LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM DI RUANG NIFAS
RSUD DR. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners
Disusun Oleh:
Merry Lidya, S.Kep NIM :11194692110107
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM DI RUANG NIFAS
RSUD Dr.H.MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Tanggal Juni 2022
Disusun oleh : Merry Lidya, S.Kep
11194692110107
Banjarmasin, Juni 2022
Menyetujui,
RSUD Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK)
Nurdiana ,S.kep.,Ners
NIP. 19811028 200903 2005
Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Preseptor Akademik (PA)
Malisa Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep NIK. 1166022015081
A. Definisi
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat.
Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul (Darmayanti &
Nashori, 2021)
Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah cair (Zafira, 2019).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja.
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas (Widyarni, 2020). Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah, dan cairan kental
B. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Zafira, 2019). Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Widyarni, 2020).
Menurut Zafira (2019) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi, yaitu:
1. Faktor internal
1) Faktor genetik Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen protoonkogen.
Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya.
2. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel- sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik
2) Merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat. Repositor
5) Sering stress Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
C. Klasifikasi
Menurut Zafira (2019), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik.
Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista dapat didapati sebagai :
1. Kista Ovarium Non-neoplastik 1) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm.
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista 4 cm atau kista menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4- 8 minggu yang akan menyebabkan kista menghilang sendiri.
2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis dan berwarna kekuning - kuningan.
Biasanya gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik.
3) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal.
Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam- macam stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut stain – leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomaldominant.
4) Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi. Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan bisa pecah yang sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga panggul terjadi selama 14- 60 hari setelah periode menstruasi terakhir.
2. Kista Ovarium Neoplastik 1) Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih.
Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang di keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.
2) Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid.
Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu.
3) Kista Endometriois
Kista Endometrios merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
4) Kista denoma Ovarium Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut bisa berasal dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan germinativum. Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi).
5) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.
Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum.
Hanya berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu di periksa
sediaan yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
D. Manisfestasi Klinis
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki (Savitri et al, 2020).
Manifestasi klinis kista ovarium antara lain (Savitri et al, 2020):
1. Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul disertai rasa agak gatal 2. Rasa nyeri sewaktu berhubungan atau nyeri rongga panggul jika
tubuh bergerak
3. Rasa nyeri segera timbul begitu siklus menstruasi selesai.
4. Perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak teratur.
5. Perut membesar
6. perasaan penuh tertekan di perut bagian bawah E. Patofisiologi
Setiap hari ovarium normal akan memproduksi folikel de graff, kemudian pada saat oosit matur akan dilepas. Telur yang matang ini dibuahi, folikel menjadi ruptur dan akan menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun jika terjadi gangguan pada proses siklus ini akan membentuk kista (Widyarni, 2020).
Kista dapat terbentuk jika fungsi ovarium menjadi abnormal, yang akan menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tidak mengalami ovulasi karena LH surge tidak terjadi menyebabkan pembentukan folikel tidak sempurna, folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista ovarium (Darmayanti & Nashori, 2021).
F. PATHWAY
Faktor Internal dan Eksternal
Kista Ovarium
Sumber : (Darmayanti & Nashori, 2021) Nyeri
Akut
Rasa sebah pada abdomen Resiko Infeksi
Nyeri Akut Diskontinuitas jaringan Pematangan dan pelepasan gagal
Gangguan Mobilitas Fisik
Kelemahan, Bedrest Ansietas
Konstipasi Peristaltik menurun
Immobilisasi Luka Operasi Post Operasi
Defisit Pengetahuan
Nausea Mual,Muntah Tekanan saraf sel tumor
Menahan organ sekitar Pembesaran Ovarium
Pre Operasi
Kista Ovarium Gagal sel telur berovulasi
G. Komplikasi
Menurut Zafira (2019), komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium adalah :
1. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah (anemia).
2. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
3. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan.
4. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
5. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar (konstipasi)
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Widyarni (Widyarni, 2020), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami Kista ovarium adalah sebagai berikut :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk menampilkan gambar dari organ dalam. Melalui pemeriksaan ini dapat menampilkan bentuk, letak dan batas tumor ini berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih, dapat diketahui tumor klastik atau solid dan juga menunjukkan apakah kista tersebut diisi cairan atau padat.
3. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadangkadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
4. Pemeriksaan CA-125
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista atau tidak.
5. Pap smear
Untuk mengetahui diplosia seluler menunjukan adanya kanker atau kista.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan (Darmayanti &
Nashori, 2021):
1. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam.
2. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi dan laparatomi.
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut (Widyarni, 2020):
1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.
2) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi,
kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
3) Perawatan luka insisi / pasca operasi Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:
a) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
b) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk. d) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan tidak lengket.
d) Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.
J. Masalah Keperawatan 1. Pengkajian
Menurut Wahyuni (2018), pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan, dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan seperti:
1) Identitas Klien
Data ini meliputi: nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta alamat. Usia, ibu yang bekerja lebih berisiko terhadap kejadian Hiperemesis Gravidarum. Pendidikan, mempunyai pengaruh dalam berperilaku kesehatan (misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada Kista Ovarium, yaitu: nyeri pada simfisis, perut membesar, pendarahan yang tidak seperti biasanya
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan ibu pernah mengalami Kista Gravidarum sebelumnya, kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga
5) Riwayat Menstruasi
Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun, siklus 28-30 hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari, dan kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah.
6) Riwayat Perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda 7) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
(a)Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan.
(b)Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai berat badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.
8) Pola Fungsi Kesehatan
(a) Makan : Frekuensi, jenis makanan, jumlah, pantangan, dan makanan kesukaan.
(b) Minum : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman, dan minuman kesukaan.
(c) Istirahat : Siang, malam, dan keluhan
(d) Personal hygienie : Mandi, sikat gigi, ganti baju, ganti celana dalam dan bra, potong kuku, dan keramas.
(e) Aktivitas: Ditempat dan dirumah
(f) Hubungan Seksual: Frekuensi dan keluhan 9) Pemeriksaan Fisik
(a) Keadaan Umum : Untuk mengetahui keadaan ibu apakah nyeri yang dirasakan meningkat
(b) Tanda-Tanda Vital : Pada kasus kista ovarium, tanda-tanda vital biasanya normal saja
(c) Status hidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membran mukosa (kering atau lembab), dan oliguria (d) Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi (kuat atau lemah), takikardia, atau terjadinya hipotensi ortostatik
(e) Keadaan abdomen yang meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri
tekan, adanya distensi, adanya
hepatosplenomegali, dan tanda Murphy dan tanda Mc.Burney’s.
(f) Genitourinaria Seperti nyeri kostovertebral dan nyeri suprapubik
(g) Eliminasi Seperti perubahan pada konsistensi feces, konstipasi, dan penurunan frekuensi berkemiH
(h) Seksualitas Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik
(i) Aktivitas istirahat Istiahat kurang, terjadi kelemahan tekanan darah sistol menurun, dan denyut nadi meningkat (>100 kali per menit)
(j) Keamanan Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
(k) Keadaan janin yang meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus uterus, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2019) diagnosa keperawatan yang timbul pada klien yang mengalami Kista Ovarium adalah sebagai berikut :
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
3) Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdominal (D.0076)
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi (D.0111)
5) Ansietas b.d kondisi klinis penyakit KISTA OVARIUM (D.0080)
6) Resiko Infeksi (D.0142)
3. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut berhubungan
dengan agen
pencedera fisik (D.0077)
Tingkat Nyeri (L.08066) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Tingkat nyeri Menurun dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun 2. Ekspresi meringis
berkurang
3. Rasa gelisah
berkurang
TTV dalam rentang normal
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi:
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik:
Berikan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Mobilitas Fisik meningkat (L. 05042)
Setelah dilakukan asuhan
Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Observasi
(D.0054) keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil:
1. Pergerakan
ekstremitas, dari menurun (1) ke meningkat (5)
2. Kekuatan otot, dari menurun (1) ke meningkat (5)
3. Rentang gerak (ROM), dari menurun (1) ke meningkat (5)
4. Nyeri, dari meningkat (1) ke menurun (5) 5. Gerakan terbatas, dari
meningkat (1) ke menurun (5)
Kelemahan fisik, dari meningkat (1) ke menurun (5)
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan - Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu/fasilitasi melakukan pergerakan - Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam meningkatkan pasien dalam meningkatkan pergerakan Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
3. Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdominal (D.0076)
Tingkat Nausea (L.08065) Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x 8 jam tingkat
menurun dengan
kriteria hasil:
- Nafsu makan
meningkat (5) - Keluhan mual
menurun (5) - Perasaan ingin
muntah menurun (5)
- Perasaan asam dimulut menurun (5)
- Wajah pucat
membaik (5) - Takikardia
membaik (5)
Manajemen Mual (I.03117) Observasi
- Identifikasi pengalaman mual
- Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggungjawab peran, dan tidur)
- Identifikasi faktor penyebab mual
- Monitor mual (mis.
Frekuensi, durasi dan tingkat keparahan
- Monitor asupan nutrisi dan kalori.
Terapeutik
- Kendalikan faktor penyebab mual
- Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual - Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
- Berikan makanan
dingin,cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis.
biofeedback, hipnosis, relaksasi, trapi musik, akupresur)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu 4. Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi (D.0111)
Tingkat pengetahuan (L.12111)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x45 menit diharapkan tingkat keperawatan meningkat dengan kriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran
dari skala 3 (sedang) ke skala 5 (meningkat) 2. Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan tentang alergi dari skala 3 (sedang) ke skala 5 (meningkat)
3. Perilaku sesuai dengan pengetahuan tentang alergi dari skala 3 (sedang) ke skala 5 (meningkat)
- Persepsi yang salah terhadap penyakit alergi dari skala 3 (sedang) ke skala 5 (menurun)
Edukasi kesehatan (I.12383) Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan - Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
- 5. Ansietas b.d
kondisi klinis penyakit KISTA OVARIUM
(D.0080)
Tingkat ansietas (L.09093)
setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x8 jam diharapkan kecemasan menurun dengan kriteria hasil :
1. Menyingkirkan tanda kecemasaan dari nilai 3 (sedang) menjadi nilai 5 (menurun)
2. Tidak terdapat perilaku gelisah dari nilai 3 (sedang) menjadi nilai 5 (membaik)
3. Frekuensi napas menurun dari nilai 3 (sedang) menjadi nilai 5 (membaik) 4. Frekuensi nadi
menurun dari nilai 3 (sedang) menjadi nilai 5 (membaik) 5. Menurunkan
stimulasi
lingkungan ketika cemas dari nilai 3 (sedang) menjadi nilai 5 (menurun) 6. Menggunakantekni
k relaksasi untuk menurunkan cemas dari nilai 3 (sedang) menjadi nilai 5 (membaik)
-
Reduksi Ansientas (I.09314) Observasi
1. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas Edukasi
1. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang 2. Anjurkan
mengungkapkan perasaan dan persepsi 3. Anjurkan keluarga untuk
selalu disamping dan mendukung pasien - Latih teknik relaksasi
6. Resiko Infeksi (D.0142)
Tingkat Infeksi (L.14137) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Tingkat Infeksi Menurun dengan kriteria hasil:
1. Demam menurun(dari 1 (meningkat) ke 5 (Menurun).
2. Kemerahan
menurun(dari 1
Pencegahan Infeksi (I. 14539) Observasi
Monitor tanda gejala infeksi local dan sistemik Terapeutik
Batasi jumlah
pengunjung
Cuci tangan
sebelum dan sesudah
(meningkat) ke 5 (Menurun).
- Nyeri (menurun dari 1 (meningkat) ke 5 (Menurun).
kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Pertahakan
teknik aseptic pada paien berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda gejala infeksi
Ajarkan mencuci tangan dengan benar
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Darmayanti, D., & Nashori, F. (2021). Efektivitas Rational Emotive Behaviour Therapy Untuk Menurunkan. Proyeksi, Vol. 16 (1) 2021, 1-14 EFEKTIVITAS, 16(1), 1–13.
Savitri, P. R. S. S., Budiana, I. N. G., & Mahayasa, P. D. (2020). Karakteristik Penderita Kista Ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode 1 Januari Sampai 30 Juni 2018. Jurnal Medika Udayana, 9(3), 82–
86.
Widyarni, A. (2020). Faktor Resiko Kejadian Kista Ovarium Di Poliklinik Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 11(1), 28–36.
https://doi.org/10.33859/dksm.v11i1.569
Zafira, ’Aininna ’Izzah. (2019). Analisis Pencegahan dan Penanganan Ovarian Cysts Ditinjau dari Pola Makan Pasien. ‘Jurnal Prodi Pendidikan Dokter, 5(2), 9–35.