalah kependudukan pada umumnya. Dalam hal ini terkait tiga jenis pengadministrasian, yaitu pertama pendaftaran penduduk, kedua pencatatan sipil, dan ketiga pengelolaan informasinya. Ketiga sub sistem tersebut masing-masing memiliki pengertian dan definisi yang mampu memberikan gambaran tentang seluruh kegiatannya.

Pengertian pendaftaran penduduk sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Menteri Dalam Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk, disebut bahwa pendaftaran penduduk adalah kegiatan pendaftaran dan atau pencatatan data penduduk beserta perubahannya, perkawinan, perceraian, kematian, dan

(44)

mutasi penduduk, penerbitan nomor induk kependudukan, nomor induk kependudukan sementara, kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan akta pencatatan penduduk serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan.

Sedangkan penduduk adalah setiap Warga Negera Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI dan Warga Negara Asing yang selanjutnya disingkat WNA pemegang ijin tinggal tetap di wilayah negara Republik Indonesia. Jadi dari definisi tersebut, jelas yang dimaksudkan penduduk adalah setiap WNI dan WNA pemegang ijin tinggal tetap. Untuk itu guna administrasinya diselenggarakan pendaftaran penduduk.

Oleh karenanya dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakatnya perlu diupayakan segera pembaharuan hukum , khususnya dalam hal perlindungan hak melalui penerbitan akta perkawinan dan perceraian, disamping untuk kelahiran, pengangkatan anak dan status anak. Upaya- upaya tersebut dapat dilakukan berupa :

1. Menciptakan pembaharuan hukum yang sesuai dengan jiwa UUD 1945 yang menjamin hak-hak warga negaranya, sebagai pengganti peraturan perundang-undangan yang telahusang.

2. Melakukan kajian kritis terhadap seluruh pranata hukum produk kolonial dengan mengeyamping ketentuan-ketentuan yang sudah tidak relevan.

3. Melakukan penyusunan naskah akademis tentang pencatatan sipil.

(45)

4. Mengakomodasi Yurisprudensi Mahkamah Agung yang telah memutuskan terhadap perkawinan atas dasar beda agama dan perkawinan antar penganut Kong Hucu

2. Tertib Administrasi Kependudukam

1. Dasar Hukum Administrasi Kependudukan ada lima yaitu : a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;

c. Perpres Nomor 25 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

d. Perpres Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional;

e. Perpres Nomor 35 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 26 Tahun 2009.

Substansi adminduk adalah berupa pencatatan sipil dan pendaftaran kependudukan. Pencatatan sipil berupa pencatatan kelahiran, lahir mati, perkawinan, pembatalan perkawinan, perceraian, pembatalan perceraian, kematian, pengangkatan pengesahan dan pengakuan anak, perubahan

(46)

nama dan perubahan status kewarganegaraan, peristiwa penting dan pelaporan penduduk yang tidak bisa melapor sendiri.

Sementara pendaftaran kependudukan berupa pencatatan biodata penduduk per keluarga berikut sidik jari (biometrik), pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan, pendataan penduduk rentan kependudukan, pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.

Manfaat yang diperoleh pemerintah adalah dalam hal perumusan kebijakan, perencanaan pembangunan, kebutuhan sektor pembangunan lain, pemilu dan pilkada, penyusunan perkembangan kependudukan;

penyusunan proyeksi pembangunan, verifikasi jati diri penduduk dan dokumen kependudukan.

2. Tujuan Administrasi Kependudukan

Pertama, Tertib Database Kependudukan meliputi terbangunnya

database kependudukan yang akurat di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat; database kependudukan Kabupaten/ Kota tersambung (online) dengan Provinsi dan Pusat dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK); database kependudukan Depdagri dan daerah tersambung (online) dengan instansi pengguna.

Kedua, Tertib Penerbitan NIK meliputi NIK diterbitkan setelah penduduk

mengisi biodata penduduk per keluarga (F-1.01) dengan menggunakan SIAK; tidak adanya NIK ganda; pemberian NIK kepada semua penduduk harus selesai akhir tahun 2011.

(47)

Ketiga, Tertib Dokumen Kependudukan (KK, KTP, Akta Pencatatan Sipil) meliputi prosesnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; tidak adanya dokumen kependudukan ganda dan palsu.

Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan adalah melalui pemutakhiran database kependudukan; meningkatkan kualitas database kependudukan Kab/Kota, Provinsi dan Pusat melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan SIAK secara on line dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat; percepatan penguatan regulasi di daerah melalui Perda penyelenggaraan administrasi kependudukan serta diikuti dengan penegakan hukum (Law Enforcement) bagi pelanggaran administrasi kependudukan; penerapan awal (uji petik) KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip; pemberian NIK kepada setiap penduduk paling lambat tahun 2011; menerapkan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) paling lambat tahun 2012; melakukan kerjasama antara Kemendagri dengan BPPT, Lembaga Sandi Negara, ITB dan APTIKOM untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga teknis.

Persiapan sistem informasi yang dilakukan untuk melakukan pemutakhiran data kependudukan adalah berupa; instalasi aplikasi pemutakhiran data kependudukan ke server Kabupaten/Kota dalam rangka pencetakan F1-01 Pemutakhiran; instalasi aplikasi SIAK 2009 ke server Kab/Kota dalam rangka entry data hasil pemutakhiran data dan layanan

(48)

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; Instalasi Aplikasi Konsolidasi Data dalam rangka pemberian Nomor Induk Kependudukan.

Penerapan KTP berbasis NIK secara nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip memiliki dasar hukum yang menjadi payung dalam pelaksanaannya. Pasal-Pasal yang berkaitan dgn e-KTP (Perpres No. 26 Tahun 2009) adalah pasal 2 bahwa standart dan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak dan blangko e-KTP diatur dengan Peraturan Menteri (jo Permendagri No. 38 Tahun 2009); pasal 6 Ayat 1 bahwa e-KTP memuat kode keamanan (sidik jari) dan rekaman elektronik (chip); pasal 10 bahwa penerapan e-KTP paling lambat akhir tahun 2011.

Penerapan e-KTP akan mencakup 172 juta penduduk dan akan dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012. Tujuan dari penerapan KTP berbasis NIK yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) ini adalah memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen kependudukan; memberikan perlindungan status hak sipil setiap penduduk;

merupakan bentuk pengakuan negara bagi setiap penduduk.

Manfaat penerapan KTP berbasis NIK yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) adalah identifikasi jatidiri, data dalam e-KTP benar- benar menunjukkan identitas diri pemegang e-KTP serta mencegah terjadinya pemalsuan dokumen maupun dokumen ganda dengan pengamanan data yang dapat diandalkan.

(49)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006, NIK terdiri dari 16 (enam belas) digit terdiri atas: 6 (enam) digit pertama merupakan kode wilayah provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan tempat tinggal pada saat mendaftar 6 (enam) digit kedua adalah tanggal, bulan, dan tahun kelahiran dan khusus untuk perempuan tanggal lahirnya ditambah angka 40; dan 4 (empat) digit terakhir merupakan nomor urut penerbitan NIK yang diproses secara otomatis dengan SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan).

Karakteristik sidik jari adalah memiliki ketetapan bentuk dan menunjukkan ketunggalan identitas seseorang (Prabhakar, 2001 dan Pakanti, 2002. Automated Ingerprint Identification Systeem (AFIS) adalah sebuah system untuk melakukan identifikasi secara otomatis terhadap suatu sidik jari (fingerprint). AFIS merupakan otomasi proses identifikasi yang dilakukan lewat pencocokan (matching) berbasis minutiae dari sidik jari yang akan diidentifikasi dengan kumpulan sidik jari yang telah terekam pada suatu sistem database. Sidik jari tangan memiliki tiga karakteristik (ujung bukit, pencabangan dua dan titik yang disebut sebagai minutiae, lihat Gambar 2) muncul dalam berbagai kombinasi yang tidak pernah berulang pada dua orang (Pankanti, 2002).

Sistem AFIS memiliki fungsi identifikasi dan verifikasi berupa identifikasi yaitu proses menganali identitas seseorang lewat seleksi dan pencocokan terhadap keseluruhan data identitas yang terekam pada

(50)

database. Pada proses ini dilakukan pencocokan one-to-many (1 : N) untuk memastikan bahwa identitas orang yang dicari ada dalam database atau tidak. Verifikasi adalah suatu proses mengotentikasi identitas seseorang dengan membandingkan hasil pengambilan karakteri stik sidik jari (biometrik) dengan data yang sebelumnya telah terekam pada database.

Pada proses ini dilakukan pencocokan one to one (1 : 1) untuk mengkonfirmasi bahwa identitas seseorang adalah benar.

Parameter kinerja utama AFIS (selain parameter lain interoperabilitas, skalabilitas, modularitas, dll) yaitu Akurasi yang terdiri dari False Match yang memproses identifikasi (1 : N) : sistem AFIS secara salah mengidentifikasikan match antara record baru dengan record yang sudah ada di DB. 0,01%. False non match yaitu untuk proses identifikasi (1 : N) : sistem AFIS tidak menemukan match antara record baru dengan record yang sudah ada di DB padahal harusnya ada. Parameter kedua adalah Kecepatan, dimana AFIS memiliki kecepatan pemadanan per detik, misalnya, 100.000 matches/second.

Sementara chip yang ditanamkan kedalam e-KTP adalah untuk menyimpan biodata, pas photo, sidik jari, dan tanda tangan terdigitalisasi.

Disamping itu chips ini memiliki metoda pengamanan data berupa autentikasi dan confidentiality (enkripsi) serta integrity.21

21Ditjen Disdukcapil, “Tertib Administrasi Kependudukan”,

file:///C:/Users/User/Downloads/Ditjen%20Dukcapil%20Kemendagri%20_%20Melayani%20Sepe nuh%20Hati.html, pada tanggal 29 Juli 2017 pukul 02.38.

(51)

3. Pelayanan Dokumen Administrasi Kependudukan 1. Kartu Keluarga

Syarat Pengajuan

- Surat Permohonan / pengantar dari RT / RW - KK yang lama

- Akte Pekawinan / perceraian - Akte pengangkatan anak - Surat keterangan ganti nama - SKPPT bagi penduduk WNA

- Surat keterangan tempat tinggal bagi WNA

Mekanisme / Prosedur Pengajuan

- Mengisi formulir permohonan KK dan mengisi formulir isian biodata penduduk bak Kepala Keluarga maupun setiap anggota keluarga dan menyerahkan ke Desa / Kelurahan ;

- Desa / Kelurahan akan meneliti dan memeriksa ajuan yang masuk apabila telah memenuhi segala persyaratan yang telah ditetapkan maka berkas dimaksud dikirimkan ke Kecamatan ; - Kecamatan menerima dan meneliti berkas pendaftaran penduduk

dari Desa / Kelurahan apabila telah memenuhi segala persyaratan yang telah ditetapkan maka akan dilakukan perekaman data kependudukan dan hasilnya akan dikirimkan ke Kebupaten / Unit Kerja yang menangani ;

(52)

- Kabupaten / Unit Kerja yang menangani melakukan pemrosesan penerimaan hasil perekaman dari Kecamatan dan akan melakukan pemutakhiran data kependudukan serta proses penerbitan KK serta mengirimkan kembali hasilnya ke Kecamatan ;

- Kecamatan menerima, meneliti, dan menandatangani KK dalam rangkap 4 (empat) serta melakukan proses pemutakhiran data kependudukan sebagaimana hasil yang dikirimkan kembali dan mengirimkan ke Desa / Kelurahan ;

- Desa / Kelurahan menerima resi tanda terima pendaftaran penduduk, mencatat data penduduk berdasarka KK dalam Buku Induk Penduduk dan menyerahkan KK lembar 1 ke penduduk yang bersangkutan, lembar IV kepada pengurus RT, lembar II sebagai arsip.

2. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Syarat Pengajuan

- Surat permohonan / pengantar dari RT / RW ; - KK;

- Pas foto terbaru berwarna / hitam putih ukuran 3 x 4 cm sebanyak 1 (satu) lembar ;

- KTP yang telah habis masa berlakunya bagi yang mengurus perpanjangan KTP ;

(53)

- KTP yang rusak untuk penggantian KTP yang rusak ;

- Surat keterangan dari Kepolisian untuk penggantian KTP yang hilang.

Mekanisme / Prosedur Pengajuan

- Mengisi formulir permohonan KTP serta melampirkan persyaratan yang telah ditentukan dan menyerahkan ke Desa / Kelurahan ;

- Desa / Kelurahan menerima dan meneliti berkas permohonan KTP apabila telah memenuhi syarat maka berkas pengajuan permohonan KTP dikirim ke Kecamatan ;

- Kecamatan menerima dan meneliti berkas permohonan KTP dari Desa / Kelurahan apabila sesuai maka segera melakukan proses penerbitan KTP, sekalian proses Laminating dan mengirimkan KTP yang telah jadi ke Desa / Kelurahan dan melaporkan hasil penerbitan KTP pada Kabupaten / Unit Kerja yang bertanggung jawab ;

- Desa / Kelurahan mengarsipkan dan menyerahkan KTP yang telah selesai kepada yang bersangkutan.

3. Akte Kelahiran Syarat Pengajuan

- Surat pengantar dari RT atau RW.

(54)

- Surat Keterangan Kelahiran dari Dokter/Bidan/Rumah Sakit/

tempat melahirkan. Atau juga mungkin bisa saja ketika saat melahirkan berada di pesawat atau kapal laut maka, perlu juga mendapatkan surat keterangan dari Pilot/Nahkoda.

- Kartu Keluarga asli dan fotokopi bagi penduduk tetap atau SKSKPNP bagi warga non-permanen di tempat domisili tersebut sebanyak 2 lembar.

- Kartu Identitas Penduduk (KTP) suami-istri asli dan fotokopi sebanyak 2 lembar. Bisa juga kalau diperlukan menggunakan SKDS ataupun Surat Keterangan Pelaporan Tamu.

- Fotokopi buku nikah KUA atau Akte Pernikahan dari Catatan Sipil sebanyak 2 lembar.

- Fotokopi Akte Kelahiran suami-istri sebanyak 2 lembar.

- Dua orang saksi untuk membuktikan tentang kelahiran di Dinas Pencatatan Sipil berikut fotokopi KTP yang bersangkutan (untuk hal ini mungkin di beberapa daerah, saksi tidak perlu ikut dalam pengurusan cukup menyerahkan fotokopi KTP saja kepada pelapor/orang tua anak).

- Surat keterangan dari kepolisian untuk anak yang tidak diketahui asal-usulnya.

- Surat keterangan dari lembaga sosial khusus untuk kelahiran anak penduduk rentan.

- Surat Kuasa dengan materai sebesar Rp6.000.

(55)

- Mengisi Formulis Permohonan Pencatatan Kelahiran dengan materai Rp6.000.

Administrasi kependudukan sebagai suatu sistem, bagi penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan dokumen kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif pemerintah dan pemerintah daerah.

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis dalam menunjang pengumpulan data adalah di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan serta melakukan wawancara dengan beberapa responden, yakni sepuluh masyarakat yang datang melakukan pengurusan pelayanan administrasi kependudukan khususnya KTP dan KK di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone. Sistem ini menggunakan random sampling, yakni pemilihan responden dilakukan secara acak, baik yang melakukan pengurusan KTP dan KK, maupun masyarakat yang hanya sekadar ingin dating mencari informasi. Hal ini dilkakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua masyarakat dapat diakomodir dalam penelitian ini. Adapun informan yang dipilih yakni pegawai yang melayani pelayanan administrasi pertanahan.

(57)

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari populasi, sampel, dan responden. Kemudian, sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, data dibagi dalam dua jenis yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak yang terkait sehubungan dengan penelitian skripsi ini yaitu masyarakat yang melakukan pengurusan KTP dan KK di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui badan-badan laporan dan dokumen lain yang telah ada sebelumnya serta mempunyai hubungan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Suatu karya ilmiah membutuhkan sarana untuk menemukan dan mengetahui lebih mendalam mengenai gejala-gejala tertentu yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian kebenaran karya ilmiah tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebagai tindak lanjut dalam memperoleh data-data sebagaimana yang diharapkan, maka penulis melakukan pengumpulan data yang diharapkan, maka penulis melakukan pengumpulan data yang berupa :

(58)

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Studi lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian, yaitu di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone serta melakukan wawancara dengan warga masyarakat yang melakukan pengurusan KTP dan KK.

2. Penelitian Pustaka (Library Research)

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan membaca berbagai buku, jurnal ilmiah, dan dari berbagai sumber lain yang mempunyai keterkaitan dengan materi pembahasan.

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang pelaksanaan pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone tentang pelaksanaan pelayanan KK dan KTP, dan faktor – faktor yang mempengaruhi pelayanan publik dalam pelayanan Kartu keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

A. Pelaksanaan Pelayanan KK dan KTP di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah. Fungsi pelayanan publik ini sangat penting bahkan peranannya sangat besar karena menyangkut kepentingan umum, khususnya kepentingan rakyat secara keseluruhan. Pelayanan publik yang di laksanakan di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone merupakan salah satu tugas dari sekian banyak fungsi dan tugas yang harus diemban oleh aparat instansi pemerintahan di daerah. Dalam memberikan pelayanan tersebut, di tuntut adanya keseriusan dan kesungguhan dalam melayani masyarakat sebagai abdi masyarakat dan abdi negara.

Penelitian ini difokuskan pada pembahasan pelayanan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Untuk mengetahui

Referensi

Dokumen terkait

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adalah salah satu model deret waktu yang dapat digunakan untuk memodelkan harga saham.. Persamaan pada model ARIMA

Penelitian ini Untuk mengetahui efektivitas beberapa jamur Entomopatogen dengan keraptan konidia dan habitat yang berbeda terhadap mortalitas pada larva.. Oryctes rhinoceros

kepada petani dengan lebih intens untuk meningkatkan pengetahuan dan. perilaku petani

Lipid dapat larut dalam pelarut organik nonpolar dan pelarut polar yang dipanaskan pada bahan atau sampel. Sedangkan uji ketidak jenuhan merupakan, uji yang

Dalam melakukan penelitian dapat berangkat adanya potensi atau masalah.Masalah yang dikemukakan adalah penyimpangan yang terjadi dari adanya “Kejahatan Narkoba”

[r]

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk Kontrak dan dokumen pendukung Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 untuk pendanaan yang bersumber dari APBN, dan

Oleh karena itu untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini maka persoalan yang akan dimunculkan adalah melakukan pengidentifikasian terhadap lingkungan