• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DOKTER MUDA DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DOKTER MUDA DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SKRIPSI. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH :"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DOKTER MUDA DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT

UMUM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

NIM : 130200073 HAZIELA F.

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DOKTER MUDA DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT

UMUM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

NIM : 130200073 HAZIELA F.

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATABW

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

NIP.196602021991032002

Dr. ROSNIDAR SEMBIRING SH.M.HUM

Dosen Pembimbing I DosenPembimbing II

Muhammad Husni,S.H.,MH SyaifulAzam,S.H.,M.Hum NIP:195802021988031004 NIP:196001061994031001

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “TANGUNG JAWAB KEPERDATAAN DOKTER MUDA DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM MEDAN”yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara di Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan demi kebaikan karya penulis dimasa yang akan datang. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bukan hanya bersandar pada kemampuan penulis semata tetapi tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu sudah sepantasnya penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, sealaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

2. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Bapak Muhammad Husni,S.H.,MH selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Bapak SyaifulAzam, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pendidikan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Segenap Staff Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas bantuannya yang memudahkan penulis mencari bahan – bahan referensi untuk skripsi ini.

9. Teruntuk Orangtua Tercinta ayahku Fachrizal.SE dan enyakku Anita Lase Suhendera terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

(5)

10. ini,terima kasih atas dukungan dan doa yang tidak pernah putus diberikan kepada penulis untuk mencapai cita-cita

11. Kakak dan Adikku Tersayang dan Tercinta Haflizie,SE dan Muhammad Aqshal Khadafi yang selalu mendukung dan selalu mendengarkan keluh kesah punulis.

12. Sahabat-Sahabatpenulis di luarkampus, Farida,Tika,Riska,jeje,putri.

13. Sahabat – sahabat penulis, Natalia,Bened,Adefarez,Rahmah,Safinna, hanif

14. Terima kasih untuk seluruh teman Klinis dan teman seangkatan stambuk 2013 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan yang ada pada penulis. Akan tetapi penulis tetap memberikan penghargaan bahwa skripsi ini dapat memberikan sedikit sumbangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata diucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan kepada penulis. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembacanya.

(6)

Medan, September 2017

Penulis Haziela F.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Keaslian Penulisan ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN UMUN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN A. LatarBelakang,PengertiandanBentukPelayananKesehatan ... 10

B. SubjekdanObjekPelayananKesehatan ... 20

C. DasarHukumPelayananKesehatan ... 21

BAB III TANGGUNG JAWAB HUKUM KEPERDATAAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN A. AspekHukumKeperdataandalamBidangPelayananKesehat an ... 25

(8)

B. TanggungJawabHukumKeperdataanAkibatTerjadinyaWanpestras i ... 30 C. TanggungJawabHukumKeperdataankarenaPerbuatanMelawanHu

kum ... 33 BAB IV ANALISIS HUKUM KEPERDATAAN DOKTER MUDA (CO

ASS) DALAM PENANGANAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM

A. HubunganHukumantaraDokterMuda (Co Ass) denganRumahSakitUmum Medan ... 41

B. BentukPertanggungJawabansertaSanksi-SanksiDokterMuda (Co Ass) dalamPenangananPelayananKesehatanTerhaapPasien di Rumah SakitUmum Medan ... 59 C. HasilWawancaradenganDokterMuda (Co Ass) danPasien yang

Bersangkutan ... 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

(9)

ABSTRAK Haziela F.1

Muhammad Husni ,S.H.,MH2 Syaiful Azam, SH., M.Hum3

Rumah sakit merupakan jenis sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat.Rumah sakit juga menjadi sarana pendidikan bagi para calon dokter yang bias disebut sebagai dokter muda.Dalam hal ini dokter muda yang sedang melaksanakan pendidikannya di rumah sakit adalah salah satu pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan yang diterapkan pada Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009.

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.Pelayanan kesehatan juga merupakan hak bagi setiap orangyang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatan derajat baik perseorangan maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban dokter muda dalam melayani dan menangani pasien selama melakukan proses pembelajaran di rumah sakit,serta siapa saja para pihak yang ikut bertanggungjawab dan proses pertanggungjawabannya.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam melakukan pelayanan kesehatan selama berada dirumah sakit,dokter muda hanya melakukan proses pembelajaran yang olehmya dibawah bimbingan dan arahan dari residen dan supervisor lah yang bertanggung jawab atas nama mahasiswa yang bersangkutan jika terjadi kesalahan yang dilakukan oleh seorang dokter muda tersebut yang berakibat pada kerugian yang dialami oleh pasien selama menjalankan pengobatan dirumah sakit.Selain itu Universitas juga mempunyai tanggungjawab yang besar terkait pelaksanaan pendidikan oleh mahasiswanya selama berada dirumah sakit dimana rumah sakit hanyalah tempat mahasiswa mendapatkan ilmu dan memperdalam pengetahuaannya dalam prakter pelayanan kesehatan.

Kata Kunci : Rumah Sakit,Pelayanan Kesehatan dan Dokter Muda

1 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakitsangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau mundurnya pelayanan kesehatan rumah sakitakan sangat ditentukan oleh keberhasilan dari pihak-pihak yang bekerja di rumah sakit, dalam hal ini dokter, perawat dan orang-orang yang berada ditempat tersebut. Pelayanan hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membantu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan kepuasan yang diharapkan konsumen.

Pelayanankesehatanadalahsebuahkonsep yang digunakandalammemberikanlayanankesehatankepadamasyarakat.Untukdapa

tterselenggaranyapelayanankesehatan yang meratakepadamasyarakat,

diperlukanketersediaantenagakesehatan yang meratadalamartipendayagunaandanpenyebarannyaharusmeratakeseluruhwila

yahsampaikedaerahterpencilsehinggamemudahkanmasyarakatdalammemper olehlayanankesehatan.4

1. MenurutLoomba(1973) danLevey,pelayanankesehatanadalah upaya yang diselenggarakansendiri/secarabersama- Menurutbeberapaparaahlimenyebutkanbahwapelayanankesehatanadal ah:

4Pasal 16 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

(11)

samadalamsuatuorganisasiuntukmemeliharadanmeningkatkank esehatan,mencegah,danmenyembuhkanpenyakitsertamemulihk ankesehatanperseorangan,keluarga,kelompeok,

ataumasyarakat.

2. MenurutProf.Dr.SoekidjoNotoatmojo,

pelayanankesehatanadalahsebuah sub tentang system pelayanankesehatantujuanutamanyaadalahpelayananpreventif(p

encegahan)danpromotif (peningkatankesehatan) dengansasaranmasyarakat.5

Di dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 30 ayat (2) menyebutkan ada 3 (tiga) tingkat pelayanan kesehatan yaitu :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua, adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga, adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik.

Seorangtidakdibenarkanmelakukantindakanpelayanankesehatanapabil

atidakmemilikiketerampilan,pengetahuantermasukpengalaman yang sesuaiketentuanterkaitmengenaibagaimanalangkahdanupayadalammelaksan

akanpelayanankesehatanterhadapseorangpasien .Hal inikarenakesehatansangatberkaitandengankelangsunganhidupseseorang

5http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public

health/pengertianpelayanan kesehatan, diakses tanggal 20,september 2017.pukul21.10Wib

(12)

yang

jikamenyalahiketentuanpelayanandapatberakibatburukpadapasiennya.Halini

diaturdalamUndang-Undang No.29 Tahun 2004 TentangPraktikKedokteranPasal 73 ayat (2) bahwa: Setiap orang

dilarangmenggunakanalat, metodeataucara lain

dalammemberikanpelayanankepadamasyarakat yang

menimbulkankesanseolah-olah yang bersangkutanadalahdokterataudoktergigi yang

telahmemilikisurattandaregistrasidan/atausuratizinpraktik.

Doktertidakhanyabertanggungjawabterkaitkesalahan yang dilakukannyasendiritetapijugamenyangkutkesalahanpara medic yang

membantukegiatanpelayanankesahatan yang dilaksanakansepertiperawat,bidan,doktermudadansebagainya.Halinisebagaia

kibatdaripertanggungjawabanprofesiseorangdokter yang bertanggungjawabterhadapapa yang dilaksanakanoleh orang-orang yang

dibawahkuasanyadimanamerekaharusmelaksanakankegiatanpelayanannyase suaidenganapa yang di perintahkanolehdokter.haliniberdasarkanpadapasal 1367 KUHPerdata yang isinyaadalahSetiap orang bertanggungjawab,bukanhanyaataskerugian yang disebabkanperbuatan-

perbuatanmelainkanjugaataskerugian yang disebabkankelalaianataskerugian yang disebabkanbarang-barang yang adadibawahpengawasannya.

Seorangdoktermudajugatidakdibenarkanmelakukantindakanmedisbila manatidakmendapatkanpersetujuandanperintahdariseorangdokterkarenabelu

(13)

mmendapatkansuratizinpraktikkedokteransesuai yang diaturdalampasal 36

Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentangPraktikKedokteran.Doktermudasebagaiseseorangmahasiswa yang

melaksanakan program pendidikanprofesinyaberadadibawahwewenangseorangdokterpembimbing

Undang-Undang No.29 Tahun 2004

tentangPraktikKedokteran.Doktermudasebagaiseseorangmahasiswa yang

melaksanakan program pendidikanprofesinyaberadadibawahwewenangseorangdokterpembimbing

yang bertanggungjawabterkait yang bertanggungjawabterkaitkegiatan yang dilaksanakan di RumahSakit.Sekalipunsecarateoritelahmelaluipendidikan

formal di Universitas,akantetapibelumdiperkenankanmengambilkeputusansendiridan

melakukanpenanganankesehatan.

Seorangdokterketikamelimpahkanwewenangnyakepada orang-orang

yang membantunyadalamhalpelayanan medic

padahakikatnyaakanmelaksanakantindakanpelayanankesehatanuntukdanatas namadokter yang bersangkutan.Sekalipunsecarateknisbukandokter yang

bersangkutan yang melaksanakantindakanmedis,bilamanasuatusaatterjadikesalahan yang

mengakibatkankerugianbagipasien,makadokter yang member kuasalah yang akanmempertanggungjawabkanhaltersebut.

(14)

Berdasarkanuraian yang telahdikemukakandiatasdanpadabagiansebelumnya, penulistertarik

untukmeneliti, mengkajidanmemahami yang berkenaandenganfungsipelayanan kesehatan di rumah

sakituntukdijadikansuatuskripsidenganjudul :

“TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DOKTER MUDA DALAM PENANGANAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM MEDAN”

B. RumusanMasalah

Berdasarkanlatarbelakang yang telahdiuraikandiatas, maka yang menjadirumusanmasalahdalamskripsiiniadalahsebagaiberikut:

1. Bagaimana hubungan hukum antara Dokter Muda (Co Ass) dengan Rumah Sakit Pirngadi Medan?

2. Bagaimana Bentuk pertanggung jawaban serta sanksi-sanksi Dokter Muda (Co Ass) dalam penanganan pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit Pirngadi Medan

C. Tujuan Penulisan

Dalam penelitian dan pembahasan terhadap suatu permasalahan yang layaknya juga mempunyai suatu tujuan dan sesuai dengan masalah yang dibahas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan hukum antara Dokter Muda (Co Ass) dengan Rumah Sakit UmumMedan.

(15)

2. Untuk mengetahui Bagaimana Bentuk pertanggung jawaban serta sanksi-sanksi Dokter Muda (Co Ass) dalam penanganan pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit UmumMedan.

D. Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian ataupun masukan terhadap pemahaman Pelayanan Kesehatan khususya berkaitan dengan tanggung jawab dokter muda (Co Ass)

2. Manfaat Praktis

Dengan penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun sumbangan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, member manfaat bagi dunia pelayanan kesehatan dan masyarakat pada umumnya.

Selain itu diharapkan agar tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini ada 2 (dua) cara atau metode pengumpulan data yang berkaitan dengan materi pokok skripsi ini, metode pengumpulan dat yang dimaksud adalah :

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Yaitu penelitian dengan pengumpulan data metode yuridis normatif guna menelaah bahan – bahan literatu ataupun tulisan ilmiah, Undang –

(16)

Undang yang berkaitan dengan judul skripsi ini, baik yang diperoleh dengan perkuliahan maupun diluar perkuliahan.

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi : a. Bahan hukum primer, dapat berupa Undang – Undang, Peraturan

Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan..

b. Bahan hukum sekunder, dapat berupa karya – karya ilmiah berupa pendapat para ahli, baik dalam bentuk buku, makalah, artikel, karya – karya ilmiah lain atau tulisan dalam internet.

c. Bahan hukum tertier, terdiri dari bahan – bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum.

2. Penelitian Lapangan

Yaitu penelitian secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer dengan teknik mewawancarai pihak yang dianggap diperlukan untuk diwawancarai yaitu Dokter muda yang menangani pasien di rumah sakit Pirngadi Medan.

Metode ini disebut metode pendekatan kualitatif karena penulis memerlukan objek penelitian yang utuh untuk penerapan pelayanan kesehatan terhadap berbagai pasien dan ditangani oleh dokter Dokter muda yang berada di Rumah Sakit Pirngadi Medan. Hasil data yang diperoleh adalah berupa deskriptif-analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.

F. Keaslian Penulisan

(17)

Berdasarkan penelitian di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka judul skripsi yang berjudul “TANGUNG JAWAB KEPERDATAAN DOKTER MUDA DALAM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUMMEDAN” belum pernah diajukan. Dengan demikian maka penulisan ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Penulisan

Seluruhuraianyang adadalampenyususnanskripsiini, dikemukakansecarasistematis yang tersiriatasbeberapababdanmasing–

masingterdiridaribeberapa sub dengantujuanuntukmemudahkanpembacamemahamiisiskripsiini.Adapun

skripsi ini disusun secara sistematis sebagai berikut : BAB I Pendahuluan

Bab ini merupakan awal dari penulisan skripsi yang berisikan latar

belakang,rumusan masalah,tujuan penulisan,manfaat penulisan,metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Kesehatan

Bab ini berisikan tentang latar belakang,pengertian dan betuk pelayanan kesehatan,subjek dan objek pelayanan kesehatan serta dasar hukum pelayanan kesehatan

BAB III Tanggung Jawab Keperdataan dalam Pelayanan Kesehatan Bab ini berisikan tentang tanggung jawab hukum keperdataan dalam bidang pelayanan kesehatan,tanggung jawab keperdataan

(18)

akibat terjadinya waprestasi,dan tanggung jawab keperdataan karena adanya perbuatan melawan hukum

BAB IV Analisis Hukum Keperdataan Dokter Muda (CO ASS) dalam Penanganan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien di Rumah Sakit Pirngadi

Bab ini berisikan tentang hubungan dokter muda dengan rumah sakit dan universitas,serta penjabarab hasil dari wawancara.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan yang ada didalam isi skripsi ini dan saran yang ada dalam skripsi ini

(19)
(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

A. Latar Belakang,Pengertian dan Bentuk Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya layanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Layanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjuk untuk menyembuhkan penyakit,pengurangan penderita akibat penyakit,pengendalian penyakit, pengendalian penyakit dan pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai kemampuannya.

Pelayanan kesehatan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utama adalah masyarakat.karena ruang lingkup pelayanan kesehatan menyangkut

(21)

kepentingan masyarakat banyak maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan sangatlah besar.Hanya saja karena masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah masalah masyarakat sendiri maka dalam penyediaan serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan juga membutuhkan bantuan dari masyarakat.

Pelayanan kesehatan merupakan hal yang penting yang harus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan standar layanan kesehatan yang berlaku,supaya masyarakat sebagai konsumen dapat merasakan pelayanan yang diberikan.pelayanan kesehatan sendiri pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membantu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan kepuasan sesuai dengan keinginan yang di harapkan konsumen.6

Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, menimbang point b mengatur bahwa: kesehatan sebagai hak asasi manusia harus di wujudkan dakam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.

Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada bagian menimbang poin a mengatur: Bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan selain ada unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

6Triwulan Tutik,titik.Perlindungan Hukum Bagi Pasien.PT.Prestasi Pustaka,Jakarta 2010.hal 11

(22)

Selanjutnya poin c mengatur bahwa: penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam bentuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi,keahlian dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikat, registrasi, lisensi, serta pembinaan pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang kesehatan mengatur bahwa:

Kesehatan adalah keadaan sehat,baik secara fisik,mental, spiritual,maupun sosial yang menungkinkan setiap orang harus hidup secara sosial dan ekonomi.Pasal 1 angka 11 mengatur bahwa: Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,peningkatan kesehatan,pengobatan penyakit dan memelihara kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Yang digolongkan sebagai pelayanan kesehatan antara lain adalah pemeriksaan medik,diagnosis,terapi,anastesi,menulis resep obat-obatan, pengobatan dan perawatan dirumah sakit, peningkatan pasien, control, pemberian keterangan medic, kerja sama penyelenggaraan pelayanan kesehatan,dan sebagainya.7

7 Tengker,Freddy.Hak pasien.CV.Mandar.Maju, Bandung,2007.hal.56

(23)

Pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 seperti penjelasan diatas sudah sangat jelas bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan baik perseorangan maupun masyarakat sangat terjamin dalam UU No.36 Tahun2009 tentang kesehatan.dalam beberapa pasal ditegaskan bahwa untuk menjamin kesehatan masyarakat maka pemerintah mengupayakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dalama mencapai upaya Indonesia sehat.Pelayanan yang diberikan pemerintah baik itu berupa persediaan fasilitas pelayanan kesehatan, persediaan obat, serta pelayanan kesehatan itu sendiri.Fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah dalam upaya menjamin kesehatan masyarakat.8

Dalam pelayanan kesehtan perseorangan ini harus tetap mendapatkan izin dari pemerintah sesuai denga Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,seperti yang ada di dalam Pasal 30 Ayat, (1),(2) dan (3).Yaitu:9

a. Pelayanan Kesehatan Perseorangan;dan Pasal 30

(1) : Fasilitas Pelayanan Kesehatan, menurut jenis pelayanan terdiri dari :

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

(2) : Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Tingkat pertama ; b. Pelayanan Kesehatan Tingkat kedua dan

8 Dewi,Alexandria I.Etika dan Hukum Kesehatan.Pustaka Publiseher,Jogyakarta.2008

9Dewi,Alexandria I.Etika dan Hukum Kesehatan.Pustaka Publiseher,Jogyakarta.2008

(24)

c. Pelayanan Kesehatan Tingkat ketiga.

(3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pasa Ayat (1) dilaksanaka oleh pihakpemerintah,pemerintah daerah dan swasta.

Pasal 31 Fasilitas pelayanan kesehatan wajib;

a. memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan

b. mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah atau menteri

Dalam hal demikian fasilitas layanan kesehatan akan memberikan pelayanan kesehatana bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu, dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik swasta maupun pemerintah wajib untuk melayani pasien tanpa memandang siapa pasien tersebut , hal ini dalam undang-undang melarang barang siapa saja yang terlibat dalam pelayanan kesehatan memberatkan pasien dalam keadaan darurat untuk menolak pasien atau meminta uang muka sebagai jaminan.

Bentuk layanan kesehatan terdiri atas tiga,yaitu :

1. Primary health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama) Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan bersifat dasar dan dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh :

a. Dokter Umum (tenaga medis) b. Perawat Mantri (tenaga paramedis)

(25)

Pelayanan Kesehatam Primary Health Care,atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan,yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan,Primary Health Care pada pokoknya ditunjukkan kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukin diperdesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan.Pelayanan kesehatan ini bersifat berobat jalan.Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.

Contohnya : Puskesmas,Puskesmas keliling,Klinik

2. Secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat kedua) kesehatan skunder adalah pelayanan yang bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas.Pelayanan kesehatan skunder (Secondary Health Care)adalah rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan tipe rumah sakit A.

Pelayanan kesehatan dilakukan oleh : a. Dokter Spesialis

b. Dokter Subspesialis terbatas

Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient services).Diperlukan untuk

(26)

kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.

Contohnya : Rumah Sakit tipe C dan Rumah sakit tipe D baik RSUD maupun Rumah Sakit swasta.

3. Tertiary health servise (pelayanan kesehatan tingkat ketiga) Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.

a. Dokter Subspesiali b. Dokter Subspesialis luas

Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi).

Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayana kesehatan skunder.

Contohnya : Rumah Sakit tipe A dan Rumah Sakit tipe B baik RSUD maupun rumah sakit swasta.10

a. Asas legalitas

Adapun Asas-asas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

Asas ini pada dasarnya tersirat pada pasal 23 ayat (1),(2) dan (3) Undang-Undang No 36 Tahun 2009 kesehatan yang menyatakan bahwa

1. Tenaga kesehatan berwewenag untuk menyelenggarakan kesehatan

10 http///caradokterku.blogspot//diaskses pada 21 september2017,pada pukul 14.20

(27)

2. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

3. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.Berdasarkan ketentuan di atas,maka pelayanan kesehatan hanya dapat diselenggarakan apabila tenaga kesehatan yang bersangkutan telah memenuhi syarat dan perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Asas Keseimbangan

Fungsi hukum memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap kepentingan manusia,hukum juga harus dapat memulihkan keseimbangan tatanan masyarakat yang terganggu pada keadaan semula.Asas keseimbangan ini merupakan asas yang berlaku umum.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus diselenggarakan secara seimbang antara kepentingan individu dan antara tujuan dan sarana,antara sarana dan hasil antara manfaat dan risiko yang ditimbulkan upaya medik yang dilakukan c. Asas tepat waktu

Asas tepat waktu ini,merupakan asas yang sangat penting diperlihatkan oleh pada pelayan kesehatan khususnya pada dokter

(28)

dan dokter muda.Karena keterlambatan penanganan seseorang pasien akan dapat berakibat fatal yaitu kematian pasien.Penanganan yang terkesan lambat dan lalai terhadap pasien sangat tidak terpuji dan sangat bertentangan dengan asas tepat waktu.Kecepatan dan ketepatan penanganan terhadap pasien yang sakit merupakan salah satu faktor yang dapat berakibat terhadap kesembuhan pasien.

d. Asas itikad baik

Asas ini bersumber pasa prinsip etis berbuat baik yang perlu diterapkan dalam pelaksanaan kewajiban dokter terhadap pasien.Sebagai profesional seorang dokter dalam menerapkan asa itikad baik ini akan tercermin dengan penghormatan terhadap hak pasien dan pelaksanaan praktek kedokteran yang selalu berpegang teguh pada standar profesi,

e. Asas kejujuran

Asas kejujuran merupakan merupakan hal yang penting dalam hubungan dokter dengan pasien.11

a) Asas otonomi

Adapun juga menurut Munir Fuady,asas dalam etika modern dari praktek kedokteran :

11Veronica Komalawati,Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terepeutik(Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien); Suatu Tinjauan Yuridis ,Bandung,Citra Aditya Bhakti,2002,hal.308

(29)

Asas ini menghendaki agar pasien yang mempunyai kapasitas sebagai subjek hukum yang cakap berbuat,diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya secara rasional,sebagai wujud penghormatan terhadap hak asasinya untuk menentukan nasib sendiri.

b) Asas murah hati

Adalah suatu asas yang sangat menekan kepada para pemegang profesi kedokteran agar dalam upayanya melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien atau masyarakat agar mengutamakan asas murah hati.

c) Asas keadilan

Dokter atau dokter gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan tidak dibenarkan membedakan status ekonomi ataupun status sosial pasien.Dokter atau dokter gigi harus tetap memberikan penghormatan yang sama kepada seluruh pasiennya dan juga memberikan penghargaan sama atas hak-hak pasien seperti hak atas kerahasiaan pasien.

d) Asas kesetiaan

Asas kesetiaan ini bahwa harus dapat dipercaya dan setia terhadap amanah yang diberikan pasien kepadanya.Seseorang pasien datang kepada dokter atau dokter gigi karena dia percaya bahwa dokter atau dokter

(30)

gigi tersebut akan dapat memberikan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya

e) Asas kejujuran

Asas kejujuran merupakan asas yang dijunjung tinggi baik dokter dan dokter gigi maupun pasien.Pasien harus jujur menceritakan riwayat penyakitnya tanpa ada yang ditutupi oleh pasien ke doket,dokter atau dokter gigi harus secara jujur menginformasikan hasil pemeriksaannya, peyakit,lamgkah-langkah yang harus dilakukan dengan cara yang baik.12

B. Subjek dan Objek Pelayanan Kesehatan

Subjek Hukum Layanan kesehatan adalah Pasien dan tenaga kesehatan termasuk institusi kesehatan sedangkan Objek Hukum Kesehatan adalah perawatan kesehatan.

Subjek hukum Manusia (orang) adalah setiap orang yang mempunyai kedudukan sama selaku pendukung hak dan kewajiban.pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak ia lahit hingga meninggal dunia.Selain itu juga ada manusia yang tidak dapat dikatakan sebagai subjek hukum.seperti :

d. Anak yang masih di bawah umur,belum dewasa.

12Ibid hal 309

(31)

e. Orang yang berada dalam pengampuan yauitu orang yang sakit ingatan(gila).13

Objek hukum sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat menjadi pokok suatu hubungan hukum bagi para subjek hukum.(contoh:

benda yang memiliki nilai ekonomis merupakan objek hukum).Objek hukum merupakan segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum adalah hak,karena dapat dikuasai oleh subjek hukum.

Adapun jenis-jenis dari Objek Hukum adalah:

a. Barang yang bertubuh/berwujud,dan barang yang tidak bertubuh/berwujud.(pasal 503)

b. Barang yang bergerak dan barang yang tak bergerak (pasal 504)14

C. Dasar Hukum Pelayanan Kesehatan

semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, maka semakin berkembang juga aturan dan peranan hukum dalam mendukung peningkatan pelayanan kesehatan,alasan ini menjadi fakor pendorong pemerintah dan istitusi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menerapkan dasar dan peranan hukum dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang berorientasi terhadap perlindungan dan kepastian hukum pasien.Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur dalam pasal 53 UU Kesehatan,yaitu :

13 Joni,afriko hukum kesehatan.jakarta 2016

14Joni,afriko hukum kesehatan.jakarta 2016

(32)

Pasal 53

Pelayanan kesehatan penseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

1) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

2) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

Lalu pasal 54 Undang-Undang Kesehatan juga mengatur pemberian pelayanan kesehatan yaitu :

Pasal 54

1) penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab ,aman,bermutu,serta merata dan nondiskriminatif.

2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(33)

dilakukan oleh pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat.15

Pelayanan kesehatan itu sebenarnya juga merupakan perbuatan hukum,yang mengakibatkan timbulnya hubungan hukum antara pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit terhadap penerima pelayanan kesehatan,yang meliputi kegiatan atau aktivitas profesionaldi bidang pelayanan prefentif dan kuratif untuk kepentingan pasien.Secara khusus pada pasal 29 ayat(1) huruf (b) Undang-Undang Rumah Sakit,rumah sakit mempunyai kewajibanmemberikan pelayanan kesehatan yang aman bermutu,antidiskriminasi,dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standart pelayanan rumah sakit.

Peraturan atau dasar hukum dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di rumah sakit wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 UU Kesehatan sebagai dasar dan ketentuan umum dan ketentuan pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah Sakit dalam melakukan Pelayanan Kesehatan.Dalam penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit mencakup segala aspeknya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.

Melalui ketentuan Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit dalam hal ini pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yakni rumah sakit,memiliki tanggung jawab agar tujuan pembangunan di bidang kesehatan mencapai hasil yang optimal,yaitu melalui pemanfaatan tenaga kesehatan,sarana dan

15www.suduthukum.com/diakses pada tanggal 24 september2017.pada pukul 15.50

(34)

prasarana,baik dalam jumlah maupun mutunya,baik melalui mekanisme akreditasi maupun penyusunan standart,harus berorientasi pada ketentuan hukum yang melindungi pasien,sehingga memerlukan perangkat hukum kesehatan yang dinamis yang dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan,mengarahkan,dan memberikan dasar bagi pelayanan kesehatan.

(35)

BAB III

TANGGUNG JAWAB HUKUM KEPERDATAAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

A. Aspek Hukum Keperdataan dalam Bidang Pelayanan Kesehatan Istilah hukum perdata pertama kali di perkenalkan oleh Prof.Djojodiguno sebagai penerjemah burgerlijkrechtpada masa pendudukan jepang.Di samping istilah itu,sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht.Para ahli memberikan batasan hukum perdata,sebagi berikut.

Van Dunne mengartikan hukum perdata khusus pada abad ke-19 adalah :

“suatu pengaturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangatecensial bagi kebebasan individu,seperti orang dan keluarganya,hak milik dan perikatan.sedangkan hukum public memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”

Pendapat lain yaitu Vollmar,dia mengartikan hukum perdata itu sebagai berikut:

“aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam perbandingannya yang tepat antara lain kepentingan yang satu dengan kepentingan lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat

(36)

tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”

Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa pengertian hukum perdata yang dipaparkan oleh para ahli di atas, kajian utamanya pada pengaturan tentang perlindungan antara orang yang satu dengan orang yang lain,akan tetapi di dalam ilmu hukum subjek hukum bukan hanya orang tetapi badan hukum juga termasuk subjek hukum,jadi untuk pengertian yang lebih sempurna yaitu keseluruhan kaidah-kaidah hukum (baik tertulis maupun tidak tertulis) yang mengatur hubungan subjek hukum satu dengan hukum yang lainnya dalam hubungan kekeluargaan dan didalam pergaulan masyarakat.Dilihat dari hubungan hukum antara tenaga kesehatan dan pasien terdapat apa yang dikenal saling sepakat untuk mengikat diri dalam melaksanakan pengobatan atau pelayanan kesehatan dan terbentuklah apa yang disebut sebagai perikatan yang di dalam doktrin ilmu hukum terdapat dua macam perikatan yaitu perikatan ihktiar dan perikatan hasil.

Dalam perikatan ikhtiar maka prestasi yang harus diberikan oleh tenaga kesehatan adalah supaya semaksimal mungkin,sedangkan perikatan hasil adalah berupa hasil tertentu.Kemudian diatur pula tentang dasar dari perikatan,di mana perikatan tersebut terbentuk berdasarkan perjanjian atau undang-undang.Dasar dari perikatan anatar tenaga kesehatan dan pasien biasanya dikenaldengan perjanjian atau kontrak dalam konteks pelayanan kesehatan.Tetapi terdapat pula perikatan antara tenaga kesehatan dengan pasien yang terbentuk atas dasar Undang-Undang yakni terdapatnya

(37)

kewajiban hukum tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien yang memerlukannya.

Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa

“tiap perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,mengganti kerugian tersebut”.oleh karena itu dalam Rancangan Undang- Undang (RUU) perikatan berusaha menetralisasikan dengan rumusan lengkap dengan Undang-Undang,sebagai berikut :

a. Suatu perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian kepada orang lain,mewajibkan orang yang karena kesalahannya atau kelalaiannya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.

b. Melanggar hukum adalah tiap-tiap perbuatan yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus diindahkan dlam pergaulan kemasyarakatan terhadap pribadi atau harta benda orang lain.

c. Seorang yang sengaja tidak melakukan suatu perbuatan yang wajib dilakukan,disamakan dengan seorang yang melakukan suatu perbuatan terlarang dan karenanya melanggar hukum

(38)

Konsep perbuatan melawan hukum di Indonesia telah dimasukkadalam kitab Undang-Undang yang terkodefikasikan yaitu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Sedangkan Tort, konsep dan pengaturannya tersebar dalam yurisprudensi-yurisprudensi dan dalam Undang-Undang tertentu seperti Occupier’s Liability Act 1957.Defectif Premises Act 1972 dan sebagainya.Perbedaan pengaturan konsep tersebut dipengaruhi oleh perbedaan sistem hukum yang di anut dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dipengaruhi oleh sistem hukum Eropa Kontinental yang cenderung pada paham kodifikasi (Enacted Law) sedangkan inggris menganut sistem common lawdimana hukumnya berkembang dari kebiasaan yurisprudensi.

Konsep perbuatan melawan huukum Indonesia yang merupakanbagian hukum Eropa Kontinental di atur dalam pasal 1365 Kitab Undang-Unang Hukum Perdata samapai pasal 1380 Kitab Undang-Undang hukum Perdata.dalam pasal pasal tersebut diatur bentuk tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum yang terbagi atas : Pertama, Tanggung jawab tidak hanya atas perbuatan melawan hukum diri sendiri tetapi juga atas perbuatan melawan hukum orang lain dan terhadap barang.

Ketika hal yang merugikan pasien,pasien dapat menggugat seorang dokter oleh karena dokter tersebut telah memelakukan perbuatan yang melanggar hukum,seperti yang diatur di dalam pasal 1365 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa :

(39)

“Tiap perbuatan melanggar hukum,yang membawa kerugian pada orang lain,mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kesalahan itu,mengganti kerugian tersebut”

Undang-undang sama sekali tidak memberikan batasan tentang perbuatan melawan hukum, yang harus ditafsirkan oleh peradilan.Semula dimaksudkan segala sesuatu yang bertentangan dengan undang-undang,jadi suatu perbuatan melawan undang-undang.Akan tetapi sejak tahun 1919 yurisprudensi tetap telah memberikan pengertian yaitu setiap tindakan atau kelalaian baik yang :

- Melanggar hak orang lain

- Bertentangan dengan kewajiban hukum diri sendiri - Menyalahi pandangan etis yang umumnya dianut (adat

istiadat yang baik)

- Tidak sesuai dengan kepatuhan dan kecermatan sebagai persyaratan tentang diri dan benda orang seorang dalam pergaulan hidup.

Seorang dokter dapat dikatakan melakukan kesalahan.untuk menentukan seorang pelaku perbuatan melawan hukum harus membayar ganti rugi,haruslah terdapat hubungan erat antara kesalahan dan kerugian yang ditimbulkan.Selanjutnya Berdasarkan Pasal 1366 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.Seorang dokter selain dapat dituntut atas dasar Wanprstasi danmelanggar hukum seperti tersebut di atas,dapat pula dituntut atas dasar lalai, sehingga menimbulkan kerugian.Gugatan diatas dasar

(40)

kelalaian ini diatur dlam pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,yang berbunyi sebagai berikut :

‘Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati-hatinya”

Seorang harus memberikan pertanggung jawaban tidak hanya atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakannya sendiri,tetapi juga atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakan orang lain yan berada di bawah pengawasannya.(Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).Dengan demikian maka pada pokok ketentuannya 1367 BW mengatur mengenai pembayaranganti rugi oleh pihak yang menyuruh atau yang memerintahkan suatu pekerjaan yang mengakibatkan kerugian pada pihak lain.16

B. Tanggung Jawab Hukum Hukum Keperdataan Akibat Terjadinya Wanpestrasi

Dalam suatu perjanjian,satu pihak berhak atas suatu prestasi dan pihak lain berkewajiban berprestasi.Dimana pihak yang berhak menuntut suatu prestasi dlam hal ini bisa dokter maupun pasien.Sebaliknya dokter atau pasien bisa sebagai pihak yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi.17

16Afriko joni, hukum kesehatan,pustaka in media,agustus 2016,hal48

17 http://eprints.undip.ac.id/17134/1/dr.H.Yunanto.pdf(diakses 24september2017.pada pukul 13.05 wib

(41)

Dokter bertanggung jawab dalam hukum perdata jika ia tidak dapat melaksanakan kewajiban.Yaitu tidak memberikan prestasinya sebagaimanayang telah disepakati dan karena perbuatan yang melanggar huku.Menurut Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata “Tiap- tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu,untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu” Prestasi itu dapat berupa :

a. Memberi sesuatu b. Berbuat sesuatu c. Tidak berbuat sesuatu

Tindakan dokter yang dapat dikatagorikan wanprestasi antara lain:

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib di lakukan.

b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat.

c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib di lakukan tetapi tidak sempurna

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan.

Tuntutan atas dasar wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum tidak begitu saja dapat dirubah-rubah.Wanprestasi menurut adanya suatu perjanjian antara psaien dan dokter.Dari perjanjian ini biasanya timbul perikatan usaha atau perikatan hasil/akibat.Disebut perikatan usaha karena didasarkan atas kewajiban berusaha,dokter harus berusaha dengan segala

(42)

daya usahanya untuk menyembuhkan pasien ,hal ini berbeda dengan kewajiban yang didasarkan dengan hasil/ akibat resultaat maka prestasi dokter tidaklah diukur dengan apa yang dihasilkannya tetapi ia harus mengarahkan segala kemampuan bagi pasien.Dokter wajib memberikan perawatan dengan berhati-hati dan penuh perhatian sesuai dengan standar profesi.Sehingga apabila pasien mengetahui bahwa dokter tidak memenuhi kewajiban seperti yang tercantum dalam perjanjiannya maka ia dapat menuntut wanprestasi dan dapat minta perjanjian tersebut dipenuhi begitu pula bisa menuntut dengan ganti rugi.

Dalam pelayanan kesehatan,dokter maupun pasien dapat saja terjadi tidak terpenuhinya suatu kewajiban kontrak medis juga menimbulkan suatu perbuatan wanprestasi mungkin terjadi pada waktu yang sama menimbulkan juga suatu perbuatan hukum.Pada pertanggungjawaban dalam wanprestasi, unsur kesalahan itu tidak berdiri sendiri sebaliknnya pada pertanggung jawaban dalam perbuatan melanggar hukum,unsur kesalahan itu berdiri sendiri.

Pada Wanprestasi,apabila dokter yang dimintai pertanggung jawaban mecoba membela diri dengan alasan keadaan memaksa,maka pembuktian dibebankan kepada dokter tersebut.Karena dalam Wanprestasi,seorang dokter tidak dianggap bahwa ia tidak tahu atas kesalahan yang diperbuatnya, apalagi jika ia berpendapat bahwa norma yang berlaku dalam pergaulan masyarakat bukan menjadi tangung jawabnya.

(43)

Jika seorang dokter membuat kesalahan yang menjadi tanggung jawabnya karena Wanprestasi maka ia dianggap bertanggung jawab.

Pembuktian menjadi beban dokter tersebut sebagai debitur. Sehingga dapat di simpulkan bahwa unsur kesalahan yang terdapat dalam perjanjian dan pelanggaran hukum (Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum) di dalam kenyataan sering perbedaannya sangat kecil .dengan demikian apabila seorang dokter terbukti telah melakukan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum,maka ia akan di tuntun untuk membayar ganti rugi atas perbuatan yang ia lakukan.

C. Tanggung Jawab Hukum Keperdataan karena Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan Melawan Hukum pada pasa 1365 yang berbunyi “Tiap perbuatan melanggar hukum, ysng membawa kerugian kepada orang lain,mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,mengganti kerugian tersebut” Yaitu :

a. Konsep ganti rugi karena wanprestasi kontrak.

b. Konsep ganti rugi karena perikatan berdasarkan Undang-Undang termasuk perbuatan melanggar hukum.

Kerugian tersebut pun haru dibuktikan sehingga seseorang dapat diwajibkan untuk membayarnya.Pasien perbuatan melanggar hukumharus membuktikan bahwa ia menderita kerugian karena perbuatan itu.Agar dokter diwajibkan untuk membayar kerugian karena perbuatan melanggar

(44)

hukum itu, maka dokter harus mengetahui terlebih dahulu bahwa perbuatannya tersebut mendapatkan kerugian yang harus dibayar, namun besarnya kerugian tidak perlu di duga.Ganti rugi akibat perbuatan melanggar hukum tidak diatur oleh Undang-Undang dianalogikan dengan ganti rugi kerugian karena wanprestasi.

Berkaitan dengan ganti rugi dan perbuatan melanggar hukum kerugian yang akan timbul dari perbuatan melawan hukumdapat berupa kerugian harta kekayaan materil tapi juga dapat bersifat idial (imatteril).kerugian harta kekayaan meliputi kerugian dan keuntungan yang tidak diterima.Untuk menentukan jumlah yang dirugikan harus dikembalikan dalam keadaan semulanakan tetapi telah diperhitungkan bahwa yang dirugikan tidak mendapatkan keuntungan akibat dari perbuatan melawan hukum.

Ganti rugi dalam perbuatan melawan hukum dapat dibagi menjadi:

a. Ganti Rugi Nominal : dalam hal ini perbuatan melanggar hukum termasuk dalam unsur kesengajaan.tetapi pada pasien tersebut sebenarnya tidak mendapatkan kerugian,maka untuk pasien diberikan sejumlah uang tertentu untuk rasa keadilan tanpa menghitung seberapa kerugian tersebut yang diganti rugi nominalnya.18

b. Ganti Rugi Kompensasi : dalam hal ini ganti rugi yang merupakan pembayaran kepada korban atas dan sebesar

18 Ibid

(45)

kerugian yang benar-benar yang dialami oleh pihak korban dari suatu perbuaatan melanggar hukum.dalam hal ini pembayaran kepada pasien atas kerugian yang dialami.19

Contohnya:Ganti rugi atas segala biaya yang dikeluarkan pasien atas ,kehilangan keuntungan/gaji ,sakit dan penderita.

c. Ganti Rugi Penghukuman : merupakan sebuah ganti rugi yang dalam jumlah melebihi dari jumlah yang kerugian yang sebenarnya.Besar jumlah ganti rugi tersebut sebagai hukuman bagi sipelaku.Besarnya jumlah ganti rugi ini dimaksud sebagai hukuman bagi seorang dokter.Ganti rugi penghukuman ini diterapkan pada kasus kesengajaan .

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur kerugian dan ganti rugi dalam hal perbuatan melanggara hukum menjadi dua pendekatan yaitu :

a. Ganti rugi umum yaitu ganti rugi yang berlaku untuk semua kasus baik wanprestasi maupun perbuatan melanggar hukum,ketentuan ini diatur dalam pasal 1243-1252 tentang penggantian biaya,rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan

Pasal 1243

Pergantian biaya,ganti rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan ,barulah mulai di wajibkan,apabila si perutang,setelah dinyatakan

19 Ibid

(46)

lalai memenuhi perikatannya,tetap melalaikannya,atau jika sesuati yang harus diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah di lampaukan.20

Jika ada alasan untuk itu,si berutang harus dihukum mengganti biayan,rugi dan bunga apabila ia tidak dapat membuktikannya,bahwa hal itdak dan tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu,disebabkan suatu hal yang tak terduga,pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.

Pasal 1244

21

Tidaklah biaya rugi dan bunga ,harus digantinya,apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja siberutang beralangan memberi atau membuat sesuatu yang diwajibkan ,atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.

Pasal 1245

22

Biaya, rugi dan bunga yang oleh si berpiutang boleh dituntut akan penggantiannya,terdirilah pada umumnya atas rugi yang telah dideritanya dan untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya,dengan tak mengurangi pengecualian-pengecualian serta perubahan-perubahan yang akan disebut di bawah ini.

Pasal 1246

23

20R,Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

21R,Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

22R,Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

23R,Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(47)

Pasal 1247

Si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi dan bunga yang nyata telah, atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan sesuatu tipu-daya yang dilakukan olehnya.24

Jika dalam suatu perikatan ditentukannya, bahwa si yang lalai memenuhinya, sebagai ganti rugi harus membayar suatu jumlah uang tertentu, maka kepada pihak yang lain tak boleh diberikan suatu jumlah yang lebih maupun yang kurang daripada jumlah itu.

Pasal 1248

Bahkan jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan tipu-daya si berutang, penggantian biaya, rudi dan bunga sekadar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak dipenuhinya perikatan.

Pasal 1249

25

Dalam tiap-tiap perikatan yang semata-mata berhubungan dengan pembayaran sejumlah uang, penggantian biaya, rugi dan bunga sekadar disebabkan terlambatnya pelaksanaan, hanya terdiri atas bunga yang ditentukan oleh undang-undang, dengan tidak mengurangi peraturan- peraturan undang-undang khusus.

Pasal 1250

24R,Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

25R,Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(48)

Penggantian biaya, rugi dan bunga tersebut wajib dibayar, dengan tidak usah diberikannya sesuatu kerugian oleh si berpiutang.

Penggantian biaya, rugi dan bunga itu hanya harus dibayar terhitung mulai dari ia diminta di muka Pengadilan, kecuali dalam hal-hal dimana undang-undang menetapkan bahwa ia berlaku demi hukum.

Pasal 1251

Bunga dari uang pokok yang dapat ditagih dapat pula menghasilkan bunga, baik karena suatu permintaan di muka Pengadilan, maupun karena suatu pertujuan khusus, asal saja permintaan atau persetujuan tersebut mengenai bunga yang harus dibayar untuk satu tahun.

Pasal 1252

Meskipun demikian, penghasilan-penghasilan yang dapat ditagih, sepertinya uang gadai dan uang sewa, bunga abadi ataubunga selama hidupnya seorang, menghasilkan bunga mulai hari dilakukannya penuntutan atau dibuatnya perjanjian.

Peraturan yang sama berlaku terhadap pengembalian penghasilan- penghasilan dan bunga yang dibayar oleh seorang pihak ke tiga kepada si berpiutang, untuk pembebasan si berutang.26

26R,Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Ganti rugi khusus khususadalah ganti rugi yang ditimbulkan dari perikatan-perikatan tertentu . Selain ganti rugi yang terbit dari ganti rugi yang berbentuk umum juga memberikan ganti kerugian yang berbentuk khusus seperti berikut :

(49)

1. Ganti rugi untuk perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam pasal 1365 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata”Tiap perbuatan melanggar hukum,yang membawa kerugian kepada orang lain yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,mengganti kerugian tersebut”

2. Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain dalam pasal 1366 dan pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3. Ganti rugi pemilik binatang yang diatur pada pasal 1368 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

4. Ganti rugi untuk bangunan yang ambruk diatur pada pasal 1369 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

5. Ganti rugi untuk keluarga yang ditinggalkan karena di bunuh diatur pada pasal 1370 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

6. Ganti rugi karena orang telah luka dan cacat anggota badan diatur dalam pasal 1371 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

(50)

7. Ganti rugi karena tindakan penghinaan yang di atur dalam pasal 1372-1380 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.

Untuk ganti rugi selain tersebut di atas, masih ada yang perlu menjadi perhatian penting yaitu ganti kerugian terhadap perbuatan melanggar hukum tertentu yang tibul karena perbuatan melanggar hukum dengan kesengajaan atau kelalaian yang mengakibatkan orang mati,terhadap perbuatan melanggar hukum ini makan pihak-pihak yang biasanya diberikan nafkah oleh yang meninggal berhak atas ganti rugi,dengan syarat :

a. Keharusan penilaian menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak.

b. Keharusan penilaian menurut keadaan.

Hal tersebut diatur dalam pasal 1370 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Ganti kerugian yang timbul karena perbuatan melanggar hukum dengan kesengajaan ataupun kelalaian yang menyebabkan luka atau cacatnya anggota badan, yang dapat dituntut dlam hal ini adalah menyangkut soal biaya penyembuhan pasien, ganti rugi yang diakibatkan oleh luka atau cacat .hal tersebut diatur dalam pasal 1371 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.27

27Ibid

(51)

BAB IV

ANALISIS HUKUM KEPERDATAAN DOKTER MUDA (CO ASS) DALAM PENANGANAN PELAYANAN KESEHATAN

TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM

A. HubunganHukumantaraDokterMuda (Co Ass) denganRumahSakitUmum Medan

Menurut Pasal 1 ayat(1) Undang-Undang Rumah Sakit.Pengertian rumah sakit institusi pelayan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.serta menyediakan pelayanan rawat jalan,rawat inap da gawat darurat.

Rumah sakit adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan kesehatan atau lebuh tepatnya disebut sebagai sarana keesehatan sebagaimana disebutkan dlam Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit behwa setiap rumah sakit menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna yang menyediakan rawat inap,rawat jalan dan gawat darurat,Sedangkan dalam ketentuan keputusan Menteri Kesehatan No.983/1992 diartikan sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan serta dapat di manfaatkan untuk kepentingan pendidikan tenega kesehatan dan penelitian28

Rumah sakit juga merupakan institusi kemandirian untuk melakukan hubungan hukum yang penuh dengan tanggung jawab.Rumah sakit bukan ( person) yang terdiri dari manusia sebagai (natuurlinjk persoon) melainkan

28 Ide,Alexander.Etika dan hukum dalam Pelayanan Kesehatan,Grasia Book Publisher,Yogyakarta.2012,hal 319

(52)

rumah sakit diberikan kedudukan hukum sebagai (persoon) yang merupakan badan hukum (rechtpersoon) sehingga rumah sakit diberikan hak dan kewajiban menurut hukum.29

a. Nilai Kemanusiaan

Rumah sakit diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan didasarkan kepada nilai :

Nilai Kemanusiaan adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit dilakukan dengan memberikan perlakuan yang baik dan manusiawi dengan tidak membedakan suku,bangsa ,agama ,status sosial, dan ras

b. Nilai Etika dan Profesionalitas

Nilai Etika dan Profesionalitas adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki etika profesi dan sikap profesional,serta mematuhi etika rumah sakit

c. Nilai Manfaat

Nilai Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

d. Nilai Keadilan

29 HermienHaditari Koeswadjie,Op.cit hal 91

(53)

Nilai Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu.

e. Nilai Persamaan Hak dan Anti Diskriminasi

Nilai Persamaan Hak dan Anti Diskriminasi adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit tidak boleh membedakan masyarakat baik secara individu maupun berkelompok

f. Nilai Pemerataan

Nilai Pemerataan adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

g. Nilai Perlindungan dan Keselamatan Pasien

Nilai Perlindungan dam Keselamatan Pasien adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata,tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperlihatkan perlindungan dan keselamatan pasien.

h. Nilai Keselamatan Pasien

Nilai Keselamatan Pasien adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit selalu mengupayakan

(54)

peningkatan keselamatan pasien melalui upaya manajemen risiko klinik

i. Fungsi Sosial Rumah Sakit

Fungsi Sosial Rumah Sakit adalah bahwa bagian dari tanggung jawab yang melekat pada setiap rumah sakit,yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan Rumah Sakit juga diatur dalam Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) diman rumahn sakit berkewajiban terhadap karyawan ,pasien dan masyarakat.Dampak lingkungan yang diakibatkan harus dikelola dengan baik sehingga tidak merugikan masyarakat,rumah sakit adaalah sebagai pelayanan kesehatan juga menanggung kewajiban untuk bertanggung jawab jika terjadi kasus malpraktik di lingkungannya.Hal ini diakibatkan hubungan kontraktual rumah sakit dengan dokter,perawat,dokter muda dan petugas lainnya,sehingga dengan demikian meskipun rumah sakit merupakan badan sasta maka tetap bertanggung jawab dengan social untuk memikul serta semua tanggung jawab orang-orang yang berada di bawah tanggungannya.30

Berbagai upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimal,salah satunya ialah menyelenggarakan

30Ibid

(55)

pelayanan kesehatan.Demi tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang optimal maka diperlukan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau.sejalan dengan meningkatnya pendidikan,perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi kedokteran maka sistem nilai pun berubah.Masyarakat semakin menurut pekayanan yang bermutu dan terkadang canggih.Rumah sakit sebagai mata rantai pengetahuan pelayanan kesehatan mempunyai fungsi utama penyembuhan dan pemulihan.Rumah sakit ini bersama dengan puskesmas melalui jalur rujukan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan rumah sakit secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih efisien ,sehingga dapat menampung rujukan dari sarana kesehatan lainnya.31

Rumah sakit adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik yang mempunyai tanggungjawab atas setiap pelayanan jasa publik kesehatan diselenggarakan.Tanggungjawab tersebut yaitu ,emyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau berdasarkan prinsip

aman,menyeluruh,non-diskriminatif,partisipatif,dan memberikan perlindungan bagi masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan

31http://byou28soenarsana.blogspot.com/2009/12/standar-pelayanan-medik-pada- perawatan diakses pada tanggal 23 september2017 pukul 21.04

(56)

kesehatan,juga bagi penyelenggara pelayanan kesehatan demi untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.32

Sebagai pusat penyelenggara pelayanan publik,maka rumah sakit sebagai sebuah organisasi dituntut untuk menyelenggarakan pelayanan medis bermutu bagi masyarakat.penyelenggara fungsi pelayanan publik rumah sakit sangat ditentukan oleh aspek internal dan eksternal dari rumah sakit itu sendiri.33

Hukum dan perundang-undangan memegang peranan penting dalam mengatur fungsi-fungsi pelayanan rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.Hukum dapat memainkan peranannya sebagai sarana sosial kontrol dalam masyarakat yang melakukan pengawasan terhadap rumah sakit dalam menjalankan fungsinya dan juga hukum dapat berperan sebagai sarana pengubah bagi rumah sakit dalam menjalankan fungsi pelayanan sesuai dengan dengan standar-standar pelayanan kesehatan dan kedokteran nasional dan internasional yang harus di terima olehnpasien dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit.34

Dalam dunia kedokteran terdapat dua pihak yang bisa menjadi penanggungjawab,institusi penyelenggara pelayanan kedokteran,(rumah sakit ataupun penyedia jasa kesehatan) dan profesional pelaksana pelayanan kedokteran (dokter ,dokter gigi,perawar,dokter muda dan lainnya).Institusi

32 Ibid

33Ide,Alexander.Etika dan hukum dalam Pelayanan Kesehatan,Grasia Book Publisher,Yogyakarta.2012,hal 169

34 Ibid hal 164

(57)

berkewajiban menyediakan semua sumber daya pelayanan medis,dan standar prosedur yang harus diikuti oleh seluruh profesional35

1) Pendidikan profesi di rumah sakit dilaksanakan setelah rumah sakit di tetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan.

Dalam Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 29 Ayat (1) bahwa “Setiap dokter dan dokter gigi yang melakakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat registrasi dokter gigi”

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran,Pasal 13 (1),(2),(3),dan (4) menyebutkan bahwa

Pasal 13

2) Penempatan rumah sakit menjadi rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan dan standar

3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit sebagai berikut:

a. Mempunyai Dosen dengan kualifikasi Dokter dan/atau Dokter Gigi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

b. Memiliki teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran

35Syahrul Machmud.Penegak Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang DiDuga Melakukan Medikal Malpraktik.CV.Mandar Maju Bandung.2008,hal.180

(58)

c. Persyaratan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

4) Pentapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setelah berkoordinasi dengan Menteri.

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran,Pasal 14 (1),(2),(3),dan (4) menyebutkan bahwa

Pasal 14

1) Rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 memiliki fungsi pendidikan,penelitian,dan pelayanan

2) Fungsi pendidikan dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

3) Untuk menjunjung penyelenggaraan fungsi pendidikan, penelitian,dan pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (2) diperlukan sistem informasi kedokteran,termasuk menggunakan dokumen medik.

4) Fungsi penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab bersama antara Menteri dan Menteri yang menyelenggarakan pemerintah di bidang riset dan teknologi.

Dokter muda pada masa itu dalam praktik melayani kesehatan pasien di rumah sakit sudah bebsa untuk melakukan diagnosa dan mengambil

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 2 mem-perlihatkan pada jam pengamatan siang hari membetuk kelompok yang terpisah dengan kelompok jam aktivitas lainnya, pada jam tersebut memperlihat-kan bahwa

mengenakan batik.Pegusul memperkenalkan jilbab batik yang modern dapat digunakan untuk semua kalangan dan harga berahabat dengan judul “Jilbab Batik, Muslimah

Jika indikator memiliki kreteria sebagai berikut : kompleksitas rendah, daya dukung tinggi dan intake siswa sedang, maka dapat dikatakan bahwa dari ketiga komponen diatas hanya

Kegiatan wisata alam, khususnya dalam hubungan dengan pengamatan burung Kakatua Maluku ( Cacatua molucensis ) merupakan keg- iatan yang telah dilakukan dan diketahui oleh se-

Kesuksesan sebuah pertunjukan musik tidak lepas dari bagaimana pertunjukan itu Kesuksesan sebuah pertunjukan musik tidak lepas dari bagaimana pertunjukan itu dipersiapkan.

Kegiatan penelitian merupakan salah satu bagian dari tridharma perguruan tinggi, sehingga baik mahasiswa maupun dosen berkewajiban untuk melakukan kegiatan

She used Tante (Dutch term for aunt) to her father’s sister, empék (Hokkien term for father’s older brother) to her uncle, Pak (Indonesian term for adult male) to an adult male